Anda di halaman 1dari 28

LEMBAR PENGESAHAN

“Asuhan Keperawatan Pada An. ”A” umur 4 tahun dengan


Thypoid Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak
(RSUD) Puri Husada Tembilahan Tahun 2022”

CI Lapangan : CI Akademik :

Ns. Dewi Kartika Sari, S.Kep Ana Verena Puspa R, M.K.M

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid Fever & Pneumonia Di
Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan Tahun 2022”
ini dengan lancar. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Ns. Dewi Kartika Sari, S.Kep Selaku CI Lapangan Ruang Perawatan Anak RSUD Puri
Husada Tembilahan

2. Ibu Ana Verena Puspa R, M.K.M Selaku CI Akademik Ruang Perawatan Anak RSUD Puri
Husada Tembilahan

Selanjutnya penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna.


Sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menambah kualitas
serta mutu dari makalah tersebut. penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu
dan wawasan kita semua.

Tembilahan,

Lia Amelia Farmisah


NIM: 2116018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Tujuan.....................................................................................................................3
C. Manfaat...................................................................................................................3
BAB II : TINJAUAN TEORITIS..............................................................................4
A. Thypoid Fever..........................................................................................................4
1. Definisi.....................................................................................................................4
2. Etiologi.....................................................................................................................4
3. Patofisiologi.............................................................................................................4
4. Manifestasi Klinik...................................................................................................7
5. Penatalaksaannya...................................................................................................7
B. Pneumonia...............................................................................................................9
1. Definisi.....................................................................................................................9
2. Etiologi.....................................................................................................................9
3. Patofisiologi...........................................................................................................11
4. Manifestasi Klinik.................................................................................................13
5. Penatalaksaannya.................................................................................................13
BAB : III LAPORAN KASUS.................................................................................14
A. Pengkajian Dan Identifikasi Data Dasar (Format Pengkajian)......................14
B. Pendokumentasian Dalam Bentuk Soap............................................................20
BAB IV : PENUTUP.................................................................................................25
A. Kesimpulan...........................................................................................................25
B. Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................27

iii
BAB : 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thypoid fever atau demam tifus yang merupakan salah satu penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dan ditandai dengan demam atau
kenaikan suhu tubuh, penyakit ini sebagian besar menyerang pada anak-anak. Dan dapat di
tularkan melalui berbagai cara yaitu makanan, jari tangan/ kuku, muntah, lalat, dan feses.
Organisme Salmonella Thypi ini masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Osman & Mulyantari,
2016).

Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) di seluruh dunia terdapat 12 juta
anak meninggal setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awal
demam. Demam tifoid saat ini menjadi kasus yang termasuk tinggi di dunia. Insiden penyakit
demam tifoid sebanyak 22 juta/ tahun di dunia dan menyebabkan 216.000–600.000 kematian.
Adapun jumlah prevalensi di Asia Selatan menduduki tingkat pertama dalam jumlah demam
tifoid pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500/100.000 penduduk, di susul oleh Asia pada anak
usia 5–15 tahun menunjukkan 180–194/100.000 penduduk, dan terendah Asia Tenggara 100–
200/100.000 penduduk. Pada tahun 2014 World Health Organization (WHO) memperkirakan
21 juta kasus demam tifoid, 200.000 diantaranya meninggal dunia setiap tahun (Widoyono,
2011). Sedangkan prevalensi demam tifoid di Indonesia saat ini untuk kasus demam tifoid
sejumlah 55.098 jiwa, dengan angka kematian 2,06 % dari jumlah penderita. Sehingga
penyakit demam tifoid menjadi penyakit peringkat 10 penyakit terbesar di Indonesia
(Riskesdas, 2013).

Dampak yang akan ditimbulkan jika demam tidak ditangani dengan benar dan
penanganan lebih lanjut yaitu akan menyebabkan dehidrasi yang terjadi akibat peningkatan
penguapan cairan tubuh sehingga tubuh bisa kekurangan cairan, demam diatas 42 °C bisa
menyebabkan kerusakan neurologis (saraf), sedang dampak demam banyak dialami anak
yaitu kejang demam atau febrile convulsion, sehingga dibutuhkan penangan yang tepat untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak-anak dengan cara terapi non farmakologi (Antono, 2015).

Dalam menangani peningkatan suhu tubuh pada penderita demam dapat dilakukan
tindakan keperawatan mandiri yaitu dengan melakukan Health Education kepada keluarga
klien, kompres hangat pada penderita untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh, pemberian
cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi serta beristirahat yang cukup dan juga
dibutuhkan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik agar tidak terjadi
komplikasi (Nurarif & Kusuma, 2015).

Kompres merupakan salah satu tindakan untuk menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas. Salah satunya adalah kompres air hangat, terapi kompres
yang diberikan adalah pada daerah aksila dan lipatan paha, dimana pada daerah tersebut
terdapat pembuluh darah besar sehingga dapat memberikan rangsangan pada hipotalamus
untuk dapat menurunkan suhu tubuh. Tindakan kompres dapat dilakukan oleh orangtua

1
sendiri maupun perawat sebagai tindakan mandiri keperawatan yang bersifat nonfarmakologi.
(Potter & Parry, 2005).

Dari permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa, angka kejadian pasien demam
tifoid cukup tinggi. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan di
RSUD Puri Husada.

Penyakit Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai


parenkim paru dan menjadi penyebab kematian utama pada balita di dunia (Nurnajiah, M.,
Rusdi., 2016). Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan
fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.

Menurut WHO (World Health Organization) Pneumonia adalah penyebab kematian


menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 808.694
anak di bawah usia 5 tahun 2017, terhitung 15% dari semua kematian anak di bawah usia
lima tahun (WHO, 2015). United NationsInternational Children's Emergency Fund
(UNICEF) pada tahun 2017menyatakan Sekitar 80 persen dari kematian anak-anak terkait
dengan pneumonia terjadi selama dua tahun pertama kehidupan. Pneumonia khususnya tetap
menjadi pembunuh menular yang utama pada anak-anak di bawah lima tahun, merenggut
nyawa hampir 1 juta anak pada tahun 2015 sekitar satu anak setiap 35 detik. Hampir 34 juta
anak telah meninggal karena pneumonia sejak tahun 2000-2017. UNICEF memperkirakan
bahwa 24 juta anak lagi akan meninggal karena pneumonia pada tahun 2030 (UNICEF,
2016). Menurut The United Nation’s Millennium Development Goals (MDGs) bahwa angka
kematian balita harus diturunkan sebanyak2/3-nya dari tahun 1990 hingga tahun 2017,
termasuk menurunkan angka kematian karena pneumonia namun penurunan angka kematian

Dampak dari penyakit pneumonia ditambah dengan masalah nutrisi yang dapat
mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak.Angka kematian balita menjadi indikator
terutama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dan status
kesehatan anak saat ini.

Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam mengenai “Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid Fever
& Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan Tahun 2022”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan

2. Tujuan Khusus

2
a) Mampu Melakukan pengkajian Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri
Husada Tembilahan

b) Mampu Mendiagnosa Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid Fever &
Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan

c) Mampu Menyusun rencana Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan
Thypoid Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Puri Husada Tembilahan

d) Mampu Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan


Thypoid Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah
Puri Husada Tembilahan

e) Mengevaluasi Hasil Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri
Husada Tembilahan

C. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh adalah :

1. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah dan memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Pada anak Dengan thypoif fever+pneomonia

2. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan sumber bacaan bagi mahasiswa sebelum
memberikan Asuhan Keperawatan Pada anak Dengan thypoif fever+pneomonia sehingga
dapat memberikan asuhan scara tepat.

3. Bagi Rumah sakit


Dapat dijadikan bahan evaluasi dan peningkatan program khususnya yang berkaitan
dengan Asuhan Keperawatan Pada anak Dengan thypoid fever+pneomonia sehingga dapat
memberikan penanganan yang tepat.

4. Bagi klien dan kluarga


Dapat mengerti tentang penting nya menjaga kesehatan dan menjaga pola makan
dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB : II

TINJAUAN TEORITIS

A. Thypoid fever

1. Definisi
Thypoid fever atau demam thypoid yang merupakan salah satu penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dan ditandai dengan demam atau
kenaikan suhu tubuh, penyakit ini sebagian besar menyerang pada anak-anak. Dan dapat di
tularkan melalui berbagai cara yaitu makanan, jari tangan/ kuku, muntah, lalat, dan feses.
Organisme Salmonella Thypi ini masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella.

