Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN NEFROLITHIASIS

DI RUANG SULAIMAN 3 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG


Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Eka Rahayuning Tyas
202102040079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Nefrolitiasis biasa dikenal dengan sebutan batu ginjal atau kalkulus
renal. Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) nefrolitiasis adalah
pembentukan dan penumpukan batu maupun kalkuli dalam saluran kemih
mulai dari ginjal hingga ke kandung kemih oleh kritalisasi dari substansi
ekskersi di dalam urine.
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap
pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini
disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian
besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat.
Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena
terjadinya pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal),
cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan
terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal
tubuh seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui
ureter menuju kandung kemih (Nurqoriah dkk, 2012).

B. Etiologi
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa nefrolitiasis
belum memiliki penyebab yang pasti (idiopatik), namun terdapat beberapa
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya nefrolitiasis meliputi:
1. Dehidrasi
2. Infeksi
3. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terdapat banyak pada pH yang
tinggi, dan batu asam urat banyak terdapat pada pH yang rendah).
4. Obstruksi pada saluran urin yang menyebabkan stasis dalam traktur urinarius
5. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah dan tersaring di
ginjal.
6. Faktor metabolic
7. Faktor makanan yang dikonsumsi
8. Penyakit renal
9. Penyakit gout (penyakit dengan peningkatan produksi asam urat atau
penurunan eksresinya).
10. Faktor herediter
Brunner & Suddarth .(2013) juga mengatakan terdapat beberapa penyebab
lain dari terjadinya nefrolitiasis yang meliputi :
1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-
garam yang dapat membentuk batu.
2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal.
Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai
bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut
batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

C. Patofisiologi dan Pathway


Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam
urine membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat
atau asam urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau
magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal
dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi
bahanbahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta
kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu.
Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan stasis (tidak
ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan
kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang biasanya terbentuk
bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan yang
menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu
asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau
penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan
meningkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat,
dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi
aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh
pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya
Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak
diatasi atau obstruksi di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan
hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine
sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak
diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine
(stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk
kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.
D. Manifestasi Klinik
Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) mengatakan bahwa beberapa
tanda dan gejala yang dapat muncul pada nefrolitiasis meliputi :
1. Nyeri hebat yang dialami akibat obstruksi
2. Nausea dan vomitus 4
3. Demam dan menggigil karena infeksi
4. Hematuria jika batu tersebut menyebabkan abrasi ureter
5. Distensi abdomen
6. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada satu-satunya ginjal
yang

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian batu ginjal
2. Urografi eksretori untuk membantu memastikan diagnosis dan
menentukan ukuran serta lokasi batu.
3. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi,
seperti hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiolusen
yang tidak tampak pada foto BNO.
4. Koleksi urin 24 jam untuk menentukan tingkat eksresi kalsium oksalat,
fosfor, dan asam dalam urin.
5. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya
6. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor untuk mendiagnosis
hiperparatiroidisme dan peningkatan kalsium terhadap protein serum
normal.
7. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas
yang tidak terikat dengan protein.
8. Kultur urine yang memprlihatkan pyuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih.
F. Komplikasi
Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer (2017) beberapa komplikasi
yang dapat muncul akibat nefrolitiasis adalah :
1. Kerusakan atau destruksi parenkim renal
2. Nekrosis tekanan
3. Obstruksi oleh batu
4. Hidronefrosis
5. Perdarahan
6. Rasa nyeri
7. Infeksi

G. Penatalaksanaan Medis
1. Penambahan asupan cairan hingga lebih 3L per hari untuk
meningkatkan hidrasi.
2. Preparat anti mikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih
menurut hasil kultur mikroorganisme.
3. Obat-obat an algetic seperti meperidine (Demerol) atau morfin untuk
meredakan rasa nyeri.
4. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah stasis urin dan
pembentukan batu. Preparat tiazida untuk menurunkan ekskresi kalsium ke
dalam urin.
5. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi.
6. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi
7. Kolestiramin yang dpaat mengikat fosfat untuk hiperkalsiuria absorptive.
8. Paratiroidektomi untuk hiperparatiroidisme
9. Allopurinol untuk batu asam urat
10. Pemberian askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan urin
11. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal yang
tidak dapat keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar.
12. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi ukuran yang
lebih kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan melakukan
pengisapan.
13. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat
pengalih aliran urin disekitar kalkulus untuk menghilangkan obstruksi.

H. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat
mengganggu saat ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011) keluhan
utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk
lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
b. Riwayat penyakit
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit,
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme,
penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebih kalsium atau
vitamin D.
c. Pemeriksaan fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus
nefrolitiasis didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari
nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan
lemah.
1) Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik
menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
2) Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa.
Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis.
3) Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan
didapatkan respon nyeri.

2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

3. Rencana Keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital

keperawatan selama 3x24 jam 2. Observasi nyeri

diharapkan tingkat nyeri menurun 3. Berikan posisi yang nyaman

dengan kriteria hasil : 4. Ajarkan teknik manajemen

a. Skala nyeri menurun nyeri non farmakalogi

b. Klien dapat mengontrol nyeri 5. Kolaborasi pemberian obat

c. Klien tidak meringis analgetik

d. Tanda-tanda vital dalam rentang


normal
Deficit Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
Nutrisi keperawatan selama 3x24 jam klien
diharapkan status nutrisi 2. Anjurkan makan sedikit
membaik dengan kriteria Hasil : tetapi sering
a. Porsi makanaan yang 3. Anjurkan makan makanan
dihabiskan meningkat selagi hangat
b. Berat badan 4. Kolaborasi pemberian obat
membaik antiemetik
c. Nafsu makan meningkat
d. Tidak mual dan muntah
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
keprawatan selama 3x24 jam 2. Bantu klien mengungkapkan
diharapkan ansietas menurun perasaanya
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi
a. Klien tidak gelisah 4. Kolaborasi dengan keluarga
b. Klien nampak rileks untuk dukungan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Harrison. 2013. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII. EGC : Jakarta.


Haryono, Rudy. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Rapha Publishing.
Kartika,S.W. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.
Kowalak, dkk. 2017. Buku Ajar patofisiologi. Jakarta : EGC.
Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai