Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap
lebih dari 37 yang biasannya di akibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas dari pada yang dapat di keluarkan oleh tubuh
Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai
negara,terutama negara berkembang salmonella thypi mampu hidup dalam
tubuh manusia,yang umummnya memiliki kondisi kebersihan yang buruk.
(Kemenkes RI,2017)

Demam Thypoid dapat menyerang semua golongan umur, tetapi anak


paling rentan terinfeksi penyakit ini karena balita memiliki sistem imun yang
belum matur dan mereka cenderung kontak dengan orang lain yang mungkin
sedang sakit maupun fasilitas dan peralatan yang belum tentu terjamin
kebersihannya sehingga balita cenderung berisiko lebih tinggi terinfeksi suatu
penyakit (Wilson Wang and Meads, 2017). Salah satu penyakit yang mudah
menyerang anak terutama apabila terdapat sumber infeksi baik di dalam
maupun di luar rumah adalah Demam Typoid ( IDAI, 2016 ).

Hipertermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai


akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi ) di
hipotalamus.penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan dan pertahanan terhadap infeksi (Sodikin,2012 dalam
Wardiyah 2016).

Penyakit Demam Thypoid merupakan salah satu kesehatan yang masih


menjadi perhatian dunia sampai saat ini .pada tahun 2021 penyakit Demam
Thypoid mencapai 11-20 juta kasus pertahunya yang mengakibatkan sekitar
128.000-161.000 kematian setiap tahunya (WHO 2018),

1
2

Penyakit Demam Thypoid menyerang usia dibawah 3 tahun demam


Tyipoid masih umum terjadi di negara berkembang hal ini mempengaruhi
sekitar 21,5 juta orang setiap tahun penyakit ini mencapai tingkat pervalensi
358-810/100.000 penduduk di indonesia. Berdasarkan kesehatan indonesia
pada tahun 2010 Demam Thypoid menduduki peringkat ke 3 dengan jumblah
penderita sebanyak 41.081 orang yaitu 19.706 laki-laki dan 21.375 perempuan
.sebanyak 274 penderita meninggal dunia (Kobayashi ,2016).

Insiden Demam Thypoid Di DKI jakarta sekitar 182,5 kasus setiap hari
diantaranya ,sebanyak 64 % infeksi demam typhoid terjadi pada penderita usia
3-19 tahun namun rawat inap sering terjadi pada orang dewasa (32%
dibandingkan anak 10% ) dan lebih parah kematian akibat infeksi demam
tyhpoid diantara pasien rawat inap antara 3,1-10,4% (sekitar 5-19 kematian
perhari (Disease, 2016)

Demam Typoid bisa menyebabkan Hipertermi karena timbul akibat dari


infeksi oleh bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita
melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang
selalu mengeluarkan makanan,minuman,maupun buah-buahan segar.saat
kuman masuk kedalam saluran pencernaan manusia,sebagian kuman mati oleh
asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. .(Nani, 2017).

Untuk membantu menangani Hipertermi peran perawat atau tenaga


kesehatan dengan cara menkonsumsi air atau minumam elektrolit yang cukup
setiap 15 atau 20 menit sekali agar tubuh tidak kurang cairan ,menggunaan
pakaian yang tipis dan mampu menyerap ,beristirahat dengan cukup ,dan
lakukan kompres hangat dengan frekuensi 3 x sehari dilakukan selama 15-20
menit. kompres hangat pada dahi ,ketiak dan lipatan paha dengan frekuensi 3 x
sehari dilakukan selama 15-20 menit. menunjukkan bahwa kompres air hangat
lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh. dibanding kompres air dingin.Cara
kerja kompres air hangat dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga aliran
darah dan suplai oksigen lebih mudah mencapai daerah yang sakit .metode ini
akan membantu relaksasi dari otot dan mengurangi nyeri dan memberi rasa
hangat ,nyaman ,dan rasa tenang pada klien .
3

kompres hangat juga untuk menurunkan suhu tubuh pada saat


demam.dan dari beberapa masalah tersebut perawat mempunyai peran penting
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Peran perawat pada aspek promotif memberikan edukasi kepada
keluarga pasien gejala dan pencegahan Demam Thypoid. Peran perawat pada
aspek preventif bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dengan cara
menganjurkan untuk menghindari makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi atau sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan seperti
menggunakan sumber air bersih, menutup makanan yang disajikan, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan/setelah dari toilet dan menyediakan tempat
pembuangan sampah tertutup kompres hangat dengan frekuensi 3 x sehari
dilakukan selama 15-20 menit. kompres hangat pada dahi ,ketiak dan lipatan
paha dengan frekuensi 3 x sehari dilakukan selama 15-20 menit. menunjukkan
bahwa kompres air hangat lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh.
dibanding kompres air dingin. Cara kerja kompres air hangat dapat
memperlancar sirkulasi darah sehingga aliran darah dan suplai oksigen lebih
mudah mencapai daerah yang sakit .metode ini akan membantu relaksasi dari
otot dan mengurangi nyeri dan memberi rasa hangat ,nyaman ,dan rasa tenang
pada klien .kompres hangat juga untuk menurunkan suhu tubuh pada saat
demam. Peran perawat pada aspek kuratif berperan dalam mengatasi
hipertermia, yaitu berkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik sesuai dosis
yang telah dianjurkan dokter secara menyeluruh dengan cara
pengawasan/pemantauan terhadap program pengobatan memberikan obat
antipiretik-analgesik seperti paracetamol dan ibuprofen untuk meredakan
demam dan mengurangi nyeri otot ,obat cefiksime untuk mengobati infeksi
bakteri, obat pamol untuk penurun demam dan pereda nyeri ,dan obat
dexametason untuk alergi atau iritasi. Peran perawat pada aspek rehabilitative
yaitu berperan dalam proses pemulihan, dengan cara perawatan berupa istirahat
ditempat tidur tanpa aktifitas yang berat, mengkonsumsi makanan yang tinggi
protein dan kalori, tidak boleh makan makanan yang mengandung banyak serat
dan gas serta tidak boleh makan makanan yang merangsang lambung, seperti
makanan pedas dan asam.
4

Berdasarkan latar belakang diatas penelitian tertarik untuk melakukanpenelitian


“Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A Dan An.C Yang Mengalami
Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di RS. Bhayangkara Brimob”.

1.2 BATASAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka batasan masalah pada
penulisan karya ilmiah ini adalah. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien
An. Dan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di RS
Bhayangkara Brimob.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan batasan masalah yang telah di paparkan maka rumusan
masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah. Gambaran Asuhan Keperawatan
Pada Klien An.A Dan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam
Typhoid Di RS. Bhayangkara Brimob.

1.4 TUJUAN
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A
Dan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di RS.
Bhayangkara Brimob.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah pada pasien anak yang
mengalami hipertermia dengan demam thypoid adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh Gambaran Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Klien


An.A DanAn.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di
RS Bhayangkara Brimob.
2) Untuk memperoleh. Gambaran Diagnosa Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.A Dan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di
RS Bhayangkara Brimob.
3) Untuk memperoleh Gambaran Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.A Dan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di
RS Bayangkara Brimob.
5

4) Untuk memperoleh Gambaran Implementasi Asuhan Keperawatan Pada


Klien An.A Dan An.Cyang Mengalami Hipertermi Dengan Demam
Typhoid DiRS. Bhayangkara Bimob.
5) Untuk memperoleh Gambaran Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.ADan An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di
RS. Bhayangkara Brimob.

1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis

1) Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan


ilmu pengetahuan, khususnya Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A Dan
An.C Yang Mengalami Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di RS.
Bhayangkara Brimob.
1.5.2 Praktis
1. Bagi Akademi keperawatan berkala widya husada
a) Dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan terkait Hipertermia dengan Demam
Typoid Di Ruangan Anak Di RS. Bhayangkara Brimob.
b) Untuk bahan informasi dan acuan bagi insitusi dalam menilai kegiatan
pembelajaran tentang pengetahuan terkait hipertermia pada anak
c) Untuk bahan bacaan dalam usahamenambah wawasan bagi mahasiswa
akper berkala widya husada yang berhubungan dengan kasus Demam
Typoid pada anak
2. Manfaat bagi insitusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan untuk dapat memperluas wawasan dan sekaligus
memperoleh kemampuan bagimahasiswa akademi keperawatan berkala
widya husada mengenai kasus Demam Typoid pada anak
6

3. Manfaat bagi profesi perawat


Manfaat praktik penulisan karya ilmiah bagi perawat yaitu perawat dapat
menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat bagi klien
yang mengalami Hipertermia dengan Demam Typoid Di Ruangan Anak Di
RS. Bhayangkara Brimob.

4. Manfaat bagi klien dan keluarga


Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi klien anak dan keluarga
yaitu agar klien dan keluarga klien dapat mengetahui gambaran umum
tentang penyakit hipertermi dengan gangguan Demam Typoid serta
perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapatkan perawatan
yang tepat dalam keluarganya.

5. Manfaat bagi rumah sakit


Sebagai bahan informasi mengenai asuhan keperawatan pada klien anak
yang mengalami gangguan hipertermi dengan gangguan Demam Typoid
agar mampu mengoptialkan kualitas dan pelayanan rumah sakit
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Masalah Kesehatan

2.1.1 Pengertian Demam Typoid

Menurut WHO ,Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut
tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya
turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan.
Selama terjadi secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Algerina, 2008;
Darmowandowo, 2017). Demam tifoid termasuk penyakit menular yang
tercantum dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah.
Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Sudoyo
A.W., 2017).

Demam Typoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella


typhi,biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi.penyakit akut ditandai dengan demam berkepanjangan.sakit
kepala,mual,kehilangan nafsu makan, dan sembelit atau kadang -kadang diare
gejala sering kali tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan dari
penyakit demam lainya.namun tingkat keparahan klinis bervariasi dan kasus
yang parah dapat menyebabkan komplikasi serius atau bahkan kematian .ini
terjadi terutama dalam kaitanya dengan sanitasi dan buruk dan kurangnya air
mium bersih.(WHO .2018)

Demam Typoid adalah infeksi akut yang terjadi disaluran pencernaan


tepatnya usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmnolella paratypoid A ,B
dan C yang dapat ditularkan melalui feses atau urine.menurut (Widoyono,
2018).

7
8

2.1.2 Etiologi

Penyakit demam thypoid adalah salmonella thypi,salmonella paratypi


A,salmonella paratypi B,salmonella psratypi C (Arif Mansjoer,217).
Sedangkan menurut Rampengan (2016), penyakit ini di sebabkan oleh infeksi
salmonella Thyposa/Eberthella Thyposa, yang merupakan kuman negatif.
Motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada
suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada
suhu 70%ᶜ maupun oleh antiseptik. Sampai saat ini di ketahui bahwa kuman ini
hanya menyerang manusia. salmonella thyposamempunyai 3 macam antigen
yaitu :
a) Antigen O = Ohne Hauch = somatik antigen (tidak menyebar)
b) Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
c) Antigen V = Kapsul : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis

2.1.3 Patofisiologi

Penyebab dari Demam Typoid Kuman salmonella thypi masuk tubuh


manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh kuman, sebagian kuman di musnahkan oleh asam
lambung sebagian lagi masuk ke dalam usu halus dan mencapai jaringan
limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Bila
terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus
lamina propia, kemudian masuk ke aliran limpe dan mencapai kelenjar limpe
mesenterial dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella
thypi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella
thypi bersarang di plak payeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem
retikuloendotelial. Endotoksin salmonella thpyi berperan dalam proses
inflamasi lokal paa jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak.
Salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat
pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam
(Arif Mansjoer, 2016 )
9

Patogenesis (tata cara masuknya kuman thypoid kedalam tubuh) pada penyakit
thypoid ini di bagi atas 2 bagian (Antoni, 2016 ) yaitu :

a) Menembus dinding usus masuk ke dalam darah. Diphagosititis oleh kuman


RES (Reticule Endhotelial System) dalam hepar dan lien disini kuman
berkembangbiak dan masuk kedalam darah lagi dan menimbulkan infeksi
di usus lagi.
b) Bacil melalui toncil secara lymphogen dan Haemophogen masuk ke dalam
hepar dan lien, bacil mengeluarkan toxin,toxin inilah yang menimbulkan
gejala klinis.
1

Bagan 2.1 Pathway

Makanan yang terinfeksi bakteri salmonella Typhy

Masuk melalui mulut

Menuju ke saluran pencernaan

Mati dimusnahkan asam lambung

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistematik

Kelenjar limfoid usus halus Limpa Endotoksin

Tukak Splenomegali
Hipertermi

Perdarahan dan perforasi Lambung tertekan

Resiko ketidak Mual


seimbangan cairan

Nyeri akut Anoreksia

Defisit nutrisi
( Zulkonik 2011 )
11

2.1.4 .Proses Penyakit

Kuman masuk kedalam mulut melalui makanan/minuman yang


tercemar oleh Salmonella (biasanya > 10.000 basil kuman). Sebagian kuman
dapat dimusnahkan oleh HCI lambung dan sebagainya lagi masuk kedalam
usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik
maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya
ke lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak piyeri di ileum
distal dan kelenjar getah bening mesenterika. Jaringan limfoid plak peyeri dan
kelenjar getah bening mesenterika mengalami heperplasia. Basil tersebut
masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui Duktus Thoracicus dan menyebar
ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati, sumsum tulang dan
limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar (hepatomegali)
dengan infiltrasi limfosit, zat plasma dan sel mononuclear, serta terdapat
nekrosis fokal dan pembesaran limpa (Splenomegali). Di organ ini kuman S.
typhi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakteremia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise,
mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental dan
koagulasi). Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah
disekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi. Proses
patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan
mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan dan gangguan organ lainnya.Pada
minggu pertama penyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel), plak
peyeri, disusul minggu kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga
ulserasi plak peyeri dan selanjutnya dalam minggu keempat penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan perut). (Suratun dan Lusianah,
2016)
1

2.1.5 Manisfestasi Klinis

Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.

a) Demam meninggi sampai akhir minggu pertama demam tinggi berkisar


39˚C hingga 40˚C,
b) Demamturun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tetangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
c) Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
d) Nyeri kepala, nyeri perut
e) Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
f) Pusing, bradikardi, nyeri otot
g) Batuk
h) Epistaksis
i) Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
j) Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
k) Gangguan mental berupa samnolen
l) Delirium atau psikosis

Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia. (Sudoyo
Aru, dkk 2009 dikutip dalam buku Nanda Nic-Noc, 2016).

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi intestinal: perdarahan usus, perporasi usus dan ilius


paralitik.Komplikasi extra intestinal

a) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),


miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
c) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan
kolesistitis.
13

e) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.


f) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.
(Lestari Titik, 2016)

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis


terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam
bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk
menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua
garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi.

2.1.8 Terapi Medis

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah


parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam
menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja 20 yang lama
(Graneto, 2016).

Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai


antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi
antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, &
Kest, 2016).

2.1.9 Tindakan Medis

Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan


demam:

1) Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan


beristirahat yang cukup.
2) Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
1

Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
3) Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat
efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin
karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali
suhu inti (Kaneshiro & Zieve, 2016).

2.2 Konsep Termogulasi

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam


menurunkan demam.Obat-obat anti inflamasi,analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatanya
.Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalam menghambat enzim
cyclooxygenase.Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat.Dosis teurapetik antara 10-15 mg /kg BB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari.Dosis maksimal 90 mg /kg/BB/hari.Turunan asam
propionat seperti ibuprofen juga) analgetik dan antiinflamasi.Dosis
teurapetik yaitu 5-10 mg/kg/BB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole
(antalgin)bekerja menekan pembentukan prostaglandin .Mempunyai efek
antipiretik ,analgetik dan antiinflamasi.Dosis terapeutik 10 mg/kg/BB/kali
tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6
bulan.Pemberianya secara per oral,intramuskular atau intravena.Asam
mefenamat suatu obat golongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik .Dosis pemberianya 20 mg/kg/BB /hari
dibagi 3 dosis .Pemberianya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan . (Mubarok,2015).
15

2.3 Konsep Tumbuh kembang Anak Usia Todler


2.3.1 Definisi

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar,


jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen
tubuh) (Soetjiningsih. 2017)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan serta struktur dan


fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang terorganisasi dan
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga termasuk perkembangan
emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
(Soetjiningsih, 2017)

Pertumbuhan Fisik

Usia todler adalah pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini


mengalami perlambatan dalam pertumbuhan fisik, dimana pada tahun
kedua anak akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan
panjang 6-10 cm, kemudian pertumbuhan otak juga akan mengalami
perlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm, untuk pertumbuhan
gigi terdapat tambahan 8 buah gigi susu termasuk gigi geraham pertama dan
gigi taring sehigga seluruhnya berjumlah 14–16 buah.

1) Perkembangan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus mampu mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus.
2) Perkembangan Motorik Kasar
Anak sudah mampu melangkah dan berjalan tegak, pada sekitar umur
18 bulan anak sudah mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
1

dipegang dan pada akhirtahun kedua anak sudah mampu berlari-lari


kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat.
3) Perkembangan Sosial
Pada perkembangan adaptasi sosial mulai membantu kegiatan di rumah,
mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju.
4) Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa pada anak sudah mulai ditunjukan dengan anak
mampu memiliki sepuluh pembendaharaan kata, kemampuan meniru
dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai
mampu menunjukan lambaian anggota badan.

