RENCANA PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN ANAK TANGGAL 1-6 MARET 2021
NAMA:
ERA WINDIANA
202002040023
1 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan pengkajian fokus pada pasien Wawancara dan 1-6 Mar Mampu melakukan pengkajian
melakukan pengkajian terhadap dengan hemiparese observasi 2021 et pada pasien hemiparese
pasien dengan hemiparese
2 Diharapkan mahasiswa mampu Menentukan masalah keperawatan dan Studi pustaka 1-6 Mar Mampu menyusun
menentukan prioritas diagnosa menentukan prioritas dan diskusi 2021 et dan
keperawatan yang muncul pada diagnosa memprioritaskan
pasien dengan hemiparese keperawatan diagnosa
keperawatan
3 Diharpkan mahasiswa mampu Menyusun intervensi keperawatan pada Studi pustaka 1-6 Mar Mampu menyusun rencana
merencanakan pasien hemiparese dan diskusi 2021 et tindakan
tindakan
keperawatan pada pasien dengan
hemiparese
4 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan implementasi keperawatan Aplikasi 1-6 Mmpu mengaplikasikan rencana
menerapkan atau pada pasien dengan hemiparese tindakan tindakan
mengaplikasikan tindakan Maret
dan 2021
keperawatan yang telah
direncanakan pada pasien studi pustaka
hemiparese
5 Diharapkan mahasiswa mampu Melakukan evaluasi Observasi dan 1-6 Mampu melakukan evaluasi
mengobservasi dan mengevaluasi terhadap studi pustaka perkembangan harian
perkembangan harian keadaan Maret
perkembangan harian pasien dengan
2021
pasien dengan hemiparese hemiparese
Praktikan
Era Windiana
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN HEMIPARASE DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG
Disusun oleh :
Era Windiana
202002040023
A. Definisi
B. Etiologi
Jika terdapat kelumpyuhan pada tangan dan kaki pada sisi yang sama, dan jika tanda
UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan berada di korda spinalis servikal atau
otak. Nyeri leher atau pada daerah dermatom servical dapat menjadi bukti lesi.
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa adalah infark cerebral atau
perdarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemiktransien sebelumnya, dan progresi
menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut
merupakan indikasi telah teijadi stroke. Jika tidak terdapat gejala-gejala cerebral, dapat diduga
teijadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresif secara
lambat (beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu pula dengan
sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda kortikospinal bilateral daripada
hemipelgia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau minggu, dapat dicurigai
lesi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau dewasa. Selain tumor, kemungkinan lain
termasuk malformasi arterivenosus, abses otak, atau infeksi lainnya. Kelainan otak biasanya
mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi merupakan penyebab
hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk pada lesi serebral
daripada lesi dileher dengan CT atau MRI.
D. Patofisiologi
1. Trombus
Timbunan/ kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah akan mengganggu
aliran darah bila teijadi diotak maka akan menyebabkan arterosklerosis pembuluh darah
sehingga akan mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila dalam
waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark dab teijadi
kematian jaringan otak.
2. Emboli
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang akan mengikuti aliran
darah hingga sampai pada otak dan akan menempel pada pembuluh darah di otak.
Bila teijadi pada pembuluh darah kecil akan menimbulkan sumbatan, gejala muncul
tergantung dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
3. Hemoragi Intraserebral
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan aliran darah sehingga
teijadi iskemi dan akhirnya infark.
4. Hemoragi Subarakhnoid
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga teijadi edema serebri yang
dapat menekan pembuluh darah sehingga teijadi di hipoksia lalu iskemik dan bila teijadi
lama maka akan infark dan akhirnya kematian jaringan.
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke darah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, tergantung bagian
otak mana yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain sebagai berikut:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar beberapa menit beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa
pengubatan. Hal ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala lebih dari 24 jam dan ini disebu reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
d. Sudah menetap/permanen
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution.
F. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena teijadi sebagai akibat dari oksigen yang otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekternal
terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang mengakibatkan
teijadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak
G. Gangguan yang muncul
a. Defisit neurologis
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setegan lapang penglihan)
Tidak menyadari orag/ objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah
satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer.
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek
3) Diplopia : penglihatan ganda
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
2) Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
3) Ataksia
Beij alan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
4) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata
5) Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c. Defisit sensori
1) Afasia ekspresif
Ketidakmampuan menggunakan simbol bicara
2) Afasia reseptif
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
d. Defisit kognitif
1) Kehilangan memori j angka pendek dan j angka panj ang
2) Penurnan lapang perhatian
3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4) Alasan abstrak buruk
5) Perubahan penilaian
e. Defisit emosional
1) Kehilangan kontrol diri
2) Labilitas emosional
3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
4) Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah
5) Perasaan isolasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya inf ark
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obtruksi
arteri.
3. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya perdarahan
4. MRI: menunjukkan daerah mengalami nfark, hemoragik
5. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X kepala :menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
I. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
2. Anti koagulan : mencegah memberatknya trombosit dan embolisasi
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a) Airway.
Adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukansekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pemapasan yang
sulit dan/ atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi.
c) Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi teijai pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian sekunder.
a) Aktivitas dan istirahat
i. Data subjektif
- Kesulitan dalam beraktivitas: kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
ii. Data obyektif
- Penurunan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spatic), paralysis (hemiplegia), kelemahan
umum.
-Gangguan penglihatan
b) Sirkulasi
i. Data subjektif
- Riwayat penyakit j antung (penyakit katup j antung, disritmia, gagal j antung,
endokarditis bilateral), polisitemia.
ii. Data oobjekif
-Hipertensi arterial
-Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c) Integritas ego
i. Data subjektif
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
ii. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan
iii. Kesulitan berekspresi
d) Eliminasi
i. Data subjektif
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus
paralitik)
e) Makan/minum
i. Data objektif
- Napsu makan berkurang
- Nausea/ vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ii. Data objektif
-problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
f) Sensori neural
i. Data subjektif
-pusing/syncope (sebelum CVA/ sementara selama TIA)
-nyeri kepala: pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid
-kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh atau mati.
-sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral (sisi yang sama)
-gangguan rasa pengecapan dan penciuman
ii. data objektif
- Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah
laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ektremitas : kelemahan/paralysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,
gangguan tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
- Wajah : paralysis/parase(ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa) kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata katakomperhensif,
global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi danukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsilateral.
g) Nyeri/kenyamanan
-Ds: sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
-Do: tingkah laku yang tidak stabil, geli sah, ketegangan otot/ fasial
h) Respirasi
Ds: perokok (faktor resiko)
i) Keamanan
-Data subjektif
• motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
• perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kesadaran terhadap bagian tbuh yang sakit
• tidak mampu mnenganali objek, wama,kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
• Gangguanberespon terhadap panas, dan dingin/ gangguan regulasi suhu
tubuh
• Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j) Nteraksi sosial
-DS : problem berbicara
B. Diagnosa keperawatan
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit okulasi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
2. hambatan mobilitas fisik yang b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
C. Intervensi
1. ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d terputusnya aliran darah : peyakit okulasi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
- monitor ttv
- kaji tingkat kesadaran
- atur posisi semifowler
- kaji dan monitor adanya PTIK
- berikan terapi oksigen
- monitor hemodinamik
- kolaborasi pemberian obat
3. Defisit perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang b/d gejala
hemiparesis
- Kaji kemampuan menggunakan alat bantu
- Kaji membran mukosa dan kebersihan tubuh
- Pantau adanya perubahan fungsi
- Pantau tingkat kekuatan terhadap aktivtas
- Bantu klien dalam kebersihan : seka, mengganti pempers -Pasang NGT
- Berikan diit sonde
- Bantu klien dalam mengganti pakaian
DAFTAR PUSTAKA
Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing. 7th Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Irawati, dkk. (2016). Efektifitas Latihan Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang. JKFT, Edisi Nomor 2, Januari 2016.
Potter, P.A, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4. Volume. EGC. Jakarta
l>. pathway
Disusun Oleh :
ERA WINDIANA
NIM. 202002040023
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan klien mengetahui
tentang diit TKTP
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan klien mampu:
a. Mengetahui tentang pengertian dari diit TKTP
b. Mengetahui tujuan diit TKTP
c. Mengetahui manfaat diit TKTP
d. Mengetahui makanan yang dianjutkan
C. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah klien yang belum mengetahui tentang diit TKTP
dalam proses penyembuhan luka pada pasien pasca bedah.
