Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

HYSPA

Oleh

KELOMPOK

1. SALSABILA FIRDAUSIA
2. SURYA NINGSIH
3. SURNI SYASMI

Tingkat II C
Dosen Pembimbing: Sandra Dewi,AMK,S.Pd,M.Mkes

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


SUMATERA BARAT
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “HYSPA”
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Ibu
Sandra Dewi AMK,S.Pd,M.Kes yang telah membantu dalam menyampaikan materi
sehingga dapat membanu penulis dalam mengerjakan makalah ini, penulis juga
megucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah memberikan
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapa tmenambah pengetahuan bagi pembaca.Makalah ini mungkin kurang sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaa nmakalah ini.

Pariaman, 20 Maret 2020

Penulis

Kelompok

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang
dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut
akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung
tidak lebih dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok
penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus,
bakteri, serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus yang
meliputi virus influensa, virus pra-influensa dan virus campak.

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita.Menurutpara ahli, daya
tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasakarena sistem pertahanan
tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumahanggota keluarga terkena pilek,
balita akan lebih mudah tertular. Dengankondisi anak yang lemah, proses penyebaran
penyakit menjadi lebih cepat.Resiko ISPA mengakibatkan kematian pada anak dalam
jumlah kecil, akantetapi menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA)
danmastoiditis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia.
Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya
pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-
paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat
pencemaran udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita
oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan
penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya
kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat.
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat jugadisebabkan
oleh inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia dan inhalasi bahan – bahandebu
yang mengandung allergen. Debu merupakan salah satu penyebabpenyakit akibat

3
kerja (PAK) yang masuk ke dalam tubuh melalui jalanpernapasan. Debu-debu yang
berukuran 5-10 mikron akan ditahan olehjalannapas bagian atas, sedangkan yang
berukuran 3-5 mikron ditahandibagian tengahjalan napas. Partikel-partikel yang
berukuran 1-3 mikron akan ditempatkanlangsung dipermukaan jaringan dalam paru-
paru.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ISPA ?
2. Apa etiologi dari ISPA ?
3. Bagaimana anatomi fisiologi pernapasan ?
4. Apa saja klasifikasi ISPA ?
5. Apa saja patofisiologi ISPA ?
6. Apa saja manifestasi klinis ISPA ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik ISPA ?
8. Bagaimana penatalaksanaan ISPA ?

C.TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berbagai macam hal tentang penyakit ISPA


2. Untuk menambah pengetahuan agar dapat diterapkan dikehidupan sehari –hari
3. Untuk mencapai asuhan keperawatan dengan masalah ISPA

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilahini


diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections(ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebihdari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena systempertahanan tubuh
anak masih rendah.
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.ISPA
umumnya berlangsung selama 14 hari.Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas
bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis.Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah
saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akutakibat infeksi
yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau strukturyang berhubungan
dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14hari.

B. Etiologi ISPA
ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus,Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

5
a. Faktor Pencetus ISPA
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
b.Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah
Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA.
Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada
Balita.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih
rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat.Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA.Dengan demikian pendekatan dalam
pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

6
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA.Perilaku
bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
5. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang
sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan
terutama penyakitISPA.Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu,
kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit
ISPA. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya
infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti
paru.

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


a. Anatomi Pernapasan
1) Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung disebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian
dalamnya dengan membran mukosa. Rongga hidung memanjang dari nostril pada
bagian depan ke apertura posterior hidung yang keluar ke nasofaring bagian
belakang. Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis
merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartilago, biasanya membengkok
ke satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapis oleh membran
mukosa. Dinding lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila,
palatum dan os sphenoid, konka superior, inferior, dan media (tubernasi hidung)

7
merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat pada dinding lateral
dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh
membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang kranial yang
berhubungan melalui ostium ke dlam rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh
membran mukosa yang berlanjut dengn rongga hidung. Ostium ke dalam rongga
hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, di atas konkha superior.
2) Faring
Faring atau tenggorokan merupakan strutur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletak dalam
langit-Lngit nasofaring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif.
3) Laring
Laring merupakan pangkal tenggorokan. Merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah
atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis ariteroid
dan plat intratenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fungsi laring
sebag’ai vokalisasi pada sistem pernapasan yang meliputi pusat khusus pengaturan
bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak, artikulasi serta
resonansi dari mulut dan rongga hidung.
4) Trakhea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak diantara vertebrae
servikalis VI sampai ketepi bawah kartilago krikoid vertebrata torakalis V.
Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos,
mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka.
5) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebrata torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakhea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah

8
kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakhea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan
yang dibatasi oleh garis pembatas.
6) Pulmo (paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada di
dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua
paru sangat lunak, elastik, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru ke abu-abuan dan berbintik-bintik
karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama
paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam
menjalankan fungsinya, paru-paru diibaratkan sebuah pompa mekanik yang
berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan
mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi).
b. Fisiologi Pernapasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni :
a) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thorak elastik dan
persyrafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diafragma. Ventilasi
adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500
ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan takanan antara
intrapleural lebih negatif dari pada tekanan atmosfer sehingga udara akan masuk
ke alveoli.
b) Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakomodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan
jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

9
c) Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi kedaerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan
terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh
ketebalan membran.

D. Klasifikasi ISPA
ISPA secara kelompok besar dapat di klasifikasikan menjadi :
a) Pneumonia berat, secara klinis ditandai oleh batuk pilek, demam, dan sesak
napas berat.
b) Pneumonia ringan ditandai oleh batuk pilek, demam, dan sesak napas.
c) Bukan pneumonia, secara klinis ditandai oleh batuk dan atau pilek bisa disertai
demam, tanpa sesak napas/napas cepat.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Tanda-tanda dan gejala pneumonia adalah batuk yang di sertai kesukaran bernafas
seperti sesak nafas cepat dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dai sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman streptococcus jarang ditemukan pada balita.Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotik.

E. Patofisiologi ISPA
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

10
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu :
a) Dapat sembuh sempurna.
b) Sembuh dengan atelektasis.
c) Menjadi kronos.
d) Meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan
efisien.Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun partikel dan gas yang
ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang
sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan
antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang
mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui
jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan
gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan
dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

F. Manifestasi Klinis ISPA


1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
2. Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x /menit.Penyakit ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi

11
hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,
bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.
3. Demam.
4. Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai
39,5ºc - 40,5ºc..
5. Meningismus.
6. Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan
nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
7. Anoreksia.
8. Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
9. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
10. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
11. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena
adanyalymphadenitis mesenteric.
12. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
13. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
14. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan

12
G. Pemeriksaan Diagnostik ISPA
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah :
1.      Biakan virus
2.      Serologis
3.      Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan
sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta
irama dari pernafasan.
a) Pola, cepat (tachynea) atau normal.
b) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
c) Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya
bersin.
d) Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
e) Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum.

H. Penatalaksanaan ISPA
a) Pencegahan
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2. Imunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
b) Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA:

13
1. Meningkatkan makanan bergizi pada anak
2. Bila anak demam beri kompres dan beri banyak minum
3. Bila hidung anak tersumabt karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
4. Tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih merengek
Pengobatan antara lain :
1. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan paracetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
2. Mengatasi batuk, dengan memberikan obat batuk yang aman

14
BAB III
ASKEP TEORITIS

A.Pengkajian
ISPA bisa saja menyerang siapa saja termasuk seseorang yang mengalami
kelainan sistem kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut usia dikarenakan
kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki resiko pada balita dan anak-anak,
dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya.
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan, alamat, suku bangsa,
diagnosa medis, No CM, serta identitas penanggung jawab pasien.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya demam, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pada anak – anak akan mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan terasa lemah, nafsu makan menurun, batuk, dan pilek.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami klien, seperti penyakit asma,
pneumonia.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga si anak, apakah ada
keluarganya yang mengalami penyakit yang dialami oleh si anak sebelumnya
atau gangguan tertentu yang berhubungan langsung dengan gangguan sistem
pernapasan seperti riwayat penyakit asma.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisiknya difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :

15
a. Keadaan Umum : Biasanya kesadaran pada anak yang menderita penyakit ISPA
yaitu compos mentis, jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat kesadarannya
bisa menjadi somnolen.
b. TTV : biasanya tekanan darah akan meningkat, kadang bisa melebihi 38ºc,
pernapasan takipnea, dan nadi juga teraba cepat (takikardia)
c. Pengkajian per sistem :
1. Sistem pernapasan : biasanya pernapasan klien akan cuping hidung, suara napas
terdengar ronchi
2. Sistem persarafan : biasanya tidak mengalami gangguan
3. Makanan dan cairan : klien akan mengalami anoreksia dn muntah, terjadi
penurunan berat badan, mukosa klien biasanya akan tampak kering
4. Aktivitas dan istirahat : klien akan mengalami kelemahan, kelelahan, tidak bisa
tidur pada malam hari, karena badan demam.
5. Eliminasi : tekstur veses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair, dan
kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
dibuktikan dengan batuk tidak efektif
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan dengan
kulit terasa hangat
3. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidak mampuan mencerna makanan

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI KODE


1.Bersihan jalan 1. Batuk efektif  Manajemen jalan
napas tidak efektif meningkat napas
berhubungan 2. Mengi menurun O Observasi
dengan proses 3. Whezing
1. Monitor pola

16
infeksi dibuktikan menurun napas
dengan batuk 4. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi
tidak efektif 5. Frekuensi napas napas tambahan
membaik 3. Monitor sputum
6. Pola napas Terapeutik
membaik D.0001
1. Posisikan semi
fowler atau L.01001
fowler I.01011
2. Berikan minum
hangat

Edukasi

1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari

2.Hipertermia 1. Kulit merah  Manajemen


berhubungan menurun hipertermia
dengan proses 2. Akrosianosis Observasi
penyakit (infeksi) menurun
1. Identifikasi
dibuktikan 3. Pucat menurun
penyebab
dengan kulit 4. Takikardi menurun
hipertermia
terasa hangat 5. Takipnea menurun D.0130
2. Monitor
6. Suhu tubuh
komplikasi L.14134
membaik
akibat I.14507
7. Suhu kulit membaik
hipertermia

 Regulasi
Temperatur

17
Observasi

1. Monitor suhu
tubuh anak tiap
dua jam
2. Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernapasan dan
nadi
3. Monitor warna
dan suhu kulit

Terapeutik

1.Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat

3. Risiko defisit 1. Porsi makanan  Manajemen


nutrisi dibuktikan yang dihabiskan Nutrisi
dengan ketidak meningkat Observasi
mampuan 2. Kekuatan otot
1. Identifikasi status
mencerna menelan
nutrisi
makanan meningkat
2. Identifikasi alergi
3. Berat badan
dan status
membaik
makanan D.0032
4. Frekuensi makan
3. Identifikasi makan L.03030
membaik
yang disukai
5. Bising usus I.03119
4. Monitor asupan
membaik
makan
6. Membran mukosa
5. Monitor berat
membaik

18
badan

.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pada implementasi yaitu melakukan tinadakan yang sudah direncanakan pada


intervensi tadi secara optimal

EVALUASI KEPERAWATAN

Merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan


dikemukakan klien
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan
lain
A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan
sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan
masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabilakeadaan atau masalah belum
teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti yang sudah diuraikan diatas, ISPA merupakan terjadinya infeksi yang
parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara atau paru-paru.Gejala yang
muncul akibat ISPA adalah hidung tersumbat atau berair, paru-paru terasa terhambat,
batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit, kerap merasa kelelahan dan tubuh terasa
sakit.Seseorang dapat tertular ISPA ketika orang tersebut menghirup udara yang
mengandung virus atau bakteri.Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh penderita
infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.
Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk membunuh kebanyakan virus yang
menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan biasanya hanya untuk meredakan
gejala yang muncul akibat infeksi virus.

B. Saran
Sebaiknya dengan adanya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit ISPA diharapkan mahasiswa maupun tim medis lainnya untuk lebih bisa
memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus ISPA.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, H.D. 2002.ISPA Gangguan Pernafasan pada Anak.Bandung :Nuha


Medika

Ronald. 2006. Obat-Obatan Ramuan Tradisonal. Bandung: Yrama Widya

Andarmoyo,S.2012. Kebutuhan DAsar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta: Graha


Ilmu.

21

Anda mungkin juga menyukai