Anda di halaman 1dari 184

APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING

PADA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA


YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

OLEH :
Firnawati Maspeke S.Tr. Kep
NIM : 711490121015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
PROFESI NERS
2022
ii
iii
Firnawati Maspeke, (2022). Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing Pada Asuhan
Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah Oksigenasi Menggunakan
Teori Konservasi Levine. (Dibimbing oleh Tati S. Ponidjan, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An sebagai
Pembimbing 1 dan Dorce Sisfiani Sarimin, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An sebagai Pembimbing 2).

ABSTRAK
Latar Belakang: Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi
semua manusia untuk kelangsungan hidup sel dan jaringan serta metabolisme tubuh. Anak
mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi dari orang dewasa. Pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, perawat perlu membantu anak supaya kebutuhan oksigenasi
anak terpenuhi agar fungsi tubuh dapat bekerja dengan baik dalam proses penyembuhannya
sehingga diperlukan suatu tindakan berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN) yang dapat
meningkatkan status oksigenasi anak. Tujuan: untuk menganalisis Aplikasi Intervensi Pursed
Lips Breathing pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah
Oksigenasi Menggunakan Teori Konservasi Levine. Metode: Studi kasus ini dilakukan pada 4
kasus anak dengan Pneumonia dan menerapkan EBN pursed lips breathing dengan menggunakan
teori Konservasi Levine. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan SDKI,
SLKI dan SIKI sebagai landasan dari penerapan asuhan keperawatan. Kesimpulan: Dari hasil
evaluasi 4 kasus disimpulkan bahwa penerapan intervensi Pursed Lips Breathing pada anak yang
mengalami masalah gangguan oksigenasi dapat membantu oksigenasi anak dengan menurunnya
frekuensi pernapasan dan meningkatkan saturasi oksigen anak. Diharapkan untuk itu aplikasi
intervensi Pursed Lips Breathing dapat diterapkan oleh perawat dengan tetap melaksanakan
asuhan keperawatan secara kritis dengan pendekatan teori konservasi Levine dan pendekatan
SDKI, SLKI dan SIKI.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Pursed Lips Breathing, Pneumonia, Konservasi Levine.

iv
Firnawati Masspeke , (2022 ). Application Pursed Lips Breathing Intervention On Care
Nursing Child with Experiencing Pneumonia Problem Oxygen Use Theory Conservation
Levine . (Supervised by Tati S. Ponidjan, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An as Supervisor 1 and Dorce
Sisfiani Sarimin , M.Kep, Ns, Sp.Kep.An as Advisor 2 )

ABSTRACT
Background: The need for oxygenation is a basic physiological need for all humans for the
survival of cells and tissues as well as body metabolism. Children have a higher need for oxygen
than adults. For children with impaired oxygenation needs, nurses need to help children so that
children's oxygenation needs are met so that body functions can work well in the healing process
so that an action based on Evidence Based Nursing (EBN) is needed that can improve the child's
oxygenation status. Objective: to analyze the Application of Pursed Lips Breathing Intervention in
the Nursing Care of Children with Pneumonia who Have Oxygenation Problems Using Levine's
Conservation Theory. Methods: This case study was conducted on 4 cases of children with
pneumonia and applied EBN pursed lips breathing using Levine's conservation theory. The
nursing care provided uses the IDHS, SLKI and SIKI approaches as the basis for implementing
nursing care. Conclusion: From the results of the evaluation of 4 cases, it was concluded that the
application of the Pursed Lips Breathing intervention in children who had problems with
oxygenation problems could help the child's oxygenation by decreasing the respiratory rate and
increasing the child's oxygen saturation. It is hoped that the application of the Pursed Lips
Breathing intervention can be applied by nurses while still carrying out critical nursing care with
Levine's conservation theory approach and the IDHS, SLKI and SIKI approaches.

Keywords: Nursing Care, Pursed Lips Breathing, Pneumonia, Levine Conservation.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Aplikasi Intervensi Pursed Lips

Breathing pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami

Masalah Oksigenasi Menggunakan Teori Konservasi Levine”. Karya Ilmiah

Akhir Ners ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Pendidikan Profesi Ners di Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Jurusan

Keperawatan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dra. Elisabeth Natalia Barung, M.Kes. Apt, selaku direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Manado.

2. Jon W. Tangka, M.Kep. Ns, Sp.KMB, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.

3. Sisfiani D. Sarimin, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An, selaku Ketua Program Studi

Ners Lanjutan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado dan

selaku pembimbing 2 yang telah banyak membantu, memberikan saran dan

masukan dalam penyusuan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

4. Tati S. Ponidjan, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An, selaku pembimbing I yang telah

banyak membantu, memberikan saran, arahan dan masukan serta memotivasi

penulis dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

5. Ns. Dedi Sompi, S.Kep, selaku clinical instruktur dan seluruh staff

keperawatan ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) yang telah banyak

vi
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta memotivasi penulis selama

proses pelaksanaan Karya Ilmiah Akhir Ners di RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou

Manado.

6. Esrom Kanine, M.Kep, Ns, Sp.Kep.J, selaku pembimbing akademik telah

memberikan bantuan dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Seluruh Dosen dan Staff Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta motivasi selama penulis mengikuti

pendidikan.

8. Dr. dr. Jimmy Panelewen, Sp.B-KBD, selaku Direktur RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan

Praktek Klinik Keprawatan Gawat Darurat & Kekritisan Peminatan

Keperawatan Anak.

9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi

partisipan sebagai objek utama dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners,

sehingga bisa terselesaikan dengan baik.

10. Keluarga terkhusus orangtua ibu Selvia Agow, Ayah Marsidi Maspeke,

Kakak Fitria Maspeke dan Adik Winarsi Maspeke yang selalu memberikan

semangat, motivasi, doa dan dorongan baik moril maupun materil untuk

keberhasilan penulis dalam mengikuti pendidikan dan menyelesaikan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan profesi NERS ini terkhusus Rahmawati

Mansur, Hariyanti Safitri Sumarno dan Windawaty Humola yang selalu

membantu baik moril maupun materi, memberikan dukungan, motivasi dan

vii
semangat dalam mengikuti pendidikan dan menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir Ners.

12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan tiga ALAMA dan THIRDGENS Profesi

Ners Lanjutan atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari

pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir

Ners. Semoga dapat bermanfaat dan memberikan wawasan bagi pembaca

khususnya dalam bidang Keperawatan.

Manado, 19 Juni 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pneumonia........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan Pneumonia..........................................................................
C. Teori Keperawatan Konservasi Levine..................................................................
D. Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi Levine pada Asuhan Keperawatan
Anak dengan Pneumonia........................................................................................
E. Analisis EBN..........................................................................................................
F. Standar Operasional Prosedur Pursed Lips Breathing...........................................
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian....................................................................................................
B. Penetapan Sampel..................................................................................................
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan..............................................................................
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................................
E. Etika Penelitian......................................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.......................................................................................................................
B. Pembahasan..........................................................................................................

ix
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang

menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang

disebut alveoli, yang terisi dengan kantung udara ketika orang yang sehat

bernafas. Ketika seseorang menderita penumonia, alveoli dipenuhi dengan

nanah dan cairan, yang membuat pernapasan terasa sakit dan membatasi

asupan oksigen (WHO, 2021)

Pneumonia adalah penyebab kematian infeksi tunggal terbesar pada

anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah

usia 5 tahun pada tahun 2019, terhitung 14% dari semua kematian anak di

bawah lima tahun tetapi 22% dari semua kematian pada anak dengan usia 1

hingga 5 tahun. Pneumonia mempengaruhi anak-anak dan keluarga di mana-

mana, tetapi kematian tertinggi di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara

(WHO, 2021).

Di Indonesia kasus pneumonia merupakan penyebab kematian

nomor dua setelah diare pada balita. Sekitar 450.000 kasus pneumonia setiap

tahunnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes, 2018),

menunjukkan prevalensi pneumonia menurut diagnosis tenaga kesehatan

(nakes) mencapai 4,0% dengan kelompok umur balita (usia 1-4 tahun)

sebesar 5,0%. Untuk prevalensi pneumonia pada balita menurut provinsi

tertinggi yakni Nusa Tenggara Timur sebesar 8,8%, sementara di Sulawesi

1
Utara sebesar 4,1%. Berdasarkan laporan Riskesdas Sulawesi Utara tahun

2018, menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan, angka kasus pneumonia di

Kota Manado meningkat dari 2,31% menjadi 4,54% (Riskesdas Sulawesi

Utara, 2018).

Menurut data laporan ruangan, angka kejadian di ruang rawat

Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) RSUP Prof. DR. R. D. Kandou

Manado tercatat jumlah kasus pneumonia selama satu bulan terakhir

terhitung dari bulan Januari 2022, terdapat 18 kasus pneumonia pada anak

dan balita, dari 18 kasus pneumonia ditemukan seluruhnya mengalami

masalah sesak nafas.

Masalah yang sering muncul ketika anak masuk dan di rawat diruang

PICU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado adalah distress pernapasan

yang ditandai dengan nafas cepat, retraksi dinding dada, nafas cuping

hidung. Distress pernapasan merupakan kompensasi tubuh terhadap

kekurangan oksigen, karena konsentrasi oksigen yang rendah, akan

menstimulasi syaraf pusat untuk meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika

upaya tersebut tidak terkompensasi maka akan terjadi gangguan oksigenasi

ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan. Hal ini dapat

berakibat sampai pada komplikasi anak menjadi syok, hipoksia, sianosis dan

bahkan gagal pernafasan.

Untuk mencegah komplikasi tersebut maka perlu dilakukannya

penanganan khusus masalah oksigenasi. Salah satu intervensi keperawatan

yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah oksigenasi tersebut adalah

2
dengan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips Breathing adalah

meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus paru sehingga tekanan

alveolus meningkat dan dapat mendorong sekret pada jalan nafas saat

ekspirasi. PLB bisa digunakan pada anak yang mau diajak bekerjasama.

Namun sering kali anak sulit diajak bekerjasama untuk melakukan tehnik

tersebut. Untuk dapat menarik minat anak-anak, dibutuhkan modifikasi

intervensi yaitu dengan aktivitas bermain meniup mainan tiupan yang

mekanismenya mirip dengan PLB (Rofifah, 2020).

Dari hasil penelitian oleh Muliasari dan Indrawati (2018) tentang

efektivitas pemberian terapi pursed lips breathing terhadap status oksigenasi

anak dengan pneumonia, menyimpulkan bahwa status oksigenasi responden

sesudah diberikan terapi pursed lips breathing mengalami peningkatan

sebesar 0,2 pada variabel suhu, 1,89 pada frekuensi pernafasan, 4,95 pada

frekuensi nadi, dan 0,55 pada saturasi oksigen. Sehingga hasil penelitian ini

disarankan untuk menambah alternatif intervensi mandiri perawat dalam

mengatasi pasien anak yang mengalami pneumonia ataupun dengan

gangguan oksigenasi.

Penelitian tersebut didukung lagi oleh penelitian yang serupa oleh

Oktaviani, dkk (2021), tentang pengaruh terapi pursed lips breathing

meniup balon terhadap status oksigenasi anak dengan asma, menyimpulkan

bahwa ada perbedaan signifikan status oksigenasi sebelum dan sesudah

dilakukan pursed lips breathing dengan meniup balon. Teknik pernapasan

pursed lips breathing terbukti efektif sebagai terapi nonfarmakologis yang

3
dapat diterapkan secara rutin untuk meningkatkan status oksigenasi pada

anak, sehingga dapat mengoptimalkan fungsi mekanik paru.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi

semua manusia untuk kelangsungan hidup sel dan jaringan serta

metabolisme tubuh. Anak mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi dari

orang dewasa. Pemenuhan kebutuhan oksigen sangat ditentukan oleh

keadekuatan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan pada

kedua sistem tersebut menyebabkan gangguan dalam pemenuhan oksigenasi

(Rustina Yeni, Tri Waluyanti Fajar, 2013).

Pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi,

perawat perlu membantu anak supaya kebutuhan oksigenasi anak terpenuhi

agar fungsi tubuh dapat bekerja dengan baik dalam proses penyembuhannya

dan mampu melawan ketidakmampuan. Hal ini sesuai dengan prinsip

konservasi yang dikemukakan oleh Levine. Berdasarkan teori ini peran

perawat adalah mempertahankan konservasi dan integritas pada semua

situasi. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan

mempertahankan kesehatan secara menyeluruh (Rustina Yeni, Tri

Waluyanti Fajar, 2013).

Teori keperawatan merupakan dasar dari suatu kumpulan

pengetahuan yang terstruktur dan terorganisir untuk mendukung praktik

perawat. Perawat dapat meningkatkan kekuatan profesional saat

menggunakan teori yang berbasis penelitian dalam pengambilan keputusan.

Perawat juga dapat menggunakan teori berbasis bukti untuk meningkatkan

4
kualitas perawatan pasien. Salah satu masalah yang sering terjadi di profesi

keperawatan adalah kurangnya integrasi konsep teoritis menjadi klinis

praktik, selain itu sangat jarang ditemukan literatur tentang pemanfaatan

teori menjadi praktik keperawatan (Mawaddah et al., 2021). Hal ini

menyebabkan teori keperawatan dianggap abstrak dan sulit diterapkan di

lingkungan klinis, sehingga penerapan teori keperawatan dalam pemberian

asuhan keperawatan perlu terus dikembangkan. Salah satu teori keperawatan

yang dapat diterapkan pada anak yang mengalami masalah oksigenasi

adalah model konservasi Levine.

Model konservasi Levine berfokus pada individu sebagai makhluk

holistik, dan area perhatian utama untuk perawat yaitu pemeliharaan

keutuhan seseorang. Profesi perawat memberikan intervensi suportif dan

terapeutik berdasarkan pengetahuan ilmiah. Tindakan keperawatan

berdasarkan empat prinsip: konservasi energi, konservasi integritas struktur,

konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial (Mawaddah et

al., 2021).

Aplikasi model konservasi Levine telah diterapkan pada beberapa

area perawatan pasien. Beberapa penelitian tentang penerapan konservasi

Levine telah dilakukan, salah satunya yakni oleh Rustina Yeni dan Tri

Waluyanti Fajar (2013) yang mengaplikasikan teori konservasi Levine

dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak bersifat komprehensif,

dengan hasil menunjukkan anak mampu meningkatkan kemampuan dalam

beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan internal

5
maupun eksternal guna mempertahankan dan meningkatkan konservasi

energi, integritas struktural, integritas personal dan integritas sosial. Namun

respon organismik terhadap tindakan masing-masing klien berbeda

tergantung dari kemampuan dan penyakit yang diderita.

Berdasarkan kajian diatas, penulis melakukan studi mengenai

“Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing pada Asuhan Keperawatan Anak

dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah Oksigenasi Menggunakan

Teori Konservasi Levine”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada studi

kasus ini adalah “Bagaimana Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing

pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami

Masalah Oksigenasi Menggunakan Teori Konservasi Levine?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah Oksigenasi

Menggunakan Teori Konservasi Levine.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis hasil pengkajian pada asuhan keperawatan anak dengan

6
pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi menggunakan teori

konservasi levine.

b. Untuk menganalisis trophicognosis atau diagnosa keperawatan dalam

asuhan keperawatan anak dengan pneumonia yang mengalami masalah

oksigenasi menggunakan teori konservasi levine.

c. Untuk menganalisis hipotesis atau tujuan dan intervensi keperawatan dalam

asuhan keperawatan anak dengan pneumonia yang mengalami masalah

oksigenasi menggunakan teori konservasi levine.

d. Untuk menganalisis implementasi keperawatan dalam asuhan keperawatan

anak dengan pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi menggunakan

teori konservasi levine.

e. Untuk menganalisis evaluasi tindakan keperawatan dalam asuhan

keperawatan anak dengan pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi

menggunakan teori konservasi levine.

f. Untuk menganalisis intervensi Pursed Lips Breathing terhadap masalah

oksigenasi pada anak dengan pneumonia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan menjadi dasar dalam

praktik keperawatan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan praktik

asuhan keperawatan dengan intervensi Pursed Lips Breathing dalam

meningkatkan status oksigenasi pada anak dengan pneumonia menggunakan

pendekatan teori konservasi Levine.

7
2. Manfaat Praktis

a. Bagi rumah sakit

Diharapkan dari hasil karya ilmiah akhir ners ini dapat memberikan

masukan asuhan keperawatan anak dengan penerapan intervensi Pursed

Lips Breathing dalam pemenuhan oksigenasi anak menggunakan

pendekatan teori Konservasi Levine.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan tentang penerapan teori konservasi

Levine pada asuhan keperawatan anak pneumonia dengan intervensi terapi

pursed lips breathing untuk memenuhi oksigenasi anak dan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru (alveoli), selain itu dapat menginfeksi jaringan bronkus

(bronkopneumonia) disebabkan oleh virus menyerang semua golongan umur

terutama balita, anak-anak karena faktor pejamu yang rentan seperti

malnutrisi, dan keadaan lingkungan yang tidak hygiene (Ratna Hidayani,

2020).

Sedangkan menurut pendapat Said (2013), pneumonia adalah penyakit

infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri yang merupakan

8
penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang paling sering menyebabkan

kematian pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia paling

sering adalah Streptococcus pneumonia (pneumokokus), Hemophilus influenza

tipe b (Hib) dan Staphylococcus aureus.

2. Penyebab dan Cara Penularan

Pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen infeksi, termasuk virus,

bakteri dan jamur. Yang paling umum adalah:

a. Bakteri

Beberapa bakteri penyebab penyakit pneumonia adalah Staphylococcus

aureus, Staphylococcus pyogenes dan Streptococcus pneumonia.

b. Virus

Beberapa virus penyebab penyakit pneumonia adalah parainfluenza,

Respiratory Syncial Virus (RSV), adenovirus, virus sinsitial pernapasan,

dan influenza. Virus non respirasik, mikobakteria, pneumocystis carinii

dan sejumlah jamur.

c. Mikoplasma

Mikoplasma adalah sel terkecil penyebab penyakit yang dapat hidup di

alam bebas.

d. Protozoa

Penyebab pneumonia pneumosistis adalah protozoa. Salah satu golongan

ini adalah PCP (Pneumocystitis Carinii Pneumonia).

Menurut UNICEF (2019), sistem imunitas tubuh anak yang lemah akibat

9
dari penyakit lain dapat menyebabkan anak terjangkit pneumonia. Selain

faktor tersebut, faktor lain yang beresiko memicu penyakit pneumonia tertular

pada anak yaitu lingkungan udara yang tercemar dan air minum yang tidak

layak.

Pneumonia dapat menyebar melalui beberapa cara. Virus dan bakteri

yang biasa ditemukan di hidung atau tenggorokan anak, dapat menginfeksi

paru-paru jika terhirup, juga dapat menyebar melalui tetesan udara dari batuk

atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama

selama dan segera setelah lahir (WHO, 2021).

3. Manifestasi Klinis

Menurut Black (2014), manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan

pneumonia:

a. Rasa lelah

b. Batuk

c. Produksi sputum

d. Demam

e. Menggigil

f. Berkeringat

g. Dyspnea

h. Suara perkusi menjadi tumpul

i. Status oksigenasi pada anak dengan pneumonia adalah sebagai berikut:

1) Takikardi, Heart Rate (HR) rentang 100-180 kali/menit

2) Takipneu, Respiratory Rate (RR) rentang >40 kali/menit

10
3) Saturasi Oksigen (SaO2).

4. Patofisiologi

Bakteri atau virus yang masuk kedalam jaringan paru melalui saluran

pernapasan bagian atas menuju ke bronkhiolus serta alveolus. Setelah bakteri

masuk kemudian dapat menimbulkan reaksi peradangan dan dapat

menghasilkan cairan edema yang kaya akan protein. Bakteri pnemokokus atau

streptococcus pneumonia dapat menyebar dari alveoli ke seluruh segmen dan

lobus. Leukosit dan eritrosit juga mengalami peningkatan, sehingga alveoli

menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, leokosit dan fibrin

sehingga menyebabkan kapiler alveoli melebar, paru menjadi tidak berisi

udara.

Pada tingkatan yang lebih lanjut, aliran darah mengalami penurunan

sehingga mengakibatkan alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi

lebih sedikit. Setelah itu paru tampak berubah warna menjadi abu kekuningan.

Perlahan sel darah merah yang masuk ke alveoli mengalami kematian dan

banyak terdapat eksudat pada bagian alveolus yang kemudian mengakibatkan

membran dari alveolus akan mengalami nekrosis yang dapat menyebabkan

gangguan proses difusi osmosis oksigen dan dapat berdampak pada

menurunnya jumlah oksigen yang bawa oleh darah. Secara klinis penderita

mengalami pucat dan sianosis, terjadinya penumpukan cairan purulent pada

alveolus yang mengakibatkan peningkatan tekanan pada bagian paru dan dapat

mengalami penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar dan

menyebabkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan bernapas

11
menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi dinding

dada.

Secara hematogen atau lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada

pada bagian paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadilah fase

peradangan pada lumen bronkus. Hal ini menyebabkan pada terjadinya

peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga dapat

menimbulkan reflek batuk dan bahkan sesak nafas (Diana, 2019).

5. Pathway
Pneumonia
Intoleransi aktivitas

Bakteri, jamur dan Virus


Suplai O2

Terhirup Compliance
paru

Masuk ke alveoli
Pola Napas Tidak
Efektif
Proses peradangan

Suhu Tubuh Infeksi Cairan eksudat


masuk ke dalam Difusi
alveoli
Hipertermi Berkeringat,
nafsu makan Kerja sel Gangguan
dan minum goblet Pertukaran
Produksi Gas
sputum
12
Sputum
tertelan ke
lambung
Resiko Cairan
Hipovolemi menekan syaraf
Konsolidasi cairan Konsolidasi frenikus
sputum dijalan cairan sputum
napas dilambung
Nyeri Akut
Bersihan Jalan Asam lambung
Napas Tidak
Efektif Defisit
Mual dan muntah Nutrisi

Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasein pneumonia yakni:

a. Sinar X untuk mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronchial)

b. Biopsi paru

c. Pemeriksaan sputum, gram/kultur dan darah untuk mengidentifikasi

bakteri/organisme/virus yang ada

d. Pemeriksaan serologi untuk mambantu membedakan diagnosis organisme

tertentu

e. Spirometrik statik

f. Bronkoskopi untuk mengangkat benda asing dan menetapkan diagnosis.

(Sutini, 2018).

7. Penatalaksanaan

Menurut Sutini (2018) penatalaksanaan pneumonia adalah sebagai berikut:

a. Terapi pengobatan diberikan berdasarkan etiologi:

13
1) Infeksi pneumonia staphylococcus menggunakan Penicillin G

2) Infeksi pneumonia virus menggunakan Amantadine dan Rimantadine

3) Infeksi pneumonia mikoplasma menggunakan Eritrosin, Tetrasiklin

dan Derovat tetrasiklin

b. Anjurkan tirah baring

c. Jika terjadi hipoksia berikan oksigen yang sesuai kebutuhan dan adekuat

d. Postural drainase yang dikombinasikan dengan ekspetoran

e. Rehidrasi yang cukup

f. Latihan batuk efektif dan nafas dalam akan sangat membantu

g. Isolasi pernafasan sesuai dengan kebutuhan

h. Berikan nutrisi dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein

i. Terapi lain sesuai dengan komplikasi.

8. Komplikasi

Menurut Sutini (2018), kemungkinan komplikasi yang terjadi sebagai berikut:

a. Meningitis

b. Otitis Media Akut (OMA)

c. Osteomielitis

d. Abses otak

e. Emfisema

f. Endokarditis

9. Konsep Oksigenasi pada Pneumonia

Menurut Dewi (2018), didalam bukunya mengemukakan bahwa salah

satu komponen yang diperlukan saat proses metabolisme untuk menjaga

14
kelangsungan hidup sel tubuh adalah oksigen. Elemen O2 ini didapatkan

dengan cara menghirup O2 saat inspirasi. Proses untuk mendapatkan O2 dan

mengeluarkan CO2 disebut dengan oksigenasi. Seseorang tanpa oksigen

selama 4 menit akan berakibat pada kerusakan otak. Secara fungsional tubuh

akan mengalami kemunduran bahkan kematian saat tidak ada oksigen. Saat

terjadi penyumbatan pada saluran pernafasan akan menyebabkan gangguan

dalam memenuhi kebutuhan oksigen.

Status oksigen anak dapat diamati dari Respiratory rate (RR), Saturasi

Oksigen (SaO2), dan Heart Rate (HR). Respiratory Rate (RR) adalah jumlah

frekuensi nafas selama 1 menit yang dihitung dengan melihat kembang

kempisnya dinding dada. Saturasi oksigen atau SaO 2 adalah ukuran prosentase

oksigen yang diikat oleh Hb (Hemoglobin) dan diukur dengan alat oxymeter

pulse (Khasanah, 2019). Heart Rate adalah jumlah denyut jantung yang

dihitung dalam waktu 1 menit dan dinyatakan dengan permenit atau beat per

minute (bpm) (Utomo et al., 2019).

Masalah yang sering muncul pada anak dengan Pneumonia yang

dibawa ke fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah distress

pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada, napas

cuping hidung dan disertai stridor. Distress pernapasan merupakan

kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena konsentrasi oksigen

yang rendah, akan menstimulus syaraf pusat untuk meningkatkan frekuensi

pernapasan. Jika upaya tersebut tidak terkompensasi maka akan terjadi

gangguan status oksigenasi dari tingkat ringan hingga berat bahkan sampai

15
menimbulkan kegawatan. Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering

disebabkan karena adanya obstruksi jalan napas atas dan bawah karena

peningkatan produksi sekret sebagai salah satu manifestasi adanya inflamasi

pada saluran napas (Muliasari & Indrawati, 2018).

Ketidakmampuan mengeluarkan sekret merupakan kendala yang sering

dijumpai pada anak dengan pneumonia sehingga menyebabkan adanya

masalah oksigenasi dan hal ini membutuhkan tindakan keperawatan baik

berupa tindakan farmokologi maupun non farmakologi. Salah satu tindakan

non farmakologi yang dapat membantu oksigenasi anak yakni tekni PLB

(Pursed Lips Breathing).

B. Asuhan Keperawatan Pneumonia

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai

tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap

yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu

sama lain (Budiono & Dkk, 2015).

1. Pengkajian

Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk

mendeteksi masalah keperawatan. Melakukan pengkajian pada pernafasan

lebih jauh dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia yakni: nyeri,

takipnea, penggunaan otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi,

16
batuk, dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus di

identifikasi juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau

sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta takipnea atau

sesak nafas harus di pantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat di kaji dengan

mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil

perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Brunner & Suddarth, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).

Setelah didapatkan data dari pengkajian, data tersebut dianalisis.

Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan menjadi diagnosa

keperawatan untuk menentukan intervensi keperawatan (Cecily & Sowden,

2009). Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan pathway dan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang mungkin muncul

yaitu:

a. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

yang tertahan, spasme jalan nafas.

1) Gejala dan tanda mayor:

Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,

wheezing dan atau ronkhi kering, mekonium dijalan napas (pada

17
neonatus).

2) Gejala dan tanda minor:

Dispnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,

frekuensi napas berubah, pola napas berubah.

b. (D.0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat

pernafasan, hambatan upaya nafas, gangguan neurologis.

1) Gejala dan tanda mayor:

Dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi

memanjang, pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi,

kussmaul, cheyne-stokes).

2) Gejala dan tanda minor:

Ortopnea, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,

kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi

menurun, ekskursi dada berubah.

c. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-

kapiler.

1) Gejala dan tanda mayor:

Dispnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH

arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan.

2) Gejala dan tanda minor:

Pusing, penglihatan kabur, sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping

18
hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,

dalam/dangkal), warna kulit abnormal (pucat, kebiruan), kesadaran

menurun.

d. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

1) Gejala dan tanda mayor:

Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

2) Gejala dan tanda minor:

Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,

proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,

diaforesis.

e. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan, kurangnya asupan makanan, peningkatan kebutuhan

metabolisme.

1) Gejala dan tanda mayor:

Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

2) Gejala dan tanda minor:

Cepat makan setelah kenyang, kram/nyeri abdomen, nafsu makan

menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan

lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,

rambut rontok berlebihan, diare.

f. (D.0130) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

1) Gejala dan tanda mayor:

19
Suhu tubuh diatas nilai normal.

2) Gejala dan tanda minor:

Kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.

g. (D.0056) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

1) Gejala dan tanda mayor:

Mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi

istirahat.

2) Gejala dan tanda minor:

Dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah > 20% dari kondisi

istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas,

gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.

h. (D.0034) Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif.

1) Faktor risiko:

Kehilangan cairan secara aktif, gangguan absorbsi cairan, usia lanjut,

kelebihan berat badan, status hipermetabolik, kegagalan mekanisme

regulasi, evaporasi, kekurangan intake cairan, efek agen farmakologis.

2) Kondisi klinis terkait:

Penyakit Addison, trauma/perdarahan, luka bakar, AIDS, penyakit

Crohn, muntah, diare, colitis ulseratif.

3. Intervensi keperawatan

20
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Adapun intervensi keperawatan dari

diagnosa keperawatan pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut:

No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi Keperawatan (SIKI)
Hasil (SLKI)
SDKI (PPNI, 2018)
(PPNI, 2019)
(PPNI, 2017)
1. (D.0001) Tujuan : Setelah dilakukan Latihan batuk efektif (I.01006)
Bersihan Jalan Napas intervensi, maka diharapkan Observasi
tidak Efektif bersihan jalan napas 1. Identifikasi kemampuan batuk
(L.01001) meningkat. 2. Monitor adanya retensi sputum
Dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
a. Batuk efektif meningkat saluran napas
b. Produksi sputum 4. Monitor pola napas (frekuensi,
menurun kedalaman, usaha napas)
c. Mengi menurun 5. Auskultasi bunyi napas
d. Wheezing menurun Terapeutik
e. Dispnea menurun 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
f. Ortopnea menurun
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
g. Gelisah menurun 4. Berikan oksigen, jika perlu
h. Frekuensi napas Edukasi
membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
i. Pola napas membaik efektif
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3.
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator, mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.

21
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt danchin lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep Mc Gill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti brdipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

22
2. (D.0005) Tujuan : Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pola Napas Tidak intervensi, maka Observasi
Efektif diharapkan pola napas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
(L.01004) membaik. dan upayanapas
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
a. Tekanan ekspirasi takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
meningkat cheyne-stokes, biot,ataksik)
b. Tekanan inspirasi 3. Monitor kemampuan batuk efektif
meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum
c. Dispnea menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. Penggunaan otot bantu 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
napas menurun 7. Auskultasi bunyinapas
e. Pernafasan cuping 8. Monitor saturasi oksigen
hidung menurun 9. Monitor nilai AGD
f. Frekuensi napas 10. Monitor hasil x-ray toraks
membaik Terapeutik
g. Kedalaman napas 1. Atur interval waktu pemantauan
membaik. respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep Mc Gill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontra indikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

23
3. (D.0003) Tujuan : Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
Gangguan pertukaran intervensi, maka Observasi
gas diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
(L.01003) meningkat. dan upaya napas
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
a. Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
b. Bunyi napas tambahan cheyne-stokes, biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
c. Napas cuping hidung 4. Monitor adanya produksi sputum
menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. PCO2 membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
e. PO2 membaik 7. Auskultasi bunyi napas
f. Takikardi membaik 8. Monitor saturasi oksigen
g. Ph arteri membaik 9. Monitor nilai AGD
h. Warna kulit membaik 10. Monitor hasil x-ray toraks
i. Pola nafas membaik Terapeutik
j. Sianosis membaik 1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

4. (D.0019) Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)


Defisit Nutrisi intervensi keperawatan, Observasi
maka status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
(L.03030) membaik. 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Dengan kriteria hasil : makanan
a. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan yang disukai
dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
b. Kekuatan otot nutrien
menelan meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
c. Nyeri abdomen nasogastrik
menurun 6. Monitor asupan makanan
d. Diare menurun 7. Monitor berat badan
e. Berat badan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
f. Indeks Massa Tubuh Terapeutik
(IMT) membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
g. Frekuensi makan jika perlu
membaik 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
h. Bising usus membaik (mis.piramida makanan)
i. Membran mukosa 3. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik. suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan

24
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian terapi medikasi
sebelum makan (mis.pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.

5. (D.0056) Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.15506)


Intoleransi aktivitas intervensi keperawatan, Observasi
maka toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
(L.05047 )meningkat. mengakibatkan kelelahan
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
a. Frekuensi nadi 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
b. Saturasi oksigen selama melakukan aktivitas
meningkat Terapeutik
c. Jarak berjalan 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
meningkat rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
d. Dispnea saat aktivitas kunjungan)
menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
e. Perasaan lemah dan/atau aktif
menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang
f. Sianosis menurun menenangkan
g. Warna kulit membaik 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
h. Tekanan darah tidak dapat berpindah atau berjalan
membaik Edukasi
i. Frekuensi napas 1. Anjurkan tirah baring
membaik 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

25
6. (D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)
Hipertermi intervensi keperawatan, maka Observasi
termoregulasi (L.14134) 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
membaik. dehidrasi terpapar lingkungan panas
Dengan kriteria hasil : penggunaan incubator)
a. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
b. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
c. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
d. Pucat menurun Terapeutik
e. Takikardi menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
f. Takipnea menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
g. Bradikardi menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
h. Hipoksia menurun 4. Berikan cairanoral
i. Suhu tubuh membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
j. Suhu kulit membaik jika mengalami hiperhidrosis (keringat
k. Tekanan darah membaik berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

7. (D.0078) Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


Nyeri akut intervensi keperawatan, maka Observasi
tingkat nyeri (L.08066) 1. Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
c. Gelisah menurun dan memperingan nyeri
d. Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan dan
e. Muntah menurun keyakinan tentang nyeri
f. Mual menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
g. Frekuensi nadi membaik respon nyeri
h. Pola nafas membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
i. Tekanan darah membaik kualitas hidup
j. Nafsu makan membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
k. Pola tidur membaik. komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
kompres hangat/kompres dingin, terapi
bermain
2. Kontrol lingkungan yang memperberat

26
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi ras nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

8. (D.0034) Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia(I.03116)


Risiko Hipovolemia intervensi keperawatan, maka Observasi
status cairan (L.03028)
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
membaik.
Dengan kriteria hasil : (mis.frekuensi nadi meningkat, nadi
a. Kekuatan nadi meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun,
b. Turgor kulit meningkat turgor kulit menurun, membran
c. Output urine meningkat mukosa kering, volume urin menurun)
d. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
e. Suara nafas tambahan
Terapeutik
menurun
f. Frekuensi nadi membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
g. Tekanan nadi membaik 2. Berikan posisi modified trendelenburg
h. Tekanan darah membaik 3. Berikan asupan cairan oral
i. Membran mukosa membaik Edukasi
j. Intake cairan membaik 1. Anjurkan memperbanyak asupan
k. Suhu tubuh membaik.
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis.albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.

27
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan. Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian

perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim

kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan

perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi

dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

5. Evaluasi keperawatan

Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Mengakhiri rencana tindakan.

C. Teori Keperawatan Konservasi Levine

1. Konsep Utama Teori

Tidak dapat dipungkiri beberapa tahun berlalu, penerapan teori-teori

yang menjelaskan pembelajaran dari disiplin keperawatan telah

dikembangkan oleh beberapa perawat. Pada konservasi model, terdapat empat

konsep pokok diantaranya: orang, lingkungan, keperawatan dan Kesehatan,

dalam konsep Levine Model telah dibahasakan tentang orang dan lingkungan

28
telah disatukan atau bergabung dari beberapa waktu (Risnah & Irwan, 2021).

a. Orang

Orang merupakan makhluk holistik yang terus berusaha meningkatkan

keutuhan atau integritas dan satu “yang hidup, bepikir, beriorientasi masa

depan, dan sadar pada masa lalu”. Tuntutan Seseorang yang hidup

merupakan keutuhan (integritas) “individu mempunyai maksud hanya

dalam lingkup kehidupan sosial”. Selain itu, memiliki perasaan percaya,

persatuan dan kesatuan, berpikir dan seluruh sistem dari sistem membuat

orang disebutkan juga sebagai pribadi yang unik (Risnah & Irwan, 2021).

b. Lingkungan

Keutuhan individu dapat dilengkapi oleh lingkungan. Lingkungan dibagi

menjadi 2 di antaranya:

1) Lingkungan internal

Aspek fisiologi dan patofisiologi yang digabungkan dari individu dan

tetap berbeda oleh lingkungan eksternal. Lingkungan internal

merupakan sebuah integrasi pada sebuah kegunaan tubuh yang serupa

dengan homeorhesis dibandingkan dengan homeostasis, serta

merupakan bentuk energi yang patuh dengan tantangan dari

lingkungan eksternal.

2) Lingkungan eksternal

Lingkungan persepsi, operasional, dan konseptual merupakan bagian

dari Lingkungan eksternal. Lingkungan persepsi merupakan suatu

lingkungan yang menjadi salah satu bagian dari lingkungan eksternal,

29
yang melibatkan organ-organ indra pada seseorang seperti, cahaya,

suara suhu, sentuhan, serta segala perubahan kimia yang terasa atau

berbau, hingga rasa pada posisi dan keseimbangan.Salah satu dari

bagian lingkungan eksternal adalah lingkungan operasional, yang

melakukan sebuah hubungan dengan jaringan hidup walaupun

individu tidak mampu merekam sebuah faktor dan juga pada semua

bentuk radiasi, mikroorganisme dan polutan, hal tersebut disebabkan

karena suatu individu tidak memiliki organ perasa yang dapat mereka

gunakan.

Salah satu bagian dari lingkungan eksternal yakni lingkungan

konseptual mencakup bahasa, simbol, ide, serta konsep dan

penemuan. Selain itu juga mencakup kemampuan berpikir dan

pengalaman emosi, sistem nilai, pertukaran bahasa, keyakinan agama,

etnis dan tradisi budaya, serta psikologi individu yang diambil dari

pengalaman hidup.

c. Kesehatan

Pola perubahan adaptif mencakup sehat dan sakitnya seseorang. Suatu

persatuan dan kesatuan dan “merupakan adaptasi sebuah keutuhan dan

kesuksesan” diartikan sebagai sebuah kesehatan tersirat. Meningkatkan

kesehatan merupakan salah satu dari tujuan keperawatan. Levine

mengemukkan pemahaman tentang arti kesehatan sebagai: "jalan kembali

ke kegiatan sehari-hari yang dikompromikan oleh kesehatan yang buruk.

Hal ini tidak hanya cedera yang diperbaiki tetapi oleh dirinya sendiri. Ini

30
bukan hanya penyembuhan bagian tertindas. Ini agak kembali ke diri

sendiri, dimana dapat menyisihkan perambahan kecacatan dan individu

bebas tanpa kendala untuk mengejar sekali lagi atau kepentingannya

sendiri". Selain itu ia juga menjelaskan pengertian dari sebuah penyakit

yaitu "tidak diatur dan tidak disiplin berubah dan harus dihentikan atau

kematian yang akan terjadi" (Risnah & Irwan, 2021).

d. Perawatan

Perawatan terlibat dalam interaksi kemanusiaan. Mempromosikan adaptasi

dan memelihara keutuhan (kesehatan) merupakan salah satu dari tujuan

keperawatan. Telah dipaparkan sebelumnya, cara dimana orang dan

lingkungan menjadi kongruen dari waktu ke waktu merupakan

pembahasan dari Levine yaitu Model Konservasi. Hal itu merupakan

pemahaman bahwa adanya kesulitan pada waktu dan ruang

memungkinkan terjadinya berbagai tingkatan molekul, fisiologis, emosi,

psikologis dan sosial merupakan hasil dari konservasi yang merupakan

respon adaptif spesifik. ada tiga faktor yang mendasari pendapat diatas di

antaranya historisitas, spesifisitas dan redundansi.

2. Teori Levine dan Proses Keperawatan

Dikemukakan pada teori perawat Levine bahwa teorinya pada umumnya

sama dengan beberapa elemen pada proses perawatan. Dia berpendapat

bahwa seorang perawat harus selalu mengobservasi pasien, melakukan

intervensi yang berkaitan serta yang sesuai dengan perancanaan dan evaluasi.

Hal tersebut didasarkan untuk membantu pasien kedepannya. Selain itu, dia

31
berpendapat untuk perawatan pasien, perawat dan pasien dituntut untuk saling

berinteraksi. Levine berpendapat dalam teorinya, seorang pasien harus dilihat

dari segi ketergantungan, hingga kemampuan pasien yang terbatas untuk

membantu dalam pengumpulan data, tahap perencanaan, implementasi atau

semua fase dari proses ketergantungan. Agar dapat beradaptasi untuk

gangguan kesehatannya, pada dasarnya semua pasien sangat membutukan

bantuan dari perawat. Perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab untuk

melihat kemampuan partisipasi pasien. Pada fase pengkajian, ada dua metode

yang akan diterapkan dalam mengkaji klien yaitu metode interview dan

metode observasi dari semua hal tersebut disimpulkan bahwa peran perawat

yaitu dapat membantu pasiennya dalam segala hal untuk mencapai sebuah

tujuan yaitu kesehatan pasien.

Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan akan berfokus pada klien,

keluarga, anggota lainnya, ataupun segala hal yang akan mereka jelaskan itu

bertujuan utuk mendapatkan sebuah solusi dari sebuah permasalahan terkait

kesehatan dari klien tersebut. Dalam menghadapi lingkungan eksternal, hal

ini akan membantu pada kesiapan klien tersebut. Dikemukakan oleh Levine,

bahwa bila salah satu dari anggota keluarga klien ingin membuat suatu

kesepakatan maka yang harus menjadi sasaran sebuah pengkajian adalah

keluarga tersebut. Untuk pengkajian menyeluruh, empat prinsip pada teori

Leviene akan dijadikan pedoman pengkajian oleh perawat.

Keseimbangan energi pasien dan pemeliharaan integritas pasien

merupakan hal yang harus selalu diperhatikan oleh perawat. Fungsi dari

32
beberapa sistem tubuh, emosi, stress dan pola kerja seperti nutrisi, istirahat

(tidur), waktu luang, pola koping, hubungan dengan anggota keluarga/orang

lain, pengobatan, lingkungan dan penggunaan energi merupakan sumber

energi yang perlu direkap secara keseluruhan oleh perawat setelahnya. Data

terkait integritas struktur pasien juga harus diperhatikan seperti, pertahanan

tubuh, struktur fisik, integritas personal juga harus diperhatikan termasuk

tentang keunikan, nilai, kepercayaan dan integritas sosial yang terkait sutau

proses pengambilan keputusan dari pasien, interaksi yang dilakukan pasien

dengan orang lain serta senang atau tidaknya pasien dikaitkan dengan orang

lain.

Selanjutnya setelah memperoleh seluruh data tentang klien, langkah

selanjutnya yaitu perawat akan melakukan analisis terkait data yang telah

diperoleh sebelumnya. pada empat area pengkajian (prinsip konservasi),

analisis ini akan menggambarkan keseimbangan dan kelemahan dari diri

klien. selain itu pengumpulan data yang lebih banyak akan membantu

perawat melakukan analisis yang lebih terperinci. Untuk menganalisis sebuah

data, sebuah konsep dan teori dari beberapa disiplin akan memiliki penekanan

yang sama. sehingga untuk tujuan akhirnya akan dimasukkan pada fase

perencanaan. Kualitas dari aktivitas klien dan perawat ditekankan pada proses

perawatan. Untuk itu, levine mengatakan tujuan akhir tidak hanya secara

khusus untuk menekankan kebutuhan. Secara menyeluruh tujuan harus

menggambarkan sebuah usaha untuk membantu klien dapat beradaptasi

hingga dapat memiliki kondisi yang sehat. Pada tahap perencanaan, perawat

33
menentukan tujuan berikut:

a. Perlunya memilih sebuah strategi yang akan digunakan untuk perencanaan

b. Memilih tingkat perencanaan yang dapat ditingkatkan pengembangannya,

sehingga suatu tujuan dapat tercapai.

Dalam Peryataannya, Levine menegaskan bahwa seorang perawat dituntut

untuk memiliki ilmu tentang dasar pengetahuan praktek. Selain itu, seorang

perawat juga harus mengetahui tentang tahapan untuk melakukan sebuah

perencanaan perawatan seperti berdasarkan pada prinsip, hukum, konsep,

teori dan pengetahun tentang diri manusia. Kemampuan pertisipasi klien

harus lebih dipahami oleh perawat guna untuk mengembangkan sebuah

perencanaan perawatan. Selain itu, mengidentifikasi tingkat partisipasi klien

juga diperlukan dalam perencanaan. Pada fase ini, jika ada hal yang kurang

dipahami oleh perawat, mereka bisa saling bertukar informasi dengan tim

kesehatan lainnya. Implementasi merupakan sebuah proses tindakan yang

dilakukan perawat. Selama fase perencanaan respon klien merupakan hal

yang diawasi oleh perawat. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan

digunakan perawat untuk fase selanjutnya yaitu evaluasi. Selanjutnya pada

fase evaluasi tugas utama perawat yaitu memberikan perawatan pada klien

sesuai dengan hasil data yang mereka kumpulkan sebelumnya untuk

menghindari terjadinya kesalahan selama proses perawatan.

Pernyataan teori Myra Levine:

a. Dalam melakukan pelaksanaan intervesi keperawatan perawat dituntut

untuk memiliki skill.

34
b. Hasil dari intervensi perawat yaitu memudahkan klien untuk beradaptasi

dengan keadaan.

c. Pada tahapan evaluasi keperawatan, perawat akan berfokus pada respon

dari klien sebagai dasar dalam melakukan tindakan keperawatan.

d. Data yang telah diperolah oleh perawat dari respon klien bertujuan

menetukan intervesi perawatan mengenai pengobatan atau support yang

harus mereka gunakan.

e. Dalama teori yang Levine paparkan sering berfokus pada orang per orang,

yang akan digunakan baik untuk masa sekarang maupun dimasa depan,

serta pada klien yang memiliki gangguan kesehatan mereka akan

membutuhkan intervensi perawatan.

3. Teori yang dikemukakan

Pada model yang dikembangkan oleh Levine lebih beriorientasi pada pasien

(individu) dianggap mahkluk holistik dan peran perawat untuk menjaga agar

tetap menjaga keutuhan seseorang (person’s wholeness). Seorang klien adalah

makhluk hidup yang terintegrasi serta dapat beradaptai terhadap lingkungan

merupakan pandangan pada model konsep Myra Levine. Suatu kegiatan yang

bersifat konservasi dan konservasi energi yang akan menjadi sebuah

pertimbangan kedepanya disebut sebagai intervensi keperawatan. Selain itu

Levine juga berpendapat bahwa sehat dapat kita pastikan melalui konservasi

energi. Pada dasarnya dalam ilmu keperawatan terdapat tempat konservasi

yang dibagi menjadi empat bagian diantaranya integritas personal, energy

klien, struktur integitas, dan integritas sosial. Oleh karena itu, pendekatan

35
asuhan keperawatan lebih terfokus pada sumber kekuatan klien yang lebih

optimal.

4. Konsep Dasar Model Konservasi Levine

Menurut Parker dalam Risnah dan Irwan (2021), Myra Levine telah

merumuskan sebuah teori keperawatan pada tahun 1966, namun baru dapat

dipublikasikan sekitar 7 tahun kemudian yaitu pada tahun 1973, teorinya

memaparkan bahwa seorang klien adalah makhluk hidup yang yang

mengalami integrasi dan saling melakukan interaksi serta dapat berdaptasi

dengan lingkungannya. Selain itu, Levine juga mengatakan bahwa intervesi

keperawatan adalah bagian dari aktivitas konservasi, pertimbangan sehat

tidaknya seseorang dapat dilihat pada konservasi energinya.

Pada model konservasi Levine, menggunakan prinsip bahwa kesehatan

dan penyembuhan klien berfokus pada pelestarian energinya. Berikut ini

dipaparkan empat prinsip konservasi yang telah diterapkan Levine pada

model konservasi keperawatan.

a. Konservasi Energi

Keseimbagan energi pada makhluk individu sangat dibutuhkan, selain itu

memperbarui energi secara terus menerus juga dilakukan agar dapat terus

meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itu, konservasi energi sangat perlu

digunakan selama praktek keperawatan.

b. Konservasi Integritas Struktur

Sebuah proses pergantian yang bersumber pada integritas struktur disebut

penyembuhan. Perubahan fungsi dan intervensi sangat dibutuhkan untuk

36
dipahami oleh perawat agar dapat memberi batasan pada jumlah jaringan

yang terlibat dengan penyakit.

c. Konservasi Integritas Personal

Seorang pasien yang dipanggil dengan menyebut namanya akan dapat

terlihat lebih dihargai oleh perawat. Proses nilai personal yang

memberikan privasi terhadap klien selama perawatan dapat diartikan

sebagai sikap menghargai.

d. Konservasi Integritas Sosial

Kehidupan dapat dipahami sebagai interaksi sosial yang ada dalam

kehidupan, sedangkan kesehatan adalah keadaan sosial yang telah

ditentukan. Untuk itu, peran perawat dibutuhkan agar dapat memberikan

kebutuhan yang diperlukan sebuah keluarga, kehidupan religious dan

hubungan interpersonal unutk koservasi integritas sosial juga harus

diperhatikan.

5. Konsep Utama dari Model Konservasi

a. Wholeness (Keutuhan)

Levine menyatakan bahwa “interaksi terus-menerus dari organisme

individu dengan lingkungannya merupakan sistem yang ‘terbuka dan cair’,

dan kondisi kesehatan, keutuhan, terwujud ketika interaksi atau adaptasi

konstan dengna lingkungan, memungkinkan kemudahan atau jaminan

integritas di seluruh dimensi kehidupan”.

Erikson mengatakan bahwa “sistem terbuka dianggap sebagai

wholeness yaitu keutuhan yang menekankan pada suara, organik,

37
mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan bagian-bagian dalam

keseluruhan serta batas-batas yang terbuka” (Potter, 2010).

b. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu proses yang dihadapi oleh individu untuk

mempertahankan integritas individual terhadap lingkungan baru yang

mereka hadapi baik dari segi eksternal maupun internalnya adapun hasil

dari adaptasi disebut dengan konservasi. Secara umum, adaptasi yang

dilakukan oleh individu dapat dianggap baik dan berhasil, namun ada pula

beberapa yang kadang tidak dapat melakukannya.

Menurut Levine ada 3 karakter yang harus diperhatikan dalam

beradaptasi diantaranya, historis, specificity, dan redundancy. Menurut

Levine keberhasilan dalam beradaptasi pada suatu lingkungan yang

menujukkan adaptasi historis dan specificity dipengaruhi oleh pola respon

individu. Selain itu, kode genetik individu dapat menutupi pola adaptasi

suatu individu. Redundancy mendeskripsikan bahwa terdapat pilihan

kegagalan yang terselamatkan dari suatu individu yang sedang beradaptasi.

Pada saat kehilangan redundancy terdapat beberapa pilihan diantaranya

melalui trauma, umur, penyakit, maupun kondisi suatu lingkungan yang

menyebabkan individu tidak dapat melaluinya.

c. Lingkungan

Menurut pandangan Levine, setiap individu mempunyai kehidupannya

masing-masing baik pada lingkungan internal maupun pada lingkungan

eksternal. Dalam aspek fsikologis dan patofisiologis perawat dituntut agar

38
dapat menghubungkan aspek tersebut dengan lingkungan internal individu,

kemudian lingkungan eksternal juga dikatakan sebagai level persepsi,

opsional dan konseptual. Dalam level perseptual dapat dilihat dari segi

kemampuan menangkap dan menafsirkan lingkungan (dunia) dengan

organ indra. Sedangkan level operasional yaitu segala sesuatu baik yang

tidak dapat mereka persepsikan secara langsung seperti mikroorganisme,

namun dapat mempengaruhi mereka secara fisiologi. Selanjutnya dalam

konseptual level, pola budaya membentuk sebuah lingkungan baru,

ditandai dengan hadirnya rasa spiritualitas, dan ditengahi oleh simbol

bahasa, pikiran dan pengalaman.

d. Respon organisme

Respon organisme merupakan suatu hal yang dilakukan oleh individu

dalam beradaptasi dengan lingkungannya, yang terdiri dari fight atau

flight, respon inflamasi, respon terhadap stress, serta kewaspadaan

persepsi.

1) Fight-flight adalah bersifat nyata ataupun tidak nyata, menjadi sebuah

respon ketakutan yang terjadi melalui sebuah reaksi untuk melakukan

serangan ataupun menghindari serangan dan terjadi secara tiba-tiba.

Respon tersebut merupakan penyampaian bahwa individu diharuskan

selalu waspada hingga rasa aman dan sejahtera dapat dirasakan.

2) Respon inflamasi (peradangan) adalah sebuah bentuk pertahanan

untuk melindungi diri dari sebuah lingkungan yang dapat

menghancurkan atau menyebabkan kerusakan. Respon ini dijadikan

39
sebagai proses penyembuhan diri. Sedangkan respon individu

merupakan penggunaan energi sistemik yang tersimpan dalam diri

untuk menghlangkan segala hal yang merugikan, sehingga kontrol

lingkungan sangat diperlukan dalam hal ini.

3) Respon terhadap stress menyebabkan terjadinya respon defensif dalam

sebuah perubahan yang tidak spesifik pada individu, perubahan

struktural dan hilangnya energi selama proses beradaptasi. Proses ini

tejadi bertahap hingga rasa lelah dapat dirasa, dipaparkan dengan

sebuah pengaruh yang terjadi pada pasien terhadap pelayanan

keperawatan.

4) Kewaspadaan perceptual merupakan kesadaran persepsi dihasilkan

dari respon sensori, sebuah informasi serta pengalaman yang telah

dilalui oleh individu akan diterima secara utuh jika hal itu bermanfaat,

pertukaran energi akan terus terjadi baik dari individu ke lingkungan

maupun dari ingkungan ke individu. Kewaspadaan perceptual individu

sangat mempengaruhi respon yang akan terjadi, hal itu akan terjadi

jika individu berada di lingkungan baru sehingga mereka akan

mengumpulkan sebuah informasi dengan tujuan mempertahankan

trophicognosis. Menurut Levine, trophicignosis sangat

direkomendasikan untuk digunakan sebagai alternatif untuk

melakukan diagnosa dalam keperawatan. Hal ini bertujuan untuk

penentuan rencana keperawatan yang bersifat metode ilmiah.

40
5) Konservasi Levine mengemukakan bahwa model konservasi

merupakan inti ataupun dasar dari teorinya. Kenservesi merupakan

sistem yang kompleks yang akan meneruskan fungsi jika tantangan

buruk terjadi. Selain itu, konservasi juga dapat diartikan juga sebagai

suatu individu yang dapat melakukan konfrontasi serta beradaptasi

dengan tujuan mempertahankan keunikannya.

D. Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi Levine pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan Pneumonia

Terdapat beberapa proses keperawatan yang diterapkan Levine dengan

menggunakan pemikiran kritis (Tomey, 2006). Aplikasi model konservasi levine

dalam asuhan keperawatan anak dengan penumonia, dimulai dari tahap

pengkajian yang meliputi identitas umum, lingkungan internal, lingkungan

eksternal, pengkajian konservasi (konservasi energi, konservasi integritas

struktural, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial). Tahap

berikutnya dilanjutkan dengan menetapkan diagnosa (trophicognosis), menyusun

intervensi (hipotesis), mendokumentasikan implementasi dan mendokumentasikan

evaluasi.

1. Pengkajian

Penggunaan prinsip konservasi dapat digunakan untuk mengumpulkan

data penunjang dengan metode observasi dan wawancara. Perawat melakukan

observasi dengan mengamati penyakit dengan melihat respon organisme,

menganalisa catatan medis, evaluasi hasil diagnosa serta melakukan interaksi

41
dengan pasien terhadap keutuhannya. Hal ini dilakukan melalui prinsip

konservasi perawat dengan melakukan pengkajian terhadap lingkungan

ekternal serta lingkungan internal pada pasien.

a. Pengkajian lingkungan internal pada anak dengan pneumonia diperoleh

dari data yakni:

1) Alasan masuk RS

2) Faktor pencetus

3) Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak nafas, batuk,

dan peningkatan suhu tubuh atau demam.

4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah

5) Diagnosa medik

b. Pengkajian lingkungan eksternal perseptual pada anak dengan pneumonia

diperoleh dari data yakni:

1) Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah

mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala

seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin dan demam ringan

serta dikaji apakah klien pernah dirawat di RS, obat-obatan yang

digunakan, tindakan (operasi), alergi, kecelakaan dan imunisasi.

2) Lingkungan

Karakteristik rumah (yang berisiko terhadap kesehatan) (jelaskan

keadaan rumah, terutama yang membahayakan kesehatan seperti

sirkulasi udara, sinar matahari, tangga, lantai yang licin,

42
3) Praktik budaya yang mempengaruhi kesehatan (misalya pantangan

untuk pemberian imuisasi pada anak, bayi diberi makanan lebih awal).

4) Fasilitas kesehatan yang tersedia (fasilitas kesehatan di sekitar rumah

atau yang biasa dimanfaatkan keluarga seperti Puskesmas, dokter

praktik dan RS).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga (Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh
keluarga baik berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),

gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).

c. Pengkajian yang berkaitan dengan konservasi energi pada anak dengan

pneumonia diperoleh dari data:

1) Status nutrisi dan cairan (sebelum dan selama sakit)

Sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf

pusat), mual, muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster

dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme.

2) Eliminasi (BAB, BAK sebelum dan selama sakit)

Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan

cairan karena demam.

3) Istirahat dan tidur (sebelum dan selama sakit)

Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak nafas.

Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari

karena ketidaknyamanan tersebut.

4) Aktivitas bermain (sebelum dan selama sakit)

Aktiivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik

5) Kebersihan diri

43
Kebersihan selalu di lakukan dibantu orangtua atau pun perawat

dalam ruangan, namun terbatas karena klien dengan sesak nafas atau

batuk belum dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

d. Pengkajian kemampuan konservasi integritas struktur pada anak dengan

pneumonia didapatkan dari data:

1) Keadaan umum dan kesadaran

Keadaan umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan dengan

menilai keadaan fisik bagian tubuh, yakni mengalami kelemahan fisik

dengan kesadaran penuh dan bisa sampai mengalami penurunan

kesadaran.

2) Tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien pneumonia biasanya

mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan peningkatan suhu

tubuh yaitu lebih dari 40o.

3) Pengukuran antropometri

Pengukuran antropometri pada anak meliputi: berat badan, panjang

badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lingkar lengan.

4) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

Pemeriksaan fisik meliputi:

a) Kepala

Inspeksi: bentuk dan kesimetrisan, kebersihan rambut dan kulit

kepala, adanya lesi atau tidak, penyebaran rambut.

Palpasi: benjolan (ada/tidak), nyeri tekan (ada/tidak), tekstur

44
rambut.

b) Mata

Palpebra (edema/tidak, radang/tidak), sclera (icterus/unikterik),

conjungtiva (radang/tidak, anemis/pink), pupil (isokor/anisokor,

myosis/midriasis, refleks pupil terhadap cahaya, refleks kornea),

posisi mata, gerakan bola mata, penutupan kelopak mata,

kemampuan visual.

c) Hidung

Bentuk, struktur, perforasi septum, secret/cairan.

d) Telinga

Posisi telinga, ukuran/bentuk telinga, aurikel, lubang telinga

(bersih/serumen/nanah), pemakaian alat bantu, pemeriksaan uji

pendengaran (rinne, weber, swabach).

e) Mulut

Gigi (keadaan gigi, karang gigi/karies, gigi berlubang), gusi

(normal/edema), lidah (mikroglosia/makroglosia/glosoptosis),

mukosa mulut (lembab/kering), tonsil (normal/bengkak), palatum

(labiopalatoskisis/tidak), pengeluaran saliva berlebihan (ada/tidak).

f) Laring

Obstruksi pada laring (ada/tidak)

g) Pemeriksaan paru

Inspeksi: bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada klien dengan

pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat

45
dan dangkal. Napas cuping hidung dan sesak berat. Batuk produktif

disertai dengan peningkatan produksi sekret yang berlebih.

Palpasi: kesimterisan, vokal fremitus, krepitasi subcotis. Pada klien

dengan pneumonia terjadi peningkatan vokal fremitus yang

menandakan adanya jaringan paru yang lebih padat, seperti

konsolidasi akibat pneumonia.

Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi,

didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara

napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi

perawat untuk mendokumentasi hasil auskultasi di daerah mana

didapatkan adanya bunyi ronkhi.

h) Jantung

inspeksi : denyut apek

Perkusi: pembesaran, suara.

Auskultasi: BJ I, BJ II, BJ III, bunyi jantung tambahan.

i) Abdomen

Inspeksi: ukuran dan bentuk, lesi/luka post operasi, stoma

Auskultasi: peristaltik usus (x/menit)

Perkusi: tympani/redup

Palpasi: organ hati, limpa, ketegangan dinding perut, turgor kulit.

j) Pemeriksaan genetalia

Laki-laki: ukuran, bentuk penis (hipospadi/epispadia/normal),

46
peradangan, testis, fimosis.

Perempuan: labia minora tertutup oleh labia mayora, lubang uretra

dan vagina terpisah, kebersihan vagina.

k) Pemeriksaan anus

Adanya luka post op (ada/tidak), kebersihan, anus (ada/tidak).

l) Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas atas dan bawah

Kelainan tulang belakang (lordosis/kifosis/skoliosis), spasme otot

(ada/tidak), paralysis (ada/tidak), atropi/hipertropi, kontraktur,

kelemahan/kelumpuhan, polidaktil, clubbing finger, CRT.

m)Pemeriksaan kulit

Turgor kulit (kencang/lembek), warna kulit (sianosis/ikterus),

kelembaban, penyakit pada kulit.

5) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Kemandirian dan bergaul, motorik halus, kognitif dan bahasa, motorik

kasar.

6) Data tambahan (pemeriksaan penunjang)

Hasil laboratorium, rontgen, USG.

7) Terapi medis (pengobatan)

e. Pengkajian konservasi integritas personal pada anak dengan pneumonia

didapatkan dari data:

1) Identitas diri

2) Harga diri

3) Stress dan koping

47
Ungkapan perasaan klien (pasien anak dengan pneumonia yang belum

dapat mengungkapkan perasaan) sehingga respon yang dapat diamati

yakni keadaan anak yang dilihat secara objektif yakni gelisah, sering

menangis, dan tenang jika orangtua anak tersebut menemani,

bernyanyi atau berdoa disamping anaknya. Pemeriksaan klasifikasi

resiko jatuh klien, atau mencabut alat misalnya OTT atau intravena

line (IV). Integritas personal orangtua klien diperoleh dari data:

perasaan orangtua terhadap kondisi anaknya, dan persepsi orangtua

terhadap sakit pneumonia yang diderita anaknya.

f. Pengkajian konservasi integritas sosial pada anak dengan pneumonia

didapatkan dari data:

1) Pembawaan secara umum

2) Hubungan dengan anggota keluarga

3) Support keluarga

4) Hubungan dengan teman sebaya

5) Harapan keluarga terhadap tindakan petugas kesehatan

Interaksi orangtua terhadap anaknya, interaksi keluarga lainnya

terhadap anak, hubungan klien dengan keluarga (Subakti, 2012).

2. Tropihicognosis / Masalah Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan fakta provokatif sering digunakan dalam

pengambilan keputusan. Fakta provaktif menujukkan segala hal kemungkinan

yang terjadi pada pasien dan disusun sedemikian rupa. Dari hal tersebut akan

diambil sebuah keputusan terkait pertolongan apa saja yang harus diberikan

48
kepada pasien. Tropihicognosis merupakan istilah lain dalam pengambilan

keputusan tersebut (Risnah & Irwan, 2021).

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kemampuan klien anak dengan

pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi dengan mempertahankan

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal,

konservasi integritas sosial, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

keperawatan berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (masalah konservasi integritas struktur).

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan

jalan napas tetap paten.

b. Pola napas tidak efektif (masalah konservasi integritas struktur)

Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak

memberikan ventilasi adekuat.

3. Hipotesis

Hipotesis membantu dalam memenuhi suatu kebutuhan dan promosi adaptasi

dengan tujuan mengarahkan intervensi keperawatan. Hasil dari keputusan

keperawatan, perawat akan melakukan validasi terkait masalah yang terjadi

pada pasien, kemudian memaparkan tentang hipotesis yang diambil terkait

masalah serta memberikan solusi. Hal ini merupakan salah satu dari rencana

keperawatan.

Hipotesis terdiri dari tujuan dan rencana keperawatan.

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

49
Hipotesis:

Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas tetap paten meningkat.

Kriteria hasil:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Mengi menurun

4) Wheezing menurun

5) Dispnea menurun

6) Ortopnea menurun

7) Saturasi oksigen : 95-100%\

8) Gelisah menurun

9) Frekuensi napas membaik

10) Pola napas membaik

b. Pola napas tidak efektif

Hipotesis:

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat membaik.

Kriteria hasil:

1) Tekanan ekspirasi meningkat

2) Tekanan inspirasi meningkat

3) Dispnea menurun

4) Penggunaan otot bantu napas menurun

5) Pernafasan cuping hidung menurun

50
6) Frekuensi napas membaik

7) Kedalaman napas membaik.

4. Intervensi

Dalam melakukan uji hipotesis, perawat akan mendapat arahan untuk

melakukan perawatan. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan dari hipotesis

untuk dilakukan oleh perawat. Intervensi ini akan dilakukan berdasarkan

pedoman konservasi. Beberapa prinsip konservasi yang diterapkan selama

intervensi diantaranya konservasi struktur, energi, personal dan sosial. Pada

pendekatan ini dituntut agar dapat menjaga keutuhan dan promosi adaptasi.

Berikut rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan pada pasien dengan

pneumonia:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

Latihan batuk efektif (I.01006)

Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor adanya retensi sputum

3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

4) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

5) Auskultasi bunyi napas

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler atau fowler

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan terapi pursed lips breathing (teknik meniup tiupan lidah)

51
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

5) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2) Ajarkan teknik batuk efektif

3) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang

ke-3

Kolaborasi

1) Pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

b. Pola napas tidak efektif

Pemantauan Respirasi (I.01014)

Observasi

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upayanapas

2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,

kussmaul, cheyne-stokes, biot,ataksik)

3) Monitor kemampuan batuk efektif

4) Monitor adanya produksi sputum

5) Monitor adanya sumbatan jalan napas

6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

7) Auskultasi bunyinapas

8) Monitor saturasi oksigen

9) Monitor nilai AGD

10) Monitor hasil x-ray toraks

52
Terapeutik

1) Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

2) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

5. Evaluasi

Evaluasi menurut teori konservasi levine merupakan tindakan observasi yang

dilakukan pada respon individu terhadap hasil intervensi yang telah diberikan.

Evaluasi akan dilakukan setelah hasil uji hipotesis telah didapatkan, tujuannya

untuk melakukan kajian terhadap respon individu terkait hipotesis yang telah

dilakukan berhasil atau tidak.

E. Analisis EBN (Evidence Based Nursing)

Evidance Based Nursing (EBN) dalam analisis kasus pasien anak

pneumonia dengan masalah oksigenasi adalah pemberian terapi Pursed Lips

Breathing. Masalah yang sering muncul pada anak dengan Pneumonia yang

dibawa ke fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah distress

pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada, napas

cuping hidung dan disertai stridor (WHO, 2009). Distress pernapasan

merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena

konsentrasi oksigen yang rendah, akan menstimulus syaraf pusat untuk

meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika upaya tersebut tidak

terkompensasi maka akan terjadi gangguan status oksigenasi dari tingkat

53
ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan (Muliasari &

Indrawati, 2018).

Berikut analisis jurnal terkait pemberian terapi pursed lips breathing

dan aplikasi model konservasi levine pada asuhan keperawatan anak dengan

masalah oksigenasi:

Judul : Efektivitas Pemberian Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap

Status Oksigenasi Anak Dengan Pneumonia

Penulis : Yunita Muliasari, Iin Indrawati

Tahun : 2018

Problem : Masalah yang sering muncul pada anak dengan Pneumonia yang dibawa
ke fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah distress
Populasi
pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada,
Patient napas cuping hidung dan disertai stridor (WHO, 2009). Distress
pernapasan merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen,
karena konsentrasi oksigen yang rendah, akan menstimulus syaraf pusat
untuk meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika upaya tersebut tidak
terkompensasi maka akan terjadi gangguan status oksigenasi dari
tingkat ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan.
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering disebabkan karena
adanya obstruksi jalan napas atas dan bawah karena peningkatan
produksi sekret sebagai salah satu manifestasi adanya inflamasi pada
saluran napas.
Alternatif untuk mengatasi masalah tidak efektifnya bersihan jalan napas
pada anak yaitu dengan menerapkan teknik Pursed Lips Breahting
(PLB). Teknik ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak (Muliasari &
Indrawati, 2018).
Populasi dalam penelitian:Responden yang terlibat dalam penelitian
ini sebanyak 36 orang anak, yang terdiri dari 18 kelompok PLB dan 18
pada kelompok fisioterapi dada.
Intervention : Adapun prosedur yang dilakukan pada responden yang termasuk ke
dalam kelompok intervensi PLB yaitu: memberikan intervensi cara
meniup mainan “tiupan lidah”. Cara meniup “tiupan lidah” sama dengan
teknik PLB yaitu tarik napas dalam melalui hidung kemudian keluarkan
udara melalui mulut yang dimonyongkan atau dikerutkan seperti
mencucu, sampai “tiupan lidah” mengembang terisi udara sampai ujung.
PLB ini dilakukan sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit

54
yang diselingi dengan nafas biasa.
Comparisson : Dalam penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yakni 18 anak
yang diberi tindakan fisioterapi dada. Gambaran karakteristik responden
yaitu mayoritas berjenis kelamin laki-laki baik pada kelompok kontrol
maupun intervensi. Status oksigenasi responden sesudah diberikan
terapi pursed lips breathing mengalami peningkatan sebesar 0,2 pada
variabel suhu, 1,89 pada frekuensi pernapasan, 4,95 pada frekuensi
nadi, dan 0,55 pada saturasi oksigen. Status oksigenasi pada kelompok
intervensi memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Outcomes : Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
status oksigenasi sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan
terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan
(RR) dan p=0,037 terhadap saturasi oksigen. Sehingga
direkomendasikan: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif
intervensi mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang
mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan oksigenasi.
Studi Desain : Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan pretest-
posttest control group design.

Adapun artikel lainnya yang mendukung intervensi Pursed Lips

Breathing (PLB), yakni:

Judul : Pengaruh Pemberian Fisioterapi dan Pursed Lips Breathing

(tiupan lidah) terhadap bersihan jalan nafas pada anak balita

dengan pneumonia

Penulis : Titin Hidayatin

Tahun : 2019

Problem : Berdasarkan data Rekam Medik dan Registrasi pasien ruang perawatan
anak RSUD Kabupaten Indramayu, didapatkan data pada tahun 2016
Populasi
sebanyak 3.687 anak, sedangkan pada kasus pneumonia pada balita
Patient adalah 232 pasien dan data 2 bulan terakhir yaitu bulan Januari dan
Februari 2017 jumlah kasus pneumonia pada anak balita adalah
sebanyak 45 kasus dengan rincian 20 kasus pada bulan Januari dan 25
kasus pada bulan Februari tahun 2017. Proses inflamasi dari penyakit
pneumonia mengakibatkan produksi sekret meningkat sampai
menimbulkan manifestasi klinis yang ada, sehingga muncul masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Beberapa tindakan yang efektif
untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah dengan

55
fisioterapi dada (Potter & Perry, 2009). Intervensi lain yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah ketidakeektifan bersihan jalan
napas selain fisioterapi dada pada balita yaitu dengan teknik pursed lips
breathing (PLB).
Populasi dalam penelitian: Responden yang terlibat dalam penelitian
ini adalah sebanyak 30 responden yang dibagi dalam 3 kelompok
intervensi.
Intervention : Adapun prosedur intervensi atau tindakan yang dilakukan pada responden
dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok yang
pertama diberi tindakan fisioterapi dada. Kelompok kedua diberi
tindakan pursed lips breathing dan kelompok ketiga diberi tindakan
fisioterapi dada dan pursed lips breathing.
Comparisson : Dalam penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yang dibagi
menjadi 2 kelompok yakni 10 anak yang diberi tindakan fisioterapi dada
dan 10 anak yang diberi tindakan pursed lips breathing. Gambaran hasil
pada intervensi fisioterapi dada didapatkan bahwa ada perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi fisioterapi dada pada anak
balita dengan pneumonia. Sedangkan pada kelompok intervemsi pursed
lips breathing didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
sebelum dan sesudah diberikan intervensi tersebut. Namun pada
intervensi fisioterapi dada dan pursed lips breathing didapatkan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan fisioterapi dada dan PLB pada anak balita dengan pneumonia.
Outcomes : Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap
bersihan jalan napas dengan P value 0,000. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan landasan dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri
pada anak balita yang mengalami pneumonia dengan bersihan jalan
napas.
Studi Desain : Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan
rancangan non randomized without control group pretest-posttest.

F. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pursed Lips Breathing

Berikut Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada artikel jurnal

oleh Muliasari dan Indrawati (2018), yakni:

PENGERTIAN Pursed lips breathing adalah latihan pernapasan dengan


menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan
cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu
ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi rehabilitasi paru-paru
dengan pursed lips breathing ini adalah cara yang sangat mudah
dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa
efek negative seperti pemakaian obat-obatan (Vatwani, 2019).

56
TUJUAN 1. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien
serta mengurangi kerja pernafasan.
2. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas.
3. Memperbaiki oksigenasi.
4. Mencegah pola aktifitas otot pernafasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang
terperangkap, serta mengurangi kerja bernafas (Saputri et al.,
2021).
INDIKASI 1. Dipsnea saat istirahat atau aktivitas minimal
2. Ketidakmampuan untuk melakukan ADL (Activity Daily
Living) akibat dyspnea
3. Klien dengan pola pernapasan tidak efisien
4. Klien post operasi dengan keluhan nyeri atau dengan
mobilitas terbatas.
KONTRA INDIKASI 1. Klien dengan asma parah yang ditandai dengan hiperinflasi
paru
2. Klien dengan pernapasan paradoksal
3. Peningkatan usaha untuk melakukan inspirasi
4. Peningkatan dispnea selama melakukan pursed lips breathing
PRE 1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
2. Siapkan alat-alat (respiratori rate timer dan pulse oximeter)
INTERAKSI
3. Cuci tangan
TAHAP 1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada
ORIENTASI
klien/keluarga
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama klien
5. Jaga privasi klien. Berikan lingkungan yang nyaman dan
tenang
PROSEDUR 1. Melakukan pengukuran suhu tubuh dengan termometer,
frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan saturasi oksigen
(TAHAP KERJA)
menggunakan pulse oximeter.
2. Mengatur posisi anak dengan posisi duduk/setengah duduk
dikursi atau tempat tidur atau lying position (posisi berbaring)
ditempat tidur.
3. Memberikan contoh cara meniup “tiupan lidah” dengan teknik
Pursed Lips Breathing (PLB) yaitu tarik nafas dalam melalui
hidung kemudian keluarkan udara melalui mulut yang
dimonyongkan atau dikerutkan seperti mencucu, sampai
“tiupan lidah” mengembang terisi udara sampai ujung.
4. Beri kesempatan pasien untuk mengulang cara meniup
“tiupan lidah” yang telah dicontohkan.
5. Lakukan teknik PLB tersebut sebanyak 30 kali dalam rentang
waktu 10-15 menit yang diselingi dengan nafas biasa dengan

57
ritme yang teratur.
6. Mendampingi dan memotivasi anak selama melakukan
aktivitas tersebut.
7. Memperhatikan kekuatan anak dalam melakukan teknik PLB
(Muliasari & Indrawati, 2018).
TERMINASI 1. Evaluasi perasaan klien setelah melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil kegiatan (lakukan pengukuran yang kedua
terhadap RR, HR dan saturasi oksigen serta data karakteristik
anak setelah intervensi dilakukan)
3. Simpulkan hasil kegiatan
4. Berikan umpan balik positif (pujian terhadap anak)
5. Kontrak pertemuan selanjutnya
6. Bereskan alat-alat
7. Cuci tangan

DOKUEMNTASI 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan:


a. Keluhan utama
b. Tindakan yang dilakukan (tehnik pursed lips breating)
c. Lama tindakan
d. Reaksi selama dan setelah pemberian tindakan
e. Respon pasien

58
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain karya ilmiah ini menggunakan pendekatan case study (studi kasus)

yaitu suatu pendekatan dengan melakukan penyelidikan intensif tentang individu

yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting

tentang perkembangan individu yang diteliti, (Irmawartini & Nurhaedah, 2017).

Studi kasus akan dilakukan pada klien anak Pneumonia dengan masalah

oksigenasi.

B. Penetapan Sampel

Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria

inklusi yakni anak umur 4-5 tahun dengan Pneumonia, kesadaran compos mentis

dan kriteria eksklusi yakni anak usia dibawah 3 tahun dengan penurunan

kesadaran. Sampel pada kajian ini akan direncanakan empat pasien yang terdiri

dari satu pasien dengan asuhan keperawatan lengkap dan tiga pasien dengan

resume keperawatan.

Subjek dalam penulisan karya ilmiah ini diperoleh dengan penjelasan dan

menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) dalam

pemberian asuhan keperawatan. Seluruh data dianalisis secara deskriptif dengan

menguji kesesuaian antara data subjektif dan objektif, serta menilai proses asuhan

keperawatan menggunakan pendekatan teori Konservasi Levine.

59
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan studi kasus bertempat di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou

Manado di Ruangan Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) dan waktu pelaksanaan

dimulai pada tanggal 26 Januari 2022 sampai dengan 05 Maret 2022.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui tahapan observasi, yang dapat dilihat secara

subjektif maupun objektif pada pasien (anak dengan pneumonia) secara langsung

melalui pengkajian terkait dengan keluhan anak khususnya yang berkaitan dengan

masalah oksigenasi, kemudian wawancara terstruktur pada anak dan orangtua

(keluarga yang menjaga dan merawat anak) yang mengetahui riwayat penyakit

dan keluhan anak, verifikasi secara objektif, pemeriksaan fisik. Adapun data

sekunder didapatkan dari analisis hasil dokumentasi rekam medik.

Teknik pengumpulan data didapatkan melalui instrumen berupa format

pengkajian berdasarkan teori konservasi levine dan berdasarkan lembar observasi

dalam implementasi penerapan EBN Pursed Lips Breathing yang dilihat dari

pengukuran respiratory rate dan pulse oximeter.

E. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk

menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan

penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan,

tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan

60
resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan

mudah dipahami sehingga responden tahu bagaimana penelitian ini

dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

2. Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden,

tetapi lembar tersebut hanya diberi kode/inisal.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian

berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan kelompok.

4. Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara

langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau

sampel yang akan diteliti.

(Hidayat et al., 2014)

61
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang 4 kasus Asuhan Keperawatan pada anak dengan

Pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi diruang PICU RSUP

Pro.Dr.R.D.Kandou Manado dengan penerapan EBN Teknik Pursed Lips

Breathing yang terbagi atas satu kasus asuhan keperawatan dan tiga resume

keperawatan.

A. HASIL

Kasus Pertama

1. Pengkajian

a. Identitas Umum

Nama : An.R.K Alamat: Bitung

Tempat/tgl lahir : Bitung, 21 Januari 2018 Agama:Kristen katolik

Usia : 4 tahun Suku Bangsa: Indonesia

Jenis kelamin : Perempuan

Identitas Orangtua

Ayah

Nama : Tn.S

Pendidikan : Diploma 3

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bitung

Ibu

Nama : Ny.M

62
Pendidikan : Diploma 3

Pekerjaan : IRT

Alamat : Bitung

Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status kesehatan


1. An.L 2 tahun Adik kandung Baik

b. Lingkugan Internal

1) Alasan MRS : ibu klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu

anaknya mengalami sesak napas, demam, batuk brdahak dan pilek,

oleh keluarga di bawah ke RSUD kota Bitung, kemudian klien di

rujuk ke RSUP Kandou Manado.

2) Faktor pencetus : -

3) Keluhan utama : sesak nafas

4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah : klien di beri posisi

setengah duduk dan diberi obat dari dokter.

5) Diagnosa Medik : Pneumonia

c. Lingkungan Eksternal

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Penyakit waktu kecil: klien tidak mempunyai penyakit serius dari

kecil, klien hanya sering flu, demam dan diare yang kemudian

sembuh setelah dirawat dan diberi pengobatan dari puskesmas atau

tempat praktek dokter.

b) Pernah dirawat di RS: belum pernah sebelumnya

63
c) Obat-obatan yang digunakan: -

d) Tindakan (operasi): tidak ada

e) Alergi:tidak ada

f) Kecelakaan: -

g) Imunisasi: Ibu klien mengatakan imunisasi dasar yang sudah

didapatkan anaknya sudah lengkap.

Usia
Jenis Selang Reaksi
No Pemberia Frekuensi
Imunisasi Waktu Pemberian
n
1. BCG 1 bln 1x - -
2. DPT (I,II,III) 2-4 bln 3x 4 minggu Bengkak
3. Polio (I,II,III, 1-4 bln 4x 4 minggu -
IV)
4. Campak 9 bln 1x - Demam
5. Hepatitis < 7hr-4 bln 4x 4 minggu -

2) Lingkungan

Ibu klien mengatakan keluarganya tinggal dirumah sendiri,

lingkungan rumah dalam keadaan bersih, aman dan nyaman, terdapat

ventilasi atau jendela sehingga sirkulasi udara baik dan sinar matahari

masuk ke dalam ruangan rumah. Rumah klien tidak memiliki tangga

dan lantai tidak licin.

3) Praktik budaya yang mempengaruhi kesehatan

Ibu klien mengatakan tidak ada budaya/kepercayaan terkait pemberian

imunisasi atau pemberian makanan ketika anak masih bayi, keluarga

hanya mengikuti instruksi dari tenaga medis puskesmas/posyandu.

4) Fasilitas kesehatan yang tersedia

Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit sering

64
dibawah ke puskesmas atau tempat praktek dokter.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram keluarga

X X X
X

X
X X

Keterangan :

: Laki-laki X : Meninggal : Klien

: Perempuan : Hubungan

Ibu klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memiliki

penyakit yang sama dengan klien. Tetapi ayah klien memiliki riwayat

penyakit hipertensi.

d. Pengkajian Konservasi

1) Konservasi Energi

a) Status nutrisi dan cairan

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Makanan/minuman yang Tidak ada makanan Klien hanya makan
disukai/tidak sukai yang tidak disukai bubur atau
makanan dari diet
gizi RS
Selera makan /minum Nafsu atau selera Nafsu makan klien
makan baik berkurang
Alat makan/minum yang Klien mampu Klien dibantu
dipakai menggunaka alat makan orangtua untuk
seperti sendok atau makan atau disuapii
garpu
Pola makan minum /jam 3-4x dalam sehari dan ± 2-3x dengan

65
porsi dihabiskan porsi tidak
dihabiskan

b) Eliminasi

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


BAB Frekuensi, 2x kali sehari, 1x kali sehari,
warna, konsistensi, lunak, bau konsistensi lunak,
konsistensi khas, warna kuning bau khas, warna
kuning
BAK Frekuensi, 4-5 kali sehari, bau khas, Klien terpasang
warna, Bau warna jernih kateter dengan
volume urine ±
800ml/hari, warna
jernih dan bau khas.

c) Istirahat dan tidur

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Pola tidur tidur ± 8 jam/hari ± 6 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur (perlu Memeluk boneka Memeluk
mainan, dibacakan cerita, benda kesayangan boneka
yang dibawa saat tidur, dll) kesayangan
Tidur siang ± 2 jam Tidak bisa
tidur

d) Aktivitas bermain

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Jenis permainan Klien sering Klien hanya
bermain bersama berbaring dan
teman sebaya kadang diberi
seperti petak hiburan berupa
umpet, mainan video lucu
masask-masak atau video
atau boneka dan kartun dari HP
banyak jenis orangtuanya.
permainan
lainnya
Frekuensi bermain ± 3 jam/hari -

e) Kebersihan Diri

Kebiasaan Sebelum Sakit Selama Sakit


Penampilan secara umum Bersih dan rapi Bersih, kurang
rapi

66
Frekuensi mandi 2x sehari Hanya di
washlap oleh
orangtuanya
Frekuensi mengganti pakaian 2x sehaari 1x sehari
Frekuensi menggososk gigi 2x sehaari 1x sehari

2) Konservasi Integritas Struktural

a) Keadaan umum dan kesadaran: KU lemah dan Kesadaran compos

mentis

b) Tanda-tanda Vital

- Suhu : 38 ºC

- Frekuensi Nafas : 46 x/mnt

- Tekanan darah : 90/60 mmHg

- Nadi : 104 x/mnt

- Saturasi Oksigen : 92%

c) Pengukuran antropometri

- Berat badan : 18 Kg

- Tinggi badan : 110 cm

d) Pemeriksaan fisik (Head toToe)

- Kepala

Inspeksi

• Bentuk dan kesimetrisan : normal dan simetris

• Kebersihan rambut & kulit kepala : bersih

• Lesi : tidak ada lesi

• Penyebaran rambut : merata

Palpasi

67
• Benjolan (ada/tidak) : tidak ada

• Nyeri tekan (ada/tidak) : tidak ada

• Tekstur rambut : halus

- Mata

• Pelpebra : normal

• Radang : tidak ada

• Sclera : unikterik

• Conjungtiva : merah muda

• Pupil : Isokor

• Posisi mata :Simetris

• Gerakan bola mata: normal

• Penutupan kelopak mata: normal

• Kemampuan visual: baik

- Hidung

• Bentuk : normal

• Struktur : simetris

• Secret / cairan: ada

- Telinga

• Posisi telinga: normal

• Ukuran / bentuk telinga: simetris

• Lubang telinga: Bersih

• Pemakaian alat bantu: tidak ada

68
• Pemeriksaan uji pendengaran: klien dapat mendengar dengan

jelas dan memberikan respon/kooperatif.

- Mulut

• Gigi

Keadaan gigi: belum lengkap

Karang gigi / karies: tidak ada

Gigi berlubang: tidak ada

• Gusi: normal dan merah

• Lidah : bersih

• Mukosa mulut : kering

• Tonsil:normal

• Palatum: normal

• Pengeluaran saliva berlebihan : tidak ada

- Faring

• Hyperemia : tidak ada

• Edema faring: tidak ada

• Abses pada retroaringeal/peritonsilar: tidak ada

- Laring

• Obstruksi pada laring: tidak ada

- Pemeriksaan paru

Inspeksi

• Kesimetrisan : simetris, terdapat retraksi dinding dada

• Gerakan dada : sama antara kanan/kiri

69
• Deformitas : tidak ada

• Penonjolan : tidak ada

• Pembengkakan : tidak ada

Palpasi

• Kesimetrisan: simetris

• Vokal fremitus: kanan dan kiri sama

Perkusi

• Pembesaran paru: tidak ada

• Suara: sonor

Auskultasi : ronchi

- Jantung

Inspeksi:

• Denyut apek: normal

• Ictus cordis: tidak teraba

Palpasi: ICS teraba di ICS V midklavikula sinistra

Perkusi: pembesaran tidak ada, suara: pekak

Auskultasi:

• Bunyi jantung tambahan : tidak ada

- Abdomen

Inspeksi

• Ukuran & bentuk: simetris

• Lesi/luka post operasi: tidak ada

• Stoma: tidak ada

70
Auskultasi:

• Peristaltik usus : 15x/menit

Perkusi: Tympani/redup

Palpasi:

• Organ hati tidak teraba

• Limpa tidak teraba

• Ketegangan dinding perut tidak ada

• Turgor kulit normal

- Pemeriksaan genitalia

Perempuan

Tidak ada keluhan, keadaan genetalia bersih, terpasang alat

bantu kateter pada uretra.

- Pemeriksaan anus:

• Adanya luka post op : tidak ada

• Kebersihan: bersih

• Anus : ada

- Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas atas dan bawah:

• Kelainan tulang belakang: tidak ada kelainan

• Spasme otot: tidak ada

• Paralysis: tidak ada

• Atropi/hipertropi: tidak ada

• Kontraktur: tidak ada

• Kelemahan/kelumpuhan: tidak ada

71
- Pemeriksaan kulit:

• Turgor kulit: sedikit lembek/kurang elastis

• Warna kulit: sedikit pucat

• Kelembaban: lembab

• Penyakit pada kulit: tidak ada

e) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

- Kemandirian dan bergaul:Sesuai Umur (√) Tidak Sesuai Umur ( )

- Motorik halus : Sesuai Umur (√ ) Tidak Sesuai Umur ( )

- Kognitif dan bahasa : Sesuai Umur (√ ) Tidak Sesuai Umur ( )

- Motorik kasar : Sesuai Umur (√ ) Tidak Sesuai Umur ( )

f) Data tambahan ( pemeriksaan penunjang)

- Hasil Laboratorium :

Hb : 11,8 g/dl (10-14 g/dl )

Leukosit : 14.900 ul ( 4-11rb /ul )

Hematokrit : 36,2 % ( 37-48 %)

Eritrosit : 4.900.000 ul ( 4,5-5,6 jt/ul)

Trombsit : 250.000 ul ( 150-350 rb/ul)

- Rontgen :

Hasil : Paru-paru tampak infiltrat pada parahilus bilateral

Kesimpulan : Pneumonia

g) Terapi medis (Pengobatan)

72
- IVFD RL 20 tetes/menit

- Oksigenasi 3 liter/menit/nasal prongs

- Injeksi Amikacin 125 mg/8 jam/IV

- Injeksi Paracetamol 100mg/IV

- Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam

3) Konservasi Integritas Personal

a) Identitas diri: Baik (√ ) Tidak Baik ( ) Lainnya (sebutkan )

b) Harga diri: Baik (√ ) Tidak Baik ( ) Lainnya (sebutkan )

c) Stress dan Koping : Baik (√) Tidak Baik ( ) Lainnya (sebutkan )

4) Konservasi Integritas Sosial

a) Pembawaan secara umum : Baik (√) Tidak Baik ( ) Lainnya

(sebutkan)

b) Hubungan dengan anggota keluarga: Baik (√) Tidak Baik ( )

Lainnya (sebutkan )

c) Support keluarga: Baik (√) Tidak Baik ( ) Lainnya (sebutkan )

d) Hubungan dengan teman sebaya: Baik (√) Tidak Baik ( ) Lainnya

(sebutkan )

d) Harapan keluarga terhadap tindakan petugas kesehatan (apa yang

diharapkan keluarga terhadap petugas kesehatan) : Cepat

sembuh/Pulang ke rumah (√)

73
2. Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Konsolidasi cairan sputum Bersihan jalan napas
Ibu klien mengatakan dijalan napas tidak efektif (D.0001)
anaknya tampak sesak
nafas.
DO:
- Klien tampak sesak
nafas
- RR: 46x/menit
- SPO2: 92%
- TD: 90/60 mmHg
- Terdapat suara
tambahan ronkhi
basah
- Terdapat sputum di
hiudng klien
- Hasil foto thoraks:
- Paru-paru tampak
infiltrat pada
parahilus bilateral
2. DS: Proses peradangan Hipertermi (D.0130)
- Ibu klien mengatakan
demam anaknya naik
turun
DO:
- Badan teraba hangat
- Suhu tubuh 38oC
- HR : 104x/menit
- RR: 46x/menit
- SPO2: 92%
- Leukosit 14.900 ul

74
3. DS: Kurangmya asupan Defisit Nutrisi (D.0019)
- Ibu klien mengatakan makanan
anaknya kurang nafsu
makan.
DO:
- Ku: lemah
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- Bising usus 15x/menit
- Mukosa bibir kering

3. Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kemampuan klien mempertahankan

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal, kemampuan integritas sosial, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan konsolidasi cairan

sputum dijalan nafas

b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

4. Hipotesis

Hipotesis terdiri dari tujuan dan rencana keperawatan berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI) :

75
NO. Hipotesis (Tujuan dan Kriteria Hasil) Intervensi
(SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
1 Bersihan Jalan Napas tidak Efektif Observasi
(D.0001) 1. Identifikasi kemampuan batuk
Tujuan : Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tanda vital (pernafasan,
intervensi keperawatan selama 3x24 suhu badan, tekanan darah dan nadi)
jam, maka diharapkan bersihan jalan 3. Monitor saturasi oksigen
napas (L.01001) meningkat. 4. Monitor bunyi napas tambahan
Dengan kriteria hasil: Terapeutik
a. Batuk efektif meningkat 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Produksi sputum menurun senyamannya pasien
c. Ronkhi menurun 2. Berikan minum hangat
d. Gelisah menurun 3. Lakukan teknik PLB (Pursed Lips
e. Frekuensi napas membaik Breathing)
f. Pola napas membaik 4. Berikan oksigen, jika perlu
g. Retraksi dinding dada berkurang Edukasi
atau menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur PLB
2. Ajarkan teknik PLB sesuai dengan SOP
3. Anjurkan teknik PLB dilakukan 30
kali dalam rentang waktu 10-15
menit.
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator, mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

76
2 Hipertermi (D.0130) Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifkasi penyebab hipertermi
intervensi keperawatan selama 2. Monitor suhu tubuh
3x24 jam, maka diharapkan 3. Monitor haluaran urine
termoregulasi (L.14134) Terapeutik
membaik. 1. Sediakan lingkungan yang dingin
Dengan kriteria hasil : 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
a. Menggigil menurun 3. Berikan cairan oral
b. Kulit merah menurun 4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
c. Kejang menurun jika mengalami hiperhidrosis (keringat
d. Pucat menurun berlebih)
e. Takikardi menurun 5. Lakukan pendinginan eksternal
f. Takipnea menurun Edukasi
g. Suhu tubuh membaik 1. Anjurkan tirah baring
h. Suhu kulit membaik Kolaborasi
i. Tekanan darah membaik 1. Pemberian cairan dan elektrolit intravena.
3 Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status nutrisi
jam, maka diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
(L.03030) membaik. makanan
Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
a. Porsi makan yang dihabiskan 4. Monitor asupan makanan
meningkat 5. Monitor berat badan
b. Kekuatan otot menelan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
c. Nyeri abdomen menurun jika perlu
d. Diare menurun 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
e. Berat badan membaik (mis.piramida makanan)
f. Indeks Massa Tubuh (IMT) 3. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
g. Frekuensi makan membaik 4. Berikan makanan tinggi kalori dan
h. Bising usus membaik tinggi protein
i. Membran mukosa membaik. Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.

5. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi (tindakan keperawatan) dilaksanakan selama 3 hari dimulai

tanggal 08 sampai 10 Februari 2022. Beberapa prinsip konservasi yang

diterapkan selama intervensi diantaranya konservasi energi, konservasi

77
integritas struktur, personal dan sosial. Pada pendekatan ini dituntut agar

dapat menjaga keutuhan dan promosi adaptasi yang disesuaikan dengan

pendekatan 3 S (SDKI, SLKI dan SIKI).

Hari/ Trophic
Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal ognosis
Selasa, 1 Konservasi Energi Jam : 13.45
08/02/22 08.15 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien belum bisa batuk Ibu klien mengatakan anak
efektif masih sesak napas dan batuk na
08.20 2. Memberikan minum hangat dengan sulit mengeluarkan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
sesuai dengan diet nya Objektif:
08.25 3. Memberikan posisi tidur kepala lebih 1. Anak tampak pernapasan
tinggi 15o dengan hasil: klien merasa cepat
nyaman. 2. RR : 44x/menit dan SPO2 9
08.30 4. Mempertahankan oksigen secara Nadi : 102x/menit, Suhu : 37,8
adekuat dengan hasil: klien terpasang 3. Bunyi napas rochi
O2 nasal canul 3 l/menit. 4. Refleks batuk kadang-kad
mash ada
Konservasi Integritas Struktur 5. Sekret bnyak kental putih
08.35 1.Memonitor tanda-tanda vital, dengan
hasil: TD: 90/60, RR: 46x/menit, Nadi: Assesment:
104x/menit, SB: 38ºC Bersihan jalan napas tidak ef
08.40 2.Memonitor saturasi oksigen dengan belum teratasi
hasil: SPO2 92%.
08.45 3.Memonitor bunyi napas tambahan Planning:
dengan hasil: bunyi napas tambahan 1.Identifikasi kemampuan batuk
ronchi. 2.Berikan minum air hangat
08.50 4.Mengatur posisi semi fowler dengan 3.Monitor tanda-tanda vital
hasil: pasien merasa nyaman 4.Monitor saturasi oksigen
08.55 5.Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB 5.Atur posisi semi fowler
dengan hasil: orangtua mengerti dan 6.Lakukan teknik PLB (Pursed
anak kooperatif. Breathing) sesuai dengan SOP
09.00 6.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 7.Libatkan orangtua
Breathing) sesuai dengan SOP dengan 8.Anjurkan dan motivasi ibu u
hasil: melakukan teknik PLB bers

78
09. 05 - Klien kooperatif dan mengikuti anak
teknik PLB yang diberikan, namun
hanya 15 kali dalam waktu 8 menit,
kemudian dilanjutkan lagi pada 10
menit berikutnya karena pasien
mudah merasa bosan dan teralihkan
perhatiannya
09.13 - Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
yang diajarkan
09.23 - Setelah 10 menit berikutnya
pemberian teknik PLB sebanyak 30
kali, klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental.
10.00 - Setelah 30 kali tindakan PLB,
RR:44x/menit, SPO2 92%.
10.03 7.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam
Konservasi Integritas Personal dan
Sosial
10.05 1.Melibatkan orangtua
10.07 2.Mengajarkan teknik PLB
10.12 3.Menganjurkan teknik PLB dilakukan
30 kali dalam rentang waktu 10-15
menit
10.15 4.Menganjurkan dan memotivasi ibu
untuk melakukan teknik PLB bersama
anak.
Selasa, 2 Konservasi Energi Jam: 13.50
08/02/22 10.16 1.Melonggarkan atau melepaskan Subjektif:
pakaian dengan hasil: klien Ibu mengatakan demam anak
menggunakan pakaian pendek, tidak masih naik turun
tebal dan menyerap keringat
10.18 2.Memonitor haluaran urine dengan Objektif:
hasil: klien terpasang kateter dan jumlah 1. KU: lemah, Kes: CM
urine 800ml/24 jam 2. TD: 100/60 mmHg, N
10.20 3.Menganjurkan tirah baring dengan 102x/menit, RR: 44x/menit, S
hasil: klien berbaring ditempat 37,8oC
tidurnya 3. Kulit teraba hangat
4. Anak tampak dikompres hang
Konservasi Integritas Struktur dahi nya.
10.22 1. Memonitor suhu tubuh dengan 5. Ibu tampak membasuh tubuh
hasil: suhu tubuh klien 38ºC. dengan air hangat
10.24 2.Menyediakan lingkungan yang dingin 6. Lingkungan ruangan ada
yakni: klien diruang rawat inap PICU disetting sesuai kebutuhan ana
dengan ruangan ber-AC 20-24o.
10.25 3.Memberikan cairan oral dengan hasil: Assesment:
klien diberi minum air putih oleh Hipertermi pada anak belum tera
orangtua

79
10.26 4.Melakukan pendinginan eksternal Planning:
yakni: berupa kompres air hangat 1. Monitor suhu tubuh
menggunakan handuk kecil 2. Longgarkan pakaian
12.00 5.Melakukan kolaborasi pemberian 3. Sediakan lingkungan yang din
antipiretik dengan hasil: klien diberi 4. Berikan cairan oral
Paracetamol sirup 4 x 5 ml. 5. Lakukan pendinginan ekste
berupa kompres hangat
Konservasi Integritas Personal 6. Kolaborasi pemberian antipire
07.30 1. Mengganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih) dengan
hasil: linen selalu diganti tiap pagi hari
10.28 2. Mengajarkan ibu menjaga
kestabilan suhu tubuh anak
10.30 3. Mengajarkan ibu untuk
mengompres hangat

Selasa, 3 Konservasi Energi Jam: 13.55


08/02/22 10.35 1. Mengidentifikasi status nutrisi Subjektif:
dengan hasil: status nutrisi klien Ibu mengatakan anaknya ku
berkurang karena klien kurang nafsu makan
makan dan lemas.
10.37 2. Mengidentifikasi alergi dan Objektif:
intoleransi makanan dengan hasil: 1. KU: lemah, Kes: CM
klien tidak memiliki riwayat alergi 2. TD: 100/60 mmHg, N
dan intoleransi makanan. 102x/menit, RR: 44x/menit, S
10.38 3. Mengidentifikasi makanan yang 37,8oC
disukai dengan hasil: klien 3. BB klien saat ini = 18 kg
menyukai makanan kuah. 4. BB klien sebelum sakit = 19kg
10.40 4. Memonitor asupan makanan 5. Tampak porsi makan t
dengan hasil: klien makanan bubur dihabiskan
dan lauk pauk dari diet gizi RS.
10.42 5. Memberikan makanan tinggi kalori Assesment:
dan tinggi protein sesuai program Defisit nutrisi pada anak be
diet teratasi
Konservasi Integritas Struktur
07.45 1. Melakukan oral hygiene sebelum Planning:
makan dengan hasil: klien dibantu 1. Identifikasi status nutrisi
ibunya untuk oral hygiene. 2. Monitor asupan makanan
10.48 2. Menganjurkan posisi duduk 3. Monitor BB
dengan hasil klien duduk ketika 4. Berikan makanan tinggi k
makan. dan tinggi protein
10.50 3. Memfasilitasi menentukan 5. Lakukan oral hygiene sebe
pedoman diet dengan hasil: klien makan
mengikuti program diet dari tim 6. Anjurkan posisi duduk
gizi RS. 7. Sajikan makanan secara men
08.10 4. Menyajikan makanan secara dan suhu yang sesuai
menarik dan suhu yang sesuai
10.52 5. Memonitor berat badan dengn
hasil: BB saat ini 18 kg, BB

80
sebelum sakit 19kg.
Konservasi Integritas Personal
dan Sosial
10.53 1. Melibatkan orangtua dalam
memotivasi anak untuk makan dan
program diet
10.55 2. Menganjurkan diet yang
diprogramkan dengan hasil
mengikuti diet yang dianjurkan.
11.00 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Rabu, 1 Konservasi Energi Jam:13.00
09/02/22 08.10 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien sudah mampu Ibu klien mengatakan anak
batuk efektif atau mengeluarkan masih sesak dan batuk namun s
08.13 dahaknya dapat banyak mengelua
2. Memberikan minum hangat dengan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
08.15 sesuai dengan diet nya Objektif:
3. Mempertahankan oksigen secara
1. Anak tampak pernapasan
adekuat dengan hasil: klien terpasang mulai teratur dan tenang
O2 nasal canul 3 l/menit. 2. RR : 38x/menit dan SPO2 9
Nadi : 102x/menit, Suhu : 37,7
08.20 Konservasi Integritas Struktur 3. Bunyi napas rochi
1. Memonitor tanda-tanda vital, dengan 4. Batuk efektif dan mengelua
hasil:, TD: 100/60 mmHg, RR: dahak
08.25 40x/menit, N : 102x/menit, SB:37,8 oC 5. Sekret bnyak kental putih
2. Memonitor saturasi oksigen dengan
08.27 hasil SPO2 92%. Assesment:
3.Memonitor bunyi napas tambahan Bersihan jalan napas tidak ef
dengan hasil: bunyi napas tambahan belum teratasi
08.30 ronchi.
4.Mengatur posisi semi fowler dengan Planning:
08.35 hasil: pasien merasa nyaman 1.Identifikasi kemampuan batuk
5.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 2.Berikan minum air hangat
Breathing) sesuai dengan SOP dengan 3.Monitor tanda-tanda vital
08.40 hasil: 4.Monitor saturasi oksigen
- Klien kooperatif dan mengikuti 5.Atur posisi semi fowler
teknik PLB yang diberikan sebanyak 6.Lakukan teknik PLB (Pursed
30 kali dalam waktu 15 menit yang Breathing) sesuai dengan SOP
08.55 diselingi dengan bernapas biasa.
- Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
08.58 yang diajarkan.
- Klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental saat
10.00 tindakan PlB diwaktu menit ke-10.

81
- Setelah 30 kali tindakan PLB,
10.02 RR:38x/menit, SPO2 93%.
6.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam

Konservasi Integritas Personal dan


10.05 Sosial
10.10 1.Melibatkan orangtua
10.15 2.Mengajarkan teknik PLB
3.Menganjurkan teknik PLB dilakukan
30 kali dalam rentang waktu 10-15
10.20 menit
4.Menganjurkan dan memotivasi ibu
untuk melakukan teknik PLB bersama
anak
Rabu, 2 Konservasi Energi Jam:13.30
09/02/22 10.22 1. Melonggarkan atau melepaskan Subjektif:
pakaian dengan hasil klien Ibu mengatakan demam anak
menggunakan pakaian pendek, tidak masih naik turun
tebal dan menyerap keringat
10.25 2.Menganjurkan tirah baring dengan Objektif:
hasil klien berbaring ditempat tidurnya 1. KU: lemah, Kes: CM
2. TD : 100/60 mmHg, R
Konservasi Integritas Struktur 38x/menit, N : 102x/m
8.20 1.Memonitor suhu tubuh dengan hasil SB:37,7 ºC.
suhu tubuh klien 37,8ºC. 3. Kulit teraba hangat
10.27 2.Menyediakan lingkungan yang dingin 4. Anak tampak dikompres hang
yakni klien diruang rawat inap PICU dahi nya.
dengan ruangan ber-AC 20-24o. 5. Ibu tampak membasuh tubuh
10.30 3.Memberikan cairan oral dengan hasil dengan air hangat
klien diberi minum air putih oleh 6. Lingkungan ruangan ada
orangtua disetting sesuai kebutuhan ana
10.32 4.Melakukan pendinginan eksternal
yakni berupa kompres air hangat Assesment:
menggunakan handuk kecil Hipertermi pada anak belum tera
12.00 5.Melakukan kolaborasi pemberian
antipiretik dengan hasil klien diberi Planning:
Paracetamol sirup 4 x 5 ml. 1. Monitor suhu tubuh
2. Longgarkan pakaian
Konservasi Integritas Personal 3. Sediakan lingkungan yang din
07.30 1. Mengganti linen setiap hari atau 4. Berikan cairan oral
lebih sering jika mengalami 5. Lakukan pendinginan ekste
hiperhidrosis (keringat berlebih) dengan berupa kompres hangat
hasil linen selalu diganti tiap pagi hari 6. Kolaborasi pemberian antipire
10.35 2. Mengajarkan ibu menjaga
kestabilan suhu tubuh anak
Rabu, 3 Konservasi Energi Jam: 13.45
09/02/22 10.38 1. Mengidentifikasi status nutrisi dengan Subjektif:
hasil: status nutrisi klien berkurang Ibu mengatakan anaknya m
karena klien kurang makan dan lemas. kurang nafsu makan

82
10.40 2. Memonitor asupan makanan dengan
hasil: klien makanan bubur dan lauk Objektif:
pauk dari diet gizi RS. 1. KU: lemah, Kes: CM
10.42 3. Memberikan makanan tinggi kalori 2. TD: 100/60 mmHg, N
dan tinggi protein sesuai program diet 102x/menit, RR: 38x/menit, S
Konservasi Integritas Struktur 37,7oC
07.45 1. Melakukan oral hygiene sebelum 3. BB klien saat ini = 18 kg
makan dengan hasil: klien dibantu 4. BB klien sebelum sakit = 19kg
ibunya untuk oral hygiene. 5. Tampak porsi makan t
10.45 2. Menganjurkan posisi duduk dengan dihabiskan
hasil klien duduk ketika makan.
10.48 3. Menyajikan makanan secara menarik Assesment:
dan suhu yang sesuai Defisit nutrisi pada anak be
10.50 4. Memonitor berat badan dengn hasil: teratasi
BB saat ini 18 kg, BB sebelum sakit
19kg. Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Identifikasi status nutrisi
dan Sosial 2. Monitor asupan makanan
10.52 1. Melibatkan orangtua dalam 3. Monitor BB
memotivasi anak untuk makan dan 4. Berikan makanan tinggi k
program diet dan tinggi protein
10.54 2. Menganjurkan diet yang 5. Lakukan oral hygiene sebe
diprogramkan dengan hasil mengikuti makan
diet yang dianjurkan. 6. Anjurkan posisi duduk
10.56 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli 7. Sajikan makanan secara men
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan suhu yang sesuai
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Kamis, 1 Konservasi Energi Jam:13.35
10/0222 08.05 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien sudah mampu Ibu klien mengatakan anak
batuk efektif atau mengeluarkan masih sesak dan batuk namun s
08.10 dahaknya dapat banyak mengelua
2. Memberikan minum hangat dengan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
08.15 sesuai dengan diet nya Objektif:
3. Mempertahankan oksigen secara1. Anak tampak pernapasan
adekuat dengan hasil: klien masih mulai teratur dan tenang
terpasang O2 nasal canul 3 l/menit. 2. RR : 34x/menit dan SPO2 9
Nadi : 104x/menit, Suhu : 37,5
08.20 Konservasi Integritas Struktur 3. Bunyi napas rochi
1.Memonitor tanda-tanda vital, dengan 4. Batuk efektif dan mengelua
hasil: TD : 100/60 mmHg, RR : dahak
08.25 36x/menit, N : 104x/menit, SB:37,7 C
o
5. Sekret bnyak kental putih
2.Memonitor saturasi oksigen dengan
08.27 hasil SPO2 93%. Assesment:
3.Memonitor bunyi napas tambahan Bersihan jalan napas belum tera
dengan hasil: bunyi napas tambahan
08.30 ronchi. Planning:
4.Mengatur posisi semi fowler dan pasien 1.Identifikasi kemampuan batuk
08.35 merasa nyaman 2.Berikan minum air hangat

83
5.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 3.Monitor tanda-tanda vital
08.40 Breathing) sesuai dengan SOP. 4.Monitor saturasi oksigen
6.Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB 5.Atur posisi semi fowler
08.45 dengan hasil: Lakukan teknik PLB (Pursed
- Klien kooperatif dan mengikuti Breathing) sesuai dengan SOP.
teknik PLB yang diberikan sebanyak
30 kali dalam waktu 15 menit yang
09.00 diselingi dengan bernapas biasa.
- Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
09.05 yang diajarkan.
- Klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental saat selesai
10.00 tindakan PLB.
- Setelah 30 kali tindakan PLB,
10.02 RR:34x/menit, SPO2 94%.
7.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam

Konservasi Integritas Personal dan


10.05 Sosial
10.08 1.Melibatkan orangtua
10.10 2.Mengajarkan teknik PLB
3.Menganjurkan teknik PLB dilakukan 30
10.15 kali dalam rentang waktu 10-15 menit
4.Menganjurkan dan memotivasi ibu
untuk melakukan teknik PLB bersama
anak.
Kamis, 2 Konservasi Energi Jam:13.45
10/0222 10.20 1. Melonggarkan atau melepaskan Subjektif:
pakaian dengan hasil klien Ibu mengatakan demam anak
menggunakan pakaian pendek, tidak masih naik turun
tebal dan menyerap keringat
10.22 2.Menganjurkan tirah baring dengan Objektif:
hasil klien berbaring ditempat tidurnya 1. KU: lemah, Kes: CM
2. TD : 100/60 mmHg, R
Konservasi Integritas Struktur 34x/menit, N : 104x/m
08.20 1.Memonitor suhu tubuh dengan hasil SB:37,5oC
suhu tubuh klien 37,7ºC. 3. Kulit teraba hangat
10.25 2.Menyediakan lingkungan yang dingin 4. Anak tampak dikompres hang
yakni klien diruang rawat inap PICU dahi nya.
dengan ruangan ber-AC 20-24o. 5. Ibu tampak membasuh tubuh
10.28 3.Memberikan cairan oral dengan hasil dengan air hangat
klien diberi minum air putih oleh 6. Lingkungan ruangan ada
orangtua disetting sesuai kebutuhan ana
10.30 4.Melakukan pendinginan eksternal
yakni berupa kompres air hangat Assesment:
menggunakan handuk kecil jika Hipertermi pada anak teratasi
demam

84
Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Monitor suhu tubuh anak
07.35 1. Mengganti linen setiap hari atau lebih 2. Longgarkan pakaian
sering jika mengalami hiperhidrosis 3. Sediakan lingkungan yang din
(keringat berlebih) dengan hasil linen 4. Berikan cairan oral
selalu diganti tiap pagi hari 5. Lakukan pendinginan ekste
10.35 2. Mengajarkan ibu menjaga kestabilan berupa kompres hangat
suhu tubuh anak Kolaborasi pemberian antipireti
Kamis, 3 Konservasi Energi Jam: 13.50
10/0222 10.36 1. Mengidentifikasi status nutrisi dengan Subjektif:
hasil: status nutrisi klien berkurang Ibu mengatakan anaknya m
karena klien kurang makan dan lemas. kurang nafsu makan
10.38 2. Memonitor asupan makanan dengan
hasil: klien makanan bubur dan lauk Objektif:
pauk dari diet gizi RS. 1. KU: lemah, Kes: CM
10.40 3. Memberikan makanan tinggi kalori 2. TD: 100/60 mmHg, N
dan tinggi protein sesuai program diet 104x/menit, RR: 34x/menit, S
Konservasi Integritas Struktur 37,5oC
07.50 1. Melakukan oral hygiene sebelum 3. BB klien saat ini = 18 kg
makan dengan hasil: klien dibantu 4. BB klien sebelum sakit = 19 k
ibunya untuk oral hygiene. 5. Tampak porsi makan t
10.42 2. Menganjurkan posisi duduk dengan dihabiskan
hasil klien duduk ketika makan.
10.45 3. Menyajikan makanan secara menarik Assesment:
dan suhu yang sesuai Defisit nutrisi pada anak be
10.48 4. Memonitor berat badan dengn hasil: teratasi
BB saat ini 18 kg, BB sebelum sakit
19kg. Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Identifikasi status nutrisi
dan Sosial 2. Monitor asupan makanan
10.50 1. Melibatkan orangtua dalam 3. Monitor BB
memotivasi anak untuk makan dan 4. Berikan makanan tinggi k
program diet dan tinggi protein
10.55 2. Menganjurkan diet yang 5. Lakukan oral hygiene sebe
diprogramkan dengan hasil mengikuti makan
diet yang dianjurkan. 6. Anjurkan posisi duduk
11.00 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli Sajikan makanan secara men
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan suhu yang sesuai
dan jenis nutrien yang dibutuhkan

85
Kasus Kedua

1. Pengkajian

An. A.T, usia 5 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan

keluhan sesak napas pada tanggal 10 Februari 2022 pukul 02.30 WIB dalam

keadaan compos mentis. Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14

Februari 2022, ibu klien mengatakan An.A.T sesak napas, batuk disertai

dahak kurang lebih sudah 2 minggu, demam sudah 2 hari naik turun. Klien

kemudian didiagnosis Pneumonia.

a. Konservasi Energi

Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan

minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya

berkurang, An.A.T makan 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.

Namun An.A.T tidak mengalami penurunan BB. Klien terpasang kateter

dengan volume urine ± 1000ml/hari, warna jernih dan bau khas. Klien

tidur ± 6 jam/hari dengan kebiasaan dielus oleh ibunya. Saat sakit klien

belum dapat beraktivitas bermain seperti biasanya, klien hanya berbaring

dan kadang menonton video kartun dari handphone orangtuanya.

b. Konservasi Integritas Struktural

Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital, yakni TD: 90/60 mmHg, Nadi: 106x/menit, RR:

38x/menit, SB: 37,6 ºC dan SPO2: 94%. Hasil pemeriksaan antropometri

BB: 20 kg, TB: 120 cm. Klien terpasang O 2 nasal canul 3 liter/menit.

Terdapat cairan atau sekret pada hidung. Terdapat retraksi dinding dada,

86
perkusi paru terdengar hipersonor, pada auskultasi paru terdengar ronchi.

Peristaltik usus 10x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal

02 Februari 2022: leukosit 12rb/ul ( nilai normal: 4-11rb /ul ). Hasil

pemeriksaan Rontgen: Paru-paru tampak infiltrat pada parahilus bilateral,

kesimpulan: Pneumonia. Terapi yang telah diberikan IVFD RL 26

tetes/menit, O2 nasal canul 3l/menit, nebulizer 1:1, ventolin : pumikot

c. Konservasi Integritas Personal

An.A.T berumur 4 tahun, mampu menyebutkan nama lengkap dan nama

panggilanya sehari-hari. Klien Nampak tenang jika bersama dengan

orangtuanya atau ibunya. Ibu klien mengatakan anaknya masih suka

menagis tiba-tiba jika keinginannya tidak terpenuhi.

d. Konservasi Integritas Sosial

An.A.T merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, klien mampu

berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh

perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang

dirasakan. Ibu klien maupun anggota keluarga yang lainnya selalu

bergantian untuk mendampingi klien. Hubungan klien dan keluarga

terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa

lemas.

2. Analisa Data

a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) yang ditandai dengan:

Data Subjektif:

- Ibu klien mengatakan anaknya sesak

87
- Ibu klien mengatakan anaknya klien batuk berdahak

Data Objektif:

- Klien tampak terpasang nasal kanul O2 3 l/m

- RR: 38x/menit

- SPO2: 94%

- TD: 90/60 mmHg

- SB : 37,6oC

- Terdapat suara tambahan ronchi

- Terdapat sputum di hiudng klien

- Hasil foto thoraks:

Paru-paru tampak infiltrat pada parahilus bilateral

b. Pola napas tidak efektif (D.0005) yang ditandai dengan:

Data Subjektif:

- Ibu klien mengatakan anak-nya sesak

Data Objektif:

- Klien nampak sesak

- Terdapat retraksi dinding dada

- Terdapat sekret di hidung klien

- Pernapasan cepat dan dangkal

- RR: 38x/menit

- SPO2: 94%

- Terpasang O2 nasal kanul 3 l/menit.

88
3. Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kemampuan klien mempertahankan

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal, kemampuan integritas sosial, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) Berikut diagnosa atau masalah keperawatan pada kasus di atas:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan konsolidasi cairan

sputum dijalan nafas

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Compliance paru menurun

4. Hipotesis

Hipotesis terdiri dari tujuan dan rencana keperawatan berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI) :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan bersihan jalan napas (L.01001) meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Ronkhi menurun

4) Gelisah menurun

5) Frekuensi napas membaik

6) Pola napas membaik

89
7) Retraksi dinding dada berkurang atau menurun

Rencana Keperawatan:

Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor tanda-tanda vital (pernafasan, suhu badan, tekanan darah dan

nadi)

3) Monitor saturasi oksigen

4) Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler atau fowler senyamannya pasien

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan teknik PLB (Pursed Lips Breathing)

4) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur PLB

2) Ajarkan teknik PLB sesuai dengan SOP

3) Anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15

menit.

Kolaborasi

Pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

b. Pola napas tidak efektif (D.0005)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan pola napas (L.01004) membaik.

90
Kriteria Hasil:

1) Tekanan ekspirasi meningkat

2) Tekanan inspirasi meningkat

3) Dispnea menurun

4) Penggunaan otot bantu napas menurun

5) Pernafasan cuping hidung menurun

6) Frekuensi napas membaik

7) Kedalaman napas membaik

Observasi

1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

2) Monitor pola napas

3) Auskultasi bunyi napas

4) Monitor saturasi oksigen

Terapeutik

1) Posisikan semi-Fowler atau Fowler

2) Berikan oksigen

3) Dokumentasikan hasil pemantauan

Kolaborasi

Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

5. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi (tindakan keperawatan) dilaksanakan pada tanggal 14 – 16

Februari 2022 serta dievvaluasi setelah selesai tindakan.

Triphicognosis pertama: Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

91
a. Konservasi Energi

Pada implementasi konservasi energi, tindakan yang dilakukan berupa

mengidentifikasi kemampuan batuk dengan hasil dihari pertama klien

batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua

sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian

memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien

minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala

lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien

merasa nyaman. Mempertahankan oksigen secara adekuat selama 3 hari

klien masih terpasang O2 nasal canul 3 l/menit.

b. Konservasi Integritas Struktur

Memonitor tanda-tanda vital klien dengan hasil hari pertama didapatkan

TD: 90/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 106x/menit, SB: 37,6ºC, pada

hari kedua TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 104x/menit, SB:

37,6ºC dan pada hari ketiga TD: 90/60 mmHg, RR: 36x/menit, Nadi:

104x/menit, SB: 37,5ºC. Memonitor saturasi oksigen dengan hasil SPO2

pada hari pertama dan hari kedua 94%, dan hari ketiga meningkat 95%.

Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga

bunyi napas terdengar ronchi. Mengatur posisi semi fowler sebelum

dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan

hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips

Breathing) sesuai dengan SOP dengan hasil klien kooperatif dan

mengikuti teknik PLB yang diberikan sebanyak 30 kali dalam waktu 15

92
menit pada hari pertama sampai hari ketiga yang diselingi dengan bernapas

biasa, respon pasien saat dilakukan tindakan PLB mampu memahami dan

mengikuti teknik yang diajarkan. Klien batuk efektif setelah 10 kali

tindakan PLB dan nampak sekret kental berwarna putih pada hari pertama,

dan pada hari kedua dan ketiga klien batuk efektif setelah 15 kali tindakan

PLB. Setelah 30 kali tindakan PLB, didapatkan evaluasi hasil pengukuran

hari pertama sampai hari ketiga:

Hari pertama Hari kedua Hari ketiga


RR: 40x/menit RR: 38x/menit RR: 36x/menit
SpO2: 94% SpO2: 95% SpO2: 95%

c. Konservasi Integritas Personal dan Sosial

Melibatkan orangtua salama proses perawatan dan penerapan tindakan

PLB selama 3 hari rawatan, mengajarkan teknik PLB pada orangtua 30

kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak

dapat berperan aktif untuk mengatasi masalah oksigenasi, serta

menganjurkan dan memotivasi ibu untuk melakukan teknik PLB bersama

anak.

Triphicognosis pertama: Pola napas tidak efektif (D.0005)

a. Konservasi Energi

Memposisikan semi fowler selama hari pertama sampai ketiga klien

merasa nyaman. Memberikan oksigen selama hari pertama sampai hari

ketiga klien terpasang O2 nasal canul 3l/menit.

b. Konservasi Integritas Struktur

Memonitor pola napas selama hari pertama sampai hari kedua pola napas

93
klien tidak teratur dengan RR hari pertama dan kedua 38x/menit, hari

ketiga RR: 36x/menit. Mengauskultasi bunyi napas selama hari pertama

sampai hari ketiga dengan hasil bunyi napas masih ronchi. Memonitor

saturasi oksigen dengan hasil SPO2 pada hari pertama dan hari kedua 94%,

dan hari ketiga meningkat 95%. Mendokumentasikan hasil pemantauan

dari hari pertama sampai hari ketiga.

c. Konservasi Integritas Personal dan Sosial

Melibatkan orangtua salama proses perawatan dan penerapan tindakan

PLB selama 3 hari rawatan. Mengajarkan orangtua agar dapat memantau

perkembangan pola napas anak selama 3 hari rawatan dengan hasil

orangtua sering mealpor keadaan perkembangan anak.

Kasus Ketiga

1. Pengkajian

An. G.L usia 4 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan

keluhan sesak napas pada tanggal 10 Februari 2022 pukul 11.00 WIB. Ibu

klien mengatakan An.G.L sebelum masuk RS, anak demam naik turun, batuk,

pilek, sesak napas kurang lebih sudah 4 hari. Kemudian ibu klien membawa

anaknya kepusat pelayanan kesehatan terdekat. Akan tetapi sesak tidak

berkurang justru semakin parah, kemudian keluarga langsung membawa

anaknya ke RSUP Prof.R.D.Kandou Manado dan kemudian didiagnosis

Bronkopneumonia.

94
a. Konservasi Energi

Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan

minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya

berkurang, An.G.L makan ± 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.

Namun An. G.L tidak mengalami penurunan BB. Klien terpasang kateter

dengan volume urine ± 800ml/hari. Klien tidur ± 6 jam/hari. Saat sakit

klien belum dapat beraktivitas bermain seperti biasanya, klien hanya

berbaring dan kadang menonton video kartun dari handphone orangtuanya.

b. Konservasi Integritas Struktur

Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital, yakni TD: 90/60 mmHg, Nadi: 106x/menit, RR:

40x/menit, SB: 37,4 ºC dan SPO2: 94%. Hasil pemeriksaan antropometri

BB: 19 kg, TB: 110 cm. Klien terpasang O 2 nasal canul 2 liter/menit.

Terdapat cairan atau sekret pada hidung. Terdapat retraksi dinding dada,

pada auskultasi paru terdengar ronchi. Hasil pemeriksaan laboratorium

pada tanggal 02 Februari 2022: leukosit 16rb/ul ( nilai normal: 4-11rb /ul ).

Hasil pemeriksaan Rontgen: tampak infiltrat di perikardial kanan, tampak

gambaran opak nodular diperihiler kanan, kesimpulan: Pneumonia. Terapi

yang telah diberikan IVFD RL 24 tetes/menit, O2 nasal canul 2l/menit,

nebulizer 1:1, ventolin : pumikot.

c. Konservasi Integritas Personal

An.G.L berumur 4 tahun, mampu menyebutkan nama lengkap dan nama

panggilanya sehari-hari. Klien Nampak tenang jika bersama dengan

95
orangtuanya atau ibunya. Ibu klien mengatakan anaknya masih suka rewel

jika ditinggal oleh ibunya atau dibiarkan sendiri diruangan.

d. Konservasi Integritas Sosial

An.G.L merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, klien mampu

berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh

perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang

dirasakan. Ibu klien maupun anggota keluarga yang lainnya selalu

bergantian untuk mendampingi klien. Hubungan klien dan keluarga

terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa

lemas.

2. Analisa Data

Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) yang ditandai dengan:

Data Subjektif:

- Ibu klien mengatakan anaknya sesak

Data Objektif:

- Klien nampak sesak napas

- Klien nampak terpasang nasal canul O2 2l/menit

- RR: 40x/menit

- SPO2: 94%

- TD: 90/60 mmHg

- SB : 37,4oC

- Terdapat suara tambahan ronchi

- Terdapat sputum di hiudng klien

96
- Hasil foto thoraks:

Paru-paru tampak infiltrat di perikardial kanan, tampak gambaran opak

nodular diperihiler kanan.

3. Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kemampuan klien mempertahankan

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal, kemampuan integritas sosial, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) Berikut diagnosa atau masalah keperawatan pada kasus di atas:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan konsolidasi cairan

sputum dijalan nafas.

4. Hipotesis

Hipotesis terdiri dari tujuan dan rencana keperawatan berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI):

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan bersihan jalan napas (L.01001) meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Ronkhi menurun

4) Gelisah menurun

97
5) Frekuensi napas membaik

6) Pola napas membaik

7) Retraksi dinding dada berkurang atau menurun

Rencana Keperawatan:

Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor tanda-tanda vital (pernafasan, suhu badan, tekanan darah dan

nadi)

3) Monitor saturasi oksigen

4) Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler atau fowler senyamannya pasien

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan teknik PLB (Pursed Lips Breathing)

4) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur PLB

2) Ajarkan teknik PLB sesuai dengan SOP

3) Anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit.

Kolaborasi

Pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

5. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi (tindakan keperawatan) dilaksanakan pada tanggal 17-20

98
Februari 2022 serta dievvaluasi setelah selesai tindakan.

Triphicognosis: Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

a. Konservasi Energi

Pada implementasi konservasi energi, tindakan yang dilakukan berupa

mengidentifikasi kemampuan batuk dengan hasil dihari pertama klien

batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua

sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian

memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien

minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala

lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien

merasa nyaman. Mempertahankan oksigen secara adekuat selama 3 hari

klien masih terpasang O2 nasal canul 2 l/menit.

b. Konservasi Integritas Struktur

Memonitor tanda-tanda vital klien dengan hasil hari pertama didapatkan

TD: 90/60 mmHg, RR: 40x/menit, Nadi: 106x/menit, SB: 37,6ºC, pada

hari kedua TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 104x/menit, SB:

37,6ºC dan pada hari ketiga TD: 100/60 mmHg, RR: 36x/menit, Nadi:

106x/menit, SB: 37,5ºC. Memonitor saturasi oksigen dengan hasil SPO2

pada hari pertama 94%, dan hari kedua dan ketiga meningkat 95%.

Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga

bunyi napas terdengar ronchi. Mengatur posisi semi fowler sebelum

dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan

hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips

99
Breathing) sesuai dengan SOP dengan hasil klien kooperatif dan

mengikuti teknik PLB yang diberikan sebanyak 30 kali dalam waktu 15

menit yang diselingi dengan bernapas biasa, respon pasien saat dilakukan

tindakan PLB mampu memahami dan mengikuti teknik yang diajarkan.

Klien batuk efektif setelah 15 kali tindakan PLB dan nampak sekret kental

berwarna putih pada hari pertama dan kedua setelah tindakan. Kemudian

pada hari ketiga klien batuk efektif dan mengeluarkan sekret setelah 20kali

tindakan PLB. Setelah 30 kali tindakan PLB, didapatkan evaluasi hari

pertama sampai hari ketiga yakni:

Hari pertama Hari kedua Hari ketiga


RR: 40x/menit RR: 38x/menit RR: 36x/menit
SpO2: 94% SpO2: 95% SpO2: 95%

c. Konservasi Integritas Personal dan Sosial

Melibatkan orangtua salama proses perawatan dan penerapan tindakan

PLB selama 3 hari rawatan, mengajarkan teknik PLB pada orangtua 30

kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak

dapat berperan aktif untuk mengatasi masalah oksigenasi, serta

menganjurkan dan memotivasi ibu untuk melakukan teknik PLB bersama

anak.

Kasus keempat

1. Pengkajian

An. D.R, usia 5 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan

keluhan sesak napas pada tanggal 18 Februari 2022 pukul 07.30 WIB dalam

100
keadaan compos mentis. Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22

Februari 2022, ibu klien mengatakan An.D.R sesak napas dan batuk berdahak

sejak 2 minggu yang lalu. Klien terpasang nasal canul 4 liter/menit, klien

tampak sesak, tampak pucat, terdapat sekret pada hidung klien. Pernapasan

klien cepat dan dangkal, terdapat pernapasan cuping hidung. Klien kemudian

didiagnosis Pneumonia.

a. Konservasi Energi

Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan

minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya

berkurang, An.D.R makan 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.

Namun An. D.R tidak mengalami penurunan BB. Klien terpasang kateter

dengan volume urine ± 900ml/hari, warna jernih dan bau khas. Klien tidur

± 6 jam/hari dengan kebiasaan dielus oleh ibunya. Saat sakit klien belum

dapat beraktivitas bermain seperti biasanya, klien hanya berbaring dan

kadang menonton video kartun dari handphone orangtuanya.

b. Konservasi Integritas Struktur

Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital, yakni TD: 90/60 mmHg, Nadi:123x/menit, RR:

40x/menit, SB: 36,8 ºC dan SPO2: 93%. Hasil pemeriksaan antropometri

BB: 24 kg, TB: 119 cm. Konjungtiva sedikit anemis. Klien terpasang O 2

nasal canul 4 liter/menit. Terdapat cairan atau sekret pada hidung.

Terdapat retraksi dinding dada dan pernapasan cuping hidung. Pada

auskultasi paru terdengar ronchi. Hasil pemeriksaan Rontgen: paru-paru

101
tampak infiltrat pada parahilus bilateral, kesimpulan: Pneumonia. Terapi

yang telah diberikan IVFD RL 15 tetes/menit, O2 nasal canul 4l/menit,

Nebu Combivent 1 respul + NaCl 0,9 /12 jam

c. Konservasi Integritas Personal

An.D.R berumur 5 tahun, mampu menyebutkan nama lengkap dan nama

panggilanya sehari-hari. Klien nampak tenang jika bersama dengan

orangtuanya atau ibunya. Ibu klien mengatakan anaknya masih suka rewel

jika ditinggal oleh ibunya atau dibiarkan sendiri diruangan.

e. Konservasi Integritas Sosial

An.D.R merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, klien mampu

berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh

perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang

dirasakan. Ibu klien maupun anggota keluarga yang lainnya selalu

bergantian untuk mendampingi klien. Hubungan klien dan keluarga

terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa

lemas.

2. Analisa Data

Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) yang ditandai dengan:

Data Subjektif:

- Ibu klien mengatakan anaknya sesak

- Ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak

Data Objektif:

- Klien nampak sesak napas

102
- Klien nampak terpasang nasal canul O2 4 l/menit

- Pernapasan tampak cepat dan dangkal

- Terdapat pernapasan cuping hidung

- RR: 40x/menit

- SPO2: 93%

- TD: 90/60 mmHg

- SB : 36,8oC

- Terdapat suara tambahan ronchi

- Terdapat sputum di hidung klien

- Hasil foto thoraks:

Paru-paru tampak infiltrat pada parahilus bilateral

3. Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kemampuan klien mempertahankan

konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal, kemampuan integritas sosial, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) Berikut diagnosa atau masalah keperawatan pada kasus di atas:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan

napas.

4. Hipotesis

Hipotesis terdiri dari tujuan dan rencana keperawatan berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI):

103
Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan bersihan jalan napas (L.01001) meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Batuk efektif meningkat

2) Produksi sputum menurun

3) Ronkhi menurun

4) Gelisah menurun

5) Frekuensi napas membaik

6) Pola napas membaik

7) Retraksi dinding dada berkurang atau menurun

Rencana Keperawatan:

Observasi

1) Identifikasi kemampuan batuk

2) Monitor tanda-tanda vital (pernafasan, suhu badan, tekanan darah dan

nadi)

3) Monitor saturasi oksigen

4) Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik

1) Atur posisi semi fowler atau fowler senyamannya pasien

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan teknik PLB (Pursed Lips Breathing)

4) Berikan oksigen, jika perlu

104
Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur PLB

2) Ajarkan teknik PLB sesuai dengan SOP

3) Anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit.

Kolaborasi

Pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

5. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi (tindakan keperawatan) dilaksanakan pada tanggal 22-24

Februari 2022 serta dievaluasi setelah selesai tindakan.

Triphicognosis: Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

a. Konservasi Energi

Pada implementasi konservasi energi, tindakan yang dilakukan berupa

mengidentifikasi kemampuan batuk dengan hasil dihari pertama klien

batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua

sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian

memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien

minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala

lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien

merasa nyaman. Mempertahankan oksigen secara adekuat selama 3 hari

klien masih terpasang O2 nasal canul 4 l/menit.

b. Konservasi Integritas Struktur

Memonitor tanda-tanda vital klien dengan hasil hari pertama didapatkan

TD: 90/60 mmHg, RR: 40x/menit, Nadi: 123x/menit, SB: 36,8ºC, pada

105
hari kedua TD: 90/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 114x/menit, SB:

36,8ºC dan pada hari ketiga TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi:

116x/menit, SB: 36,7ºC. Memonitor saturasi oksigen dengan hasil SPO2

pada hari pertama 93%, hari kedua 94% dan ketiga meningkat 95%.

Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga

bunyi napas terdengar ronchi. Mengatur posisi semi fowler sebelum

dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan

hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips

Breathing) sesuai dengan SOP dengan hasil klien kooperatif dan

mengikuti teknik PLB yang diberikan sebanyak 30 kali dalam waktu 15

menit yang diselingi dengan bernapas biasa, respon pasien saat dilakukan

tindakan PLB mampu memahami dan mengikuti teknik yang diajarkan.

Klien batuk efektif setelah 30 kali tindakan PLB dan nampak sekret kental

berwarna putih pada hari pertama dan kedua setelah tindakan. Kemudian

pada hari ketiga klien batuk efektif dan mengeluarkan sekret setelah 20kali

tindakan PLB. Setelah 30 kali tindakan PLB, didapatkan evaluasi hari

pertama sampai hari ketiga:

Hari pertama Hari kedua Hari ketiga


RR: 40x/menit RR: 38x/menit RR: 38x/menit
SpO2: 93% SpO2: 94% SpO2: 95%

c. Konservasi Integritas Personal dan Sosial

Melibatkan orangtua selama proses perawatan dan penerapan tindakan

PLB selama 3 hari rawatan, mengajarkan teknik PLB pada orangtua 30

kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak

106
dapat berperan aktif untuk mengatasi masalah oksigenasi, serta

menganjurkan dan memotivasi ibu untuk melakukan teknik PLB bersama

anak.

B. PEMBAHASAN

Pada sub Bab ini berisi analisis penerapan teori konservasi Levine dalam empat

kasus asuhan keperawatan anak dengan pneumonia yang di rawat di ruang PICU

yang mengalami masalah oksigenasi dan analisis penerapan EBN Pursed Lips

Breathing pada ke empat kasus tersebut

Pada empat kasus kelolaan yang terpilih menjadi pembahasan dalam

penulisan ini, merupakan gambaran situasi pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada

anak yang dirawat di PICU. Pendekatan yang digunakan pada empat kasus

tersebut, yaitu menggunakan model konservasi dari Levine. Berdasarkan model

konservasi Levine, praktek keperawatan diarahkan mempromosikan keutuhan

untuk semua orang, baik sehat ataupun sakit. Pasien adalah mitra atau peserta

dalam asuhan keperawatan dan sementara tergantung pada perawat. Tujuan

asuhan keperawatan adalah untuk mengakhiri ketergantungan tersebut secepat

mungkin (Subakti, 2012).

Proses keperawatan dengan menggunakan teori tersebut meliputi

pengkajian konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas

personal dan konservasi integritas sosial. Langkah berikutnya menetapkan

trophicognosis atau masalah keperawatan, menentukan hipotesis dan terakhir

implementasi dan evaluasi.

107
1. Pengkajian

Menurut Levine, pengkajian merupakan proses mengumpulkan data

provokatif melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan empat

prinsip konservasi. Pengkajian pada model konservasi Levine merupakan

keterampilan untuk mengumpulkan data mengenai empat prinsip konservasi.

Empat prinsip konservasi tersebut meliputi konservasi energi, konservasi

integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas

sosial. Pada pengkajian yang sudah dilakukan berdasarkan prinsip konservasi

tersebut ditemukan beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan oksigenasi (Fawcett & Swoyer, 2008).

Pada ke empat kasus yang ada dalam pembahasan ini didapatkan

pengumpulan provokatif melalui observasi dan wawancara secara langsung,

serta data sekunder melalui status rekam medis pasien. Klien dalam empat

kasus asuhan keperawatan ini adalah anak berusia 4-5 tahun. Sebastian et al.,

(2008) menyebutkan bahwa kelompok usia anak yang lebih beresiko

mengalami pneumonia terjadi pada kelompok usia yang lebih kecil dan lebih

besar dari pada usia sekolah. Hal ini berarti anak di usia prasekolah (3-5 tahun)

cenderung lebih berisiko untuk menderita penyakit Pneumonia.

a. Pengkajian terkait konservasi energi

Dalam pengkajian konservasi energi, data yang didapatkan dari empat

kasus tersebut memiliki tanda dan gejala yang sama yakni status nutrisi

dan cairan yang kurang adekuat ditandai dengan anak kurang nafsu makan,

porsi makan tidak dihabiskan, anak makan ± 2-3x/hari. Namun pada kasus

108
pertama, anak mengalami penurunan BB 1 kg sehingga diangkat masalah

keperawatan defisit nutrisi yang disesuaikan dengan tanda dan gejala

minor pada masalah keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017). Namun pada kasus kedua sampai

ke empat tidak mengalami penurunan BB. Kemudian untuk eliminasi pada

ke empat kasus didapatkan data ke empat anak menggunakan kateter

dengan jumlah urin normal 800-1000ml/24 jam. Pada ke empat anak untuk

aktivitas bermain, pada saat sakit hanya bisa berbaring dan kadang diberi

hiburan nonton kartun dihandphone.

b. Pengkajian terkait konservasi integritas struktur

Dalam pengkajian konservasi integritas struktur, data yang didapatkan dari

ke empat kasus berkaitan dengan masalah oksigenasi atau pemenuhan

kebutuhan oksigen ditemukan data yang sama, yaitu adanya sekret di jalan

napas, bunyi paru ronchi, sesak napas, frekuensi napas yang tidak teratur,

saturasi oksigen yang tidak stabil, tanda-tanda vital yang tidak stabil, hasil

pemeriksaan darah yang tidak normal dan hasil pemeriksaan rontgen yang

menunjukkan adanya pneumonia. Tanda-tanda vital anak dari empat kasus

mengalami masalah pernapasan ditunjukkan dengan data respirasi dan

saturasi oksigen. Pada kasus pertama didapatkan respirasi: 46x/menit dan

SPO2: 94%. Pada kasus kedua respirasi: 40x/menit dan SPO 2: 94%. Pada

kasus ketiga, respirasi: 46x/menit, SPO2: 94%. Pada kasus ke empat

respirasi: 40x/menit dan SPO2: 93%. Kemudian pada kasus pertama klien

didapatkan demam dengan suhu badan: 38oC. Pada tiga kasus lainnya suhu

109
badan anak normal. Menurut Andarmoyo (2012), adanya peningkatan suhu

tubuh dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga kebutuhan

oksigen dijaringan akan meningkat pula.

c. Pengkajian terkait integritas personal

Dalam pengkajian konservasi integritas personal, data yang didapatkan

dari ke empat kasus berdasarkan observasi dan wawancara baik pada klien

maupun orangtua klien yakni ke empat klien mampu menyebutkan nama

lengkap dan nama panggilan sehari-hari, nampak tenang jika bersama

dengan orangtua atau ibu klien. Namun, masih suka rewel atau menangis

jika keinginan anak tidak terpenuhi.

d. Pengkajian terkait integritas sosial

Dalam pengkajian konservasi integritas sosial, data yang didapatkan dari

ke empat kasus yakni anak mampu berinteraksi dengan baik, namun jika

ada tindakan keperawatan berupa pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium oleh perawat, anak akan berteriak dan menangis karena takut

dan sakit yang dirasakan. Ibu atau anggota keluarga yang lainnya selalu

bergantian untuk mendampingi klien. Hubungan anak dan keluarga terlihat

baik. Namun, interaksi masih terbatas karena ke empat anak masih dalam

kondisi lemas.

Berdasarkan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini

tumbuh kembang anak menurut Kemenkes RI (2016) yakni pada masa anak

usia prasekolah pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi perkembangan

dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan

110
proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan

keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa

ini selain lingkungan didalam rumah, maka lingkungan di luar rumah

diperkenalkan. Anak mulai senang bermain diluar rumah. Hal ini berisiko bagi

anak untuk terpapar dan tertular penyakit infeksi seperti influenza dan

pneumonia dari teman-teman sepermainan dan lingkungan tempat anak

bermain diluar rumah.

2. Trophicognosis

Menegakkan diagnosa kedalam konsep model konservasi Levine

dirumuskan dalam rumusan pernyataan atau justifikasi yang disebut dengan

trophicognosis. Trophicognosis diangkat berdasarkan kebutuhan klien yang

memerlukan tindakan perawatan berdasarkan manifestasi klinis yang

ditemukan pada klien (Hartini, 2012).

Berdasarkan pengkajian pada ke empat kasus dapat diangkat beberapa

masalah keperawatan. Pada kasus pertama terdapat tiga masalah keperawatan

yakni bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermi dan defisit nutrisi. Pada

kasus kedua dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif

dan pola napas tidak efktif. Pada kasus ketiga dan keempat dengan masalah

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Berdasarkan data tersebut,

trophicognosis yang dapat diangkat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi yang ditemukan pada ke empat kasus yang sama adalah bersihan

jalan napas tidak efektif. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan

produksi sekret pada anak terutama pada anak dengan pneumonia.

111
Trophicognosis atau masalah keperawatan utama pada ke empat kasus

tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Damai dan Sensussiana

tahun 2020 tentang asuhan keperawatan pasien anak dengan pneumonia dalam

pemenuhan kebutuhan oksigenasi, dimana diagnosa keperawatan didapati pada

anak adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

hipersekresi jalan napas (D.0001) yang ditandai dengan sekret yang tertahan.

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan

napas tetap paten, dengan tanda atau gejala batuk tidak efektif, tidak mampu

batuk, sputum berlebih, wheezing atau ronchi, pola napas dan frekuensi napas

berubah (PPNI, 2018). Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik yaitu adanya

batuk yang tidak efektif, sputum berlebih, perubahan frekuensi napas,

perubahan pola napas (Rofifah, 2020).

3. Hipotesis

Hipotesis keperawatan berdasarkan pada rumusan masalah yang sudah

ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari validasi pada klien tentang

masalah yang dialami klien. Perawat melakukan hipotesis terhadap tantangan

masalah tersebut. Levine (1990) mengatakan bahwa dalam perencanaan,

perawat mengusulkan hipotesis tentang masalah dan solusi yang menjadi

rencana perawatan, tujuannya adalah untuk mempertahankan keutuhan dan

mempromosikan adaptasi (Risnah & Irwan, 2021).

Hipotesis yang telah ditegakkan secara lengkap pada masing-masing

empat kasus dapat dilihat lebih rinci pada bagian hasil dari asuhan keperawatan

112
kasus satu sampai dengan kasus empat yang diuraikan dalam bentuk asuhan

keperawatan dan resume keperawatan berdasarkan pendekatan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI).

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Pada masalah

keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, tindakan keperawatan dengan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) yang dilakukan terkait

dengan konservasi energi antara lain: identifikasi kemampuan batuk, berikan

minum air hangat, berikan posisi tidur kepala lebih tinggi 15 o, pertahankan

oksigen secara adekuat. Intervensi berdasarkan konservasi integritas struktur

antara lain: monitor tanda-tanda vital, monitor saturasi oksigen, monitor bunyi

napas, atur posisi semi fowler, jelaskan tujuan dan prosedur PLB, lakukan

teknik PLB (Pursed Lips Breathing) sesuai dengan SOP dan kolaborasi

pemberian terapi bronkodilator, mukolitik jika perlu. Intervensi berdasarkan

konservasi personal dan sosial antara lain: libatkan orangtua, ajarkan teknik

PLB, anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit,

anjurkan dan motivasi ibu untuk melakukan teknik PLB bersama anak.

4. Implementasi

Dalam model konservasi Levine rencana intervensi dibuat

berdasarkan pada prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas struktur,

integritas personal dan integritas sosial. Tujuan intervensi adalah untuk

113
mempertahankan sosial, Wholeness dan membantu memfasilitasi adaptasi

(Risnah & Irwan, 2021). Rencana tindakan kemudian diimplementasikan

berdasarkan konsep konservasi energi, integritas struktur, integritas personal

dan integritas sosial.

Asuhan keperawatan yang diberikan pada empat kasus memiliki

variasi tindakan sesuai dengan kebutuhan klien dan masalah keperawatan yang

ada pada tiap kasus. Namun dari ke empat kasus, terdapat masalah

keperawatan utama yang merupakan masalah oksigenasi pada anak dengan

pneumonia yang dirumuskan dalam trophicognosis yakni bersihan jalan napas

tidak efektif. Implementasi pada konservasi energi terkait dengan bersihan

jalan napas pada ke empat kasus adalah mengidentifikasi kemampuan batuk

dengan hasil untuk kasus pertama sampai keempat klien belum bisa batuk

efektif pada hari pertama tindakan, namun sudah dapat batuk efektif pada hari

kedua dan ketiga. Memberi minum air hangat selama hari pertama sampai hari

ketiga pada ke empat kasus dengan hasil klien diberi makan atau minum sesuai

dengan diet gizi rumah sakit. Memberikan posisi tidur kepala lebih tinggi 15 o

selama hari pertama sampai hari ketiga pada ke empat kasus dengan hasil klien

merasa nyaman. Mempertahankan oksigen secara adekuat selama 3 hari klien

pada kasus pertama dan kedua masih terpasang O2 nasal canul 3 l/menit, dan

kasus ketiga O2 nasal canul 2 l/menit serta kasus keempat O 2 nasal canul

4l/menit.

Implementasi pada konservasi integritas struktur terkait dengan

bersihan jalan napas pada ke empat kasus adalah memonitor tanda-tanda vital

114
pasien dengan hasil tanda-tanda vital yang bermasalah pada kasus pertama di

hari pertama yakni RR: 46x/menitdan SB 38 oC, kasus kedua dan ketiga RR:

40x/menit dan SB:37,6 oC, kasus ke empat RR: 40x/menit dan SB:36,8 oC. pada

hari kedua kasus pertama RR: 40x/menit dan SB:37,8 oC, kasus kedua RR:

38x/menit dan SB:37,6 oC, kasus ketiga RR: 40x/menit dan SB:37,6 oC, kasus

ke empat RR: 38x/menit dan SB:36,8 oC. Pada hari ketiga kasus pertama RR:

36x/menit dan SB:37,7 oC, kasus kedua dan ketiga sama RR: 36x/menit dan

SB:37,5 oC, kasus ke empat RR: 38x/menit dan SB:36,7 oC. Memonitor saturasi

oksigen pada ke empat kasus, hari pertama sampai kedua kasus pertama yakni

SpO2 92%, hari ketiga meningkat 93%. Pada kasus kedua dan ketiga hari

pertama SpO2 94% kemudian meningkat pada hari kedua dan ketiga menjadi

95%. Pada kasus keempat hari pertama SpO 2 93%, hari kedua meningkat 94%

dan hari ketiga menjadi 95%. Memonitor bunyi napas klien pada keempat

kasus tersebut dengan hasil dari ke empat kasus di hari pertama sampai hari

ketiga masih terdengar bunyi napas ronchi. Mengatur posisi semi fowler pada

setiap anak dalam empat kasus dari hari pertama sampai hari ketiga anak

merasa nyaman. Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB pada anak dan orangtua

atau ibu klien sebelum dilakukan intervensi PLB di hari pertama pada setaip

empat kasus, dengan hasil klien dan orangtua mendukung atau kooperatif dan

setuju untuk melakukan teknik tersebut.

Implementasi pada konservasi integritas personal dan sosial terkait

dengan bersihan jalan napas pada ke empat kasus selama 3 hari adalah

melibatkan orangtua selama proses perawatan, mengajarkan teknik PLB pada

115
anka dan orangtua agar supaya orangtua dan anak dapat berperan aktif untuk

mengatasi masalah oksigenasi, serta menganjurkan dan memotivasi ibu untuk

melakukan teknik PLB bersama anak.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan observasi yang dilakukan pada respon

individu terhadap hasil intervensi yang telah diberikan. Fawcett & Swoyer

(2008), menjelaskan bahwa evaluasi yang dilakukan perawat adalah

mengevaluasi dampak dari tindakan dan digunakan untuk merevisi

trophicognosis yang diperlukan.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada klien dari ke empat

kasus, hampir semua tujuan dapat tercapai. Terutama yang berkaitan dengan

masalah oksigenasi, hanya saja masalah bersihan jalan napas masih belum

teratasi namun menunjukkan adanya perbaikan. Ke empat kasus yang semula

mengalami sesak dengan RR yang lebih tinggi dari normal dan saturasi oksigen

yang kurang dari normal mengalami perubahan penurunan RR dan peningkatan

saturasi oksigen walau belum signifikan menuju normal namun terlihat adanya

perbaikan. Dan dari ke empat kasus tersebut setelah dilakukan tindakan PLB

menunjukkan peningkatan klien dalam hal mampu mengeluarkan dahak atau

batuk secara efektif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa klien dapat mulai

beradaptasi terhadap penyakitnya walaupun sehat secara menyeluruh (wholims)

belum dapat tercapai.

116
6. Analisis Penerapan Intervensi EBN Pursed Lips Breathing

Berdasarkan trophicognosis utama bersihan jalan napas tidak efektif,

disusun suatu rencana keperawatan untuk membantu mengatasinya dengan

melakukan tindakan untuk mengeluarkan sekret dengan cara memberikan

terapi non farmakologi yakni teknik Pursed Lips Breathing atau PLB. Teknik

ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak. Selain itu, PLB bermanfaat

untuk meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus paru, sehingga

tekanan alveolus meningkat dan dapat membantu mendorong sekret pada jalan

napas saat ekspirasi serta dapat menginduksi pola napas menjadi normal. PLB

diharapkan dapat meningkatkan status oksigenasi. Namun, teknik PLB ini

hanya dapat digunakan pada anak yang sadar dan mampu diajak kerjasama.

Kelompok usia yang sudah mampu diajak kerjasama mulai dari anak usia

prasekolah, karena pada usia ini anak sudah mampu menguasai bahasa dan

memahami perintah sederhana selain kemampuan motoriknya yang sudah

berkembang dari anak usia toddler (Muliasari & Indrawati, 2018).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sutini (2018), tentang pengaruh

aktivitas bermain meniup tiupan lidah terhadap status oksigenasi pada anak

usia prasekolah dengan pneumonia dirumh sakit Islam Jakarta, menyimpulkan

bahwa aktivitas bermain meniup tiupan lidah memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan status oksigenasi pada anak (menurunkan

frekuensi Respiratory Rate/RR 8,1%, meningkatkan Heart Rate/HR sebesar

6,25% dan meningkatkan SaO2 5,43%). Berdasarkan hal tersebut, tindakan

117
keperawatan yang penulis tetapkan untuk membantu mengeluarkan sekret di

jalan napas klien dan meningkatkan status oksigenasi dengan menurunkan

frekuensi pernapasan serta peningkatan saturasi oksigen sudah sesuai dengan

penjelasan dan hasil penelitian sebelumnya.

Penelitian yang serupa yang mendukung penerapan EBN Pursed Lips

Breathing atau teknik PLB ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muliasari

dan Indrawati tahun 2018, dengan judul “Efektifitas Pemberian Terapi Pursed

Lips Breathing Terhadap Status Oksigenasi Anak Dengan Pneumonia”

mnyebutkan terapi Pursed Lips Breathing pada anak dengan pneumonia

menunjukkan hasil pengukuran pada responden rata-rata Saturasi oksigen

(SpO2) sebelum melakukan terapi Pursed Lips Breathing 97,39%, sedangkan

rata-rata SpO2 pada responden setelah melakukan Pursed Lips Breathing

adalah 97,94%, dan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi Pursed Lips

Breathing dapat mempengaruhi peningkatan SpO2 pada anak dengan

pneumonia.

Pada penerapan intervensi PLB dari ke empat kasus yang telah

dibahas sebelumnya menunjukkan adanya perbaikan masalah oksigenasi anak

walau belum secara signifikan dan dapat dilihat dari perubahan frekuensi

pernapasan dan saturasi oksigen dari hari pertama sampai hari ketiga

pemberian intervensi PLB, serta ke empat kasus menunjukkan anak dapat

batukefektif dan mengeluarkan dahak atau sekret kental berwarna putih setelah

pemberian tindakan sesuai SOP sebanyak 30 kali dalam waktu 15 menit.

118
Pada teknik PLB dimana klien anak mengerucutkan bibir saat

pernapasan membantu anak mengosongkan paru-paru dan memperlambat laju

pernapasan. Hal ini terbukti setelah anak dilakukan terapi PLB, frekuensi

perrnapasan anak menjadi lebih lambat. PLB juga menyebabkan otot-otot perut

berkontraksi ketika ekspirasi, hal ini akan memaksa diafragma ke atas, dan

membantu untuk mengosongkan paru-paru, sehingga pernapasan jadi lebih

lambat dan lebih efisien (Oktaviani et al., 2021). Hal ini didukung dengan

penjelasan Lippincott, et al (2015) bahwa dengan terapi PLB tekanan alveolus

dapat meningkat yang menyebabkan aliran udara meningkat saat ekspirasi

sehingga napas menjadi lebih efektif.

119
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penerapan tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah

dilakukan penulis dengan judul Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing pada

Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah

Oksigenasi tahun 2022, dapat disimpulkan:

1. Pengkajian pada asuhan keperawatan anak pada empat kasus dengan

pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi menggunakan teori

konservasi Levine yang meliputi konservasi energi, konservasi integritas

struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial.. Dari

ke empat konservasi dalam pengkajian tersebut, secara keseluruhan

menggambarkan masalah kesehatan pada anak, hanya saja untuk konservasi

integritas personal didapatkan data secara sekunder dari orangtua klien karena

anak belum dapat menggambarkan personal diri, namun penulis juga

mengobservasi secara langsung pada anak. Sehingga data dalam pengkajian

dapat menggambarkan secara keseluruhan kondisi klien atau anak seusai

dengan teori konsrvasi Levine.

2. Trophicognosis atau diagnosa keperawatan yang muncul pada ke empat kasus

asuhan keperawatan anak dengan pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi

yakni bersihan jalan napas tidak efektif. Pada ke empat kasus tersebut menunjukkan

tanda dan gejala yang sama untuk diangkat masalah keperawatan bersihan jalan

napas tidak efektif. Dalam mengambil masalah keperawatan berdasarkan pendekatan

SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan merumuskan luaran hasil

120
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

3. Pada perumusan hipotesis atau intervensi keperawatan dari ke empat kasus

asuhan keperawatan anak dengan pneumonia diberikan berdasarkan teori

konservasi Levine yang disesuaikan berdasarkan pendekatan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia), yang kemudian di kembangkan dan

ditambah dengan penerapan intervensi EBN yang bersesuaian dengan

masalah keperawatan yang ada pada klien atau anak yakni penerapan

intervensi Pursed Lips Breathing atau teknik meniup tiupan lidah dalam

membantu scara terapeutik masalah bersihan jalan napas pada anak.

4. Implementasi keperawatan diberikan berdasarkan teori konservasi Levine

dengan melihat masalah secara keseluruhan mulai dari konservasi energi,

konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal, dan konservasi

integritas sosial. Implementasi tersebut sesuai dengan trophicognosis nya

yakni salah satunya dengan pemberian terapi non farmakologi teknik Pursed

Lips Breathing atau teknik meniup tiupan lidah yang diberikan berdasarkan

SOP dari jurnal EBN yang telah dianalisis dan diterapkan langsung kepada

anak atas persetujuan anak dan orangtua.

5. Evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia

dari ke empat kasus tersebut menyimpulkan bahwa adanya kondisi menuju

perbaikan dari kondisi sebelumnya dalam hal masalah oksigenasi. Hal

tersebut ditunjukkan dengan 4 anak dalam kasus tersebut mengalami

penurunan frekuensi pernapasan yang lebih dari normal, peningkatan saturasi

oksigen walau belum secara signifikan menuju keadaan perbaikan dan secara

121
keseluruhan dari empat kasus tersebut menunjukkan anak mulai mampu batuk

secara efektif dan mengeluarkan dahaknya.

6. Hasil analisis intervensi Pursed Lips Breathing atau teknik meniup tiupan

lidah yang dilakukan pada 4 anak dalam empat kasus yang mengalami

masalah oksigenasi dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak

efektif menunjukkan adanya pengaruh yang sangat baik untuk diterapkan

lebih lanjut, namun ada juga beberapa kendala yang ditunjukkan dari 2 anak

pada kasus yang tidak menunjukkan adanya perubahan setelah diberikan

intervensi yang disebabkan anak tidak dapat melakukan intervensi sesuai

dengan SOP yakni 30 kali dalam 10-15 menit dikarenakan anak cepat merasa

bosan dan teralihkan perhatiannya sehingga kurang maksimal dalam

mengevaluasi hasilnya.

B. SARAN

Setelah melihat hasil yang telah didapat, penulis ingin memberikan saran dan

masukan yang diharapkan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait dalam

melanjutkan intervensi :

1. Bagi Responden

Diharapkan klien berlatih pursed lips breathing sehari 30 kali dalam 10-15

menit atau lebih sering agar membantu jalan napas efektif dengan membantu

masalah oksigenasi anak.

2. Bagi Perawat Ruangan

Perawat diharapkan dapat mengembangkan penelitian dibidang keperawatan,

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan bukti dari hasil penelitian

122
terkini (evidence based practice/ EBP), melakukan inovasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan mengintegrasikan teori keperawatan

dalam upaya untuk meningkatkan mutu keperawatan pada klien.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Rumah sakit, khususnya diruang PICU diharapkan dapat memfasilitasi

interaksi antara anak dan keluarga sebagai bentuk dukungan terhadap anak

dalam meminimalkan efek hospitalisasi pada anak yang dirawat diruangan

tersebut dan meningkatkan layanan yang berpusat pada keluarga. Serta

diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan penerapan konsep family

centered care dalam proses perawatan dengan mensosialisasikan dan

meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pentingnya kerjasama dan

keterlibatan keluarga bagi kesembuhan dan kesehatan anak.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar dapat memperkaya literatur perpustakaan terkait

penatalaksanaan sesak napas pada anak dengan pneumonia dengan intervensi

keperawatan pursed lips breathing serta literature tentang teori-teori

keperawatan.

123
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan dasar manusia (oksigenasi) : Konsep, proses


dan praktik keperawatan. Graha Ilmu.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).
EGC.
Budiono, & Dkk. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.
Diana, A. U. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Pneumonia
dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. 12–
14. http://eprints.umpo.ac.id/5022/
Fawcett, J., & Swoyer, B. (2008). Evolution and use of formal nursing knowledge.
www.ebscohost.com
Hartini, S. (2012). Aplikasi model konservasi myra e levie dalam asuhan
keperawatan pada anak dengan demam di ruang rawat infeksi anak RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2012.
Hidayat, A, & A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis
Data. Salemba Medika.
Irmawartini, & Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian (Kemenkes RI (ed.)).
Kemenkes. (2018). LAPORAN NASIONAL RISKESDAS.
Khasanah, S. (2019). Perbedaan Saturasi Oksigen dan Respirasi Rate Pasien
Congestive Heart Failure pada Perubahan Posisi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah, 2(1), 1. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i1.157
Mawaddah, E., Nurhaeni, N., & Wanda, D. (2021). Aplikasi Model Keperawatan
Levine Pada Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Oksigenasi.
Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 2(2).
https://doi.org/10.32807/jkt.v2i2.89
Muliasari, Y., & Indrawati, I. (2018). Efektifitas Pemberian Terapi Pursed Lips
Breathing Terhadap Status Oksigenasi Anak Dengan Pneumonia. 14(2).
Oktaviani, E., Damaiyanti, R. P., Rahman, M. V., & Kusrini, K. (2021). Pengaruh
Terapi Pursed Lip Breathing Meniup Balon Terhadap Status Oksigenasi
Anak Dengan Asma. Coping: Community of Publishing in Nursing, 9(1), 21.
https://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i01.p04
Parker, M. E., Smith, & Marlaine, C. (2010). Nursing theories and nursing
practice. F.A. Davis Company.
Potter, P. (2010). Fundamental Of Nursing; Consep, Proces and Practice (Edisi
7). EGC.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI.

124
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI.
Ratna Hidayani, W. (2020). Pnemonia : Epidemiologi, Faktor Risiko Pada Balita.
CV. Pena Persada, 1–20.
Riskesdas Sulawesi Utara. (2018). Laporan Provinsi sulawesi utara Riskesdas
2018. In Dinas Kesehatan Sulawesi utara.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3756
Risnah, & Irwan, M. (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. In Alauddin University Press.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/17880/
Rofifah, D. (2020). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Pneumonia. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2(1), 12–26.
Rustina Yeni, Tri Waluyanti Fajar, M. (2013). Aplikasi Teori Konservasi Levine
Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Perawatan Anak. Keperawatan Anak, 1(No. 2 November 2013), 104–112.
Saputri, A., Anggraini, D. A., Widayanto, D., Permatasari, E. D., Jerau, E. E.,
Septiani, F., Nurjihan, I., Wulandari, P. S., Christina, T. Y., Handayani, F.,
Sujianto, U., Hidayati, W., Ropyanto, C. B., Dyan, N. S., Hastuti, Y. D., &
Kusuma, H. (2021). PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM
KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Sebastian, R., Skowronski, D. M., Chong, M., Dhaliwal, J., & Brownstein, J. S.
(2008). Age-related trends in the timeliness and prediction of medical visits,
hospitalizations and deaths due to pneumonia and influenza, British
Columbia, Canada, 1998-2004. Vaccine, 26(10), 1397–1403.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2007.11.090
Subakti, theresa adelina victoria subakti. (2012). Aplikasi Model Konservasi
Levine dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Anak di Ruang
Perawatan Anak. Fmipa Ui, 1–95.
Sutini, T. (2018). Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Asosiasi Institusi
Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPVIKI).
Utomo, A. S., Negoro, E. H. P., & Sofie, M. (2019). Monitoring Heart Rate Dan
Saturasi Oksigen Melalui Smartphone. Simetris: Jurnal Teknik Mesin,
Elektro Dan Ilmu Komputer, 10(1), 319–324.
https://doi.org/10.24176/simet.v10i1.3024
Vatwani, A. (2019). Pursed Lip Breathing Exercise to Reduce Shortness of
Breath. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 100(1), 189–190.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2018.05.005
WHO. (2021). Pneumonia.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia

125
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CURRICULUM VITAE

Data Pribadi/ Personal Details


Nama/ Name : Firnawati Maspeke, S.Tr.Kep
Nim / Nim : 711490121015
Nomor Telepon / Phone : 085341045659
Email /E-mail Address : firnawati23@gmail.com
Jenis Kelamin / Gender : Perempuan
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Kotamobagu, 23 Juli 1994
Warga Negara/ Nasionality : Indonesia
Agama / Religion : Islam
Alamat / Address : Jl.Durian, Kel.Huangobotu, Kec.Dungingi

Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan/Education Information
a. TK Putra 2 Tamat Tahun 2002
b. SDN No.86 Kota Tengah Kota Gorontalo Tamat Tahun 2008
c. SMP Negeri 8 Kota Gorontalo Tamat Tahun 2010
d. SMA Negeri 3 Kota Gorontalo Tamat Tahun 2012
e. Diploma IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo Tamat
Tahun 2016
f. Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Masuk Tahun 2021
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-1 / Konsultasi teknik penyusunan KIAN

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Dosen Pembimbing

Jumat, 4 Februari 2022, 10:04:27

Silahkan menyusun KIAN sesuai bimbingan Luring tanggal 31 Januari 2022. Masukkan judul KIAN. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-2 / Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Anak
Pneumonia dengan intervensi terapi pursed lips breathing untuk memenuhi
oksigenasi anak di ruang PICU RSUP Prof.Kandou Manado.