BABU
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Klien dan keluarga yang belum mengetahui atau yang mempunyai pengetahuan kurang terkait
diit TKTP
B. Analisis Kasus
Luka didefinisikankeadaan hilang atau terputusnya kontunuitas jaringan. Luka atau
hilangnya dan rusaknya sebagian jaringan tubuh adalah hal yang umum dan banyak dialami
dalam kehidupan sehari hari.Luka bisa disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan atau gigitan hewan. Terganggunya proses penyembuhan
lukapasca bedah disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat akan menyebabkan luka mengalami
stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan perubahan metabolisme yang dapat
meningkatkan resiko terlambatnya penyembuhan luka (potter dan perry, 2006).Gangguan nutrisi
(nutritional disorder) terutama kurangnya asupan protein pada pasien pasca bedah merupakan
masalah yang sangat sering muncul, baik pasien yang dijumpai dirumah sakit maupun yang
menjalani rawat jalan.Diet tinggi protein pada pasien post operasi merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka.
D. Jenis Media
Ceramah dan tanya jawab
2. 15 menit Pelaksanaan
Ceramah
Memperhatikan
1. Pengertian diit TKTP
2. Tujuan diit TKTP
3. Manfaat diit TKTP
4. Makanan yang dianjurkan
5. Contoh menu diit TKTP
Demonstrasi
Fasilitator menyampaikan demonstrasi
mengenai kompres hangat
Memperhatikan
3. 5 menit Evaluasi
• Memberikan kesempatan untuk Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
• Meminta audience menjelaskan Menjelaskan materi
tentang materi kompres hangat
4. 3 menit Terminasi
• Mengucapkan terima kasih atas Memperhatikan
perhatian yang diberikan Menjawab salam
• Mengucapkan salam
G. Waktu Pelaksanaan
Tanggal : Kamis, 4 Maret 2021
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai
1. Tingkat pendidikan klien
2. Penggunaan bahasa yang kurang sesuai
3. Budaya yang dipercaya klien
J. Pengorganisasian
Pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan oleh Era Windiana
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien mengikuti penyuluhan sampai selesai
b. Persiapan media yang akan digunakan
c. Persiapan tempat yang akan digunakan
d. Kontrak waktu
e. Persiapan SAP
2. Evaluasi Proses
a. Selama penyuluhan peserta memperhatikan penjelasan yang disampaikan
b. Selama penyuluhan peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan.
c. Selama penyuluhan peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Evaluasi Penyuluh
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran dengan baik
c. Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh audience
4. Evaluasi Waktu
a. Penyuluhan beijalan sesuai waktu yang telah ditentukan
5. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan diberikan kepada klien dengan rentang nilai:
Baik jika standar nilai >70%-100%, bisa menjawab semua pertanyaan Cukup
jika standar nilai >50%-70%, bisa menjawab empat pertanyaan Kurang jika
standar nilai <50%, bisa menjawab tiga atau <3 pertanyaan
BAB IV
PENUTUP
Pendidikan kesehatan diperlukan pada klien setelah pasca pembedahan yang belum
mengetahui makanan yang berperan dalam proses penyembuhan pasca pembedahan atau proses
penyembuhan luka. Diharapkan dapat menambah pengetahuan atau informasi serta dapat
menerapkan apa yang sudah diberikan pada saat penyuluhan. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan secara efektif, klien bisa mengetahui mempraktekkan atau menerapkan diit TKTP secara
mandri.
DIIT TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN (DIIT TKTP)
ERAWINDIANA
NIM :202002040023
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERAJANGAN PEKALONGAN
2021
APA ITU DIITTKTP?
Diet tinggi kalori tinggi protein adalah diet yang mengandung kalori dan protein
diatas kebutuhan normal.
Diberikan dalam bentuk makanan bisa ditambah bahan makanan sumber protein
tinggi seperti susu, telur; daging.
Tujuan pemberian diit TKTP
1. Memberikan kemampuan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
protein
2. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
3. Mempercepat proses penyembuhan luka
Manfaat Protein
1. Sebagai zat pembangun dan untuk pertumbuhan
2. Pemeliharaan dan pengganti jaringan yang rusak
3. Sebagai zat pengatur, mengatur proses-proses pembakaran energi atau
metabolisme
4. Sebagai cara kerja pertahanan atau mempertahankan tubuh dari serangan
infeksi
Makanan yang dianjurka
Sumber protein hewani
Misalnya : telur, susu, keju, ayam kampung, dan ikan
Misalnya : tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, dan kacang merah.
A I D
P T I
E ?
T ’l
?
tin
Di gg
et i
kal gg ote
ori i in
tin pr ad
ala t me
h ya ng
die ng an
du ori pr
ng da ote
kal n in
dia bu n
tas tu no
ke ha rm
al. berik m
an bentu
Di dala k
maka ditam n
nan bah maka
bisa baha nan
sumb in seper
er tingg ti
prote i susu,
telur, T N
dagin UJ DI
U B
g. A E
RI DI 1. M
K ET em
A ??
N be
rik ma an
an m cu
ke pu ku
p k nu
un me hi
tu me ke
bu n da
tu kal n
ha ori pr
ote 2. M ga
in en h
ce da
n ur ke
me an rus
ng gi ak
an ng bu
j an h
ari tu
3. M rce os
em pat es
pe pr pe
ny ha ka
em n
M
bu lu
an
fa ei ba
at n gai
Pr
ot 1. Se zat
pe ng n
m un un
ba da tu
k m n
pe bu
2. Pe
rtu ha
me
lih da ng
ara n ga
an pe nti
jar n rus
in ya ak
ga ng
3. Se
ba pe r,
gai ng me
zat atu ng
atu os os
r es- es
pr pr pe
m ra er
ba n gi
ka en ata
u oli 4. Se
me sm ba
tab e gai
car ja ha
a pe na
kei rta n
ata m ha
u pe nk
me rta an
tu da an
bu ri ga
h ser n
inf P tu
ek en ra
si ga n
m an n
ak ma
Ba
an ka
ha
na ng ur
n dia ka
ya nj n
1. Su r oh
m ka idr
be rb at :
na i ,
si, pu mi
rot tih e
ma ni, on
ka lo g,
ro nt bi
hu un m
n, g. be
jag 2. Su r
pr tel am
ote ur, ,
in ay da
gi n, cu
ng, su mi
ika su, ,
ud ke g
an pit ya
g, in ng
ses ng ur
uai an an
de anj do
kte ah ah
r - an
3. Bu bu pis
an pa uk
g, ya, at,
pe alp str
aw , an
be ap gg
rry el, ur,
jer nis am
uk , ju
ma dal ml
ah
ya
ng
4. se u d
s ai e
n a a
g n nj
ur n a
a y n
g la di
te h b
er a 5. Sa
yu
ik n r-
sa n: m
yu me un,
ra nti ter
on ge, ng
g, ka pa
tau ca nja
ng, sel wo
ko ad rte
l, a, l,
dal ml uai
am ah anj
ju ses ur
an. pr he
ote wa
Sumbe
in ni
r
Misaln susu, kampu
ya : keju, ng,
telur, ayam dan
ikan m pr
1. S be ote
u r in
na 2.
bat
i
2. Mi a : te
sal tah m
ny u, pe,
ka hij ca
ca au, ng
ng ka tan
ah, ai, ka
ke da ca
del n ng
me S n
ra i g
h. a
: s t
n i e
a , l
u e s
r b ,
r u t
e e o
m r
p g e
n s u
g a r
, y a
s , n
e d
m a b
u p
a p a
h e y
a e
. n t
M u a
m h
b a s
a n u
s M a
u a m
. l
: s i
n i k
a , a
n a ,
, h t
t u u
m s u
i a r
s y a
n a u
a
d b h
r .
j u
e k
Pagi : nasi,
daging ayam,
telur ceplok,
sayuran dan
buah pisang.
Menu
tambahan
bubur kacang
hijau
KONTRAK BELAJAR
Disusun oleh :
Faridoh Hasanah
202002040004
Disusun Oleh :
Faridoh Hasanah (202002040004)
>
Memberikan audien kesempatan
untuk bertanya - bertanya dan mampu
menjawab
pertanyaan.
3. Penutup 5 menit > Memberikan pertanyaan -Menjawab
Membuat kesimpulan
> -Mendengarkan
Menutup dengan salam
> -Menjawab salam
IV. Media dan Alat
a. Leaflet.
b. Lembar balik.
V. Setting Tempat
Keterangan:
1 = pasien
2 = penyuluh
3 = keluarga
VI. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian nutrisi
2. Sebutkan manfaat kebutuhan nutrisi pada anak
3. jelaskan pengertian sembelit
4. Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi
Hendrotomo dan Muhardi. 2006. Pemeberian Nutrisi Parenteral pada Penderita Gangguan
Pencernaan (http//.www. google. Com). Jakarta : FK-UI
Markum AH, Monintja HE, Boetjang RF. Prematuritas dan retardasi pertumbuhan (Dalam:
penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1). Jakarta :BIKA FKUI
MATERI
KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK
A. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung gizi, sedangkan nutrisi yang cukup
adalah makanan yang mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan gizi tubuh
seseorang.
B. Manfaat
1. Memberikan tenaga yang di perlukan tubuh untuk aktifitas
2. Memberikan kandungan gizi / nutrisi yang dibutuhkan pleh sel
3. Membentuk persediaan zat-zat makanan dalam tubuh
C. Pengertian sembelit
1. Memberikan zat gizi yang cukup dan sesuai kebutuhan
2 Mendidik kebiasaan yang baik dalam hal makan
3. Menyukai dan menentukan makanan yang dibutuhkan
1. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung serat, baik dalam bentuk potongan
atau dibuat jus, seperti apel, pir, brokoli atau bayam.
2. Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau lobak.
3. Mengonsumsi tomat dan j agung.
4. Mengonsumsi roti dari gandum atau terigu.
5. Mengonsumsi sereal atau cracker, terutama yang mengandung sayuran.
E. Makanan yang sebaiknya dihindari
1. Menghindari susu sapi, karenanya banyak anak yang mengalami susah BAB saat
berpindah dari ASI ke susu sapi.
2. Menghindari makanan atau minuman yang berbahan dasar susu, seperti yoghurt,
keju atau es krim.
3. Menghindari konsumsi buah pisang.
4. Menghindari konsumsi wortel.
5. Menghndari makanan yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRA ABDOMEN DIRUANG MELATI RSUD TUGUREJO
SEMARANG
Disusun oleh:
labu
, brokoli
wortel bayam
Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang
polong, buncis atau lobak.
Mengkonsumsi
tomat dan jagung
Mengkonsumsi roti dari gandum atau terigu
Mengkonsumsi sereal
TERIMA KASIH
KONTRAK BELAJAR
CEDERA KEPALA RINGAN
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun Oleh :
202002040011
kepala evaluasi
-Kolaborasikan dengan tindakan
dokter dalam
■ Hari V
Mengumpul
kan laporan
■ Hari VI Mampu
Terapi melakukan
bermain terapi
bermain
Disusun oleh:
(202002040011)
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi
disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma
baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis teijadi karena robeknya
substansia aib a, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal di
sekitar jaringan otak. (B.Batticaca,
2008).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepal a,tengkorak dan
otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yangserius di antara penyakit
neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya
(Smeltzer & Bar e 2001).
Cidera kepala ringan adalah fungsi neurology atau menurunya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan
GCS:15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri
kepala, hematoma dan, laserasi dan abrasi (Masjoer, 2000), cedera kepala ringan adalah
kepala tertutup yang ditandai hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000).
PembakaE aEt-MepJaii
Oadena medial
Resiko Kyed
iifeksd
I—►Hipaksia^-*
jariLiHE
Defis-itL-aLioloEi i
Girus madidis lobut
teapnrali jtazesai
I
R-siko kEiaEEEya
voilum-?c3ifaE saEiOTi 5feUif:
ilErN3&£
Herd a^i VV ■■■ ■■■ ■.r-T"^?
Tr,.r,
1 ๔๒ 12
7. Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah dibersihkan
dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan miminimalkan masuknya
infeksi sebelumlaserasi ditutup.
a. Menilai jalan nafas bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar cervikal,pasang
guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu j alan nafas,maka pasien
harus diintubasi.
b. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jikatidak beri 02
melalui masker 02. Jika pasien bernafas spontan selidiki danatasi cedera dada berat spt
pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi
02minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan terancan/memperoleh 02
ygadekuat ( Pa 02 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta saturasi 02 >95%)atau muntah
maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi.
c. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intraabdomen/dada.Ukur dan catat
frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang jalur intravena yg
besar.Berikan larutan koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
d. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt teijadi setelah cedera kepala dan harusdiobati mula-
mula diberikan diazepam lOmg intravena perlahan- lahan dandpt diulangi 2x jika masih
kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB.
e. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB6.Pada semua pasien dengan cedera kepala
dan/atau leher,lakukan fototulang belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan
odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal Cl-
C7normal7.Pada semua pasien dg cedera kepala sedang dan berat :- Pasang infus dgn
larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairanisotonis lebih efektif mengganti volume
intravaskular daripada cairanhipotonis dan larutan ini tdk menambah edema cerebri-
Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap,
trombosit, kimia darah. Lakukan CT scanPasien dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi
adanya : 1 .Hematoma epidural2.Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel3 .Kontusio
dan perdarahan jaringan otak 4.Edema cerebri5.Pergeseran garis tengah6.Fraktur
kranium8.Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda
hemiasilakukan : Elevasi kepala 30, Hiperventilasi, Berikan manitol 20% lgr/kgBB
intravena dlm 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar
l
A dosis semulasetiap 6 jam sampai maksimal 48 jam I- Pasang kateter foley-Konsul bedah
saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural besar,hematom sub dural,cedera
kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo).
8. Penatalaksaan Keperawatan
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili tujuan untuk
memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan
umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Untuk
penatalaksanaan penderita cedera kepala, Adveanced Cedera Life Support (2004) telah
menepatkan standar yang disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera yaitu ringan, sedang dan
berat. Penatalaksanaan penderita cerdera kepala meliputi survei primer dan survei sekunder.
Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain : A (airway), B
(breathing), C (circulation), D (disability), dan E (exposure/environmental control) yang kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer
sangatlah penting untuk mencegah cedera otak skunder dan menjaga homeostasis otak. Kelancaran
jalan napas (airway) merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Jika penderita dapat
berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas
sering teijadi pada penderita yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan,
j atuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas
harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh melakukan
ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan chin
lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung. Bila ada
sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika
tersedia. Untuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa orofaring.
Bila hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke mulut akan
sangat bermanfaat (breathing). Apabila tersedia, 02 dapat diberikan dalam jumlah yang memadai.
Pada penderita dengan cedera kepala berat atau jika penguasaan jalan napas belum dapat
memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi
endotrakheal.
Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran dan denyut
nadi (circulation). Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya perdarahan
eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer
yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normovolemik.
Pada penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya dipertahankan di atas 100
mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut nadi dapat digunakan secara
kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan
sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka tekanan sistolik
lebih dari 70 mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan
sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan dengan
penekanan pada luka.
Setelah survei primer, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu resusitasi. Cairan resusitasi
yang dipakai adalah Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua jalur intra vena.
Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya
terhadap cedera otak dibandingkan keadaan udem otak akibat pemberian cairan yang berlebihan.
Posisi tidur yang baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari
leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan intracranial.
Pada penderita cedera kepala berat cedera otak sekunder sangat menentukan keluaran
penderita. Survei sekunder dapat dilakukan apabila keadaan penderita sudah stabil yang berupa
pemeriksaan keseluruhan fisik penderita. Pemeriksaan neurologis pada penderita cedera kepala
meliputi respos buka mata, respon motorik, respon verbal, refleks cahaya pupil, gerakan bola mata
(doll’s eye
phonomenome, refleks okulosefalik), test kalori dengan suhu dingin (refleks okulo vestibuler)
dan refleks kornea.
Tidak semua penderita cedera kepala harus dirawat di rumah sakit. Indikasi perawatan
di rumah sakit antara lain;
a. Fasilitas CT scan tidak ada,
b. Hasil CT scan abnormal,
c. Semua cedera tembus,
d. Riwayat hilangnya kesadaran,
e. Kesadaran menurun,
f. Sakit kepala sedang-berat,
g. Intoksikasi alkohol/obat-obatan,
h. Kebocoran liquor (rhinorea-otorea),
i. Cedera penyerta yang bermakna,
j. GCS< 15.
Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk memberikan
suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa
pemberian cairan intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid, barbitirat
dan antikonvulsan.
Indikasi pembedahan pada penderita cedera kepala bila hematom intrakranial >30 ml,
midline shift >5 mm, fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan
kedalaman >1 cm.
Penatalaksanaan Khusus: Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini umumnya
dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan bila memenuhi
kriteria berikut:
1) Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya beijalan) dalam
batas normal
2) Foto servikal jelas normal
3) Ada orang yang bertanggung-jawab untuk mengamati pasien selama 24 jam pertama,
dengan instruksi untuk segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala
perburukan
4) EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya patologis
5) Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur)
6) BAER (Brain Auditori Evoker Respon) menentukan fungsi korteks dan batang otak
Kriteria perawatan di rumah sakit:
1) Adanya darah intracranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan
2) Konfusi, agitasi atau kesadaran menurun
3) Adanya tanda atau gej ala neurologi a fokal
4) Adanya penyakit medis komorbid yang nyata
5) Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi:
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga teijadi
perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne
Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana
karena aspirasi), cenderung teijadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada
pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang
akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia)
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak
akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan
hebat/luas dan mengenai batang otak akan teijadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat teijadi :
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian
lapang pandang, foto fobia.
