Anda di halaman 1dari 34

Makalah keperawatan anak

Tentang

Typoid Pada Anak

Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Sandra Dewi,Amk, S.Pd, M.Kes

Oleh

KELOMPOK 2 : KELAS 2 C

Vani putri
Ruri selvyana agus
Nuril qalbi

DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG


SUMATERA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul “asuhan
keperawatan anak pada penyakit typoid abdominalis” dapat diselesaikan sesuai target
yang ingin dicapai oleh penulis. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Sandra dewi,AMk,SPd,M.Kes yang telah membantu dalam
menyampaikan materi sehingga dapat membantu penulis dalam mengerjakan
makalah ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok
2 (dua) yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pariaman , 28 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………1

Kata Pengantar …………………………………………………………...2

Daftar Isi …………………………………………………………………3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………...............4

1.2 Tujuan Pembahasan ……………………………………................5

1.3 Manfaat Penulisan ………………………………………………..5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep demam typoid abdominalis pada anak …………………6


B. Asuhan keperawatan anak teoritis typoid abdominalis……………

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KASUS

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….

3.2 Saran ……………………………………………………...............

Daftar Pustaka …………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia
dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit
ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta
kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang
dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B
dan C.Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak
dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi
tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak
memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam
penyebaran penyakit typhus.Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama
thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka
dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan
mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

B. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta


mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid pada anak.

C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid pada anak
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
demam tifoid
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DEMAM TIFOID


1. Pengertian

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan
dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus
peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

2. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

3. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu.
Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

 Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam
hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan
pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

 Nyeri kepala
 Malaise
  Letargi
  Lidah kotor
 Bibir kering pecah-pecah (regaden)
 Mual, muntah
 Nyeri perut
 Nyeri otot
 Anoreksia
 Hepatomegali, splenomegali
 Konstipasi, diare
  Penurunan kesadaran
 Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
  Epistaksis
 Bradikardi
   Mengigau (delirium)
4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia


dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.

c) Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

 Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.

 Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.

 Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi


dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
 Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

d) Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh


kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

5. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
c. Obat-obatan
1. Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara
oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2. Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan
80 mg trimetoprim)
4. Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5. Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus
sekali sehari, selama 3-5 hari
6. Golongan Fluorokuinolon
 Norfloksasin   : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin        : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin       : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin        : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001).

B.     ASKEP TEORITIS TYPOID ABDOMINALIS PADA ANAK

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang
terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung
terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah
sanitasi lingkungan yang kurang.
b. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu
minggu.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus
dan tb paru
f. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi
kecemasan.
g. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek
biasa
2. Pengkajian biologis
 Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual,
muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
 Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
 Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
 Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur
karena adanya peningkatan suhu tubuh.
 edcaPersonal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga
mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien
dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan dan jajan di sembarang tempat.
3. Pemeriksaan fisik
 Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa
pucat kadang di dapat anemia ringan.
 Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.
Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering
dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak
kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
 Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada
komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
 Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan
limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat
 Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
INTERVENSI
Intervensi adalah perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan
sdki,slki,dan siki

Diagnosa Keperawatan (SDKI),Standar Luaran Keperawatan Indon),Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Kode


Keperawa Keperawatan Keperawatan Indonesia
tan Indonesia
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)

Hipertermi Kriteria hasil : OBSERVASI D.0130


a b.d
 Kulit merah  Identifikasi penyebab L.141347
proses
menurun (1) hipertermia
penyakit I.15506
 Pucat menurun  Monitor suhu tubuh
d.d suhu
tubuh
(1)  Monitor kadar
 Suhu tubuh elektrolit
diatas nilai
normal, membaik (5)  Monitor haluaran urine

kulit  Suhu kulit  Monitor komplikasi

merah, membaik (5) akibat hipertermia

mengeluh  Tekanan darah


TERAPEUTIK
badan membaik (5)

panas, kulit  Longgarkan atau


terasa lepaskan pakaian
hangat  Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Lakukan
pendinginan
eksternal
 Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
 Berikan oksigen, jika
perlu

EDUKASI

 Anjurkan tirah baring

KOLABORASI

 Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Risiko Kriteria hasil : OBSERVASI D.005


konstipasi b.d 2
 Keluhan  Identifikasi faktor
ketidakcukup
defekasi lama risiko konstipasi L.0403
an asupan
dan sulit  Monitor tanda dan 3
serat
menurun(5) gejala konstipasi
I.
 Mengejan saat  Identifikasi status
04160
defekasi kognitif untuk
menurun (5) mengkomunikasikan
 Konsistensi kebutuhan
feses  Identifikasi
membaik(5) penggunaan obat-
 Frekuensi obatan yang
defekasi menyebabkan
membaik (5) konstipasi
 Peristaltik usus
TERAPEUTIK
membaik(5)
 Jadwalkan rutinitas
BAK
 Lakukan massage
abdomen
 Berikan terapi
akupresur

EDUKASI

 Jelaskan penyebab dan


faktor risiko konstipasi
 Anjurkan minum air
putih sesuai dengan
kebutuhan (1500-
2000mL/hari)
 Anjurkan
mengkonsumsi
makanan berserat (25-
30 gram/hari)
 Anjurkan berjongkok
untuk memfasilitasi
proses BAB

KOLABORASI
 Kolaborasi dengan ahli
gizi, jika perlu

IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan

EVALUASI

Evaluasi adalah hasil akhir dari tindakan keperawatan terdiri dari


SOAP(subjektif,objektif,assesment,dan planning).
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien          
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2013
Nama Ayah/ibu  : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : Polri
Pekerjaan Ibu  : IRT
Alamat  : Asrama polisi
Suku  : Minang
Agama  : Islam
Masuk Rumah sakit : 28 Februari 2020
Melakukan Pengkajian : 28 Februari 2020

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan
tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Prenatal                
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien
memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal                     
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan
setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c. Postnatal               
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah
lainnya setelah kelahiran An. D

4. Riwayat Masa Lalu


a. Penyakit waktu kecil        
Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam,
batuk dan pilek.
b. Pernah dirawat dirumah sakit      
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah
Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c. Obat-obat yang digunakan           
Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan (operasi)            
Tidak ada
e. Alergi                               
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun
minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat
penting bagi anak.

5. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga        
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan
kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya 
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar
rumahnya
d. Pembawaan secara umum            
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang
yang sudah dikenalnya.
e. Lingkungan rumah                                   
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi
rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga
terjalin dengan sangat baik.

6. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D
adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur
dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan
kecap saja sudah cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan
dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih
banyak dihabiskan untuk bermain.

c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi
kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung
bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di
tempat tidur.

e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan
BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013)
belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

7. Keadaan Kesehatan Saat Ini


a. Diagnosa  medis : Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status cairan : Ringer Laktat
d. Status nutrisi  : Diet M2 TKTP
e. Obat-obatan :
- Cotrimoxazole 2 x cth I
- PCT 3 x1 tab
- Lactulosa 3 x cth I
f. Aktivitas : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g. Tindakan keperawatan :
- Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
- Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
- Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut
h.Hasil lab    : Tanggal 28 Februari 2020
- Haemoglobin : 15.6 g/dl
- Hematokrit     : 46,9 %
- Leukosit      : 9.800/ml
- Trombosit    : 189.000/ml
-  LED              : 5 mm
- Widal      :
  O       : 1/80 1/80 1/40 1/80
  H       : 1/40 1/40 1/80 1/80
i.   Foto roentgen     : Tidak ada
j.   Lain-lain     : Tidak ada

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB      : 90 cm, 25 Kg
c. Lingkar kepala   : 49 cm
Tanda vital
a. RR  : 16 x/menit
b.  Nadi    : 79 x/menit
c. TD      : 85/60 mmHg
d. suhu : 38,30C
a. Kepala                   
I : Rambut hitam, kulit kepala bersih,
P : Tulang kepala normosefalik, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak
teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

b. Mata                      
I : Simetris antara kiri dan kanan, ketajaman penglihatan baik,
P : Sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-),
refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

c. Leher                               
I : Tidak ada pembengkakan, simetris antara kiri dan kanan
P : Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-),
refleks menelan (+).

d. Telinga                            
I : Simetris antara kiri dan kanan, Ketajaman terhadap suara (+), kelainan
bentuk (-)
P : Tidak ada serumen, cairan (-),

e. Hidung    
I : Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih,
P : Tidak ada nyeri tekan.       
         
f. Mulut   
I : Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+),
gerakan lidah baik.
g. Jantung                   
I : Thorak simetris, ekspansi dada baik,
P : vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri
tekan (-). 
P : bunyi palpasi redup
A : tidak ada suara jantung tambahan

h. Paru- paru                        
I : Suara napas vesikuler, RR : 16 x/i,
P : nyeri tekan (-)
P : saat di perkusi bunyi sonor
A : tidak ada suara nafas tambahan

i. Perut   
I : abdomen simetris, acites (+)
A : peristaltik usus (+) 14 x/i,
P: nyeri tekan (-), , tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
P : saat di perkusi bunyi timpani

j. Genetalia                         
I : Bentuk normal, skrotum (+),
P : nyeri tekan (-)

k. Ektremitas
a. Ekstremitas atas  : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas
pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
b. Ekstremitas bawah   : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

11.  Pemeriksaan Penunjang      


Pemeriksaan laboraturium
- Haemoglobin : 15.6 g/dl
- Hematokrit     : 46,9 %
- Leukosit      : 9.800/ml
- Trombosit    : 189.000/ml
-  LED              : 5 mm
- Widal      :
  O       : 1/80 1/80 1/40 1/80
  H       : 1/40 1/40 1/80 1/80
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Invasi bakteri Peningkatan


  Ibu klien mengatakan demam ± salmonela typhi suhu tubuh
selama 5 hari demam bersifat naik melalui makanan atau (hipertermi)
turun, ibu klien mengatakan sudah minuman
memberi obat penurun panas tetapi  
tidak membaik

Do :
  Teraba panas
  An.D rewel Terjadi peradangan
  RR : 16 x/i pada saluran cerna
  HR : 79 x/i  
  Pct 3x1 tab

Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang
meradang
 

Demam tipoid
 

Peningkatan suhu
tubuh (hipertermi)

2 Ds : Terjadi peradangan Resiko


  Ibu klien mengatakan bahwa pada saluran cerna konstipasi
An. D sebelum sakit BAB  
sebanyak 2 x/hari, sedangkan
selama ± 1 minggu sampai
sekarang belum ada BAB
  Ibu klien mengatakan makanan
yang disukai An. D adalah telur,
buah apel, dan jajanan. Sedangkan Penurunan kerja
pisang, pepaya dan ikan An. D motilitas usus
kurang suka  

Do :
  Makan nasi + telur + kecap
  Makan apel (+)
  Peristaltik usus (14 x/i)
  BAB (-) Konstipasi
  Mual, muntah (-)  
  Abdomen : Suepel
  Suara abdomen : Tympani
3 Ds : Keinginan untuk Kesiapan
 Ibu klien mengatakan ia kurang meningkatkan peningkatan
memahami cara penanganan keseimbangan cairan keseimbangan
pertama pada anak yang sedang cairan
demam
 Ibu klien mengatakan tidak tau
cara mengatasi sembelit anak
nya Asupan cairan yang
adekuat
Do :
 Klien tidak tau cara
mengompres anak yang tepat
 Tidak tau cara pemberian obat Tugor kulit yang baik
yang tepat
 Ibu klien hanya sedikit
memberikan anaknya minum

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, mengeluh badan panas, kulit terasa hangat
2. Risiko konstipasi d.d ketidakcukupan asupan serat
3. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan d.d Keinginan untuk
meningkatkan keseimbangan cairan, asupan cairan yang adekuatTugor kulit
yang baik
C. INTERVENSI
Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Kode
Keperawa Keperawatan Keperawatan Indonesia
tan Indonesia
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)

Hipertermi Kriteria hasil : OBSERVASI D.0130


a b.d
 Kulit merah  Identifikasi penyebab L.141347
proses
menurun (1) hipertermia
penyakit I.15506
 Pucat menurun  Monitor suhu tubuh
d.d suhu
tubuh
(1)  Monitor kadar elektrolit
 Suhu tubuh  Monitor haluaran urine
diatas nilai
membaik (5)  Monitor komplikasi akibat
normal,
kulit  Suhu kulit hipertermia

merah, membaik (5)


TERAPEUTIK
mengeluh  Tekanan darah

badan membaik (5)  Longgarkan atau


panas, kulit lepaskan pakaian
terasa  Basahi dan kipasi
hangat permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Lakukan pendinginan
eksternal
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika
perlu