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen Pembimbing : 196808041990032002 -


FIRNAWATI TATI SETYAWATI
MASPEKE PONIDJAN

Dosen Pembimbing

Jumat, 4 Februari 2022, 10:07:25

Penerapan Teori Konservasi Levine pada asuhan keperawatan Anak dengan Syok Septik yang mengalami
masalah Oksigenasi Di Ruangan Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado.

Senin, 7 Februari 2022, 16:52:22

EBP nya apa?

Mahasiswa

Rabu, 9 Februari 2022, 15:52:04

Selamat sore ibu,


Terima kasih atas arahan judulnya ibu.
izin ibu, untuk EBN yang saya dapatkan mengenai pengaruh posisi prone pada balita dengan pneumonia trhdap
peningkatan saturasi oksigen diruang PICU.
apakah EBN tersebut dapat saya gunakan ibu? karena pasien yang saya dapati di kasus syok septik bu.
Rabu, 9 Februari 2022, 20:26:21

Selamat malam ibu,


Mohon maaf mengganggu bu..
Izin ibu untuk perbaikan judul dengan penggunaan EBP nya seperti berikut ibu:
Penerapan Teori Konservasi Levine dalam Asuhan Keperawatan anak syok septik dengan intervensi pemberian
posisi prone untuk memenuhi oksigenasi anak di ruang PICU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.

Dosen Pembimbing

Rabu, 9 Februari 2022, 23:22:15

EBP Posisi prone sdh diambil mahasiswa yang lain sejak minggu lalu, coba di cari EBP yang lain. Tks

Mahasiswa

Kamis, 10 Februari 2022, 05:41:31

Selamat pagi ibu


Baik ibu, untuk EBP nya saya ganti bu: terapi Pursed lips breathing terhadap status oksigenasi anak. Izin ibu,
jadi jdul perbaikan dengan adanya EBP tersebut yakni:
Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia dengan intervensi terapi
pursed lips breathing untuk memenuhi oksigenasi anak di ruang PICU RSUP Prof.Kandou Manado.
izin saya ganti bu pada pasien penumonia karena untuk syok septik sebagian besar pasien dengan penurunan
kesadaran sehingga sulit diberkan tindakan EBP tersebut.
mohon arahan dan bimbingannya ibu, Terima kasih bu...

Kamis, 10 Februari 2022, 13:12:05

Selamat siang ibu..


mohon maaf mengganggu, izin ibu untuk judul tersebut apakah sudah bisa saya melanjutkan ke BAB 1-3 ibu?
Mohon arahannya ibu.. Terima
kasih sebelumnya ibu..

Dosen Pembimbing

Minggu, 13 Februari 2022, 17:08:00


Aplikasi intervensi Pursed lips breathing pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang mengalami
masalah oksigenasi menggunakan teori Konservasi Levine di.....dst....

Mahasiswa

Minggu, 13 Februari 2022, 20:33:16

Baik ibu, terima kasih atas arahannya..


Akan segera saya kirimkan susunan Bab 1-3 nya ibu 🙏

Selasa, 15 Februari 2022, 13:52:33

Selamat siang Ibu...


izin mengirimkan dokumen KIAN Bab 1-3 ibu.. Mohon
arahan dan bimbingan selanjutnya ibu.. Salam sehat selalu
Terima kasih ibu
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-3 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Kamis, 17 Februari 2022, 11:30:04

Selamat Siang ibu,


Izin mengirimkan file dokumen KIAN BAB 1-3 ibu.. Mohon
arahan dan bimbingannya ibu.
Terima kasih ibu.. salam sehat selalu..

Dosen Pembimbing

Minggu, 20 Februari 2022, 15:04:37

Perbaiki BAB I-III sesuai koreksi dalam naskan KIAN yang di upload. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-4 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Senin, 21 Februari 2022, 09:20:35

Selamat pagi ibu..


Mohon maaf mengganggu ibu, izin memasukkan file dokumen perbaikan dari revisi KIAN BAB 1-3 ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu.
Terima kasih sebelumnya ibu..

Dosen Pembimbing

Kamis, 24 Februari 2022, 22:37:19

Koreksi bimbingan ada di naskah pada konsultasi tgl 24 feb 2022. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-5 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Kamis, 24 Februari 2022, 16:57:45

Selamat sore ibu..


Mohon maaf mengganggu..
Izin mengirimkan file dokumen perbaikan revisi KIAN BAB 1-3 yang sudah direvisi oleh ibu dan dari
dosen pembimbing 2 juga ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya
Terima kasih ibu

Dosen Pembimbing

Kamis, 24 Februari 2022, 23:12:15

Perbaiki sesuai hasil koreksi bimbingan pada naskah bab I-III KIAN, perhatikan penulisan bahasa asing,
sumber lieratur, ruang kosong pada tabel, dan jurnal EBP. Tks.

Mahasiswa

Jumat, 25 Februari 2022, 07:00:17

Selamat pagi ibu..


baik ibu, akan segera saya perbaiki..
Terima kasih atas arahan dan bimbingannya ibu...
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-6 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Sabtu, 26 Februari 2022, 08:22:07

Selamat pagi ibu..


Mohon maaf mengganggu ibu 🙏
Izin ibu mengirimkan file dokumen Perbaikan BAB 1-3 yang telah direvisi ke-2 oleh pembimbing 1 dan 2 ibu
sesuai arahan ibu untuk perbaikan bahasa asing, sumber lieratur, ruang kosong pada tabel, dan jurnal EBP
telah saya perbaiki ibu 🙏
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu 🙏
Salam sehat selalu ibu..
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-7 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Senin, 28 Februari 2022, 12:46:02

Selamat siang ibu..


mohon maaf mengganggu..
izin mngirimkan file dokumen format pengakajian berdasarkan teori konservasi levine ibu.. mohon arahan
dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu...

Dosen Pembimbing

Selasa, 8 Maret 2022, 05:16:50

Acc format pengkajian, lampirkan pada proposal bersama informed concent pada saat pengurusan ethical
clearence.Tks.

Mahasiswa

Kamis, 10 Maret 2022, 18:32:50

Selamat sore ibu..


Baik ibu, terima kasih atas arahan dan bimbingannya ibu... salam
sehat selalu ibu..
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-8 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Jumat, 4 Maret 2022, 23:42:49

Selamat malam ibu,


mohon maaf mengganggu ibu..
izin mengirimkan file dokumen KIAN BAB 1-3 yang telah direvisi dengan penambahan Etika Penelitian
di BAB 3.
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu...

Dosen Pembimbing

Sabtu, 5 Maret 2022, 04:58:56

Acc, silahkan mengurus Ethical Clearence, lampirkan informed concent dan format pengkajian. Tks.

Mahasiswa

Sabtu, 5 Maret 2022, 05:18:17

Selamat pagi ibu..


Baik ibu, Terima kasih atas arahan dan bimbingannya 🙏
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-9 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Kamis, 9 Juni 2022, 06:49:38

Selamat pagi ibu...


izin firnawati mengirimkan file BAB 4 :
A. HASIL
1. Asuhan Keperawatan (4 kasus askep dibuat berdasarkan teori keperawatan dan pendekatan 3S)
2. Penerapan EBN
Mohon arahannya dan bimbingannya ibu...
Terima Kasih ibu...
salam sehat selalu

Dosen Pembimbing

Minggu, 12 Juni 2022, 06:18:10

Asuhan keperawaatan terdiri dari 1 asuhan keperawatan lengkap selama 3x24 jam, dengan 3 resume. Intervensi
kep termasuk penerapan EBP pada ke 4 pasien dengan evaluasi respon selama 3 hari tsb. Tks.

Mahasiswa
Minggu, 12 Juni 2022, 16:10:01

Selamat sore ibu..


Baik ibu, terima kasih atas arahan dan bimbingannya, akan segera saya perbaiki ibu🙏
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-10 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Sabtu, 11 Juni 2022, 13:02:20

Selamat siang ibu, mohon maaf menganggu ibu..


Izin saya Firnawati mengirimkan file BAB 4-BAB 5 ibu. Mohon
arahan dan bimbingannya Ibu..
Terima kasih Ibu...

Dosen Pembimbing

Minggu, 12 Juni 2022, 06:31:29

Pembahsan diurutkan sesuai tujuan penelitian, dibahas sesuai analisis dari penerapan 4 kasus sesuai
konsep teori yg digunakan, termasuk pembahasan penerapan EBN nya. Tks.

Mahasiswa

Minggu, 12 Juni 2022, 15:00:04

Selamat siang ibu..


Baik ibu, terima kasih atas arahan dan bimbingannya ibu, akan segera saya perbaiki ibu 🙏
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-11 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Selasa, 14 Juni 2022, 23:36:48

Selamat malam ibu..


Mohon maaf mengganggu ibu, izin mengirimkan surat kesediaan membimbing ibu.. Terima
kasih ibu..
REKAP PERCAKAPAN BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-12 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 196808041990032002 - TATI


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SETYAWATI PONIDJAN

Mahasiswa

Kamis, 16 Juni 2022, 13:11:07

Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu.. izin firnawati memasukkan revisi KIAN Bab 4-5 Ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-1 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Dosen Pembimbing

Kamis, 3 Februari 2022, 12:36:32

firna.. untuk ebn nya apa?

Rabu, 9 Februari 2022, 11:38:52

Hallo Firnawati... selanjutnya apa? belum ada perkembangan ini sudah 1 minggu berlalu.. silakan lanjutkan
judul fixnya apa... apakah sudah ada EBN yng akan di pakai?

Mahasiswa

Kamis, 10 Februari 2022, 13:16:32

Selamat Siang Ibu


Izin bu, untuk EBP nya : terapi Pursed lips breathing terhadap status oksigenasi anak. Izin ibu,
jadi jdul perbaikan dari pembimbing 1 dengan adanya EBP tersebut yakni:
Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia dengan intervensi terapi
pursed lips breathing untuk memenuhi oksigenasi anak di ruang PICU RSUP Prof.Kandou Manado.
mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu.

Minggu, 13 Februari 2022, 20:51:26


Selamat malam ibu,
Mohon maaf mengganggu, izin memasukkan perbaikan judul lagi yang sudah disetujui pembimbing 1 ibu:
"Aplikasi intervensi pursed lips breathing pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang
mengalami masalah oksigenasi menggunakan teori Konservasi Levine di Ruangan PICU RSUP
PROF.D.R.Kandou Manado"
Mohon arahan dan bimbingannya ibu🙏
Terima kasih ibu..

Dosen Pembimbing

Selasa, 15 Februari 2022, 08:22:02

silakan lanjutkan ACC judul segera upload bab 1 s.d 3

Mahasiswa

Selasa, 15 Februari 2022, 13:59:27

Selamat siang Ibu...


izin mengirimkan dokumen KIAN Bab 1-3 ibu.. Mohon
arahan dan bimbingan selanjutnya ibu.. Salam sehat selalu
Terima kasih ibu
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-2 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Kamis, 17 Februari 2022, 11:28:55

Selamat Siang ibu,


Izin mengirimkan file dokumen KIAN BAB 1-3 ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu.
Terima kasih ibu.. salam sehat selalu..

Senin, 21 Februari 2022, 09:06:44

Selamat pagi ibu, mohon maaf mengganggu..


Izin ibu mengirimkan kembali file dokumen KIAN BAB 1-3 yang sudah dikoreksi dari pembimbing 1 ibu.
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu, salam sehat selalu.

Dosen Pembimbing

Kamis, 24 Februari 2022, 16:07:36

SILAKAN LAKUKAN PERBAIKAN


khusus untuk EBN apakah yang akan di aplikasikan 2 jurnal ?

Kamis, 24 Februari 2022, 16:07:50


komentar lainnya silakan dwonlod di file

Mahasiswa

Kamis, 24 Februari 2022, 16:21:23

Baik ibu akan segera saya perbaiki ibu..🙏


Izin ibu untuk jurnal EBN yang akan diterapkan hanya 1 tindakan ibu, tapi karena pembimbing 1 meminta
untuk menambahkan analisa jurnal yang sama makanya dimasukkan dua jurnal yang tindakannya sama ibu
hanya berbeda tahun terbitnya ibu 🙏
Mohon arahan dan bimbingannya ibu
Terima kasih ibu
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-3 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Kamis, 24 Februari 2022, 16:49:17

Selamat sore Ibu..


Izin mengirimkan file dokumen perbaikan KIAN BAB 1-3 yang sudah ibu revisi.
Izin ibu, untuk EBN hanya 1 tindakan yang akan di aplikasikan jadi sudah saya buat hanya 1 analisis EBN nya
ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu

Dosen Pembimbing

Jumat, 25 Februari 2022, 10:10:46

perbaiki tata penulisan menggunakan kaidah penulisan yang benar dan perhatikan marginnya
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-4 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Jumat, 25 Februari 2022, 09:11:46

Selamat pagi ibu,


Mohon maaf mengganggu,
Izin mengirimkan file dokumen format pengkajian berdasarka teori konservasi levine ibu.. mohon
arahan dan bimbingannya..
Terima kasih ibu

Dosen Pembimbing

Jumat, 25 Februari 2022, 10:12:59

baik bebrapa dapat lebih di oprasionalkan lagi pernyataann pengkajian


POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-5 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Sabtu, 26 Februari 2022, 08:11:22

Selamat pagi ibu..


Mohon maaf mengganggu ibu, izin mengirimkan file perbaikan KIAN BAB 1-3 dari pembimbing 1 dan
pembimbing 2, dan telah saya perbaiki untuk tata penulisan beserta marginnya ibu seperti arahan ibu 🙏
Mohon arahan dan bimbingan selanjutnya ibu 🙏
Tetima kasih ibu 🙏

Dosen Pembimbing

Sabtu, 26 Februari 2022, 09:05:17

ibu acc ya.. silakan upload format pengkajiannya

Mahasiswa

Sabtu, 26 Februari 2022, 10:51:33

Baik ibu..akan segera saya upload bu.. Terima kasih ibu


POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-6 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Sabtu, 26 Februari 2022, 10:57:40

Selamat pagi ibu..


Izin mengirimkan file dokumen Format Pengkajian berdasarkan teori Konservasi Levine ibu.. Mohon
arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu..

Dosen Pembimbing

Rabu, 2 Maret 2022, 16:29:53

Firna bagian D bab 2. untuk pengkajian format ini diisi dengan data teoritis pada anak dengan kasus apa..
kemudian lanjutkan diagnisa, intervensi (jangan lupa intervensinya di insert EBN) terakhir evaluasi menurut
levine seperti apa pada kasus yg diambil namun masih sebatas teori

Mahasiswa

Rabu, 2 Maret 2022, 16:37:19

Selamat sore ibu..


Baik ibu, terima kasih ibu atas arahan dan bimbingannya.. Salam
sehat selalu ibu..
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-7 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Jumat, 4 Maret 2022, 23:38:17

Selamat malam ibu,


mohon maaf mengganggu ibu..
izin mengirimkan file dokumen KIAN BAB 1-3 yang telah direvisi pada bab 2 bagian D bu beserta BAB 3
penambahan Etika Penelitian.
Mohon arahan dan bimbingannya ibu...
Terima kasih ibu..

Dosen Pembimbing

Jumat, 13 Mei 2022, 10:01:59

penghetikan perbaiki lahi sub bab konsisten


POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-8 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Kamis, 9 Juni 2022, 06:51:39

Selamat pagi ibu...


izin firnawati mengirimkan file BAB 4 :
A. HASIL
1. Asuhan Keperawatan (4 kasus askep dibuat berdasarkan teori keperawatan dan pendekatan 3S)
2. Penerapan EBN
Mohon arahannya dan bimbingannya ibu...
Terima Kasih ibu...
salam sehat selalu

Dosen Pembimbing

Jumat, 10 Juni 2022, 17:45:48

Intervensi kep include di dalamnya penerapan EbN.. berada di dx berapa?


Pada pembahasan diuraikan singkat ttg penerapan EBN termasuk keterbatasan, penunjang dan penghambat

Mahasiswa

Jumat, 10 Juni 2022, 22:26:50


baik ibu, untuk intervensi EBN berada pada diagnosa pertama ibu yang bersihan jalan napas tidak efektif.
untuk bagian B. pembahasannya ibu akan saya kirimkan lagi .. Terima
kasih atas arahan dan bimbingannya ibu..
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-9 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Sabtu, 11 Juni 2022, 13:08:39

Selamat siang ibu, mohon maaf menganggu ibu..


Izin saya Firnawati mengirimkan file BAB 4-BAB 5 ibu.
Mohon arahan dan bimbingannya Ibu..
Terima kasih Ibu...
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-10 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Selasa, 14 Juni 2022, 23:34:50

Selamat malam ibu..


Mohon maaf mengganggu ibu, izin mengirimkan surat kesediaan membimbing ibu.. Terima
kasih ibu..
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773

REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-11 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Kamis, 16 Juni 2022, 13:12:38

Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu.. izin firnawati memasukkan revisi KIAN Bab 4-5 Ibu yang telah
dikoreksi oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu
REKAP PERCAKAPAN BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE

Sesi / Bahasan : ke-12 /

Mahasiswa : 711490121015 - Dosen : 197504131998032001 - DORCE


FIRNAWATI MASPEKE Pembimbing SISFIANI SARIMIN

Mahasiswa

Kamis, 16 Juni 2022, 14:31:57

Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu ibu..


izin firnawati mengirimkan file KIAN BAB 1 - BAB 5 ibu..
Mohon arahan dan bimbinganya ibu..
Terima Kasih ibu...
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :


1. Studi kasus yang berjudul“ Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing pada Asuhan
Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah Oksigenasi Menggunakan
Teori Konservasi Levine”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur studi kasus

dan prosedur studi kasus mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemberian asuhan keperawatan tersebut. Oleh karena
itu saya bersedia / tidak bersedia *) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

………………….,……….…………………… 20……..
PemberiAsuhanKeperawatan Responden,

FirnawatiMaspeke ……………………………

Saksi,

……………………………………………

*) Coret salah satu


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

Efektifitas Pemberian Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap Status Oksigenasi


Anak Dengan Pneumonia

Yunita Muliasari a, Iin Indrawatia


a
STIKes Baiturrahim, JL.Prof.M. Yamin No. 35, Jambi, 36135,
Indonesia e-mail korespondensi: umi.afiqahmz@gmail.com

Abstract
Background: Pneumonia is the second most common disease that causes death in children under five in the
world. Symptoms that appear in the case of Pneumonia are acute respiratory problems that need to be handled
appropriately. The aim of this research are to identify the effect of pursed lips breathing therapy through tongue
blowing activity on the oxygenation status of preschoolers with Pneumonia. Method: The sampling technique is
purposive random sampling with 36 people consisting of 18 intervention groups and 18 control groups. Data
were analyzed using univariate and bivariate tests. Result: The results showed a significant difference between
oxygenation status before and after intervention with tongue blowing therapy (PLB), namely p = 0.045 on
respiratory frequency (RR) and p = 0.037 to saturation oxygen. Recommendation: The results of this study can
add alternatives to independent nurse interventions in dealing with pediatric patients who have pneumonia or
with oxygenation disorders.
Key word: Pursed lips breathing (PLB), preschool children, Pneumonia

Abstrak
Latar belakang: Pneumonia merupakan penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kematian pada anak balita
di dunia. Gejala yang muncul pada kasus pneumonia merupakan masalah pernapasan akut yang perlu ditangani
dengan tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pursed lips breathing
melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah yang mengalami pneumonia.
Metode: teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18
kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara status oksigenasi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi dengan terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan
p=0,037 terhadap saturasi oksigen. Rekomendasi: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif intervensi
mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan
oksigenasi.
Kata kunci: Pursed lips breathing (PLB), anak usia prasekolah, Pneumonia

PENDAHULUAN tahun sehingga menyebabkan lebih dari 5 juta


Pneumonia adalah inflamasi parenkim kematian per tahun pada Balita. Menurut
paru pada alveolus dan jaringan interstisial yang
Riskesdas 2007, Pneumonia merupakan
disebabkan oleh bakteri, dengan gejala demam penyebab kematian kedua setelah Diare (15,5%
tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat diantara semua balita) dan selalu berada pada
(frekuensi napas peringkat 10 penyakit terbesar setiap tahun di
>50x/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit setiap fasilitas kesehatan. Pneumonia balita
kepala, gelisah, nafsu makan berkurang). World merupakan salah satu indikator program
Health Organization (WHO) mendefinisikan pengendalian penyakit dan penyehatan
Pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis lingkungan dalam rencana strategis Kemenkes
yang didapat dari hasil inspeksi dan frekuensi tahun 2010-2014. Berdasarkan kelompok umur
pernapasan (Departemen Ilmu Kesehatan Anak penduduk, period prevalence yang tinggi terjadi
RSCM, 2015). pada kelompok umur 1-4 tahun. Sejak tahun
Insiden Pneumonia pada anak <5 tahun di 2015, Puskesmas melakukan pemeriksaan dan
negara berkembang lebih tinggi bila tatalaksana Pneumonia melalui program
dibandingkan dengan negara maju, yaitu sebesar Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
10-20 perkasus/100 anak per Selama beberapa tahun terakhir,
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)
Yunita Muliasari, dkk., Pemberian terapi PLB terhadap .....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

cakupan pneumonia tidak pernah mencapai usia tersebut reflek batuk masih lemah. Beberapa
target nasional. Capaian pada tahun 2015 hanya tindakan alternatif yang efektif untuk mengatasi
sebesar 14,64% dari yang ditargetkan sebesar masalah tersebut adalah fisioterapi dada, yang
20% pada seluruh kabupaten/kota yang ada sering disebut sebagai fisioterapi konvensional
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut yang meliputi postural drainage, vibrasi dan
laporan program pengendalian ISPA Dinas perkusi (Abdelbasset & Elnegamy, 2015).
kesehatan kota Jambi tahun 2016, penemuan
kasus Pneumonia paling banyak terjadi pada usia Alternatif lain untuk mengatasi masalah
Balita (1.251 kasus) bila dibandingkan usia bayi tidak efektifnya bersihan jalan napas pada anak
sebanyak 269 kasus. yaitu dengan menerapkan teknik Pursed Lips
Breahting (PLB). Teknik ini dapat digunakan
Anak yang mengalami gejala klinis sebagai alternatif untuk membantu mengatasi
Pneumonia harus mendapatkan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak
penanganan secara cepat dan tepat. Orang tua (Tiep, Carter, Zachariah, Williams, Horak, et al.,
dapat membawa anak dengan gejala klinis 2013). Selain itu, PLB bermanfaat untuk
tersebut ke pusat pelayanan kesehatan terdekat meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap
seperti Puskesmas maupun Rumah sakit untuk lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat
mendapatkan penangan yang tepat sampai dan dapat membantu mendorong sekret pada
kondisinya membaik. jalan napas saat ekspirasi serta dapat
menginduksi pola napas menjadi normal
Masalah yang sering muncul pada anak
(Roberts, Schreuder, & Watson, 2009). Pada
dengan Pneumonia yang dibawa ke fasilitas
akhirnya PLB diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah
status oksigenasi. Namun teknik PLB ini hanya
distress pernapasan yang ditandai dengan napas
dapat digunakan pada anak yang sadar dan
cepat, retraksi dinding dada, napas cuping
mampu diajak kerjasama. Kelompok usia yang
hidung dan disertai stridor (WHO, 2009).
sudah mampu diajak kerjasama mulai dari anak
Distress pernapasan merupakan kompensasi
usia prasekolah, karena pada usia ini anak sudah
tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena
mampu menguasai bahasa dan memahami
konsentrasi oksigen yang rendah, akan
perintah sederhana selain kemampuan
menstimulus syaraf pusat untuk meningkatkan
motoriknya yang sudah berkembang dari anak
frekuensi pernapasan. Jika upaya tersebut tidak
usia toddler (Hockenberry dan Wilson, 2009).
terkompensasi maka akan terjadi gangguan
status oksigenasi dari tingkat ringan hingga Teknik PLB dapat dianalogikan dengan
berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan. aktivitas bermain seperti meniup balon/tiupan
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan lidah, gelembung busa, bola kapas, kincir kertas,
sering disebabkan karena adanya obstruksi jalan botol dan lain-lain (Hockenberry & Wilson,
napas atas dan bawah karena peningkatan 2009). Mekanisme yang digunakan menerapkan
produksi sekret sebagai salah satu manifestasi intervensi PLB, yaitu meningkatkan tekanan
adanya inflamasi pada saluran napas alveolus pada setiap lobus paru sehingga dapat
(Hockemberry & Wilson, 2009). meningkatkan aliran udara saat ekspirasi.
Peningkatan aliran udara pada saat ekspirasi
Ketidakmampuan untuk
akan mengaktifkan silia pada mukosa jalan
mengeluarkan sekret merupakan kendala yang
napas sehingga mampu mengevakuasi sekret
sering dijumpai pada anak usia bayi sampai
keluar dari saluran
dengan usia balita, karena pada

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

napas. Tindakan ini sebagai salah satu upaya


yang diduga mampu meningkatkan status Penelitian ini menggunakan desain
oksigenasi. quasi-experimental dengan pretest-posttest
control group design. Di dalam model ini
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
sebelum dimulai perlakuan kedua
Sutini (2011), tentang pengaruh aktivitas
kelompok dilakukan pretest dengan
bermain meniup tiupan lidah terhadap status
mengukur status oksigenasi awal dan
oksigenasi pada anak usia prasekolah dengan
selanjutnya diberi intervensi PLB lalu
pneumonia di rumah sakit Islam Jakarta,
dilakukan pengukuran status oksigenasi
menyimpulkan bahwa aktivitas bermain meniup
(post-test), sedangkan pada kelompok
tiupan lidah memiliki pengaruh yang signifikan
kontrol diberi fisioterapi dada.
terhadap peningkatan status oksigenasi pada
anak (menurunkan ferekuensi Respiratory
Responden yang terlibat dalam
Rate/RR 8,1%, meningkatkan Heart Rate/HR
penelitian ini sebanyak 36 orang, yang
sebesar 6,25%, dan meningkatkan SaO2 5,43%).
terdiri dari 18 kelompok PLB dan 18 pada
Hasil Studi pendahuluan yang didapatkan kelompok fisioterapi dada. Adapun kriteria
dari wawancara kepada perawat yang bertugas inklusi sampel dalam penelitian ini sebagai
di Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi, berikut: 1) Anak usia pra sekolah 3-5 tahun
tatalaksana untuk anak dengan Pneumonia yaitu dengan Pneumonia, 2) Tingkat kesadaran
memberikan oksigen apabila anak sesak dan compos mentis dan kondisi stabil, 3)
terapi antibiotik sesuai tatlaksana pneumonia Mampu diajak kerjasama dan kooperatif,
menurut MTBS seperti amoksisilin. 4) Ibu atau keluarga anak bersedia menjadi
Tindakan mandiri responden.
keperawatan yang dilakukan seperti pemberian
posisi dan mengobservasi frekuensi pernapasan Adapun prosedur yang dilakukan pada
anak, sementara tindakan seperti fisioterapi dada responden yang termasuk ke dalam
dan suction hampir jarang dilakukan karena kelompok intervensi PLB yaitu:
memerlukan keterampilan khusus. Perawat a) Memperkenalkan diri kepada pasien dan
belum pernah mendengar tentang keefektifan keluarga serta menjelaskan maksud dan
terapi dengan tiupan lidah dapat bermanfaat tujuan tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan status oksigenasi pada b) Memberikan penjelasan tentang prosedur
pasien gangguan pernapasan salah satunya pelaksanaan tindakan, manfaat dan
pneumonia. risikonya bahwa apa yang dilakukan tidak
membahayakan anak
Berdasarkan penjelasan yang telah c) Setelah mendapatkan penjelasan dari
dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk peneliti, keluarga pasien diberikan
mengeksplorasi intervensi keperawatan kesempatan untuk menandatangani lembar
berdasarkan evidence based practice yaitu persetujuan bila setuju anaknya dijadikan
dengan pursed lips breathing (PLB) melalui responden
aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” d) Mengisi data pada lembar observasi yang
terhadap status oksigenasi pada anak usia telah disediakan
prasekolah dengan pneumonia di wilayah kerja e) Setelah mengisi kuisioner, perawat
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. mempersiapkan alat untuk prosedur
penelitian yaitu mainan “tiupan lidah”,
METODE respiratori rate timer, pulse oximeter dan
thermometer.
f) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada pasien dan keluarga yaitu terlebih
dahulu peneliti melakukan pengukuran
suhu tubuh, frekuensi pernapasan,
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap
.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

frekuensi nadi dan saturasi oksigen di lembar Tabel 1.2 Karakteristik responden
observasi. menurut usia, berat badan, kekuatan
g) Memberikan contoh cara meniup mainan meniup, dan lama sakit (n= 36)
“tiupan lidah”. Cara meniup “tiupan lidah” Dari tabel diatas dapat
sama dengan teknik PLB yaitu tarik napas digambarkan sebagian besar responden
dalam melalui hidung kemudian keluarkan berjenis kelamin laki-laki, baik pada
udara melalui mulut yang dimonyongkan kelompok intervensi maupun kelompok
atau dikerutkan seperti mencucu, sampai kontrol. Uji normalitas dan homogenitas
“tiupan lidah” mengembang terisi udara telah dilakukan pada kedua kelompok.
sampai ujung. Beri kesempatan pasien Dapat disimpulkan bahwa ada kesetaraan
untuk mengulang cara meniup “tiupan
lidah” yang telah dicontohkan oleh Standar 95%
Variabel Kelompok Mean deviasi CI Pvalue
perawat.
h) Mengatur posisi anak dengan posisi
Kontrol 3,99-
duduk/setengah duduk di kursi atau tempat
Usia Intervensi 4,36 0,74
4,73
tidur, memberikan mainan “tiupan lidah” 4,04 3,64-
0,81
0,474
untuk ditiup sebanyak 30 kali dalam 4,44
rentang waktu 10-15 menit yang diselingi Kontrol 15,1-
dengan napas biasa dengan ritme yang Berat Intervensi 16,1 1,9 17
teratur, aktivitas bermain meniup tiupan 0,012
badan 14,6 2,3 13,4-
lidah” ini dinilai hanya satu kali. 15,7
i) Mendampingi dan memotivasi anak selama Kontrol 13,9-
melakukan aktivitas tersebut, Kekuatan Intervensi 14,2 0,73 14,6
0,489
memperhatikan kekuatan anak dalam meniup 13,3 1,53 12,5-
meniup “tiupan lidah” dan mencatat 14
kekuatan meniup dalam lembar observasi. Kontrol 2,28-
Lama Intervensi 2,9 1,23 3,5
j) Melakukan pengukuran yang kedua 0,075
sakit 4,4 0,74 3,99-
terhadap RR, HR dan saturasi oksigen serta
data karaketeristik anak sesaat setelah antara kelompok kontrol dan kelompok4,73
intervensi selesai dilakukan dan mencatat intervensi dalam hal karakteristik anak
hasil pengukuran pada lembar observasi (responden).
k) Memberikan pujian pada anak dan
terminasi pada keluarga atas kerjasamanya. Tabel 1.3 Perbedaan status
oksigenasi: RR sebelum dan
HASIL sesudah diberikan PLB pada
kelompok kontrol dan kelompok
Data yang telah dikumpulkan diolah intervensi (n= 36)
dengan analisis univariat dan bivariat. analisis
univariat menggambarkan karakteristik Kelompok Mean SD p n
responden penelitian. Adapun hasilnya dapat Kontrol
dijelaskan sebagai berikut: ebelum 24,2 2,706 0,055 18
esudah 23,8 2,813
Tabel 1.1 Distribusi responden
ntervensi
menurut jenis kelamin (n= 36) ebelum 28,0 6,088 0,045 18
esudah 26,11 5,487
Kelompok Laki-laki % Perempu %
an *Bermakna pada α = 0,05
Kontrol 10 55,6 8 44,4
Intervensi 11 61,1 7 38,9 Rata- rata frekuensi napas (RR)
pada kelompok intervensi sebelum
diberikan PLB adalah 28x/menit dengan
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap
.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)
standar deviasi 6,088 dan standar
error 1,435. Sedangkan rata- rata RR
pada

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

kelompok intervensi sesudah diberikan PLB


adalah 26,11 x/menit dengan standar deviasi
PEMBAHASAN
5,487dan standar error 1,293. Terlihat nilai
mean perbedaan RR antara sebelum dan sesudah
Karakteristik responden yang terlibat
diberikan PLB, pada kelompok intervensi adalah
dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,
1,89 dan hasil uji statistik didapatkan nilai p
berat badan, kekuatan meniup dan lama sakit.
value sebesar 0,045, maka dapat disimpulkan
bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaana. Jenis Kelamin
RR yang signifikan antara sebelum dan sesudah Sebagian besar jenis kelamin responden
diberikan PLB pada kelompok intervensi dan laki-laki pada kedua kelompok. Cara
pemberian PLB pengambilan sampel dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap peningkatan sebesar yaitu Purposive Sampling sehingga
1,89x/menit RR pada anak yang mengalami kemungkinan jumlah kelompok terbanyak
Pneumonia. berada pada salah satu jenis kelamin
mungkin saja terjadi. Pada saat
Tabel 1.4 Perbedaan status pengambilan data, lebih banyak anak laki-
oksigenasi: saturasi oksigen sebelum laki yang menderita pneumonia bila
dibandingkan dengan anak perempuan.
dan sesudah diberikan PLB pada
Temuan yang ada dilapangan sesuai
kelompok kontrol dan kelompok dengan teori yang di kemukakan olah
Kelompok intervensi
Mean SD (n= 36) p n Hockenberry dan Wilson (2009) yang
Kontrol menyebutkan bahwa anak laki-laki di
ebelum 98,33 0,840 0,163 18
United State lebih berisiko mengalami
esudah 98,44 0,856
morbilitas dan mortalitas bila
ntervensi dibandingkan dengan anak perempuan. Hal
ebelum 97,39 1,852 0,037 18 ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
esudah 97,94 1,862 salah satunya karakteristik anak laki-laki
yang lebih sering mengalami cedera
bahkan dapat menyebabkan kematian
*Bermakna pada α = 0,05 berjumlah 1006 orang, sedangkan anak
peremupan berjumlah 758 orang.
Rata- rata suhu pada kelompok intervensi
sebelum diberikan PLB adalah 97,39 % dengan b. Usia
standar deviasi 1,852 dan standar error 0,436. Rerata usia anak pada kelompok kontrol
Sedangkan rata- rata saturasi oksigen pada yaitu 4,36 tahun dan 4,04 tahun pada
kelompok intervensi sesudah diberikan PLB kelompok intervensi. Di Kanada, penyebab
adalah 97,94% dengan standar deviasi 1,862 dan anak mengalami hospitalisasi dan bahkan
standar error 0,663. Terlihat nilai mean berdampak pada kematian yaitu
perbedaan suhu antara sebelum dan sesudah dikarenakan penyakit, diantaranya
diberikan PLB pada kelompok intervensi adalah influenza dan pnemonia. Penyakit ini
0,55 dan hasil uji statistik didapatkan nilai p berhubungan dengan angka cakupan
value sebesar 0,037, maka dapat disimpulkan imunisasi. Sebastian, Skowronski, Chong,
bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaan Dhaliwal, Brownstein (2008) menyebutkan
saturasi oksigen yang signifikan antara sebelum bahwa kelompok usia anak yang lebih
dan sesudah diberikan PLB pada kelompok berisiko mengalami Pneumonia dan
intervensi. Pemberian PLB berpengaruh Influenza terjadi pada kelompok usia yang
terhadap peningkatan sebesar 0,55% status lebih kecil dan lebih besar dari pada usia
oksigenasi yaitu terhadap saturasi oksigen pada sekolah. Hal ini berarti anak di usia
anak yang mengalami Pneumonia. prasekolah (3-5 tahun) cenderung lebih

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

berisiko untuk menderita penyakit Pneumonia. dengan berat badan dibawah garis merah,
Berdasarkan pedoman pelaksanaan stimulasi, kader akan merujuk ke petugas kesehatan
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk dilakukan konfirmasi dengan
anak (Kemenkes RI, 2016). Pada masa anak usia menggunakan indikator berat badan
prasekolah pertumbuhan berlangsung stabil. menurut panjang badan/tinggi badan.
Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani
yang bertambah dan meningkatnya keterampilan d. Kekuatan Meniup
dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, Rerata kekuatan meniup anak pada
anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring kelompok kontrol yaitu 14,2 cm dan 13,3
dengan pertumbuhan dan cm pada kelompok intervensi. Kekuatan
perkembangannya. Pada masa ini selain meniup pada anak akan terkait dengan
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di kemampuan anak untuk melakukan napas
luar rumah diperkenalkan. Anak mulai senang dalam. Faktor fisiologis yang
bermain diluar rumah. Hal ini berisiko bagi anak menyebabkan gangguan pernapasan
untuk terpapar dan tertular penyakit infeksi meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
seperti Influenza dan Pneumonia dari teman- hipoksia. Anak yang tidak mampu untuk
teman sepermainan dan lingkungan tempat anak bernapas dalam mengindikasikan adanya
bermain diluar rumah. gangguan pada sistem pernapasannya.
Proses fisiologi lain yang mempengaruhi
c. Berat Badan proses oksigenasi adalah perubahan yang
Rerata berat badan anak pada kelompok kontrol mempengaruhi kapasitas darah untuk
yaitu 16,1 kg dan 14,6 kg pada kelompok membawa oksigen, seperti anemia,
intervensi. Jika dilihat dari data hasil penelitian peningkatan kebutuhan metabolisme
didapatkan bahwa berat badan anak kelompok (seperti demam, infeksi) dan perubahan
kontrol lebih tinggi dibanding anak kelompok yang mempengaruhi gerakan dinding dada
intervensi (16,1 kg; 14,6 kg). Hal ini atau sistem saraf pusat (Ball, Bindler dan
menunjukkan ada kemungkinan bahwa sakit Cowen, 2010).
pneumonia yang diderita dapat mempengaruhi
berat badan anak. e. Lama Sakit
Jika berat badan terus menurun karena kondisi Rerata lama sakit pada kelompok kontrol
sakit anak akan dapat mempengaruhi tumbuh yaitu 2,9 hari dan 4,4 hari pada kelompok
kembang anak. Pelaksanaan kegiatan deteksi intervensi. Gangguan pernapasan
dini tumbuh kembang anak (DDTK) di merupakan penyebab tersering anak sakit
Puskesmas memberikan pelayanan pemeriksaan dan di rawat di rumah sakit. Penyakit ini
kesehatan, pemantauan berat badan dan deteksi dapat berupa penyakit ringan dan tidak
dini tumbuh kembang (Kemenkes RI, 2016). akut hingga kondisi yang mengancam jiwa.
Berat badan merupakan salah satu penentu status Penyakit kronik dapat mempengaruhi
gizi pada anak. Untuk pemantuan pertumbuhan kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau
dengan menggunakan berat badan menurut umur berulang yang sering terjadi, juga dapat
dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap mengganggu kesejahteraan beberapa anak
bulan. Apabila ditemukan anak dengan berat (Kyle dan Carman, 2016).
badan tidak naik dua kali berturut-turut atau Orangtua biasanya dapat mengalami
anak kesulitan menentukan tingkat keparahan
kondisi anak mereka dan mencari bantuan
kesehatan sangat dini dalam perjalanan
penyakit tersebut. Pada penelitian ini di
temukan rerata orang tua mencari
pertolongan ke tenaga kesehatan bukan di
hari pertama anak sakit tetapi setelah 3-4
hari setelah sakit (2,9 hari pada kelompok
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap
.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

kontrol dan 4,4 hari pada terjadi pada anak dapat berupa akut, mengancam
kelompok intervensi). jiwa dan kronis.
Sementara itu usia rerata responden 3-5 th
Selanjutnya akan dibahas hasil analisis biasanya sudah dalam kondisi kooperatif dan
bivariat yaitu status oksigenasi sebelum dan sangat meyukai kondisi bermain dengan
sesudah diberikan PLB. pada penelitian status menggunakan alat dan sangat menyukai alat
oksigenasi yang akan dibahas yaitu frekuensi bermain yang di tiup dan mengeluarkan bunyi
pernapasan dan saturasi oksigen. keras. Di dukung dengan jenis kelamin
responden yang sebagian besar adalah laki-laki
Frekuensi Pernapasan (RR) sebelum dan yang biasanya lebih aktif dan agresif pada saat
sesudah perlakuan. Rerata pada kelompok diminta untuk meniup.
intevensi sebelum di berikan PLB adalah Bayi dan anak kecil menghirup udara yang
28x/menit dan standar deviasi 6,088 dan standar lebih kecil, dan menghembuskan oksigen yang
error 1,435. Sedangkan pada rata-rata RR pada relatif besar. Bayi dan anak kecil mempunyai
kelompok intervensi sesudah diberikan PLB lebih sedikit alveoli oleh karena itu, permukan
adalah 26,11 x/menit dengan standar deviasi alveolus sedikit yang merupakan tempat
5,487 dan standar error 1,293. Terlihat nilai pertukaran gas terjadi. Faktor-fakotr ini,
mean perbedaan RR antara sebelum dan sesudah bersama-sama dengan tingkat metabolik yang
di berikan PLB pada kelompok intervensi adalah lebih tinggi, bersifat mempengaruhi peningkatan
1,29 dan hasil uji statistik didapatkan nilai p= frekuensi pernapasan pada bayi dan anak- anak.
0,045; maka dapat di simpulkan bahwa pada Melihat keterangan diatas seharusnya pada anak
alpha 5% terdapat perbedaan RR yang signifikan responden dalam kondisi pernapasan yang baik
antara sebelum dan sesudah di berikan PLB pada sehingga dapat meniup tiupan lidah sampai batas
anak kelompok intervensi. Sehingga pemberian tertinggi yaitu 15 cm. Kisaran rentang RR
PLB berpengaruh terhadap peningkatan responden sebelum dilakukan intervensi yaitu
frekuensi pernapasan (RR) sebesar 1,89x/menit 20-41 dengan rata-rata 28 kali/ menit. Sedangkah
pada anak yang mengalami Pneumonia. kisaran rentang sesudah intervensi yaitu 18-39
Kegiatan anak bermain dengan tiupan dengan rata-rata 26,1 kali/menit. Perbedaan
lidah selain menyenangkan pada anak yang yang menunjukkan adanya perubahan menjadi
sedang sakit juga bermanfaat bagi anak untuk patokan bahwa kegiatan terapi dengan meniup
melatih napas dalam. Karena setiap kali anak tiupan lidah memberikan pengaruh yang
akan meniup, anak akan berusah untuk menarik signifikan (nilai p= 0,47). Peningkatan aktivitas
napas sampai batas kemampuannya (seoptimal yang dilakukan oleh anak berdampak pada
mungkin) dan berusaha kembali untuk terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan dan
meniupkan udara sekeras-kerasnya. kedalamannya.
Jika dilihat dari panjangnya anak meniup Paru-paru mempunyai 2 fungsi utama
tiupan lidah yaitu rerata kekuatan 13,3 cm maka yaitu menyediakan oksigen bagi tubuh dan
terlihat bahwa anak mengalami gangguan mengeluarkan CO2 serta untuk mempertahankan
pernapasan ringan, karena panjang maksimal keseimbangan asam basa tubuh. Menurut Garrod
dan mainan tiupan lidah yang diberikan saat dan Matheison (2012), PLB merupakan bagian
proses penelitian adalah 15 cm maka rerata anak dari latihan napas yang diperlukan untuk pasien
belum mampu meniup secara maksimal. yang mengalami gangguan pada sistem
Minimal itupan 12,5 cm dan maksimal tiupan 14 pernapasan, karena PLB memberikan efek yang
cm. Gangguan pernapasan umum baik terhadap sistem pernapasan,

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

diantaranya adalah; menyehatkan ventilasi, PLB adalah 97,39 dengan standar deviasi 1,852
membebaskan udara yang terperangkap dalam dan standar error 0,436. Sedangkan rata-rata
paru-paru, menjaga jalan napas tetap terbuka saturasi oksigen pada kelompok intervensi
lebih lama dan mengurangi kerja napas, sesudah diberikan PLB adalah 97,94 dengan
memperpanjang waktu ekshalasi yang kemudian standar deviasi 1,862 dan standar error 0,663.
memperlambat frekuensi napas, meningkatkan Terlihat nilai mean perbedaan saturasi antara
pola napas dengan mengeluarkan udara lama sebelum dan sesudah diberikan PLB pada
dan memasukkan udara baru ke dalam paru, kelompok intervensi yaitu 0,55 dan hasil uji
menghilangan sesak napas dan meningkatkan statistik didapatkan nilai p= 0,037, maka dapat
relaksasi. disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat
PLB yang di lakukan dengan teknik perbedaan saturasi oksigen yang signifikan
meniup tiupan lidah maka akan dapat membantu antara sebelum dan sesudah di berikan PLB
untuk mengekspansi alveolus pada semua lobus pada kelompok intervensi.
agar meningkat, dan tekanan di dalamnya pun Faktor fisiologis yang menyebabkan
menjadi meningkat. Tekanan yang tinggi dalam gangguan pernapasan meliputi
alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. Proses
pada saluran napas untuk mengevakuasi sekret fisiologi lain yang mempengaruhi proses
keluar dari jalan napas berarti akan menurunkan oksigenasi adalah perubahan yang
tahanan jalan napas dan meningkatkan ventilasi mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa
yang pada akhirnya memberikan dampak oksigen.
terhadap proses perfusi oksigen ke jaringan. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009),
Pada penelitian ini dapat disimpulkan pengukuran saturasi oksigen kapiler yang
bahwa pentingnya untuk melakukan napas kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan
dalam pada anak yang mengalami gangguan oksimetri kutaneus. Keuntungan pengukuran
pernapasan seperti pada pasien Pneumonia dan oksimetri yaitu mudah dilakukan, tidak invasif
dalam hal ini latihan napas dalam yang di dan mudah diperoleh (Bowden dan
ajarkan serta dilakukan pada responden adalah Greenberg,2010). Hal ini juga yang peneliti
dengan memberikan terapi tiupan lidah dalam lakukan pada penelitian ini yaitu mengukur
bentuk permainan sehingga anak akan merasa saturasi oksigen dengan oksimetri.oksimetri nadi
tetap bermain tanpa menyadari bahwa dia sangat sensitive terhadap hiperoksia karena
sedang menjalani proses terapi pernapasan. hemoglobin mendekati saturasi 100% untuk
Penting sekali bagi petugas kesehatan hasil pengukuran SaO2 yang lebih dari 100
untuk dapat tetap melaksanakan terapi sesuai mmHg.
dengan kondisi anak tanpa mendapat penolakan Dalam aktivitas meniup yang dilakukan
yang cukup berarti dari anak. Hal ini juga dapat sebagai terapi bermain pada responden anak,
dijelaskan pada orang tua agar dapat anaklah yang berperan. Peneliti tetap
melaksanakannya dirumah atau diarea yang memperhatikan keadaan umum anak serta
disukai oleh anak. Kreativitas tenaga kesehatan memberikan pujian apabila anak dapat
dalam memilihkan model-model kegiatan terapi melakukan permainan dengan benar. Hal ini
dapat menunjang keberhasilan dari itndakan dilakukan dan anak tidak merasa takut bahkan
kesehatan yang diberikan. menyukainya.
Rerata saturasi oksigen pada kelompok Walaupun nilai saturasi oksigen sebelum
intervensi sebelum diberikan dan sesudah di lakukan PLB masih dalam batas
normal namun tampak perubahan nilai saturasi
kearah yang lebih baik setelah dilakukan PLB.
Hal ini menunjukkan bahwa tindakan PLB

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

membawa pengaruh yang positif pada nilai breathing mengalami peningkatan sebesar
saturasi oksigen anak. 0,2 pada variabel suhu, 1,89 pada frekuensi
Pada Panduan Manajemen Terpadu Balita pernapasan, 4,95 pada frekuensi nadi, dan
Sakit (MTBS) tahun 2015 pada anak yang 0,55 pada saturasi oksigen. Status
dicurigai menderita pneumonia sebaiknya oksigenasi pada kelompok intervensi
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan
Pulse Oximetri untuk menilai saturasi oksigen dengan kelompok kontrol.
pada anak, hitung napas dalam 1 menit; melihat .
apakah ada tarikan dinding kedalam, serta
memperhatikan adanya bunyi napas yang tidak UCAPAN TERIMA KASIH
normal. Semua pemeriksaan tersebut harus
dilakukan pada anak dalam kondisi tenang. 1. Ka. Puskesmas Kebon Handil Kota Jambi
Gejala yang ditunjukkan pada nilai berserta staf
saturagi oksigen <90% mengindikasikan adanya 2. Semua pihak yang telah membantu
pneumonia berat. Pada kelompok kontrol rata-
rata nilai saturasi setelah PLB 98,44% dan
97,94% nilai saturasi oksigen pada kelompok DAFTAR PUSTAKA
intervensi. Nilai ini menjadi berarti setelah Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H.
dibandingkan saturasi oksigen sebelum (2015). Effect of chest physical
intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok therapy on pediatrics hospitalized
intervensi. with pneumonia. International
Porsi oksigen yang cukup didalam tubuh Journal of Health and
anak sangat penting karena oksigen dibutuhkan Rehabilitation Science, 4(4), 219-
untuk mempertahankan kehidupan. Sistem 226.
pernapasan dan jantung mempunyai peranan Alsagaff, H., & Mukty, A. (2010). Dasar-
penting dalam menyuplai kebutuhan oksigen dasar ilmu penyakit paru. (Edisi
keseluruh tubuh. Tindakan yang dilakukan pada 10). Surabaya: Airlangga
PLB dan meminta anak untuk meniup tiupan University Press.
lidah dapat membantu transport gasyang
berisikan oksigen keseluruh tubuh. Hal ini dapat Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J.
menguatkan otot jantung dengan cra latihan (2010). Child health nursing,
meniup sehingga fungsi jantung dapat lebih partnering withchildren & families.
optimal. (2nd ed). New Jersey:Pearson
Education inc.

KESIMPULAN Bhatt, S.P., Luqman-Arafath, T.K., Gupta,


Terapi Pursed lips breathing efektif A.K., Mohan, A., Stoltzfus, J.C.,
meningkatkan status oksigenasi pada anak usia dey.,… & Guleria, R. (2012).
prasekolah yang mengalami Pneumonia Volitional pursed lips breathing in
meliputi: suhu, frekuensi pernapasan, frekuensi patients with stable cronic
nadi, dan saturasi oksigen. Gambaran obstructive pulmonary disease
karakteristik responden yaitu mayoritas berjenis improves exercise capacity. Cronic
kelamin laki-laki baik pada kelompok kontrol Respiratory Disease, 10(1), 5-10
maupun intervensi. Status oksigenasi responden
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010).
sesudah diberikan terapi pursed lips
Children and their families: the
continuum of care. (2nd edition).
Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)

Driver, C. (2012). Pneumonia part I: Sutini, T. (2011). Pengaruh aktivitas


Pathology, presentation & bermain meniup tiupan lidah
prevention. British Journal of terhadap status oksigenasi pada
Nursing, 21(2), 103-106. anak usia prasekolah dengan
pneumonia di Rumah sakit Islam
Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles,
Jakarta. Tesis FIK-UI.
C.G., Perrota, C., & Vilano, J.
(2016). Chest physiotherapy for Tiep, B., Carter, R., Zachariah, F.,
acute bronchiolitis in pediatric Williams, A.C., Horak, D., Barnett,
patients between 0 and 24 mounts M.,… & Dunham, R. (2013).
old. The Cocrane Library, issue 2 Oxygen for end-of-life lung cancer
care: Managing dyspnea and
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).
hypoxemia. Expert Review of
Wong’s essentials of pediatric
Respiratory Medicine, 7(5), 479-
nursing. (8th edition). St. Louis
Missouri: Elsevier Mosby. 490.

Lisy, K. (2014). Critical care: Chest Visser, F.J., Ramlal, S., Dekhuijzen., &
Physiotherapy for pneumonia in Heijdra, Y.F. (2010). Pursed lips
children. AJN. 114(5), 16. breathing improves inspiratory
capacity in cronic obstructive
Lukrafka, J.L., Fuchs, S.C., Fischer, G.B., pulmonary disease. Respiration, 81,
Flores, J.A., Fachel, J.M., Castro- 372-378. doi:10.1159/000319036
Rodriguez, J.A. (2012). Chest
World Health Organization. (2009). Buku
physiotherapy in paediatric patients
saku: Pelayanan kesehatan anak di
hospitalized with community-
rumah sakit. Jakarta: WHO.
acquired pneumonia: A randomized
clinical trial. Arc Dis Child, 00, 1-5,
doi: 10.1136/archdishchild-2012-
302279
Paul, S., O’Callaghan, C., & McKee, N.
(2011). Effective management of
lower respiratory tract infections in
childhood. Nurs Child Young
People, 23(9), 27-34.

Rackini, C.M., Samundeeswary, V., &


Beulah, H. (2014). Effectiveness of
blow bottles exercise on respiratory
status among children with lower
respiratory tract infections admitted
in pediatric ward at selected
hospital. Journal of Science, 4(10),
649-652
Santos, C.I.S. (2009). Respiratory
physiotherapy in children with
community-acquired pneumonia.
Revue Canadienne de la therapie
respiratoire.

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap


.....

Anda mungkin juga menyukai