OLEH :
Firnawati Maspeke S.Tr. Kep
NIM : 711490121015
ABSTRAK
Latar Belakang: Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi
semua manusia untuk kelangsungan hidup sel dan jaringan serta metabolisme tubuh. Anak
mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi dari orang dewasa. Pada anak dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, perawat perlu membantu anak supaya kebutuhan oksigenasi
anak terpenuhi agar fungsi tubuh dapat bekerja dengan baik dalam proses penyembuhannya
sehingga diperlukan suatu tindakan berdasarkan Evidence Based Nursing (EBN) yang dapat
meningkatkan status oksigenasi anak. Tujuan: untuk menganalisis Aplikasi Intervensi Pursed
Lips Breathing pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia yang Mengalami Masalah
Oksigenasi Menggunakan Teori Konservasi Levine. Metode: Studi kasus ini dilakukan pada 4
kasus anak dengan Pneumonia dan menerapkan EBN pursed lips breathing dengan menggunakan
teori Konservasi Levine. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan SDKI,
SLKI dan SIKI sebagai landasan dari penerapan asuhan keperawatan. Kesimpulan: Dari hasil
evaluasi 4 kasus disimpulkan bahwa penerapan intervensi Pursed Lips Breathing pada anak yang
mengalami masalah gangguan oksigenasi dapat membantu oksigenasi anak dengan menurunnya
frekuensi pernapasan dan meningkatkan saturasi oksigen anak. Diharapkan untuk itu aplikasi
intervensi Pursed Lips Breathing dapat diterapkan oleh perawat dengan tetap melaksanakan
asuhan keperawatan secara kritis dengan pendekatan teori konservasi Levine dan pendekatan
SDKI, SLKI dan SIKI.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Pursed Lips Breathing, Pneumonia, Konservasi Levine.
iv
Firnawati Masspeke , (2022 ). Application Pursed Lips Breathing Intervention On Care
Nursing Child with Experiencing Pneumonia Problem Oxygen Use Theory Conservation
Levine . (Supervised by Tati S. Ponidjan, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An as Supervisor 1 and Dorce
Sisfiani Sarimin , M.Kep, Ns, Sp.Kep.An as Advisor 2 )
ABSTRACT
Background: The need for oxygenation is a basic physiological need for all humans for the
survival of cells and tissues as well as body metabolism. Children have a higher need for oxygen
than adults. For children with impaired oxygenation needs, nurses need to help children so that
children's oxygenation needs are met so that body functions can work well in the healing process
so that an action based on Evidence Based Nursing (EBN) is needed that can improve the child's
oxygenation status. Objective: to analyze the Application of Pursed Lips Breathing Intervention in
the Nursing Care of Children with Pneumonia who Have Oxygenation Problems Using Levine's
Conservation Theory. Methods: This case study was conducted on 4 cases of children with
pneumonia and applied EBN pursed lips breathing using Levine's conservation theory. The
nursing care provided uses the IDHS, SLKI and SIKI approaches as the basis for implementing
nursing care. Conclusion: From the results of the evaluation of 4 cases, it was concluded that the
application of the Pursed Lips Breathing intervention in children who had problems with
oxygenation problems could help the child's oxygenation by decreasing the respiratory rate and
increasing the child's oxygen saturation. It is hoped that the application of the Pursed Lips
Breathing intervention can be applied by nurses while still carrying out critical nursing care with
Levine's conservation theory approach and the IDHS, SLKI and SIKI approaches.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Aplikasi Intervensi Pursed Lips
Keperawatan.
5. Ns. Dedi Sompi, S.Kep, selaku clinical instruktur dan seluruh staff
keperawatan ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) yang telah banyak
vi
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan serta memotivasi penulis selama
Manado.
7. Seluruh Dosen dan Staff Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah
pendidikan.
8. Dr. dr. Jimmy Panelewen, Sp.B-KBD, selaku Direktur RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado yang telah memberikan izin pada penulis untuk melakukan
Keperawatan Anak.
partisipan sebagai objek utama dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners,
10. Keluarga terkhusus orangtua ibu Selvia Agow, Ayah Marsidi Maspeke,
Kakak Fitria Maspeke dan Adik Winarsi Maspeke yang selalu memberikan
semangat, motivasi, doa dan dorongan baik moril maupun materil untuk
vii
semangat dalam mengikuti pendidikan dan menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pneumonia........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan Pneumonia..........................................................................
C. Teori Keperawatan Konservasi Levine..................................................................
D. Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi Levine pada Asuhan Keperawatan
Anak dengan Pneumonia........................................................................................
E. Analisis EBN..........................................................................................................
F. Standar Operasional Prosedur Pursed Lips Breathing...........................................
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian....................................................................................................
B. Penetapan Sampel..................................................................................................
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan..............................................................................
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................................
E. Etika Penelitian......................................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.......................................................................................................................
B. Pembahasan..........................................................................................................
ix
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebut alveoli, yang terisi dengan kantung udara ketika orang yang sehat
nanah dan cairan, yang membuat pernapasan terasa sakit dan membatasi
usia 5 tahun pada tahun 2019, terhitung 14% dari semua kematian anak di
bawah lima tahun tetapi 22% dari semua kematian pada anak dengan usia 1
(WHO, 2021).
nomor dua setelah diare pada balita. Sekitar 450.000 kasus pneumonia setiap
(nakes) mencapai 4,0% dengan kelompok umur balita (usia 1-4 tahun)
1
Utara sebesar 4,1%. Berdasarkan laporan Riskesdas Sulawesi Utara tahun
Utara, 2018).
terhitung dari bulan Januari 2022, terdapat 18 kasus pneumonia pada anak
Masalah yang sering muncul ketika anak masuk dan di rawat diruang
yang ditandai dengan nafas cepat, retraksi dinding dada, nafas cuping
ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan. Hal ini dapat
berakibat sampai pada komplikasi anak menjadi syok, hipoksia, sianosis dan
2
dengan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips Breathing adalah
alveolus meningkat dan dapat mendorong sekret pada jalan nafas saat
ekspirasi. PLB bisa digunakan pada anak yang mau diajak bekerjasama.
Namun sering kali anak sulit diajak bekerjasama untuk melakukan tehnik
sebesar 0,2 pada variabel suhu, 1,89 pada frekuensi pernafasan, 4,95 pada
frekuensi nadi, dan 0,55 pada saturasi oksigen. Sehingga hasil penelitian ini
gangguan oksigenasi.
3
dapat diterapkan secara rutin untuk meningkatkan status oksigenasi pada
agar fungsi tubuh dapat bekerja dengan baik dalam proses penyembuhannya
4
kualitas perawatan pasien. Salah satu masalah yang sering terjadi di profesi
al., 2021).
Levine telah dilakukan, salah satunya yakni oleh Rustina Yeni dan Tri
5
maupun eksternal guna mempertahankan dan meningkatkan konservasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada studi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
pneumonia yang mengalami masalah oksigenasi menggunakan teori
konservasi levine.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan menjadi dasar dalam
7
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dari hasil karya ilmiah akhir ners ini dapat memberikan
b. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2020).
infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri yang merupakan
8
penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang paling sering menyebabkan
kematian pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia paling
a. Bakteri
b. Virus
c. Mikoplasma
alam bebas.
d. Protozoa
Menurut UNICEF (2019), sistem imunitas tubuh anak yang lemah akibat
9
dari penyakit lain dapat menyebabkan anak terjangkit pneumonia. Selain
faktor tersebut, faktor lain yang beresiko memicu penyakit pneumonia tertular
pada anak yaitu lingkungan udara yang tercemar dan air minum yang tidak
layak.
paru-paru jika terhirup, juga dapat menyebar melalui tetesan udara dari batuk
atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama
3. Manifestasi Klinis
Menurut Black (2014), manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan
pneumonia:
a. Rasa lelah
b. Batuk
c. Produksi sputum
d. Demam
e. Menggigil
f. Berkeringat
g. Dyspnea
10
3) Saturasi Oksigen (SaO2).
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus yang masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
menghasilkan cairan edema yang kaya akan protein. Bakteri pnemokokus atau
menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, leokosit dan fibrin
udara.
lebih sedikit. Setelah itu paru tampak berubah warna menjadi abu kekuningan.
Perlahan sel darah merah yang masuk ke alveoli mengalami kematian dan
menurunnya jumlah oksigen yang bawa oleh darah. Secara klinis penderita
alveolus yang mengakibatkan peningkatan tekanan pada bagian paru dan dapat
11
menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi dinding
dada.
5. Pathway
Pneumonia
Intoleransi aktivitas
Terhirup Compliance
paru
Masuk ke alveoli
Pola Napas Tidak
Efektif
Proses peradangan
6. Pemeriksaan Penunjang
bronchial)
b. Biopsi paru
tertentu
e. Spirometrik statik
(Sutini, 2018).
7. Penatalaksanaan
13
1) Infeksi pneumonia staphylococcus menggunakan Penicillin G
c. Jika terjadi hipoksia berikan oksigen yang sesuai kebutuhan dan adekuat
8. Komplikasi
a. Meningitis
c. Osteomielitis
d. Abses otak
e. Emfisema
f. Endokarditis
14
kelangsungan hidup sel tubuh adalah oksigen. Elemen O2 ini didapatkan
selama 4 menit akan berakibat pada kerusakan otak. Secara fungsional tubuh
akan mengalami kemunduran bahkan kematian saat tidak ada oksigen. Saat
Status oksigen anak dapat diamati dari Respiratory rate (RR), Saturasi
Oksigen (SaO2), dan Heart Rate (HR). Respiratory Rate (RR) adalah jumlah
kempisnya dinding dada. Saturasi oksigen atau SaO 2 adalah ukuran prosentase
oksigen yang diikat oleh Hb (Hemoglobin) dan diukur dengan alat oxymeter
pulse (Khasanah, 2019). Heart Rate adalah jumlah denyut jantung yang
dihitung dalam waktu 1 menit dan dinyatakan dengan permenit atau beat per
pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada, napas
gangguan status oksigenasi dari tingkat ringan hingga berat bahkan sampai
15
menimbulkan kegawatan. Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering
disebabkan karena adanya obstruksi jalan napas atas dan bawah karena
non farmakologi yang dapat membantu oksigenasi anak yakni tekni PLB
Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu
1. Pengkajian
16
batuk, dan sputum purulen. Keparahan dan penyebab nyeri dada harus di
identifikasi juga. Segala perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah sekresi, bau
sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, serta takipnea atau
sesak nafas harus di pantau. Konsolidasi pada paru-paru dapat di kaji dengan
mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki, atau krekles) dan hasil
perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Brunner & Suddarth, 2013).
2. Diagnosa Keperawatan
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
yaitu:
17
neonatus).
kussmaul, cheyne-stokes).
kapiler.
18
hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
menurun.
diaforesis.
metabolisme.
19
Suhu tubuh diatas nilai normal.
istirahat.
beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah > 20% dari kondisi
secara aktif.
1) Faktor risiko:
3. Intervensi keperawatan
20
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi Keperawatan (SIKI)
Hasil (SLKI)
SDKI (PPNI, 2018)
(PPNI, 2019)
(PPNI, 2017)
1. (D.0001) Tujuan : Setelah dilakukan Latihan batuk efektif (I.01006)
Bersihan Jalan Napas intervensi, maka diharapkan Observasi
tidak Efektif bersihan jalan napas 1. Identifikasi kemampuan batuk
(L.01001) meningkat. 2. Monitor adanya retensi sputum
Dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
a. Batuk efektif meningkat saluran napas
b. Produksi sputum 4. Monitor pola napas (frekuensi,
menurun kedalaman, usaha napas)
c. Mengi menurun 5. Auskultasi bunyi napas
d. Wheezing menurun Terapeutik
e. Dispnea menurun 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
f. Ortopnea menurun
3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
g. Gelisah menurun 4. Berikan oksigen, jika perlu
h. Frekuensi napas Edukasi
membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
i. Pola napas membaik efektif
2. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3.
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator, mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
21
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt danchin lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep Mc Gill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jikaperlu.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti brdipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
22
2. (D.0005) Tujuan : Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pola Napas Tidak intervensi, maka Observasi
Efektif diharapkan pola napas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
(L.01004) membaik. dan upayanapas
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
a. Tekanan ekspirasi takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
meningkat cheyne-stokes, biot,ataksik)
b. Tekanan inspirasi 3. Monitor kemampuan batuk efektif
meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum
c. Dispnea menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. Penggunaan otot bantu 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
napas menurun 7. Auskultasi bunyinapas
e. Pernafasan cuping 8. Monitor saturasi oksigen
hidung menurun 9. Monitor nilai AGD
f. Frekuensi napas 10. Monitor hasil x-ray toraks
membaik Terapeutik
g. Kedalaman napas 1. Atur interval waktu pemantauan
membaik. respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma cervical)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep Mc Gill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontra indikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
23
3. (D.0003) Tujuan : Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
Gangguan pertukaran intervensi, maka Observasi
gas diharapkan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
(L.01003) meningkat. dan upaya napas
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
a. Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
b. Bunyi napas tambahan cheyne-stokes, biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
c. Napas cuping hidung 4. Monitor adanya produksi sputum
menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. PCO2 membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
e. PO2 membaik 7. Auskultasi bunyi napas
f. Takikardi membaik 8. Monitor saturasi oksigen
g. Ph arteri membaik 9. Monitor nilai AGD
h. Warna kulit membaik 10. Monitor hasil x-ray toraks
i. Pola nafas membaik Terapeutik
j. Sianosis membaik 1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
24
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian terapi medikasi
sebelum makan (mis.pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
25
6. (D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506)
Hipertermi intervensi keperawatan, maka Observasi
termoregulasi (L.14134) 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
membaik. dehidrasi terpapar lingkungan panas
Dengan kriteria hasil : penggunaan incubator)
a. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
b. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
c. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
d. Pucat menurun Terapeutik
e. Takikardi menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
f. Takipnea menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
g. Bradikardi menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
h. Hipoksia menurun 4. Berikan cairanoral
i. Suhu tubuh membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
j. Suhu kulit membaik jika mengalami hiperhidrosis (keringat
k. Tekanan darah membaik berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
26
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi ras nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
27
4. Implementasi keperawatan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi
dilakukan.
5. Evaluasi keperawatan
dalam konsep Levine Model telah dibahasakan tentang orang dan lingkungan
28
telah disatukan atau bergabung dari beberapa waktu (Risnah & Irwan, 2021).
a. Orang
keutuhan atau integritas dan satu “yang hidup, bepikir, beriorientasi masa
depan, dan sadar pada masa lalu”. Tuntutan Seseorang yang hidup
persatuan dan kesatuan, berpikir dan seluruh sistem dari sistem membuat
orang disebutkan juga sebagai pribadi yang unik (Risnah & Irwan, 2021).
b. Lingkungan
menjadi 2 di antaranya:
1) Lingkungan internal
lingkungan eksternal.
2) Lingkungan eksternal
29
yang melibatkan organ-organ indra pada seseorang seperti, cahaya,
suara suhu, sentuhan, serta segala perubahan kimia yang terasa atau
individu tidak mampu merekam sebuah faktor dan juga pada semua
karena suatu individu tidak memiliki organ perasa yang dapat mereka
gunakan.
etnis dan tradisi budaya, serta psikologi individu yang diambil dari
pengalaman hidup.
c. Kesehatan
Hal ini tidak hanya cedera yang diperbaiki tetapi oleh dirinya sendiri. Ini
30
bukan hanya penyembuhan bagian tertindas. Ini agak kembali ke diri
yaitu "tidak diatur dan tidak disiplin berubah dan harus dihentikan atau
d. Perawatan
respon adaptif spesifik. ada tiga faktor yang mendasari pendapat diatas di
intervensi yang berkaitan serta yang sesuai dengan perancanaan dan evaluasi.
Hal tersebut didasarkan untuk membantu pasien kedepannya. Selain itu, dia
31
berpendapat untuk perawatan pasien, perawat dan pasien dituntut untuk saling
bantuan dari perawat. Perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab untuk
melihat kemampuan partisipasi pasien. Pada fase pengkajian, ada dua metode
yang akan diterapkan dalam mengkaji klien yaitu metode interview dan
metode observasi dari semua hal tersebut disimpulkan bahwa peran perawat
yaitu dapat membantu pasiennya dalam segala hal untuk mencapai sebuah
keluarga, anggota lainnya, ataupun segala hal yang akan mereka jelaskan itu
ini akan membantu pada kesiapan klien tersebut. Dikemukakan oleh Levine,
bahwa bila salah satu dari anggota keluarga klien ingin membuat suatu
merupakan hal yang harus selalu diperhatikan oleh perawat. Fungsi dari
32
beberapa sistem tubuh, emosi, stress dan pola kerja seperti nutrisi, istirahat
energi yang perlu direkap secara keseluruhan oleh perawat setelahnya. Data
tentang keunikan, nilai, kepercayaan dan integritas sosial yang terkait sutau
dengan orang lain serta senang atau tidaknya pasien dikaitkan dengan orang
lain.
selanjutnya yaitu perawat akan melakukan analisis terkait data yang telah
klien. selain itu pengumpulan data yang lebih banyak akan membantu
data, sebuah konsep dan teori dari beberapa disiplin akan memiliki penekanan
yang sama. sehingga untuk tujuan akhirnya akan dimasukkan pada fase
perencanaan. Kualitas dari aktivitas klien dan perawat ditekankan pada proses
perawatan. Untuk itu, levine mengatakan tujuan akhir tidak hanya secara
hingga dapat memiliki kondisi yang sehat. Pada tahap perencanaan, perawat
33
menentukan tujuan berikut:
untuk memiliki ilmu tentang dasar pengetahuan praktek. Selain itu, seorang
juga diperlukan dalam perencanaan. Pada fase ini, jika ada hal yang kurang
dipahami oleh perawat, mereka bisa saling bertukar informasi dengan tim
yang diawasi oleh perawat. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan
fase evaluasi tugas utama perawat yaitu memberikan perawatan pada klien
34
b. Hasil dari intervensi perawat yaitu memudahkan klien untuk beradaptasi
dengan keadaan.
d. Data yang telah diperolah oleh perawat dari respon klien bertujuan
e. Dalama teori yang Levine paparkan sering berfokus pada orang per orang,
yang akan digunakan baik untuk masa sekarang maupun dimasa depan,
Pada model yang dikembangkan oleh Levine lebih beriorientasi pada pasien
(individu) dianggap mahkluk holistik dan peran perawat untuk menjaga agar
merupakan pandangan pada model konsep Myra Levine. Suatu kegiatan yang
Levine juga berpendapat bahwa sehat dapat kita pastikan melalui konservasi
klien, struktur integitas, dan integritas sosial. Oleh karena itu, pendekatan
35
asuhan keperawatan lebih terfokus pada sumber kekuatan klien yang lebih
optimal.
Menurut Parker dalam Risnah dan Irwan (2021), Myra Levine telah
merumuskan sebuah teori keperawatan pada tahun 1966, namun baru dapat
a. Konservasi Energi
memperbarui energi secara terus menerus juga dilakukan agar dapat terus
36
dipahami oleh perawat agar dapat memberi batasan pada jumlah jaringan
diperhatikan.
a. Wholeness (Keutuhan)
37
mutualitas progresif antara fungsi yang beragam dan bagian-bagian dalam
b. Adaptasi
mereka hadapi baik dari segi eksternal maupun internalnya adapun hasil
dilakukan oleh individu dapat dianggap baik dan berhasil, namun ada pula
individu. Selain itu, kode genetik individu dapat menutupi pola adaptasi
c. Lingkungan
38
dapat menghubungkan aspek tersebut dengan lingkungan internal individu,
opsional dan konseptual. Dalam level perseptual dapat dilihat dari segi
organ indra. Sedangkan level operasional yaitu segala sesuatu baik yang
d. Respon organisme
persepsi.
39
sebagai proses penyembuhan diri. Sedangkan respon individu
keperawatan.
dilalui oleh individu akan diterima secara utuh jika hal itu bermanfaat,
sangat mempengaruhi respon yang akan terjadi, hal itu akan terjadi
40
5) Konservasi Levine mengemukakan bahwa model konservasi
buruk terjadi. Selain itu, konservasi juga dapat diartikan juga sebagai
evaluasi.
1. Pengkajian
41
dengan pasien terhadap keutuhannya. Hal ini dilakukan melalui prinsip
1) Alasan masuk RS
2) Faktor pencetus
5) Diagnosa medik
2) Lingkungan
42
3) Praktik budaya yang mempengaruhi kesehatan (misalya pantangan
untuk pemberian imuisasi pada anak, bayi diberi makanan lebih awal).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga (Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh
keluarga baik berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari
5) Kebersihan diri
43
Kebersihan selalu di lakukan dibantu orangtua atau pun perawat
dalam ruangan, namun terbatas karena klien dengan sesak nafas atau
kesadaran.
2) Tanda-tanda vital
3) Pengukuran antropometri
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lingkar lengan.
a) Kepala
44
rambut.
b) Mata
kemampuan visual.
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut
f) Laring
g) Pemeriksaan paru
45
dan dangkal. Napas cuping hidung dan sesak berat. Batuk produktif
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
h) Jantung
i) Abdomen
Perkusi: tympani/redup
j) Pemeriksaan genetalia
46
peradangan, testis, fimosis.
k) Pemeriksaan anus
m)Pemeriksaan kulit
kasar.
1) Identitas diri
2) Harga diri
47
Ungkapan perasaan klien (pasien anak dengan pneumonia yang belum
yakni keadaan anak yang dilihat secara objektif yakni gelisah, sering
resiko jatuh klien, atau mencabut alat misalnya OTT atau intravena
3) Support keluarga
yang terjadi pada pasien dan disusun sedemikian rupa. Dari hal tersebut akan
diambil sebuah keputusan terkait pertolongan apa saja yang harus diberikan
48
kepada pasien. Tropihicognosis merupakan istilah lain dalam pengambilan
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
3. Hipotesis
masalah serta memberikan solusi. Hal ini merupakan salah satu dari rencana
keperawatan.
49
Hipotesis:
Kriteria hasil:
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
5) Dispnea menurun
6) Ortopnea menurun
8) Gelisah menurun
Hipotesis:
Kriteria hasil:
3) Dispnea menurun
50
6) Frekuensi napas membaik
4. Intervensi
melakukan perawatan. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan dari hipotesis
pendekatan ini dituntut agar dapat menjaga keutuhan dan promosi adaptasi.
pneumonia:
Observasi
Terapeutik
51
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi
3) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
Observasi
7) Auskultasi bunyinapas
52
Terapeutik
Edukasi
5. Evaluasi
dilakukan pada respon individu terhadap hasil intervensi yang telah diberikan.
Evaluasi akan dilakukan setelah hasil uji hipotesis telah didapatkan, tujuannya
untuk melakukan kajian terhadap respon individu terkait hipotesis yang telah
Breathing. Masalah yang sering muncul pada anak dengan Pneumonia yang
pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada, napas
53
ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan (Muliasari &
Indrawati, 2018).
dan aplikasi model konservasi levine pada asuhan keperawatan anak dengan
masalah oksigenasi:
Tahun : 2018
Problem : Masalah yang sering muncul pada anak dengan Pneumonia yang dibawa
ke fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah distress
Populasi
pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada,
Patient napas cuping hidung dan disertai stridor (WHO, 2009). Distress
pernapasan merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen,
karena konsentrasi oksigen yang rendah, akan menstimulus syaraf pusat
untuk meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika upaya tersebut tidak
terkompensasi maka akan terjadi gangguan status oksigenasi dari
tingkat ringan hingga berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan.
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering disebabkan karena
adanya obstruksi jalan napas atas dan bawah karena peningkatan
produksi sekret sebagai salah satu manifestasi adanya inflamasi pada
saluran napas.
Alternatif untuk mengatasi masalah tidak efektifnya bersihan jalan napas
pada anak yaitu dengan menerapkan teknik Pursed Lips Breahting
(PLB). Teknik ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak (Muliasari &
Indrawati, 2018).
Populasi dalam penelitian:Responden yang terlibat dalam penelitian
ini sebanyak 36 orang anak, yang terdiri dari 18 kelompok PLB dan 18
pada kelompok fisioterapi dada.
Intervention : Adapun prosedur yang dilakukan pada responden yang termasuk ke
dalam kelompok intervensi PLB yaitu: memberikan intervensi cara
meniup mainan “tiupan lidah”. Cara meniup “tiupan lidah” sama dengan
teknik PLB yaitu tarik napas dalam melalui hidung kemudian keluarkan
udara melalui mulut yang dimonyongkan atau dikerutkan seperti
mencucu, sampai “tiupan lidah” mengembang terisi udara sampai ujung.
PLB ini dilakukan sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit
54
yang diselingi dengan nafas biasa.
Comparisson : Dalam penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yakni 18 anak
yang diberi tindakan fisioterapi dada. Gambaran karakteristik responden
yaitu mayoritas berjenis kelamin laki-laki baik pada kelompok kontrol
maupun intervensi. Status oksigenasi responden sesudah diberikan
terapi pursed lips breathing mengalami peningkatan sebesar 0,2 pada
variabel suhu, 1,89 pada frekuensi pernapasan, 4,95 pada frekuensi
nadi, dan 0,55 pada saturasi oksigen. Status oksigenasi pada kelompok
intervensi memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Outcomes : Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
status oksigenasi sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan
terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan
(RR) dan p=0,037 terhadap saturasi oksigen. Sehingga
direkomendasikan: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif
intervensi mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang
mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan oksigenasi.
Studi Desain : Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan pretest-
posttest control group design.
dengan pneumonia
Tahun : 2019
Problem : Berdasarkan data Rekam Medik dan Registrasi pasien ruang perawatan
anak RSUD Kabupaten Indramayu, didapatkan data pada tahun 2016
Populasi
sebanyak 3.687 anak, sedangkan pada kasus pneumonia pada balita
Patient adalah 232 pasien dan data 2 bulan terakhir yaitu bulan Januari dan
Februari 2017 jumlah kasus pneumonia pada anak balita adalah
sebanyak 45 kasus dengan rincian 20 kasus pada bulan Januari dan 25
kasus pada bulan Februari tahun 2017. Proses inflamasi dari penyakit
pneumonia mengakibatkan produksi sekret meningkat sampai
menimbulkan manifestasi klinis yang ada, sehingga muncul masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Beberapa tindakan yang efektif
untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah dengan
55
fisioterapi dada (Potter & Perry, 2009). Intervensi lain yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah ketidakeektifan bersihan jalan
napas selain fisioterapi dada pada balita yaitu dengan teknik pursed lips
breathing (PLB).
Populasi dalam penelitian: Responden yang terlibat dalam penelitian
ini adalah sebanyak 30 responden yang dibagi dalam 3 kelompok
intervensi.
Intervention : Adapun prosedur intervensi atau tindakan yang dilakukan pada responden
dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok yang
pertama diberi tindakan fisioterapi dada. Kelompok kedua diberi
tindakan pursed lips breathing dan kelompok ketiga diberi tindakan
fisioterapi dada dan pursed lips breathing.
Comparisson : Dalam penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yang dibagi
menjadi 2 kelompok yakni 10 anak yang diberi tindakan fisioterapi dada
dan 10 anak yang diberi tindakan pursed lips breathing. Gambaran hasil
pada intervensi fisioterapi dada didapatkan bahwa ada perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi fisioterapi dada pada anak
balita dengan pneumonia. Sedangkan pada kelompok intervemsi pursed
lips breathing didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
sebelum dan sesudah diberikan intervensi tersebut. Namun pada
intervensi fisioterapi dada dan pursed lips breathing didapatkan bahwa
ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan fisioterapi dada dan PLB pada anak balita dengan pneumonia.
Outcomes : Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap
bersihan jalan napas dengan P value 0,000. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan landasan dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri
pada anak balita yang mengalami pneumonia dengan bersihan jalan
napas.
Studi Desain : Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan
rancangan non randomized without control group pretest-posttest.
Berikut Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada artikel jurnal
56
TUJUAN 1. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien
serta mengurangi kerja pernafasan.
2. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas.
3. Memperbaiki oksigenasi.
4. Mencegah pola aktifitas otot pernafasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernafasan, mengurangi udara yang
terperangkap, serta mengurangi kerja bernafas (Saputri et al.,
2021).
INDIKASI 1. Dipsnea saat istirahat atau aktivitas minimal
2. Ketidakmampuan untuk melakukan ADL (Activity Daily
Living) akibat dyspnea
3. Klien dengan pola pernapasan tidak efisien
4. Klien post operasi dengan keluhan nyeri atau dengan
mobilitas terbatas.
KONTRA INDIKASI 1. Klien dengan asma parah yang ditandai dengan hiperinflasi
paru
2. Klien dengan pernapasan paradoksal
3. Peningkatan usaha untuk melakukan inspirasi
4. Peningkatan dispnea selama melakukan pursed lips breathing
PRE 1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
2. Siapkan alat-alat (respiratori rate timer dan pulse oximeter)
INTERAKSI
3. Cuci tangan
TAHAP 1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada
ORIENTASI
klien/keluarga
3. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama klien
5. Jaga privasi klien. Berikan lingkungan yang nyaman dan
tenang
PROSEDUR 1. Melakukan pengukuran suhu tubuh dengan termometer,
frekuensi pernapasan, frekuensi nadi dan saturasi oksigen
(TAHAP KERJA)
menggunakan pulse oximeter.
2. Mengatur posisi anak dengan posisi duduk/setengah duduk
dikursi atau tempat tidur atau lying position (posisi berbaring)
ditempat tidur.
3. Memberikan contoh cara meniup “tiupan lidah” dengan teknik
Pursed Lips Breathing (PLB) yaitu tarik nafas dalam melalui
hidung kemudian keluarkan udara melalui mulut yang
dimonyongkan atau dikerutkan seperti mencucu, sampai
“tiupan lidah” mengembang terisi udara sampai ujung.
4. Beri kesempatan pasien untuk mengulang cara meniup
“tiupan lidah” yang telah dicontohkan.
5. Lakukan teknik PLB tersebut sebanyak 30 kali dalam rentang
waktu 10-15 menit yang diselingi dengan nafas biasa dengan
57
ritme yang teratur.
6. Mendampingi dan memotivasi anak selama melakukan
aktivitas tersebut.
7. Memperhatikan kekuatan anak dalam melakukan teknik PLB
(Muliasari & Indrawati, 2018).
TERMINASI 1. Evaluasi perasaan klien setelah melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil kegiatan (lakukan pengukuran yang kedua
terhadap RR, HR dan saturasi oksigen serta data karakteristik
anak setelah intervensi dilakukan)
3. Simpulkan hasil kegiatan
4. Berikan umpan balik positif (pujian terhadap anak)
5. Kontrak pertemuan selanjutnya
6. Bereskan alat-alat
7. Cuci tangan
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain karya ilmiah ini menggunakan pendekatan case study (studi kasus)
Studi kasus akan dilakukan pada klien anak Pneumonia dengan masalah
oksigenasi.
B. Penetapan Sampel
inklusi yakni anak umur 4-5 tahun dengan Pneumonia, kesadaran compos mentis
dan kriteria eksklusi yakni anak usia dibawah 3 tahun dengan penurunan
kesadaran. Sampel pada kajian ini akan direncanakan empat pasien yang terdiri
dari satu pasien dengan asuhan keperawatan lengkap dan tiga pasien dengan
resume keperawatan.
Subjek dalam penulisan karya ilmiah ini diperoleh dengan penjelasan dan
menguji kesesuaian antara data subjektif dan objektif, serta menilai proses asuhan
59
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Manado di Ruangan Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) dan waktu pelaksanaan
Data primer diperoleh melalui tahapan observasi, yang dapat dilihat secara
subjektif maupun objektif pada pasien (anak dengan pneumonia) secara langsung
melalui pengkajian terkait dengan keluhan anak khususnya yang berkaitan dengan
(keluarga yang menjaga dan merawat anak) yang mengetahui riwayat penyakit
dan keluhan anak, verifikasi secara objektif, pemeriksaan fisik. Adapun data
dalam implementasi penerapan EBN Pursed Lips Breathing yang dilihat dari
E. Etika Penelitian
tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan
60
resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan
2. Anonimitas
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
4. Sukarela
Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau
61
BAB IV
Bab ini berisi tentang 4 kasus Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Breathing yang terbagi atas satu kasus asuhan keperawatan dan tiga resume
keperawatan.
A. HASIL
Kasus Pertama
1. Pengkajian
a. Identitas Umum
Identitas Orangtua
Ayah
Nama : Tn.S
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bitung
Ibu
Nama : Ny.M
62
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bitung
b. Lingkugan Internal
2) Faktor pencetus : -
c. Lingkungan Eksternal
kecil, klien hanya sering flu, demam dan diare yang kemudian
63
c) Obat-obatan yang digunakan: -
e) Alergi:tidak ada
f) Kecelakaan: -
Usia
Jenis Selang Reaksi
No Pemberia Frekuensi
Imunisasi Waktu Pemberian
n
1. BCG 1 bln 1x - -
2. DPT (I,II,III) 2-4 bln 3x 4 minggu Bengkak
3. Polio (I,II,III, 1-4 bln 4x 4 minggu -
IV)
4. Campak 9 bln 1x - Demam
5. Hepatitis < 7hr-4 bln 4x 4 minggu -
2) Lingkungan
ventilasi atau jendela sehingga sirkulasi udara baik dan sinar matahari
Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit sering
64
dibawah ke puskesmas atau tempat praktek dokter.
Genogram keluarga
X X X
X
X
X X
Keterangan :
: Perempuan : Hubungan
penyakit yang sama dengan klien. Tetapi ayah klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
d. Pengkajian Konservasi
1) Konservasi Energi
65
porsi dihabiskan porsi tidak
dihabiskan
b) Eliminasi
d) Aktivitas bermain
e) Kebersihan Diri
66
Frekuensi mandi 2x sehari Hanya di
washlap oleh
orangtuanya
Frekuensi mengganti pakaian 2x sehaari 1x sehari
Frekuensi menggososk gigi 2x sehaari 1x sehari
mentis
b) Tanda-tanda Vital
- Suhu : 38 ºC
c) Pengukuran antropometri
- Berat badan : 18 Kg
- Kepala
Inspeksi
Palpasi
67
• Benjolan (ada/tidak) : tidak ada
- Mata
• Pelpebra : normal
• Sclera : unikterik
• Pupil : Isokor
- Hidung
• Bentuk : normal
• Struktur : simetris
- Telinga
68
• Pemeriksaan uji pendengaran: klien dapat mendengar dengan
- Mulut
• Gigi
• Lidah : bersih
• Tonsil:normal
• Palatum: normal
- Faring
- Laring
- Pemeriksaan paru
Inspeksi
69
• Deformitas : tidak ada
Palpasi
• Kesimetrisan: simetris
Perkusi
• Suara: sonor
Auskultasi : ronchi
- Jantung
Inspeksi:
Auskultasi:
- Abdomen
Inspeksi
70
Auskultasi:
Perkusi: Tympani/redup
Palpasi:
- Pemeriksaan genitalia
Perempuan
- Pemeriksaan anus:
• Kebersihan: bersih
• Anus : ada
71
- Pemeriksaan kulit:
• Kelembaban: lembab
- Hasil Laboratorium :
- Rontgen :
Kesimpulan : Pneumonia
72
- IVFD RL 20 tetes/menit
(sebutkan)
Lainnya (sebutkan )
(sebutkan )
73
2. Analisa Data
74
3. DS: Kurangmya asupan Defisit Nutrisi (D.0019)
- Ibu klien mengatakan makanan
anaknya kurang nafsu
makan.
DO:
- Ku: lemah
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- Bising usus 15x/menit
- Mukosa bibir kering
(SDKI) :
4. Hipotesis
Indonesia (SIKI) :
75
NO. Hipotesis (Tujuan dan Kriteria Hasil) Intervensi
(SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
1 Bersihan Jalan Napas tidak Efektif Observasi
(D.0001) 1. Identifikasi kemampuan batuk
Tujuan : Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tanda vital (pernafasan,
intervensi keperawatan selama 3x24 suhu badan, tekanan darah dan nadi)
jam, maka diharapkan bersihan jalan 3. Monitor saturasi oksigen
napas (L.01001) meningkat. 4. Monitor bunyi napas tambahan
Dengan kriteria hasil: Terapeutik
a. Batuk efektif meningkat 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Produksi sputum menurun senyamannya pasien
c. Ronkhi menurun 2. Berikan minum hangat
d. Gelisah menurun 3. Lakukan teknik PLB (Pursed Lips
e. Frekuensi napas membaik Breathing)
f. Pola napas membaik 4. Berikan oksigen, jika perlu
g. Retraksi dinding dada berkurang Edukasi
atau menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur PLB
2. Ajarkan teknik PLB sesuai dengan SOP
3. Anjurkan teknik PLB dilakukan 30
kali dalam rentang waktu 10-15
menit.
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator, mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
76
2 Hipertermi (D.0130) Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Identifkasi penyebab hipertermi
intervensi keperawatan selama 2. Monitor suhu tubuh
3x24 jam, maka diharapkan 3. Monitor haluaran urine
termoregulasi (L.14134) Terapeutik
membaik. 1. Sediakan lingkungan yang dingin
Dengan kriteria hasil : 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
a. Menggigil menurun 3. Berikan cairan oral
b. Kulit merah menurun 4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
c. Kejang menurun jika mengalami hiperhidrosis (keringat
d. Pucat menurun berlebih)
e. Takikardi menurun 5. Lakukan pendinginan eksternal
f. Takipnea menurun Edukasi
g. Suhu tubuh membaik 1. Anjurkan tirah baring
h. Suhu kulit membaik Kolaborasi
i. Tekanan darah membaik 1. Pemberian cairan dan elektrolit intravena.
3 Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status nutrisi
jam, maka diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
(L.03030) membaik. makanan
Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
a. Porsi makan yang dihabiskan 4. Monitor asupan makanan
meningkat 5. Monitor berat badan
b. Kekuatan otot menelan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
c. Nyeri abdomen menurun jika perlu
d. Diare menurun 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
e. Berat badan membaik (mis.piramida makanan)
f. Indeks Massa Tubuh (IMT) 3. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
g. Frekuensi makan membaik 4. Berikan makanan tinggi kalori dan
h. Bising usus membaik tinggi protein
i. Membran mukosa membaik. Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
77
integritas struktur, personal dan sosial. Pada pendekatan ini dituntut agar
Hari/ Trophic
Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal ognosis
Selasa, 1 Konservasi Energi Jam : 13.45
08/02/22 08.15 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien belum bisa batuk Ibu klien mengatakan anak
efektif masih sesak napas dan batuk na
08.20 2. Memberikan minum hangat dengan sulit mengeluarkan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
sesuai dengan diet nya Objektif:
08.25 3. Memberikan posisi tidur kepala lebih 1. Anak tampak pernapasan
tinggi 15o dengan hasil: klien merasa cepat
nyaman. 2. RR : 44x/menit dan SPO2 9
08.30 4. Mempertahankan oksigen secara Nadi : 102x/menit, Suhu : 37,8
adekuat dengan hasil: klien terpasang 3. Bunyi napas rochi
O2 nasal canul 3 l/menit. 4. Refleks batuk kadang-kad
mash ada
Konservasi Integritas Struktur 5. Sekret bnyak kental putih
08.35 1.Memonitor tanda-tanda vital, dengan
hasil: TD: 90/60, RR: 46x/menit, Nadi: Assesment:
104x/menit, SB: 38ºC Bersihan jalan napas tidak ef
08.40 2.Memonitor saturasi oksigen dengan belum teratasi
hasil: SPO2 92%.
08.45 3.Memonitor bunyi napas tambahan Planning:
dengan hasil: bunyi napas tambahan 1.Identifikasi kemampuan batuk
ronchi. 2.Berikan minum air hangat
08.50 4.Mengatur posisi semi fowler dengan 3.Monitor tanda-tanda vital
hasil: pasien merasa nyaman 4.Monitor saturasi oksigen
08.55 5.Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB 5.Atur posisi semi fowler
dengan hasil: orangtua mengerti dan 6.Lakukan teknik PLB (Pursed
anak kooperatif. Breathing) sesuai dengan SOP
09.00 6.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 7.Libatkan orangtua
Breathing) sesuai dengan SOP dengan 8.Anjurkan dan motivasi ibu u
hasil: melakukan teknik PLB bers
78
09. 05 - Klien kooperatif dan mengikuti anak
teknik PLB yang diberikan, namun
hanya 15 kali dalam waktu 8 menit,
kemudian dilanjutkan lagi pada 10
menit berikutnya karena pasien
mudah merasa bosan dan teralihkan
perhatiannya
09.13 - Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
yang diajarkan
09.23 - Setelah 10 menit berikutnya
pemberian teknik PLB sebanyak 30
kali, klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental.
10.00 - Setelah 30 kali tindakan PLB,
RR:44x/menit, SPO2 92%.
10.03 7.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam
Konservasi Integritas Personal dan
Sosial
10.05 1.Melibatkan orangtua
10.07 2.Mengajarkan teknik PLB
10.12 3.Menganjurkan teknik PLB dilakukan
30 kali dalam rentang waktu 10-15
menit
10.15 4.Menganjurkan dan memotivasi ibu
untuk melakukan teknik PLB bersama
anak.
Selasa, 2 Konservasi Energi Jam: 13.50
08/02/22 10.16 1.Melonggarkan atau melepaskan Subjektif:
pakaian dengan hasil: klien Ibu mengatakan demam anak
menggunakan pakaian pendek, tidak masih naik turun
tebal dan menyerap keringat
10.18 2.Memonitor haluaran urine dengan Objektif:
hasil: klien terpasang kateter dan jumlah 1. KU: lemah, Kes: CM
urine 800ml/24 jam 2. TD: 100/60 mmHg, N
10.20 3.Menganjurkan tirah baring dengan 102x/menit, RR: 44x/menit, S
hasil: klien berbaring ditempat 37,8oC
tidurnya 3. Kulit teraba hangat
4. Anak tampak dikompres hang
Konservasi Integritas Struktur dahi nya.
10.22 1. Memonitor suhu tubuh dengan 5. Ibu tampak membasuh tubuh
hasil: suhu tubuh klien 38ºC. dengan air hangat
10.24 2.Menyediakan lingkungan yang dingin 6. Lingkungan ruangan ada
yakni: klien diruang rawat inap PICU disetting sesuai kebutuhan ana
dengan ruangan ber-AC 20-24o.
10.25 3.Memberikan cairan oral dengan hasil: Assesment:
klien diberi minum air putih oleh Hipertermi pada anak belum tera
orangtua
79
10.26 4.Melakukan pendinginan eksternal Planning:
yakni: berupa kompres air hangat 1. Monitor suhu tubuh
menggunakan handuk kecil 2. Longgarkan pakaian
12.00 5.Melakukan kolaborasi pemberian 3. Sediakan lingkungan yang din
antipiretik dengan hasil: klien diberi 4. Berikan cairan oral
Paracetamol sirup 4 x 5 ml. 5. Lakukan pendinginan ekste
berupa kompres hangat
Konservasi Integritas Personal 6. Kolaborasi pemberian antipire
07.30 1. Mengganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih) dengan
hasil: linen selalu diganti tiap pagi hari
10.28 2. Mengajarkan ibu menjaga
kestabilan suhu tubuh anak
10.30 3. Mengajarkan ibu untuk
mengompres hangat
80
sebelum sakit 19kg.
Konservasi Integritas Personal
dan Sosial
10.53 1. Melibatkan orangtua dalam
memotivasi anak untuk makan dan
program diet
10.55 2. Menganjurkan diet yang
diprogramkan dengan hasil
mengikuti diet yang dianjurkan.
11.00 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Rabu, 1 Konservasi Energi Jam:13.00
09/02/22 08.10 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien sudah mampu Ibu klien mengatakan anak
batuk efektif atau mengeluarkan masih sesak dan batuk namun s
08.13 dahaknya dapat banyak mengelua
2. Memberikan minum hangat dengan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
08.15 sesuai dengan diet nya Objektif:
3. Mempertahankan oksigen secara
1. Anak tampak pernapasan
adekuat dengan hasil: klien terpasang mulai teratur dan tenang
O2 nasal canul 3 l/menit. 2. RR : 38x/menit dan SPO2 9
Nadi : 102x/menit, Suhu : 37,7
08.20 Konservasi Integritas Struktur 3. Bunyi napas rochi
1. Memonitor tanda-tanda vital, dengan 4. Batuk efektif dan mengelua
hasil:, TD: 100/60 mmHg, RR: dahak
08.25 40x/menit, N : 102x/menit, SB:37,8 oC 5. Sekret bnyak kental putih
2. Memonitor saturasi oksigen dengan
08.27 hasil SPO2 92%. Assesment:
3.Memonitor bunyi napas tambahan Bersihan jalan napas tidak ef
dengan hasil: bunyi napas tambahan belum teratasi
08.30 ronchi.
4.Mengatur posisi semi fowler dengan Planning:
08.35 hasil: pasien merasa nyaman 1.Identifikasi kemampuan batuk
5.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 2.Berikan minum air hangat
Breathing) sesuai dengan SOP dengan 3.Monitor tanda-tanda vital
08.40 hasil: 4.Monitor saturasi oksigen
- Klien kooperatif dan mengikuti 5.Atur posisi semi fowler
teknik PLB yang diberikan sebanyak 6.Lakukan teknik PLB (Pursed
30 kali dalam waktu 15 menit yang Breathing) sesuai dengan SOP
08.55 diselingi dengan bernapas biasa.
- Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
08.58 yang diajarkan.
- Klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental saat
10.00 tindakan PlB diwaktu menit ke-10.
81
- Setelah 30 kali tindakan PLB,
10.02 RR:38x/menit, SPO2 93%.
6.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam
82
10.40 2. Memonitor asupan makanan dengan
hasil: klien makanan bubur dan lauk Objektif:
pauk dari diet gizi RS. 1. KU: lemah, Kes: CM
10.42 3. Memberikan makanan tinggi kalori 2. TD: 100/60 mmHg, N
dan tinggi protein sesuai program diet 102x/menit, RR: 38x/menit, S
Konservasi Integritas Struktur 37,7oC
07.45 1. Melakukan oral hygiene sebelum 3. BB klien saat ini = 18 kg
makan dengan hasil: klien dibantu 4. BB klien sebelum sakit = 19kg
ibunya untuk oral hygiene. 5. Tampak porsi makan t
10.45 2. Menganjurkan posisi duduk dengan dihabiskan
hasil klien duduk ketika makan.
10.48 3. Menyajikan makanan secara menarik Assesment:
dan suhu yang sesuai Defisit nutrisi pada anak be
10.50 4. Memonitor berat badan dengn hasil: teratasi
BB saat ini 18 kg, BB sebelum sakit
19kg. Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Identifikasi status nutrisi
dan Sosial 2. Monitor asupan makanan
10.52 1. Melibatkan orangtua dalam 3. Monitor BB
memotivasi anak untuk makan dan 4. Berikan makanan tinggi k
program diet dan tinggi protein
10.54 2. Menganjurkan diet yang 5. Lakukan oral hygiene sebe
diprogramkan dengan hasil mengikuti makan
diet yang dianjurkan. 6. Anjurkan posisi duduk
10.56 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli 7. Sajikan makanan secara men
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan suhu yang sesuai
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Kamis, 1 Konservasi Energi Jam:13.35
10/0222 08.05 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Subjektif:
dengan hasil: klien sudah mampu Ibu klien mengatakan anak
batuk efektif atau mengeluarkan masih sesak dan batuk namun s
08.10 dahaknya dapat banyak mengelua
2. Memberikan minum hangat dengan dahaknya.
hasil: klien diberi minum dan makan
08.15 sesuai dengan diet nya Objektif:
3. Mempertahankan oksigen secara1. Anak tampak pernapasan
adekuat dengan hasil: klien masih mulai teratur dan tenang
terpasang O2 nasal canul 3 l/menit. 2. RR : 34x/menit dan SPO2 9
Nadi : 104x/menit, Suhu : 37,5
08.20 Konservasi Integritas Struktur 3. Bunyi napas rochi
1.Memonitor tanda-tanda vital, dengan 4. Batuk efektif dan mengelua
hasil: TD : 100/60 mmHg, RR : dahak
08.25 36x/menit, N : 104x/menit, SB:37,7 C
o
5. Sekret bnyak kental putih
2.Memonitor saturasi oksigen dengan
08.27 hasil SPO2 93%. Assesment:
3.Memonitor bunyi napas tambahan Bersihan jalan napas belum tera
dengan hasil: bunyi napas tambahan
08.30 ronchi. Planning:
4.Mengatur posisi semi fowler dan pasien 1.Identifikasi kemampuan batuk
08.35 merasa nyaman 2.Berikan minum air hangat
83
5.Melakukan teknik PLB (Pursed Lips 3.Monitor tanda-tanda vital
08.40 Breathing) sesuai dengan SOP. 4.Monitor saturasi oksigen
6.Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB 5.Atur posisi semi fowler
08.45 dengan hasil: Lakukan teknik PLB (Pursed
- Klien kooperatif dan mengikuti Breathing) sesuai dengan SOP.
teknik PLB yang diberikan sebanyak
30 kali dalam waktu 15 menit yang
09.00 diselingi dengan bernapas biasa.
- Respon pasien saat dilakukan
tindakan PLB kooperatif, mampu
memahami dan mngikuti teknik
09.05 yang diajarkan.
- Klien batuk efektif dan nampak
sekret warna putih kental saat selesai
10.00 tindakan PLB.
- Setelah 30 kali tindakan PLB,
10.02 RR:34x/menit, SPO2 94%.
7.Melakukan kolaborasi pemberian
Inhalasi ventolin 1 respule/8 jam
84
Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Monitor suhu tubuh anak
07.35 1. Mengganti linen setiap hari atau lebih 2. Longgarkan pakaian
sering jika mengalami hiperhidrosis 3. Sediakan lingkungan yang din
(keringat berlebih) dengan hasil linen 4. Berikan cairan oral
selalu diganti tiap pagi hari 5. Lakukan pendinginan ekste
10.35 2. Mengajarkan ibu menjaga kestabilan berupa kompres hangat
suhu tubuh anak Kolaborasi pemberian antipireti
Kamis, 3 Konservasi Energi Jam: 13.50
10/0222 10.36 1. Mengidentifikasi status nutrisi dengan Subjektif:
hasil: status nutrisi klien berkurang Ibu mengatakan anaknya m
karena klien kurang makan dan lemas. kurang nafsu makan
10.38 2. Memonitor asupan makanan dengan
hasil: klien makanan bubur dan lauk Objektif:
pauk dari diet gizi RS. 1. KU: lemah, Kes: CM
10.40 3. Memberikan makanan tinggi kalori 2. TD: 100/60 mmHg, N
dan tinggi protein sesuai program diet 104x/menit, RR: 34x/menit, S
Konservasi Integritas Struktur 37,5oC
07.50 1. Melakukan oral hygiene sebelum 3. BB klien saat ini = 18 kg
makan dengan hasil: klien dibantu 4. BB klien sebelum sakit = 19 k
ibunya untuk oral hygiene. 5. Tampak porsi makan t
10.42 2. Menganjurkan posisi duduk dengan dihabiskan
hasil klien duduk ketika makan.
10.45 3. Menyajikan makanan secara menarik Assesment:
dan suhu yang sesuai Defisit nutrisi pada anak be
10.48 4. Memonitor berat badan dengn hasil: teratasi
BB saat ini 18 kg, BB sebelum sakit
19kg. Planning:
Konservasi Integritas Personal 1. Identifikasi status nutrisi
dan Sosial 2. Monitor asupan makanan
10.50 1. Melibatkan orangtua dalam 3. Monitor BB
memotivasi anak untuk makan dan 4. Berikan makanan tinggi k
program diet dan tinggi protein
10.55 2. Menganjurkan diet yang 5. Lakukan oral hygiene sebe
diprogramkan dengan hasil mengikuti makan
diet yang dianjurkan. 6. Anjurkan posisi duduk
11.00 3. Melakukan kolaborasi dengan ahli Sajikan makanan secara men
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan suhu yang sesuai
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
85
Kasus Kedua
1. Pengkajian
An. A.T, usia 5 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan
keluhan sesak napas pada tanggal 10 Februari 2022 pukul 02.30 WIB dalam
Februari 2022, ibu klien mengatakan An.A.T sesak napas, batuk disertai
dahak kurang lebih sudah 2 minggu, demam sudah 2 hari naik turun. Klien
a. Konservasi Energi
Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan
minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya
berkurang, An.A.T makan 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.
dengan volume urine ± 1000ml/hari, warna jernih dan bau khas. Klien
tidur ± 6 jam/hari dengan kebiasaan dielus oleh ibunya. Saat sakit klien
BB: 20 kg, TB: 120 cm. Klien terpasang O 2 nasal canul 3 liter/menit.
Terdapat cairan atau sekret pada hidung. Terdapat retraksi dinding dada,
86
perkusi paru terdengar hipersonor, pada auskultasi paru terdengar ronchi.
berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh
perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang
terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa
lemas.
2. Analisa Data
Data Subjektif:
87
- Ibu klien mengatakan anaknya klien batuk berdahak
Data Objektif:
- RR: 38x/menit
- SPO2: 94%
- SB : 37,6oC
Data Subjektif:
Data Objektif:
- RR: 38x/menit
- SPO2: 94%
88
3. Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)
4. Hipotesis
Indonesia (SIKI) :
Kriteria Hasil:
3) Ronkhi menurun
4) Gelisah menurun
89
7) Retraksi dinding dada berkurang atau menurun
Rencana Keperawatan:
Observasi
nadi)
Terapeutik
Edukasi
menit.
Kolaborasi
90
Kriteria Hasil:
3) Dispnea menurun
Observasi
Terapeutik
2) Berikan oksigen
Kolaborasi
91
a. Konservasi Energi
batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua
sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian
memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien
minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala
lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien
TD: 90/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 106x/menit, SB: 37,6ºC, pada
hari kedua TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 104x/menit, SB:
37,6ºC dan pada hari ketiga TD: 90/60 mmHg, RR: 36x/menit, Nadi:
pada hari pertama dan hari kedua 94%, dan hari ketiga meningkat 95%.
Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga
dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan
hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips
92
menit pada hari pertama sampai hari ketiga yang diselingi dengan bernapas
biasa, respon pasien saat dilakukan tindakan PLB mampu memahami dan
tindakan PLB dan nampak sekret kental berwarna putih pada hari pertama,
dan pada hari kedua dan ketiga klien batuk efektif setelah 15 kali tindakan
kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak
anak.
a. Konservasi Energi
Memonitor pola napas selama hari pertama sampai hari kedua pola napas
93
klien tidak teratur dengan RR hari pertama dan kedua 38x/menit, hari
sampai hari ketiga dengan hasil bunyi napas masih ronchi. Memonitor
saturasi oksigen dengan hasil SPO2 pada hari pertama dan hari kedua 94%,
Kasus Ketiga
1. Pengkajian
An. G.L usia 4 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan
keluhan sesak napas pada tanggal 10 Februari 2022 pukul 11.00 WIB. Ibu
klien mengatakan An.G.L sebelum masuk RS, anak demam naik turun, batuk,
pilek, sesak napas kurang lebih sudah 4 hari. Kemudian ibu klien membawa
Bronkopneumonia.
94
a. Konservasi Energi
Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan
minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya
berkurang, An.G.L makan ± 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.
Namun An. G.L tidak mengalami penurunan BB. Klien terpasang kateter
BB: 19 kg, TB: 110 cm. Klien terpasang O 2 nasal canul 2 liter/menit.
Terdapat cairan atau sekret pada hidung. Terdapat retraksi dinding dada,
pada tanggal 02 Februari 2022: leukosit 16rb/ul ( nilai normal: 4-11rb /ul ).
95
orangtuanya atau ibunya. Ibu klien mengatakan anaknya masih suka rewel
berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh
perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang
terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa
lemas.
2. Analisa Data
Data Subjektif:
Data Objektif:
- RR: 40x/menit
- SPO2: 94%
- SB : 37,4oC
96
- Hasil foto thoraks:
4. Hipotesis
Indonesia (SIKI):
Kriteria Hasil:
3) Ronkhi menurun
4) Gelisah menurun
97
5) Frekuensi napas membaik
Rencana Keperawatan:
Observasi
nadi)
Terapeutik
Edukasi
3) Anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit.
Kolaborasi
98
Februari 2022 serta dievvaluasi setelah selesai tindakan.
a. Konservasi Energi
batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua
sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian
memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien
minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala
lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien
TD: 90/60 mmHg, RR: 40x/menit, Nadi: 106x/menit, SB: 37,6ºC, pada
hari kedua TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 104x/menit, SB:
37,6ºC dan pada hari ketiga TD: 100/60 mmHg, RR: 36x/menit, Nadi:
pada hari pertama 94%, dan hari kedua dan ketiga meningkat 95%.
Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga
dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan
hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips
99
Breathing) sesuai dengan SOP dengan hasil klien kooperatif dan
menit yang diselingi dengan bernapas biasa, respon pasien saat dilakukan
Klien batuk efektif setelah 15 kali tindakan PLB dan nampak sekret kental
berwarna putih pada hari pertama dan kedua setelah tindakan. Kemudian
pada hari ketiga klien batuk efektif dan mengeluarkan sekret setelah 20kali
kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak
anak.
Kasus keempat
1. Pengkajian
An. D.R, usia 5 tahun masuk IGD RSUP Prof.R.D. Kandou Manado dengan
keluhan sesak napas pada tanggal 18 Februari 2022 pukul 07.30 WIB dalam
100
keadaan compos mentis. Pada pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22
Februari 2022, ibu klien mengatakan An.D.R sesak napas dan batuk berdahak
sejak 2 minggu yang lalu. Klien terpasang nasal canul 4 liter/menit, klien
tampak sesak, tampak pucat, terdapat sekret pada hidung klien. Pernapasan
klien cepat dan dangkal, terdapat pernapasan cuping hidung. Klien kemudian
didiagnosis Pneumonia.
a. Konservasi Energi
Pada status nutrisi dan cairan, ibu klien mengatakan anaknya makan dan
minum sesuai dengan diet gizi dari rumah sakit, nafsu makan anaknya
berkurang, An.D.R makan 2-3 kali sehari dengan porsi tidak dihabiskan.
Namun An. D.R tidak mengalami penurunan BB. Klien terpasang kateter
dengan volume urine ± 900ml/hari, warna jernih dan bau khas. Klien tidur
± 6 jam/hari dengan kebiasaan dielus oleh ibunya. Saat sakit klien belum
BB: 24 kg, TB: 119 cm. Konjungtiva sedikit anemis. Klien terpasang O 2
101
tampak infiltrat pada parahilus bilateral, kesimpulan: Pneumonia. Terapi
orangtuanya atau ibunya. Ibu klien mengatakan anaknya masih suka rewel
berinteraksi dengan baik, namun jika ada tindakan pengambilan darah oleh
perawat klien akan berteriak dan menangis karena takut dan sakit yang
terlihat baik, namun interaksi masih terbatas karena anak masih merasa
lemas.
2. Analisa Data
Data Subjektif:
Data Objektif:
102
- Klien nampak terpasang nasal canul O2 4 l/menit
- RR: 40x/menit
- SPO2: 93%
- SB : 36,8oC
napas.
4. Hipotesis
Indonesia (SIKI):
103
Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Kriteria Hasil:
3) Ronkhi menurun
4) Gelisah menurun
Rencana Keperawatan:
Observasi
nadi)
Terapeutik
104
Edukasi
3) Anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit.
Kolaborasi
a. Konservasi Energi
batuk berdahak dan belum bisa batuk efektif, namun pada hari kedua
sampai ketiga klien batuk berdahak dan bisa batuk efektif. Kemudian
memberikan minum hangat selama hari pertama sampai hari ketiga klien
minum atau makan sesuai dengan dietnya. Memberikan posisi tidur kepala
lebih tinggi 15o selama hari pertama sampai hari ketiga dengan hasil klien
TD: 90/60 mmHg, RR: 40x/menit, Nadi: 123x/menit, SB: 36,8ºC, pada
105
hari kedua TD: 90/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi: 114x/menit, SB:
36,8ºC dan pada hari ketiga TD: 100/60 mmHg, RR: 38x/menit, Nadi:
pada hari pertama 93%, hari kedua 94% dan ketiga meningkat 95%.
Memonitor bunyi napas dengan hasil hari pertama sampai hari ketiga
dilakukan tindakan PLB selama hari pertama sampai hari ketiga dengan
hasil klien merasa nyaman, kemudian dilakukan teknik PLB (Pursed Lips
menit yang diselingi dengan bernapas biasa, respon pasien saat dilakukan
Klien batuk efektif setelah 30 kali tindakan PLB dan nampak sekret kental
berwarna putih pada hari pertama dan kedua setelah tindakan. Kemudian
pada hari ketiga klien batuk efektif dan mengeluarkan sekret setelah 20kali
kali dalam rentang waktu 10-15 menit agar supaya orangtua dan anak
106
dapat berperan aktif untuk mengatasi masalah oksigenasi, serta
anak.
B. PEMBAHASAN
Pada sub Bab ini berisi analisis penerapan teori konservasi Levine dalam empat
kasus asuhan keperawatan anak dengan pneumonia yang di rawat di ruang PICU
yang mengalami masalah oksigenasi dan analisis penerapan EBN Pursed Lips
anak yang dirawat di PICU. Pendekatan yang digunakan pada empat kasus
untuk semua orang, baik sehat ataupun sakit. Pasien adalah mitra atau peserta
107
1. Pengkajian
serta data sekunder melalui status rekam medis pasien. Klien dalam empat
kasus asuhan keperawatan ini adalah anak berusia 4-5 tahun. Sebastian et al.,
mengalami pneumonia terjadi pada kelompok usia yang lebih kecil dan lebih
besar dari pada usia sekolah. Hal ini berarti anak di usia prasekolah (3-5 tahun)
kasus tersebut memiliki tanda dan gejala yang sama yakni status nutrisi
dan cairan yang kurang adekuat ditandai dengan anak kurang nafsu makan,
porsi makan tidak dihabiskan, anak makan ± 2-3x/hari. Namun pada kasus
108
pertama, anak mengalami penurunan BB 1 kg sehingga diangkat masalah
dengan jumlah urin normal 800-1000ml/24 jam. Pada ke empat anak untuk
aktivitas bermain, pada saat sakit hanya bisa berbaring dan kadang diberi
kebutuhan oksigen ditemukan data yang sama, yaitu adanya sekret di jalan
napas, bunyi paru ronchi, sesak napas, frekuensi napas yang tidak teratur,
saturasi oksigen yang tidak stabil, tanda-tanda vital yang tidak stabil, hasil
pemeriksaan darah yang tidak normal dan hasil pemeriksaan rontgen yang
SPO2: 94%. Pada kasus kedua respirasi: 40x/menit dan SPO 2: 94%. Pada
respirasi: 40x/menit dan SPO2: 93%. Kemudian pada kasus pertama klien
didapatkan demam dengan suhu badan: 38oC. Pada tiga kasus lainnya suhu
109
badan anak normal. Menurut Andarmoyo (2012), adanya peningkatan suhu
dari ke empat kasus berdasarkan observasi dan wawancara baik pada klien
dengan orangtua atau ibu klien. Namun, masih suka rewel atau menangis
ke empat kasus yakni anak mampu berinteraksi dengan baik, namun jika
laboratorium oleh perawat, anak akan berteriak dan menangis karena takut
dan sakit yang dirasakan. Ibu atau anggota keluarga yang lainnya selalu
baik. Namun, interaksi masih terbatas karena ke empat anak masih dalam
kondisi lemas.
tumbuh kembang anak menurut Kemenkes RI (2016) yakni pada masa anak
110
proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain diluar rumah. Hal ini berisiko bagi
anak untuk terpapar dan tertular penyakit infeksi seperti influenza dan
2. Trophicognosis
yakni bersihan jalan napas tidak efektif, hipertermi dan defisit nutrisi. Pada
kasus kedua dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
dan pola napas tidak efktif. Pada kasus ketiga dan keempat dengan masalah
oksigenasi yang ditemukan pada ke empat kasus yang sama adalah bersihan
jalan napas tidak efektif. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan
111
Trophicognosis atau masalah keperawatan utama pada ke empat kasus
tahun 2020 tentang asuhan keperawatan pasien anak dengan pneumonia dalam
hipersekresi jalan napas (D.0001) yang ditandai dengan sekret yang tertahan.
napas tetap paten, dengan tanda atau gejala batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, wheezing atau ronchi, pola napas dan frekuensi napas
berubah (PPNI, 2018). Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik yaitu adanya
3. Hipotesis
empat kasus dapat dilihat lebih rinci pada bagian hasil dari asuhan keperawatan
112
kasus satu sampai dengan kasus empat yang diuraikan dalam bentuk asuhan
(SIKI).
minum air hangat, berikan posisi tidur kepala lebih tinggi 15 o, pertahankan
antara lain: monitor tanda-tanda vital, monitor saturasi oksigen, monitor bunyi
napas, atur posisi semi fowler, jelaskan tujuan dan prosedur PLB, lakukan
teknik PLB (Pursed Lips Breathing) sesuai dengan SOP dan kolaborasi
konservasi personal dan sosial antara lain: libatkan orangtua, ajarkan teknik
PLB, anjurkan teknik PLB dilakukan 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit,
anjurkan dan motivasi ibu untuk melakukan teknik PLB bersama anak.
4. Implementasi
113
mempertahankan sosial, Wholeness dan membantu memfasilitasi adaptasi
variasi tindakan sesuai dengan kebutuhan klien dan masalah keperawatan yang
ada pada tiap kasus. Namun dari ke empat kasus, terdapat masalah
dengan hasil untuk kasus pertama sampai keempat klien belum bisa batuk
efektif pada hari pertama tindakan, namun sudah dapat batuk efektif pada hari
kedua dan ketiga. Memberi minum air hangat selama hari pertama sampai hari
ketiga pada ke empat kasus dengan hasil klien diberi makan atau minum sesuai
dengan diet gizi rumah sakit. Memberikan posisi tidur kepala lebih tinggi 15 o
selama hari pertama sampai hari ketiga pada ke empat kasus dengan hasil klien
pada kasus pertama dan kedua masih terpasang O2 nasal canul 3 l/menit, dan
kasus ketiga O2 nasal canul 2 l/menit serta kasus keempat O 2 nasal canul
4l/menit.
bersihan jalan napas pada ke empat kasus adalah memonitor tanda-tanda vital
114
pasien dengan hasil tanda-tanda vital yang bermasalah pada kasus pertama di
hari pertama yakni RR: 46x/menitdan SB 38 oC, kasus kedua dan ketiga RR:
40x/menit dan SB:37,6 oC, kasus ke empat RR: 40x/menit dan SB:36,8 oC. pada
hari kedua kasus pertama RR: 40x/menit dan SB:37,8 oC, kasus kedua RR:
38x/menit dan SB:37,6 oC, kasus ketiga RR: 40x/menit dan SB:37,6 oC, kasus
ke empat RR: 38x/menit dan SB:36,8 oC. Pada hari ketiga kasus pertama RR:
36x/menit dan SB:37,7 oC, kasus kedua dan ketiga sama RR: 36x/menit dan
SB:37,5 oC, kasus ke empat RR: 38x/menit dan SB:36,7 oC. Memonitor saturasi
oksigen pada ke empat kasus, hari pertama sampai kedua kasus pertama yakni
SpO2 92%, hari ketiga meningkat 93%. Pada kasus kedua dan ketiga hari
pertama SpO2 94% kemudian meningkat pada hari kedua dan ketiga menjadi
95%. Pada kasus keempat hari pertama SpO 2 93%, hari kedua meningkat 94%
dan hari ketiga menjadi 95%. Memonitor bunyi napas klien pada keempat
kasus tersebut dengan hasil dari ke empat kasus di hari pertama sampai hari
ketiga masih terdengar bunyi napas ronchi. Mengatur posisi semi fowler pada
setiap anak dalam empat kasus dari hari pertama sampai hari ketiga anak
merasa nyaman. Menjelaskan tujuan dan prosedur PLB pada anak dan orangtua
atau ibu klien sebelum dilakukan intervensi PLB di hari pertama pada setaip
empat kasus, dengan hasil klien dan orangtua mendukung atau kooperatif dan
dengan bersihan jalan napas pada ke empat kasus selama 3 hari adalah
115
anka dan orangtua agar supaya orangtua dan anak dapat berperan aktif untuk
5. Evaluasi
individu terhadap hasil intervensi yang telah diberikan. Fawcett & Swoyer
kasus, hampir semua tujuan dapat tercapai. Terutama yang berkaitan dengan
masalah oksigenasi, hanya saja masalah bersihan jalan napas masih belum
mengalami sesak dengan RR yang lebih tinggi dari normal dan saturasi oksigen
saturasi oksigen walau belum signifikan menuju normal namun terlihat adanya
perbaikan. Dan dari ke empat kasus tersebut setelah dilakukan tindakan PLB
batuk secara efektif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa klien dapat mulai
116
6. Analisis Penerapan Intervensi EBN Pursed Lips Breathing
terapi non farmakologi yakni teknik Pursed Lips Breathing atau PLB. Teknik
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak. Selain itu, PLB bermanfaat
tekanan alveolus meningkat dan dapat membantu mendorong sekret pada jalan
napas saat ekspirasi serta dapat menginduksi pola napas menjadi normal. PLB
hanya dapat digunakan pada anak yang sadar dan mampu diajak kerjasama.
Kelompok usia yang sudah mampu diajak kerjasama mulai dari anak usia
prasekolah, karena pada usia ini anak sudah mampu menguasai bahasa dan
aktivitas bermain meniup tiupan lidah terhadap status oksigenasi pada anak
117
keperawatan yang penulis tetapkan untuk membantu mengeluarkan sekret di
Breathing atau teknik PLB ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muliasari
dan Indrawati tahun 2018, dengan judul “Efektifitas Pemberian Terapi Pursed
adalah 97,94%, dan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi Pursed Lips
pneumonia.
walau belum secara signifikan dan dapat dilihat dari perubahan frekuensi
pernapasan dan saturasi oksigen dari hari pertama sampai hari ketiga
batukefektif dan mengeluarkan dahak atau sekret kental berwarna putih setelah
118
Pada teknik PLB dimana klien anak mengerucutkan bibir saat
pernapasan. Hal ini terbukti setelah anak dilakukan terapi PLB, frekuensi
perrnapasan anak menjadi lebih lambat. PLB juga menyebabkan otot-otot perut
berkontraksi ketika ekspirasi, hal ini akan memaksa diafragma ke atas, dan
lambat dan lebih efisien (Oktaviani et al., 2021). Hal ini didukung dengan
119
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penerapan tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners yang telah
dilakukan penulis dengan judul Aplikasi Intervensi Pursed Lips Breathing pada
integritas personal didapatkan data secara sekunder dari orangtua klien karena
yakni bersihan jalan napas tidak efektif. Pada ke empat kasus tersebut menunjukkan
tanda dan gejala yang sama untuk diangkat masalah keperawatan bersihan jalan
120
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
masalah keperawatan yang ada pada klien atau anak yakni penerapan
intervensi Pursed Lips Breathing atau teknik meniup tiupan lidah dalam
yakni salah satunya dengan pemberian terapi non farmakologi teknik Pursed
Lips Breathing atau teknik meniup tiupan lidah yang diberikan berdasarkan
SOP dari jurnal EBN yang telah dianalisis dan diterapkan langsung kepada
oksigen walau belum secara signifikan menuju keadaan perbaikan dan secara
121
keseluruhan dari empat kasus tersebut menunjukkan anak mulai mampu batuk
6. Hasil analisis intervensi Pursed Lips Breathing atau teknik meniup tiupan
lidah yang dilakukan pada 4 anak dalam empat kasus yang mengalami
lebih lanjut, namun ada juga beberapa kendala yang ditunjukkan dari 2 anak
dengan SOP yakni 30 kali dalam 10-15 menit dikarenakan anak cepat merasa
mengevaluasi hasilnya.
B. SARAN
Setelah melihat hasil yang telah didapat, penulis ingin memberikan saran dan
masukan yang diharapkan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait dalam
melanjutkan intervensi :
1. Bagi Responden
Diharapkan klien berlatih pursed lips breathing sehari 30 kali dalam 10-15
menit atau lebih sering agar membantu jalan napas efektif dengan membantu
122
terkini (evidence based practice/ EBP), melakukan inovasi untuk
interaksi antara anak dan keluarga sebagai bentuk dukungan terhadap anak
keperawatan.
123
DAFTAR PUSTAKA
124
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). DPP PPNI.
Ratna Hidayani, W. (2020). Pnemonia : Epidemiologi, Faktor Risiko Pada Balita.
CV. Pena Persada, 1–20.
Riskesdas Sulawesi Utara. (2018). Laporan Provinsi sulawesi utara Riskesdas
2018. In Dinas Kesehatan Sulawesi utara.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3756
Risnah, & Irwan, M. (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. In Alauddin University Press.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/17880/
Rofifah, D. (2020). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Pneumonia. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 2(1), 12–26.
Rustina Yeni, Tri Waluyanti Fajar, M. (2013). Aplikasi Teori Konservasi Levine
Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Perawatan Anak. Keperawatan Anak, 1(No. 2 November 2013), 104–112.
Saputri, A., Anggraini, D. A., Widayanto, D., Permatasari, E. D., Jerau, E. E.,
Septiani, F., Nurjihan, I., Wulandari, P. S., Christina, T. Y., Handayani, F.,
Sujianto, U., Hidayati, W., Ropyanto, C. B., Dyan, N. S., Hastuti, Y. D., &
Kusuma, H. (2021). PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM
KEPERAWTAN MEDIKAL BEDAH. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Sebastian, R., Skowronski, D. M., Chong, M., Dhaliwal, J., & Brownstein, J. S.
(2008). Age-related trends in the timeliness and prediction of medical visits,
hospitalizations and deaths due to pneumonia and influenza, British
Columbia, Canada, 1998-2004. Vaccine, 26(10), 1397–1403.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2007.11.090
Subakti, theresa adelina victoria subakti. (2012). Aplikasi Model Konservasi
Levine dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Anak di Ruang
Perawatan Anak. Fmipa Ui, 1–95.
Sutini, T. (2018). Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Asosiasi Institusi
Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPVIKI).
Utomo, A. S., Negoro, E. H. P., & Sofie, M. (2019). Monitoring Heart Rate Dan
Saturasi Oksigen Melalui Smartphone. Simetris: Jurnal Teknik Mesin,
Elektro Dan Ilmu Komputer, 10(1), 319–324.
https://doi.org/10.24176/simet.v10i1.3024
Vatwani, A. (2019). Pursed Lip Breathing Exercise to Reduce Shortness of
Breath. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 100(1), 189–190.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2018.05.005
WHO. (2021). Pneumonia.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
125
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan/Education Information
a. TK Putra 2 Tamat Tahun 2002
b. SDN No.86 Kota Tengah Kota Gorontalo Tamat Tahun 2008
c. SMP Negeri 8 Kota Gorontalo Tamat Tahun 2010
d. SMA Negeri 3 Kota Gorontalo Tamat Tahun 2012
e. Diploma IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo Tamat
Tahun 2016
f. Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Masuk Tahun 2021
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Dosen Pembimbing
Silahkan menyusun KIAN sesuai bimbingan Luring tanggal 31 Januari 2022. Masukkan judul KIAN. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Sesi / Bahasan : ke-2 / Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Anak
Pneumonia dengan intervensi terapi pursed lips breathing untuk memenuhi
oksigenasi anak di ruang PICU RSUP Prof.Kandou Manado.
Dosen Pembimbing
Penerapan Teori Konservasi Levine pada asuhan keperawatan Anak dengan Syok Septik yang mengalami
masalah Oksigenasi Di Ruangan Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado.
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
EBP Posisi prone sdh diambil mahasiswa yang lain sejak minggu lalu, coba di cari EBP yang lain. Tks
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Perbaiki BAB I-III sesuai koreksi dalam naskan KIAN yang di upload. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Koreksi bimbingan ada di naskah pada konsultasi tgl 24 feb 2022. Tks.
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Perbaiki sesuai hasil koreksi bimbingan pada naskah bab I-III KIAN, perhatikan penulisan bahasa asing,
sumber lieratur, ruang kosong pada tabel, dan jurnal EBP. Tks.
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Acc format pengkajian, lampirkan pada proposal bersama informed concent pada saat pengurusan ethical
clearence.Tks.
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Acc, silahkan mengurus Ethical Clearence, lampirkan informed concent dan format pengkajian. Tks.
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Asuhan keperawaatan terdiri dari 1 asuhan keperawatan lengkap selama 3x24 jam, dengan 3 resume. Intervensi
kep termasuk penerapan EBP pada ke 4 pasien dengan evaluasi respon selama 3 hari tsb. Tks.
Mahasiswa
Minggu, 12 Juni 2022, 16:10:01
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Pembahsan diurutkan sesuai tujuan penelitian, dibahas sesuai analisis dari penerapan 4 kasus sesuai
konsep teori yg digunakan, termasuk pembahasan penerapan EBN nya. Tks.
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Mahasiswa
Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu.. izin firnawati memasukkan revisi KIAN Bab 4-5 Ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Dosen Pembimbing
Hallo Firnawati... selanjutnya apa? belum ada perkembangan ini sudah 1 minggu berlalu.. silakan lanjutkan
judul fixnya apa... apakah sudah ada EBN yng akan di pakai?
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
perbaiki tata penulisan menggunakan kaidah penulisan yang benar dan perhatikan marginnya
POLTEKKES KEMENKES MANADO
Jl. Wolter Monginsidi, Malalayang Dua, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Website : www.poltekkes-manado.ac.id/Telepon :(0431) 833773
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Firna bagian D bab 2. untuk pengkajian format ini diisi dengan data teoritis pada anak dengan kasus apa..
kemudian lanjutkan diagnisa, intervensi (jangan lupa intervensinya di insert EBN) terakhir evaluasi menurut
levine seperti apa pada kasus yg diambil namun masih sebatas teori
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Dosen Pembimbing
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
REKAP PERCAKAPAN
BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
Selamat siang ibu, mohon maaf mengganggu.. izin firnawati memasukkan revisi KIAN Bab 4-5 Ibu yang telah
dikoreksi oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2 ibu..
Mohon arahan dan bimbingannya ibu..
Terima kasih ibu
REKAP PERCAKAPAN BIMBINGAN
Judul Tugas Akhir : APLIKASI INTERVENSI PURSED LIPS BREATHING PADA ASUHAN
KEPERAWATAN
ANAK DENGAN PNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH OKSIGENASI
MENGGUNAKAN TEORI KONSERVASI LEVINE
Mahasiswa
dan prosedur studi kasus mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemberian asuhan keperawatan tersebut. Oleh karena
itu saya bersedia / tidak bersedia *) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
………………….,……….…………………… 20……..
PemberiAsuhanKeperawatan Responden,
FirnawatiMaspeke ……………………………
Saksi,
……………………………………………
Abstract
Background: Pneumonia is the second most common disease that causes death in children under five in the
world. Symptoms that appear in the case of Pneumonia are acute respiratory problems that need to be handled
appropriately. The aim of this research are to identify the effect of pursed lips breathing therapy through tongue
blowing activity on the oxygenation status of preschoolers with Pneumonia. Method: The sampling technique is
purposive random sampling with 36 people consisting of 18 intervention groups and 18 control groups. Data
were analyzed using univariate and bivariate tests. Result: The results showed a significant difference between
oxygenation status before and after intervention with tongue blowing therapy (PLB), namely p = 0.045 on
respiratory frequency (RR) and p = 0.037 to saturation oxygen. Recommendation: The results of this study can
add alternatives to independent nurse interventions in dealing with pediatric patients who have pneumonia or
with oxygenation disorders.
Key word: Pursed lips breathing (PLB), preschool children, Pneumonia
Abstrak
Latar belakang: Pneumonia merupakan penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kematian pada anak balita
di dunia. Gejala yang muncul pada kasus pneumonia merupakan masalah pernapasan akut yang perlu ditangani
dengan tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pursed lips breathing
melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah yang mengalami pneumonia.
Metode: teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18
kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara status oksigenasi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi dengan terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan
p=0,037 terhadap saturasi oksigen. Rekomendasi: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif intervensi
mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan
oksigenasi.
Kata kunci: Pursed lips breathing (PLB), anak usia prasekolah, Pneumonia
cakupan pneumonia tidak pernah mencapai usia tersebut reflek batuk masih lemah. Beberapa
target nasional. Capaian pada tahun 2015 hanya tindakan alternatif yang efektif untuk mengatasi
sebesar 14,64% dari yang ditargetkan sebesar masalah tersebut adalah fisioterapi dada, yang
20% pada seluruh kabupaten/kota yang ada sering disebut sebagai fisioterapi konvensional
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut yang meliputi postural drainage, vibrasi dan
laporan program pengendalian ISPA Dinas perkusi (Abdelbasset & Elnegamy, 2015).
kesehatan kota Jambi tahun 2016, penemuan
kasus Pneumonia paling banyak terjadi pada usia Alternatif lain untuk mengatasi masalah
Balita (1.251 kasus) bila dibandingkan usia bayi tidak efektifnya bersihan jalan napas pada anak
sebanyak 269 kasus. yaitu dengan menerapkan teknik Pursed Lips
Breahting (PLB). Teknik ini dapat digunakan
Anak yang mengalami gejala klinis sebagai alternatif untuk membantu mengatasi
Pneumonia harus mendapatkan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada anak
penanganan secara cepat dan tepat. Orang tua (Tiep, Carter, Zachariah, Williams, Horak, et al.,
dapat membawa anak dengan gejala klinis 2013). Selain itu, PLB bermanfaat untuk
tersebut ke pusat pelayanan kesehatan terdekat meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap
seperti Puskesmas maupun Rumah sakit untuk lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat
mendapatkan penangan yang tepat sampai dan dapat membantu mendorong sekret pada
kondisinya membaik. jalan napas saat ekspirasi serta dapat
menginduksi pola napas menjadi normal
Masalah yang sering muncul pada anak
(Roberts, Schreuder, & Watson, 2009). Pada
dengan Pneumonia yang dibawa ke fasilitas
akhirnya PLB diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan dan dirawat di rumah sakit adalah
status oksigenasi. Namun teknik PLB ini hanya
distress pernapasan yang ditandai dengan napas
dapat digunakan pada anak yang sadar dan
cepat, retraksi dinding dada, napas cuping
mampu diajak kerjasama. Kelompok usia yang
hidung dan disertai stridor (WHO, 2009).
sudah mampu diajak kerjasama mulai dari anak
Distress pernapasan merupakan kompensasi
usia prasekolah, karena pada usia ini anak sudah
tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena
mampu menguasai bahasa dan memahami
konsentrasi oksigen yang rendah, akan
perintah sederhana selain kemampuan
menstimulus syaraf pusat untuk meningkatkan
motoriknya yang sudah berkembang dari anak
frekuensi pernapasan. Jika upaya tersebut tidak
usia toddler (Hockenberry dan Wilson, 2009).
terkompensasi maka akan terjadi gangguan
status oksigenasi dari tingkat ringan hingga Teknik PLB dapat dianalogikan dengan
berat bahkan sampai menimbulkan kegawatan. aktivitas bermain seperti meniup balon/tiupan
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan lidah, gelembung busa, bola kapas, kincir kertas,
sering disebabkan karena adanya obstruksi jalan botol dan lain-lain (Hockenberry & Wilson,
napas atas dan bawah karena peningkatan 2009). Mekanisme yang digunakan menerapkan
produksi sekret sebagai salah satu manifestasi intervensi PLB, yaitu meningkatkan tekanan
adanya inflamasi pada saluran napas alveolus pada setiap lobus paru sehingga dapat
(Hockemberry & Wilson, 2009). meningkatkan aliran udara saat ekspirasi.
Peningkatan aliran udara pada saat ekspirasi
Ketidakmampuan untuk
akan mengaktifkan silia pada mukosa jalan
mengeluarkan sekret merupakan kendala yang
napas sehingga mampu mengevakuasi sekret
sering dijumpai pada anak usia bayi sampai
keluar dari saluran
dengan usia balita, karena pada
frekuensi nadi dan saturasi oksigen di lembar Tabel 1.2 Karakteristik responden
observasi. menurut usia, berat badan, kekuatan
g) Memberikan contoh cara meniup mainan meniup, dan lama sakit (n= 36)
“tiupan lidah”. Cara meniup “tiupan lidah” Dari tabel diatas dapat
sama dengan teknik PLB yaitu tarik napas digambarkan sebagian besar responden
dalam melalui hidung kemudian keluarkan berjenis kelamin laki-laki, baik pada
udara melalui mulut yang dimonyongkan kelompok intervensi maupun kelompok
atau dikerutkan seperti mencucu, sampai kontrol. Uji normalitas dan homogenitas
“tiupan lidah” mengembang terisi udara telah dilakukan pada kedua kelompok.
sampai ujung. Beri kesempatan pasien Dapat disimpulkan bahwa ada kesetaraan
untuk mengulang cara meniup “tiupan
lidah” yang telah dicontohkan oleh Standar 95%
Variabel Kelompok Mean deviasi CI Pvalue
perawat.
h) Mengatur posisi anak dengan posisi
Kontrol 3,99-
duduk/setengah duduk di kursi atau tempat
Usia Intervensi 4,36 0,74
4,73
tidur, memberikan mainan “tiupan lidah” 4,04 3,64-
0,81
0,474
untuk ditiup sebanyak 30 kali dalam 4,44
rentang waktu 10-15 menit yang diselingi Kontrol 15,1-
dengan napas biasa dengan ritme yang Berat Intervensi 16,1 1,9 17
teratur, aktivitas bermain meniup tiupan 0,012
badan 14,6 2,3 13,4-
lidah” ini dinilai hanya satu kali. 15,7
i) Mendampingi dan memotivasi anak selama Kontrol 13,9-
melakukan aktivitas tersebut, Kekuatan Intervensi 14,2 0,73 14,6
0,489
memperhatikan kekuatan anak dalam meniup 13,3 1,53 12,5-
meniup “tiupan lidah” dan mencatat 14
kekuatan meniup dalam lembar observasi. Kontrol 2,28-
Lama Intervensi 2,9 1,23 3,5
j) Melakukan pengukuran yang kedua 0,075
sakit 4,4 0,74 3,99-
terhadap RR, HR dan saturasi oksigen serta
data karaketeristik anak sesaat setelah antara kelompok kontrol dan kelompok4,73
intervensi selesai dilakukan dan mencatat intervensi dalam hal karakteristik anak
hasil pengukuran pada lembar observasi (responden).
k) Memberikan pujian pada anak dan
terminasi pada keluarga atas kerjasamanya. Tabel 1.3 Perbedaan status
oksigenasi: RR sebelum dan
HASIL sesudah diberikan PLB pada
kelompok kontrol dan kelompok
Data yang telah dikumpulkan diolah intervensi (n= 36)
dengan analisis univariat dan bivariat. analisis
univariat menggambarkan karakteristik Kelompok Mean SD p n
responden penelitian. Adapun hasilnya dapat Kontrol
dijelaskan sebagai berikut: ebelum 24,2 2,706 0,055 18
esudah 23,8 2,813
Tabel 1.1 Distribusi responden
ntervensi
menurut jenis kelamin (n= 36) ebelum 28,0 6,088 0,045 18
esudah 26,11 5,487
Kelompok Laki-laki % Perempu %
an *Bermakna pada α = 0,05
Kontrol 10 55,6 8 44,4
Intervensi 11 61,1 7 38,9 Rata- rata frekuensi napas (RR)
pada kelompok intervensi sebelum
diberikan PLB adalah 28x/menit dengan
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap
.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)
standar deviasi 6,088 dan standar
error 1,435. Sedangkan rata- rata RR
pada
berisiko untuk menderita penyakit Pneumonia. dengan berat badan dibawah garis merah,
Berdasarkan pedoman pelaksanaan stimulasi, kader akan merujuk ke petugas kesehatan
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk dilakukan konfirmasi dengan
anak (Kemenkes RI, 2016). Pada masa anak usia menggunakan indikator berat badan
prasekolah pertumbuhan berlangsung stabil. menurut panjang badan/tinggi badan.
Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani
yang bertambah dan meningkatnya keterampilan d. Kekuatan Meniup
dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, Rerata kekuatan meniup anak pada
anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring kelompok kontrol yaitu 14,2 cm dan 13,3
dengan pertumbuhan dan cm pada kelompok intervensi. Kekuatan
perkembangannya. Pada masa ini selain meniup pada anak akan terkait dengan
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di kemampuan anak untuk melakukan napas
luar rumah diperkenalkan. Anak mulai senang dalam. Faktor fisiologis yang
bermain diluar rumah. Hal ini berisiko bagi anak menyebabkan gangguan pernapasan
untuk terpapar dan tertular penyakit infeksi meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
seperti Influenza dan Pneumonia dari teman- hipoksia. Anak yang tidak mampu untuk
teman sepermainan dan lingkungan tempat anak bernapas dalam mengindikasikan adanya
bermain diluar rumah. gangguan pada sistem pernapasannya.
Proses fisiologi lain yang mempengaruhi
c. Berat Badan proses oksigenasi adalah perubahan yang
Rerata berat badan anak pada kelompok kontrol mempengaruhi kapasitas darah untuk
yaitu 16,1 kg dan 14,6 kg pada kelompok membawa oksigen, seperti anemia,
intervensi. Jika dilihat dari data hasil penelitian peningkatan kebutuhan metabolisme
didapatkan bahwa berat badan anak kelompok (seperti demam, infeksi) dan perubahan
kontrol lebih tinggi dibanding anak kelompok yang mempengaruhi gerakan dinding dada
intervensi (16,1 kg; 14,6 kg). Hal ini atau sistem saraf pusat (Ball, Bindler dan
menunjukkan ada kemungkinan bahwa sakit Cowen, 2010).
pneumonia yang diderita dapat mempengaruhi
berat badan anak. e. Lama Sakit
Jika berat badan terus menurun karena kondisi Rerata lama sakit pada kelompok kontrol
sakit anak akan dapat mempengaruhi tumbuh yaitu 2,9 hari dan 4,4 hari pada kelompok
kembang anak. Pelaksanaan kegiatan deteksi intervensi. Gangguan pernapasan
dini tumbuh kembang anak (DDTK) di merupakan penyebab tersering anak sakit
Puskesmas memberikan pelayanan pemeriksaan dan di rawat di rumah sakit. Penyakit ini
kesehatan, pemantauan berat badan dan deteksi dapat berupa penyakit ringan dan tidak
dini tumbuh kembang (Kemenkes RI, 2016). akut hingga kondisi yang mengancam jiwa.
Berat badan merupakan salah satu penentu status Penyakit kronik dapat mempengaruhi
gizi pada anak. Untuk pemantuan pertumbuhan kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau
dengan menggunakan berat badan menurut umur berulang yang sering terjadi, juga dapat
dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap mengganggu kesejahteraan beberapa anak
bulan. Apabila ditemukan anak dengan berat (Kyle dan Carman, 2016).
badan tidak naik dua kali berturut-turut atau Orangtua biasanya dapat mengalami
anak kesulitan menentukan tingkat keparahan
kondisi anak mereka dan mencari bantuan
kesehatan sangat dini dalam perjalanan
penyakit tersebut. Pada penelitian ini di
temukan rerata orang tua mencari
pertolongan ke tenaga kesehatan bukan di
hari pertama anak sakit tetapi setelah 3-4
hari setelah sakit (2,9 hari pada kelompok
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap
.....
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 14, No. 2, Oktober 2018, (Hal. 92-101)
kontrol dan 4,4 hari pada terjadi pada anak dapat berupa akut, mengancam
kelompok intervensi). jiwa dan kronis.
Sementara itu usia rerata responden 3-5 th
Selanjutnya akan dibahas hasil analisis biasanya sudah dalam kondisi kooperatif dan
bivariat yaitu status oksigenasi sebelum dan sangat meyukai kondisi bermain dengan
sesudah diberikan PLB. pada penelitian status menggunakan alat dan sangat menyukai alat
oksigenasi yang akan dibahas yaitu frekuensi bermain yang di tiup dan mengeluarkan bunyi
pernapasan dan saturasi oksigen. keras. Di dukung dengan jenis kelamin
responden yang sebagian besar adalah laki-laki
Frekuensi Pernapasan (RR) sebelum dan yang biasanya lebih aktif dan agresif pada saat
sesudah perlakuan. Rerata pada kelompok diminta untuk meniup.
intevensi sebelum di berikan PLB adalah Bayi dan anak kecil menghirup udara yang
28x/menit dan standar deviasi 6,088 dan standar lebih kecil, dan menghembuskan oksigen yang
error 1,435. Sedangkan pada rata-rata RR pada relatif besar. Bayi dan anak kecil mempunyai
kelompok intervensi sesudah diberikan PLB lebih sedikit alveoli oleh karena itu, permukan
adalah 26,11 x/menit dengan standar deviasi alveolus sedikit yang merupakan tempat
5,487 dan standar error 1,293. Terlihat nilai pertukaran gas terjadi. Faktor-fakotr ini,
mean perbedaan RR antara sebelum dan sesudah bersama-sama dengan tingkat metabolik yang
di berikan PLB pada kelompok intervensi adalah lebih tinggi, bersifat mempengaruhi peningkatan
1,29 dan hasil uji statistik didapatkan nilai p= frekuensi pernapasan pada bayi dan anak- anak.
0,045; maka dapat di simpulkan bahwa pada Melihat keterangan diatas seharusnya pada anak
alpha 5% terdapat perbedaan RR yang signifikan responden dalam kondisi pernapasan yang baik
antara sebelum dan sesudah di berikan PLB pada sehingga dapat meniup tiupan lidah sampai batas
anak kelompok intervensi. Sehingga pemberian tertinggi yaitu 15 cm. Kisaran rentang RR
PLB berpengaruh terhadap peningkatan responden sebelum dilakukan intervensi yaitu
frekuensi pernapasan (RR) sebesar 1,89x/menit 20-41 dengan rata-rata 28 kali/ menit. Sedangkah
pada anak yang mengalami Pneumonia. kisaran rentang sesudah intervensi yaitu 18-39
Kegiatan anak bermain dengan tiupan dengan rata-rata 26,1 kali/menit. Perbedaan
lidah selain menyenangkan pada anak yang yang menunjukkan adanya perubahan menjadi
sedang sakit juga bermanfaat bagi anak untuk patokan bahwa kegiatan terapi dengan meniup
melatih napas dalam. Karena setiap kali anak tiupan lidah memberikan pengaruh yang
akan meniup, anak akan berusah untuk menarik signifikan (nilai p= 0,47). Peningkatan aktivitas
napas sampai batas kemampuannya (seoptimal yang dilakukan oleh anak berdampak pada
mungkin) dan berusaha kembali untuk terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan dan
meniupkan udara sekeras-kerasnya. kedalamannya.
Jika dilihat dari panjangnya anak meniup Paru-paru mempunyai 2 fungsi utama
tiupan lidah yaitu rerata kekuatan 13,3 cm maka yaitu menyediakan oksigen bagi tubuh dan
terlihat bahwa anak mengalami gangguan mengeluarkan CO2 serta untuk mempertahankan
pernapasan ringan, karena panjang maksimal keseimbangan asam basa tubuh. Menurut Garrod
dan mainan tiupan lidah yang diberikan saat dan Matheison (2012), PLB merupakan bagian
proses penelitian adalah 15 cm maka rerata anak dari latihan napas yang diperlukan untuk pasien
belum mampu meniup secara maksimal. yang mengalami gangguan pada sistem
Minimal itupan 12,5 cm dan maksimal tiupan 14 pernapasan, karena PLB memberikan efek yang
cm. Gangguan pernapasan umum baik terhadap sistem pernapasan,
diantaranya adalah; menyehatkan ventilasi, PLB adalah 97,39 dengan standar deviasi 1,852
membebaskan udara yang terperangkap dalam dan standar error 0,436. Sedangkan rata-rata
paru-paru, menjaga jalan napas tetap terbuka saturasi oksigen pada kelompok intervensi
lebih lama dan mengurangi kerja napas, sesudah diberikan PLB adalah 97,94 dengan
memperpanjang waktu ekshalasi yang kemudian standar deviasi 1,862 dan standar error 0,663.
memperlambat frekuensi napas, meningkatkan Terlihat nilai mean perbedaan saturasi antara
pola napas dengan mengeluarkan udara lama sebelum dan sesudah diberikan PLB pada
dan memasukkan udara baru ke dalam paru, kelompok intervensi yaitu 0,55 dan hasil uji
menghilangan sesak napas dan meningkatkan statistik didapatkan nilai p= 0,037, maka dapat
relaksasi. disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat
PLB yang di lakukan dengan teknik perbedaan saturasi oksigen yang signifikan
meniup tiupan lidah maka akan dapat membantu antara sebelum dan sesudah di berikan PLB
untuk mengekspansi alveolus pada semua lobus pada kelompok intervensi.
agar meningkat, dan tekanan di dalamnya pun Faktor fisiologis yang menyebabkan
menjadi meningkat. Tekanan yang tinggi dalam gangguan pernapasan meliputi
alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. Proses
pada saluran napas untuk mengevakuasi sekret fisiologi lain yang mempengaruhi proses
keluar dari jalan napas berarti akan menurunkan oksigenasi adalah perubahan yang
tahanan jalan napas dan meningkatkan ventilasi mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa
yang pada akhirnya memberikan dampak oksigen.
terhadap proses perfusi oksigen ke jaringan. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009),
Pada penelitian ini dapat disimpulkan pengukuran saturasi oksigen kapiler yang
bahwa pentingnya untuk melakukan napas kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan
dalam pada anak yang mengalami gangguan oksimetri kutaneus. Keuntungan pengukuran
pernapasan seperti pada pasien Pneumonia dan oksimetri yaitu mudah dilakukan, tidak invasif
dalam hal ini latihan napas dalam yang di dan mudah diperoleh (Bowden dan
ajarkan serta dilakukan pada responden adalah Greenberg,2010). Hal ini juga yang peneliti
dengan memberikan terapi tiupan lidah dalam lakukan pada penelitian ini yaitu mengukur
bentuk permainan sehingga anak akan merasa saturasi oksigen dengan oksimetri.oksimetri nadi
tetap bermain tanpa menyadari bahwa dia sangat sensitive terhadap hiperoksia karena
sedang menjalani proses terapi pernapasan. hemoglobin mendekati saturasi 100% untuk
Penting sekali bagi petugas kesehatan hasil pengukuran SaO2 yang lebih dari 100
untuk dapat tetap melaksanakan terapi sesuai mmHg.
dengan kondisi anak tanpa mendapat penolakan Dalam aktivitas meniup yang dilakukan
yang cukup berarti dari anak. Hal ini juga dapat sebagai terapi bermain pada responden anak,
dijelaskan pada orang tua agar dapat anaklah yang berperan. Peneliti tetap
melaksanakannya dirumah atau diarea yang memperhatikan keadaan umum anak serta
disukai oleh anak. Kreativitas tenaga kesehatan memberikan pujian apabila anak dapat
dalam memilihkan model-model kegiatan terapi melakukan permainan dengan benar. Hal ini
dapat menunjang keberhasilan dari itndakan dilakukan dan anak tidak merasa takut bahkan
kesehatan yang diberikan. menyukainya.
Rerata saturasi oksigen pada kelompok Walaupun nilai saturasi oksigen sebelum
intervensi sebelum diberikan dan sesudah di lakukan PLB masih dalam batas
normal namun tampak perubahan nilai saturasi
kearah yang lebih baik setelah dilakukan PLB.
Hal ini menunjukkan bahwa tindakan PLB
membawa pengaruh yang positif pada nilai breathing mengalami peningkatan sebesar
saturasi oksigen anak. 0,2 pada variabel suhu, 1,89 pada frekuensi
Pada Panduan Manajemen Terpadu Balita pernapasan, 4,95 pada frekuensi nadi, dan
Sakit (MTBS) tahun 2015 pada anak yang 0,55 pada saturasi oksigen. Status
dicurigai menderita pneumonia sebaiknya oksigenasi pada kelompok intervensi
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan
Pulse Oximetri untuk menilai saturasi oksigen dengan kelompok kontrol.
pada anak, hitung napas dalam 1 menit; melihat .
apakah ada tarikan dinding kedalam, serta
memperhatikan adanya bunyi napas yang tidak UCAPAN TERIMA KASIH
normal. Semua pemeriksaan tersebut harus
dilakukan pada anak dalam kondisi tenang. 1. Ka. Puskesmas Kebon Handil Kota Jambi
Gejala yang ditunjukkan pada nilai berserta staf
saturagi oksigen <90% mengindikasikan adanya 2. Semua pihak yang telah membantu
pneumonia berat. Pada kelompok kontrol rata-
rata nilai saturasi setelah PLB 98,44% dan
97,94% nilai saturasi oksigen pada kelompok DAFTAR PUSTAKA
intervensi. Nilai ini menjadi berarti setelah Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H.
dibandingkan saturasi oksigen sebelum (2015). Effect of chest physical
intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok therapy on pediatrics hospitalized
intervensi. with pneumonia. International
Porsi oksigen yang cukup didalam tubuh Journal of Health and
anak sangat penting karena oksigen dibutuhkan Rehabilitation Science, 4(4), 219-
untuk mempertahankan kehidupan. Sistem 226.
pernapasan dan jantung mempunyai peranan Alsagaff, H., & Mukty, A. (2010). Dasar-
penting dalam menyuplai kebutuhan oksigen dasar ilmu penyakit paru. (Edisi
keseluruh tubuh. Tindakan yang dilakukan pada 10). Surabaya: Airlangga
PLB dan meminta anak untuk meniup tiupan University Press.
lidah dapat membantu transport gasyang
berisikan oksigen keseluruh tubuh. Hal ini dapat Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J.
menguatkan otot jantung dengan cra latihan (2010). Child health nursing,
meniup sehingga fungsi jantung dapat lebih partnering withchildren & families.
optimal. (2nd ed). New Jersey:Pearson
Education inc.
Lisy, K. (2014). Critical care: Chest Visser, F.J., Ramlal, S., Dekhuijzen., &
Physiotherapy for pneumonia in Heijdra, Y.F. (2010). Pursed lips
children. AJN. 114(5), 16. breathing improves inspiratory
capacity in cronic obstructive
Lukrafka, J.L., Fuchs, S.C., Fischer, G.B., pulmonary disease. Respiration, 81,
Flores, J.A., Fachel, J.M., Castro- 372-378. doi:10.1159/000319036
Rodriguez, J.A. (2012). Chest
World Health Organization. (2009). Buku
physiotherapy in paediatric patients
saku: Pelayanan kesehatan anak di
hospitalized with community-
rumah sakit. Jakarta: WHO.
acquired pneumonia: A randomized
clinical trial. Arc Dis Child, 00, 1-5,
doi: 10.1136/archdishchild-2012-
302279
Paul, S., O’Callaghan, C., & McKee, N.
(2011). Effective management of
lower respiratory tract infections in
childhood. Nurs Child Young
People, 23(9), 27-34.