Tentang
Oleh
KELOMPOK 2 : KELAS 2 C
Vani putri
Ruri selvyana agus
Nuril qalbi
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul “asuhan
keperawatan anak pada penyakit typoid abdominalis” dapat diselesaikan sesuai target
yang ingin dicapai oleh penulis. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Sandra dewi,AMk,SPd,M.Kes yang telah membantu dalam
menyampaikan materi sehingga dapat membantu penulis dalam mengerjakan
makalah ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok
2 (dua) yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pariaman , 28 Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia
dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit
ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta
kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang
dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B
dan C.Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak
dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi
tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak
memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam
penyebaran penyakit typhus.Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama
thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka
dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan
mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.
B. Tujuan
C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid pada anak
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
demam tifoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan
dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus
peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari
limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu.
Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam
hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan
pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Nyeri kepala
Malaise
Letargi
Lidah kotor
Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Mual, muntah
Nyeri perut
Nyeri otot
Anoreksia
Hepatomegali, splenomegali
Konstipasi, diare
Penurunan kesadaran
Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Epistaksis
Bradikardi
Mengigau (delirium)
4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan leukosit
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
5. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
c. Obat-obatan
1. Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara
oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2. Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan
80 mg trimetoprim)
4. Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5. Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus
sekali sehari, selama 3-5 hari
6. Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001).
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang
terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung
terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah
sanitasi lingkungan yang kurang.
b. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu
minggu.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus
dan tb paru
f. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi
kecemasan.
g. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek
biasa
2. Pengkajian biologis
Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual,
muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur
karena adanya peningkatan suhu tubuh.
edcaPersonal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga
mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien
dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan dan jajan di sembarang tempat.
3. Pemeriksaan fisik
Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa
pucat kadang di dapat anemia ringan.
Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.
Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering
dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak
kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada
komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan
limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat
Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
INTERVENSI
Intervensi adalah perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan
sdki,slki,dan siki
EDUKASI
KOLABORASI
Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
EDUKASI
KOLABORASI
Kolaborasi dengan ahli
gizi, jika perlu
IMPLEMENTASI
EVALUASI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2013
Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : Polri
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Asrama polisi
Suku : Minang
Agama : Islam
Masuk Rumah sakit : 28 Februari 2020
Melakukan Pengkajian : 28 Februari 2020
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan
tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.
5. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan
kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar
rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang
yang sudah dikenalnya.
e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi
rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga
terjalin dengan sangat baik.
6. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D
adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur
dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan
kecap saja sudah cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
4) Pola makan/jam
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan
dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada,
terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih
banyak dihabiskan untuk bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi
kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung
bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di
tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan
BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013)
belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 90 cm, 25 Kg
c. Lingkar kepala : 49 cm
Tanda vital
a. RR : 16 x/menit
b. Nadi : 79 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg
d. suhu : 38,30C
a. Kepala
I : Rambut hitam, kulit kepala bersih,
P : Tulang kepala normosefalik, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak
teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
b. Mata
I : Simetris antara kiri dan kanan, ketajaman penglihatan baik,
P : Sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-),
refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
c. Leher
I : Tidak ada pembengkakan, simetris antara kiri dan kanan
P : Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-),
refleks menelan (+).
d. Telinga
I : Simetris antara kiri dan kanan, Ketajaman terhadap suara (+), kelainan
bentuk (-)
P : Tidak ada serumen, cairan (-),
e. Hidung
I : Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih,
P : Tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
I : Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+),
gerakan lidah baik.
g. Jantung
I : Thorak simetris, ekspansi dada baik,
P : vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri
tekan (-).
P : bunyi palpasi redup
A : tidak ada suara jantung tambahan
h. Paru- paru
I : Suara napas vesikuler, RR : 16 x/i,
P : nyeri tekan (-)
P : saat di perkusi bunyi sonor
A : tidak ada suara nafas tambahan
i. Perut
I : abdomen simetris, acites (+)
A : peristaltik usus (+) 14 x/i,
P: nyeri tekan (-), , tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
P : saat di perkusi bunyi timpani
j. Genetalia
I : Bentuk normal, skrotum (+),
P : nyeri tekan (-)
k. Ektremitas
a. Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas
pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
b. Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
Do :
Teraba panas
An.D rewel Terjadi peradangan
RR : 16 x/i pada saluran cerna
HR : 79 x/i
Pct 3x1 tab
Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang
meradang
Demam tipoid
Peningkatan suhu
tubuh (hipertermi)
Do :
Makan nasi + telur + kecap
Makan apel (+)
Peristaltik usus (14 x/i)
BAB (-) Konstipasi
Mual, muntah (-)
Abdomen : Suepel
Suara abdomen : Tympani
3 Ds : Keinginan untuk Kesiapan
Ibu klien mengatakan ia kurang meningkatkan peningkatan
memahami cara penanganan keseimbangan cairan keseimbangan
pertama pada anak yang sedang cairan
demam
Ibu klien mengatakan tidak tau
cara mengatasi sembelit anak
nya Asupan cairan yang
adekuat
Do :
Klien tidak tau cara
mengompres anak yang tepat
Tidak tau cara pemberian obat Tugor kulit yang baik
yang tepat
Ibu klien hanya sedikit
memberikan anaknya minum
EDUKASI
KOLABORASI
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
EDUKASI
KOLABORASI
EDUKASI
Jelaskan pentingnya
cairan bagi tubuh
Jelaskan fungsi dan jenis
cairan dalam tubuh
Jelaskan komposisi dan
distribusi cairan dalam
tubuh
Jelaskan masalah yang
timbul jika tubuh
kekurangan atau
kelebihan cairan
Jelaskan pemberian
terapi cairan dengan
melihat indicator
hemodinamik
Ajarkan mengatasi
masalah kekurangan
atau kelebihan cairan
secara mandiri
Ajarkan perhitungan
cairan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Ajarkan pemeberian
cairan dengan melihat
indicator hemodinamik.
Diagnosa
N
Hari/Tgl Keperawata Implementasi Evaluasi
o
n
1 Jumat Hipertermia Pukul : 08.00 wib S : ibu klien badan anaknya masih
29/2/2020 b.d proses panas
penyakit d.d Mengidentifikasi penyebab O : . RR : 16 x/menit
suhu tubuh Nadi : 79 x/menit
diatas nilai hipertermia (Tanya kan kepada TD : 85/60 mmHg
0
normal, kulit keluarga apa yang menyebabkan si suhu : 38,3 C
merah,
mengeluh anak demam) A :masalah peningkatan suhu tubuh
badan panas, teratasi sebagian
kulit terasa Pukul : 08.10 P:intervensi dilanjutkan
hangat - Kaji TTV
- Anjurkan banyak minum
Monitor suhu tubuh (melakukan - Anjurkan untuk kompres
pemeriksaan ttv hangat
a. RR : 16 x/menit - Kolaborasi dalam
b. Nadi : 79 x/menit pemberian terapi
c. TD : 85/60 mmHg
d. suhu : 38,30C)
Pukul : 08.10
Pukul : 08.45
Pukul : 09.00
Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
(tanyakan kepada keluarga klien
kapan bisa)
Pukul : 13.30
Memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya
Pukul 10.20
Menganjurkan mengkonsumsi
makanan berserat (25-30
gram/hari) (seperti menganjurkan
makan buah, sayur)
Pukul 11.00
Pukul 08.10
Pukul 08.15
Mengajarkan mengatasi
masalah kekurangan atau
kelebihan cairan secara mandiri
Pukul 08.20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA