Oleh :
Daryati
2021207209091
1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
merupakan hal yang mungkin terjadi)
B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan).
b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.
C. Patofisiologi
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa
kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001)
bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
1. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan
hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
E. Komplikasi
Menurut guyton, 1993 adalah :
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal
ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
F. Pemeriksaan penunjang
1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan
hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal).
pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
c. Hormon Paratyroid Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
(PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine.
d. Foto Rontgen :
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
uriter.
e. IVP :
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
2. Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius
pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang
keruh atau mengandung darah.
3. Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
4. Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong
pasase batu.
5. Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus
urinarius.
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
a. Radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
c. USG dan EKG
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : 1) Skala nyeri menurun
2) Klien tidak gelisah
3) Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2) Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti biasanya.
Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
2) Tak mengalami tanda inflamasi
3) Warna urine bening kekuningan.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh
infeksi dan pendarhan.
2) Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan sensai
kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat
membantu lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
3.) Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan), urine
tidak bau, leukosit menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta.
Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan,
Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.
Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
http://askeprhynatutu.blogspot.com/2014/11/askep-nefrolitiasis.html
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Daryati Tgl Praktek : 27-10-
2021
NIM : 2021207209091
B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : tahun
Suku bangsa : JAWA
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Yukum Jaya Lampung Tengah
Tanggal masuk : 27 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian: 27 Oktober 2021 Pukul : 10.15 Wib
No RM : 100.14.10.87
Diagnosa masuk : Nefrolitiasis Sinistra
DO:
Klien tampak cemas
Klien sering BAK
Klien takut bila harus
menjalani operasi
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
J. IMPLEMENTASI
Pkl. 13.50
RESPON
Klien
mengatakan
dapat menerima
kondisi yang
dialaminya saat
ini.
Klien memohon
maaf karena
merasa telah
emosional saat
menjawab
pertanyaan
Klien tampak
lebih tenang
Klien bisa
berkomunikasi
dengan baik
27-10-21 Mengkaji penyebab
10. klien menjadi cemas :
Klien takut
penyakitnya menjadi
lebih parah dan tidak
bisa bekerja lagi
Memberi waktu klien
untuk mengungkapkan
perasaannya :
Klien mengatakan
takut akan dioperasi
Memberi penjelasan
pada klien tentang
proses penyakitnya :