Anda di halaman 1dari 347

KONTRAK BELAJAR KEPERAWATAN ANAK

RENCANA PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK TANGGAL 1-6 MARET 2021

NAMA:
ERA WINDIANA
202002040023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN 2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN STASE ANAK : HEMIPARESE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama Mahasiswa : Era Windiana


NIM : 202002040023
Tanggal Praktik : 1 - 6 Maret 2021

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keteragan

1 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan pengkajian fokus pada pasien Wawancara dan 1-6 Mar Mampu melakukan pengkajian
melakukan pengkajian terhadap dengan hemiparese observasi 2021 et pada pasien hemiparese
pasien dengan hemiparese

2 Diharapkan mahasiswa mampu Menentukan masalah keperawatan dan Studi pustaka 1-6 Mar Mampu menyusun
menentukan prioritas diagnosa menentukan prioritas dan diskusi 2021 et dan
keperawatan yang muncul pada diagnosa memprioritaskan
pasien dengan hemiparese keperawatan diagnosa
keperawatan
3 Diharpkan mahasiswa mampu Menyusun intervensi keperawatan pada Studi pustaka 1-6 Mar Mampu menyusun rencana
merencanakan pasien hemiparese dan diskusi 2021 et tindakan

tindakan
keperawatan pada pasien dengan
hemiparese
4 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan Aplikasi 1-6 Mmpu mengaplikasikan rencana
menerapkan atau pada pasien dengan hemiparese tindakan tindakan
mengaplikasikan tindakan Maret
dan 2021
keperawatan yang telah
direncanakan pada pasien studi pustaka
hemiparese

5 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan evaluasi Observasi dan 1-6 Mampu melakukan evaluasi
mengobservasi dan mengevaluasi terhadap studi pustaka perkembangan harian
perkembangan harian keadaan Maret
perkembangan harian pasien dengan
2021
pasien dengan hemiparese hemiparese

6 Diharapkan Melakukan penyuluhan kesehatan Ceramah 1-6 Mampu melakukan penyuluhan


kesehatan
mahasiswa dan Maret
manyampaikan penyuluhan tanya jawab 2021
kesehatan dengan tema tertentu
pada pasien dan keluarga
7 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan tindakan terapi bermain pada Aplikasi 1-6 Mampu melakukan terapi
menerapkan terapi bermain pasien tindakan terapi bermain
terhadap kelompok anak yang ada bermain Maret
2021
di ruangan
8 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan belajar pakar Wawancara dan 1-6 Mampu melakukan belajar pakar
belajar pakar dengan narasumber diskusi
yang kompeten Maret
2021
dalam
penanganan dan penyusunan
asuhan keperawatan pada pasien
dengan hemiparese

Pembimbing Klinik Semarang, 01 Maret 2021

Praktikan

Era Windiana
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN HEMIPARASE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Disusun oleh :
Era Windiana
202002040023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM SARJANA


KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN TAHUN 2021
KONSEP DASAR

A. Definisi

Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisimenimbulkan


kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh sisikontralateral.
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di tingkat batang otak
menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom tersebut terdiriatas kelumpuhan UMN
yang melanda otot-otot belahan tubuh kontralateral yang berada di tingkat lesi, sedangkan
setingkat lesinya terdapat kelumpuhan LMN,yang melanda otot-otot yang disarafi oleh saraf
kranial yang terlibat dalam lesi.Tergantung pada lokasi lesi paralitiknya, sehingga dapatlah
dijumpai hemiplegiaaltemans di mesensefalon. Sebuah gambarannya dijumpai bilamana
hemilasi di batang otak menduduki pedunkulus serebri di tingkat mesensefalon.

B. Etiologi

Jika terdapat kelumpyuhan pada tangan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika tanda
UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda spinalis servikal atau
otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servical dapat menjadi bukti lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa adalah infark cerebral atau
perdarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemiktransien sebelumnya, dan progresi
menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut
merupakan indikasi telah teijadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala cerebral, dapat diduga
teijadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresif secara
lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu pula dengan
sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda kortikospinal bilateral daripada
hemipelgia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau minggu, dapat dicurigai
lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa. Selain tumor, kemungkinan lain
termasuk malformasi arterivenosus, abses otak, atau infeksi lainnya. Kelainan otak biasanya
mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi merupakan penyebab
hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk pada lesi serebral
daripada lesi dileher dengan CT atau MRI.

C. Faktor Resiko Stroke


1. Faktor yang tidak dapat dirubah
a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan stroke dibanding wanita
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c. Keturunan: adanya riwayat keluarga terkena stroke

2. Faktor yang dapat dirubah


a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetus Miletus
f. Polisetemia
g. Stres emosional
3. Kebiasaan Hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang tidak sehat:kurang olahraga, makanan berkolesterol

D. Patofisiologi
1. Trombus
Timbunan/ kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah akan mengganggu
aliran darah bila teijadi diotak maka akan menyebabkan arterosklerosis pembuluh darah
sehingga akan mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila dalam
waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark dab teijadi
kematian jaringan otak.
2. Emboli
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang akan mengikuti aliran
darah hingga sampai pada otak dan akan menempel pada pembuluh darah di otak.
Bila teijadi pada pembuluh darah kecil akan menimbulkan sumbatan, gejala muncul
tergantung dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
3. Hemoragi Intraserebral
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan aliran darah sehingga
teijadi iskemi dan akhirnya infark.
4. Hemoragi Subarakhnoid
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga teijadi edema serebri yang
dapat menekan pembuluh darah sehingga teijadi di hipoksia lalu iskemik dan bila teijadi
lama maka akan infark dan akhirnya kematian jaringan.

E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke darah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, tergantung bagian
otak mana yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain sebagai berikut:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar beberapa menit beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa
pengubatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala lebih dari 24 jam dan ini disebu reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution.

F. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena teijadi sebagai akibat dari oksigen yang otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekternal
terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang mengakibatkan
teijadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak
G. Gangguan yang muncul
a. Defisit neurologis
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setegan lapang penglihan)
Tidak menyadari orag/ objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah
satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer.
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia : penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
2) Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
3) Ataksia
Beij alan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata
5) Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit sensori
1) Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol bicara
2) Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit kognitif
1) Kehilangan memori j angka pendek dan j angka panj ang
2) Penurnan lapang perhatian
3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4) Alasan abstrak buruk
5) Perubahan penilaian
e. Defisit emosional
1) Kehilangan kontrol diri
2) Labilitas emosional
3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
4) Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5) Perasaan isolasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya inf ark
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obtruksi
arteri.
3. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya perdarahan
4. MRI: menunjukkan daerah mengalami nfark, hemoragik
5. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X kepala :menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

I. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
2. Anti koagulan : mencegah memberatknya trombosit dan embolisasi
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a) Airway.
Adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukansekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pemapasan yang
sulit dan/ atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi.
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi teijai pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian sekunder.
a) Aktivitas dan istirahat
i. Data subjektif
- Kesulitan dalam beraktivitas: kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
ii. Data obyektif
- Penurunan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spatic), paralysis (hemiplegia), kelemahan
umum.
-Gangguan penglihatan
b) Sirkulasi
i. Data subjektif
- Riwayat penyakit j antung (penyakit katup j antung, disritmia, gagal j antung,
endokarditis bilateral), polisitemia.
ii. Data oobjekif
-Hipertensi arterial
-Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c) Integritas ego
i. Data subjektif
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
ii. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan
iii. Kesulitan berekspresi
d) Eliminasi
i. Data subjektif
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus
paralitik)
e) Makan/minum
i. Data objektif
- Napsu makan berkurang
- Nausea/ vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ii. Data objektif
-problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
f) Sensori neural
i. Data subjektif
-pusing/syncope (sebelum CVA/ sementara selama TIA)
-nyeri kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid
-kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh atau mati.
-sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral (sisi yang sama)
-gangguan rasa pengecapan dan penciuman
ii. data objektif
- Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah
laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ektremitas : kelemahan/paralysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
gangguan tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
- Wajah : paralysis/parase(ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa) kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata katakomperhensif,
global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi danukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsilateral.
g) Nyeri/kenyamanan
-Ds: sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
-Do: tingkah laku yang tidak stabil, geli sah, ketegangan otot/ fasial
h) Respirasi
Ds: perokok (faktor resiko)
i) Keamanan
-Data subjektif
• motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
• perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kesadaran terhadap bagian tbuh yang sakit
• tidak mampu mnenganali objek, wama,kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
• Gangguanberespon terhadap panas, dan dingin/ gangguan regulasi suhu
tubuh
• Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j) Nteraksi sosial
-DS : problem berbicara

B. Diagnosa keperawatan
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit okulasi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis

C. Intervensi
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit okulasi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
- monitor ttv
- kaji tingkat kesadaran
- atur posisi semifowler
- kaji dan monitor adanya PTIK
- berikan terapi oksigen
- monitor hemodinamik
- kolaborasi pemberian obat

2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan


koordinasi, spastisitas dan cedera otak
- kaji kekuatan otot
- ajarkan pasien dalam latihan ROM
- awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien
- bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
- pantau pemasangan alat traksi
- atur posisi klien dalam semifowler

3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
- Kaji kemampuan menggunakan alat bantu
- Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh
- Pantau adanya perubahan fungsi
- Pantau tingkat kekuatan terhadap aktivtas
- Bantu klien dalam kebersihan : seka, mengganti pempers -Pasang NGT
- Berikan diit sonde
- Bantu klien dalam mengganti pakaian
DAFTAR PUSTAKA

Heidy. (2017). Hemiparesis : Gejala, Penyebab, Pengobatan. Copyright © 2017 Mediskus.


https://mediskus.com/hemiparesis

Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing. 7th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Irawati, dkk. (2016). Efektifitas Latihan Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016.

Potter, P.A, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4. Volume. EGC. Jakarta
l>. pathway

AlcrcxiktcruM2» cnıbulı ccrcbtul pcı dai alta» üıU^ccrcbıal


1 {beku^fuUrah. km-ak^udara)
SumnzUzin pembuluh drh 1 pecabnya pembuhm <Mi
VAiospasmc cerebral i oialc
SirkulaM daral) Penampilan pembuluh drh elak |
| perembesaw
kedim drb
Ccrvbral menurun Kkbcmik jaringan o<ak purcncbyriM omk
peneknnnn.pergeiAiin
Perubahan perfu%i & perubahan jar.cMak
Ccrrbrul

Gong_guan system ı>cuf ük>gıs


4 s.acunan^;mt'pii wi > pembentkakan olak
4
Gon^^uan molovik gangguan sen^onk an saraf infark
txaVcdcnia
hcmiisi olak atdU
Koordımısî pergerakan
tubuh terganggu ---------- -daya ingai pad^i
-daya ntba fıın£5İ xaraf o<4ik
I
in" a*
Kelumpuhan---------------
.daya rwm —
pcngccapnn
otonom tdk
terkonCrul l
lekaiun
I kcnisnkun komunikasi verbal
craniAİ mcnmjikai
Kcrusukun ntobUilas fUik
rcsiko Icrtvada nyeri kepala

pcrub^iiM» persepsi sensori

dvficit penawatnn diri koping tdk efektif

Kumiig (MrnsclMhuan Gansucumi İuıruaı diri


PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
DUT TKTP PADA POST OPERASI DEBRIDEMENT

Disusun Oleh :
ERA WINDIANA
NIM. 202002040023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan.
Klafisikasi luka menurut (potter dan perry, 2006) yaitu (1) luka tertutup adalah luka tanpa
robekan pada kulit: bagian tubuh yang terpukul benda tumpul, keseleo, daya deselerasi ke arah
tubuh(robekan pada organ dalam terbuka adalah melibatkan robekan pada kulit atau membran
mukosa: trauma benda tajam atau tumpul(insisi bedah, pungsi vena, luka tembak).
Terganggunya proses penyembuhan lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat
akan menyebabkan luka mengalami stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan
perubahan metabolisme yang dapat meningkatkan resiko terlambatnya penyembuhan luka
(potter dan perry, 2006).Gangguan nutrisi (nutritional disorder) terutama kurangnya asupan
protein pada pasien pasca bedah merupakan masalah yang sangat sering muncul, baik pasien
yang dijumpai dirumah sakit maupun yang menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien
post operasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan klien mengetahui
tentang diit TKTP
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan klien mampu:
a. Mengetahui tentang pengertian dari diit TKTP
b. Mengetahui tujuan diit TKTP
c. Mengetahui manfaat diit TKTP
d. Mengetahui makanan yang dianjutkan

C. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah klien yang belum mengetahui tentang diit TKTP
dalam proses penyembuhan luka pada pasien pasca bedah.
BABU
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Klien dan keluarga yang belum mengetahui atau yang mempunyai pengetahuan kurang terkait
diit TKTP
B. Analisis Kasus
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan. Terganggunya proses penyembuhan
lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat akan menyebabkan luka mengalami
stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan perubahan metabolisme yang dapat
meningkatkan resiko terlambatnya penyembuhan luka (potter dan perry, 2006).Gangguan nutrisi
(nutritional disorder) terutama kurangnya asupan protein pada pasien pasca bedah merupakan
masalah yang sangat sering muncul, baik pasien yang dijumpai dirumah sakit maupun yang
menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien post operasi merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka.

C. Prinsip Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)


Prinsip belajar dari pendidikan kesehatan ini adalah untuk menambah pengetahuan klien terkait
diit TKTP yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka sehingga di harapkan pasien pasca
bedah dapat mengetahui nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam proses penyembuhan luka.

D. Karakteristik Media Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)


1. Sesuai dengan materi pendidikan kesehatan yang diberikan
2. Menarik
3. Mudah dipahami oleh audience atau sasaran
4. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
5. Tidak melelahkan/menghemat energi
6. Sesuai dengan karakteristik sasaran (tingkat pendidikan dan budaya)
7. Dapat dilakukan secara mandiri oleh audience
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Deskriptif Media Belajar (sesuai karakteristik sasaran)
Media yang digunakan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani program profesi
ners adalah berupa leaflet dan lembar balik. Adapun informasi yang dicantumkan dalam media
tersebut meliputi pengertian,tujuan, manfaat, makanan yang dianjurkan, contoh menu makanan.
B. Tujuan Belajar
Meningkatkan pengetahuan klien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
mengenai diit TKTP pasien pasca bedah.

C. Ketrampilan yang Diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam pendidikan kesehatan ini adalah ketrampilan dalam
berkomunikasi terutama saat menyampaikan informasi kepada sasaran, sehingga mudah diterima
dan dimengerti oleh sasaran dan ketrampilan dalam mendemonstrasikan dengan baik sehingga
tidak salah persepsi oleh audience.

D. Jenis Media
Ceramah dan tanya jawab

E. Alat yang Digunakan


a. Leaflet
b. Materi pengajaran (Proposal Penkes)
c. Lembar balik
F. Proses Pendidikan Kesehatan
N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran
o
1. 3 Menit Pembukaan
• Salam pembuka Menjawab salam
• Memperkenalkan diri Memperhatikan
• Menjelaskan tujuan penyuluhan Memperhatikan
• Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan

2. 15 menit Pelaksanaan
Ceramah
Memperhatikan
1. Pengertian diit TKTP
2. Tujuan diit TKTP
3. Manfaat diit TKTP
4. Makanan yang dianjurkan
5. Contoh menu diit TKTP
Demonstrasi
Fasilitator menyampaikan demonstrasi
mengenai kompres hangat
Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi
• Memberikan kesempatan untuk Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
• Meminta audience menjelaskan Menjelaskan materi
tentang materi kompres hangat

4. 3 menit Terminasi
• Mengucapkan terima kasih atas Memperhatikan
perhatian yang diberikan Menjawab salam
• Mengucapkan salam
G. Waktu Pelaksanaan
Tanggal : Kamis, 4 Maret 2021
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai
1. Tingkat pendidikan klien
2. Penggunaan bahasa yang kurang sesuai
3. Budaya yang dipercaya klien

I. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan


1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan
2. Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan tidak terlalu lama
3. Menggunakan media yang menarik
4. Melibatkan peran serta dari audience

J. Pengorganisasian
Pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan oleh Era Windiana
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien mengikuti penyuluhan sampai selesai
b. Persiapan media yang akan digunakan
c. Persiapan tempat yang akan digunakan
d. Kontrak waktu
e. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan.
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Penyuluh
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran dengan baik
c. Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audience
4. Evaluasi Waktu
a. Penyuluhan beijalan sesuai waktu yang telah ditentukan
5. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan diberikan kepada klien dengan rentang nilai:
Baik jika standar nilai >70%-100%, bisa menjawab semua pertanyaan Cukup
jika standar nilai >50%-70%, bisa menjawab empat pertanyaan Kurang jika
standar nilai <50%, bisa menjawab tiga atau <3 pertanyaan
BAB IV
PENUTUP

Pendidikan kesehatan diperlukan pada klien setelah pasca pembedahan yang belum
mengetahui makanan yang berperan dalam proses penyembuhan pasca pembedahan atau proses
penyembuhan luka. Diharapkan dapat menambah pengetahuan atau informasi serta dapat
menerapkan apa yang sudah diberikan pada saat penyuluhan. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan secara efektif, klien bisa mengetahui mempraktekkan atau menerapkan diit TKTP secara
mandri.
DIIT TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN (DIIT TKTP)

ERAWINDIANA
NIM :202002040023
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA ITU DIITTKTP?
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan protein
diatas kebutuhan normal.
Diberikan dalam bentuk makanan bisa ditambah bahan makanan sumber protein
tinggi seperti susu, telur; daging.
Tujuan pemberian diit TKTP
1. Memberikan kemampuan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
protein
2. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
3. Mempercepat proses penyembuhan luka

Manfaat Protein
1. Sebagai zat pembangun dan untuk pertumbuhan
2. Pemeliharaan dan pengganti jaringan yang rusak
3. Sebagai zat pengatur, mengatur proses-proses pembakaran energi atau
metabolisme
4. Sebagai cara kerja pertahanan atau mempertahankan tubuh dari serangan
infeksi
Makanan yang dianjurka
Sumber protein hewani
Misalnya : telur, susu, keju, ayam kampung, dan ikan
Misalnya : tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, dan kacang merah.

Sumber protein nabati


Contoh menu makanan diitTKTP
Pagi: nasi, daging ayam, telur ceplok, sayuran dan buah pisang. Menu
tambahan bubur kacang hijau Siang : nasi, telur rebus, tempe goreng, sayur
asem,dan buah pepaya. Menu tambahan susu.

Malam : nasi, ikan, tahu, tumis sayuran da buah jeruk.


TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT
DI ET TI
N K O
G A RI
GI L D
A N P
N G R
TI GI O
TE
IN
Di
su
su
n
ole a a
h Wi
nd 20
Er ian 20
02 P R
04 R A
00 O M
23 G ST
U O E
DI FE R
P SI S
R N F
A A U
K S K
U IL E
LT M S
E A H
H N A
A M M
T U M
A B A
DI F^ N
V K G
A AJ A
N A G
P L A
E O N
K N 20
21 A U

A I D
P T I
E ?
T ’l
?
tin
Di gg
et i
kal gg ote
ori i in
tin pr ad
ala t me
h ya ng
die ng an
du ori pr
ng da ote
kal n in
dia bu n
tas tu no
ke ha rm
al. berik m
an bentu
Di dala k
maka ditam n
nan bah maka
bisa baha nan
sumb in seper
er tingg ti
prote i susu,
telur, T N
dagin UJ DI
U B
g. A E
RI DI 1. M
K ET em
A ??
N be
rik ma an
an m cu
ke pu ku
p k nu
un me hi
tu me ke
bu n da
tu kal n
ha ori pr
ote 2. M ga
in en h
ce da
n ur ke
me an rus
ng gi ak
an ng bu
j an h
ari tu
3. M rce os
em pat es
pe pr pe
ny ha ka
em n
M
bu lu
an
fa ei ba
at n gai
Pr
ot 1. Se zat
pe ng n
m un un
ba da tu
k m n
pe bu
2. Pe
rtu ha
me
lih da ng
ara n ga
an pe nti
jar n rus
in ya ak
ga ng
3. Se
ba pe r,
gai ng me
zat atu ng
atu os os
r es- es
pr pr pe
m ra er
ba n gi
ka en ata
u oli 4. Se
me sm ba
tab e gai
car ja ha
a pe na
kei rta n
ata m ha
u pe nk
me rta an
tu da an
bu ri ga
h ser n
inf P tu
ek en ra
si ga n
m an n
ak ma
Ba
an ka
ha
na ng ur
n dia ka
ya nj n
1. Su r oh
m ka idr
be rb at :
na i ,
si, pu mi
rot tih e
ma ni, on
ka lo g,
ro nt bi
hu un m
n, g. be
jag 2. Su r
pr tel am
ote ur, ,
in ay da
gi n, cu
ng, su mi
ika su, ,
ud ke g
an pit ya
g, in ng
ses ng ur
uai an an
de anj do
kte ah ah
r - an
3. Bu bu pis
an pa uk
g, ya, at,
pe alp str
aw , an
be ap gg
rry el, ur,
jer nis am
uk , ju
ma dal ml
ah
ya
ng
4. se u d
s ai e
n a a
g n nj
ur n a
a y n
g la di
te h b
er a 5. Sa
yu
ik n r-
sa n: m
yu me un,
ra nti ter
on ge, ng
g, ka pa
tau ca nja
ng, sel wo
ko ad rte
l, a, l,
dal ml uai
am ah anj
ju ses ur
an. pr he
ote wa
Sumbe
in ni
r
Misaln susu, kampu
ya : keju, ng,
telur, ayam dan
ikan m pr
1. S be ote
u r in
na 2.
bat
i
2. Mi a : te
sal tah m
ny u, pe,
ka hij ca
ca au, ng
ng ka tan
ah, ai, ka
ke da ca
del n ng
me S n
ra i g
h. a
: s t
n i e
a , l
u e s
r b ,
r u t
e e o
m r
p g e
n s u
g a r
, y a
s , n
e d
m a b
u p
a p a
h e y
a e
. n t
M u a
m h
b a s
a n u
s M a
u a m
. l
: s i
n i k
a , a
n a ,
, h t
t u u
m s u
i a r
s y a
n a u
a
d b h
r .
j u
e k
Pagi : nasi,
daging ayam,
telur ceplok,
sayuran dan
buah pisang.
Menu
tambahan
bubur kacang
hijau
KONTRAK BELAJAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR INTRA ABDOMEN

DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh :

Faridoh Hasanah

202002040004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR INTRA ABDOMEN

Nama Mahasiswa : Faridoh Hasanah


NIM : 202002040004
Hari/tanggal : Senin, 1 Maret 2021
Tujuan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Sumber Hasil yang diharapkan Waktu pencapaian
Pembelajaran
Tujuan umum setelah Untuk mencapai tujuan 1. Smelster, Suzanne Dalam PBL, saya akan Untuk mencapai tujuan
menyelesaikan praktik tersebut maka strategi C. 2001. menunjukkan kemampuan tersebut maka saya
belajar klinik (PBL) di RS pembelajaran yang saya Keperawatan dalam mengelola klien yang merencanakan waktu sebagai
saya mampu melakukan lakukan adalah : Medikal Bedah, mengalami Tumor Intra berikut:
asuhan keperawatan pada 1. Melaksanakan studi Edisi 8, Vol. 2. Abdomen melalui : Hari 1
klien dengan Tumor Intra pustaka Jakarta : EGC. 1. Membuat laporan 1. Menyampaikan LP
Abdomen 2. Mempelajari catatan pendahuluan dengan Tumor Intra Abdomen
Tujuan Khusus medis dan 2. Ganong, F. William. Tumor Intra 2. Mencari pasien yang
Saya akan: keperawatan klien 1998.Buku Aiar Abdomen diharapkan
1. Melakukan asuhan 3. Melakukan asuhan Fisiolosi 2. Mempresentasikan 3. Melakukan pengkajian
keperawatan pada keperawatan pada Kedokteran Edisi laporan pendahuluan
klien Tumor Intra klien Tumor Intra 17. Jakarta : EGC. dengan Tumor Intra Hari 2
Abdomen Abdomen dengan Abdomen kepada
1. Melakukan pemeriksaan
2. Melakukan evaluasi bimbingan dari 3. Carpenito, Lynda bimbingan dari
fisik pda klien
asuhan keperawatan perseptor/clinical Juali. 1995. perseptor/clinical
2. Menyusun asuhan
pada klien Tumor instuktur Diasnosa instruktur
3. Membuat laporan keperawatan
Intra Abdomen 4. Mempelajari sesuai keperawatan
kasus dengan Tumor 3. Mengkaji nyeri secara
3. Melakukan analisa target khusus dengan Aplikasi pada
Intra Abdomen komprehensif
kasus asuhan bimbingan Praktek Klinik
4. Mempresentasikan 4. Mengobservasi terhadap
pembimbing klinik. Edisi
6. Jakarta : EGC. laporan kasus Tumor
keperawatan pada 4. Marrilyn, E. Intra Abdomen perkembangan sehari-hari
klien Tumor Intra Doengus. 1999. kepada pembimbing klien.
Abdomen Rencana Asuhan klinik dan akademik Hari 3
4. Melakukan Keperawatan 5. Melakukan 1. Mengobservasi terhadap
kesimpulan asuhan Pedoman Untuk kompetensi klinik, perkembangan klien.
keperawatan pada Perencanaan meliputi : 2. Bimbingan laporan asuhan
klien Tumor Intra dan a. Melakukan keperawatan dengan
Abdomen Pendokumentasian pengkajian pembimbing klinik
Perawatan Pasien, Tumor 3. Mengkaji nyeri secara
Edisi 3. Jakarta : Intra Abdomen komprehensif
EGC. b. Melakukan 4. Mengaj arkan tekhnik
pemeriksaam relaksasi napas dalam
fisik pada klien
Tumor Intra Hari 4
Abdomen 1. Menyusun asuhan
c. Melakukan keperawatan
asuhan 2. Mei akukan uj i an
keperawatan pada distraksi pada klien
klien Tumor Intra didampingi dengan
Abdomen pembimbing klinik
d. Melakukan 3. Memberikan pendidikan
evaluasi asuhan kesehatan pada keluarga
keperawatan pada klien didampingi dengan
klien Tumor Intra pembimbing klinik
Abdomen 4. Mengobservasi terhadap
e. Melakukan perkambangan klien
analisa kasus sehari-hari.
pada klien Tumor Hari 5
Intra Abdomen 1. Menyusun resume
f. Melakukan keperawatan
kesimpulan pada 2. Mengobservasi terhadap
klien Tumor Intra perkembangan klien
Abdomen
sehari-hari.
Hari 6
1. Melakukan diskusi
dengan pembimbing
klinik
2. Melakukan terapi
bermain
3. Melakukan evaluasi
tindakan keperawatan
yang telah di lakukan

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Na’im Munawaroh, S.Kep, Ners) (Faridoh Hasanah)


LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN
NUTRISI PADA ANAK

Disusun Oleh :
Faridoh Hasanah (202002040004)

PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok Bahasan Nutrisi Pada Anak


Sasaran Keluarga An. Y
Waktu Kamis, 4 Maret 2021 (20 menit)
Tempat Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan keluarga klien
mampu menjelaskan tentang nutrisi pada anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada anak
selama 20 menit, diharapkan keluarga klien dapat:
a. Me njelaskan pengertian nutrisi
b. Menjelaskan tentang manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
c. Menjelaskan tentang pengertian sembelit
d. Menjelaskan tentang makanan yang boleh dikonsumsi

II. Metode Pelaksanaan


a. Ceramah.
b. Tanya jawab.

III. Strategi Pelaksanaan


Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada :
1. Tanggal: : Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu : 10.00- 10.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
No TAHAP WAKT KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN
U
1. Pembukaan 5 menit > Mengucapkan salam -Menjawab salam
Memperkenalkan diri
> -Mendengarkan - Tahu dan
Menjelaskan maksud dan tujuan
> mengerti -Menyepakati
Kontrak waktu
> kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan materi kentang : -Mendengarkan dan
>
1. Pengertian nutrisi Memperhatikan.
2. Manfaat kebutuhan nutrisi
pada anak
3. pengertian sembelit
4. makanan yang
boleh
dikonsumsi

>
Memberikan audien kesempatan
untuk bertanya - bertanya dan mampu
menjawab
pertanyaan.
3. Penutup 5 menit > Memberikan pertanyaan -Menjawab
Membuat kesimpulan
> -Mendengarkan
Menutup dengan salam
> -Menjawab salam
IV. Media dan Alat
a. Leaflet.
b. Lembar balik.
V. Setting Tempat

Keterangan:
1 = pasien
2 = penyuluh
3 = keluarga

VI. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian nutrisi
2. Sebutkan manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
3. jelaskan pengertian sembelit
4. Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi

VII. Kriteria evaluasi


A. Evaluasi Struktur
1. SAP dan materi sudah disiapkan dan di konsulkan.
2. Media sudah dipersiapkan.
3. Waktu dan tempat sudah dipersiapkan.
B. Evaluasi Proses
1. Penyajian sesuai waktu.
2. Audien aktif.
3. Media digunakan semua.
C. Evaluasi Hasil
1. 75% audien mengerti dan menjelaskan pengertian nutrisi anak
2. 75% audien mampu menyebutkan manfaat nutrisi
3. 75% audien mampu menyebutkan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
DAFTAR PUSTAKA

Hendrotomo dan Muhardi. 2006. Pemeberian Nutrisi Parenteral pada Penderita Gangguan
Pencernaan (http//.www. google. Com). Jakarta : FK-UI

Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi pertumbuhan (Dalam:
penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1). Jakarta :BIKA FKUI

Aimu, Aziz. 2008. Umu Kesehatan Anak. Surabaya : Salemba Medika.

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Ed 2. Jakarta : EKG


Lampiran materi

MATERI
KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK

A. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi, sedangkan nutrisi yang cukup
adalah makanan yang mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan gizi tubuh
seseorang.

B. Manfaat
1. Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh untuk aktifitas
2. Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang dibutuhkan pleh sel
3. Membentuk persediaan zat-zat makanan dalam tubuh

C. Pengertian sembelit
1. Memberikan zat gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan
2 Mendidik kebiasaan yang baik dalam hal makan
3. Menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan

D. Makanan yang boleh dikonsumsi

1. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung serat, baik dalam bentuk potongan
atau dibuat jus, seperti apel, pir, brokoli atau bayam.
2. Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau lobak.
3. Mengonsumsi tomat dan j agung.
4. Mengonsumsi roti dari gandum atau terigu.
5. Mengonsumsi sereal atau cracker, terutama yang mengandung sayuran.
E. Makanan yang sebaiknya dihindari
1. Menghindari susu sapi, karenanya banyak anak yang mengalami susah BAB saat
berpindah dari ASI ke susu sapi.
2. Menghindari makanan atau minuman yang berbahan dasar susu, seperti yoghurt,
keju atau es krim.
3. Menghindari konsumsi buah pisang.
4. Menghindari konsumsi wortel.
5. Menghndari makanan yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRA ABDOMEN DIRUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Disusun oleh:

Faridoh Hasanah (202002040004)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA PENGERTIAN
NUTRISI?
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi,
sedangkan nutrisi yang cukup adalah makanan yang
mengandung gizi yang cukup untuk
kebutuhan gizi tubuh seseorang.
APA SAJA MANFAAT
NUTRISI?
・Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh untuk
aktifitas
・Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang
dibutuhkan oleh sel
Membentuk persediaan zat-zat makanan
dalam tubuh
MAKANAN PELANCAR BAB
• Konstipasi atau sembelit memiliki beragam penyebab,
tapi secara garis besar adalah hasil dari pergerakan
makanan yang lambat melalui sistem pencernaan.
Kondisi ini mungkin terjadi karena dehidrasi atau
kurang minum, pola makan yang buruk, pengaruh
obat-obatan,
termasuk penyakit yang memengaruhi sistem saraf
dan kesehatan mental (stres).
MAKANAN APA SAJAKAH YANG
SEBAIKNYA DIKONSUMSI?
Mengonsumsi sayur dan buah yang
mengandung serat, baik dalam bentuk
potongan atau dibuat jus, seperti apel, pir;
brokoli atau bayam ^a^uran tinggi Serat

labu
, brokoli

wortel bayam
Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang
polong, buncis atau lobak.
Mengkonsumsi
tomat dan jagung
Mengkonsumsi roti dari gandum atau terigu

Mengkonsumsi sereal
TERIMA KASIH
KONTRAK BELAJAR
CEDERA KEPALA RINGAN
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :

RETNO DWI WAHYUNINGRUM

202002040011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN 2021
KONTRAK BELAJAR
STASE ANAK DI RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Tempat Praktik :Melati


Mata ajar :Stase anak

Nama :Retno Dwi


Wahyuningrum
NIM :202002040011
No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan

Setelah menjalankan Mahasiswa mampu Wawancara Waktu yang saya Mampu


praktek melakukan: dan tetapkan untuk melakukan
pembelajaran klinik 1. Pengkajian observasi mencapai tujuan pengkajian
di ruang MELATI a. Melakukan anamnesa tersebut adalah :
( RSUD Tugurejo :Keadaan umum, Hari I:
Semarang, Pada umumnya ■ Observasi
diharapkan saya pasien dengan Cedera ruangan
mampu : Kepala Ringan dalam dan pasien
1. Melakukan keadaan lemah, sesak ■ Mengumpul
pengkajian nafas, nyeri. kan kontrak
terhadap klien b. Pemeriksaan Fisik : belajar dan
dengan Cedera pada pasien Cedera LP pasien
Kepala Ringan Kepala Ringan. dengan
(CDR) c. Pemeriksaan gangguan
2. Melakukan Penunjang Cedera
pemeriksaan 3. Penetapan diagnosa Kepala
fisik terhadap keperawatan Ringan
klien dengan a. Nyeri akut ■ Melakukan
gangguan berhubungan dengan pengkajian
Cedera Kepala agen cedera fisik. pasien
Ringan (CDR) b. Ketidakefektifan
3. Melakukan pola napas
berhubungan
asuhan dengan depresi Hari II:
keperawatan sistem saraf pusat ■ Melakukan
pada pasien c. Resiko pengkajian
dengan ketidakefektifan kembali

gangguan perfusi jaringan pasien


cerebral
Cedera Kepala berhubungan dengan
dengan cedera
Ringan (CDR) kepala gangguan
4. Penetapan intervensi Cedera

keperawatan pada pasien Kepala


Cedera Kepala Ringan Ringan
a. Nyeri akut ■ Melakukan
pemeriksaa
-Kaji nyeri secara n
komprehensif fisik pasien
-Berikan posisi dengan
senyaman mungkin Cedera

-Ajarkan terapi murotal Kepala


-Kolaborasikan dengan Ringan
dokter dalam

pemberian obat Hari III:


b. Ketidakefektifan pola Studi ■ Melakukan Mampu

napas publikasi asuhan menyusun


-Kaji RR dan pantau tindakan keperawata dan
n
status oksigen dan studi pasien memprioritas

-Berikan oksigen pustaka dengan kan diagnosa


-Ajarkan pasien untuk Cedera keperawata
memposisikan semi Kepala
fowler Ringan

-Kolaborasikan dengan Observasi, ■ Melakukan


dokter dalam studi evaluasi Mampu
pemberian obat pustaka dan terhadap menyusun
c. Resiko wawancara intervensi rencana

ketidakefektifan perfusi dan evaluasi tindakan


jaringan cerebral yang telah
-Kaji perubahan pasien Observasi, dilakukan Mampu
dalam merespon studi pada pasien melakukan

stimulus pustaka dan dengan rencana

-Berikan posisi wawancara Cedera tindakan


senyaman mungkin Kepala
-Ajarkan pasien untuk Ringan Mampu
membatasi gerakan melakukan

kepala evaluasi
-Kolaborasikan dengan tindakan
dokter dalam

pemberian obat ■ Hari IV: Mampu


Melakukan melakukan

Penkes dan penkes dan


Terapi terapi
murotal murotal

■ Hari V

Mengumpul
kan laporan

■ Hari VI Mampu
Terapi melakukan
bermain terapi
bermain

Semarang, 01 Maret 2021

Mahasiswa Clinical Instruktur

Retno Dwi Wahyuningrum Nairn Munawaroh


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM


NEUROLOGI: CEDERA KEPALA RINGAN (CKR) DI RUANG
MELATI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

Retno Dwi Wahyuningrum

(202002040011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM NEUROLOGI: CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi
disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma
baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis teijadi karena robeknya
substansia aib a, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal di
sekitar jaringan otak. (B.Batticaca,
2008).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepal a,tengkorak dan
otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yangserius di antara penyakit
neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya
(Smeltzer & Bar e 2001).
Cidera kepala ringan adalah fungsi neurology atau menurunya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan
GCS:15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala, hematoma dan, laserasi dan abrasi (Masjoer, 2000), cedera kepala ringan adalah
kepala tertutup yang ditandai hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000).

2. Penyebab Cedera Kepala


Cedera kepala disebabkan oleh:
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan keij a
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)
3. Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek yang secara deskripsi dapat
dikelompokkan berdasar mekanisme, morfologi, dan beratnya cedera kepala. (IKABI,
2004).
a. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan menjadi dua yaitu
1) cedera kepala tumpul.
Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas,
jatuh/pukulan benda tumpul. Pada cedera tumpul teijadi akselerasi 7 dan
decelerasi yang menyebabkan otak bergerak didalam rongga kranial dan
melakukan kontak pada protuberas tulang tengkorak.
2) Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan. (IKABI, 2004)
b. Berdasarkan morfologi cedera kepala
Cedera kepala menurut (Tandian, 2011). Dapat teijadi di area tulang tengkorak
yang meliputi :
1) Laserasi kulit kepala
Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera kepala. Kulit
kepala/scalp terdiri dari lima lapisan (dengan akronim SCALP) yaitu skin,
connective tissue dan perikranii. Di antara galea aponeurosis dan periosteum
terdapat jaringan ikat longgar yang memungkinkan kulit bergerak terhadap
tulang. Pada fraktur tulang kepala, sering teijadi robekan pada lapisan ini.
Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat longgar,
maka perlukaan yang teijadi dapat mengakibatkan perdarahan yang cukup
banyak.
c. Fraktur tulang kepala
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi:
1) Fraktur linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata
pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala.
Fraktur lenier dapat teijadi jika gaya langsung yang bekeija pada tulang
kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan
tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk kedai am rongga intrakranial.
2) Fraktur diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang teijadi pada sutura tulamg
tengkorak yang mengababkan pelebaran sutura-sutura tulang 8 kepala. Jenis
fraktur ini sering teijadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum
menyatu dengan erat. Fraktur diastasis pada usia dewasa sering teijadi pada
sutura lambdoid dan dapat mengakibatkan teijadinya hematum epidural.
3) Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang meiliki lebih dari
satu fragmen dalam satu area fraktur.
4) Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang kepala teijadi akibat benturan dengan tenaga besar
yang langsung mengenai tulang kepala dan pada area yang kecal. Fraktur
impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi
pada duremater dan j aringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna
teijadi, jika tabui a eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabui a
intema segmen tulang yang sehat.
5) Fraktur basis kranii
Fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linier yang teijadi pada dasar tulang
tengkorak, fraktur ini seringkali diertai dengan robekan pada durameter
yang merekat erat pada dasar tengkorak. Fraktur basis kranii berdasarkan
letak anatomi di bagi menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media dan
fraktur fossa posterior. Secara anatomi ada perbedaan struktur di daerah
basis kranii dan tulang kalfaria. Durameter daerah basis krani lebih tipis
dibandingkan daerah kalfaria dan durameter daerah basis melekat lebih erat
pada tulang dibandingkan daerah kalfaria. Sehingga bila teijadi fraktur
daerah basis dapat menyebabkan robekan durameter. Hal ini dapat
menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal yang menimbulkan resiko
teijadinya infeksi selaput otak (meningitis).
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea dan racoon eyes sign
(fraktur basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan batle’s sign (fraktur
basis kranii fossa media). Kondisi ini juga 9 dapat menyebabkan lesi saraf
kranial yang paling sering teijadi adalah gangguan saraf penciuman
(N,olfactorius). Saraf wajah (N.facialis) dan saraf pendengaran
(N.vestibulokokhleari s). Penanganan dari fraktur basis kranii meliputi
pencegahan peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak misalnya
dengan mencegah batuk, mengejan, dan makanan yang tidak menyebabkan
sembelit. Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan telinga, jika perlu
dilakukan tampon steril (konsultasi ahli THT) pada tanda bloody/
otorrhea/otoliquorrhea. Pada penderita dengan tanda-tanda
bloody/otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur dengan posisi terlentang dan
kepala miring ke posisi yang sehat.
d. Cedera kepala di area intrakranial
Menurut (Tobing, 2011) yang diklasifikasikan menjadi cedera otak fokal dan
cedera otak difus Cedera otak fokal yang meliputi :
1) Perdarahan epidural atau epidural hematoma (EDH) Epidural hematom
(EDH) adalah adanya darah di ruang epidural yitu ruang potensial
antara tabui a interna tulangtengkorak dan durameter. Epidural
hematom dapat menimbulkan penurunan kesadaran adanya interval
lusid selama beberapa jam dan kemudian teijadi defisit neorologis
berupa hemiparesis kontralateral dan gel atasi pupil itsilateral. Gejala
lain yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, muntah, kej ang dan
hemiparesis.
2) Perdarahan subdural akut atau subdural hematom (SDH) akut.
Perdarahan subdural akut adalah terkumpulnya darah di ruang subdural
yang teijadi akut (6-3 hari). Perdarahan ini teijadi akibat robeknya vena-
vena kecil dipermukaan korteks cerebri. Perdarahan subdural biasanya
menutupi seluruh hemisfir otak. Biasanya kerusakan otak dibawahnya
lebih berat dan 10 prognosisnya jauh lebih buruk dibanding pada
perdarahan epidural.
3) Perdarahan subdural kronik atau SDH kronik
Subdural hematom kronik adalah terkumpulnya darah diruang subdural
lebih dari 3 minggu setelah trauma. Subdural hematom kronik diawali
dari SDH akut dengan jumlah darah yang sedikit. Darah di ruang
subdural akan memicu teijadinya inflamasi sehingga akan terbentuk
bekuan darah atau clot yang bersifat tamponade. Dalam beberapa hari
akan teijadi infasi fibroblast ke dalam clot dan membentuk noumembran
pada lapisan dalam (korteks) dan lapisan luar (durameter). Pembentukan
neomembran tersebut akan di ikuti dengan pembentukan kapiler baru
dan teijadi fibrinolitik sehingga teijadi proses degradasi atau likoefaksi
bekuan darah sehingga terakumulasinya cairan hipertonis yang dilapisi
membran semi permeabel. Jika keadaan ini teijadi maka akan menarik
likuor diluar membran masuk kedai am membran sehingga cairan
subdural bertambah banyak. Gejala klinis yang dapat ditimbulkan oleh
SDH kronis antara lain sakit kepala, bingung, kesulitan berbahasa dan
gejala yang menyerupai TIA (transient ischemic attack), di samping itu
dapat teijadi defisit neorologi yang berfariasi seperti kelemahan otorik
dan kejang.
4) Perdarahan intra cerebral atau intracerebral hematom (ICH)
Intra cerebral hematom adalah area perdarahan yang homogen dan
konfluen yang terdapat didalam parenkim otak. Intra cerebral hematom
bukan disebabkan oleh benturan antara parenkim otak dengan tulang
tengkorak, tetapi disebabkan oleh gaya akselerasi dan deselerasi akibat
trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang terletak
lebih dalam, yaitu di parenkim otak atau pembuluh darah kortikal dan
subkortikal. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh ICH antara lain adanya
11 penurunan kesadaran. Derajat penurunan kesadarannya dipengaruhi
oleh mekanisme dan energi dari trauma yang dialami.
5) Perdarahan subarahnoit traumatika (SAH)
Perdarahan subarahnoit diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat trauma
dapat memasuki ruang subarahnoit dan disebut sebagai perdarahan
subarahnoit (PSA). Luasnya PSA menggambarkan luasnya kerusakan
pembuluh darah, juga menggambarkan burukna prognosa. PSA yang
luas akan memicu teijadinya vasospasme pembuluh darah dan
menyebabkan iskemia akut luas dengan manifestasi edema cerebri.
e. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan beratnya
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, menurut (Mansjoer, 2000) dapat
diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS dan dikelompokkan
menjadi:
Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14 - 15
1) Pasien sadar, menuruti perintah tapi disorientasi.
2) Tidak ada kehilangan kesadaran
3) Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
4) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
5) Pasien dapat menderita laserasi, hematoma kulit kepala
f. Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9-13
Pasien bisa atau tidak bisa menuruti perintah, namun tidak memberi respon
yang sesuai dengan pernyataan yang di berikan
1) Amnesia paska trauma
2) Muntah
3) Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda Battle, mata rabun,
hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal)
4) Kejang
g. Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
1) Penurunan kesadaran sacara progresif
2) Tanda neorologis fokal
3) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari cidera kepala adalah:
a. Nyeri yang menetap atau setempat.
b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat
di bawah konjungtiva, memar di atas mastoid (tanda battle), otoreaserebro spiral
( cairan cerebros piral keluar daritelinga ), minoreaserebrospiral (les keluar dari
hidung).
d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pusing / berkunang-kunang.Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskuler
g. Peningkatan TIK
h. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis ekstremita.
i. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan

5. Patofisiologi Cedera Kepala


Menurut Tarwoto (2007 : 127) adanya cedera kepala dapat mengakibatkan
kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada paremkim otak, kerusakan pembuluh
darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis
tripospat,perubahan permeabilitas faskuler. Patofisiologi cedera kepala dapat di
golongkan menjadi 2 yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera
kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang dapat teijadi secara langsung
saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Cedera kepala primer
adalah kerusakan yang teijadi pada masa akut, yaitu teijadi segera saat benturan teijadi.
Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal ) local, maupun difus. Kerusakan fokal yaitu
kerusakan jaringan yang teijadi pada bagian tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian
relative tidak terganggu. Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa
disfungsi menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.
Cedera kepala sekunder teijadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat
hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma,
misalnya Epidoral Hematom yaitu adanya darah di ruang Epidural diantara periosteum
tengkorak dengan durameter,subdural hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang
antara durameter dengan sub arakhnoit dan intra cerebal hematom adalah berkumpulnya
darah didalam jaringan cerebral.

PembakaE aEt-MepJaii
Oadena medial
Resiko Kyed
iifeksd

I—►Hipaksia^-*

jariLiHE

PenibataL iiikulasi -BeBitaL jlr


CSS^ -Obstiuksd jin.
PedLEtataLUK Ka&s -Diiptea
-Hentiua&s
-PembataE.
Polaia&s

Defis-itL-aLioloEi i
Girus madidis lobut
teapnrali jtazesai
I
R-siko kEiaEEEya
voilum-?c3ifaE saEiOTi 5feUif:
ilErN3&£
Herd a^i VV ■■■ ■■■ ■.r-T"^?
Tr,.r,
1 ๔๒ 12
7. Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah dibersihkan
dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan miminimalkan masuknya
infeksi sebelumlaserasi ditutup.
a. Menilai jalan nafas bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar cervikal,pasang
guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu j alan nafas,maka pasien
harus diintubasi.
b. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jikatidak beri 02
melalui masker 02. Jika pasien bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada berat spt
pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi
02minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan terancan/memperoleh 02
ygadekuat ( Pa 02 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta saturasi 02 >95%)atau muntah
maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi.
c. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intraabdomen/dada.Ukur dan catat
frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg
besar.Berikan larutan koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
d. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt teijadi setelah cedera kepala dan harusdiobati mula-
mula diberikan diazepam lOmg intravena perlahan- lahan dandpt diulangi 2x jika masih
kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB.
e. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua pasien dengan cedera kepala
dan/atau leher,lakukan fototulang belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan
odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal Cl-
C7normal7.Pada semua pasien dg cedera kepala sedang dan berat :- Pasang infus dgn
larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairanisotonis lebih efektif mengganti volume
intravaskular daripada cairanhipotonis dan larutan ini tdk menambah edema cerebri-
Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap,
trombosit, kimia darah. Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi
adanya : 1 .Hematoma epidural2.Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel3 .Kontusio
dan perdarahan jaringan otak 4.Edema cerebri5.Pergeseran garis tengah6.Fraktur
kranium8.Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda
hemiasilakukan : Elevasi kepala 30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20% lgr/kgBB
intravena dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar
l
A dosis semulasetiap 6 jam sampai maksimal 48 jam I- Pasang kateter foley-Konsul bedah
saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub dural,cedera
kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo).

8. Penatalaksaan Keperawatan
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili tujuan untuk
memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan
umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Untuk
penatalaksanaan penderita cedera kepala, Adveanced Cedera Life Support (2004) telah
menepatkan standar yang disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera yaitu ringan, sedang dan
berat. Penatalaksanaan penderita cerdera kepala meliputi survei primer dan survei sekunder.
Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain : A (airway), B
(breathing), C (circulation), D (disability), dan E (exposure/environmental control) yang kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer
sangatlah penting untuk mencegah cedera otak skunder dan menjaga homeostasis otak. Kelancaran
jalan napas (airway) merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Jika penderita dapat
berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas
sering teijadi pada penderita yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan,
j atuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas
harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh melakukan
ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan chin
lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung. Bila ada
sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika
tersedia. Untuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa orofaring.
Bila hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke mulut akan
sangat bermanfaat (breathing). Apabila tersedia, 02 dapat diberikan dalam jumlah yang memadai.
Pada penderita dengan cedera kepala berat atau jika penguasaan jalan napas belum dapat
memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi
endotrakheal.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran dan denyut
nadi (circulation). Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya perdarahan
eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer
yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normovolemik.
Pada penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya dipertahankan di atas 100
mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut nadi dapat digunakan secara
kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan
sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka tekanan sistolik
lebih dari 70 mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan
sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan dengan
penekanan pada luka.
Setelah survei primer, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu resusitasi. Cairan resusitasi
yang dipakai adalah Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua jalur intra vena.
Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya
terhadap cedera otak dibandingkan keadaan udem otak akibat pemberian cairan yang berlebihan.
Posisi tidur yang baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari
leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan intracranial.
Pada penderita cedera kepala berat cedera otak sekunder sangat menentukan keluaran
penderita. Survei sekunder dapat dilakukan apabila keadaan penderita sudah stabil yang berupa
pemeriksaan keseluruhan fisik penderita. Pemeriksaan neurologis pada penderita cedera kepala
meliputi respos buka mata, respon motorik, respon verbal, refleks cahaya pupil, gerakan bola mata
(doll’s eye
phonomenome, refleks okulosefalik), test kalori dengan suhu dingin (refleks okulo vestibuler)
dan refleks kornea.
Tidak semua penderita cedera kepala harus dirawat di rumah sakit. Indikasi perawatan
di rumah sakit antara lain;
a. Fasilitas CT scan tidak ada,
b. Hasil CT scan abnormal,
c. Semua cedera tembus,
d. Riwayat hilangnya kesadaran,
e. Kesadaran menurun,
f. Sakit kepala sedang-berat,
g. Intoksikasi alkohol/obat-obatan,
h. Kebocoran liquor (rhinorea-otorea),
i. Cedera penyerta yang bermakna,
j. GCS< 15.
Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk memberikan
suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa
pemberian cairan intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid, barbitirat
dan antikonvulsan.
Indikasi pembedahan pada penderita cedera kepala bila hematom intrakranial >30 ml,
midline shift >5 mm, fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan
kedalaman >1 cm.
Penatalaksanaan Khusus: Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini umumnya
dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan bila memenuhi
kriteria berikut:
1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya beijalan) dalam
batas normal
2) Foto servikal jelas normal
3) Ada orang yang bertanggung-jawab untuk mengamati pasien selama 24 jam pertama,
dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala
perburukan
4) EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya patologis
5) Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur)
6) BAER (Brain Auditori Evoker Respon) menentukan fungsi korteks dan batang otak
Kriteria perawatan di rumah sakit:
1) Adanya darah intracranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan
2) Konfusi, agitasi atau kesadaran menurun
3) Adanya tanda atau gej ala neurologi a fokal
4) Adanya penyakit medis komorbid yang nyata
5) Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi:
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga teijadi
perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne
Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana
karena aspirasi), cenderung teijadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada
pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang
akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia)
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak
akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan
hebat/luas dan mengenai batang otak akan teijadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat teijadi :
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, foto fobia.
3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
4) Teijadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesal ah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Bladder
Pada cidera kepala sering teijadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Teijadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia)
dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang
lama dapat teijadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula teijadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang teijadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula
teijadi penurunan tonus otot.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya edema serebri
b. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekresi dan sumbatan
jalan napas
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif dan
penurunan kekuatan/tahanan.
e. Resiko teijadi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan dan tindakan invasif
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Kerusakan perfusi NI :Circulatory care


jaringan serebral C Monitor vital sign Mengetahui adanya
NOC Outcome : Monitor
- resiko peningkatan
-Perfusi jaringan
status TIK
cerebral
neurologi Peningkatan aliran
-Balance cairan
Monitor vena dari kepala
Posisikan kepela menyebabkan
Client Outcome :
klien head Up 30° penurunan TIK
- Vital
Kolaborasi Mengurangi edema
sign pemberian manitol cerebri
-
membaik sesuai order
-Fungsi

motorik

Ketidakefektifan NOC Outcome : NI : Manajemen jalan Mengetahui


C kepastian
jalan nafas - Status respirasi : napas
pertukaran gas - Monitor kepatenan
respirasi
- Status respirasi : kebersihan jalan
kepatenan jalan oksigenasi nafas

nafas - Bersihkan

- Status respirasi : napas


ventilasi - Auskultasi

-Kontrol aspirasi pernapasan


- Berikan
sesuai program
Client Outcome : NI :Suctioning air way Membebaskan
C
- Jalan napas paten - Observasi jalan
- Sekret
yang keluar terhadap akumulasi
dikeluarkan - Auskultasi sebelum sekret
dan
- Suara napas bersih terpenuhinya
melakukan suction kebutuhan
-Gunakan peralatan oksigenasi klien
steril pada saat
melakukan suction
-Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang
tindakan suction
Kerusakan NOC Outcome : NI :Perawatan luka
C
integritas kulit Integritas j aringan dan pertahanan kulit
- Observasi Mengetah
ui
Client Outcome : teijadinya seberapa luas

Integritas kulit utuh - kerusakan integritas kerusakan


kulit integritas kul
it
Kaji faktor resiko klien
kerusakan integritas
kulit

- Lakukan perawatan
luka

- Monitor

nutrisi Mencegah
- Atur posisi klien teijadinya
pa
tiap 1 jam sekali penekanan da
- Pertahankan area dekubibus
kebersihan

tenun
Intolerasi NOC Outcome : NI Terapi latihan Dengan latiha
C n ak
aktivitas Pergerakan sendi aktif (pergerakan sendi) pergerakan
an
Tingkat mobilisasi - Observasi KU klien mencegah
Perawatan ADLs - Tentukan teijadinya
ketebatasan gerak kontraktur otot

Client Outcome : klien


- Lakukan
-Peningkatan
kemampuan dan sesuai kemampuan
kekuatan -Kolaborasi dengan
terapis
otot
dalam bergerak dalam
-Peningkatan melaksanakan
aktivitas fisik latihan

Meminimalkan
NIC Terapi latihan
teijadinya
(kontrol otot)
kerusakan mobilitas
-Evaluasi
fisik
fungsi
sensori
-Tingkatkan aktivitas
motorik sesuai
kemampuan
-Gunakan sentuhan
Resiko NOC Outcome : NIC : Kontrol
guna infeksi
teijadi Status imunologi -Pertahankan kebersihan
Meminimalkan
infeksi Kontrol infeksi lingkungan -- Batasi
Kontrol resiko pengunjung
invasi
- Anjurkan dan
Client Outcome : ajarkan pada
Bebas dari tanda-tanda keluarga untuk cuci mikroorganisme

infeksi tangan sebelum

Angka leukosit dalam dan sesudah kontak


penyebab infeksi
batas normal dengan klien

Vital sign dalam batas - Gunakan teknik


kedai am tubuh
normal septik dan aseptik
dalam perawatan
klien Mencegah
- Pertahankan intake

teijadinya infeksi

lanjutan
nutrisi

yang
adekuat
- Kaji adanya tanda-
tanda infeksi
-Monitor vital sign
-Kelola

terapi
antibiotika Memberikan
perlindungan pada

NIC : Pencegahan infeksi klien

-Monitor vital sign


tehadap
-Monitor
paparan

tanda- mikroorganisme

tanda infeksi penyebab infeksi

- Monitor Memastikan

hasil pengobatan yang

laboratorium diberikan

- Manajemen
sesuai
lingkungan
program
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2005.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC Hudak dan Gallo.
2002. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC dalam
http:// samoke2012 .wordpress. com/2012/11/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan- ci dera-
kepal a-nanda-noc-ni c/
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
Maijory Gordon, dkk, 2015, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
Muttaqin, Arif.2014..Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CEDERA KEPALA RINGAN DAN CARA PENCEGAHAN

Disusun oleh :
Retno Dwi Wahyuningrum
202002040011

PROGAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERAJANGAN
PEKALONGAN
TAHUN 2021
A. Latar Belakang
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau

penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (acceleasi -

decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan

pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serata notasi yaitu pergerakan pada

kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tingkat pencegahan

(Muttaqin, 2009)

Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan

dampak pada fungsi otak, cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang

minimal karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat

maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.

B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami tentang cedera
kepala ringan dan cara pencegahan
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien diharapkan
mampu:
1) Menjelaskan pengertian cedara kepala ringan
2) Menyebutkan penyebab cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan gej ala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara mengobati cedera kepala ringan
C. STRATEGI INTERVENSI
Strategi intervensi yang dilakukanadalah dengan menggunakan Promosi Kesehatan
tentang “Cedera Kepala Ringan dan Cara Pencegahan” yang dilakukan pada keluarga dan
pasien yang menderita cedera kepala ringan.

D. IMPLEMENTASI
1 Tindakan :Pendidikan kesehatan mengenai cedera kepala ringan dan
.
cara pencegahan
2 Metode :Ceramah dan diskusi
.
3 Media/alat :Leaflet, Dan power point
.
4 Tempat :Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
.
5 Waktu :Kamis, 04 Maret 2021
.
6 Sasaran :Klien dan Keluarga
.7 Pelaksana
:Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
.
Pekajangan Pekalongan (Retno Dwi Wahyuningrum)
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
N Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
o
1 Pembukaan 5
1. Mahasiwa memberikan 1. Menjawab salam menit
salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan
tentang topik penyuluhan
4. Mahasiwa
kontrak
5. Mahasiwamenj el askan
tujuan penyuluhan

2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan pengertian Mendengarkan menit
cedara kepala ringan
dan
2) Menyebutkan penyebab
memperhatikan.
cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan
gejala cedara kepala
ringan
4) Menyebutkan komplikasi
cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan
cedera kepala ringan
6) Menyebutkan
cara
mengobati cedera kepala

3 Penutupringan 5
1. Mahasiswa 1. Menjawab menit
menyimpulkan materi pertanyaan
2. Mahasiswa 2. Mendengarkan dan
mengadakan memperhatikan
evaluasi 3. Menjawab salam

tentang
Pengertian, penyebab,
tanda dan
gejala,
komplikasi,
pencegahan, dan
diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian cedera kepala ringan ?
b. Jelaskan penyebab cedera kepala ringan ?
c. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
d. Jelaskan komplikasi cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan pencegaha cedera kepala ringan ?
f. Jelaskan pengobatan cedera kepala ringan ?
Lampiran Materi
F. MATERI
1. Pengertian
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan dampak pada fungsi otak,
cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal karena ditandai dengan hilangnya
kesadaran dalam waktu singkat maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.

2. Penyebab
a. Benda jatuh
b. Kecelakaan di j alan raya
c. Kecelakaan olahraga
d. Benda yang menghantam kepala

3. Tanda dan gejala

a. Gejala Fisik
1) Pingsan selama beberapa menit
2) Merasa linglung atau bingung
3) Sakit kepala
4) Mual atau muntah
5) Lelah atau mengantuk
6) Kejang-kejang
b. Gejala Indra
1) Gangguan indra, misalnya penglihatan buram, telinga berdenging, mulut terasa buruk atau
perubahan pada kemampuan untuk mencium
2) Sensitivitas terhadap cahaya atau suara

4. Komplikasi
a. Vertigo post traumatic
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
b. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir
c. Efek kumulatif atau penumpukan dari kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera kepala akan menderita kerusakan otak jangka panjang

5. Pencegahan cedera kepala ringan


a. Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan aktivitas atau olahraga yang beresiko teijadi
benturan
b. Memakai sabuk pengaman saat mengendarai mobil dan mengenakan helm saat mengendarai motor
c. Memastikan keamanan dirumah, seperti membuat pegangan tangan ditangga dan memasang alas
anti selip agar lantai kamar mandi tidak licin
d. Berolahraga secara teratur untuk melatih keseimbangan dan memperkuat otot kaki

6. Pengobatan
a. Istirhat total
Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang terdampak apabila anda tidur yang
cukup setiap malam
b. Konsumsi obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa sakit, seperti acetaminophen
(Thylenol)
c. Berhenti berolahraga untuk sementara
Dalam periode ini cara terbaik menghindari aktivitas atau berpikir dan banyak beristirahat. Tunggu
hingga tubuh anda benar-benar pulih

d. Pola makan dan olahraga


Memperbaiki pola makan dan olahraga dapat membantu menjaga massa dan kepadatan tulang.
Tulang yang lebih kuat tidak akan mudah mengalami kerusakan saat cedera teijadi. Tinggi kalori
dan tinggi protein
CEDERA KEPALA RINGAN DAN
CARA
PENCEGAHAN

Retno Dwi Wahyuningrum 202002040011


PENGERTIAN

Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak.

cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal


karena ditandai dengan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat
maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.
PENYEBAB
1. Benda jatuh
2.
Kecelakaan di jalan raya
3.
Kecelakaan olahraga
4.
Benda yang menghantam
kepala
TANDA DAN
GEJALA
1. Gejala fisik

a. Pingsan selama beberapa menit

b. Merasa linglung atau bingung

c. Sakit kepala

d. Mual atau muntah

e. Lelah atau mengantuk

f. Kejang-kejang
LANJUTAN..
2. Gejala indra

a. Gangguan indra, misalnya penglihatan


buram, telinga berdenging, mulut
terasa buruk atau perubahan pada
kemampuan untuk mencium

b. Sensitivitas terhadap cahaya atau suara


KOMPLIKASI
2. Sindrom pasca cedera kepala
1. Vertigo post traumatik
Kesulitan berpikir
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
3. Efek kumulatif atau penumpukan dari
kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera
kepala
akan menderita kerusakan otak jangka
panjang
1.

2.

3.

PENCEGAHAN CEDERA
KEPALA
RINGAN
Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan
aktivitas atau olahraga yang beresiko terjadi
benturan
Memakai sabuk pengaman saat mengendarai
mobil dan mengenakan helm saat mengendarai
motor
Memastikan keamanan dirumah, seperti
membuat pegangan tangan ditangga dan
memasang alas antiselip agar lantai kamar mandi
tidak licin
LANJUTAN...

4. Berolahraga secara teratur untuk melatih keseimbangan dan


memperkuat otot kaki
CARA MENGOBATI CEDERA KEPALA
RINGAN
(dirumah)
1. Istirhat total
Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang
terdampak apabila anda tidur yang cukup setiap malam
2. Konsumsi obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi
rasa sakit, seperti acetaminophen (Tbylenol)
3. Berhenti berolahraga untuk sementara
Dalam periode ini cara terbaik menghindari
aktivitas atau berpikir dan banyak beristirahat. Tunggu hingga
tubuh anda benar-benar pulih
4. Pola makan dan olahraga

Memperbaiki pola makan dan olahraga dapat membantu

menjaga massa dan kepadatan tulang. Tulang yang lebih kuat

tidak akan mudah mengalami kerusakan saat cedera teqadi.

Tinggi kalori dan tinggi protein

4 '
A PENGERTIAN

menit
Oleh, MUHAMMADI Cedera
YAH atau
Retno bwi PERAJANGA
N trauma
Wahyuningrum PEKALONGAN pada
2021 kepala
202002040011 dan otak

PROGRAM
__________ yang
dapat
memberik
STUDI
PROFESI NERS an
FAKULTAS dampak
ILMU pada
KESEHATAN
UNIVERSITAS fimgsi
otak. kepala C. TANDA
DAN GEJALA
B. PENYEBA 1. Gejal
a fisik
B a. Pin
1. Benda gsan selama
jatuh beberapa
2. Kecelak b. Me
aan dijalan raya rasa linglung atau
3. Kecelak bingung
aan olahraga c. Sak
4. Benda it kepala
yang d. Mu
menghantam al atau muntah
h
ggua berd
n engi
indr ng,
a, mul
e. Lel misa ut
ah atau lnya teras
mengantuk peng a
f. Kej lihat buru
ang-kejang an k
2. Gejal bura atau
a indra m, pem
a. Gan telin baha
ga n
pada caha
kem ya
amp atau
uan suar
untu a
k
men
cium
b. Sens
itivit
as
terha
dap
PENCEGAHAN
1. Menggunakan alat pelindung diri
saat melakukan aktivitas atau

KOMPLIKASI olaliraga

1. Vertigo post traumatic 2. Memakai sabuk pengaman saat


Kepala berputar-putar dan mengendarai mobil dan 2. Konsumsi obat-obatan
sangat pusing
mengenakan helm saat 3. Berhenti berolahraga untuk
mengendarai motor
sementara
2. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir

4. Pola makan dan olahraga

3. Memastikan keamanan dimmah


3. Efek kumulatif atau penumpukan
dari kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami
cedera kepala akan menderita
kerusakan otak j angka panjang

4. Berolaliraga secara teratur untuk


melatih keseimbangan dan
memperkuat otot kaki
PROPOSAL TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
PADA USIA 3-6 TAHUN DI RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:

1. Era Windiana (202002040023)


2. Faridoh Hasanah (202002040004)
3. Retno Dwi Wahyuningrum (202002040011)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wong (2009) menyatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain juga
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, serta
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-
anak akan berkata-kata atau berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, mengenal
suara, serta j arak.
Fungsi dari bermain adalah merangsang perkembangan sensorik- motorik
dimana keduanya merupakan komponen terpenting untuk perkembangan fungsi
otor misalnya alat permainan yang digunakan bayi yang mengembangkan
kemampuan sensorik motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar
maupun halus. Perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreatifitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi.
Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.
Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada
(Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural
bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini (Suryanti, 2011).
Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap
anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007).
Kesehatan itu sendiri. Perasaannya seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan
perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak. Anak yang
dirawat memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan
mampu bekeija sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan, .media
yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan
untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak,
mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain
harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit
(Pramono, 2012).

B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan:
1. Anak merasa senang karena kebutuhannya terpenuhi
2. Rasa percaya anak pada perawat meningkat
3. Anak merasa tidak bosan atau jenuh selama proses hospitalisasi
4. Meningkatkan perkembangan sensorik motorik yang diperoleh melalui
stimulasi.

C. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain ini adalah Anak usia 3-6 tahun
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Karakteristik sasaran dalam terapi ini adalah anak yang dirawat di rumah
sakit, berusia 3-6 tahun, sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan
untuk diajak bermain.

B. Analisa Kasus
Anak yang dirawat dirumah sakit mengalami hospitalisasi, itu menjadikan
sebuah stressor baik bagi anak maupun keluarga. Meskipun hal ini merupakan
keadaan fisiologis, namun anak dan keluarga harus mampu mengatasi dan
beradaptasi dengan kondisi tersebut agar tidak teijadi krisis pada diri anak maupun
keluarga. Anak usia pra sekolah biasanya menerima keadaan masuk rumah sakit
dengan sedikit ketakutan. Untuk itu perawat perlu memberikan terapi bermain
untuk mengatasi masalah hospitalisasi yang teijadi.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori


1. Energy untuk bermain yang cukup, sehingga saat bermain anak tidak cepat
merasakan lelah dan kurang energi.
2. Waktu yang cukup untuk anak bermain
3. Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak
4. Ruang untuk bermain yang bisa dimana saja
5. Teman bermain dalam permainan
6. Alat permainan aman.

BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan
Permainan ini menggunakan jenis permainan stimulasi yaitu stimulasi visual
dan gerak motorik halus serta motorik kasar.
B. Tujuan Permainan
1. Menstimulasi atau merangsang kecerdasan otak
2. Merangsang daya imajinasi anak.
3. Mengembangkan kepercayaan diri anak.
4. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam proses hospitalisasi.
5. Anak merasa senang.

C. Keterampilan yang Diperlukan


1. Perawat mampu berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak
dan orang tua.
2. Perawat menguasai jenis bermainan yang akan dilakukan.
3. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak.

D. Jenis Permainan
Mewarnai gambar

E. Alat Bermain
1. Buku bergambar
2. Pensil warna

F. Proses Bermain
1. Fase orientasi :
a. Mengucapakan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri

c. Menj el askan tuj uan


d. Meminta persetujuan pada orang orang tua dan anak
e. Kontrak waktu
2. Fase keija :
a. Menjelaskan aturan permainan
b. Meminta ibu untuk selalu mendampingi anaknya
c. Menunjukkan alat/mainan yang akan digunakan
d. Memulai permainan dengan cara mewarnai gambar yang sudah
disediakan
e. Memberi reinforcement atas keberhasilan anak
3. Faseterminasi :
a. Merapikan alat
b. Berpamitan
c. Mengucapkan salam

G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Minggu, 07 Maret 2021
Waktu : Jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal-Hal yang Perlu Diwaspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan.
2. Anak rewel.

I. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan


Mengaj ak/melibatkan ibu dalam permainan
J. Pengorganisasian
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
i------1 i--------1 Keterangan:
A : Perawat
B : Klien

K. Sisttem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan.
c. Perawat siap memimpin permainan.
2. Evaluasi proses
a. Anak bersikap kooperatif.
b. Keluarga mendukung j alannya permainan.
c. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Teijalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat.
b. Anak merasa terhibur dengan permainan yang dilakukan.
c. Anak mengembangkan kemampuan.
BAB IV
PELAKSANAAN TERPI BERMAIN

A. Kontrak Awal
Kontrak awal dengan keluarga pasien yaitu pada klien dan ibu klien
dilakukan pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 pukul 10.00 WIB. Kontrak yang
dilakukan secara lisan meliputi waktu pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan dan
persiapan lainnya yaitu keikutsertaan keluarga dalam terapi bermain. Kontrak juga
dilakukan dengan pembimbing Ruang untuk mendapatkan persetujuan dan
bimbingan selama pelaksanaan terapi bermain.

B. Tahap Orientasi
Waktu pelaksanaan kegiatan terapi bermain sesuai dengan waktu/kontrak
yang telah disepakati. Persiapan yang dilakukan yaitu menyiapkan tempat kegiatan
yaitu di ruang bermain RSUD Tugurejo, Semarang. Ibu, klien dan mahasiswa
duduk di ruang bermain. Mahasiswa mengawali dengan memperkenalkan diri
kembali pada keluarga, mengulang kontrak yang telah disepakati hari sebelumnya
yaitu 30 menit sebelumnya. Tahap orientasi dilakukan selama 5 menit yang
meliputi mengucapkan salam, perkenalan, menjelaskan tujuan, meminta
persetujuan, dan mengingatkan kontrak yang sudah disepakati.

C. Tahap Kerja
Mahasiswa tahap keija dengan menjelaskan aturan permainan yang akan
dilakukan dan meminta ibu mendampingi anaknya. Berikutnya petugas kesehatan
memberikan alat/mainan yang akan digunakan yaitu buku bergambar. Selanjutnya
petugas kesehatan memulai terapi bermain bersama klien yang didampingi ibu.
Selama tahap keija klien juga dilibatkan dalam komunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti klien sehingga menunjukkan penerimaan
terhadap penjelasan dari mahasiswa. Klien diminta menyusun lingkaran dan
memasukan ke dalam tiangnya dari yang terbesar sampai terkecil. Klien kooperatif
diajak bermain bersama.

Selama permainan petugas kesehatan memberikan reinforcement/pujian setiap


klien mau dan berhasil melakukan permainan. Fase keija berlangsung ± 30 menit,
sesuia dengan rencana yang ditetapkan.

D. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi petugas kesehatan mengakhiri kegiatan terapi bermain
dengan menyampaikan terima kasih atas partisipasinya dalam pelaksanaan terapi
bermain dan menutup dengan salam. Kegiatan pendidikan kesehatan dan terapi
bermain selesai pukul 10.00 WIB.

E. Evaluasi
Klien mampu mewarnai buku gambar yang telah disediakan perawat dengan
benar sesuai contoh gambar dan wama.
BAB V
PENUTUP

Pada saat anak dirumah sakit dapat mengakibatkan berhentinya perkembangan


normal pada anak dan menimbulkan masalah-masalah baru yang berhubungan dengan
ketakutan dan kecemasan, sehingga perlu dikembangkan adanya terapi bermain selama
anak dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan kedekatan dengan perawat dengan
anak, mengurangi kecemasan dan ketakutan anak terhadap proses perawatan dirumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

Pusdisnakes. 2010. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Depkes

RI

Soertjaningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


Lampiran Gambar
KONTRAK BELAJAR

Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
NAMA MAHASISWA :Pratiwi Indriani

NIM :202002040021

TEMPAT PRAKTIK :Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

MATA AJAR :Keperawatan Anak

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan


T. Tujuan Umum: 1. Melakukan Wawancar Hari
Setelah pengkajian a
dengan pertama
menyelesaikan a. Kaji identitas keluarga
praktek klinik klien, riwayat pasien
diruang melati kesehatan
selama 6 hari, saya meliputi
mampu keluhan
melaksanakan utama: batuk
Asuhan Keperawatan produktif atau
dengan klien TB tidak
Paru produktif,
nafas pendek,
Tujuan Khusus: riwayat
1. Menyusun tuberculosis
kontrak terpajan pada
belajar individu
tentang terinfeksi Hari kedua
asuhan b. Riwayat
keperawatan penyakit
TB Paru sekarang
2. Menyusun c. Riwayat
laporan penyakit
pendahuluan dahulu
dan laporan d. Riwayat
kasus kesehatan
tentang asuhan keluarga
keperawatan e. Riwayat
TB Paru kesehatan
3. Mampu lingkungan
mengkaji f. Imunisasi
klien dengan g. System
masalah TB pernafasan:
Paru batuk
4. Mampu produktif dan
melakukan batuk non
pendidikan produktif, ada
NAMA MAHASISWA :Pratiwi Indriani
kesehatan sputum/secret
mengenai , pemapasan
TB Paru cuping
hidung,
ronkhi
h. System
kardiovaskule
r :takhikardi,
brakhikardi
i. System
pencernaan:
anak malas
makan atau
minum,
muntah, berat
badan
menurun,
lemas
j. Sistem saraf:
demam,
kejang, sakit
kepala yang
ditandai
dengan
menangis
terus
k. Muskuloskele
t al: tonus otot
menurun,
lemah secara
2. Merumuskan Analisa Hari ketiga
diagnosa dan
Keperawatan reading
a. Menganalisa textbook
data
menginterpres
t asi data hasil
pengkajian
b. Menetapkan
diagnosis
keperawatan
3. Memberikan
tindakan pada
pasien yang
mengalami Tb
paru
4. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga
5. Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang TB Paru
6. Edukasi agar
tidak putus obat
7. Mengumpulkan Hari
laporan kasus keempat
yang telah dibuat
kepada Cl
ruangan
8. Melanjutkan
intervensi
selanjutnya
9. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga

10. Memberikan Hari kelima


tindakan pada
pasien yang
mengalami Tb
paru
11. Mengkaji ulang
data yang
diperoleh dari
keluarga

12. Meminta evaluasi Hari


kepada keenam
pembimbing
klinik terkait
laporan kasus
yang telah dibuat
13. Mengevaluasi dari
tindakan yang
diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIGNOSA MEDIS
TB PARU DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pemapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia
A.price dalam Amin & Hardhi, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui
percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan.
Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, namun
dapat juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar limfe,
tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Price, 2001
dalam Nixson Manurung, 2016)
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu
penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Hood Alsagaff,
1995 dalam Andra & Yessie, 2013)

B. Etiologi

Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sifat
kuman:
1) Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol) disebut
bakteri tahan asam (BTA).
2) Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
3) Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
4) Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag
karena makrofag banyak mengandung lipid.

5) Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi


kandungan oksigennya. (Nixson Manurung, 2016)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria Tuberculosis yaitu tipe
Human dan tipe Bovin. Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah
(droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin &
Hardhi, 2015)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran
darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick Davey dalam Amin & Hardhi,
2015)

C. Patofisiologi

Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang patofisiologi dari penyakit


TB adalah sebagai berikut:
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhilasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau
dibagian atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari
pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan j
aringan paru atau proses dapat beijalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis

kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi dan
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke percabangan Xrakeobronkial.
Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil
dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dengan
menjadi tempat peradagan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe
atau pembuluh darah (limfiohematogeii). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini teijadi bila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan
tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organorgan tubuh.

D. Tanda Gejala/Manifestasi Klinis

Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari tuberkulosis
yaitu:
1) Berat badan turun dan anoreksia
2) Berkeringat dingin

3) Demam, mungkin golongan yang rendah karena infeksi


4) Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, bercak darah
5) Napas pendek karena perubahan paru-paru
6) Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Arif Muttaqin (2013) pemeriksaan diagnostik pada TB paru


adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan
fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan Rontgen
menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru
awal kecuali lokasi di lobus bawah dan biasanya ada disekitar hilus.
Kerakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang
ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas.
b. Pemeriksaan CT Scan
Dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita
parenkimal, klasifikasi nodul, dan adenopati, perubahan kelengkungan
berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial.
c. Radiologis TB Paru ATz/zer
TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB
paru milier sub akut (kronis). Penyebaran milier teijadi setelah infeksi
primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara
masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering
disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Pada beberapa klien,
didapatkan bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-nodul sangat kecil
yang menyebar secara difus dikedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai
bersih, terlihat gambaran nodul- nodul halus yang tak terhitung banyaknya
dan masing-masing berupa garis-garis tajam.
d. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi) 10mm
atau lebih besar, teijadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkolosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,


mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah teijadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikrobakteri merupakan
kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain kerena tumbuhnya
sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Umumnya antibiotika bekeija lebih aktifterhadap kuman yang cepat membelah
dibandingkan dengan kuman yang lambatmembelah. sifat lambat membelah
yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain.

Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, rifampisin,


streptomisin, etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): kanamisin,
amikasin, kuinolon.

/ Pengobatan
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan penyakit
tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2
3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri
dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH, Pirasinamid, Streptomisin
dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makrolide, Amoksisilin + asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH, dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 1

Obat Anti TB serta cara keija potensi dan dosisnya


Rekomendasi dosis
(mg/kg BB)
Obat Anti TB
Aksi Potensi
Esensial Per Perminggu
hari 3x 2x
Isoniazid Bakteri si dai Tinggi 5 10 15
Rifamphisin Bakteri si dai Tinggi 10 10 10
Pirasinamid Bakteri si dai Rendah 25 35 50

Streptomisin Bakteri si dai Rendah 15 15 15

Etambutol Bakteriostatik rendah 15 30 45

G. Komplikasi

TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan


komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang teijadi pada penderita Tb paru dibedakan
menjadi dua, yaitu:

1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empyema, laryngitis, usus.

2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering teijadi


pada penderita stadium lanjut adalah:

a. Hemoptisis massif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kemarian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik

b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus

c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis


(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru

d. Pneumotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah

e. penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.

H. Pengkajian Fokus

1. Aktivitas atau Istirahat

Gejala: kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek karena
keija, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat.

Tanda: takikardia, takipnea/dyspnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap


lanjut)

2. Integritas ego

Gejala: adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan

Tanda: menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan, mudah


tersinggung

3. Makanan/cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna penurunan berat badan

Tanda: turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/lemak subkutan

4. Nyeri atau kenyamana

Gejala: nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda: brhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah

5. Pernafasan

Gejala: batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis
terpajan pada individu terinfeksi
Tanda: peningkatan frekuensi pemapasan

6. Keamanan
Gejala: adanya kondisi penekanan imun

Tanda: demam rendah atau sedikit panas akut

7. Interaksi Sosial

Gejala: perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan bisa


dalam tanggung j awab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

8. Pemeriksaan penunjang

-Kultur sputum

- Tes kulit (mantoux, potongan vollmer)

-Foto thorax

- Biopsi jarum pada jaringan paru

I. Fokus Intervensi

1. Bersihan j alan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, kelemahan
upaya batuk buruk.

a. Tujuan: bersihan jalan nafas efektif

b. KH: pasien dapat mempertahankan j alan nafas dan


mengeluarkan secret tanpa bantuan

c. Intervensi

1) Kaji fungsi pernapasan

2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk


efektif, catat karakter, jumlah sputum

3) Berikan klien posisi semi fowler tinggi

4) Bersihkan secret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai


keperluan

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari kecuali


kontra indikasi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan uapay batuk

a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali


normal

b. KH: dyspnea berkurang, frekuensi, irama, kedalaman, dan pernafasan


normal

c. Intervensi

1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot aksesori


s, catat setiap perubahan

2) Kaji kualitas sputum

3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan efek paru

a. Tujuan: tidak ada tanda-tanda dyspnea

b. KH: melaporkan tidak adanya penurunan dyspnea, menunjukkan


perbaikan ventilasi O2jaringan adekuat dengan AGP dalam
rentang normal, bebas dari gejala, distress pemapasan

c. Intervensi

1) Kaji dyspnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya


bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada dan kelemahan

2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan


pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku

3) Tunjukkan /dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,


khususnya untuk pasien dengan fibrosisatau kerusakan
parenkim

4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas


pasien sesuai keperluan

5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberian


oksigen.
J. Pathways
i

! Faktor Risiko ] Faktor Risiko i


I
1
Tunawisma di penampungan I
\ Individu lanjut usia atau bayi dan anak-anak \ > Sistem I
! Anggota keluarga pasien \ Anak-anak I
imun tidak adekuat i I

(TUBERCULOSIS) j Tenaga kesehatan I


;Mendapat obat imunosupresan ; I

;Kemoterapi [
1
Kekurangan gizi i Pasien pengguna fasilitas kesehatan j \
;Mengidap HIV ! Orang terinfeksi aktif TBC Lingkungan padat penduduk
i________________ j Rumah minim ventilasi !