EDUKASI

 Anjurkan tirah baring

KOLABORASI

 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Risiko Kriteria hasil : OBSERVASI D.005


konstipasi d.d 2
 Keluhan  Identifikasi faktor
ketidakcukup
defekasi lama risiko konstipasi L.0403
an asupan
dan sulit  Monitor tanda dan 3
serat
menurun(5) gejala konstipasi
I.
 Mengejan saat  Identifikasi status
04160
defekasi kognitif untuk
menurun (5) mengkomunikasikan
 Konsistensi kebutuhan
feses  Identifikasi
membaik(5) penggunaan obat-
 Frekuensi obatan yang
defekasi menyebabkan
membaik (5) konstipasi
 Peristaltik usus
TERAPEUTIK
membaik(5)
 Jadwalkan rutinitas
BAK
 Lakukan massage
abdomen
 Berikan terapi
akupresur

EDUKASI

 Jelaskan penyebab dan


faktor risiko konstipasi
 Anjurkan minum air
putih sesuai dengan
kebutuhan (1500-
2000mL/hari)
 Anjurkan
mengkonsumsi
makanan berserat (25-
30 gram/hari)
 Anjurkan berjongkok
untuk memfasilitasi
proses BAB

KOLABORASI

 Kolaborasi dengan ahli


gizi, jika perlu

Kesiapan Kriteria Hasil : OBSERVASI D.002


peningkatan 5
 Asupan cairan  Identifikasi kesiapan dan
keseimbanga
n cairan d.d meningkat (skala 5) kemampuan menerima L.0502
Keinginan  Keluaran urine informasi 0
untuk meningkat (skala 5)
TERAPEUTIK I.1245
meningkatkan  Kelembaban
5
keseimbanga memebran mukosa  Sediakan materi dan
n cairan, membaik (skala 5) media pendidikan
asupan cairan  Edema menurun kesehatan
yang (skala 1)  Jadwalkan pendidikan
adekuatTugor  Asites menurun kesehatan sesuai
kulit yang (skala 5) kesepakatan
baik  Tugor kulit  Berikan kesempatan
membaik (skala 5) untuk bertanya

EDUKASI

 Jelaskan pentingnya
cairan bagi tubuh
 Jelaskan fungsi dan jenis
cairan dalam tubuh
 Jelaskan komposisi dan
distribusi cairan dalam
tubuh
 Jelaskan masalah yang
timbul jika tubuh
kekurangan atau
kelebihan cairan
 Jelaskan pemberian
terapi cairan dengan
melihat indicator
hemodinamik
 Ajarkan mengatasi
masalah kekurangan
atau kelebihan cairan
secara mandiri
 Ajarkan perhitungan
cairan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
 Ajarkan pemeberian
cairan dengan melihat
indicator hemodinamik.

D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

Diagnosa
N
Hari/Tgl Keperawata Implementasi Evaluasi
o
n
1 Jumat Hipertermia Pukul : 08.00 wib S : ibu klien badan anaknya masih
29/2/2020 b.d proses panas
penyakit d.d  Mengidentifikasi penyebab O : . RR : 16 x/menit
suhu tubuh Nadi    : 79 x/menit
diatas nilai hipertermia (Tanya kan kepada TD     : 85/60 mmHg
0
normal, kulit keluarga apa yang menyebabkan si suhu : 38,3 C
merah,
mengeluh anak demam) A :masalah peningkatan suhu tubuh
badan panas, teratasi sebagian
kulit terasa Pukul : 08.10 P:intervensi dilanjutkan
hangat - Kaji TTV
- Anjurkan banyak minum
 Monitor suhu tubuh (melakukan - Anjurkan untuk kompres
pemeriksaan ttv hangat
a. RR : 16 x/menit - Kolaborasi dalam
b. Nadi : 79 x/menit pemberian terapi
c. TD : 85/60 mmHg
d. suhu : 38,30C)

Pukul : 08.10

 Melonggarkan atau lepaskan


pakaian (jika pakaian klien ketat)

Pukul : 08.45

 Membasahi dan kipasi permukaan


tubuh (seperti mengompres dengan
air hangat)

