Anda di halaman 1dari 19

RESUME KEPERAWATAN NEFROLITIASIS

PADA TN. K DI INSTALASI GAWAT DARURAT


RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

Oleh :

Daryati
2021207209091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI) LAMPUNG
TAHUN 2021

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS
STASE KEGAWATDARURATAN RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

1. KONSEP PENYAKIT

A.  Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
merupakan hal yang mungkin terjadi)

B.  Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A.    Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan).
b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.

B.     Faktor Ekstrinsik :


a)      Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
b)      Iklim dan temperatur

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


c)      Asupan air :
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d)     Diet :
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
e)      Pekerjaan :
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.

C.      Patofisiologi
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
1.      Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa
kristal atau benda asing saluran kemih.

2.      Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3.      Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat


pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam
saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

D.   Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001)
bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
1.      Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan
hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2.      Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


3.      Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di
area koskovertebral.
4.      Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5.      Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
6.      Hematuria.
7.      Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

E.     Komplikasi
Menurut guyton, 1993 adalah :
1.   Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal
ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2.   Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3.   Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4.   Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

F.   Pemeriksaan penunjang
1.3   Pemeriksaan Penunjang
a.       Urinalisa :
 warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan
hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal).
 pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen.

b.      Darah lengkap :

 hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat


atau polisitemia.

c.       Hormon Paratyroid Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
(PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine.
d.      Foto Rontgen :
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang
uriter.
e.       IVP :
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f.       Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.

g.      USG Ginjal :


Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
G. Penatalaksanaan

2. Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius
pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang
keruh atau mengandung darah.
3. Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
4. Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong
pasase batu.
5. Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus
urinarius.

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


6. Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-
tanda dini adanya infeksi. Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.   Analgesik
diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan Keperawatan


diruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat darurat.
1. Pengkajian
a. Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial
di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan
klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
b. Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien
gawat darurat.
c. Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
1) Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal
tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation

Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P =
pain/respon nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2) Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat
keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
a) Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
Metode pengkajian :
 Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
1. S (signs and symptoms)
2. A (Allergis)
3. M (medications)
4. P (pertinent past
5. medical hystori)
6. L (last oral intake solid or liquid)
7. E (event leading to injury or illnes)

Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :


P (provoked)
Q (quality)
R (radian)
S (severity)
T (time)

Tanda-tanda vital dengan mengukur :


- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh

Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :


1. Pengkajian kepala, leher dan wajah
- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah Adakah luka, perubahan tulang kepala,
wajah dan jaringan
lunak, adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir adakah perdarahan, benda asing,
kelainan bentuk, perlukaan
atau keluaran lain seperti cairan otak.
2. Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau
tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan
menelan.
3. Pengkajian dada
hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
4. Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi,
abrasi, distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
5. Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
 Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :

- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


6. Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus
seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh
ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat
dan hiperventilasi.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
a. Radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
c. USG dan EKG

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
2.      Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
3.      Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
  Kriteria hasil : 1) Skala nyeri menurun
2) Klien tidak gelisah
3) Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1)     Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2)     Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


3)     Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4)     Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5)     Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.

2.      Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk
mensekresi cairan.
  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti biasanya.
  Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
2)     Tak mengalami tanda inflamasi
3)     Warna urine bening kekuningan.
Intervensi:
1)     Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh
infeksi dan pendarhan.
2)     Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan sensai
kebutuhan berkemih segera.
3)     Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat
membantu lewatnya batu.
4)     Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

3.) Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.
  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
  Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan), urine
tidak bau, leukosit menurun.

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


Intervensi
1)     Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.
2)     Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3)     Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4)     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik.
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.

DAFTAR PUSTAKA

Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta.

Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran  EGC,
Jakarta.

Nursalam, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan,
Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.

Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia.
http://askeprhynatutu.blogspot.com/2014/11/askep-nefrolitiasis.html

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. K
DENGAN NEFROLITIASIS
DI RSUD DEMANG SEPULAU RAYA LAMPUNG TENGAH

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Daryati Tgl Praktek : 27-10-
2021
NIM : 2021207209091

B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : tahun
Suku bangsa : JAWA
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Yukum Jaya Lampung Tengah
Tanggal masuk : 27 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian: 27 Oktober 2021 Pukul : 10.15 Wib
No RM : 100.14.10.87
Diagnosa masuk : Nefrolitiasis Sinistra

2.      Keluhan Utama masuk(PQRST)


Klien mengatakan keluhan Utama Nyeri perut sebelah kiri bawah tembus belakang, berteriak-
teriak dan klien mengatakan sangat sakit. Klien mengeluh sesak dan susah bernapas.
Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tiba, nyeri seperti disayat-sayat, nyeri
dirasakan dari daerah perut sebelah kiri bawah tembus ke belakang, skala nyeri

yang dirasakan sampai skala 9, nyeri dirasakan sejak kemarin.