2. Etiologi

Penyebab utama dari penyakit ini adalah bakteri Salmonella Thypi. Jenis bakteri ini
juga berkaitan langsung dengan penyakit Salmonelosis yang menyebabkan infeksi pada
sistem pencernaan yang lebih buruk dibandingkan tifus.

Penyakit ini mudah menular. Salmonella Thypi dapat menular melalui makanan serta


minuman yang terkontaminasi. Paparan bakteri pada makanan atau minuman bisa terjadi saat
seseorang kurang menjaga kebersihan tangan atau mengonsumsi makanan yang dibersihkan
menggunakan air yang tercemar bakteri Salmonella Thypi. Begitu juga dengan minuman.
Pastikan kamu selalu mengonsumsi minuman dengan tingkat kematangan yang optimal.

3. Patofisiologi

Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa
tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis.
Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan
mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola
intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk
ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini
dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang
negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi
dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang.
Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman
akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia
sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder
menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia
dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini,
bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di
mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi

4
yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat
menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ
system retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya
Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier (Linson
et al., 2012).

5
pathway typoid fever

Basil Salmonella
tyhosa

Menginfeksi Demam Hipertemi


saluran

Tifus Abdominalis

Mual, nafsu
Diserap usus Tukak di Nyeri
makan
halus usus
menurun

Diserap usus
Nutrisi halus

kurang
dari Masuk dalam
kebutu peredaran darah
han

Menyebar ke
seluruh tubuh
Mual, nafsu
makan
menurun
Badan lemah, lesu Badan lemah, lesu

6
4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis demam tifoid pada anak sering kali tidak khas dan sangat bervariasi
yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan
sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai diare yang mudah
disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas
tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa
perforasi usus atau perdarahan. Hal ini mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan
gambaran klinisnya saja. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul
pada semua penderita demam tifoid.

Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala
yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada S. typhi.
Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di
daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria. Namun demikian
demam tifoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit kepala hebat
yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga
dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental
kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut
kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran
peritonitis akibat perforasi usus (Risky Vitria Prasetyo, 2009).

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Putra et al., 2012).

5. Penatalaksanaannya

Penatalaksanaan utama demam tifoid adalah terapi dengan antibiotika sesuai dengan
profil sensitivitas bakteri untuk tiap-tiap daerah endemik. Kasus ringan dapat dilakukan rawat
jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral dan antipiretik. Pasien dengan tanda
komplikasi dan gejala klinis signifikan seperti vomitus dengan tanda dehidrasi, diare berat,
disentri dan tanda kegawatan abdomen harus dirawat inap.

Terapi Antibiotik

Penatalaksanaan dengan antibiotik merupakan lini utama terapi pasien demam tifoid.
Antibiotik memiliki peran terapi dan menurunkan risiko komplikasi berat pada pasien demam
tifoid. Modalitas pilihan antibiotik pada demam tifoid bergantung pada sensitivitas organisme
terhadap antibiotik. Namun saat ini terapi demam tifoid menjadi lebih sulit karena mulai
berkembangnya strain Salmonella typhi yang resisten obat terutama di India dan negara Asia
tenggara.

Pilihan Antibiotik Demam Tifoid pada Anak

7
Pada pasien anak, saat ini pilihan Antibiotik demam tifoid yang umum digunakan
adalah metronidazaloe 100mg\8 jam, amoxilin 3x250mg.

Pilihan Obat Demam Tifoid pada Anak

Pada pasien anak, saat ini pilihan Obat demam tifoid yang umum digunakan adalah
omeprazole 14mg\12jam, N.acetylcy sistein 2x100gram, Paracetamol 180mg jika suhu
>38derajat celcius, Sucralfate syr 2x5cc, Amoxiliyn syr 3x25mg, Cetrizine syr 1x5g,Lacto B
1x1 sachet dengan dosis untuk anak berusia 1-12 tahun dan untuk Program terapi yang
digunakan adalah IVFD D5 1\2 NS 80 hz mikro (16 jam makro).

Pada pasien yang diketahui memiliki Multidrug-resistant (MDR) dan extremely drug-


resistant (XDR) strains dari hasil kultur, pilihan terapi antibiotik utama pada kasus MDR
adalah sefalosporin generasi ketiga (seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan cefixime 2g sekali
sehari selama 2 minggu) dan azithromycin. Selain itu fluorokuinolon seperti ciprofloxacin
dapat menjadi alternatif terapi. Tingkat kegagalan terapi pada kondisi ini adalah 5% hingga
10%, dengan angka relaps hingga 3% sampai 6%.

Pasien dengan infeksi salmonella resistan obat strain XDR yang diketahui resistan
terhadap sefalosforin generasi ketiga, pada kasus berat atau dengan komplikasi, antibiotik
yang menjadi pilihan utama adalah golongan carbapenem seperti meropenem. Bila pasien
belum membaik dengan pemberian carbapenem, antibiotik dapat diberikan dalam bentuk
kombinasi dua obat dengan azitromisin.

Obat Tambahan Lainnya

Selain pemberian antibiotik, terapi simptomatik dan terapi yang bersifat suportif juga
sangat penting bagi kesembuhan pasien demam tifoid. Terapi tersebut antara lain adalah
tindakan hidrasi adekuat pada pasien dengan gejala diare, mempertahankan oksigenasi dan
ventilasi adekuat pada pasien dengan komplikasi pulmonal, serta pemberian analgesik dan
antipiretik sesuai kebutuhan. Bila terjadi komplikasi berupa ensefalitis, pemberian
kortikosteroid dapat menjadi pilihan.

Dosis kortikosteroid (dexamethasone) yang diberikan adalah 3 mg/kg dan kemudian 1


mg/kg setiap 6 jam yang diberikan selama dua hari. Bila terjadi komplikasi berupa peritonitis
maupun perforasi ileum, Tindakan pembedahan dapat diindikasikan.

Seperti yang sudah diketahui bahwa pneumonia pada anak bisa disebabkan oleh virus
serta bakteri.
Apabila disebabkan oleh virus, maka penyakit ini tidak membutuhkan pengobatan
seperti antibiotik.
Sedangkan antibiotik dibutuhkan sebagai pengobatan pneumonia pada anak. Akan
tetapi, jenis obat yang digunakan juga tergantung pada jenis bakteri.
Secara umum, penyakit ini akan mereda dengan sendirinya. Berikut pengobatan serta
perawatan lainnya untuk meredakan gejala, speerti:
 Banyak tidur dan istirahat
 Mendapatkan asupan cairan yang lebih dari biasanya

8
 Memberikan parasetamol untuk menurunkan panas pada anak
 Memberikan obat batuk yang telah diresepkan oleh dokter
Hal yang perlu diingat adalah berkonsultasi pada doter terlebih dahulu sebelum
memberikan obat apapun pada anak.
Periksa suhu tubuh anak setiap pagi, siang, dan malam. Segera hubungi dokter jika
suhu tubuh mencapai 38 derajat atau lebih. Lalu, periksa juga area bibir dan kuku anak Anda.
Apabila warnanya kebiruan atau abu-abu, tandanya anak tidak mendapatkan cukup oksigen.
Pada kondisi tertentu, ada kemungkinan anak perlu dirawat di rumah sakit seperti mengalami
masalah pernapasan yang parah.

B. Pneumonia
1. Definisi
Penyakit Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai
parenkim paru dan menjadi penyebab kematian utama pada balita di dunia (Nurnajiah, M.,
Rusdi., 2016). Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan
fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.
2. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri, jamur, dan parasit).
Namun, sebagian besar kasus disebabkan oleh virus. Penyebab pneumonia Anak dapat
berasal dari bakteri ataupun virus.

Berikut penjelasan singkat perbedaan keduanya, antara lain:

 Virus

Pneumonia Anak oleh virus biasanya berkembang selama beberapa hari. Ini dimulai dengan
pilek dan pilek.

Kemudian ada batuk, dan terkadang demam, sebelum timbul masalah pernapasan.

 Bakteri

Pneumonia Anak karena bakteri biasanya berkembang lebih cepat, dalam satu hari.

Ini menyebabkan demam tinggi, batuk, dan masalah pernapasan. Si Kecil mungkin sangat
lelah dan terlihat tidak sehat.

Terkadang pneumonia bakteri berkembang selama infeksi virus. Jika ini terjadi, anak
biasanya akan pilek selama beberapa hari, dan kemudian menjadi lebih tidak sehat dengan
cepat.

Berikut ini beberapa bakteri dan virus umum yang menyebabkan pneumonia.

 Streptococcus pneumoniae. Dalam American Academy of Physicians,

 Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae sering menyerang anak di atas


5 tahun dan pada remaja.

9
 Virus syncytial pernapasan adalah penyebab virus pneumonia yang paling umum;

 Pada Anak yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci adalah salah satu penyebab


pneumonia yang paling umum, yang menyebabkan setidaknya seperempat dari semua
kematian akibat pneumonia Anak yang terinfeksi HIV.

Sering kali, pneumonia Anak dimulai setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas
(infeksi pada hidung dan tenggorokan), dengan gejala dimulai setelah 2 atau 3 hari pilek
atau sakit tenggorokan. Kemudian bergerak ke paru-paru. Cairan, sel darah putih, dan
puing-puing mulai berkumpul di ruang udara paru-paru dan menghalangi jalan udara yang
mulus, membuat paru-paru sulit untuk bekerja dengan baik.Anak-anak dengan pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri biasanya sakit dengan cukup cepat, dimulai dengan demam
tinggi yang tiba-tiba dan pernapasan cepat yang tidak biasa.Sementara pneumonia Anak
yang disebabkan oleh virus mungkin akan memiliki gejala yang muncul lebih bertahap dan
tidak terlalu parah, meskipun mengi bisa lebih umum terjadi.

Berikut beberapa tes untuk mendiagnosis pneumonia Anak :

 Rontgen dada. Tes ini untuk melihat gambar jaringan internal, tulang, dan
organ.
 Tes darah. Darah diambil untuk melihat tanda-tanda infeksi. Tes darah arteri
untuk melihat jumlah karbon dioksida dan oksigen dalam darah.
 Kultur dahak. Tes ini dilakukan pada lendir (sputum) yang dibatukkan dari
paru-paru dan masuk ke dalam mulut. Ini dapat mengetahui apakah Si Kecil
mengalami infeksi. Hal itu tidak rutin dilakukan karena sulit mendapatkan
sampel dahak dari anak.
 Oksimetri denyut. Oksimeter adalah mesin kecil yang mengukur jumlah
oksigen dalam darah. Untuk mendapatkan pengukuran ini, penyedia
menempelkan sensor kecil ke jari tangan atau kaki.
 CT scan dada. Tes ini muntuk mengetahui struktur di dada. Ini sangat jarang
dilakukan.
 Bronkoskopi. Prosedur ini digunakan untuk melihat ke dalam saluran udara
paru-paru.
 Kultur cairan pleura. Tes ini mengambil sampel cairan dari ruang antara
paru-paru dan dinding dada (ruang pleura). Cairan bisa terkumpul di area itu
karena pneumonia. Cairan ini mungkin terinfeksi bakteri yang sama dengan
paru-paru.

Faktor-faktor lingkungan berikut ini juga meningkatkan kerentanan terhadap


pneumonia Anak :

 Polusi udara dalam ruangan yang disebabkan oleh memasak dan memanaskan
dengan bahan bakar biomassa (seperti kayu atau kotoran).

 Tinggal di rumah yang ramai.

 Orang tua yang perokok.

10
3. Patofisiologi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah.
Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel
epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan
etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang
menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila
pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum yang
biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas (Djojodibroto, 2014).

11
Pathway Pneumonia

Sistem pertahanan tubuh


terganggu

Virus, bskteri, protozoa, Melepaskan Toksin


bahan kimia Lipoproteinsakarida
(zat pirogen)
Kerusakan pada membran Masuk kesaluran nafas
mucus alveolus
Menyerang alveoli Peningkatan set poin
Perkembangan edema dihipotalamus
paru dan eksudat Virus, bskteri, mengeluarkan
Menggigil
toksin
Mengisi Alveoli
Demam
Mengurangi Luas peradangan pada parenkim
permukaan alveoli untuk paru MK : HIPERTERMI
pertukanan
karbondioksida
konsolidasi eksudatif
dan oksigen MK : KEKURANGAN
jaringan ikat paru
dispnue (sulit bernafas) VOLUME CAIRAN

penurunan compliance paru


MK : GANGGUAN
PERTUKARAN
GAS pengembangan paru tidak
maksimal
Peningkatan sekresi
mukus Sesak nafas

MK : MK :
KETIDAK EFEKTIFAN KETIDAK EFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN POLA NAFAS
NAFAS
Suplai O2 ke jaringan
menurun

ATP Menurun
Kelemahan

MK :
INTOLERANSI
AKTIVITAS

12
4. Manifestasi Klinik

Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

5. Penatalaksanaannya

Seperti yang sudah diketahui bahwa pneumonia pada anak bisa disebabkan oleh virus
serta bakteri.
Apabila disebabkan oleh virus, maka penyakit ini tidak membutuhkan pengobatan
seperti antibiotik.
Sedangkan antibiotik dibutuhkan sebagai pengobatan pneumonia pada anak. Akan
tetapi, jenis obat yang digunakan juga tergantung pada jenis bakteri.
Secara umum, penyakit ini akan mereda dengan sendirinya. Berikut pengobatan serta
perawatan lainnya untuk meredakan gejala, speerti:
- Banyak tidur dan istirahat
- Mendapatkan asupan cairan yang lebih dari biasanya
- Memberikan parasetamol untuk menurunkan panas pada anak
- Memberikan obat batuk yang telah diresepkan oleh dokter
Hal yang perlu diingat adalah berkonsultasi pada doter terlebih dahulu sebelum
memberikan obat apapun pada anak.
Periksa suhu tubuh anak setiap pagi, siang, dan malam. Segera hubungi dokter jika
suhu tubuh mencapai 38 derajat atau lebih. Lalu, periksa juga area bibir dan kuku anak Anda.
Apabila warnanya kebiruan atau abu-abu, tandanya anak tidak mendapatkan cukup oksigen.
Pada kondisi tertentu, ada kemungkinan anak perlu dirawat di rumah sakit seperti mengalami
masalah pernapasan yang parah.

13
BAB : III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian dan identifikasi data dasar ( Format Pengkajian )

No rekam medik : 38.52 08


Tanggal : 12 juli 2022
Tempat : RSUD
Waktu : 11.40 WIB

1. Identitas
Nama anak : An. A
Umur : 4 Tahun
Tanggal lahir : 8-08-2017
Agama : islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pelangiran

2. Keluhan utama : demam sejak 4 hari yang lalu hilang timbul,batuk sejak 4 hari
yang lalu

Riwayat kesehatan yang lalu : tidak ada


Usia ibu saat hamil : 25
Gravida ke : G2P2A0H2
Type persalinan : Spontan
BB lahir : 3800 Gr
Riwayat imunisasi : lengkap

Diagnosa medis : Typhoid fever + pneumonia

3. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :- suhu : 36,9 °C
Pernafasan : 28 x/menit nadi : 106 x/menit
Nilai CGS Anak
 Alert (sadar)
 Pain (respon nyeri)
 Vioce (respon suara)
 Unrespon (tidak sadar)

14
Kepala : normal
- Lingkar kepala : 48 Cm

Mata
- Skelera : normal
- Konjungtiva : tidak anemis

Paru paru
- Bentuk dada : simetris
- Sekret/batuk : ada
- Nafas cupping hidung : tidak
- Retraksi otot bantu nafas : tidak

Pola nafas
- Irama : teratur
- suara nafas : vesikuler

Jenis
 Normal
 Dispnea/ sesak nafas/nafas pendek
 Kussmaul
 Bradipnea (penurunan tingkat pernafasan <10)
 Tachypnea ( cepat dan dangkal >60 hembusan )
Capilllary refil time
 <2 detik
 >2 detik
Akral : hangat
Abdomen : normal
Bising usus : sedang 10x\m

Eliminasi
- Frekuensi BAB : 2x warna kuning jernih
- Konsistensi : lunak
- Frekuensi BAK : 4x warna warna kuning jernih
Integumen
- Suhu kulit : hangat
- Turgor kulit : elastis
- Ruam popok : tidak ada

15
Skrining nyeri

 Tidak ada nyeri  ringan 1-3


Nyeri kronis  sedang 4-6
 Nyeri akut  berat 7-10

Tinggi badan : 110 cm Berat badan : 14kg


Riwayat nafsu makan
- Nafsu makan : baik
- Pola makan  3x/hari
>3x/hari
- Alergi makanan/susu : tidak ada
- Minum : 500-800 cc/hari

Analisis masalah keperawatan


bersihan jalan nafas

16
LABORATORIUM

Usia Hb Ht Eritrosit RDW MCV MCH MCHC Trombosit


(g/dL) (%) (mill/mm3) (fL) (pg) (%) (x 10Pangkat3/mm3)
2-5 11.5- 34- 3.9-5.0 <15 75-87 24-30 31-37 250-550
Tahun 13.0 39
Tabel Pemeriksaan HEMATOLOGI Normal

