Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No.

2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 pISSN : 2356-3079


UP2M AKPER Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN HIPERTERMIA


PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPOID

Firda Nofitasari1 Wahyuningsih2


1
Mahasiswa DIII Keperawatan Widya Husada Semarang
2
Staf Pengajar Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
Email: 1470firda@gmail.com

ABSTRAK

Hipertermia merupakan suhu inti tubuh diatas kisaran normal di urnal karena kegagalan termoregulasi.
Hipertermia atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai cara. Kompres air hangat metode
untuk menurunkan suhu tubuh. kompres air hangat adalah kompres pada area yang memiliki pembuluh darah
besar menggunakan air hangat. Tujuan studi kasus ini penerapan terapi kompres hangat untuk menurunkan
hipertermia pada anak demam typoid. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subjek dari studi kasus ini adalah dua pasien dengan kriteria inklusi mengalami
hipertermia, pasien yang bersedia menjadi responden dan bersedia menandatanhani informed consent. Studi
kasus ini adalah anak dengan demam typoid mengalami hipertermia. Hasil studi kasus pasien I dan pasien II
terjadi penurunan suhu tubuh. jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kompres hanngat dapat menurunkan suhu
tubuh pada anak demam typoid yang mengalami hipertermia.

Kata Kunci : hipertermia, kompres hangat, demam typoid

ABSTRACT

APPLYING WARM COMPRESSES TO REDUCE HYPERTERMIA


IN CHILDRENS WITH TYPOID FEVER
Hyperthermia is a core body temperature above the normal range in urnal due to failure of thermoregulation.
Hyperthermia or high body temperature can be lowered in various ways. Compress warm water methods to
reduce body temperature. warm water compresses are compresses in areas that have large blood vessels using
warm water. The purpose of this case study is the application of warm compress therapy to reduce hyperthermia
in typoid fever children. This type of research is descriptive using a case study approach. The subjects of this
case study were two patients with inclusion criteria who experienced hyperthermia, patients who were willing to
be respondents and were willing to sign informed consent. This case study is a child with typoid fever
experiencing hyperthermia. The results of case studies of patients I and patients II decreased body temperature.
so it can be concluded that compressive therapy can reduce body temperature in typoid fever children who
experience hyperthermia.

Keywords: hyperthermia, warm compresses, typoid fever

PENDAHULUAN Demam tifoid salah satu demam yang


Menurut Saubers (2011) demam adalah sering di alami pada anak.
keadaan suhu tubuh di atas normal. Menurut Swasanti (2013) demam typoid
Demam adalah cara tubuh merupakan penyakit yang di sebabkan oleh
mempertahankan diri terhadap banyak bakteri salmonella typhi. Demam typoid
bakteri dan virus yang suka hidup dalam atau yang lebih sering di sebut tipes adalah
suhu normal tubuh manusia, yaitu 36,5°C. penyakit infeksi saluran cerna yang
Meningkatnya suhu tubuh badan adalah disebabkan oleh bakteri Salmonella
salah satu cara tubuh bekerja keras typhoia. Bakteri ini di tularkan melalui
memerangi para penyerang ini dengan makanan dan minuman. Bakteri Samonella
mengaktifkaan sistem kekebalan tubuh. di temukan dalam tinja dan air kemih
penderita. Mencuci tangan tidak bersih

44
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

setelah buang air besar atau air kecil termasuk tinggi. Khasus tertinggi typoid
meningkatkan resiko tertularnya penyakit adalah di Kota Semarang yaitu sebagian
ini. Selain itu, lalat merupakan carrier sebesar 3.993 kasus (18,91%)
(pembawa) yang dapat memindahkan dibandingkan dengan jumlah kasus
bakteri secara langsung dari tinja makanan. keseluruhan PTM (Penyakit Tidak
Menurut Utami (2013) demam Menular) lain di Kota Semarang terdapat
typoid(enteric fiver) ialah penyakit infeksi proporsi sebesar 3,19%. Rata kasus typoid
akut yang biasanya mengenai saluran di Jawa Tengah adalah 635,60 kasus.
pencernaan dengan gejala demam yang Demam typoid gejalanya suhu tubuh di
lebih dari satu minggu, gangguan pada atas normal atau hipertermia.
pencernaan, dan gangguan kesadaran. Hipertermia adalah suhu tubuh di atas
Penyakit ini di tandai dengan gejala-gejala batas normal. Menurut Alimul (2016)
yang muncul. hipertermia merupakan peningkatan suhu
Menurut RISKESDA (2010) dalam tubuh di atas normal yang di tandai adanya
Masriadi (2014) besarnya angka pasti suhu tubuh meningkat, kulit kemerahan,
kasus demam typoid di dunia sangat sulit takikardia, takipnea, kulit terasa hangat,
ditentukan penyakit ini dikenal adanya konvulsi yang di sebabkan oleh :
mempunyai gejala dengan spektrum klinis adanya penurunan perspirasi, dehidrasi,
yang luas. Data WHO tahun 2003 pemajanan lingkungan yang panas, adanya
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta penyakit, peningkatan kecepatan
kasus demam typoid di seluruh dunia metabolisme, aktivitas berlebihan, dan
dengan insidensi 600.000 kasus kematian tindakkan pengobatan, dan lain-lain.
tiap tahun. Berdasarkan profil kesehatan Menurut Herdman (2017) hipertermia
Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa adalah suhu inti tubuh diatas kisaran
demam tifoid atau paratifoid menempati normal di urnal karena kegagalan
uruntan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak termoregulasi. Hipertermia ini ada tanda
pasien. Demam tifoid menyerang gejala awal dan penyebabnya.
penduduk disemua negara. Demam tifoid Menurut Kusyati (2012) kompres hangat
banyak ditemukan di negara berkembang adalah kompres pada area yang memiliki
dimana hygine pribadi dan sanitasi pembuluh darah besar menggunakan air
lingkungan kurang baik. Pemakaian obat hangat.Menurut Irwanti (2015) kompres
yang tidak rasional merupakan salah satu hangat merupakan metode untuk
masalah pada pusat pelayanan kesehatan. menurunkan suhu tubuh. Pemberian
Berdasarkan data yang di peroleh di Dinas kompres hangat pada aksila (ketiak) lebih
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah efektif karena pada daerah tersebut banyak
berdasarkan system surveilans terpadu terdapat pembuluh darah besar dan banyak
beberapa penyakit terpilih pada tahun 2010 terdapat kelenjar keringat apokrin yang
penderita Demam typoid ada 44.422 mempunyai banyak vaskuler sehingga
penderita, termasuk urutan ketiga dibawah akan memperluas daerah yang mengalami
diare dan TBC selaput otak, sedangkan vasodilatasi yang akan memungkinkan
pada tahun 2011 jumlah penderita demam percepatan perpindahan panas dari dalam
typoid meningkat menjadi 46.142 tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
penderita. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak.
kejadian demam typoid di Jawa Tengah

45
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Hasil penelitian rerata derajat keturunan atau penyakit menular.Data


penurunaansuhu tubuh sebelum dan subjektif : ibu pasien mengatakan pasien
sesudah dilakukan kompres hangat pada demam naik turun. Data objektif : pasien
daerah aksila sebesar 0,247°C. Rerata tampak gelisah, kulit pasien teraba hangat,
derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan akral pasien hangat, bukosa bibir kering,
sesudah dilakukan kompres air hangat kulit tampak kering dan kemerahan, suhu
pada daerah sebesar 0.111°C. analisa uji t tubuh pasien 38,7°C.
menunjukkan teknik pemberian kompres Pengkajian pada pasien II dilakukan pada
hangat pada daerah aksila lebih efektif tanggal 31 Desember 2018 dibangsal
terhadap penurunan suhu tubuh di Amarilis 2 di Dr. Adhyatma, MPH
bandingkan dengan teknik pemberian Semarang di dapatkan data dengan teknik
kompres hangat pada dahi (t hitung=5,879 wawancara dengan pasien, observasi
p=0,000). Simpulannya teknik pemberian langsung, di dapatkan data identitas pasien
kompres hangat pada daerah aksila lebih umum An S adalah seorang anak berumur
efektif terhadap penurunan suhu tubuh 5 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama
(Irwanti, 2015). islam, alamat Cangkiran, pada tanggal 31
Desember 2018 pasien di bawa ke RSUD
METODE Dr. Adhyatma Semarang dan di rawat inap
Studi kasus dilakukan dengan cara di bangsal Amarilis 2. Ibu pasien
meneliti suatu permasalahan melalui suatu mengatakan anaknya demam naik turun
kasus dan menggunakan bentuk rencana selama 2 hari ini dari pemeriksaan tanda-
“one group pretest posttest”. tanda vital, suhu tubuh 38,5°C, respirasi 22
x/menit, nadi 110 x/menit, pasien tampak
HASIL DAN PEMBAHASAN gelisah, kulit pasien teraba hangat, akral
Pengkajian pada pasien I dilakukan pada pasien hangat, bukosa bibir kering, kulit
tanggal 31 Desember 2018 di bangsal tampak kering dan kemerahan. Riwayat
Amarilis 2 di RSUD Dr. Adhyatma, MPH keluarga pasien ibu mengatakan tidak
Semarang didapatkan data dengan teknik mempunyai penyakit keturunan atau
wawancara dengan klien, observasi penyakit menular.Data subjektif : ibu
langsung, di dapatkan data identitas umum pasien mengatakan pasien demam. Data
An V adalah seorang anak berumur 5 objektif : pasien tampak gelisah dan lemas,
tahun, jenis kelamin perempuan, beragama kulit pasien teraba hangat, akral pasien
islam, alamat semarang. Pada tanggal 30 hangat, bukosa bibir kering, kulit tampak
Desember pasien di bawa ke RSUD Dr. kering dan kemerahan, suhu tubuh pasien
Adhyatma, MPH Semarang dan di rawat 38,5°C.
inap di bangsal Amarilis 2. Ibu pasien Tindakkan keperawatan yang dilakukan
mengatakan pasien demam, dari pada pasien I selama 3 hari yang pertama
pemeriksaan tanda- tanda vital, suhu tubuh tanggal 31 Desember 2018 jam 09.10 WIB
38,7°C, respirasi 24 x/menit, nadi 102 mengobservasi tanda-tanda vital, data
x/menit, pasien tampak gelisah, kulit subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya
pasien teraba hangat, akral pasien hangat, panas, data objektif : pasien tampak lemas
bukosa bibir kering, kulit tampak kering dan gelisah, kulit pasien teraba hangat,
dan kemerahan. Riwayat keluarga pasien didapatkan data tanda-tanda vital :
ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit respirasi : 24x/menit, nadi : 102 x/menit,

46
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

suhu : 38,7°C. Pada jam 09.40 WIB diberikan terapi kompres hangat suhu
melakukan kompres hangat, data subjektif pasien 38,7°C dan setelah dilakukan terapi
: ibu pasien mengatakan bersedia anaknya kompres hangat selama 15 menit suhu
diberikan kompres hangat, data objektif : tubuh menjadi 38,2°C.
pasien tampak merasa nyaman saat Evaluasi keperawatan pada pasien I dan
diberikan kompres hangat selama 15 menit pasien II yang dilakukan selama 3 hari
di dapatkan data tanda-tanda vital, didapatkan hasil An V awalnya suhu tubuh
respirasi : 22 x/menit, nadi : 98x/menit, 37,9°C menjadi 37,6°C sedangakan An S
suhu : 38,2°C. Pada jam 10.00 WIB awalnya suhu tubuh 38,1°C menjadi
menganjurkan pasien minum air putih, 37,8°C. Kedua pasien tersebut
data subjektif : pasien mengatakan mau berpengaruh menurunkan suhu tubuh pada
minum air putih, data objektif : pasien pasein demam typoid dengan
tampak minum air putih. Pasien sebelum menggunakan terapi kompres hangat.

Tabel 1. Penurunan Suhu Tubuh Sebelum dan sesudah Dilakukan Terapi Kompres Hangat Di
RSUD Adhyatma, MPH Semarang Pada bulan Desember 2018

Variabel Sebelum dan Hari Waktu Rata-Rata


Sesudah 1 2 3
Perlakuan
An V Sebelum 38,8°C 38,1°C 37,9°C 15menit 0,4°C

Sesudah 38,2°C 37,8°C 37,6°C


Penurunan 0,6°C 0,3°C 0,3°C
An S Sebelum 38,5°C 38°C 38,1°C 15menit 0,3°C
Sesudah 38°C 37,7°C 37,8°C
Penurunan 0,5°C 0,3°C 0,3°C

Pada An V sebelum diberikan terapi terdapat penurunan suhu tubuh yang


kompres hangat dihari pertama didapatkan awalnya suhu tubuh 38°C menjadi 37,7°C.
suhu tubuh yaitu 38,8°C dan mengalami Pada hari ketiga mengalami penurunan
penurunan menjadi 38,2°C. Pada hari suhu tubuh yang awalnya 38,1°C menjadi
kedua terdapat penurunan suhu tubuh 37,8°C. Perubahan suhu tubuh An S untuk
yang awalnya suhu tubuh 38,1°C menjadi 3 hari diperoleh rata-rata 0,3°C.
37,8°C. Pada hari ketiga mengalami Hasil evaluasi pada tabel 4.1 di atas bahwa
penurunan suhu tubuh yang awalnya penerapan terapi kompres hangat dapat
37,9°C menjadi 37,6°C. Perubahan suhu menurunkan suhu tubuh pada anak demam
tubuh An V untuk 3 hari diperoleh rata- typoid yang mengalami hipertermia baik
rata 0,4°C. pada pasien I dan II. Karena sebelum
Pada An S sebelum diberikan terapi terapi kompres hangat dicek suhu tubuh
kompres hangat dihari pertama didapatkan anak terlebih dahulu, dan anak mengalami
suhu tubuh yaitu 38,5°C dan mengalami hipertermia. Adapun pasien I sebelumnya
penurunan menjadi 38°C. Pada hari kedua 38,8°C dan selama 3 hari 37,9°C dan nilai

47
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

rata-rata penurunan suhu tubuhnya 0,4°C. aktivitas berlebihan, tidakan pengobatan


Sedangkan pada pasien II dengan suhu dan lain-lain. Menurut Herdman (2017)
tubuh sebelumnya 38,5°C dan selama 3 hipertermia adalah suhu inti tubuh di
hari menjadi 37,8°C dengan rata-rata bawah kisaran normal diurnal karena
penurunan suhu tubuhnya 0,3°C. Hal ini kegagalan termoregulasi.
ada penurunan yang berbeda yaitu Studi kasus ini menggunakan metode
0,1°C.Hasil studi kasus ini terapi kompres observasi suhu tubuh dengan
hangat pada pasien demam typoid menggunakan terapi kompres hangat
mengalami rata-rata menurunan suhu diberikan kepada 2 responden yaitu An V
tubuh pasien I 0,4°C dan pasien II 0,3°C. dan An S. Dalam pemberian terapi
Hasil penelitian dari Purwanti (2008) kompres hangat untuk 2 responden
mengalami rata-rata penurunan suhu tubuh tersebut dilakukan dengan cara yang sama
1°C. Menurut penelitian Fatmawati (2012) yaitu melakukan terapi kompres hangat
hal ini karena responden tersebut pasien diukur suhu tubuhnya dahulu,
merupakan dengan diagnosa demam setelah itu di lakukan terapi kompres
typoid yang masa infeksinya masih tinggi, hangat dan kemudian diujur suhu tubuhnya
dimana demam yang dialami oleh pasien lagi. Pada dasarnya kedua mempunyai
tersebut juga sulit untuk menunjukkan suhu tubuh awal yang berbeda yaitu pasien
penurunan suhu tubuh. I 38,8°C dan pasien II 38,5°C. Hasil
Menurut Padila (2013) faktor yang setelah dilakukan terapi kompres hangat
mempengaruhi hipertermia pada demam selama 3 hari pada pasien I suhu tubuhnya
typoid disebabkan karena salmonella thypi 37,6°C dan pada pasien II suhu tubuhnya
dan endotoksinnya merangsang sintetis 37,8°C. Kedua responden memiliki
dan pelepasan zat pirogon oleh leukosit perbedaan penurunan suhu tubuh, hal ini
pada jaringan yang meradang. Kemudian karena faktor : waktu datang ke RS ibu An
kuman masuk kedalam lambung, sebagian V mengatakan pasien demam sudah
kuman akan dimusnahkan oleh asam selama 3 hari ini sedangkan ibu An S
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus pasien demam baru 2 hari ini, imun tubuh
halus bagian distal dan mencapai jaringan ke dua pasien berbeda.
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini Penurunan suhu tubuh dengan terapi
kuman berkembang biak, lalu masuk ke kompres hangat sebelum di berikan
aliran darah kemudian melepaskan kuman antipiretik kurang efektif penurunan suhu
kedalam sirkulasi darah menimbulkan tubuhnya. Sebaiknya di lakukan terapi
bakterimia, kuman selanjutnya masuk kompres hangat pada pasien demam typoid
limpa, usus halus dan kandung empedu. setelah atau seiringan dengan di berikan
Menurut Alimul (2016) hipertermia antipiretik. Menurut Siswandono (2016)
merupakan peningkatan suhu tubuh di atas kerja antipiretik dengan meningkatnya
normal yang ditandai adanya suhu tubuh eliminasi panas, pada penderita dengan
meningkat, kulit kemerahan, takikardia, suhu badan tinggi, dengan cara
takipnea, kulit terasa hangat, dan adanya menimbulkan dilatasi pembuluh darah
konvusi yang disebabkan oleh adanya perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi
penurunan persepsi, dehidrasi, pemajanan pengenceran darah dan mengeluarkan
lingkungan yang panas, adanya penyakit, keringat. Penurunan suhu tubuh tersebut
peningkatan kecepatan metabolisme, adalah hasil kerja obat pada sistem saraf

48
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu hangat untuk menutunkan hipertermia
di hipotalamus. Pernyataan ini di dukung pada pasien Demam Typoid di RSUD Dr.
oleh hasil studi kasus dari Wowor (2017) Adhyatma, MPH.
mengatakan bahwa penurunan suhu tubuh
akan lebih efektif jika diberikan diiringi DAFTAR PUSTAKA
pemberian obat antipiretik. Obat
antipiretik parasetamol mampu Alimul, A. (2016). Buku Ajar Ilmu
menurunkan sampai 0,2°C, jika diberikan Keperawatan Dasar. Jakarta:
bersamaan dengan kompres hangat dapat Salemba Medika.
menurunkan suhu tubuh pada penderita Fatmawati, M. (2012). Efektifitas Kompres
demam. Hangat Dalam Menurunkan
Hasil studi kasus dari Purwanti (2008) Demam Pada Pasien Typoid
mengatakan bahwa menggunakan air dapat Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2
memelihara suhu tubuh sesuai dengan RSUD Prof. Dr.H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Jurnal Ners. Vol
fluktuasi suhu tubuh pasien. Kompres
5.
hangat dapat menurunkan suhu tubuh http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/J
melalui proses evaporasi. Hasil HS/article/view/931., diaksespada
penelitiannya menunjukkan kompres tanggal 31 Desember 2018, Jam
hangat telah diketahui mempunyai manfaat 14.05 WIB
yang baik dalam menurunkan suhu tubuh
Herdman, T. H. (2017). Diagnosa
anak yang mengalami panas tinggi di Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rumah Sakit karena menderita berbagai
penyakit infeksi. Dengan kompres hangat Irwanti, W. (2015). Kompres Air Hangat
menyebabkan suhu tubuh diluaran akan Pada Daerah Aksila dan Dahi
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
menjadi hangat sehingga suhu akan
Pada Pasien Demam di PKU
menginterprestasikan bahwa suhu diluaran Muhammadiyah Kutoarjo. Jurnal
cukup panas, akhirnya tubuh akan Ners dan Kebidanan Indonesia. Vol
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak 3.
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur http://ejournal.almaata.ac.id/index.
tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan php/JNKI/article/view/93., diakses
membuat pembuluh darah tepi dikulit pada tanggal 31 Oktober 2018, Jam
13.26 WIB
melebar dan memahami vasodilatasi
sehingga pori-pori kulit akan membuka Kusyati, E. (2012). Keterampilan &
dan mempermudah pengeluaran panas. Prosedur Laboratorium
Sehingga akan terjadi perubahan suhu Keperawatan Dasar.Ed.2. Jakarta:
EGC.
tubuh.
Masriadi. (2014). Epidemiologi Penyakit
KESIMPULAN Menular. Depok: Rajawali Pres.

Berdasarkan hasil penelitian yang Padila. (2013). Asuhan Keperawatan


dilakukan pada An.V dan An.S selama 31 Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Desember 2018 sampai 2 Januari 2019
dapat disimpulkan bahwa terdapat manfaat Purwanti, S. (2008). Pengaruh Kompres
dan pengaruh dari penerapan kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu

49
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 2 Juli 2019, Halaman 44 – 50 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Tubuh Pada Pasien Anak Swasanti, N. (2013). Pertolongan Pertama


Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Pada Anak Sakit . Yogyakarta:
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. KATAHATI.
Vol 1 Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan
http://journals.ums.ac.id/index.php/ Bayi dan Anak .Ed.2. Jakarta:
BIK/article/view/3741., diakses Salemba Medika.
pada tanggal 31 Oktober 2018, Jam
Wowor, M. S. (2017). Efektifitas Kompres
14.24 WIB Air Suhu Hangat Dengan Kompres
Plester Terhadap Penurunan Suhu
Saubers, N. (2011). Semua Yang Harus
Tubuh Anak Demam Usia Pra-
Anda Ketahui tentang P3K.
Sekolah Di Ruang Anak RS
Yogyakarta : PALMALL.
Bethesda Gmim Tomohon. e-
Siswondono. (2016). Kimia Medisinal. Journal Keperawatan . Vol 5.
Ed.2. Surabaya: Airlangga https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p
hp/jkp/article/view/17872/17393.,
University Press.
diakses pada tanggal 31 Oktober
Sudarti. (2013). Asuhan Neonatus Tinggi 2018, jam 14.28 WIB
dan Kegawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

50

Anda mungkin juga menyukai