Ingesti makanan tercemar Droplet Lesi kulit


4^
Basil Tuberculosis memasuki saluran pernapasan
(Mycobacterium tuberculosis)

Menembus mekanisme GANGGUAN


INTOLERAN AKTIVITAS pertahanan sistem RASA NYAMAN
pernapasan T
T Batuk
KELETIHAN Berkolonisasi di T
T saluran napas bawah KETIDAKEFEKTIFAN
Fatigue BERSIHAN JALAN NAPAS
Mengaktifasi
respon imun
T
Masuk ke SSP Peningkatan sekret di ♦
saluran pernapasan
T Memicu pembentukan J
serotonin - - -
■ Inflamasi ■
Peningkatan triptofan ♦ j
Merangsang melanocortin Sel T dan jaringan fibrosa
di hipotalamus membungkus Makrofag ■ * Fibrosis
dan basil Tuberculosis
Anoreksia (ingesti) Timbul jaringan parut

Asupan nutrisi kurang


j
Tuberkel
4
Alveolus tidak
Berat badan rurun kembali saat ekspirasi
Mengalami kalsifikasi

KETIDAKSHMBANGAN
4
Eksudasi Gas tidak dapat
NUTRISI KURANG DARI berdifusi dengan baik
KEBUTUHAN TUBUH Nekrosis/perkejuan

Iritasi bronkus 4— j
------Kavitasi kuman
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
4
Pembuluh darah pecah
Infeksi primer
Hemaptoe

Komplikasi Pengobatan OAT


Krisis situasional
* Sembuh dengan
Menyebar ke seluruh
tubuh secara limpho- jangka waktu lama
4
ANSIETAS Kompleks Ghon gen, bronkhogen,
hematogen i
Kuman dormant KETIDAKEFEKTIFAN
j MANAJEMEN REGIMEN
Muncul kembali TERAPEUTIK KELUARGA
i
[Infeksi post primer ]-
ketika kondisi tubuh
menurun Putus obat
4
Risiko MDR
Diresorpsi kembali/ Sarang meluas (Multi Drugs Resistance)
sembuh Sembuh dengan jaringan
Membentuk fibrotik

S Pabrik Pathway
www.serplhanllmuku.blogspot.com

B
K. Daftar Pustaka

A. Sylvia., M.Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Knsep Klinis


Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Andra.S., Yessie. (2013). KMB 2 KeperawatanMedikalBedah.


Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberculosis. Depkes RI: Jakarta

Nixson,M. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:


Salemba.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEJANG DEMAM

Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI

202002040021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Latar Belakang
Kejang demam atau febrile convulsion merupakan jenis gangguan
syaraf paling umum yang sering dijumpai pada anak-anak dan penyakit ini
biasanyateij adi pada usia 3 bulan sampai 5 tahun karena pada usia ini otak anak
sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu badan dan memiliki insiden
puncak penyakit pada usia 18 bulan serta dikatakan hilang apabila anak berusia
6 tahun (Ngastiyah, 2014). International League Against Epilepsy flLAE)
(1993,dalam Pellock, 2014) mengatakan bahwa kejang demam dapat teijadi
pada anak yang mengalami bangkitan kejang teijadi pada kenaikan suhu tubuh
rektal di atas 38°C dan penyakit ini tidak disebabkan oleh infeksi sistem syaraf
pusat tanpa memiliki kejang neonatus sebelumya dan tidak memenuhi kriteria
kejang gejala akut lainnya. Kejang demam dapat berupa kejang tonik atau
tonik/klonik dan seringkali bermula fokal kemudian menjadi kejang umum serta
kejang demam ini banyak dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Short, 2007)
Candra (2009), mengatakan bahwa anak yang mengalami kejang
demam dapat meningkatkan risiko kerusakan pada otak, mempunyai riwayat
keluarga dengan kejang demam, keterlambatan perkembangan dan
memunculkan gejala epilepsi. Orang tua anak sebaiknya harus mengetahui
informasi tentang penanganan yang diberikan pada anak yang mengalami
kejang demam. Sebab apabila orang tua memiliki sikap yang minim dan tidak
segera membawa anak mereka ke petugas kesehatan, maka akan mengakibatkan
anak tersebut mengalami dampak dan diatas salah satunya kerusakan otak dan
kematian.

B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami
tentang kejang demam pada anak
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien
diharapkan mampu:
1) Menj elaskan pengertian kej ang demam
2) Menyebutkan penyebab kejang demam
3) Menyebutkan tipe kejang demam
4) Menyebutkan perawatan pada anak kejang demam
5) Menjelaskan pencegahan kejang saat anak demam

C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Kejang Demam” yang dilakukan pada keluarga pasien.

D. Implementasi
Tindakan demam :Pendidikan kesehatan mengenai kejang
pada anak
Metode :Ceramah dan diskusi
Media/alat :Leaflet, Dan power point

Tempat :Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang


Waktu :Kamis, 04 Maret 2021

Sasaran :Klien dan Keluarga


Pelaksana :Pratiwi Indriani
Stretegi
Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
N Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
o
1 Pembukaan 5 menit
1. Mahasiwa 1. Menjawab
memberikan salam salam
da
2. Mahasiwa 2. Mendengarkan n
memperkenalkan memperhatikan

3. Mahasiwa
menjelaskan
tentang topik
penyuluhan
4. Mahasiwa
membuat kontrak
5. Mahasiwa
menjelaskan
tujuan penyuluhan

2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan Mendengarkan da menit

pengertian kejang n
memperhatikan.
demam
2) Menyebutkan
penyebab

kejang
demam
3) Menyebutkan tipe
kejang demam
4) Menyebutkan
perawatan

pada
anak kejang
demam
5) Menjelaskan
3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa
menyimpulkan materi
2. Mahasiswa mengadakan
evaluasi tentang pengertian
kejang demam, tipe kejang
demam, pmyrbab, perawatan
pada anak kejang demam,
pencegahan kejang saat anak
demam.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam
1. Menj awab pertanyaan
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjawab salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan
peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian kejang demam ?
b. Jelaskan tipe kejang demam ?
c. Jelaskan penyebab kejang demam ?
d. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan perawatan pada anak kejang demam ?
f. Jelaskan pencegahan kejang pada anak demam ?
Lampiran Materi

F. MATERI
1. Pengertian
Kejang Demam adalah bagkitan kejang pada anak, yang teijadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu >38°C) yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
2. Tipe Kejang Demam
• Kejang Demam Sederhana
Ditandai dengan:
- Kejang tidak lebih dari 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
- Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
• Kejang Demam Kompleks
Ditandai dengan :
- Kejang lebih dari 15 menit
- Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

3. Penyebab Kejang Demam


- Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering disebabkan infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, diare yang disebabkan oleh bakteri, dan
infeksi saluran kencing.
- Kejang tidak selalu timbul pada suhu tinggi, kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi juga dapat menyebabkan kejang

4. Perawatan Pada Anak Kejang Demam


- Baringkan anak pada tempat yang aman dan datar
- Longgarkan pakaian anak sekitar kepala dan leher
- Cegah j angan sampai lidah tergigit dan menutupi j alan napas
- Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak
- Kenakan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
- Jangan berikan minum saat anak kej ang
- Segera miringkan posisi anak setelah kejang berhenti

5. Pencegahan Kejang Saat Anak Demam


- Segera berikan obat penurun panas saat anak demam
- Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak untuk membantu menurunkan suhu
tubuh anak
KEJANG
DEMAM pada
ANAK
APA ITU KEJANG DEMAM???
KEJANG DEMAM adalah bagkitan kejang pada anak, yang
tegadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu >38°C)
yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
TIPE
KEJANG
DEMAM
KEJANG DEMAM SEDERHANA
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
PENYEBAB KEJANG DEMAM
Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
diare yang disebabkan oleh bakteri, dan infeksi saluran
kencing.
Kejang tidak selalu timbul pada suhu tinggi, kadang-
kadang demam yang tidak begitu tinggi juga dapat
menvebabkan keiang
KEJANG DEMAM SEDERHANA
Ditandai dengan :
0 Kejang tidak lebih dari 15 menit
0 Kejang tidak berulang dalam 24 jam
0 Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Ditandai dengan :
0 Kejang lebih dari 15 menit
• 0 Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
PERAWATAN PADA ANAK KEJANG
DEMAM
• Baringkan anak pada tempat yang aman dan datar
• Longgarkan pakaian anak sekitar kepala dan leher
• Cegah jangan sampai lidah tergigit dan menutupi
jalannapas
• Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak

Kenakan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat


Jangan berikan minum saat anak kejang
Segera miringkan posisi anak setelah kejang berhenti
PENCEGAHAN KEJANG SAAT ANAK
DEMAM Segera berikan obat penurun panas
saat anak demam
Kompres anak pada bagian dahi dan ketiak
untuk membantu menurunkan suhu tubuh
KEJANG DEMAM

PENCEGAHAN KEJANG SAAT


APA ITU yang terjadi TIPE
pada
KEJANG kenaikan
KEJANG
DEMAM suhu tubuh
(suhu anus
??? >38°C) yang
DEMAM .
KEJANG bukan KEJANG
DEMAM disebabkan DEMAM
adalah bang- adanya
SEDERHANA P
kitan kejang kelainan di
pada anak, otak. KEJANG
DEMAM Bedakande
KOMPLEKS nganepileps
i!
epilepsi
ditandai
dengan
kejang
berulang
tanpa disertai
demam
PENYEBA disebabkan kencing.
B infeksi Kejang tidak
saluran selalu timbul
KEJANG
pernafasan pada suhu
DEMAM
atas, otitis tinggi,
Hingga kini media, diare
belum kadang-
yang kadang
diketahui disebabkan
secara pasti. demam yang
oleh bakteri, tidak begitu
Demam dan infeksi
sering tinggi
saluran juga dapat
menyebabka A Ditandai dalam 24
n kejang. jam
dengan :
v v Kejang
Kejangtid tidaklebih
aklebihd dari4xda-
ari15 lam
menit setahun
KEJANG v Kejang
DEMAM tidak
SEDERHAN berulang
KEJANG lebih dari
DEMAM 1 kali
dalam 24
KOMPLEKS
jam
Ditandai
dengan:
v Kejang
lebih dari 15
menit
v Kejang
KONTRAK BELAJAR
APENDISITIS
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
pada pasien berhubungan dengan pasien

dengan ketidakmampuan dengan


gangguan mengabsorbsi Apendisitis
Apendisitis nutrien. ■ Melakukan
pemeriksaa
4. Penetapan intervensi n
keperawatan pada pasien fisik pasien
Apendisitis dengan
a. Nyeri akut Apendisitis
- Kaji nyeri secara Hari III:
komprehensif ■ Melakukan Mampu

-Berikan posisi asuhan menyusun


senyaman keperawata dan
mungkin n
-Ajarkan pasien pasien memprioritas
teknik dengan kan diagnosa

nonfarmakologi Apendisitis keperawatan


(teknik distraksi) ■ Melakukan
-Kolaborasikan evaluasi Mampu

dengan dokter terhadap menyusun


dalam pemberian intervensi rencana
obat analgetik Studi dan evaluasi tindakan

b. Resiko defisit nutrisi publikasi yang telah


-Identifikasi status tindakan dilakukan Mampu

nutrisi dan studi pada pasien melakukan


-Anjurkan pasien pustaka dengan evaluasi
makan makanan Apendisitis tindakan
rendah serat ■ Hari IV:

- Ajarkan diet yang Melakukan Mampu


diprogramkan Observasi, Penkes dan melakukan
-Kolaborasikan studi memberikan penkes.

dengan ahli gizi pustaka dan kompres


untuk menentukan wawancara hangat pada

jumlah kalori dan pasien


jenis nutrien yang Apendisitis
Observasi, ■ Hari V
studi Melakukan Mampu
pustaka terapi melakukan
dan
wawancara bermain terapi
■ Hari VI bermain.

Mengumpul
kan laporan

Semarang, 01 Maret 2021

Mahasiswa Clinical Instruktur

Yuni Andriyani Pangestika


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : APENDISITIS DI
RUANG MELATI
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


PEKALONGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : APENDISITIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat teijadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Mansjoer, A. 2011).
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini teijadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15
30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.

d. Tergantung pada bentuk apendiks:


1) Appendik yang terlalu panj ang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks .(Smeltzer,2012).
3. Manifetasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai.
d. Terdapat konstipasi atau diare.
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen teijadi akibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai teijadi ruptur appendiks.
(Elizabeth, 2012).
4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah teijadi teijadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.Bila sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan teijadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut
dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
teijadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas beijalan lambat, omentum
dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu
massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut
dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
teijadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah teijadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2015).
5. Patways

Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa Fekalit Striktur limfoid apendiks Tumor

Obstruksi

Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekajan intraluminf
Aliran^iarah terganggu

Ulserasi dan invasi bakteri


Pada dinding apendiks

Apendicitis

ke peritonium trombosis pd vena intramural

peritonitis pembengkakan dan iskemia

perforasi
Pembatasan
pembedahan operasi
masukan nutrisi

l i
luka insisi-
I PK

Nutrisi Kurang dari


kebutuhan tubuh jalan masuk kuman

Resiko infeksi
(Mansjoer, 2007)

6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-readive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil di atas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah teijadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
ScanningiCT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang teijadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah teijadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan teijadi perforasi maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi
diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.(Smeltzer, 2012).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah, kesehatan
klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
5) Aktivitas/istirahat: Malaise.
6) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
7) Demam lebih dari 38°C.
8) Data psikologis klien nampak gelisah.
9) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan..
10) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat (Huda,
2015).
b. Pemeriksaanfisik (head to toe)
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/
sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena beijalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
6) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi (Huda, 2015).
2. Diagnosa keperawatan utama
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan makanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
(Herdman, 2015).
3. Intervensi dan rasionalisasi
Meliputi intervensi mandiri perawat dan kolaborasi.
N Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasional
o. keperawata dan
n KriteriaHasil
1 Nyeri Setelah a. Kaji skala nyeri a. Berguna dalam
berhubungan dilakukan lokasi, pengawasan dan
dengan agen asuhan karakteristik dan keefesien obat,
injuri fisik keperawatan, laporkan kemajuan
(luka insisi diharapkan perubahan nyeri penyembuhan,perub
post operasi nyeri dengan tepat. ahan dan
appenditomi). berkurang b. Monitor tanda- karakteristik nyeri.
dengan kriteria tanda vital b. Deteksi dini terhadap
hasil: c. Pertahankan perkembangan
-Melaporkan istirahat dengan kesehatan pasien.
nyeri posisi semi c. Menghilangkan
berkurang powler. tegangan abdomen
-Klien d. Ajarkan klien yang bertambah
tampak ambulasi dini. dengan posisi
rileks -Dapat e. Kolaborasi tim terlentang.
tidur dengan dokter d. Meningkatkan
tepat kormolisasi fungsi
-Tanda- tanda dalam organ.
vital dalam pemberian e. Menghilangkan
batas normal analgetika. nyeri.

2 Nutrisi Setelah a. Kaji a. Untuk menentukan


kurang dari dilakukan tingkat tindakan selanjutnya
kebutuhan asuhan kebutuhan b. Nutrisi pasca Op
tubuh keperawatan nutrisi klien agar terpenuhi
berhubungan diharapkan b. Beri sejumlah c. Makanan yang
dengan masalah lecil minuman merangsang asam
pembatasan keperawatan jernih bila lambung akan
makanan nutrisi kurang pemasukan oral menyebabkan mual
dari kebutuhan dimulai dan muntah pada
tubuh dapat c. Edukasi klien klien
makanan yang d. Agar kebutuhan
teratasi dengan merangsang nutrisi klien dapat
Kriteria hasil: lamb ung terpenuhi dengan
-Klien tidak d. Kolaborasi ahli baik
merasa gizi
lemah
tentang
-Mukasa bibir
pemenuhan
tampak
kebutuhan gizi
basah
klien.
-Kebutuhan
nutrisi
klien dapat
terpenuhi

3 Resiko Setelah a. Kaji adanya a. Mengetahui adanya


infeksi dilakukan tanda-tanda infeksi
asuhan infeksi pada area b. Dugaan adanya
berhubungan
keperawatan insisi infeksi/teijadinya
dengan
diharapkan b.Monitor tanda- sepsis, abses,
tindakan infeksi dapat peritonitis
tanda vital.
invasif (insisi diatasi dengan Perhatikan c. Mencegah meluas
post kriteria hasil: demam, dan membatasi
-Klien bebas menggigil, penyebaran
pembedahan).
dari tanda- berkeringat, organisme infektif /
tanda infeksi perubahan kontaminasi silang.
-Menunjukkan mental d. Terapi ditunjukkan
kemampuan c. Pertahankan pada bakteri
untuk teknik aseptik anaerob dan hasil
mencegah aerob gra negatif.
ketat pada
timbulnya
perawatan luka
infeksi :
insisi / terbuka.
Nilai
d.Kolaborasi tim
leukosit
medis dalam
(4,5-
pemberian
llribu/ul)
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. 2012. Buku sakupatofisiologi. Jakarta : EGC.


Herdman , Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta EGC
Huda, Nur Arif Amin.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis Dan Nanda Nic - Noc Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Mediaction Jogja
Mansjoer, A. 2011. Kapiia Selekia Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Me Closkey, C.J., let alk 2013. Nursing Interventions Classification
(NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer C. Suzanne. 2012. KeperawatanMedikalBedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
APENDISITIS

Disusun oleh :
Yuni Andriyani
202002040010

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan suatu kondisi dimana infeksi teij adi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.Sebagai penyakit yang paling sering
memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan
obstruksi pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai
cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu
dan melekat pada sekum. Apendisitis dapat teijadi pada segala usia dan megenai laki - laki
serta perempuan sama banyak. Akan tetapi pada usia antara pubertas dan 25 tahun,
prevalensi apendisitis lebih tinggi pada laki - laki. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi
antibiotik, insidensi dan angka kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Apabila
tidak ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berkibat fatal (Kowalak, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami tentang
apendisitis
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga diharapkan mampu:
1) Menjelaskan pengertian apendisitis.
2) Menyebutkan penyebab apendisitis.
3) Menyebutkan tanda dan gejala apendisitis.
4) Menyebutkan komplikasi apendisitis.
5) Menyebutkan penanganan apendisitis.
6) Menjelaskan pencegahan apendisitis.
7) Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
8) Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi Kesehatan
tentang “Radang Usus Buntu (Apendisitis)” yang dilakukan pada keluarga dan pasien yang
menderita apendisitis.
D. Implementasi
Tindakan :Pendidikan kesehatan mengenai apendisitis
Metode :Ceramah dan diskusi
Media/alat :Leaflet dan lembar balik

Tempat :Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang


Waktu :Kamis, 04 Maret 2021

Sasaran :Pasien dan Keluarga


Pelaksana :Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pekaj angan Pekalongan (Yuni Andriyani)
8. Strategi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
N Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
o
1 Pembukaan 5 menit
1. Mahasiwa 1. Menjawab salam
memberikan salam 2. Mendengarkan da
n
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan
tentang topik
penyuluhan
4. Mahasiwa membuat
kontrak
5. Mahasiwa
menj elaskan tuj
uan penyuluhan
2 Pelaksanaan 20
menit
a. Menjelaskan Mendengarkan da
n
pengertian apendisitis. memperhatikan.
b. Menyebutkan penyebab
apendisitis.
c. Menyebutkan tanda
dan gejala
apendisitis.
d. Menyebutkan
komplikasi
apendisitis.
e. Menyebutkan
penanganan
apendisitis.
f. Menjelaskan
pencegahan
apendisitis.
g. Menyebutkan makanan
yang harus dihindari
bagi pasien
apendisitis.
h. Menyebutkan makanan
yang baik bagi pasien

3 apendisitis.
Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menj awab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan
dan
materi
memperhatikan
2. Mahasiswa
3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi

tentang
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala,
komplikasi,
penanganan, pencegahan,
makanan yang
harus dihindari,

dan
makanan yang baik
bagi apendisitis.
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Daftar
Pertanyaan :
a. Menjelaskan pengertian apendisitis.
b. Menyebutkan penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda dan gej ala apendisitis.
d. Menyebutkan komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan penanganan apendisitis.
f. Menjelaskan pencegahan apendisitis.
g. Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
F. Lampiran Materi
1. Pengertian
Usus buntu adalah penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan atau infeksi
pada usus buntu yang dapat mengakibatkan adanya pemanahan. Bila bertambah parah usus
buntu bisa pecah.

2. Penyebab
Adanya sumbatan pada saluran usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi, tinja
(kotoran) yang keras-keras di dalam perut dan adanya benjolan di dalam usus buntu.
3. Tanda dan gejala
a. Sakit perut
b. Badan terasa panas
c. Mual, muntah
d. Diare
4. Komplikasi
Apabila tidak segera ditangani atau tidak segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka akan
menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga infeksi akan meluas pada bagian perut.
5. Penanganan
a. Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
b. Tindakan pembedahan (operasi)
6. Pencegahan
Mengonsumsi makanan yang berserat yaitu seperti buah-buahan (pepaya, pisang, alpukat, dll).
7. Makanan yang harus dihindari
a. Buah dan sayuran berserat tinggi
b. Beberapa buah dan sayur mengandung jenis serat yang sulit dicerna oleh usus, terlebih saat
kondisinya masih meradang. Buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan serat yang tinggi
seperti buah pir, apel, atau buah yang masih ada kulitnya dan mentah, sebaiknya dihindari.
Selain itu, sayuran seperti kembang kol, brokoli, kacang-kacangan, dan jagung, baiknya juga
tidak dikonsumsi.
c. Makanan berlemak
Makanan berlemak, seperti mentega, margarin, saus krim, dan makanan yang digoreng dapat
menyebabkan diare.
8. Makanan yang baik untuk usus buntu
a. Probiotik
Contoh Tempe
b. Prebiotik
Contoh Pisang, yoghurt, bawang putih, bawang bombay, bawang merah
c. Makanan berprotein
Contoh daging tanpa lemak, dada ayam, kacang kedelai, telur, serta tempe dan tahu.
d. Makanan rendah serah
Pisang, blewah, dan melonbayam, labu, terong, kentang tanpa kulit, kacang hijau, asparagus,
buah bit, wortel, dan labu kuning (tanpa biji).
Radang Usus Buntu
(Appendisitis)

Oleh,
Yuni Andriyani (202002040010)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
PENGERTIAN
Usus buntu adalah penyakit
yang
disebabkan karena
adanya peradangan atau
infeksi pada usus buntu
yang dapat
mengakibatkan adanya
pemanahan. Bila
bertambah parah usus buntu bisa
pecah.
PENYEBAB
Adanya sumbatan pada
saluran usus buntu yang dapat
disebabkan oleh
infeksi, tinja (kotoran) yang
keras-keras di dalam perut dan
adanya benjolan di dalam usus
buntu.
TANDA DAN
GEJALA
Gejalatî

381

Sakitperut
Yi
Demam

Rasa sakit
ketika buang atau sering Diare
air kedi bersendawa
KOMPLIKASI
Apabila tidak segera ditangani atau tidak
segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka
akan menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga
infeksi akan meluas pada bagian perut.
PENANGANAN
・ Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
• Tindakan pembedahan (operasi)
PENCEG
AHAN
Mengonsumsi
makanan yang berserat yaitu
seperti buah- buahan
(pepaya,
pisang, alpukat, dll).
MAKANAN YANG
HARUS DIHINDARI

• Buah dan sayuran berserat


tinggi
• Makanan berlemak
• Makanan dan
Minuman Lainnya
MAKANAN
YANG BAIK
UNTUK USUS
BU
NT
U
・ Probiotik
• Prebiotik
• Makanan berprotein
・ Makanan rendah
serah

R g
a
d U
a s
n u
s u e
n
B ( d
u A i
n p s
t p i
g u
t
e s
i r
t b
s u
i
) a
n
t
P n
u
e U
n s
a
d a d
a k i
l i s
a t e
h b
y a
p a b
e n k
n g a
y n
a a
k n n
a y g
r a a
e n
n p
a e a
r t
a a a
d d u
a T
i d a
n a n
f d
e a
k
d
s
a
i n

p G
e t a
j n
a p
l e t
a r e
1. u r
S t a
a 2. s
k B a
i a
d p
a m
n u
a n
s t
3. a
M h
u
a
l
,
4. Diare

SaRit perut Demam


A
pa
bil
a
tid
ak
se
ge
ra
y v___________
__________7
Harus\ Minuman^\
E. Penanganan Makanan yang 3. Makanan dan
1. Pengobatan bihindari Lainnya
Dapat menggunakan obat- Makanan
1. Buah dan sayuran berserat serba berupa
pedas,
tinggi minuman berkafein, alkohol,
dan
Beberapa buah dan sayur minuman
mengandung jenis serat soda. Minuman-minuman
yang sulit dicerna oleh ini dapat memicu
usus, terlebih saat kekambuhan gejala, atau
kondisinya masih memperparah kondisi
meradang.
2. Tindakan pembedahan H. Makanan yang Baik Untuk
Buah-buahan dan sayuran
(operasi) Usus Buntu
memiliki kandungan serat
yang tinggi seperti buah 1. Probiotik
pir, apel, atau buah yang Cth. Tempe
2. Prebiotik
masih ada kulitnya dan Cth. Pisang, yoghurt,
mentah, sebaiknya bawang putih, bawang
dihindari. Selain itu, bombay, bawang merah
sayuran seperti kembang 3. Makanan berprotein
F. Pencegahan Cth. daging tanpa lemak,
kol, brokoli, kacang-
Mengonsumsi makanan kacangan, dan jagung, dada ayam, kacang kedelai,
yang berserat yaitu seperti baiknya juga tidak telur, serta tempe dan tahu.
buah-buahan (pepaya, pisang, dikonsumsi.
alpukat, dll). 2. Makanan berlemak 4. Makanan rendah serah
pisang, blewah, dan
Makanan berlemak, seperti melonbayam, labu, terong,
mentega, margarin, saus kentang tanpa kulit,
krim, dan makanan yang kacang hijau, asparagus,
digoreng dapat buah bit, wortel, dan labu

y
kuning (tanpa biji).
menyebabkan

__________7 diare.
PROPOSAL TERAPI BERMAIN
USIA TODLER (1-3 TAHUN) MELEMPAR BOLA
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:
1. Pratiwi Indriyani (202002040021)
2. YuniAndriyani (202002040010)
3. Zalin Kartika Rani (202002040034)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di
rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan
dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2011).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan
menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermain RSUD
Tugurejo Semarang. Terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan kognitif dan afektif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu :
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. Sasaran
Anak yang dirawat di ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang usia todler (1-3
tahun).
BABU
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Anak yang dirawat di ruang melati yang berusia berusia 1-3 tahun, sudah
kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak bermain. Pada usia
1-3 tahun, anak sudah bisa menyalurkan emosi atau perasaan anak,
mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik halus dan kasar,
mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna, melatih keijasama mata dan tangan, melatih daya imajinansi,
kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

B. Analisa Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak merasa
takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu
sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin,
kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
Dampak hospitalisasi yang teijadi pada anak adalah klien terlihat cemas,
kadang menangis jika akan dilakukan suatu tindakan. Anak kadang merasa
ketakutan. Akan tetapi, dengan dukungan keluarga dan petugas kesehatan, sedikit
demi sedikit mampu mengatasi masalah dengan tanda, mau berkomunikasi dengan
petugas kesehatan dan dapat berkooperatif ketika dilakukan suatu tindakan
keperawatan pada anak.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori


1 .Definisi terapi bermain
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat
kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2012).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah
satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa di dalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan
suatu kegiatan di dalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya (Nursalam, 2015).
2. Fungsi terapi bermain
a. Merangsang perkembangan psikomotor baik motorik halus maupun kasar
b. Merangsang perkembangan kognitif dan kemampuan berbahasa
c. Merangsang imajinasi serta sudah kooperatif untuk diajak bermain
d. Merangsang perkembangan sosial
e. Sebagai terapi
3. kriteria alat yang digunakan
a. Alat yang digunakan aman
b. Alat yang digunakan untuk terapi bermain sesuai dengan perkembangan,
jenis kelamin, status kesehatan anak dan usia anak (Ngastiyah, 2016: 22)
4. Klasifikasi permainan
a. Solitary play
1) Usia pra sekolah/usia sekolah
2) Permainan belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang
lain.
b. Parallel play
1) Dilakukan oleh 1 kelompok usia sekolah
2) Tidak ada interaksi dan saling tergantung
c. Associate play
1) Permainan kelompok
2) Usia pra sekolah - usia sekolah
d. Terapeutik play
1) Pedoman bagi tenaga kesehatan
2) Mengurangi tingkat stres s
3) Bermain dengan alat-alat medio dapat menurunkan kecemasan dan
untuk pengajaran perawat sendiri
4) Pengaj aran bermain dengan pengawasan (Suriadi & Yuliani, 2015:9-
10).
5. Keuntungan terapi bermain
Menurut Suherman (2011), fungsi bermain di antaranya yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat
penting untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah
dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan.

D. Karakteristik Permainan Menurut Teori


1. Fokus bermain pada keterampilan gerakan kasar seperti beijalan
2. Mulai dengan keterampilan gerakan halus
3. Mulai dengan eksplorasi rumah
4. Aktif dan ingin tahu
5. Mulai dengan terapi bermain
(Suriadi & Yuliani, 2016:11)
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan
Terapi bermain yang dilakukan adalah untuk mengasah aspek psikomotor
baik motorik kasar maupun motorik halus, aspek kognitif dan juga mengembangkan
aspek sosial.

B. Tujuan Permainan
1. Melatih aspek psikomotor, aspek kognitif dan aspek sosial
2. Melatih anak untuk bersosialisasi dengan perawat.

C. Keterampilan Yang Diperlukan


Keterempilan dalam permainan dapat meningkatkan imajinasi anak sampai
setiap aspek kehidupannya.daiam permainan ini di minta untuk mencerikakan hal-
hal yang ingin di berikan kepada anak yang bersifat mendidik dari aspek moral
sampai sosial anak didik, sehingga peran orang tua akan sangat dibutuhkan pada
nilai-nilai positif yang di berikan pada anak, cara bermain story teling ini pun
dengan suara intonasi yang naik turun dalam bercerita dan bahasa non verbal yang
lebih aktif sehingga anak dapat mespon.
1. Aspek psikomotor
a. Perkembangan keterampilan gerakan halus dan kasar
b. Anak mampu bermain dengan menggunaka bola
2. Aspek kognitif
Tanggap terhadap perintah yang diberikan oleh perawat dan ibu kepada klien
3. Asfek sosial
Klien dapat bekeijasama dengan perawat.

D. Jenis Permainan
Melempar bola untuk menstimulasi perkembangan mototrik kasar dan halus.

E. Alat bermain
Bola

F. Proses Bermain
1. Pembukaan : 5 menit
a. Perkenalan perawat dan peserta program bermain
b. Menjelaskan teknik/ cara bermain
2. Pelaksanaan : 10 menit
a. Mahasiswa memberikan mainan berupa bola
b. Minta anak mengambil bola
c. Lalu minta anak melempar bola tersebut
d. Beri reinforcement positif
e. Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memberikan
saran dan kritik
3. Penutup
Mengucapkan salam penutup dan terimakasih
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Minggu, 07 Maret 2021
2. Jam : 08.00-08.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai


1. Tidak banyak mengeluarkan tenaga
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
4. Melibatkan orang tua dan keluarga
5. Ada tidaknya resiko permainan
6. Anak tidak boleh dipaksa dalam program bermain ini
7. Bila anak kelelahan bermain harus dihentikan
8. Permainan berfokus untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar, halus, dan
aspek sosial.

I. Antisipasi untuk meminimalkan Hambatan


1. Membatasi waktu bermain.
2. Permainan bervariasi / tidak monoton.
3. Jadwal bermain disesuaikan tidak pada waktu terapi.
4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.
5. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua.
6. Konsultasi dengan pembimbing.

J. Pengorganisasian
Leader, Fasilitator, dan Observer : Pangestika
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
Keterangan:
A: Perawat
B: Klien
A
C: Ibu / Ayah
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan
c. Perawat siap memimpin permainan
2. Evaluasi proses
1. Anak bersikap kooperatif
2. Keluarga mendukung j alannya permainan
3. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Teijalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat
b. Anak mearasa terhibur dengan permainan yang dilakukan
c. Anak menmgembangkan kemampuan
BAB V
PENUTUP

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan


kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah
permainan melempar bola. Permainan ini dapat mengenalkan wama pada anak-anak.
KONTRAK BELAJAR STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KONTRAK BELAJAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAKAN: VOMITUS LOW INTAKE
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Nama Mahasiswa :Zalin Kartika Rani :202002040034 :Senin/ 13 Januari 2020 :Melati
NIM :Ke 1
Hari/ Tanggal
Tujuan
Ruang Minggu Strategi Sumber Pembelajaran Hasil Yang Diharapkan Waktu Pencapaian
Pembelajaran Pembelajaran
Tujuan Umum : Untuk 1. Dongoes, EMarlyn Dalam praktik belajar klinik, saya Untuk mencapai tujuan tersebut maka
Setelah ,dkk. 2010. .Rencana akan menunjukkan kemampuan saya merencanakan waktu sebagai
menyelesaikan mencapai Asuhan Keperawatan, dalam mengelola klien yang berikut:
praktik belajar klinik tujuan tersebut maka Pedoman nutuk mengalami dhf melalui :
Hari 1
di ruang melati strategi Perawatan Dan 1. Membuat laporan pendahuluan 1. Menyusun kontrak belajar
RSUD pembelajaran yang Pendokumentasian dengan vomitus low intake 2. Membuat Laporan Pendahuluan
saya lakukan adalah Perawatan 2. Mempresentasikan laporan 3. Melakukan pengkajian pada klien
Tugurejo Jakarta : EGC. pendahuluan dengan dhf kepada 4. Menganalisa data dan membuat
Semarang, 1. Melaksanakan 2. Huda Amin, Hardhi bimbingan rencana asuhan keperawatan pada
studi pustaka Kusuma. 2015. Aplikasi klien
saya 2. Mempelajari Asuhan Keperawatan dari
5. Mempelajari cara keija alat-alat
mampu melakukan catatan medis Berdasarkan Diagnosa perseptor/clinical instruktur
modem
asuhan keperawatan dan keperawatan Medis & NANDA NIC- 3. Membuat laporan kasus dengan
Hari 2
pada klien dengan klien NOC. Jilid I. vomitus low intake
1. Menonitor kondisi dan keluhan
gangguan 3. Melakukan Yogyakarta : 4. Mempresentasikan
yang dirasakan klien
asuhan Mediaction laporan
2. Melakukan tindakan asuhan
sistem keperawatan 3. NandaNIC- kasus vomitus low intake
keperawatan pada klien
pencemakan: pada klien NOC.2012 Aplikasi kepada pembimbing klinik dan
3. Mengevaluasi kondisi tindakan
Vomitus low intake dengan Asuhan Keperawatan akademik
keperawatan
Tujuan Khusus vomitus low Berdasarkan Diagnosa 5. Melakukan kompetensi klinik,
Hari 3
1. Melakukan intake dengan MedisEdisi Revisi Jilid meliputi :
asuhan bimbingan dari 2. Jakarta: ECG a. Melakukan 1. Memonitor kondisi klien dan
keperawatan perseptor/clinical 4. Aru, Sudoyo W. 2009. pengkajian keluhan yang dirasakan klien
pada instuktur vomitus low intake 2. Melakukan tindakan keperawatan
4. Mempelajari b. Melakukan pada klien sesuai dengan rencana
klien
vomitus bimbingan Buku Ajar Ilmu keperawatan pada klien tindakan yang telah dibuat
pembimbing vomitus low intake 3. Melakukan evaluasi tindakan
low klinik. Penyakit Dalam Jilid II d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
intake. keperawatan pada klien Hari 4
3. Melakukan Edisi V. Jakarta : vomitus low intake
analisa kasus e. Melakukan analisa kasus 1. Memonitor kondisi klien dan
asuhan Interna Publishing pada klien vomitus low keluhan yang dirasakan klien
keperawatan intake 2. Melakukan tindakan keperawatan
pada 5. http://repository.ump.ac f. Melakukan kesimpulan pada pada klien sesuai dengan rencana
klien vomitus low intake . tindakan yang telah dibuat
klien ,id/1078/3/FAJAR%20
3. Melakukan evaluasi tindakan
vomitus low keperawatan
intake SIDIK%20PURNOMO
Hari 5
4. Melakukan
kesimpulan %20AJI%20BAB 1. Memonitor kondisi klienn dan
asuhan %20II keluhan yang dirasakan klien
keperawatan 2. Melakukan tindakan keperawatan
.pdf
pada pada klien sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dibuat
klien 3. Melakukan evaluasi tindakan
vomitus low keperawatan
intake
Hari 6
Melakukan evaluasi seluruh tindakan
keperawatan yang telah di lakukan

Pembimbing Klinik, Mahasiswa,


(...................................) (Zalin Kartika Rani)
LAPORAN PENDAHULUAN VOMITUS
PADA ANAK DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Dosen Pengampu : Aida Rusmariana, S. Kep. Ns.MAN

ZALIN KARTIKA RANI


NIM :202002040034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERAJANGAN PEKALONGAN
2021

A. Definisi
Vomitus (mual) adalah suatu refleks kompleks diperantarai oleh pusat muntah di
medulla Oblongata otak. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang teijadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan
kontraksi otot-otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mlut akibat
gerakan peristaltik esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali.sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi
lambung ke dalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter
esophagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau
pengosongan isi lambung yang lambat. Mual atau muntah yang terus menerus akan
menyebabkan dehidrasi, imbalans elektrolit.
B. Etiologi
Muntah adalah gejala bermacam penyakit, maka evaluasi diagnosisnya muntah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur,
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab muntah lebih sering teijadi dengan meningkatnya umur.
Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering
merupakan gejala dari penyakit j antug, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksiatau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya) kelainan metabolisme asam amonia/ asam
organik ( misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada sistem syaraf (neurologik) bisa karena gangguan pada struktur (misal
hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena
keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asidosis dan hasil sampingmetabolisme
lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau toksin di saluran pencernaan
6. Konsisi fisiologis misalnya yang teijadi pada anak yang sedng mencari perhatian dari
lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteriris akut merupakan penyebab muntah yang paling sering teijadi
pada anak-anak. Pada konsdisi ini,. biasanya teij adi bersa-sam dengan diare dan rasa
sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. Virus utama
penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bekteri patogen mencakup Salmonella,
Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.
C. Patofisiologi
Impuls-impuls aferens beijalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpati s.
Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respon terhadap
rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabkan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpati s terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan berbagai aktivitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi menjadi 3 fase berbeda, yaitu:
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana teijadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Emesis (ekspulsi) teijadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai
dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
D. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala vomiting atau muntah antara lain :
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kua pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing
E. Pemeriksaan penunj ang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya
penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak jelas
penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan kemungkinan
defek pada siklus urea
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai ke
arah penyakit hati
g. Amilase serum biasa akan meningkat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa
hari setelah serangan akut
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gasroenteritis atau
infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi
akan memiliki hasil yang negatif sehingga membutuhkan pemeiksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
anatomik kongenital atau adanya obstruksi
b. Gambaran air-fluid level s menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik
karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdoen, biasanya dibawah diafragma menandakan
adanya perforasi
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut
air. Dilakukan bila curigai adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstruksi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengoreksi keadaan
hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstruksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah
engan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastictube yang
dhubungkan dengan intermitten suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan
bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada
penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan
anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada
bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosi (HPS), apendisitis, batu
ginjal, obstruksi usus dan peningkatan tekanan intrakranial.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada
mabuk peijalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,
muntah siklik, gastroparesis dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut
1. Antagonis dopamin
tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya
merupakan self limited. obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan padamuntah pasca
operasi, mabuk peijalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan
penyakit refluks gastroesofageal. contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0,1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per
hari. Pasca operasi 0,25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal
pada bayi 0,75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis
okulonergik. Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karena
dapat dikatakan lebih
aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan
antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek
peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat di antara
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk peijalanan
(motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4-6 dosis. IV/IM : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak di atas 2 tahun dengan dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari
tiap dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal berat badan < 20 kg
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau
stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3 mg per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah ondansentron. Mekanisme keijanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagoniskan reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ
di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ordansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4-18 tahun : 0,15 mg/kgBB IV 30 menit sebelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan
kemudian setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2-12
yr<40>40 kg: 4 mg IV;>12 yr: dosis dewasa 8 mg PO/kali
G. Pengkajian Fokus
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang dibutuhkan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual, muntah
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita pasien)
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukossa mulut kering, kelopak mata cekung,
produksi urin berkurang)
c. Tanda-tanda shock
d. Penurunan berat badan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake menurun
H. Fokus Intervensi

N Diagnosa Rasional
Kriteria hasil Intervensi
0
1 Defisit volume 1 Observasi tanda- 1. mengetahui
cairan Devisit cairan dan . tanda vital perubahan
elektrolit teratasi tanda-tanda
dan dengan kriteria:
vital dari
elektrolit
1. Tanda-tanda pasien
berhubungan
dengan dehidrasi (-)
kehilangan 2. Mukosa mulut 2 Observasi tanda- 2. mengetahui
. tanda dehidrasi
cairan aktif dan bibir lembab tanda-tanda
3. Balance cairan
dehidrasi
seimbang
3 Observasi intake 3. mengetahui
. dan output cairan intake

output cairan
4 Berikan dan 4. memenuhi
. anjurkan keluarga cairan
untuk
yang
memberikan
klien
minum yang
banyak (1500
2000 cc/hari)
5
5. memenuhi
. Kolaborasikan
dengan dokter kebutuhan
pemberian terapi cairan klien
cairan dan
elektrolit

6. memenuhi
6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan tim gizi cairan klien
dalam pemberian
cairan rendah
sodium 1. menentukan
2 Defisit nutrisi 1. Kaji sejauhmana keadekuatan
berhubungan keadekuatan
1. Tidak ada nutrisi klien
dengan intake nutrisi klien
penurunan BB 2. Mengontrol
menurun 2. Observasi intake
2. Mual (-) intake output
output makanan
3. Muntah (-) klien
klien

3. Mencukupi
3. Berikan makanan
kebutuhan
sedikit tapi
sering nutrisi klien

4. Meningkatkan
4. Anjurkan makan
nafsu makan
makanan selagi
hangat klien

5. Meningkatkan
5. Anjurkan nafsu makan
kebersihan oral
sebelum makan
6. Memenuhi

6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan ahli gizi klien
terkait diit yang
dibutuhkan klien sesuai
diit
I. Pathways
Distensi berlebihan, itritasi, respon kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan
muntah/ipekak) hipoksia dan nyeri pada lambung atau duodenum

impuls-impuls aferen dicetuskan obat pencetus muntah (opomorfin,

1
levodopa,digitalis, toksin bakteri)

beijalan melalui nervus vagus dan simpati s


merangsang CTZ
peningkatan TIK -^merangsang pusat muntah dimedula oblongata<— Cemoreseptor Trigger Zone (tekanan

intrakranial) l t
otot-otot abdomen dan difragma berkontraksi perubahan gerak yang cepat

1
mencetuskan gerakan peristaltik terbalik

'l
visi usus mengalir balik kedai am lambung

distensi lambung

i
lambung mendorong diaframa kearah kavum thorak

l
tekanan intratorakal meningkat

l
memaksa spingter esophagus bagian atas membuka,
glotis menutup dan palatum mole menyekat nasofaring tekanan memaksa isi lambung
melewati spingter untuk

disemburkan keluar melalui mulut


Defisit nutrisi

muntah

Defisit volume cairan


dan elektrolit
J. Daftar Pustaka
Rahmatisa, D, Rasman, M, Saleh, S, C. (2019). ‘Komplikasi Mual Muntah
Pascaoperasi Bedah Saraf, Jurnal Nasional Indonesia 8 (1) : 72-82
PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN
KOMPRES HANGAT PADA PASIEN DEMAM
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:
Zalin Kartika Rani
(202002040034 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan pusat pengatur suhu
di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1; merupakan respons fisiologis. Dikatakan
demam adalah apabila suhu tubuh >38 C (Cariso & Kumia, 2020).
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan
masuknya mikroorganisme kedaiam tubuh, dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur.
Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati,
2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis,
2009). Demam umumnya tidak berbahaya namun demam tinggi dapat membahayakan anak.
Dampak negatif dari demam yang dapat membahayakan anak antara lain dehidrasi, kekurangan
oksigen, kerusakan neurologis, dan kejang demam/ febrile convulsions. Demam harus ditangani
dengan benar agar teijadinya dampak negatif menjadi minimal (Arisandi, 2012).
Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila
anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak yang dibawa ke dokter adalah karena demam
(Soedibyo, 2006).
Menurunkan atau mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik (farmakologik)
(Sumarmo, 2010). Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
secara fisik (non farmakologik) yaitu kompres hangat.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang kompres hangat terhadap demam
diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang cara kompres hangat dan
mempraktekannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai kompres kepada pasien selama
30 menit diharapkan keluarga mampu :

a. Menyampaikan pengkajian yang sudah dilakukan


b. Penyampaian masalah keperawatan yang ditemukan
c. Melakukan validasi tindakan yang sudah dilakukan
d. Menyampaikan masalah keperawatan yang belum teratasi
e. Menyampaikan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.

C. Sasaran
Keluarga dengan pasien demam
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
Pasien dengan demam di ruang Melati RSUD Tugurejo menjalani menjalani rawat inap
selama 3 hari dengan keluhan demam.

B. Analisis kasus
Pasien mengalami demam dari hari selasa 2 maret 2021. Ibu pasien mengatakan kulit anak
terasa hangat dan suhu 38°C

C. Prinsip belajar
Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai kompres hangat sehingga dapat
mengurangi demam pada anak.

D. Karakteristik media belajar


Karakteristik media pembelajaran pada pendidikan kesehatan ini adalah menggunakan
lembar baik, leaflet dan demonstrasi.
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Deskripsi media belajar


Metode pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan metode praktik dan tanya jawab, penyaji
akan menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media leaflet, lembar balik dan
demonstrasi

B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai
kompres hangat terhadap demam sehingga diharapkan demam pasien tidak menurun dan suhu tubuh
pasien dalam rentang normal.

C. Ketrampilan yang diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga
pasien adalah dengan penguasaan dan pemahaman teori mengenai materi pembelajaran dan
ketrampilan dalam menyampaikan menjelaskan dan mempraktikan langkah -langkah kompres
hangat pada keluarga pasien.

D. Jenis media
1. Leaflet
2. Lembar balik

E. Alat yang digunakan


1. Perlak alas
2. Baskom
3. Waslap
4. Handuk
5. Handscoon
F. Proses pendidikan kesehatan

No TAHAP WAKT KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN


U
1. Pembukaan 5 menit > Mengucapkan salam -Menjawab salam
> Memperkenalkan diri -Mendengarkan
> Menjelaskan maksud dan tujuan - Tahu dan mengerti
> Kontrak waktu -Menyepakati kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 20 menit > Menjelaskan materi tentang : - Audien
1. Pengertian demam Mendengarkan dan
2. Alat pengukur suhu tubuh Memperhatikan.
3. Daerah pengukuran suhu - Audien bertanya dan
4. Penanganan demam pada mampu menjawab
anak pertanyaan.
5. Terapi kompres hangat
6. Manfaat kompres hangat
7. Alat dan bahan untuk
kompres hangat
8. Teknik kompres hangat
> Memberikan audien kesempatan
untuk bertanya
3. Penutup 5 menit > Memberikan pertanyaan -Menjawab
> Membuat kesimpulan -Mendengarkan
> Menutup dengan salam -Menjawab salam

G. Waktu pelaksanaan
1. Tanggal: :Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu :15. 00 WIB

3. Tempat :Ruang Melati RSUD Tugurejo


Semarang

H. Hal yang perlu diwaspadai


1. Kesalahan dalam melakukan langkah - langkahnya
2. Sasaran tidak kooperatif dan tidak komunikatif
3. Kesulitan sasaran dalam memahami materi yang disampaikan

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Menyiapkan media yang menarik
2. Menyiapkan dan memahami serta menguasai langkah - langkah pijat kaki
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dalam menyampaikan materi
4. Memberikan kesempatan pada sasaran untuk bertanya

J. Pengorganisasian
Penyaji : Mahasiswa
Sasaran : keluarga pasien di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang

K. Sistem evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada pasien dan keluarga
pasien serta meminta keluarga pasien untuk memperaktikan kompres hangat.
BAB IV
PENUTUP

Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh anak yang
mengalami febris. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya
memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang
dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal
oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan teijadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Penanganan demam pada anak

Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
Demam
Kondisi dimana suhu tubuh diatas normal
yaitu >38 °C
A
lat pengukur suhu

• Termometer air raksa

• Termometer digital
Penanganan demam pada anak2
Gunakan pakaian
yang menyerap
keringat

Berikan obat
penurun panas

Cek suhu tiap 4 jam

Bila panas tidak turun


rujuk ke pelayanan
kesehatan terdekat
Kompres hangat
• Tindakan menggunakan waslap/handuk kecil
yang telah di celupkan pada air hangat yang
ditempelkan pada bagian tertentu.
• Rekomendasi terutama anak dengan risiko
kejang demam
Manfaat kompres hangat
• Memberikan rasa nyaman

・ Menurunkan suhu tubuh

・ Merilekskan otot tubuh

・ Mengurangi rasa nyeri


・ Memperlancar aliran darah
Alat dan bahan
• Baskom mandi

• Waslap 2-4 waslap jika ada

• Air hangat suhu 32-35°C


(terasa hangat)

• Termometer

Handuk pengering
Teknik kompres hangat

・ Siapkan alat dan bahan yang akan


digunakan
・ Cuci tangan
・ Ukur suhu
・ Pertahankan selimut mandi di atas tubuh
yang tidak dikompres
・ Siapkan air kompres hangat yang akan
digunakan dan sesuaikan suhunya
Teknik kompres hangat
• Celupkan waslap pada baskom yang berisi air
hangat peras kemudian letakkan pada bagian
lipat paha dan ketiak selama 10-15 menit
• Ganti air bila sudah tidak hangat lagi
• setelah selesai keringkan tubuh anak dan
pakaikan pakaian dan selimut yang menyerap
keringat
KOMPRES HANGAT

Oleh:
Zalin
Kartika Rani PEKALONGAN
202002040034 2021

PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU \>
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
PERAJANGAN
Kompres hangat adalah APA SIH
tindakan menggunakan MANFAAT
waslap/handuk kecil
KOMPRES
yang telah di celupkan ???
pada air hangat yang
ditempelkan pada
bagian tertentu.
• Pertaliankan suhunya
selimut mandi di
• Celupkan waslap
atas tubuh yang
pada baskom yang
tidak dikompres
berisi air hangat
• Siapkan air
peras kemudian
kompres hangat
letakkan pada
yang akan
bagian dalii, lipat
digunakan dan
paha dan ketiak sel
sesuaikan
ama 10-15 menit
• Ganti air bila menyerap keringat
sudah tidak
hangat lagi
• setelah selesai
keringkan
tubuh anak dan
pakaikan
pakaian dan
selimut yang

Anda mungkin juga menyukai