2.4 Konsep Hospitalisasi

1) Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehungga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami kejadia
yang menurut beberapa peneliti ditunjukan denganpengalaman traumatik
dan penuh dengan stress. Perasaan yang seringmuncul yaitu cemas, marah,
sedih, dan rasa bersalah (Wulandari & Erawati,2016).
2) Dampak Hospitalisasi pada anak Toddler
Selama proses hospitalisasi, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut berbagai penelitian ditunjukan dengan
pengalaman yang sempat traumatik dan penuh dengan stres. Beberapa
perasaan yang sering muncul pada anak yaitu, cemas, marah, sedih, takut
dan rasa bersalah (Wong, 2017).
Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons
perilaku anak sesuai dengan tahapnya, yaitu tahap protes, putus asa, dan
pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukan adalah
menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang
diberikan orang lain. Pada tahap putus asa perilaku yang ditunjukan adalah
17

menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk


bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku
yang ditunjukan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina
hubungan secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya.
3) Dampak Hospitalisasi pada keluarga
Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang tua mengalami
kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit walaupun
beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalaminya karena perawatan
anak di rumah sakit dapat mengatasi permasalahannya. Terutama pada
mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit,
dan orang tua yang kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial dari
keluarga, kerabat, bahkan petugas kesehatan akan menunjukan perasaan
cemasnya. Penelitian lain menunjukan bahwa pada saat mendengarkan
keputusan dokter tentang diagnosis penyakit anaknya merupakan kejadian
yang sangat membuat stres orang tua.
Apabila anak stres selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula,
dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat.
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada
pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun sangat
stres. Dengan demikian, asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada
anak, tetapi juga pada orang tuanya.

2.5. Konsep Dasar Proses Asuhan Keperawatan

2.5.1 Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan ,pengkajian


merupakan dasar utama dan hal yang penting dilakukan baik saat pasien
pertama kali masuk rumah sakit selama Psien di rawat dirumah sakit
(Widoyorino atal, 2017).

1) Identitas Pasien
Identitas pasien meliputu nama pasien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
1

2) Umur
Kebanyakan Demam Thypoid yang sering mengenai anak usia dibawah 2
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia toldder akan lebih sering menderita
Dmam Thypoid dari pada usia yang lebih lanjut
3) Jenis kelamin
Angka kesakitan Demam Thypoid sering terjadi pada usia 2 tahun,dimana
angka kesakitan Demam Thypoid anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark.
4) Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga,
dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk Demam Thypoid
Diketahui bahwa rendahnya kualitas jajanan atau minuman air yang telah
terkontaminasi kotoran yang mengandung bakteri salmonella typhi di
pinggir jalan akan mempengaruhu terjadinya Demam Thypoid
5) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang mengatakan Biasanya klien mengalami demam
mendadak meningkat 39 C, sakit kepala, badan lemah dan lelah ,
gangguan penceernaan seperti diare atau sembelit ,sakit perut ,hilang nafsu
makan ,mual dan muntah
1. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
2. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengaatakan tidak memiliki penyakit seperti Klien
tersebut
3. Riwayat sosial
Ibu klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang padat
penduduknya dan sumber air yang keruh dan lingkungan yang kumuh
(Nursing Student, 2015).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran dapat terjadi pada
keadaan panas yang tinggi tidak terkendali sebagai akibat lanjut
19

dapat terjadi koma akibat metabolisme yang cepat dan elektrolit


rendah.
b. Keadaan umum, kelemahan yang dirasakan pasien dapat
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi jaringan
selain itu dapat juga disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
elektrolit kalium.
c. Parameter tubuh, tinggi, berat badan melebihi atau kurang dari
keadaan normal, kepala simetris atau tidak keluhan yang dirasakan,
mata ada atau tidak gejala kebutaan, kekeruhan atau bercak putuh
pada lensa, keluhan diplopia, nyeri bola mata, mukosa mulut
tampak kering, bibir pecah-pecah dan mulut bau aseton.
d. Dada, ada atau tidak gejala pernapasan kusnaul, batuk, ronkhi,
wheezing, jantung ada tidag nyeri angina, mungkin dapat terjadi
akibat komplikasi lanjut pada sistem kardiovaskuler.
e. Abdomen, akan terdapat keluhan mual, muntah, nyeri dan kaku
abdomen, diare atau konstipasi, terjadi pembesaran hepar dan
limfa.
f. Genitalia, perlu dikaji kemungkinan terjadi retensi urin, oliguria,
anuria, poliuria, kelainan organ genital.
g. Ekstremitas, kaji tanda-tanda berkurangnya denyut nadi pada
ekstremitas, perasaan baal, kesemutan dan perasaan nyeri
h. Integumen, kulit tampak kering, bersisik dan terjadi perubahan
pada warna kulit, keadaan turgor kulit apakah ada keluhan rasa
gatal-gatal, panas, penhgeluaran keringat yang berlebihan.
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang bisanya dilakukan pada penderita
demam typhoid adalah:
a) Pemeriksaan darah tepi
1. Eritrosit: kemungkinan terdapat anemia karena terjadi
gangguan absorpsi fe di usus halus karena adanya inflamasi,
hambatan pembentukan eritrosit dalam sumsung tulang atau
adanya perforasi usus.
2

2. Leukopenia polimorfonukklear (PMN) dengan jumlahleukosit


antara 3000-4000/mm³, dan jarang terjadi kadar leukosit <
3000/mmm³. Leukopenia terjadi sebagai akibatpenghancuran
leukosit oleh endotoksin dan hilangnya eosinofil dari darah
tepi (eosinofilia).
3. Trombositopenia: biasanya terjadi pada minggu pertama
(depresi fungsi sumsum tulang dan limpa).
b) Pemeriksaan widal: pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi
aglutinasi. Apabila titer lebih dari 1/80, 1/160, dan seterusnya maka
hal ini menunjukan bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin
berat penyakitnya.
c) Pemeriksaan SGOT dan SGPT: SGOT dan SGPT pada demam
typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
d) Pemeriksaan urin, disapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) dan
leukosit dalam urine.
e) Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena
terjadi perdarahan usus dan perforasi.
f) Pemeriksaan radiologi: pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
ada kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid.
2.5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan
adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk
didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016) dan (SDKI DPP
PPNI 2017 ) yang sering muncul pada klien dengan demam typhoid.
21

1) Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Penyakit


2) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif kejang yang
tidak kontinu
3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan
4) Cemas pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

2.5.3. Perencanaan Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment


yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI,
2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :

1) Hipertermi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Tubuh


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipertermi pada
klien teratasi.
Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh dalam batas normal( 36,5 C – 37,5 C)
b) Nadi dalam batas normal ( 60-100 x / menit )
c) RR dalam batas normal (22-37 x / menit )
Intervensi :
Mandiri
a. Ukur tanda – tanda vital setiap 2 jam
Rasional: Suhu 38 – 40°𝐶 menunjukan proses penyakit infeksius akut
b. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak pada klien
Rasional: Mempercepat proses penguapan melalui urin dan keringat, selain
itudimaksudkan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
c. Berikan kompres hangat pada klien
Rasional: Memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah
2
d. Ajarkan keluarga cara kompres yang baik dan benar
Rasional: Meningkatkan tingkat pengetahuan keluarga
Kolaborasi:
a. Berikan terapi analgesik sesuai program medis dan evaluasi
keefektifannya.
Rasional: untuk mengendalikan atau mengontrol panas badan.

b. Berikan terapi antiperitek sesuai program medis dan evaluasi


keefektifannya.
Rasional: untuk penurun demam dan pereda nyeri
c. Pemberian cairan parenteral sesuai program medis.
Rasional: penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh.

d.
2.) Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif kejang
yang tidak kontinu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkanr esiko cedera tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. kejang tidak terjadi
b. mata klien tidak mendelik ke atas
c. tubuh klien tidak kaku
d. mulut klien tidak berbuih
Intervensi:
a. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya
kjang
b. pantau kejang
c. monitor ttv
d. pasang pengalang tempat tidur
e. letakan klien dibawah tempat tidur atau turunkan tempat tidur
f.berikan obat anti kejang
g. kaji kondisi klien
h. pantau rr
23

Kolaborasi:
a. Memberikan obat anti kejang
b. obat fenitoin sudah dimasukan melalui intravena sebanyak 50 Mg
3.) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan

Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan


resiko ketidakseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Intake dan output cairan seimbang
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. N: 60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit, S: 36-37 ˚C
d. .Membran mukosa lembab
e. .Pengisian kapiler < 3 detik
f. Hematokrit dalam batas normal (35-47%).

Intervensi :
Mandiri
a. bservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Rasional: hipotensi, takikardia, dan demam menunjukan respon terhadap
kehilangan cairan tubuh.
b. Berikan cairan peroral 2 - 2,5 liter perhari, jika pasien tidak muntah.
Rasional: untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
c. Berikan minum air putih sedikit tapi sering
Rasional:untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan untuk menghindari
dehidrasi
d. Timbang berat badan pasien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
Rasional: berat badan merupakan indikator kekurangan cairan dan status
nutrisi.

Kolaborasi:
a. Berikan cairan parenteral sesuai program medis.
Rasional: untuk memperbaiki kekurangan volume cairan.
4.) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas pada
klien teratasi
2

Kriteria Hasil:
a. Klien rileks
b. Kecemasan klien berkurang
c. Klien dapat istirahat cukup
Intervensi:
Mandiri
a. Libatakan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

b. Hindari persepsi yang salah pada perawat


Rasional: Mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

c. Berikan lingkungan tenang dan tingkatkan istirahat


Rasional: Meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan kecemasan

d. Dorong orang terdekat untuk menyatakan perhatian terhadap klien


Rasional: Dukungan keluarga dapat menurunkan stress

e. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan keperawatan dan


pengobatan
Rasional: Menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan

kemampuannya

f. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal


maupun non verbal
Rasional: Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan

rasa aman pada klien.

5.)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

toleran terhadap
25

Kriteria hasil:
a. Kebutuhan klien terpenuhi

b. Tidak ada keluhan lelah

c. Tidak ada takikardia dan takipnea saat melakukan aktivitas


Intervensi:
Mandiri
a. Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas.

b. Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari.

c. Anjurkan tirah baring (bed rest) selama fase akut.

d. Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan.

e. Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.

f. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.

g. Berikan kesempatan pada klien untuk melakukan aktivitas sesuai


kondisinya.
h. Kolaborasi pemberian terapi multivitamin sesuai program terapi medis.

Kolaborasi:
a. Berikan terapi multivitamin sesuai program terapi medis.
Rasional: meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan aktivitaspasien.

2.5.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan adalah tahap keempat tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaannya peneliti
bekerja sama dengan perawat ruangan, pelaksanaan tindakan keperawatan
berpedoman pada rencana tindakan yang diangkat pada kasus klien An.A dan
An.C bahwa sebagian besar intervensi yang telah ditetapkan oleh peneliti
telah di implementasikan pada kedua klien. tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan intervensi yang dibuat. (Yustiana & Ghofur, 2016).
2

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai


tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping
perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik
Tahap-tahap dalam pelaksanaan tindakan keperawatan antara lain
sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan
1. Review rencana tindakan keperawatan
2. Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3. Antisipasi komplikasi yang akan timbul
4. Mempersiapkan peralatan (waktu, tenaga, alat)
5. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik
6. Memperhatikan baik-baik hak klien antara lain hak atas pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, hak atas informasi,
hak untuk menentukan nasib sendiri, dan hak atas second opinion.
b) Tahap pelaksanaan
1. Berfokus pada klien,berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil
2. Memerhatikan keamanan fisik dan psikologis klien Kompeten
c) Tahap sesudah pelaksanaan
1. Menilai keberhasilan pelaksanaan
2. Mendokumentasikan tindakan.

2.5.5 Evaluasi Keperawatan


1. Pengertian Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis yang terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan dan dilakukan dengan cara
berkeseimbangan dengan melibatkan klien dan dengan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan
langsung dan studi dokumentasi sehingga didapatkan data baru ditafsirkan
kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku (Nursalam, 2011).
2. Proses Evaluasi
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan secara terus menerus selama
melakukan tindakan keperawatan perdiagnosaan keperawatan, sedangkan
evaluasi akhir adalah dimana evaluasi dilakukan dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai
(Nursalam, 2011).
27

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran pelaksanaan
asuhan keperawatan pada An.A dan An.C yang mengalami hipertermia dengan
demam typhoid di RS Bhayangkara Brimob pada tanggal 01 – 03 Agustus
tahun 2022 An.A dan tangga 01 - 03 Agustus An.C.

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian

Hasil yang didapat dari dua kasus yang sama yaitu pengkajian klien An.A
pada tanggal 1 – 3 Agustus tahun 2022 dan klien An.C pada tanggal 1 Agustus
pada kasus ditemukan data adanya gejala yang sama yaitu pada klien An.A
dan klien An.C mengalami demam naik turun .namun terdapat keluhan mual
dan nafsu makan berkurang pada klien An.A dan An.C setelah ituditemukan
klien An.A cemas saat di berikan perawatan pada klie An.A tidak di temukan
cemas pada saat perawatan dan pada klien An.C ditemukanextermitas bawah
tidak bisa di gerakan sepenuhnya.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Pada tahap diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosakeperawatan pada
masing-masing klien. Adapun diagnosa keperawatan yang menjadi fokus
utama pada kedua klien adalah: hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit.Selain itu diagnosa keperawatan yang sama pada kedua klien yaitu
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
tidak adekuat.dan ada 1 diagnosa berbeda antara An.A mengalami Cemas
sedangkan An.C mengalami intoleransi aktivitas.

5.1.3 Perencanaan
Pada tahap perencanaan, karena kedua klien memiliki prioritas masalah
yang sama yaitu hipertermia dengan waktu asuhan keperawatan yaitu 3x24
jam maka dilakukan perencanaan keperawatan sesuai teori namundisesuaikan
dengan kebutuhan klien. Untuk masalah yang lain juga mengikutitinjauan teori
namun tetap melihat keadaan klien.
28

5.1.4 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan sudahdilakukan sesuai
dengan perencanaan yang dibuat pada kasus An.A Dan An.C Salah satu
tindakan keperawatan mandiri yang penulis lakukan untukmengatasi masalah
keperawatan yang menjadi fokus utama yaitu dengan kompres hangat. Semua
tindakan dilaksanakan dengan efektif dan sesuai dengan yang direncanakan.
Hasilnya suhu tubuh kedua klien kembali normalsetelah dilakukan tindakan
mandiri kompres hangat selama 2 hari.

5.1.5 Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.pada evaluasi yang penelitian dilakukan pada klien
1berdasarkan kriteria yang penelitian susun terdapat 3 diagnosa keperawatan
yang telah teratasi dengan baik sesuai rencana yaitu Hipertermiaberhubungan
dengan proses penyakit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Intake tidak adekuat,Cemas pada anak berhubungann
dengan dampak hospitalisasi. Sedangkan pada klien 2 juga terdapat 3 diagnosa
keperawatan yangtelah teratasi dengan baik sesuai rencana yaitu Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Intake tidak adekuat, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Pada tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP, masalah yang
terdapat pada masing-masing klien ditemukan 3 diagnosa keperawatanteratasi
sesuai dengan kriteria hasil.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,maka penulisan memberikan saran yang
diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dimasa yang akan datang demi tercapaikan tingkat derajat
kesehatan.
29

5.2.1. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan
berprofesional sehingga dapat menghasilkan perawat yang trampil. Inovatif
dan profesional yang mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai kode
etik perawat.
Memberikan tambahan literatur di perpustakaan khususnya buku
keperawatan anak yang banyak membahas tentang, Demam typhoid supaya
mempermudah bagi peneliti berikutnya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilanya dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya klien dengan Demam typhoid.

5.2.2. Bagi Perawat


Perawat perlu mengetahui tanda dan gejala adanya hipertermiadengan
demam typhoid agar meningkatkan asuhan keperawatan secaramandiri
yaitu memberikan kompres hangat untuk membantu menurunkan panas,
karena di rumah sakit untuk mengatasi demam langsung diberiantipiretik oleh
dokter sehingga tindakan mandiri seperti kompres hangat sering diabaikan

5.2.3. Bagi Mahasiswa-mahasiswi


Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan khususnya Kepada
mahasiswa yang akan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
khususnya dengaan demam typhoid agar menambah pengetahuan dengan
mengikuti beberapa pelatihan atau seminar tentang bagaimana caranya
untuk menurunkan suhu tubuh klien supaya kembali normal. Diharapkan
bagi rekan-rekan mahasiswa agar mempersiapkan diri, menyiapkan fasilitas
mandiri seperti alat ukur tanda-tanda vital, memberikan asuhan keperawatan
yang baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada di Rumah Sakit. Agar
lebih giat lagi membaca dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan
supaya lebih terampil dan professional dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya penyakit Demam typhoid
30

5.2.4. Bagi klien dan keluarga


Diharapkan bagi klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan
makanan, misalnya dengan tidak mengkonsumsi makanan dan minuman
yang sembarangan, selalu menjaga kebersihan lingkungan seperti menutup
makanan yang disajikan, mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan/setelah dari toilet dan menyediakan tempat pembuangan sampah
tertutup.
31

DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi W & Yessie Mariza P.2017. Buku Ajar Anak 2 (Keperawatan)
Bidang.kesehatan.Yogyakarta:Nuha,Medika
Butcher, HK.2017. Nursing Interventions Classification, Ed.6. Jakarta Dalal, S.,
and Zhukovsky D.S., 2016. Pathophysiology and Management
Dewasa).Jakarta: Nuha Medika

edisi IV. Jakarta: Penerbit FK-UI Zein Isnaniah S, Zuhriana K. Yusuf, Ahmad
Aswad.2016.Perbedaan

EGC:Jakarta .Jurnal keperawatan.Universitas Sumatera UtaraFakultas Kedokteran


Universitas IndonesiaIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
Kaneshiro & Zieve.2016.Terapi Non-Farmakologi.Keperawatan.Universitas
Sumatera Utara. Ketidakefektifan Kompres Air Hangat Dan Air Biasa
Penurunan Suhu. Jurnal https://doi.org/10.24198/jf.v16i1.17445
Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media AesculapiusNani,
Muzakkir.2017. Kebiasaan makan dengan kejadian demam typhoid
Nelwan, R. H. H. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
Nursallam, 2016, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan of
Fever.J Support Oncol.
pada anak. Jurnal Berkala Epidemiologi 4(1), 74-86,2016Potter & Perry.2016 .Buku
Ajar Fundamental Keperawatan : Bab II Praktis Ed.4. Jakarta, Salemba
Medika
Rampengan TH, Laurent IR.1993. Demam tifoid: penyakit infeksi tropik pada anak.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Jurnal
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.602
Rifqi,Muhammad.2017. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Demam Thypoid .jurnal keperawatan.surakarta Jurnal
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5666

Sarasvati.2016. Konsep Dasar Hipertermi SDKI DPP PPNI,2016 (Soetjiningsih.


2017) Jurnal https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.809
Saryono.2017.Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Sherwood.2016. Bab II Patofisiologi Hipertermi.
32

Jurnal http://jkt.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index SDKI DPP


PPNI,2017 .Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
SIKI DPP PPNI ,2018 . Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia SLKI DPP
PPNI,2019 .Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta
Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III
Tubuh Pada Klien Demam Thypoid. Jurnal keperawatan. Fhirawati:fhirawati
A.saputri Mulyana ,Hamdayani -Karim-Merilany- Darise Jurnal
https://dx.doi.org/10.33857%2Fjounces.v3i2.304
Sudoyo Aru, dkk 2009 dikutip dalam buku Nanda Nic-Noc, 2016Vani Rahmasari
,Keri Lestari Farmaka 16(1),184-195,2018).
33

Bagan 2.1 Pathway

Makanan yang terinfeksi bakteri salmonella Typhy

Masuk melalui

mulut
Menuju ke

saluran pencernaanMati

dimusnahkan asam lambung

Diserap oleh usus

halus
Bakteri memasuki aliran darah sistematik

Kelenjar limfoid usus halus Limpa Endotoksin

Tukak Splenomegali
Hipertermi

Perdarahan dan perforasi Lambung tertekan

Resiko ketidak Mual


seimbangan cairan

Nyeri akut Anoreksia

Defisit nutrisi
( Zulkonik 2011 )
34

Kerangka Konsep
35

PROSEDUR PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA


PASIEN DEMAM THYPOID

Definisi:
Tata cara memberian kompres hangat pada pasien yang mengalamihipertermi
(peningkatan suhu tubuh )
Tujuan:
1) Memperlancar sirkulasi darah sehingga aliran darah dan suplai oksigenlebih
mudah mencapai daerah yang sakit
2) Membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri dan memberi rasa hangat
3) Menurunkan suhu tubuh pada saat demam
Indikasi:
1. Pasien hipertermi (peningkatan suhu tubuh )
2. Pasien dengan perut kembung
3. Pasien yang mempunyai penyakit peradangan seperti radang persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses
Kontra indikasi :
1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan
3. Edema
4. Gangguan vascular
5. Pleuritis

No
1. Persiapan Alat:
1. Air hangat dalam baskom
2. Waslap
3. Perlak dan pengalas
4. Sarung tangan
5. Handuk kering
2. Persiapan Pasien dan lingkungan :
1. jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. jaga privacy pasien
3. Berikan posisi nyaman
36

3. Pelaksanaan :
1. Beri tahu klien dan keluarga bahwa akan diberikan kompres
hangat Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang
nyaman
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
4. Posisikan pasien senyaman mungkin
5. Cuci tangan daan kenakan saruang tangan
6. Periksa TTV pasien sebelum memulai (nadi, tekanan darah dan
suhu tubuh pasien )
7. Kebersihan alat diperhatikan
8. Kompres hangat diletakan di bagian tubuh yang memerlukan
(dahi, aksila dan lipatan paha )
9. Minta pasien untuk mengungkapkan ketidak nyamanan saat
dilakukan kompres
10. Pengompresan di hentikan sesuai waktu yang telh ditentukan
11. Kaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan ,hentikan
tindakan jika di temukan tanda-tanda kemerahan
12. Rapihkan pasien ke posisi semula
13. Beri tauhu bahwa tindakan telah selesai
14. Bereskan alat-alat yag telah digunakan dan lepas sarung tangan
15. Kaji respon pasien (respon subjektif dan objektif )
16. Berika reinfocemen positif pada pasien
17. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
18. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Hasil:
Dokumentasikan nama/ tindakan/ tanggal/ jam tindakan ,hasil yang
diperoleh respon pasien selama tindakan ,nama dan paraf perawat
37

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN


PADA KLIEN AN. A

Kepada
Yth. Calon Partisipan Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi Prodi DIII Akademik Keperawatan Berkala Widya Husada, bermaksud
melaksanakan penelitian dengan Judul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien An. A dan
An. P yang mengalami Hipovolemia dengan Gastroenteritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa”
Saya Mengharapkan partisipan anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya menjamin
kerahasian dan indetitas anda. Informasi yang anda berikaan hanya semata – mata digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak di gunakan untuk maksud lain.
Apabila anda bersedia menjadi responden, anda mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan menjadi partisipan.
Atas perhatian dan kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 01 Agustus 2022


Penulis

Mayoda Ajib Ulin Nuha


19.031
38

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN


PADA KLIEN AN. C

Kepada
Yth. Calon Partisipan Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswi Prodi DIII Akademik Keperawatan Berkala Widya Husada, bermaksud
melaksanakan penelitian dengan Judul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien An. A dan
An. P yang mengalami Hipovolemia dengan Gastroenteritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa”
Saya Mengharapkan partisipan anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya menjamin
kerahasian dan indetitas anda. Informasi yang anda berikaan hanya semata – mata digunakan
untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak di gunakan untuk maksud lain.
Apabila anda bersedia menjadi responden, anda mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan menjadi partisipan.
Atas perhatian dan kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 01 Agustus 2022


Penulis

Mayoda Ajib Ulin Nuha


19.031
39

SURAT PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN


PADA KLIEN AN. A

Saya bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ny. A
Usia : 28 Tahun
Alamat : Jakarta Timur

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


Saya sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami penjelasan tentang tujuan, manfaat dari
penelitian ini, dan prosedur pengisian yang akan dilakukan, maka saya bersedia untuk menjadi
partisipan dalam penelitian, dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien An. A dan
An. P yang mengalami Hipovolemia dengan Gastroenteritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa”.
Yang diteliti oleh:

Nama : Mayoda Ajib Ulin Nuha


NIM : 19.031

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa pelaksanaan dari pihak
manapun.

Penulis Jakarta, 01 Agustus 2022

Mayoda Ajib Ulin Nuha Partisipan


19.031
40

SURAT PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN


PADA KLIEN AN. C

Saya bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ny. A
Usia : 28 Tahun
Alamat : Jakarta Timur

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


Saya sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami penjelasan tentang tujuan, manfaat dari
penelitian ini, dan prosedur pengisian yang akan dilakukan, maka saya bersedia untuk menjadi
partisipan dalam penelitian, dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan pada Klien An. A dan
An. P yang mengalami Hipovolemia dengan Gastroenteritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa”.
Yang diteliti oleh:

Nama : Mayoda Ajib Ulin Nuha


NIM : 19.031

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa pelaksanaan dari pihak
manapun.

Penulis Jakarta, 01 Agustus 2022

MAyoda Ajib Ulin Nuha Partisipan


19.031
41

LEMBAR KONSULTASI

PROPOSAL KTI

Nama Lengkap :Mayoda Ajib Ulin Nuha


Nim Mahasiswa : 19.031
Pembimbing Utama : Ns.Restu Iriani ,S Kep.,M Kep
Pembimbing Pendamping : Kurniati Nawangwulan, SKM., M.Kes,
Judul KTI : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.A Dan An.C Yang Mengalami
Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di Rs
Bhayangkara Brimob (Studi Kasus)

No Tanggal Bimbingan Pokok Bahasan Paraf Dosen


Pembimbing
1. 22 Juni 2022 Konsul proposal Bab 1-3

2. 28 Juni 2022 Konsul revisi Bab 1-3

3. 09 Juli 2022 Konsul KTI Bab 4-5

4. 02 Juli 2021 Konsul revisian Bab 4

5. 17 Juli 2021 Konsul pembahasan matriks Bab 4

6. 28 Juli 2021 Konsul KTI Bab 4-5

7. 03 Agustus 2021 Konsul KTI Bab 4-5

8. 03 Agustus 2021 Konsul Revisian Bab 4-5

9. 03 Agustus 2021 Acc Karya Tulis Ilmiah


42

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH

Nama Lengkap :Mayoda Ajib Ulin Nuha


Nim Mahasiswa :19.031
Pembimbing Utama : Ns.Restu Iriani ,S Kep.,M Kep
Pembimbing Pendamping : Kurniati Nawangwulan, SKM., M.Kes,
Judul KTI : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.A Dan An.C Yang Mengalami
Hipertermi Dengan Demam Typhoid Di Rs
Bhayangkara Brimob (Studi Kasus)

No Tanggal Bimbingan Pokok Bahasan Paraf Dosen


Pembimbing
1. 09 Juni 2021 Bimbingan konsul KTI Bab 1-3

2. 25 Juni 2021 Konsul KTI Bab 4

3. 30 Juni 2021 Konsul KTI Bab 4-5

4. 30 Juni 2021 Konsul KTI Bab 4-5

4. 17Juli 2021 Konsul revisian KTI Bab 4

5. 19 Juli 2021 Konsul revisian KTI Bab 4-5

7. 21 Juli 2021 Konsul revisian KTI Bab 4-5

8. 23 Juli 2021 Konsul revisian KTI Bab 4

9. 27 Juli 2021 Acc KTI

10. 17 Agustus 2021 Konsul PPT KTI


43

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR PRIBADI
Nama : MAYODA AJIB ULIN NUHA
NIM : 19.031
Tempat Tanggal Lahir :Ketanggan,28-06-1998
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku /Kewarganegaraan : jawa/Indonesia
Alamat :Asrama Brimob Cikeas
No Hp 085865639093
E-mail :mayodaajib98@gmail.com

PENDIDIKAN
1) SDN KETANGGAN 03 (2004 - 2010)

2) SMP PONDOK MODREN SELAMAT KENDAL (2010 -


2013)
3) SMA PONDOK MODREN SELAMAT KENDAL (2013 -2016)
4) AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA JAKARTA (2019
2022)

PENGALAMAN ORGANISASI
1) Anggota PMR (palang merah remaja) (2014-2015)
2) Atletik (sprint) (2014)

PENGALAMAN KERJA
1) Klinik resimen 1 pasukan pelopor Tahun 2021 s.d Sekarang
2) Klinik satlat Korps Brimob Polri Tahun 2021

PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI


1) Pelatihan DVI Polri
2) Pelatihan Medic SAR
3) Pelatihan Medic tempur

Anda mungkin juga menyukai