Hasil Laboratium Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan :

Pemeriksaan Hasil

HEMATOLOGI
Hitung jenis
Bosinofil 2.0
Basofil 0.0
Neutrofil Batang L 1.00
Neutrofil Segmen 63.0
Limfosit 25.0
Monosit 5.0

Tf Positif

Darah rutin
Hemoglobin 11.9
Lekosit 5.8
Hemtokrit 36.3
Trombosit L 148
Tritrosit 4.95
MCV L 73.3
MCH L 24.0
MCHC L 32.8
RDW-SD 42.2
RDW-CV H 15.6
PDW 10.9
MPV 10.8
P-LCR 31.2
PCT L 0.16

KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 82

17
Therapy

- IUFD D5 ½ Ns 20 Tpm Makro/16 Jam

- Inj Omeprazole 14gram/Jam


- Inj Metronidazole 100gram/8 Jam
- Inj Paracetamol 180mg Jika Suhu > 38 Derajat Celcius
- Sucralfat Syr 2x5 Cc
- Amoxilin Syr 3x250 Mg
- Cetrizin Syr 1x5 Gram
- Lacto B 1x1 Sachet

Mantoux Test Hasil

Tanggal 13 Juli 2022

Hasil Negatif

18
UNIT RADIOLOGI

Tanggal pemeriksaan:10 juli 2022

Hasil Radiologi Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan :

Klinis : Batuk,demam

Foto Thorax, dengan hasil :


a) cor tidak membesar
b) sinuses dan diagfragma normal
c) pulmo :
1. hili sebagian normal
2. corakan bronkopasculer normal
3. tampak infiltrate dengan klasifikasi di medial ke 2 lapang paru
Kesan:
a) suspek TBC paru
b) tidak tampak kardiomegali

Foto BNO dengan hasil :

a) preperitoneal fat jelas.


b) Psoas line sebagian masih jelas
c) Kontur kedua ginjal tidak jelas
d) Distribusi udara usus-usus berlebihan disertai penebalan sebagian dindingnya.
e) Tidak tampak konkremen opak
f) Masih tampak bayangan udara dirongga pelvis

Kesan:
a) Observasi ileus
b) Tidak tampak urolitiasis opak
c) Tidak tampak pneumoperitoneum

19
Tabel IMPLEMENTASI Asuhan Keperawatan Pada An. A umur 4 tahun dengan Thypoid
Fever & Pneumonia Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan :

TANGGAL/ IMPLEMENTASI PARAF


JAM
Selasa, 12
Juli 2022
14:00 Membina hubungan baik antara mahasiswa dan pasien,hubungan baik telah terbina
14:03 Melakukan informet consent
14:05 Mengkaji keadaan umum pasien
14:07 Melakukan TTV
14:20 Melakukan pemeriksaan fisik
17:07 Melakukan perawatan slufd ds 1/2 as 16 jam
17:12 Memberikan obat oral lacto B 1 sachet
17:18 Injeksi ceftriaxone 700mg/12jam
18:00 Memberikan obat oral imun pcd syr 25 ml

Rabu, 13
juli 2022
20:00 Mengkaji ulang keadaan umum pasien
20:03 Melakukan TTV
21:17 Melakukan perawatan IUVD
22:00 Injek ceftriaxone 700mg/12jam
22:05 Memberikan obat oral flumueil syr 2x5cc
01:00 Injek benatidin 15mg/8jam
06:00 Memberikan obat oral imunped syr 2x5cc
06:17 Melakukan TTV

Kamis, 14
juli 2022
07:00 Merapikan tempat tidur pasien
07:10 Mengkaji ulang keadaan pasien
07:15 Melakukan TTV
09:00 Injek renatidiae 15mg/8jam
10:00 Injek cetriaxone 700mg/12jam
10:05 Memberikan obat oral flumueil syr 2x5cc
13:00 Persiapan Obat Pulang
13:15 Menganjurkan Obat Pulang
13:30 Edukasi
13:45 Pasien dipulangkan

20
B. Pendokumentasian dalam bentuk SOAP

Tgl/Bln/Thn Evaluasi SOAP Intervensi


Waktu
Selasa, 12 juli 2022 S : - Pantau ttv
- Anjurkan Minum Air Hangat
(14.00) - Batuk 2 hari - Monitor Sputum
- Monitor Bunyi Nafas Tambahan
- Demam 4 Hari - Kolaborasi Pemberian
Bronkodilator, Ekspektoran,
O: Mukolitik, Jika perlu

 Kesadaran alert
 Suhu : 36,9°C
 Nadi : 106x/menit
 SPO 2:99%
 Pernafasan :28 x/menit

 batuk tidak efektif

 anak tidak mampu batuk

A:

- Bersihan jalan nafas sedang

P:

- Menejemen jalan nafas

Rabu, 13 juli 2022 S

(20.00) - Batuk berkurang - Pantau ttv


- Anjurkan Minum Air Hangat
O - Monitor Sputum
- Monitor Bunyi Nafas Tambahan
- Kesadaran alert - Kolaborasi Pemberian
Bronkodilator, Ekspektoran,
Suhu :36,0°C Mukolitik, Jika perlu
Nadi :120 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Batuk tidak efektif
Anak tidak mampu batuk
Ronchi kering

- Bersihan jalan nafas sedang

21
P

- Manajemen jalan nafas

Kamis, 14 Juli 2022 S


- Persiapan Obat Pulang
(07.00) - Batuk tidak lagi - Menganjurkan Obat Pulang
- Edukasi
O - Pasien Di pulangkan

- Kesadaran alert

Suhu : 36,0°C
Nadi : 105x/menit
Pernafasan :30 x/menit

- Bersihan jalan nafas membaik

- Manajemen jalan nafas dihentikan

22
BAB : IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A selama tiga hari dan
melakukan pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian secara umum ditemukan kendala yang berarti, pada An. A dengan
demam dan Batuk tidak efektif serta bersihan jalan nafas sedang.

2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul Dua diagnosa pada pasien.
Diagnosa yang pertama; typhoid fever dan Penumonia.

3. Intervensi yang muncul pada diagnosa pertama; kaji vital sign, anjurkan pasien untuk
meminum air hangat, monitor sputum, monitor bunyi nafas tambahan, kolaborasi
pemberian brinkodilator, ekspektoran,mukolitik.

4. Terdapat beberapa implementasi yang penulis lakukan secara langsung pada pasien
yaitu, mengkaji vital sign, menganjurkan untuk meminum air hangat, memonitor
sputum, memonitor bunyi nafas tambahan, kolaborasi pemberian brinkodilator,
ekspektoran,mukolitik.

Melakukan implementasi selama 3x24 jam penulis bekerjasama dengan melibatkan


keluarga dan perawat ruang Perawatan Anak. Pada evaluasi keperawatan didapatkan
perkembangan kondisi pasien mengingat penyakit pasien yang membutuhkan perawatan yang
optimal. Pada hari pertama batuk belum teratasi pada An. A dengan demam typhoid di Ruang
Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan, Dan juga yang belum
teratasi masalah bersihan jalan nafas. Pada hari kedua batuk Berkurang pada An. A dengan
demam typhoid+Pneumonia di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Puri
Husada Tembilahan. Dan bersihan jalan nafas sedang. Pada hari ketiga batuk teratasi,
bersihan jalan nafas membaik pada An. A dengan demam typhoid di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan.

B. Saran

Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
laporan ini tepat pada waktunya. Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan :

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan agar dapat
lebih melibatkan peran orang tua dalam pelaksanaan asuhan keperawatan anak sehingga
asuhan keperawatan lebih efektif.

23
2. Bagi klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan kluarga harus lebih kooperatif bekerjasama dalam pemberian
informasi maupun dalam tindakan medis, dan bisa patuh dalam berbagai terapi, serta
diharapkan bagi klien dan kluarga mampu ikut serta dalam peningkatan dan mempertahankan
kemampuan perawatan anggota kluarga.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu Kesehatan


keperawatan anak, kepada mahasiswa sehingga pengetahuan dan keterampilan tentang hal
tersebut lebih baik lagi kedepannya, dan dapat membantu dalam mendukung untuk bahan
pengajaran ilmu keperawatan anak

24
DAFTAR PUSTAKA

Halodoc, Dr. rizaldi definisi typhoid fever

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.


Menteri Kesehatan Repubik Indonesia, Jakarta.

Anwar A. and Dharmayanti I., 2014, Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8, 360.

25

Anda mungkin juga menyukai