3.    pengkajian Primer
Airway :Tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing - Spontan
Dangkal dan cepat
Dyspneu
Takipneu
RR : 28 x/menit
Circulation - Akral dingin, Keringat dingin
Nadi cepat
N : 116 x/menit

Disability a. GCS : E4V5M6


b. Kemampuan motorik dan sensorik : 6

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


4. Pengkajian data Skunder
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut menjalar ke pinggang telah dialami klien kurang lebih 2 hr yang lalu, nyeri
dengan skala 9, Nyeri tekan pada perut bagian bawah, klien tampak meringis kesakitan dan
sesekali memegang daerah yang sakit, terdapat mual dan muntah tapi tidak sering, klien
mengatakan selama ini kurang minum air putih. Klien mengatakan merasa susah BAK, tidak
lancar, BAK sering terputus-putus, frekuensi BAK 6x/hari namun sedikit, warna urine
kekuningan. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya karena munculnya tiba-tiba,
klien tidak tahu penyebabnya sehingga klien tampak cemas setiap kali perawat mendekatinya.

4.      Riwayat Penyakit dahulu


a.       Penyakit berat yang penah diderita: Riwayat batu ginjal (-)
b.      Obat-obat yang biasa dikonsumsi : tidak ada
c.       Kebiasaan berobat : Puskesmas
d.      Alergi : tidak ada
e.       Kebiasaan merokok/alkohol : merokok/tidak ada kebiasaan konsumsi alkohol

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit ginjal

B.     Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan


1.      Aktifitas/Istirahat.
Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisinya, aktivitasnya dibantu sebagian oleh
keluarga dan klien mengeluhkan rasa nyeri
2.      Sirkulasi
Peningkatan TD: 150/60 mmHg, Nadi: 112x/m RR: 28x/m
3.      Eliminasi
susah BAK, tidak lancar, BAK sering terputus-putus
Tanda : perubahan pola berkemih, retensio urine

4.      Makan dan Minum

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


Mual dan muntah namun hanya pada saat nyeri pinggang muncul, tidak minum air dengan
cukup.
5.      Nyeri / rasa tidak nyaman
Nyeri perut menjalar ke pinggang telah dialami klien kurang lebih 2 minggu yang lalu, nyeri
dengan skala 8, Nyeri tekan pada perut bagian bawah, sesekali ekspresi wajah meringis
kesakitan dan sesekali memegang daerah yang sakit

6.      Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.


Tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan
7.      Respon emosi : cemas
8.      Pengetahuan tentang penyakitnya : kurang informasi

C.    Pemeriksaan Fisik


Tanda- tanda vital:
TD : 150/ 60mmHg, Nadi 112 x/i, suhu 370 C, RR : 28x/i
1.    Kepala
Rambut : pendek, kotor, mudah rontok, distribusi tidak rata.
Mata : simetris, bersih
Hidung : Tidak ada perdarahan dan simetris
Mulut : bibir kering dan bau mulut
Gigi : tidak lengkap
Palpasi trakhea tidak teraba massa
Palpasi kelenjar thiroid : tidak teraba pembesaran kelenjar
3.    Dada
inspeksi : Ekspansi dada simetris, warna kulit merata
Palpasi : Tidak teraba massa, ekspansi dada simetris
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Terdengar BJ S1 dan BJ S2
4.    Abdomen
inpseksi : Tidak terlihat adanya acites, tidak ada luka dan warna kulit merata
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran hepar, adanya nyeri
tekan pada abdomen bagian bawah
Perkusi : Timpani pada area lambung dan pekak pada area hepar
5.    Punggung dan pinggang

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


Inspeksi : Tidak tampak pembengkakan
Palpasi : Adanya nyeri tekan
Perkusi : Redup
6.    Genetalia
Tidak terpasang kateter
7.    Ekstremitas
Ekstremitas atas: tidak ada oedem, terpasang infus pada tangan sebelah kanan Ekstremitas
bawah: tidak ada oedema

D.    Pemeriksaan Laboratorium


HB : 12 gr/dL NN: 13.5-18gr/dL
Leukosit : 11.000/ul, NN: 6000 – 1000/ul
Trombosit : 200.000/ul, NN: 250.000-500.000/ul
Ureum : 40/ul,
Kreatinin : 1,9/ul NN: 0,5-1,5 mg/dl
BUN : 40 mg/dl NN: 10 – 30 mg/dl

F.     Analisa Data


Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS: Kelainan metabolik, pemecahan Nyeri Akut
- Klien mengatakan purin meningkat
nyeri perut menjalar ↓
ke pinggang Peningkatan absorpsi di usus
DO: ↓
- Skala nyeri 8 Hiperkalsemia
Klien tampak ↓
meringis Peningkatan filtrasi
- Nyeri tekan pada ↓
perut bagian bawah Konsentrasi zat pembentuk batu
- Klien tampak meningkat
mengelus-elus ↓
daerah perut Larutan metastabil
TD: 150/60mmHg ↓
Nadi: 112x/i Proses kristalisasi
Suhu: 37oC ↓
RR: 28x/i Pengendapan batu

Pembentukan batu ginjal

Respon obstruksi

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati



Nyeri dipersepsikan
2 DS: Pembentukan Batu ginjal Kecemasan
- Klien mengatakan ↓
cemas karena tidak Gangguan fungsi ginjal
tahu tentang ↓
penyakitnya karena Perubahan status kesehatan; nyeri
munculnya tiba-tiba, perut hingga ke pinggang, retensi
klien tidak tahu urine
penyebabnya ↓
sehingga klien Respon psikologis
bertanya tentang ↓
penyakitnya Kecemasan

DO:
Klien tampak cemas
Klien sering BAK
Klien takut bila harus
menjalani operasi

G.    Diagnosa Keperawatan


1.      Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal saraf
sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Ansietas b/d ancaman status kesehatan
  

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


.
1 Nyeri akut Setelah dilakukan - Catat lokasi lamanya intensitas,
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan penyebarannya.
peningkatan dalam waktu 1x2 jam - Jelaskan penyebab nyeri dan
frekuensi/dorongan nyeri sudah berkurang pentingnya melaporkan kestaff
kontraksi ureteral. atau teratasi dengan terhadap perubahan
kriteria kejadian/karakteristik nyeri.
 TTV dalam batas - Berikan tindakan nyaman, contoh
normal pijatan punggung dan lingkungan

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


 Klien dapat istirahat.
beraptasi dengan - Berikan obat anti nyeri.
nyeri
2 Ansietas bd Setelah dilakukan - Kaji penyebab klien menjadi cemas
ancaman status tindakan keperawatan - Awasi pemasukan dan pengeluaran
kesehatan dalam waktu 1x2 jam cairan.
gangguan rasa nyaman - Catat insiden muntah.
cemas teratasi, dengan - Awasi tanda vital
kriteria - Berikan cairan IV
 Klien tampak - Berikan kesempatan klien
lebih rileks mengungkapkan perasaanya
 Klien memahami - Beri penjelasan pada klien tentang
tentang penyakit proses penyakitnya.

J. IMPLEMENTASI

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TTD/NAMA


 Mengkaji dan mendokumentasikan
TTV :
TD : 110/90 mmHg
N : 116 x/mnt
P : 28 x/mnt
S : 36,5⁰C
27-10-21  Mengkaji skala nyeri
10.25 wib klien :
Klien mengatakan,
skala nyerinya pada
skala 9
 Mengatur posisi klien
senyaman mungkin :

27-10-21  Mengkaji penyebab


1045 wib klien menjadi cemas :
Klien takut
penyakitnya menjadi
lebih parah dan tidak
bisa bekerja lagi
 Memberi waktu klien
untuk mengungkapkan
perasaannya :
Klien mengatakan

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


takut akan dioperasi
 Memberi penjelasan
pada klien tentang
proses penyakitnya :
 Menjelaskan bahwa
nyeri yang dialami
klien disebabkan oleh
adanya batu pada
saluran kemih

Pkl. 13.50
RESPON
 Klien
mengatakan
dapat menerima
kondisi yang
dialaminya saat
ini.
 Klien memohon
maaf karena
merasa telah
emosional saat
menjawab
pertanyaan
 Klien tampak
lebih tenang
 Klien bisa
berkomunikasi
dengan baik
27-10-21  Mengkaji penyebab
10. klien menjadi cemas :
Klien takut
penyakitnya menjadi
lebih parah dan tidak
bisa bekerja lagi
 Memberi waktu klien
untuk mengungkapkan
perasaannya :
Klien mengatakan
takut akan dioperasi
 Memberi penjelasan
pada klien tentang
proses penyakitnya :

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati


Menjelaskan bahwa
nyeri yang dialami
klien disebabkan oleh
adanya batu pada
saluran kemih namun

Asuhan kegawatdaruratan nefrolitiasis daryati

Anda mungkin juga menyukai