3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
4) Teijadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesal ah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Bladder
Pada cidera kepala sering teijadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Teijadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia)
dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang
lama dapat teijadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula teijadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang teijadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula
teijadi penurunan tonus otot.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya edema serebri
b. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekresi dan sumbatan
jalan napas
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas yang lama
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif dan
penurunan kekuatan/tahanan.
e. Resiko teijadi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan dan tindakan invasif
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
motorik
nafas - Bersihkan
- Lakukan perawatan
luka
- Monitor
nutrisi Mencegah
- Atur posisi klien teijadinya
pa
tiap 1 jam sekali penekanan da
- Pertahankan area dekubibus
kebersihan
tenun
Intolerasi NOC Outcome : NI Terapi latihan Dengan latiha
C n ak
aktivitas Pergerakan sendi aktif (pergerakan sendi) pergerakan
an
Tingkat mobilisasi - Observasi KU klien mencegah
Perawatan ADLs - Tentukan teijadinya
ketebatasan gerak kontraktur otot
Meminimalkan
NIC Terapi latihan
teijadinya
(kontrol otot)
kerusakan mobilitas
-Evaluasi
fisik
fungsi
sensori
-Tingkatkan aktivitas
motorik sesuai
kemampuan
-Gunakan sentuhan
Resiko NOC Outcome : NIC : Kontrol
guna infeksi
teijadi Status imunologi -Pertahankan kebersihan
Meminimalkan
infeksi Kontrol infeksi lingkungan -- Batasi
Kontrol resiko pengunjung
invasi
- Anjurkan dan
Client Outcome : ajarkan pada
Bebas dari tanda-tanda keluarga untuk cuci mikroorganisme
teijadinya infeksi
lanjutan
nutrisi
yang
adekuat
- Kaji adanya tanda-
tanda infeksi
-Monitor vital sign
-Kelola
terapi
antibiotika Memberikan
perlindungan pada
tanda- mikroorganisme
- Monitor Memastikan
laboratorium diberikan
- Manajemen
sesuai
lingkungan
program
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.2005.Rencana Asuhan Keperawatan ed-3. Jakarta : EGC Hudak dan Gallo.
2002. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC dalam
http:// samoke2012 .wordpress. com/2012/11/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan- ci dera-
kepal a-nanda-noc-ni c/
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
Maijory Gordon, dkk, 2015, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
Muttaqin, Arif.2014..Buku Ajar asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CEDERA KEPALA RINGAN DAN CARA PENCEGAHAN
Disusun oleh :
Retno Dwi Wahyuningrum
202002040011
pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serata notasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tingkat pencegahan
(Muttaqin, 2009)
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak, cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami tentang cedera
kepala ringan dan cara pencegahan
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien diharapkan
mampu:
1) Menjelaskan pengertian cedara kepala ringan
2) Menyebutkan penyebab cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan gej ala cedara kepala ringan
4) Menyebutkan komplikasi cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan cedera kepala ringan
6) Menyebutkan cara mengobati cedera kepala ringan
C. STRATEGI INTERVENSI
Strategi intervensi yang dilakukanadalah dengan menggunakan Promosi Kesehatan
tentang “Cedera Kepala Ringan dan Cara Pencegahan” yang dilakukan pada keluarga dan
pasien yang menderita cedera kepala ringan.
D. IMPLEMENTASI
1 Tindakan :Pendidikan kesehatan mengenai cedera kepala ringan dan
.
cara pencegahan
2 Metode :Ceramah dan diskusi
.
3 Media/alat :Leaflet, Dan power point
.
4 Tempat :Di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
.
5 Waktu :Kamis, 04 Maret 2021
.
6 Sasaran :Klien dan Keluarga
.7 Pelaksana
:Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
.
Pekajangan Pekalongan (Retno Dwi Wahyuningrum)
8. Stretegi Pelaksanaan :
1. Media dan alat bantu : Lembar balik dan Leaflet
2. Kegiatan dan Alokasi waktu :
N Kegiatan Penyuluhan Suasana Kegiatan Waktu
o
1 Pembukaan 5
1. Mahasiwa memberikan 1. Menjawab salam menit
salam 2. Mendengarkan dan
2. Mahasiwa memperhatikan
memperkenalkan
3. Mahasiwa
menjelaskan
tentang topik penyuluhan
4. Mahasiwa
kontrak
5. Mahasiwamenj el askan
tujuan penyuluhan
2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan pengertian Mendengarkan menit
cedara kepala ringan
dan
2) Menyebutkan penyebab
memperhatikan.
cedara kepala ringan
3) Menyebutkan tanda dan
gejala cedara kepala
ringan
4) Menyebutkan komplikasi
cedara kepala ringan
5) Menjelaskan pencegahan
cedera kepala ringan
6) Menyebutkan
cara
mengobati cedera kepala
3 Penutupringan 5
1. Mahasiswa 1. Menjawab menit
menyimpulkan materi pertanyaan
2. Mahasiswa 2. Mendengarkan dan
mengadakan memperhatikan
evaluasi 3. Menjawab salam
tentang
Pengertian, penyebab,
tanda dan
gejala,
komplikasi,
pencegahan, dan
diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian cedera kepala ringan ?
b. Jelaskan penyebab cedera kepala ringan ?
c. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
d. Jelaskan komplikasi cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan pencegaha cedera kepala ringan ?
f. Jelaskan pengobatan cedera kepala ringan ?
Lampiran Materi
F. MATERI
1. Pengertian
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan dampak pada fungsi otak,
cedera kepala ringan adalah kerusakan otak yang minimal karena ditandai dengan hilangnya
kesadaran dalam waktu singkat maupun tidak terdapat kehilangan kesadaran sama sekali.
2. Penyebab
a. Benda jatuh
b. Kecelakaan di j alan raya
c. Kecelakaan olahraga
d. Benda yang menghantam kepala
a. Gejala Fisik
1) Pingsan selama beberapa menit
2) Merasa linglung atau bingung
3) Sakit kepala
4) Mual atau muntah
5) Lelah atau mengantuk
6) Kejang-kejang
b. Gejala Indra
1) Gangguan indra, misalnya penglihatan buram, telinga berdenging, mulut terasa buruk atau
perubahan pada kemampuan untuk mencium
2) Sensitivitas terhadap cahaya atau suara
4. Komplikasi
a. Vertigo post traumatic
Kepala berputar-putar dan sangat pusing
b. Sindrom pasca cedera kepala
Kesulitan berpikir
c. Efek kumulatif atau penumpukan dari kecelakaan sebelumnya
Apabila seseorang mengalami cedera kepala akan menderita kerusakan otak jangka panjang
6. Pengobatan
a. Istirhat total
Tubuh akan cepat melakukan perbaikan pada sel-sel otak yang terdampak apabila anda tidur yang
cukup setiap malam
b. Konsumsi obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa sakit, seperti acetaminophen
(Thylenol)
c. Berhenti berolahraga untuk sementara
Dalam periode ini cara terbaik menghindari aktivitas atau berpikir dan banyak beristirahat. Tunggu
hingga tubuh anda benar-benar pulih
Cedera atau trauma pada kepala dan otak yang dapat memberikan
dampak pada fungsi otak.
c. Sakit kepala
f. Kejang-kejang
LANJUTAN..
2. Gejala indra
2.
3.
PENCEGAHAN CEDERA
KEPALA
RINGAN
Menggunakan alat pelindung diri saat melakukan
aktivitas atau olahraga yang beresiko terjadi
benturan
Memakai sabuk pengaman saat mengendarai
mobil dan mengenakan helm saat mengendarai
motor
Memastikan keamanan dirumah, seperti
membuat pegangan tangan ditangga dan
memasang alas antiselip agar lantai kamar mandi
tidak licin
LANJUTAN...
4 '
A PENGERTIAN
menit
Oleh, MUHAMMADI Cedera
YAH atau
Retno bwi PERAJANGA
N trauma
Wahyuningrum PEKALONGAN pada
2021 kepala
202002040011 dan otak
PROGRAM
__________ yang
dapat
memberik
STUDI
PROFESI NERS an
FAKULTAS dampak
ILMU pada
KESEHATAN
UNIVERSITAS fimgsi
otak. kepala C. TANDA
DAN GEJALA
B. PENYEBA 1. Gejal
a fisik
B a. Pin
1. Benda gsan selama
jatuh beberapa
2. Kecelak b. Me
aan dijalan raya rasa linglung atau
3. Kecelak bingung
aan olahraga c. Sak
4. Benda it kepala
yang d. Mu
menghantam al atau muntah
h
ggua berd
n engi
indr ng,
a, mul
e. Lel misa ut
ah atau lnya teras
mengantuk peng a
f. Kej lihat buru
ang-kejang an k
2. Gejal bura atau
a indra m, pem
a. Gan telin baha
ga n
pada caha
kem ya
amp atau
uan suar
untu a
k
men
cium
b. Sens
itivit
as
terha
dap
PENCEGAHAN
1. Menggunakan alat pelindung diri
saat melakukan aktivitas atau
KOMPLIKASI olaliraga
Disusun oleh:
B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan:
1. Anak merasa senang karena kebutuhannya terpenuhi
2. Rasa percaya anak pada perawat meningkat
3. Anak merasa tidak bosan atau jenuh selama proses hospitalisasi
4. Meningkatkan perkembangan sensorik motorik yang diperoleh melalui
stimulasi.
C. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain ini adalah Anak usia 3-6 tahun
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Karakteristik sasaran dalam terapi ini adalah anak yang dirawat di rumah
sakit, berusia 3-6 tahun, sudah kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan
untuk diajak bermain.
B. Analisa Kasus
Anak yang dirawat dirumah sakit mengalami hospitalisasi, itu menjadikan
sebuah stressor baik bagi anak maupun keluarga. Meskipun hal ini merupakan
keadaan fisiologis, namun anak dan keluarga harus mampu mengatasi dan
beradaptasi dengan kondisi tersebut agar tidak teijadi krisis pada diri anak maupun
keluarga. Anak usia pra sekolah biasanya menerima keadaan masuk rumah sakit
dengan sedikit ketakutan. Untuk itu perawat perlu memberikan terapi bermain
untuk mengatasi masalah hospitalisasi yang teijadi.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
A. Deskripsi Permainan
Permainan ini menggunakan jenis permainan stimulasi yaitu stimulasi visual
dan gerak motorik halus serta motorik kasar.
B. Tujuan Permainan
1. Menstimulasi atau merangsang kecerdasan otak
2. Merangsang daya imajinasi anak.
3. Mengembangkan kepercayaan diri anak.
4. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam proses hospitalisasi.
5. Anak merasa senang.
D. Jenis Permainan
Mewarnai gambar
E. Alat Bermain
1. Buku bergambar
2. Pensil warna
F. Proses Bermain
1. Fase orientasi :
a. Mengucapakan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Minggu, 07 Maret 2021
Waktu : Jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
K. Sisttem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan.
c. Perawat siap memimpin permainan.
2. Evaluasi proses
a. Anak bersikap kooperatif.
b. Keluarga mendukung j alannya permainan.
c. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Teijalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat.
b. Anak merasa terhibur dengan permainan yang dilakukan.
c. Anak mengembangkan kemampuan.
BAB IV
PELAKSANAAN TERPI BERMAIN
A. Kontrak Awal
Kontrak awal dengan keluarga pasien yaitu pada klien dan ibu klien
dilakukan pada hari Sabtu, 06 Maret 2021 pukul 10.00 WIB. Kontrak yang
dilakukan secara lisan meliputi waktu pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan dan
persiapan lainnya yaitu keikutsertaan keluarga dalam terapi bermain. Kontrak juga
dilakukan dengan pembimbing Ruang untuk mendapatkan persetujuan dan
bimbingan selama pelaksanaan terapi bermain.
B. Tahap Orientasi
Waktu pelaksanaan kegiatan terapi bermain sesuai dengan waktu/kontrak
yang telah disepakati. Persiapan yang dilakukan yaitu menyiapkan tempat kegiatan
yaitu di ruang bermain RSUD Tugurejo, Semarang. Ibu, klien dan mahasiswa
duduk di ruang bermain. Mahasiswa mengawali dengan memperkenalkan diri
kembali pada keluarga, mengulang kontrak yang telah disepakati hari sebelumnya
yaitu 30 menit sebelumnya. Tahap orientasi dilakukan selama 5 menit yang
meliputi mengucapkan salam, perkenalan, menjelaskan tujuan, meminta
persetujuan, dan mengingatkan kontrak yang sudah disepakati.
C. Tahap Kerja
Mahasiswa tahap keija dengan menjelaskan aturan permainan yang akan
dilakukan dan meminta ibu mendampingi anaknya. Berikutnya petugas kesehatan
memberikan alat/mainan yang akan digunakan yaitu buku bergambar. Selanjutnya
petugas kesehatan memulai terapi bermain bersama klien yang didampingi ibu.
Selama tahap keija klien juga dilibatkan dalam komunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti klien sehingga menunjukkan penerimaan
terhadap penjelasan dari mahasiswa. Klien diminta menyusun lingkaran dan
memasukan ke dalam tiangnya dari yang terbesar sampai terkecil. Klien kooperatif
diajak bermain bersama.
D. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi petugas kesehatan mengakhiri kegiatan terapi bermain
dengan menyampaikan terima kasih atas partisipasinya dalam pelaksanaan terapi
bermain dan menutup dengan salam. Kegiatan pendidikan kesehatan dan terapi
bermain selesai pukul 10.00 WIB.
E. Evaluasi
Klien mampu mewarnai buku gambar yang telah disediakan perawat dengan
benar sesuai contoh gambar dan wama.
BAB V
PENUTUP
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC
Pusdisnakes. 2010. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Depkes
RI
Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI
202002040021
NIM :202002040021
Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI
202002040021
B. Etiologi
C. Patofisiologi
kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi dan
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke percabangan Xrakeobronkial.
Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil
dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dengan
menjadi tempat peradagan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe
atau pembuluh darah (limfiohematogeii). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini teijadi bila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan
tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organorgan tubuh.
Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari tuberkulosis
yaitu:
1) Berat badan turun dan anoreksia
2) Berkeringat dingin
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
/ Pengobatan
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang cara pengobatan penyakit
tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2
3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri
dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH, Pirasinamid, Streptomisin
dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makrolide, Amoksisilin + asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1
G. Komplikasi
e. penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
H. Pengkajian Fokus
Gejala: kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek karena
keija, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat.
2. Integritas ego
Gejala: adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak
berdaya/tidak ada harapan
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna penurunan berat badan
5. Pernafasan
Gejala: batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis
terpajan pada individu terinfeksi
Tanda: peningkatan frekuensi pemapasan
6. Keamanan
Gejala: adanya kondisi penekanan imun
7. Interaksi Sosial
8. Pemeriksaan penunjang
-Kultur sputum
-Foto thorax
I. Fokus Intervensi
1. Bersihan j alan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental, kelemahan
upaya batuk buruk.
c. Intervensi
c. Intervensi
c. Intervensi
;Kemoterapi [
1
Kekurangan gizi i Pasien pengguna fasilitas kesehatan j \
;Mengidap HIV ! Orang terinfeksi aktif TBC Lingkungan padat penduduk
i________________ j Rumah minim ventilasi !
KETIDAKSHMBANGAN
4
Eksudasi Gas tidak dapat
NUTRISI KURANG DARI berdifusi dengan baik
KEBUTUHAN TUBUH Nekrosis/perkejuan
Iritasi bronkus 4— j
------Kavitasi kuman
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
4
Pembuluh darah pecah
Infeksi primer
Hemaptoe
S Pabrik Pathway
www.serplhanllmuku.blogspot.com
B
K. Daftar Pustaka
Disusun Oleh:
PRATIWIINDRIANI
202002040021
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberi penyuluhan klien dan keluarga klien mampu memahami
tentang kejang demam pada anak
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit klien dan keluarga klien
diharapkan mampu:
1) Menj elaskan pengertian kej ang demam
2) Menyebutkan penyebab kejang demam
3) Menyebutkan tipe kejang demam
4) Menyebutkan perawatan pada anak kejang demam
5) Menjelaskan pencegahan kejang saat anak demam
C. Strategi Intervensi
Strategi intervensi yang dilakukan adalah dengan menggunakan Promosi
Kesehatan tentang “Kejang Demam” yang dilakukan pada keluarga pasien.
D. Implementasi
Tindakan demam :Pendidikan kesehatan mengenai kejang
pada anak
Metode :Ceramah dan diskusi
Media/alat :Leaflet, Dan power point
3. Mahasiwa
menjelaskan
tentang topik
penyuluhan
4. Mahasiwa
membuat kontrak
5. Mahasiwa
menjelaskan
tujuan penyuluhan
2 Pelaksanaan 20
1) Menjelaskan Mendengarkan da menit
pengertian kejang n
memperhatikan.
demam
2) Menyebutkan
penyebab
kejang
demam
3) Menyebutkan tipe
kejang demam
4) Menyebutkan
perawatan
pada
anak kejang
demam
5) Menjelaskan
3 Penutup 5 menit
1. Mahasiswa
menyimpulkan materi
2. Mahasiswa mengadakan
evaluasi tentang pengertian
kejang demam, tipe kejang
demam, pmyrbab, perawatan
pada anak kejang demam,
pencegahan kejang saat anak
demam.
3. Mahasiswa
menyimpulkan hasil diskusi
4. Mahasiswa memberikan
salam
1. Menj awab pertanyaan
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjawab salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan
peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan.
Daftar Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian kejang demam ?
b. Jelaskan tipe kejang demam ?
c. Jelaskan penyebab kejang demam ?
d. Jelaskan tanda gejala cedera kepala ringan ?
e. Jelaskan perawatan pada anak kejang demam ?
f. Jelaskan pencegahan kejang pada anak demam ?
Lampiran Materi
F. MATERI
1. Pengertian
Kejang Demam adalah bagkitan kejang pada anak, yang teijadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu >38°C) yang bukan disebabkan adanya kelainan di otak.
2. Tipe Kejang Demam
• Kejang Demam Sederhana
Ditandai dengan:
- Kejang tidak lebih dari 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
- Kejang tidak lebih dari 4x da lam setahun
• Kejang Demam Kompleks
Ditandai dengan :
- Kejang lebih dari 15 menit
- Kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)
Mengumpul
kan laporan
Disusun Oleh :
Yuni Andriyani (202002040010)
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10 sampai 30 tahun
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat teijadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Mansjoer, A. 2011).
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini teijadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15
30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
Hiperplasi folikel Benda asing Erosi mukosa Fekalit Striktur limfoid apendiks Tumor
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekajan intraluminf
Aliran^iarah terganggu
Apendicitis
perforasi
Pembatasan
pembedahan operasi
masukan nutrisi
l i
luka insisi-
I PK
Resiko infeksi
(Mansjoer, 2007)
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-readive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil di atas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah teijadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
ScanningiCT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang teijadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis
perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah teijadinya komplikasi
yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah
infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan teijadi perforasi maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi
diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi
disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.(Smeltzer, 2012).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah, kesehatan
klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
5) Aktivitas/istirahat: Malaise.
6) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
7) Demam lebih dari 38°C.
8) Data psikologis klien nampak gelisah.
9) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan..
10) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat (Huda,
2015).
b. Pemeriksaanfisik (head to toe)
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/
sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena beijalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
6) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi (Huda, 2015).
2. Diagnosa keperawatan utama
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi).
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan makanan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
(Herdman, 2015).
3. Intervensi dan rasionalisasi
Meliputi intervensi mandiri perawat dan kolaborasi.
N Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasional
o. keperawata dan
n KriteriaHasil
1 Nyeri Setelah a. Kaji skala nyeri a. Berguna dalam
berhubungan dilakukan lokasi, pengawasan dan
dengan agen asuhan karakteristik dan keefesien obat,
injuri fisik keperawatan, laporkan kemajuan
(luka insisi diharapkan perubahan nyeri penyembuhan,perub
post operasi nyeri dengan tepat. ahan dan
appenditomi). berkurang b. Monitor tanda- karakteristik nyeri.
dengan kriteria tanda vital b. Deteksi dini terhadap
hasil: c. Pertahankan perkembangan
-Melaporkan istirahat dengan kesehatan pasien.
nyeri posisi semi c. Menghilangkan
berkurang powler. tegangan abdomen
-Klien d. Ajarkan klien yang bertambah
tampak ambulasi dini. dengan posisi
rileks -Dapat e. Kolaborasi tim terlentang.
tidur dengan dokter d. Meningkatkan
tepat kormolisasi fungsi
-Tanda- tanda dalam organ.
vital dalam pemberian e. Menghilangkan
batas normal analgetika. nyeri.
Disusun oleh :
Yuni Andriyani
202002040010
3 apendisitis.
Penutup 5 menit
1. Mahasiswa 1. Menj awab pertanyaan
menyimpulkan 2. Mendengarkan
dan
materi
memperhatikan
2. Mahasiswa
3. Menjawab salam
mengadakan
evaluasi
tentang
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala,
komplikasi,
penanganan, pencegahan,
makanan yang
harus dihindari,
dan
makanan yang baik
bagi apendisitis.
menyimpulkan hasil
diskusi
4. Mahasiswa
memberikan salam
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP dan materi sudah dipersiapkan.
b. Media dan alat sudah dipersiapkan.
c. Waktu dan tempat sudah disiapkan sesuai kesepakatan penyaji dan peserta (pasien).
2. Evaluasi Proses
a. Peserta (Pasien)
Peserta aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sampai selesai.
b. Penyaji
1) Dapat memfasilitasi jalannya pembelajaran.
2) Dapat menjalankan perannya sesuai dengan tugasnya.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Daftar
Pertanyaan :
a. Menjelaskan pengertian apendisitis.
b. Menyebutkan penyebab apendisitis.
c. Menyebutkan tanda dan gej ala apendisitis.
d. Menyebutkan komplikasi apendisitis.
e. Menyebutkan penanganan apendisitis.
f. Menjelaskan pencegahan apendisitis.
g. Menyebutkan makanan yang harus dihindari bagi pasien apendisitis.
h. Menyebutkan makanan yang baik bagi pasien apendisitis.
F. Lampiran Materi
1. Pengertian
Usus buntu adalah penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan atau infeksi
pada usus buntu yang dapat mengakibatkan adanya pemanahan. Bila bertambah parah usus
buntu bisa pecah.
2. Penyebab
Adanya sumbatan pada saluran usus buntu yang dapat disebabkan oleh infeksi, tinja
(kotoran) yang keras-keras di dalam perut dan adanya benjolan di dalam usus buntu.
3. Tanda dan gejala
a. Sakit perut
b. Badan terasa panas
c. Mual, muntah
d. Diare
4. Komplikasi
Apabila tidak segera ditangani atau tidak segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka akan
menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga infeksi akan meluas pada bagian perut.
5. Penanganan
a. Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
b. Tindakan pembedahan (operasi)
6. Pencegahan
Mengonsumsi makanan yang berserat yaitu seperti buah-buahan (pepaya, pisang, alpukat, dll).
7. Makanan yang harus dihindari
a. Buah dan sayuran berserat tinggi
b. Beberapa buah dan sayur mengandung jenis serat yang sulit dicerna oleh usus, terlebih saat
kondisinya masih meradang. Buah-buahan dan sayuran memiliki kandungan serat yang tinggi
seperti buah pir, apel, atau buah yang masih ada kulitnya dan mentah, sebaiknya dihindari.
Selain itu, sayuran seperti kembang kol, brokoli, kacang-kacangan, dan jagung, baiknya juga
tidak dikonsumsi.
c. Makanan berlemak
Makanan berlemak, seperti mentega, margarin, saus krim, dan makanan yang digoreng dapat
menyebabkan diare.
8. Makanan yang baik untuk usus buntu
a. Probiotik
Contoh Tempe
b. Prebiotik
Contoh Pisang, yoghurt, bawang putih, bawang bombay, bawang merah
c. Makanan berprotein
Contoh daging tanpa lemak, dada ayam, kacang kedelai, telur, serta tempe dan tahu.
d. Makanan rendah serah
Pisang, blewah, dan melonbayam, labu, terong, kentang tanpa kulit, kacang hijau, asparagus,
buah bit, wortel, dan labu kuning (tanpa biji).
Radang Usus Buntu
(Appendisitis)
Oleh,
Yuni Andriyani (202002040010)
381
Sakitperut
Yi
Demam
Rasa sakit
ketika buang atau sering Diare
air kedi bersendawa
KOMPLIKASI
Apabila tidak segera ditangani atau tidak
segera diperiksakan ke petugas kesehatan maka
akan menimbulkan pecahnya usus buntu sehingga
infeksi akan meluas pada bagian perut.
PENANGANAN
・ Pengobatan
Dapat menggunakan obat-obat antibiotik.
• Tindakan pembedahan (operasi)
PENCEG
AHAN
Mengonsumsi
makanan yang berserat yaitu
seperti buah- buahan
(pepaya,
pisang, alpukat, dll).
MAKANAN YANG
HARUS DIHINDARI
R g
a
d U
a s
n u
s u e
n
B ( d
u A i
n p s
t p i
g u
t
e s
i r
t b
s u
i
) a
n
t
P n
u
e U
n s
a
d a d
a k i
l i s
a t e
h b
y a
p a b
e n k
n g a
y n
a a
k n n
a y g
r a a
e n
n p
a e a
r t
a a a
d d u
a T
i d a
n a n
f d
e a
k
d
s
a
i n
p G
e t a
j n
a p
l e t
a r e
1. u r
S t a
a 2. s
k B a
i a
d p
a m
n u
a n
s t
3. a
M h
u
a
l
,
4. Diare
y
kuning (tanpa biji).
menyebabkan
__________7 diare.
PROPOSAL TERAPI BERMAIN
USIA TODLER (1-3 TAHUN) MELEMPAR BOLA
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun oleh:
1. Pratiwi Indriyani (202002040021)
2. YuniAndriyani (202002040010)
3. Zalin Kartika Rani (202002040034)
C. Sasaran
Anak yang dirawat di ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang usia todler (1-3
tahun).
BABU
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
Anak yang dirawat di ruang melati yang berusia berusia 1-3 tahun, sudah
kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak bermain. Pada usia
1-3 tahun, anak sudah bisa menyalurkan emosi atau perasaan anak,
mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik halus dan kasar,
mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna, melatih keijasama mata dan tangan, melatih daya imajinansi,
kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
B. Analisa Kasus
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak merasa
takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu
sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin,
kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
Dampak hospitalisasi yang teijadi pada anak adalah klien terlihat cemas,
kadang menangis jika akan dilakukan suatu tindakan. Anak kadang merasa
ketakutan. Akan tetapi, dengan dukungan keluarga dan petugas kesehatan, sedikit
demi sedikit mampu mengatasi masalah dengan tanda, mau berkomunikasi dengan
petugas kesehatan dan dapat berkooperatif ketika dilakukan suatu tindakan
keperawatan pada anak.
A. Deskripsi Permainan
Terapi bermain yang dilakukan adalah untuk mengasah aspek psikomotor
baik motorik kasar maupun motorik halus, aspek kognitif dan juga mengembangkan
aspek sosial.
B. Tujuan Permainan
1. Melatih aspek psikomotor, aspek kognitif dan aspek sosial
2. Melatih anak untuk bersosialisasi dengan perawat.
D. Jenis Permainan
Melempar bola untuk menstimulasi perkembangan mototrik kasar dan halus.
E. Alat bermain
Bola
F. Proses Bermain
1. Pembukaan : 5 menit
a. Perkenalan perawat dan peserta program bermain
b. Menjelaskan teknik/ cara bermain
2. Pelaksanaan : 10 menit
a. Mahasiswa memberikan mainan berupa bola
b. Minta anak mengambil bola
c. Lalu minta anak melempar bola tersebut
d. Beri reinforcement positif
e. Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memberikan
saran dan kritik
3. Penutup
Mengucapkan salam penutup dan terimakasih
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Minggu, 07 Maret 2021
2. Jam : 08.00-08.30 WIB
3. Tempat : Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
J. Pengorganisasian
Leader, Fasilitator, dan Observer : Pangestika
Perawat bertindak sebagi leader minta orang tua sebagai pendamping.
Keterangan:
A: Perawat
B: Klien
A
C: Ibu / Ayah
K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah
direncanakan
b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan
c. Perawat siap memimpin permainan
2. Evaluasi proses
1. Anak bersikap kooperatif
2. Keluarga mendukung j alannya permainan
3. Anak aktif mengikuti permainan.
3. Evaluasi hasil
a. Teijalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat
b. Anak mearasa terhibur dengan permainan yang dilakukan
c. Anak menmgembangkan kemampuan
BAB V
PENUTUP
Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034
Nama Mahasiswa :Zalin Kartika Rani :202002040034 :Senin/ 13 Januari 2020 :Melati
NIM :Ke 1
Hari/ Tanggal
Tujuan
Ruang Minggu Strategi Sumber Pembelajaran Hasil Yang Diharapkan Waktu Pencapaian
Pembelajaran Pembelajaran
Tujuan Umum : Untuk 1. Dongoes, EMarlyn Dalam praktik belajar klinik, saya Untuk mencapai tujuan tersebut maka
Setelah ,dkk. 2010. .Rencana akan menunjukkan kemampuan saya merencanakan waktu sebagai
menyelesaikan mencapai Asuhan Keperawatan, dalam mengelola klien yang berikut:
praktik belajar klinik tujuan tersebut maka Pedoman nutuk mengalami dhf melalui :
Hari 1
di ruang melati strategi Perawatan Dan 1. Membuat laporan pendahuluan 1. Menyusun kontrak belajar
RSUD pembelajaran yang Pendokumentasian dengan vomitus low intake 2. Membuat Laporan Pendahuluan
saya lakukan adalah Perawatan 2. Mempresentasikan laporan 3. Melakukan pengkajian pada klien
Tugurejo Jakarta : EGC. pendahuluan dengan dhf kepada 4. Menganalisa data dan membuat
Semarang, 1. Melaksanakan 2. Huda Amin, Hardhi bimbingan rencana asuhan keperawatan pada
studi pustaka Kusuma. 2015. Aplikasi klien
saya 2. Mempelajari Asuhan Keperawatan dari
5. Mempelajari cara keija alat-alat
mampu melakukan catatan medis Berdasarkan Diagnosa perseptor/clinical instruktur
modem
asuhan keperawatan dan keperawatan Medis & NANDA NIC- 3. Membuat laporan kasus dengan
Hari 2
pada klien dengan klien NOC. Jilid I. vomitus low intake
1. Menonitor kondisi dan keluhan
gangguan 3. Melakukan Yogyakarta : 4. Mempresentasikan
yang dirasakan klien
asuhan Mediaction laporan
2. Melakukan tindakan asuhan
sistem keperawatan 3. NandaNIC- kasus vomitus low intake
keperawatan pada klien
pencemakan: pada klien NOC.2012 Aplikasi kepada pembimbing klinik dan
3. Mengevaluasi kondisi tindakan
Vomitus low intake dengan Asuhan Keperawatan akademik
keperawatan
Tujuan Khusus vomitus low Berdasarkan Diagnosa 5. Melakukan kompetensi klinik,
Hari 3
1. Melakukan intake dengan MedisEdisi Revisi Jilid meliputi :
asuhan bimbingan dari 2. Jakarta: ECG a. Melakukan 1. Memonitor kondisi klien dan
keperawatan perseptor/clinical 4. Aru, Sudoyo W. 2009. pengkajian keluhan yang dirasakan klien
pada instuktur vomitus low intake 2. Melakukan tindakan keperawatan
4. Mempelajari b. Melakukan pada klien sesuai dengan rencana
klien
vomitus bimbingan Buku Ajar Ilmu keperawatan pada klien tindakan yang telah dibuat
pembimbing vomitus low intake 3. Melakukan evaluasi tindakan
low klinik. Penyakit Dalam Jilid II d. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
intake. keperawatan pada klien Hari 4
3. Melakukan Edisi V. Jakarta : vomitus low intake
analisa kasus e. Melakukan analisa kasus 1. Memonitor kondisi klien dan
asuhan Interna Publishing pada klien vomitus low keluhan yang dirasakan klien
keperawatan intake 2. Melakukan tindakan keperawatan
pada 5. http://repository.ump.ac f. Melakukan kesimpulan pada pada klien sesuai dengan rencana
klien vomitus low intake . tindakan yang telah dibuat
klien ,id/1078/3/FAJAR%20
3. Melakukan evaluasi tindakan
vomitus low keperawatan
intake SIDIK%20PURNOMO
Hari 5
4. Melakukan
kesimpulan %20AJI%20BAB 1. Memonitor kondisi klienn dan
asuhan %20II keluhan yang dirasakan klien
keperawatan 2. Melakukan tindakan keperawatan
.pdf
pada pada klien sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dibuat
klien 3. Melakukan evaluasi tindakan
vomitus low keperawatan
intake
Hari 6
Melakukan evaluasi seluruh tindakan
keperawatan yang telah di lakukan
A. Definisi
Vomitus (mual) adalah suatu refleks kompleks diperantarai oleh pusat muntah di
medulla Oblongata otak. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang teijadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen.
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan
kontraksi otot-otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mlut akibat
gerakan peristaltik esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali.sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi
lambung ke dalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter
esophagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau
pengosongan isi lambung yang lambat. Mual atau muntah yang terus menerus akan
menyebabkan dehidrasi, imbalans elektrolit.
B. Etiologi
Muntah adalah gejala bermacam penyakit, maka evaluasi diagnosisnya muntah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur,
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab muntah lebih sering teijadi dengan meningkatnya umur.
Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering
merupakan gejala dari penyakit j antug, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksiatau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya) kelainan metabolisme asam amonia/ asam
organik ( misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
3. Gangguan pada sistem syaraf (neurologik) bisa karena gangguan pada struktur (misal
hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena
keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asidosis dan hasil sampingmetabolisme
lainnya)
4. Masalah sensitifitas
5. Keracunan makanan atau toksin di saluran pencernaan
6. Konsisi fisiologis misalnya yang teijadi pada anak yang sedng mencari perhatian dari
lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteriris akut merupakan penyebab muntah yang paling sering teijadi
pada anak-anak. Pada konsdisi ini,. biasanya teij adi bersa-sam dengan diare dan rasa
sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. Virus utama
penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bekteri patogen mencakup Salmonella,
Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.
C. Patofisiologi
Impuls-impuls aferens beijalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpati s.
Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respon terhadap
rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabkan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpati s terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan berbagai aktivitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi menjadi 3 fase berbeda, yaitu:
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana teijadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Emesis (ekspulsi) teijadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai
dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
D. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala vomiting atau muntah antara lain :
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kua pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing
E. Pemeriksaan penunj ang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya
penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak jelas
penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan kemungkinan
defek pada siklus urea
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai ke
arah penyakit hati
g. Amilase serum biasa akan meningkat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa
hari setelah serangan akut
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gasroenteritis atau
infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi
akan memiliki hasil yang negatif sehingga membutuhkan pemeiksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
anatomik kongenital atau adanya obstruksi
b. Gambaran air-fluid level s menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik
karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdoen, biasanya dibawah diafragma menandakan
adanya perforasi
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut
air. Dilakukan bila curigai adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstruksi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengoreksi keadaan
hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstruksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah
engan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastictube yang
dhubungkan dengan intermitten suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan
bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada
penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan
anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada
bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosi (HPS), apendisitis, batu
ginjal, obstruksi usus dan peningkatan tekanan intrakranial.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada
mabuk peijalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,
muntah siklik, gastroparesis dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut
1. Antagonis dopamin
tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya
merupakan self limited. obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan padamuntah pasca
operasi, mabuk peijalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan
penyakit refluks gastroesofageal. contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0,1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per
hari. Pasca operasi 0,25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal
pada bayi 0,75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan
karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis
okulonergik. Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karena
dapat dikatakan lebih
aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan
antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek
peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat di antara
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk peijalanan
(motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4-6 dosis. IV/IM : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak di atas 2 tahun dengan dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari
tiap dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal berat badan < 20 kg
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau
stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3 mg per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah ondansentron. Mekanisme keijanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagoniskan reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ
di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ordansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4-18 tahun : 0,15 mg/kgBB IV 30 menit sebelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan
kemudian setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2-12
yr<40>40 kg: 4 mg IV;>12 yr: dosis dewasa 8 mg PO/kali
G. Pengkajian Fokus
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang dibutuhkan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual, muntah
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita pasien)
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukossa mulut kering, kelopak mata cekung,
produksi urin berkurang)
c. Tanda-tanda shock
d. Penurunan berat badan
4. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake menurun
H. Fokus Intervensi
N Diagnosa Rasional
Kriteria hasil Intervensi
0
1 Defisit volume 1 Observasi tanda- 1. mengetahui
cairan Devisit cairan dan . tanda vital perubahan
elektrolit teratasi tanda-tanda
dan dengan kriteria:
vital dari
elektrolit
1. Tanda-tanda pasien
berhubungan
dengan dehidrasi (-)
kehilangan 2. Mukosa mulut 2 Observasi tanda- 2. mengetahui
. tanda dehidrasi
cairan aktif dan bibir lembab tanda-tanda
3. Balance cairan
dehidrasi
seimbang
3 Observasi intake 3. mengetahui
. dan output cairan intake
output cairan
4 Berikan dan 4. memenuhi
. anjurkan keluarga cairan
untuk
yang
memberikan
klien
minum yang
banyak (1500
2000 cc/hari)
5
5. memenuhi
. Kolaborasikan
dengan dokter kebutuhan
pemberian terapi cairan klien
cairan dan
elektrolit
6. memenuhi
6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan tim gizi cairan klien
dalam pemberian
cairan rendah
sodium 1. menentukan
2 Defisit nutrisi 1. Kaji sejauhmana keadekuatan
berhubungan keadekuatan
1. Tidak ada nutrisi klien
dengan intake nutrisi klien
penurunan BB 2. Mengontrol
menurun 2. Observasi intake
2. Mual (-) intake output
output makanan
3. Muntah (-) klien
klien
3. Mencukupi
3. Berikan makanan
kebutuhan
sedikit tapi
sering nutrisi klien
4. Meningkatkan
4. Anjurkan makan
nafsu makan
makanan selagi
hangat klien
5. Meningkatkan
5. Anjurkan nafsu makan
kebersihan oral
sebelum makan
6. Memenuhi
6. Kolaborasikan kebutuhan
dengan ahli gizi klien
terkait diit yang
dibutuhkan klien sesuai
diit
I. Pathways
Distensi berlebihan, itritasi, respon kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan
muntah/ipekak) hipoksia dan nyeri pada lambung atau duodenum
1
levodopa,digitalis, toksin bakteri)
intrakranial) l t
otot-otot abdomen dan difragma berkontraksi perubahan gerak yang cepat
1
mencetuskan gerakan peristaltik terbalik
'l
visi usus mengalir balik kedai am lambung
distensi lambung
i
lambung mendorong diaframa kearah kavum thorak
l
tekanan intratorakal meningkat
l
memaksa spingter esophagus bagian atas membuka,
glotis menutup dan palatum mole menyekat nasofaring tekanan memaksa isi lambung
melewati spingter untuk
muntah
Disusun oleh:
Zalin Kartika Rani
(202002040034 )
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan pusat pengatur suhu
di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1; merupakan respons fisiologis. Dikatakan
demam adalah apabila suhu tubuh >38 C (Cariso & Kumia, 2020).
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan
masuknya mikroorganisme kedaiam tubuh, dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur.
Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati,
2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis,
2009). Demam umumnya tidak berbahaya namun demam tinggi dapat membahayakan anak.
Dampak negatif dari demam yang dapat membahayakan anak antara lain dehidrasi, kekurangan
oksigen, kerusakan neurologis, dan kejang demam/ febrile convulsions. Demam harus ditangani
dengan benar agar teijadinya dampak negatif menjadi minimal (Arisandi, 2012).
Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila
anaknya demam. Sebanyak 10-15% anak yang dibawa ke dokter adalah karena demam
(Soedibyo, 2006).
Menurunkan atau mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya dapat dilakukan dengan pemberian antipiretik (farmakologik)
(Sumarmo, 2010). Selain penggunaan obat antipiretik, penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
secara fisik (non farmakologik) yaitu kompres hangat.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang kompres hangat terhadap demam
diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan memahami tentang cara kompres hangat dan
mempraktekannya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai kompres kepada pasien selama
30 menit diharapkan keluarga mampu :
C. Sasaran
Keluarga dengan pasien demam
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik sasaran
Pasien dengan demam di ruang Melati RSUD Tugurejo menjalani menjalani rawat inap
selama 3 hari dengan keluhan demam.
B. Analisis kasus
Pasien mengalami demam dari hari selasa 2 maret 2021. Ibu pasien mengatakan kulit anak
terasa hangat dan suhu 38°C
C. Prinsip belajar
Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai kompres hangat sehingga dapat
mengurangi demam pada anak.
B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai
kompres hangat terhadap demam sehingga diharapkan demam pasien tidak menurun dan suhu tubuh
pasien dalam rentang normal.
D. Jenis media
1. Leaflet
2. Lembar balik
G. Waktu pelaksanaan
1. Tanggal: :Kamis, 4 Maret 2021
2. Waktu :15. 00 WIB
J. Pengorganisasian
Penyaji : Mahasiswa
Sasaran : keluarga pasien di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang
K. Sistem evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada pasien dan keluarga
pasien serta meminta keluarga pasien untuk memperaktikan kompres hangat.
BAB IV
PENUTUP
Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu manangani suhu tubuh anak yang
mengalami febris. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya
memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang
dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal
oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan teijadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2010).
Penanganan demam pada anak
Disusun Oleh:
ZALIN KARTIKA RANI
202002040034
• Termometer digital
Penanganan demam pada anak2
Gunakan pakaian
yang menyerap
keringat
Berikan obat
penurun panas
• Termometer
Handuk pengering
Teknik kompres hangat
Oleh:
Zalin
Kartika Rani PEKALONGAN
202002040034 2021
PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU \>
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
PERAJANGAN
Kompres hangat adalah APA SIH
tindakan menggunakan MANFAAT
waslap/handuk kecil
KOMPRES
yang telah di celupkan ???
pada air hangat yang
ditempelkan pada
bagian tertentu.
• Pertaliankan suhunya
selimut mandi di
• Celupkan waslap
atas tubuh yang
pada baskom yang
tidak dikompres
berisi air hangat
• Siapkan air
peras kemudian
kompres hangat
letakkan pada
yang akan
bagian dalii, lipat
digunakan dan
paha dan ketiak sel
sesuaikan
ama 10-15 menit
• Ganti air bila menyerap keringat
sudah tidak
hangat lagi
• setelah selesai
keringkan
tubuh anak dan
pakaikan
pakaian dan
selimut yang