PENDAHULUAN
modernisasi ini banyak muncul penyakit yang disebabkan karena lifestyle seseorang
yang buruk. Demam typhoid salah satu penyakit yang menjadi masalah besar di
Demam thypoid merupakan Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai
tifus abdominalis atau typoid fever ini di sebabkan oleh kumansalmonella typhi atau
dunia (Suriadi & Yuliani 2006; h. 254). Demam typoid merupakan penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaraan. Penyebab
Demam thypoid di dunia ini sangat sulit ditentukan karena penyakit ini di
kenal mempunyai gejala dengan sprektrum klinis yang sangat luas terutama
pada anak-anak umur 4-15 tahun kematian berkisar antara 0-14,8%. Surveilens
1
2
ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 –
810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam
typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Kemudian Case
Fatality Rate (CFR) demam typoid pada tahun 2010 sebesar 1,02% dari seluruh
Penyakit demam typhoid ini, mudah sekali untuk ditularkan pada orang lain,
yang mana penularan S. thypi dapat melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi, lalat, feses atau urin pasien dengan carier (orang yang sembuh dari
demam typhoid, tapi dalam tubuhnya masih mengandung bakteri salmonella typhi
perawatan yang komprehensif, agar tidak menyebabkan komplikasi yang berat pada
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2010, demam
typhoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%,
urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi
7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan
Dalam profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2010, menunjukan jumlah
prevelensi di Jawa Barat sebesar 1,61% yang tersebar di Kabupaten dan Kota 3,5%
kebanyakan menyerang umur 4-15 tahun sebesar 100.000 penduduk setiap tahunya
(Rikesda, 2010).
Komplikasi yang dapat muncul akibat demam typoid tidak dapat segera ditangani
adalah dapat terjadi perdarahan, yaitu sebanyak 0,5-3% yang terjadi setelah minggu
pertama sakit. Komplikasi tersebut dapat ditandai apabila suhu badan dan tekanan
darah mendadak turun dan kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan
lokasinya dengan jelas, yaitu di daerah distal ileum disertai dengan nyeri perut,
tumpah-tumpah dan adanya gejala peritonitis. Selanjutnya gejala sepsis sering kali
timbul. Sekitar 10% pneumonia dan bronchitis ditemukan pada anak-anak dan
komplikasi yang lebih berat dengan akibat fatal adalah apa bila mengenai jantung
kuratif, dan rehabilitatif, dimulai dari Aspek promotif yaitu dengan memberikan
tentang pengertian demam typoid dan penyebabnya. Aspek kuratif yaitu dengan
obatan dan diet makanan. Aspek rehabilitative yaitu dengan pemulihan kesehatan
melalui istirahat dan tirah baring yang cukup serta menghindari makanan yang
merangsang lambung dengan cara mengkonsumsi nasi padat dan lauk pauk rendah
selulosa dalam jangka waktu tertentu sampai usus dalam kondisi baik kembali.
dari bulan Januari sampai Desember 2016 didapatkan kasus demam typhoid
sebanyak 234 anak, dan pada bulan Januari sampai Desember 2017 di dapatkan
kasus demam typhoid sebanyak 331 anak. Berdasarkan data diatas dari tahun 2016
sampai tahun 2017 mengalami kenaikan dalam angka penyakit demam typhoid
pertahun. Hal tersebut menunjukan bahwa kasus demam typhoid masih sangat
tinggi dan kasus ini tidak dapat di anggap kasus yang ringan melainkan sebagai
kasus yang harus di tangani untuk menekan angka kejadian demam typhoid. Maka
penulis sangat tertarik untuk menggali penyakit tentang demam typhoid untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Demam Typoid
pada Anak”.
yang diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam karta tulis ilmiah ini adalah
typoid.
demam typoid.
demam typoid.
praktek.
demam typoid
6
1.4.Ruang Lingkup
dengan demam thypoid Wilayah Kerja Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon yang
Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan kasus demam typhoid ini diharapkan
Agar karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
akan datang.
1.5.3. Puskesmas
typhoid.
1.5.4. Penulis
7
1.5.5. Pembaca
evaluasi.
1. Observasi partisipatif
2. Wawancara
3. Pemeriksaan Fisik
Cirebon.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari konsep medis sinusitis dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
ditandai dengan demam insidius yang berlangsung lama, sakit kepala, badan lemah,
kedalam tubuh manusia. Dan merupakan kelompok penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. (Djoko
Widodo,2006).
Demam thypoid merupakan Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai
tifus abdominalis atau typoid fever ini di sebabkan oleh kumansalmonella typhi atau
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (S.typhi)
10
11
(saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam insidius yang lama, sakit kepala,
badan lemah, anoreksia, bradikardi relatif, serta Splenomegali, dan juga merupakan
kelompok penyakit yang mudah menular serta menyerang banyak orang sehingga
2.2. Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk,2000 hal : 432 etiologi dari demam typhoid adalah
slamonella typhii, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak
Yatim, 2007: hal 123 kuman penyabab demam thypoid yaitu karena Salmonella
2.3. Patofisiologi
masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang sudah
oleh asam lambung, sebagian lolos masuk kedalam usus halus dan selanjutnya
berkembang biak . Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus halus kurang
baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya kelamina propia.
12
Di lamina propia bakteri berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag, kemudian bakteri yang hidup dan berkembang biak
getah bening mesenterika. Kemudian melalui ductus torasikus bakteri yang didalam
terutama organ hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel-sel
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel dan selanjutnya masuk kedalam
sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, Didalam hati kuman masuk
feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus, proses
yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif
seperti: demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
Menurut Suriadi, dkk, 2006: hal.255 manifestasi klinik pada demam thypoid
yaitu :
b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama tiga minggu, minggu
pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu ke dua suhu tubuh
terus meningkat, dan minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali
normal.
c. Gangguan pada saluran cerna : halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir kering
e. Bintik-bintik kemerahan pada kulit ( roseola ) akibat emboli basil dalam kapiler
kulit.
f. Epistaksis
biasanya
lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
14
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah.
Lidah tertutup selaput putih kotor ujungnya dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar
c. Gangguan Kesadaran
terjadi sopor, koma atau gelisah. Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
d. Relaps
Relaps ialah berulangya gejala penyakit demam thypoid, akan tetapi berlangsung
ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu ke dua setelah suhu badan normal
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh
2.5. Komplikasi
bronkhopneumoni
Menurut Ngastiyah, 2005: 241 komplikasi pada demam thypoid dapat terjadi
pada usus halus, umumnya jarang terjadi bila terjadi sering fatal akibatnya
diantaranya adalah :
1. Perdarahan Usus
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat
2. Perforasi Usus
Timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma. Pada foto
3. Peritonitis
halus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat,
asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan respirasi
kembali, kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
4. Diet
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di
a. Terapi penujang.
1. Kloramfenikol.
17
dengan dosis 4x500 mg, obat ini diberikan sampai dengan 7 hari bebas
panas.
2. Tiamfenikol,
3. Kotrimoksazol.
5. Seftriakson.
Obat (therapy) ini terbukti efektif untuk demam thypoid, dosis yang
tertentu saja antara lain toksik Thypoid, peritonitis atau perforasi, serta
syok septic.
18
2.7.1. Pengkajian
psiko, dan kultur sebagai kesatuan yang utuh dan adapun asuhan keperawatan yang
et.al, 2000)
6.1. Identitas
nomor registrasi, status perkawinan, agama pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal MR.
6.2. Keluhan utama pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot,
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau
sakit lainnya.
4. Riwayat Psikososial
timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa
yang dideritanya.
dalam keseahatnnya.
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi.
e) Pola eliminasi
20
Kebiasaan dalam B.A.K akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah
masalah penyakitnya.
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efktif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan cemas
a. Pemeriksaan Leukosit
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
kuman).
23
kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
diare.
pada usus.
kelemahan fisik.
informasi.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Perencanaan Keperawatan
Rencana Keperawatan :
usus.
Kriteria hasil : Klien tampak rilek dan rasa nyeri tidak ada.
Rencana Keperawatan :
tanda malnutrisi.
Rencana Keperawatan :
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36°C sampai 37°C).
Rencana Kerawatan :
kelemahan fisik.
Rencana Keperawatan :
minum.
Rencana Keperawatan :
kesehatan lain seperti mengukur tanda – tanda vital, mengkaji pola makan.
tim kesehatan lainnya seperti dokter, analis dan dokter gizi. Sedangkan
dengan tim kesehatan yang terlibat dalam keperawatan klien seperti konsultasi
tentang kesehatan klien dengan dependent lain seperti penyakit dalam , bedah dan
lain – lain.
keperawatan, dimana penulis menilai sejauh mana tujuan perawatan dapat tercapai
analisa, planning.
asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat
Patways
Hati
kelenjar limfoid
Hematomegali reaksi
inflamasi
inflamasi parasimpatik
vili naik
zat piragen
Kelemahan
Bising usus menurun Gangguan pola Eliminasi (Ranuh, 2013, h. 181) Nyeri
BAB IV
TINJAUAN KASUS
tanggal masuk PUSKESMAS 27 Febuari 2018 pukul 13.00 WIB. nomor registrasi
1. Identitas Klien
Beber, sumber biaya BPJS, sumber imformasi dari klien, keluarga, dan
catatan medik.
2. Resume
keluhanpanas naik turun terutama malam hari sejak satu minggu sebelum
masuk PUSKESMAS, mual, muntah , napsu makan menurun, nyeri ulu hati,
HB; 12,5 gr/dl, HT; 37 %, L;3000 / ul, TR; 195 / ul, SGOT; 22,6 u/l, SGPT; 18,1
31
u/l, Protein total; 7,7gr/dl, Albumin; 4,3 gr /dl, Globumin; 3,4 gr /dl. Klien
3. Masalah keperawatan
2) Nadi : 98 X / menit
4) Pernapasan 20 X / menit.
1. Ceftriakson injeksi 2 X 1 gr
5. Evaluasi
6. Riwayat Keperawatan
hari, mual, muntah, tidak napsu makan, batuk, pilek dan nyeri pada daerah
ulu hati dan abdomen, faktor pencetus adanya bakteri Salmonella Typi,
ada riwayat kecelakaan. Klien mengatakan alergi terhadap ikan laut, tidak
d. Genogram
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Paisen
: Satu rumah
terhadap stress adalah klien mengatakan bila klien merasa stress klien
yang dirasakan setelah jatuh sakit, klien tidak dapat melakukan aktifitas
g. Pola kebiasaan
baik, habis 1 porsi, makanan yang tidak disukai dan makanan yang
alergi adalah ikan laut, makanan pantangan tidak ada, tidak ada
syrup 1 cth.
urine kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak terpasang
i. Mandi.
Sebelum sakit klien tidur siang 3 jam / hari, tidur malam 8 jam,
ibunya dirumah, klien olah raga 1 X seminggu yaitu lari pagi, tidak
narkoba.
Berat badan 35 kg, sebelum sakit 45 kg, tinggi badan 158 cm, Tekanan
36o C, Keadaan umum sakit sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Sistem Penglihatan.
Sisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan normal, tanda-
tanda radang tidak ada, pemakaian kaca mata dan lensa tidak ada, reaksi
c. Sistem Pendengaran.
Kedua daun telinga normal, tidak ada serumen, kondisi telinga tengah
normal, tidak ada cairan dari telinga, fungsi pendengaran baik, tidak ada
e. Sistem Pernapasan.
37
Jalan napas bersih, tidak ada sesak, tidak ada penggunaan alat bantu napas,
batuk, sputum warna putih, konsistensi encer, tidak terdapat darah, palpasi
dada tidak ada benjolan, suara napas vesikuler, tidak ada nyeri saat
f. Sistem Kardiovaskuler
edema.
murmur (-), gallop (-), tidak ada nyeri dada, skala nyeri 0.
g. Sistem hematology.
Klien mengatakan sakit kepala tidak ada, kesadaran compos mentis, GCS
i. Sistem Pencernaan.
Keadaan mulut; gigi tampak bersih, tidak ada caries, lidah tampak putih,
tidak ada stomatitis, mukosa mulut lembab, ada muntah berisi makanan,
warnanya sesuai warna makanan, jumlahnya lebih kurang 100 cc, klien
38
mengatakan .nyeri seperti ditusuk- tusuk, bising usus 12 X / menit, tidak ada
diare, tidak ada konstipasi, Hepar tak teraba, Abdomen teraba lembek.
j. Sistem Endokrin.
Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, napas tidak berbau keton dan
k. Sistem Urogenital.
Balance cairan 2925 cc , Output 2675 cc, tidak ada perubahan pola
berkemih, BAK berwarna kuning, tidak ada distensi kandung kemih, Tidak
l. Sistem Integumen.
Turgor kulit baik, temperatur kulit 36o C, warna kulit kemerahan, keadaan
kulit baik,tidak ada kelainan pada kulit, Kondisi kulit daerah pemasangan
m. Sistem Muskuloskletal.
bentuk tulang, sendi maupun tulang belakang, tonus otot baik Kekuatan otot
= 5.
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakit demam tifoid, tapi klien
normal 150.000- 450.000/ul) SGOT : 22u/l ( normal < 31 u/l ) SGPT : 18 u/l (
normal.