Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH

MENGGUNAKAN KOMPRES COLD PACK HANGAT DENGAN


KOMPRES AIR HANGAT PADA ANAK ACUTE
LIMPOBLASTIC LEUKEMIA DI RUANG
MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :
Tri Paryani
NIM ST181060

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
0
Perbandingan Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Cold
Pack Hangat dengan Kompres Air Hangat pada Anak Acute Limpoblastic Leukemia
di Ruang Melati 2
RSUD Dr. Moewardi

Tri Paryani1), Rufaida Nur Fitriana2), Saelan3)


1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2,3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Jumlah penderita Leukemia setiap tahun mengalami peningkatan baik pada anak
maupun dewasa. Anak yang menderita leukemia akan mengalami pucat, lemah,
perdarahan, nyeri tulang, memar spontan, infeksi, dan demam. Demam terjadi karena
pada leukemia ditemukan jumlah leukosit yang tidak normal dan bekerjanya tidak efektif,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi dan demam yang berulang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas penurunan suhu tubuh
menggunakan kompres cold pack hangat dan kompres air hangat pada anak dengan Acute
Limpoblastic Leukemia di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi.
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre test
and post test without control group. Sampel penelitian ini adalah pasien anak dengan
ALL yang dirawat di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi sebanyak 38 orang, yang
terbagi 19 orang kelompok perlakuan A (cold pack hangat) dan 19 orang kelompok
perlakuan B (kompres air hangat). Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan
quota sampling. Instrument penelitian menggunakan SPO cold pack hangat, SPO
kompres air hangat, lembar observasi, dan thermometer. Uji Analisis yang digunakan
dengan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney.
Kompres cold pack hangat dan kompres air hangat efektif untuk menurunan suhu
tubuh pada anak dengan Acute Limpoblastic Leukemia. Efektifitas perlakuan dinilai
dengan cara membandingkan nilai suhu tubuh post test dan nilai suhu tubuh pre test,
ditunjukkan dengan hasil uji mann whitney 0.000 (< 0,05).
Kompres menggunakan cold pack yang diberikan pada anak dengan Acute
Limphoplastic Leukemia (ALL) lebih efektif dalam menurunkan demam dibandingkan
dengan kompres air hangat.

Kata kunci : suhu tubuh, kompres, cold pack, demam, acute limpoblastic
leukemia (ALL).

1
ABSTRACT

The number of leukemia bearers either childhood or in adulthood annually


increases. Children suffering from leukemia will experience pallor, weakness, bleeding,
bone pain, spontaneous bruising, infection, and fever. The fever happens due to leukemia
in which the number of leucocytes is found abnormal, and their performance is ineffective
so that infection and recurrent fever incidences easily occur. The objective of this
research is to investigate comparison of effectiveness between warm cold pack compress
and water compress in acute lymphoblastic leukemia (ALL) child patients at Melati Ward
2 of Dr. Moewardi Local General Hospital.
This research used the quasi experimental research method with pre-test and
post-test without control group design. Quota sampling technique was used to determine
its samples. They consisted of 38 ALL child patients treated at Melati Ward 2 of Dr.
Moewardi General Hospital. They were divided into two groups, 19 in Intervention
Group A exposed to warm cold pack compress and 19 in Intervention Group B exposed to
warm water compress. The instruments of the research used the standard operating
procedure of warm cold pack and that of warm water compress, observation sheet, and
thermometer. The data of the research were analyzed by using the Wilcoxon’s Test and
the Man Whitney’s Test.
The result of the research shows that both warm clod compress and warm water
compress were effective to decrease the body temperature of the ALL child patients. The
effectiveness of treatment was assessed by comparing between the pre-test body
temperature and the post-test body temperature score as indicated by the result of the
Mann Whitney’s Test = 0.000 (< 0.05).
Thus, the use of warm cold pack compress was more effective than that of warm
water compress in decreasing the body temperature of the ALL child patients.

Keywords Body temperature, compress, cold pack, fever, acute lymphoblastic leukemia
(ALL).

I. PENDAHULUAN sumsum tulang normal oleh sel darah


Leukemia adalah penyakit abnormal atau sel leukemik (Rofinda,
keganasan pada jaringan hematopoietik 2012). Demam atau hipertermia adalah
yang ditandai dengan penggantian elemen peningkatan suhu tubuh inti akibat
2
kehilangan mekanisme termoregulasi dapat bekerja secara optimal. (Pernomo,
(Broker, 2009). 2010).
The American Cancer Society Upaya non farmakologis yang
memperkirakan di Amerika pada tahun dapat dilakukan yaitu mengenakan
2014 terdapat 6020 kasus baru leukemia pakaian tipis, lebih sering minum, banyak
limfoblastik akut pada orang dewasa dan istirahat, mandi dengan air hangat, dan
anak-anak (American Cancer Society, memberi kompres (Aden, 2010).
2014). Data dari tahun 2010-2013 kasus Kompres merupakan metode
leukemia di Indonesia terdapat pemeliharaan suhu tubuh dengan
peningkatan setiap tahunnya dimana menggunakan cairan atau alat yang dapat
tahun 2010 31% kasus baru, pada tahun menimbulkan hangat atau dingin pada
2011 terdapat peningkatan 4% kasus bagian tubuh yang memerlukan (Asmadi,
baru, pada tahun 2012 terdapat 2010)
peningkatan lagi sebesar 7%, dan tahun Kompres dengan menggunakan
2013 terdapat peningkatan yang sama cold-pack instan dapat digunakan untuk
sebesar 7% (Riskesdas, 2013). Di menurunkan suhu tubuh. Penggunaan
Indonesia memperlihatkan prevalensi cold pack lebih nyaman, murah, dan
kanker meningkat dari 1,4 persen di tahun mudah dilakukan jika dibandingkan
2013 menjadi 1,8 persen di dengan metoda lain. Cold pack
2018(Riskesdas, 2018) merupakan alat kompres instan berisi gel
Anak yang menderita leukemia yang bisa digunakan untuk kompres
akan mengalami pucat, lemah, dingin dan panas, namun dalam hal ini
perdarahan, nyeri tulang, memar spontan, kompres dingin yang digunakan (Pratiwi,
infeksi, dan demam (D’angio, 2012). 2015). Kompres cold pack dapat
Demam terjadi karena pada leukemia digunakan selama 15 samapi 20 menit.
ditemukan jumlah leukosit yang tidak Pada kemasan cold pack yang berupa
normal dan bekerjanya tidak efektif, kemasan plastik diperlukan kain untuk
sehingga memudahkan terjadinya infeksi mengeringkan air kondensasai (Nurjanah,
dan demam yang berulang. Penurunan 2016).
leukosit secara otomatis juga akan Hasil studi pendahuluan di
menurunkan daya tahan tubuh karena RSUD Dr. Moewardi pada 15 Januari
leukosit yang berfungsi untuk 2019, data rekam medik menunjukkan
mempertahankan daya tahan tubuh tidak selama Bulan Oktober – Desember 2018
jumlah pasien anak dengan Acute
4
Limpoblastic Leukemia berjumlah 178 pasien anak Acute Limpoblastic Leukemia
pasien. Sedangkan data sekunder di ruang yang mengalami demam di ruang Melati
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi 2 RSUD Dr. Moewardi yang berjumlah
menunjukkan bahwa pasien anak dengan 273 pasien pada tahun 2018.
Acute Limpoblastic Leukemia selama Teknik pengambilan sampel
bulan Oktober – Desember 2018 menggunakan quota sampling. Sampel
berjumlah 57 pasien, sedangkan 51 yang digunakaan untuk Kelompok
pasien perlakuan A berjumlah 19 orang
Penanganan demam pada anak ((kompres cold pack) dan untuk
Acute Limpoblastic Leukemia di ruang kelompok perlakuan B berjumlah 19
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi orang (kompres air hangat). Kriteria
menggunakan kompres air hangat dan inklusi sampel meliputi: Pasien anak
motivasi minum hangat untuk tindakan dengan diagnosa medis Acute Leukemia
mandiri keperawatan. Terapi Lymphoblastic, Jumlah leukosit pada
farmakologis pada demam dilakukan anak ALL lebih dari 11.000/mm3, Pasien
dengan pemberian obat antipiretik yaitu anak ALL yang telah mendapatkan
paracetamol oral maupun injeksi kemoterapi minimal 1 kali, Pasien anak
Tujuan penelitian ini adalah usia 3 tahun – 15 tahun dengan suhu >
untuk mengetahui perbandingan 39,5 0C, Pasien teraba hangat, Pasien dan
efektifitas penurunan suhu tubuh keluarga yang bersedia menjadi
menggunakan kompres cold pack hangat responden., Pasien dan keluarga yang
dan kompres air hangat pada anak dengan kooperatif, Pasien yang telah mendapat
Acute Limpoblastic Leukemia di ruang obat antipiretik injeksi atau oral dengan
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi dosis yang sama (tidak ada penambahan
atau pengurangan dosis) selama minimal
1 x 24 jam perawatan.
Kriteria eksklusi adalah: Pasien
II. METODE PENELITIAN Acute Leukemia Limphoblastic dengan
Jenis penelitian ini yaitu penurunan kesadaran, Pasien tidak
penelitian kuantitatif, dengan desain kooperatif.
quasi eksperimen. Rancangan penelitian Prosedur tindakan kompres
yang digunakan adalah dengan dengan cold pack dilakukan dengan
pendekatan pre test and post test with menghangatkan kemasan cold pack dan
control group. Populasi penelitian adalah bungkus kemasan cold pack yang sudah
5
dihangatkan degan kain untuk perubahan suhu tubuh pada pasien anak
menghindari cidera pada kulit. hipertermia di ruang rawat inap RSUD
Pengompresan dilakukan selama 10 Dr. Moewardi Surakarta terlihat bahwa
sampai 15 menit di bagian dahi atau kebanyakan reponden anak yang sakit,
lipatan-lipatan tubuh, Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini
untuk perubahan suhu tubuh, adalah berusia 10 - 12 tahun. Anak usia
Termometer. Analisa bivariat 10 – 12 tahun yang menjadi subyek
menggunakan uji non Wilcoxon dan penelitian ini sebanyak 67 % dan sisanya
Mann Whitney, anak yang kurang dari 10 tahun.
Gambaran responden ini menunjukkan
III. HASIL PENELITIAN DAN bahwa kebayakan anak yang dirawat di
PEMBAHASAN RSUD Dr Moewardi adalah usia lebih
1. Umur responden dari 10 tahun
Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan Fatkularini (2014) menunjukkan
umur (n = 38)
Perlakuan A Perlakuan B bahwa karakteristik responden anak usia
Usia
f % f % prasekolah, didapatkan hasil penelitian
Balita 6 31,58 4 21,05
(0 - 5 tahun) respondenberdasarkan usia yaitu anak
Kanak – kanak 12 63,16 15 78,95
usia balita (0 – 5 tahun) sebanyak 31
(5 – 11 tahun)
Remaja awal 1 5,26 0 0 (71%), sedangkan anak usia prasekolah
(12 – 16
tahun) (3 – 6 tahun) sebanyak 21 anak (29,0%).
Total 19 100 19 100 Anak usia bayi, balita, dan kanak - kanak
Responden pada kelompok
suhu tubuhnya belum stabil, sehingga
perlakuan A paling banyak
pada masa ini suhu tubuhnya mudah
adalahkategori umur kanak - kanak (5–
dipengaruhi oleh suhu ruangan sehingga
10 tahun) sebanyak 12 orang (63,16 %).
suhu tubuh cenderung naik (Syaifuddin,
Begitu juga pada kelompok perlakuan B
2009). Sehingga, dari hasil penelitian
paling banyak adalah kategori umur
yang telah dilakukan penulis dan
kanak - kanak 15 orang (78,95 %). Usia
didukung oleh penelitian sebelumnya,
merupakan salah satu identitas diri pada
dapat disimpulkan bahwa anak memiliki
pasien yang perlu diperhatikan
resiko terjadi demam lebih tinggi dari
(Simanjorang, 2012).
pada orang dewasa.
Berbeda dengan hasil penelitian
Purwanti (2015) yang meneliti tentang
2. Jenis kelamin
pengaruh kompres hangat terhadap

6
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan wanita (Syaifuddin, 2009). Hasil
jenis kelamin (n = 38)
penelitian yang telah dilakukan penulis
Jenis Perlakuan A Perlakuan B dan didukung oleh penelitian
Kelamin f % f %
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
Laki – laki 8 42.11 14 73.68
Perempuan 11 57,89 5 26.32 anak berjenis kelamin laki – laki lebih
Total 19 100 19 100
dominan mengalami demam.
Rata – rata responden pada
penelitian ini lebih dominan berjenis 3. Suhu tubuh pada Anak Acute
kelamin laki – laki dengan jumlah 23 Limpoblastic Leukemia sebelum
orang (58,87 %). Dari hasil penelitian diberikan kompres cold pack dan
yang telah dilakukan, jenis kelamin tidak kompres air hangat
begitu berpengaruh terhadap demam yang Tabel 3 Suhu tubuh pada Anak Acute
Limpoblastic Leukemia sebelum diberikan
dialami pasien ALL. Akan tetapi, jika kompres cold pack dan kompres air hangat
dibandingkan dengan hasil penelitian (Pre Test) (n = 38)

yang dilakukan oleh Simanjorang (2014) Nilai Perlakuan A Perlakuan B


menunjukkan bahwa jenis kelamin Mean 39,895 39,963
SD 0,3082 0,3818
merupakan salah satu faktor yang Median 39,8 39,8
mempengaruhi prognosis pasien leukemia Min 39,6 39,6
Max 41 41
berjenis kelamin laki-laki memiliki
Tabel.3 menunjukkan Sebelum
prognosis yang lebih buruk dan jenis
diberikan intervensi, nilai suhu tubuh
kelamin perempuan memiliki prognosis
pada kelompok perlakuan A
baik.
menunjukkan rata – rata (mean) adalah
Penelitian Fatkhularini (2014)
39,895 dan nilai standar deviasinya
yang menunjukkan hasil dari 72
adalah 0,3082. kelompok perlakuan B
responden terdapat anak laki-laki
sebelum diberikan intervensi, rata – rata
sebanyak 40 anak (55,6%) dan anak
(mean) 39,963 dan nilai standar
perempuan sebanyak 32 (44,4%). Dapat
deviasinya adalah 0,3818.
dilihat dari hasil penelitian bahwa
Berbanding terbalik dengan hasil
responden anak laki-laki lebih
Penelitian Fatkhularini (2014)
mendominasi dari pada anak perempuan.
menunjukkan bahwa suhu tubuh anak
Sesuai dengan aktivitas dan kegiatannya
yang mengalami demam dari 40
anak laki-laki lebih aktif daripada anak
responden, 13 diantaranya (36,1 %) suhu
perempuan sehingga metabolisme suhu
tubuhnya dalam rentang 37,7 0C – 38,1
tubuh anak laki-laki lebih tinggi dari pada
7
0 Median 38,4 39,55
C. Demam pada anak dengan ALL
terjadi karena pada leukemia ditemukan Min 37,9 39
Max 40,5 40,5
jumlah leukosit yang tidak normal dan
bekerjanya tidak efektif, sehingga Tabel 4 diatas nilai suhu tubuh
memudahkan terjadinya infeksi dan pada kelompok perlakuan A
demam yang berulang (Permono, 2010). menunjukkan rata – rata (mean) adalah
Demam atau infeksi yang jelas dapat 38,668 dan nilai standar deviasinya
ditemukan pada separuh penderita ALL adalah 0,69526. kelompok perlakuan B
dikarenakan terjadi hipermetabolisme setelah diberikan intervensi, rata – rata
(Yuliani, 2010). (mean) 39,670 dan nilai standar
Demam yang tinggi memacu deviasinya adalah 0,38402.
metabolisme yang sangat cepat, jantung Penelitian Djuwariyah (2012)
dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi yang menunjukkan hasil rata-rata
napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penurunan suhu tubuh anak yang diberi
penguapan kulit dan paru dan disertai kompres plester yaitu sebesar 0,13 0C.
dengan ketidakseimbangan elektrolit, Pada penelitian Djuwariyah (2012)
yang mendorong suhu makin tinggi dilakukan pemberian kompres plester
(Lubis, 2011). Sehingga, dari hasil pada anak demam selama 10 menit.
penelitian yang telah dilakukan penulis Kompres plester merupakan kompres
dan didukung oleh penelitian yang terbuat dari bahan hydrogel on
sebelumnya, anak dengan ALL polycrylate-basis dengan kandungan
mengalami resiko demam yang lebih mentol dan paraben yang memiliki sifat
tinggi. anti bakteri sehingga kompres plester
dapat terjadi proses pemindahan panas
dari tubuh ke plester kompres. paraben
4. Suhu tubuh pada Anak Acute memiliki sifat antibakteri.
Limpoblastic Leukemia setelah Turunnya suhu tubuh
diberikan kompres cold pack dan dipermukaan tubuh ini terjadi karena
kompres air hangat panas tubuh digunakan untuk
Tabel 4 Suhu tubuh pada Anak Acute
Limpoblastic Leukemia setelah diberikan
menguapnya air pada kain kompres
kompres cold pack (Post Test) (n = 38) (Hadi, 2012). Hilangnya panas dari tubuh

Perlakuan A Perlakuan B melalui terjadinya vasodilatasi yang


Mean 38,668 39,67 menyebabkan pembuangan atau
SD 0,69526 0,38402

8
kehilangan panas melalui kulit 6. Perbedaan suhu tubuh setelah
meningkat, ini terjadi karena perintah dari diberikan kompres cold pack
hipotalamus agar pembuluh darah hangat dan setelah diberikan
melebar (Sofwan, 2010). Sehingga, dari kompres air hangat (post test pada
hasil penelitian yang telah dilakukan perlakuan A dan post test
penulis dan didukung oleh penelitian perlakuan B)
sebelumnya beserta teori yang telah ada,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan Tabe 8 Uji Mann Whitney (post test pada
perlakuan A dan post test perlakuan B)
terapi kompres, baik kompres air dan
kompres menggunakan cold pack kedua Kelompok Median p value Mean Sum of
uji (min – rank rank
duanya dapat menurunkan suhu tubuh max)
Suhu post 38,4 11.95 227.00
anak yang mengalami demam. test (37,9 –
perlakuan 40,5)
A
5. Pengaruh kompres cold pack hangat 0.000
Suhu post 39,8 27.05 514.00
test (39,6 –
dan kompres air hangat terhadap perlakuan 41,0)
penurunan suhu tubuh B
Hasil uji mann whitney data post
Tabel .7 Uji wilcoxon pre test dan post test
kelompok perlakuan A dan kelompok B test pada perlakuan A dan post test
Kelompok Median (min – p
perlakuan A max) value perlakuan B menunjukkan nilai signifikan
Suhu pre test 39,8 0.000 (< 0,05) yang artinya, setelah
(39,6 – 41,0)
0.000 dilakukan intervensi terdapat perbedaan
Suhu post test 38,4
(37,9 – 40,5)
Kelomok
yang signifikan antara data post test pada
perlakuan B kelompok perlakuan A dan data post test
Suhu pre test 39,8
(39,6 – 41,0) pada kelompok perlakuan B. Nilai mean
0,000
Suhu post test 39,8
rank pada kelompok perlakuan A yang
(39,6 – 41,0)
Hasil uji wilcoxon data pre test dilakukan kompres menggunakan cold
dan post test pada kelompok perlakuan A pack adalah 11,95.
dan kelompok perlakuan B menunjukkan Nilai mean rank pada kelompok
nilai signifikan 0.000 (< 0,05) yang perlakuan B yang dilakukan kompres air
artinya, ada pengaruh antara kompres hangat adalah 27,05. Hasil tersebut
cold pack hangat dan pengaruh antara menunjukkan bahwa, kompres
kompres air hangat terhadap penurunan menggunakan cold pack yang diberikan
suhu tubuh pada anak dengan ALL. pada anak dengan Acute Limphoplastic
Leukemia (ALL) lebih efektif dalam

9
menurunkan demam dibandingkan konduksi dan evaporasi (Smeltzer &
dengan kompres air hangat. Semakin Bare, 2002). Panas tubuh yang keluar dari
kecil nilai mean rank, maka variabel tubuh hilang melalui kulit dipengaruhi
tersebut semakin berpengaruh terhadap oleh perbedaan antara suhu tubuh dan
variabel lainnya. lingkungan, jumlah permukaan tubuh
Penelitian Fatkularini (2014) yang terpapar udara, jenis pakaian yang
kompres air suhu biasa dapat dikatakan dikenakan, serta pemberian kompres.
lebih efektif dengan hasil yang didapat Mekanisme hilangnya suhu tubuh melalui
dengan rata-rata suhu tubuh anak demam proses konduksi pada pemberian kompres
0
usia prasekolah yaitu 38,2 C dan yang bekerja sebagai isolator yang efektif
mengalami penurunan suhu tubuh rata- terhadap hilangnya panas yang berlebihan
rata 0,8 setelah diberikan kompres air (Nurachmah, 2011).
suhu biasa dan mengalami penurunan Pratiwi (2015) menjelaskan
0
suhu tubuh rata-rata 0,4 C setelah bahwa melalui kompres, evaporasi
diberikan kompres plester. diharapkan bertambah karena cold pack
Pemberian kompres air dengan dapat memperantarai perpindahan panas
suhu sejuk akan terjadi proses ketika air berubah menjadi gas. Konduksi
vasodilatasi dalam menurunkan suhu terjadi antara suhu cold pack dengan
tubuh. Vasodilatasi ini yang jaringan sekitarnya termasuk pembuluh
menyebabkan pembuangan atau darah sehingga suhu darah yang melalui
pelepasan panas dari dalam tubuh melalui area tersebut akan menurun. Kemudian
kulit sehingga suhu tubuh akan menurun. darah tersebut akan mengalir ke bagian
Hal ini merupakan efek yang diharapkan tubuh lain dan proses konduksi terus
dari pemberian kompres yaitu berlangsung sehingga setelah dilakukan
menurunkan suhu tubuh (Theo, 2014). kompres dengan cold pack, suhu tubuh
Kompres hangat dapat menghambat pasien dapat menurun. Perry (2009)
shivering dan menginduksi vasodilatasi Kompres hangat bertujuan untuk
perifer, sehingga dapat meningkatakan membuat tubuh menjadi rileks sehingga
pengeluaran panas dalam tubuh (Susanti, dapat memperlancar pasokan aliran darah
2002). dan memberikan ketenangan pada pasien.
Energi panas tubuh yang masuk Berdasarkan hasil wawancara
atau yang hilang dari dalam tubuh dengan 38 responden, 21 diantaranya
melalui permukaan kulit dapat melalui menyatakan lebih nyaman diberikan
empat cara, yaitu konveksi, radiasi, kompres dengan menggunakan cold pack
10
dengan alasan airnya tidak merembes ke untuk perawatan luka dekubitus
tempat tidur. Menurut pendapat beberapa (Nurjanah, 2016)
perawat yang bertugas, metode kompres
air hangat tidak membutuhkan biaya, IV. KESIMPULAN
perawat hanya memerlukan handuk dan 1. Responden pada penelitian ini
air bersuhu ruangan. Namun, air yang berdasarkan umurnya pada
terkandung dalam handuk tersebut kelompok perlakuan A paling
cenderung turun ke bawah sehingga banyak adalah kategori umur kanak
menyebabkan linen menjadi lembab dan - kanak sebanyak 12 orang (63,16
basah. Hal ini dapat menimbulkan %). Begitu juga pada kelompok
ketidaknyamanan pada pasien dan dapat perlakuan B paling banyak adalah
menimbulkan tumbuhnya jamur. kategori umur kanak - kanak 15
Metode kompres air hangat dapat orang (78,95 %). Berdasarkan jenis
menguap lebih cepat dan perawat harus kelaminnya, Responden pada
sering mengganti kain kompes untuk kelompok perlakuan A lebih
dapat mempertahankan konstan suhu dominan berjenis kelamin
kompres, kompres air hangat juga dapat perempuan sejumlah 11 orang
menyebabkan bagian belakang tubuh (57,89 %), begitu pula pada
pasien bertambah lembab sehingga dapat kelompok perlakuan B lebih
meningkatkan resiko dekubitus (Perry, dominan yang berjenis kelamin
2009). Berbeda dengan kompres cold laki – laki dengan jumlah 14 orang
pack hangat, kompres dengan (73,68 %). Sedangkan berdasarkan
menggunakan cold pack tidak nilai leukositnya, pada kelompok
menimbulkan basah pada linen pasien. perlakuan A maupun perlakuan B
Hal ini berkaitan dengan area kompres semuanya mengalami
yang lebih sedikit dibandingkan dengan hiperleukosit dengan jumlah dan
kompres air hangat. Oleh karena itu, persentase masing – masing 19
metode kompres ini tidak meningkatkan orang (100 %).
resiko dekubitus sehingga kondisi pasien 2. Nilai suhu tubuh sebelum
tidak menjadi lebih buruk dan dilakukan intervensi pada
pertambahan lama hari rawat karena kelompok perlakuan A
dekubitus tidak terjadi. Selain itu, pasien menunjukkan rata – rata (mean)
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan adalah 39,895 dan nilai standar
deviasinya adalah 0,3082.
11
3. Nilai suhu tubuh sebelum
dilakukan intervensi pada V. SARAN
kelompok perlakuan B sebelum 1. Bagi Rumah Sakit
diberikan intervensi, rata – rata Dalam pemberian asuhan
(mean) 39,963 dan nilai standar keperawatan pada pasien anak
deviasinya adalah 0,3818. dengan ALL yang mengalami
4. Nilai suhu tubuh setelah dilakukan demam disarankan untuk lebih
intervensi pada kelompok mengedepankan peran perawat
perlakuan A menunjukkan rata – dalam memberikan asuhan
rata (mean) adalah 39,668 dan nilai keperawatan dengan menggunakan
standar deviasinya adalah 0,69526. kompres cold pack sebagai terapi
5. Nilai suhu tubuh setelah dilakukan tambahan, disamping pemberian
intervensi pada kelompok obat antipiretik.
perlakuan B menunjukkan rata – 2. Saran bagi institusi pendidikan
rata (mean) 39,670 dan nilai Hasil penelitian ini dapat
standar deviasinya adalah 0,3840 dijadikan referensi atau evidence
6. Nilai suhu tubuh setelah dilakukan based practice terkini dalam
intervensi pada kelompok pemberian asuhan keperawatan
perlakuan A menunjukkan rata – pada pasien anak dengan ALL
rata (mean) adalah 39,668 dan nilai yang mengalami demam.
standar deviasinya adalah 0,69526, 3. Bagi peneliti
sedangkan Nilai suhu tubuh setelah Hasil penelitian ini dapat
dilakukan intervensi pada dijadikan sebagai media
kelompok perlakuan B pembelajaran dan dapat diterapkan
menunjukkan rata – rata (mean) dalam penatalaksanaan tindakan
39,670 dan nilai standar deviasinya keperawatan pada pasien anak
adalah 0,3840 dengan Acute Limpoblastic
7. Kompres menggunakan cold pack Leukemia yang mengalami demam.
hangat yang diberikan pada anak 4. Bagi peneliti lain
dengan Acute Limphoblastic Disarankan untuk peneliti
Leukemia ( ALL ) lebih efektif selanjutnya untuk
dalam menurunkan demam mengkombinasikan atau
dibandingkan dengan kompres air membandingkan kompres cold
hangat. pack dengan jenis terapi atau
12
variabel lainnya untuk mengatasi Lubis, Inke Nadia Diniyanti dan C.
P. Lubis. (2011).
demam pada pasien anak dengan
Penanganan Demam pada
ALL. Anak. Sari Pediatri, Vol. 12,
No. 6.
5. Saran bagi organisasi profesi
Nurjanah, S. (2016). “Keefektifan
Hasil penelitian ini dapat Kombinasi Terapi Panas
Dan Dingin Dengan Terapi
dijadikan literasi terbaru dalam
Panas, Terapi Dingin
pengembangan profesi Terhadap Cedera Otot
Hamstring”. Skripsi.
keperawatan di bidang
Program Studi Ilmu
keperawatan komplementer. Keolahragaan Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas
Negeri Yogyakarta
VI. DAFTAR PUSTAKA Pratiwi (2015). Perbedaan Efek
Kompres Selimut Basah dan
Aden, R. (2010). Seputar Penyakit
Cold-pack terhadap Suhu
dan Gangguan Lain pada
Tubuh Pasien Cedera
Anak. Jakarta: Siklus
Kepala di Neurosurgical
Hanggar Kreator
Critical Care Unit. Artikel
American Cancer Society. (2014).
Ilmiah. Fakultas
Global Cancer Facts &
Keperawatan, Universitas
Figures 2nd Edition.
Padjadjaran
Atlanta: American Cancer
Permono, Bambang. (2010). Buku
Society.
Ajar Hematologi Onkologi
Asmadi. (2010). Teknik Prosedural
Anak. Ikatan Dokter Anak
Keperawatan: Konsep dan
Indonesia.
Aplikasi Kebutuhan Dasar
Purwanti, S. dan Winarsih N. A.
Klien. Jakarta: Salemba
(2008). Pengaruh Kompres
Medika
Hangat Terhadap Perubahan
Broker, C. (2009). Ensiklopedia
Suhu Tubuh pada Pasien
Keperawatan. Jakarta :EGC
Anak Hipertermia di Ruang
Djuwarijah. (2011). "Efektifitas
Raat Inap RSUD Dr.
penurunan suhu tubuh
Moewardi Surakarta. Berita
menggunakan kompres air
Ilmu Keperawatan. ISSN
hangat dan kompres plester
1979-2697, Vol. 1 dan No. 2
pada anak dengan demam di
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
ruang Kanthil RSUD
Dasar: RISKESDAS.
Banyumas”. Skripsi.
Jakarta: Balitbang Kemenkes
Universitas Muhammadiyah
RI
Purwokerto.
Rofinda, Z. (2012). Kelainan
Fatkularini (2014). Efektivitas
Leukosit, Leukemia,
kompres air suhu biasa dan
Myeloma Multipel.
kompres plester terhadap
Bandung: Bagian PK-FK
penurunan suhu tubuh pada
Unpad.
anak demam usia prasekolah
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.
di rsud ungaran semarang.
(2002). Buku Ajar
Jurnal Ilmu Keperawatan
Keperawatan Medikal –
dan Kebidanan (JIKK).
Bedah Brunner & Suddarth.

13
(Ed. 8). Alih bahasa : dr. H.
Y. Kuncara, Monica Ester,
S.Kep, dr. Andry Hartono,
DAN & Yasmin Asih, S.Kp.
Jakarta : EGC
Sofwan, Rudianto. (2010). Cara
Cepat Atasi Demam pada
Anak. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
Yuliani, R. dan Suriadi (2010).
Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta : PT.
Percetakan Penebar Swadaya

14

Anda mungkin juga menyukai