Risiko Pukul 08.00 S: ibu klien mengtakan bahwa perut


2 konstipasi d.d anak nya tidak sakit lagi
ketidakcukup  Mengidentifikasi faktor risiko O:RR : 16 x/menit
an asupan Nadi    : 79 x/menit
serat konstipasi (jelaskan apa saja resiko TD     : 85/60 mmHg
0
dari konstipasi kepada keluarga suhu : 38,3 C
A:masalah peningkatan suhu tubuh
klien) pada anak belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Pukul : 08.20 - Kaji TTV
- Anjurkan banyak minum
- Anjurkan untuk kompres
 Memonitor tanda dan gejala hangat
konstipasi (tanda seperti anak - Kolaborasi dalam
pemberian terapi
rewel, perutnya terasa keras, dan
perut tampak buncit)

Pukul : 09.00

 Menganjurkan minum air putih


sesuai dengan kebutuhan (1500-
2000mL/hari)

Kesiapan Pukul 09.00 S: ibu klien mengatakan bahwa


3 peningkatan turgor kulit pada anaknya normal
keseimbanga  Mengidentifikasi kesiapan dan O:TD : 100/70 mmHg
n cairan d.d N : 130x/i
kemampuan menerima
Keinginan T: 38Oc
untuk informasi RR:28x/i
meningkatka A:masalah peningkatan suhu tubuh
n pada anak belum teratasi
Pukul : 13.00
keseimbanga P: intervensi dilanjutkan
n cairan, - Kaji TTV
asupan cairan  Menyediakan materi dan media - Anjurkan banyak minum
yang pendidikan kesehatan - Anjurkan untuk kompres
adekuatTugor hangat
kulit yang - Kolaborasi dalam
baik Pukul 13.30 pemberian terapi

 Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
(tanyakan kepada keluarga klien
kapan bisa)

Pukul : 13.30

 Memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya

Pukul 08.10 S: ibu klien mengtakan suhu tubuh


1 Sabtu Hipertermia  Memberikan cairan oral (anjurkan pada anak nya menurun
1/3/2020 b.d proses perbanyak minum air putih) O:TD : 100/70 mmHg
penyakit d.d N : 130x/i
suhu tubuh Pukul 08.11 T: 36,5Oc
diatas nilai RR:28x/i
normal, kulit  Menganjurkan tirah baring A:masalah pola eliminasi pada anak
merah, belum teratasi
mengeluh Pukul 08.30 P: intervensi dilanjutkan
badan panas, - Kaji TTV
kulit terasa  Mengkolaborasi pemberian cairan - Anjurkan banyak minum
hangat dan elektrolit intravena (seperti - Anjurkan untuk kompres
pemasangan infus) hangat
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi
Pukul 10.00
Risiko  Melakukan massage abdomen
konstipasi d.d
ketidakcukup Pukul 10.20
an asupan
serat
 Menganjurkan minum air putih
sesuai dengan kebutuhan (1500-
2000mL/hari)

Pukul 10.20

 Menganjurkan mengkonsumsi
makanan berserat (25-30
gram/hari) (seperti menganjurkan
makan buah, sayur)

Pukul 11.00

 Menganjurkan berjongkok untuk


memfasilitasi proses BAB
(anjurkan klien jongkok untuk
menimbulkan keinginan untuk
melakukan BAB)
Pukul 08.00 S: ibu klien mengtakan turgor kulit
Kesiapan pada anak sudah normal,pola
peningkatan  Menjelaskan pentingnya cairan elimasi sudah normal,suhu tubuh
keseimbanga pada anak sudah normal
n cairan d.d bagi tubuh O:TD : 100/70 mmHg
Keinginan N : 90x/i
untuk Pukul 08.00 T: 36,5Oc
meningkatka RR:28x/i
n A:masalah peningkatan suhu tubuh
keseimbanga  Menjelaskan fungsi dan jenis pada anak belum teratasi
n cairan, cairan dalam tubuh P: intervensi dihentikan
asupan cairan
yang
adekuatTugor
kulit yang Pukul 08.00
baik
 Menjelaskan komposisi dan
distribusi cairan dalam tubuh

Pukul 08.10

 Menjelaskan masalah yang


timbul jika tubuh kekurangan
atau kelebihan cairan

Pukul 08.15

 Mengajarkan mengatasi
masalah kekurangan atau
kelebihan cairan secara mandiri

Pukul 08.20

 Mengajarkan perhitungan cairan


sesuai dengan kebutuhan tubuh
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2013. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

Soegeng, S. 2015. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta :


Salemba Medika

Suryadi. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai