Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,Taufik dan
Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien efusi pleura.Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang......................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................ 2
C.Tujuan....................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................


A.Definisi Efusi Pleura.................................................................................................... 3
B.Etiologi Efusi pleura.................................................................................................... 4
C.Manifestasi Klinik...................................................................................................... 14
D.Evaluasi Diagnostik ....................................................................................................14
E.Patofisiologis......................................................................................................................... 16
F.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.................................................................. 25

BAB III KASUS ...................................................................................................................... 28


A.Uraian Kasus........................................................................................................................ 28
B.Pengkajian............................................................................................................................ 28
C.Analisa data.......................................................................................................................... 28
D.WOC Efusi Pleura.............................................................................................................. 29
E.Asuhan keperawatan.......................................................................................................... 30
F.Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi................................................. 33
G.Health Education........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................
.
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
A.Latar Belakang
MasalahPleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan
pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan mengadakan penetrasi
dengancabang utama bronkus, arteri dan vena bonkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe.
Secarahistologist kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah
kapiler dan pembuluh getah bening (Harrison, 2000).Pleura seringkali mengalami pathogenesis
seperti terjadinya efusi cairan, misalnyahidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi,
hemotoraks bila rongga pleura berisidarah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema
thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara (Somantri, 2009).Penyebab dari
kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam, terutamakarena infeksi tuberculosis
atau non tuberculosis, keganasan, trauma dan lain-lain. Efusi pleura merupakan salah satu
kelainan yang menganggu system pernapasan. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu
penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasidari suatu penyakit. Efusi pleura
adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihandirongga pleura, jika kondisi ini
dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (Muttaqin,2008).Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi pleura di seluruhdunia cukup tinggi menduduki
urutan ketiga setelah kanker paru, sekitar 10-15 juta dengan100-250 ribu kematian tiap tahunnya.
Efusi pleura suatu disase entity dan merupakan suatugejala penyakit yang serius yang dapat
mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan padaefusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan,
kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru .Efusi pleura menempati urutan ke
empat distribus 10 penyakit terbanyik setelah kanker paru yaitu dengan jumlah 76 dari 808 orang
dengan prevalensi 9,14% (Alsagaf, 2010)Berdasarkan data yang dilaporkan Depatemen
Kesehatan tahun 2006 menyebutkan diIndonesia kasus efusi pleura 2,7 % dari penyakit infeksi
saluran napas dengan Case FatalityRate (CFR) 1, Sedangkan Sulawesi Selatan dilaporkan
kejadian efusi pleura 16 % dari penderita infeksi saluran napas.Tingginya kasus efusi pleura
disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini sehingga
menghambat aktifitas sehari-5
hari dan kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan.4,5. (Irwadi, Sulina, Hardjoeno,
2009)Oleh karena ada peningkatan jumlah penderita maka menjadi masalah kusus untuk kita
semua, terutama bagi dunia keperawatan karena efusi pleura masih menjadi masalahkesehatan
yang tinggi, sehingga masalah kesehatan ini harus segera ditangani dengan serius.B.
 
B.Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura?

C.Tujuan
 1.Mengetahui cara pengkajian pada klien dengan efusi pleura
2.Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
3.Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
4.Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
 
A.DefinisiEfusi Pleura
DefinisiEfusi Pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
(terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri, 2009). Menurut Smeltzer dan Bare
efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaanviseral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
biasanyamerupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Definisi lain dari efusi
pleuramerupakan suatu kelainan yang mengganggu system pernapasan. Efusi pleura
bukanlahdiagnosis daris suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejalan atau komplikasi
darisuatu penyakit (Muttaqin,2008).Jadi efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga
pleura yang terletak diantara permukaan visceral, perietal, adalah proses penyakit primer yang
yang jarang terjaditetapi biasanya menurunkan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain.Fisiologi pleuraPleura merupakan membran tipis yang terdiri atas dua lapisan yang berbeda
yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus
paru.Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu sebagai
berikut(somantri, 2009):
1.Pleura viseralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis(tebalnya tidak lebih dari
30µm), diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sellimfosit. Terdapat endopleura yang
berisi fibrosit histiosit dibawah sel mesotelial.Struktur lapisan tengah memiliki jaringan kolagen
dan serat-serat elestik, sedangkanlapisan terbawah terdapat jaringan intertisial subpleura yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan brakialis serta
kelenjer getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat
pada jaringan parenkim paru.
2.Pleura parietalis
Lapisan pleura parietalis merupakan jaringan yang paling tebal dan terdiri atassel-sel mesotelial
serta jaringan ikat (jaringan kolagen den serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat terdapat
pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mamaria interna,kelenjer getah bening, banyak
reseptor saraf sensorik yang peka terhadap nyeri.Ditempat ini juga terdapat perbedaan
temperatur. Sistem persarafan berasal dari nervusinterkostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada.
Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh pleuraviseralis. Cairan
terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel kapiler dan direabsobsioleh pembuluh limfe dan
pleura venule pleura.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga yang kosong antara kedua pleura
tersebut, karena biasanya di tempat ini hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairanyang merupakan
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur. Cairan yangsedikit ini merupakan pelumas
antara kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain.Dalam keadaan patologis rongga antara
kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapaliter cairan atau udara.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui parietalis danselanjutnya keluar
lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseralismelalui sistem limfatik dan
vaskular. Pergerakan dari pleura parietal dengan pleuraviseralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekananosmotik koloid plasma. Cairan terbanyak direabsorbsi
oleh sistem limfatik dan hanyasebagian kecil direabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal
yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikrofili
disekitar sel-sel mesotelial.B.
 
B.Etiologi Efusi Pleura : (Mansjoer, 1999)
Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.Transudat
terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik dankoloid osmotic,
sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorbsinyaoleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terjadi pada:
1.Meningkatnya tekanan kapiler sistemik 
2.Meningkatnya tekanan kapiler pulmer
3.Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura
4.Menurunnya tekanan intra pleura
Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang berbentuk melalui membrane kapiler yang permeabelnya
abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan proteintransudat. Bila terjadi
proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah pleurameningkat sehingga
selmesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling seringadalah mikrobakterium
tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.Protein yang terdapat dalam
cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening ini(misalnya pada pleuritis
tuberculosis) akan menyebabkan peningkatan konsentrasi proteincairan pleura, sehingga
menimbulkan eksudat.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,eksudat dan
hemoragi (Muttaqin, 2008):
1).Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantungkiri) sindoroma
nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindroma venakava sperior, tumor dan sindroma
Meigs.
2).Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi,dan penyakit
kolagen.
3).Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,tuberkulosis dan
kanker paru.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.
Efusi unilateral tidak mempunya kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnyaakan tetapi
efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, sindromnefrotik, asites,
infark paru, lupus aritematosus sistemis, tumor dan TB.
Penyakit –  penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura (perhimpunan dokter
spesialis penyakit dalam, 2009):
1.Pleuritis karena Virus dan Mikoplasma
  Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang.bila terjadinya jumlahnya
tidak  banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah echo
virus,Coxsackie group, Chlamidia, rickettsia dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat
dan berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala penyakit dapat dengan sakit kepala,
demammalaise, mialgia, sakit dada, sakit perut. Kadang-kadang ditemukan juga gejala
perikarditis.Diagnosis ditegakan dengan menemukan virus dalam cairan efusi dan mendeteksi
antiboditerhdap virus dalam cairan efusi.
2.Pleuritis karena Bakteri Piogenik 
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru
dan menjalar secara hematogen dan jarang melalui penetrasi diafragma, dinding dada,atau
esofagus.
Aerob: streptokokus pneumonia, streptokokus mileri, stafilokokus aureus, hemofilusspp,
eschericia koli, klebsiella, pseudomonas spp.Anaerob: bakteroides spp, peptosstreptokokus,
fusobakterium. Pemberian kemoterapidengan ampisilin 4x1 gram dan metronidazol 3x500 mg
hendaknya sudah dimulai sebelumkultur dan sensitivitas bakteri didapat.terapi lain yang lebih
penting adalah mengalirkancairan efusi yang terinfeksi tersebut keluar dari rongga pleura yang
efektif.
3.Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang serosantrokom dan bersifat
eksudat.Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberklorosis paru melalui
fokussubpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya perkijauan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau
kolumnavertebralis. Dapat juga secara hematogen yang menimbulkan efusi pleura bilateral.
Cairanefusi yang biasanya serous, kadang bisa juga hemoragik. Jumlah leukosit antara 500-
2.000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
limfosit.Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman Tuberkulosis, tapi adalah karena
reaksihipersentivitas terhadap tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapat ditemukan
adanyagranuloma.
Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberculosis dalam cairan efusi (biakan)atau
dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberculosis parutinggi dan
terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa
walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsy jaringan pleura.
  Pengobatan dengan obat-obatan anti tuberculosis ( rifampisin,
INH,Pirazinamid/etambutol,/streptomisin ) memakan waktu 6-12 bulan. Pengobatan
inimenyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat
inidengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan
sempurnatapi kadang-kadang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik. ( prednisone 1
mg/kgBB selama 2 minggu kemudian dosis diturunkan secara perlahan ).
1).Pleuritis Fungi
Biasanya terjadi karena penjalaran infesi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab
pleuritis adalah: Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergilus, Kriptokokus,dll. Patogenesis
timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersentivitas lambatterhadap organisme fungi.
Penyebaran fungi ke organ tubuh lain alamat jarang.Pengobatan dengan amfoterisin B
memberikan respons yang baik. Prognosis penyakitini relatif baik.
2).Pleuritis Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura adalah amoeba.
Bentuk tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim parudan
rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi akibat peradangan. Disampingini dapat juga
terjadi emphiema kerana amoeba yang cairanya warna khas merah coklat.Disini parasit masuk
kerongga pleura secara migrasi dari parenkim hati. Bisa jugakarena robekan dinding abses
amoeba pada hati kearah rongga pleura. Efusi parapneumonia karena amuba dari abses hati
sering terjadi daripada empiema amuba.
3).Efusi pleura karena kelainan intra abdominal.
Efusi pleura dapat terjadi karena steril karena reaksi infeksi dan peradangan yangterdapat
dibawah diafragma seperti pankreas atau eksaserbasi akut prankreatitiskronik,abses ginjal, abses
hati dan abses limpa.Biasanya efusi terjadi karena pada pleura kiri tapi dapat juga
bilateral.Mekanismenya adalah karena perpindahan cairan yang mengandung enzim pankreas
kerongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, danhemoragik.
Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada serum.Efusi pleura juga sering 48-72 jam pasca
operasi abdomen sperti spelenektomi,operasi terhadap obstruksi intestinal atau pacsa atelektasis.
Biasanya terjadi unilateraldan jumlah efusi tidak banyak. Cairan biasanya bersifat eksudat dan
mengumpul padasisi operasi biasanya bersifat maligna dan kebanyakan akan sembuh secara
spontan.
4).Sirosis hati
Efusi pleura dapat terjadi kareana pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura
timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan asites,
karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan ronggaabdomen melalui saluran
getah bening atau jaringan otot difragma. Kebanyakan efusimenempel pleura kanan ( 70% ) dan
bisa juga terjadi bilateral.Torakosentesis kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sesak
nafas tapi bilaasitesnya padat sekali cairan pleura akan timbul lagi dengan cepat. Dalam hal ini
perludilakukan terapi peritoneosintesis disamping terapi dengan diuretic dan terapi
terhadap penyakit asalnya.
5).Sindrom Meigh
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium disertaiasites dan
efusi pleura. Patogenesis ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi,
efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massadi rongga pelvis disertai asites dan
eksudat cairan pleura sering dikirakan sebagaineoplasma dan metatasisnya.
6).Dialisis peritoneal
Efusi leura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritonial. Efusiterjadi
pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari ringga pleura terjadi
melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya koposisi antaracairan pleura dengan
cairan dialisat.

4.Efusi pleura karena kolagen


a).Lupus eritematosus
Pleuritis adalah salah satu gejala yang timbul belakangan pada penyakit lupuseritematosus
sistemik (SLE). Dengan terjadinya efusi pleura yang kadang-kadangmendahului gejala sistemik
lainnya, diagnosis SLE ini menjadi lebih jelas. Hampir55%dari SLE disertai pleuritis dan 25%
daripada juga dengan efusi pleura. 
b).Aritis reumatid (RA).
Efusi pleura terdapat pada 5% RA selama masa sakit. Cairan efusi bersifat eksudatserosa yang
banyak mengandung limfosit. Faktor reumatoid mungkin terdapat dalamcairan efusi tapi tidak
patognomik untuk RA, karena juga terdapat pada karsinoma,tuberkulosis dan pneumaonia.
Kadar glukosa biasanya sangat rendah ( kurang dari20%) malah tidak terdeteksi sama sekali
( demikian juga pada tuberculosis dan karsinoma ). kadar kolestrol dalam cairan efusi juga sering
meningkat. Biopsi pada jaringan pleura bisa mendapat granuloma yang seolah-olah seperti nodul
reumatik  perifer. Umumnya efusi pleura pada RA sembuh sendiri tanpa diobati tapi kadang-
kadang diperlukan juga terapi kortikosteroid.Demam reumatik akut sering juga ditemukan efusi
pleura dengan sifat eksudat.Jumlah cairan biasanya sedikit dan segera menghilang bila demam
reumatiknya berkurang.
c).Skeloderma
Efusi pleura juga didapatkan pada penyakit skoloderma. Jumlah cairan efusinyatidak banyak,
tapi yang menonjol disini adalah penebalan pleura atau adhesi yangterdapat pada 75% pasien
skeleroderma.

5.Efusi pleura karena gangguan sirkulasi


a) Gangguan kariovaskuler 
Payah jantung adalah sebab terbanyak timbulnya efusi plura. Penyebab lain: perikarditis
kontritiva dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibatterjadinya peningkatan
tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akanmenurunkan kapasitas reabsorbsi
pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga
filtrasi cairan ke pleura dan paru-parumeningkat.
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat jugamenyebabkan efusi
pleura yang bilateral tapi yang agak sulit menerangkan adalahkenapa efusi pleuranya lebih sering
terjadi pada sisi kanan.Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi
denganistirahat, digitalis, diuretic, dll. Dan efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-kadang
torakosentesis diperlukan juga bila pasien amat sesak.
b).Emboli pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal. Keadaan inidapat disertai
dengan infark paru ataupun tanpa infark. Emboli dapat menyebabkanmenurunnya aliran darah
arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan
peradangan dengan efusi yang berdarah ( warnamerah).Pada bagian paru yang iskemik terdapat
juga kerusakan pleura viseralis, keadaan inikadang-kadang disertai pleuritik yang berarti pleura
parietalis juga ikut terkena.Disamping itu permeabilitas antara satu ataupun kedua bagian pleura
meningkat,sehingga cairan efusi mudah terbentuk. Adanya nyeri pleuritik dan efusi pleura pa
daemboli pulmonal tidak berarti infark Paru juga harus terjadi. Cairan efusi biasanya bersifat
eksudat, jumlahnya tidak  banyak dan biasanya sembuh secara spontan. Efusi pleura dengan
infark paru jumlahcairan efusinya lebih banyak dan waktu penyembuhan juga lebih
lama.Pengobatan ditujukan terhadap embolinya yakni dengan memberikan obatantikoagulan dan
mengontrol keadaan trombositnya.
c).Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom nefrotik,malabsorbsi
atau keadaan lain dengan asites serta edema anasarka. Efusi ini terjadikarena rendahnya tekanan
osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekananosmotik darah. Efusi ini terjadi
kebanyakan bilateral dan cairannya bersifat transudat.Pengobatan adalah dengan memberikan
diuretic dan restriksi pemberian garam.Pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan
infus albumin.
6.Efusi pleura neoplasma 
Neoplasma primer atau sekunder ( metastasis ) dapat menyerang pleura dan
umumnyamenyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas
dannyeri dada. Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupundilakukan
torakosentesis berkali-kali.Efusi bersifat eksudat tapi sebagin kecil ( 10% ) bisa sebagai
transudat. Warna efusi bisa serosantokrom ataupun hemoragik ( terdapat lebih dari 100.000 sel
eritrosit per cc ).Didalam cairan ditemukan sel-sel limfosit ( yang dominan 0 dan banyak sel
mesotelial.Pemeriksaan sitologi terhadap jenis-jenis neoplasma.Terdapat beberapa teori tentang
timbulnya efusi pleurabpada neoplasma yakni:Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan
permeabilitas pleura terhadapair dan protein.Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya
aliran pembuluh darah venadan getah bening sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan
cairan dan protein.Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya
timbulhipoproteinemaEfusi pleura karena neoplasma biasanya unilateral tetapi bisa juga bilateral
karenaobstruksi saluran getah bening, adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan
dari rongga pleura via diafragma. Keadaan efusi pleura dapat bersifat maligna. Keadaan
iniditemukan 10-20% karsinoma bronkus, 8% dari limfoma maligna dan leukemia. jenis-
jenisneoplasma yang menyebabkan efusi pleura:
a.Mesotelioma
Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarangditemukan bila
tumor masih terlokalisasi biasanya tidak menimbulkan efusi pleurasehingga dapat digolongkan
sebagai tumor jinak. Sebaliknya bila ia tersebar ( difus)digolongkan sebagai tumor ganas karena
dapat menimbulkan efusi pleura yangmaligna. 
b.Karsinoma bronkus
Jenis karsinoma ini adalah yang terbanyak menimbulkan efusi pleura. Tumor bisaditemukan
dalam permukaan pleura karena penjalaran langsung dari paru-paru melalyui pembuluh getah
bening. Efusi dapat juga terjadi tanpa adanya pleura yang tergangguyakni dengan cara obstruksi
pneumonitis atau menurunnya aliran getah bening. Terapioperasi terhadap tumornya masih dapat
dipertimbangkan tetapi bila pada pemeriksaansitologi sudah ditemukan cairan pleura pasien tidak
dapat dioperasi lagi. Untuk mengurangi keluhan sesak nafasnya dapat dilakukan torakosentesis
secara berulang-ulang. Tapi sering timbul lagi dengan cepat sebaiknya dipasang pipa torakotomi
padadinding dada ( risikonya timbul empiema ).tindakan lain untuk mengurangi timbulnyalagi
cairan adalah dengan pleurodesis memakai zat-zat seperti tetrasiklin, talk,sitistatika, kuinakrin.
c.Neoplasma metastatic
Jenis-jenis neoplasma yang sering bermetastasis kepleura dan menimbulkan efusinyaadalah
karsinoma payudara (terbanyak , ovarium, lambung, ginjal, pancreas, dab bagian-bagian organ
lain dalam abdomen.Efusi dari pleura yang terjadi dapat bilateral. Ganbaran foto mungkin tidak
terlihat bayangan metastasis dijaringan baru karena implantasi dapat mengenai pleura
viseralissaja. Pengobatan terhadap neoplasma metastatic ini sama dengan karsinoma
bronkusyakni dengan kemoterapi dan penanggulangan terhadap efusi pleuranya.
d.Limfoma maligna
Kasus-kasus limfoma maligna ( non Hodgkin dan Hodgkin ) ternyata 30% bermetastasis
kepleura dan juga menimbulkan efusi pleura. Didalam caiaran efusi tidak selalu terdapat sel-sel
ganas seperti pada neoplasma lainnya. Biasanya ditemukan sel-sel limfosit karena sel ini ikut
dalam aliran darah dan aliran getah bening melintasi rongga pleura. Diantara sel-sel lain yang
bermigrasi inilah kadang-kadang ditemukansel-sel yang ganas limfoma malignum.
Terdapat beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya yakni:
 Bila efusi terjadi dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura,cairannya adalah
eksudat berisi sel limfosit yang banyak dan seringhemoragik.
 Bila efusi terjadi karena obstruksi saluran getah bening, cairannya bisatransudat atau
eksudat dan ada limfosit.
 Bila efusi terjadi karena obstruksi duktus torasikus, cairannya akan berbentukkilus.
 Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna karenamenurunnya
resistensi terhadap infeksi, efusi akan berbentuk empiema akutatau kronik.
Seperti pada neoplasma lainnya, efusi pleura yang berulang (efusi maligna ) padalimfoma
maligna kebanyakan tidak responsif terhdap tindakan torakostomi dan instilasidengan
beberapa zat kimia. Keadaan dengan efusi maligna ini mempunyai prognosis yang buruk.

7.Efusi pleura karena sebab lain-lain


1).Trauma
Efusi pleura dapat terjadi akibat trauma yakni trauma tumpul, laserasi,luka tusuk pada dada,
rupture esophagus karena muntah hebat atau karena pemakaian alat waktu tindakan
esofagoskopi. Jenis cairan dapat berupa serosa( eksudat/transudat ), hemotoraks, kilotoraks, dan
empiema.Analisis cairan ufusi dapat menentukan lokalisasi trauma, misal padaruptura esophagus
kadar pH nya rendah ( lebih kurang 6,5 ) karenaterkontaminasi dengan asam lambung, kadar
amylase dalam cairan pleurameningkat karena adanya air ludah ( saliva ) yang tertelan dan
masuk kedalamriongga pleura.
2).Uremia
Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang terdiridari efusi pleura, efusi
perikard, dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme penumpukan cairan ini belum diketahui betul
tapin diketahui dengantimbulnya eksudat terdapat peningkatan permeabilitas jaringan
pleura, perikard atau peritoneum. Yang agak unik adalah cairan masih juga terjadiwalaupun
pasien menjalani hemodialisis kronik ( uremianya berkurang ).Disini cairan malah dapat berubah
dari serosa menjadi hemoragik danseterusnya terjadi kontriktif pleura/pericardium. Asal darah
tidak jelas betultapi diperkirakan karena efek antikoagulan/heparin pada pleura/pericardium.Bila
sudah terjadi kontriktif pleura/pericardium penatalaksanaannya adalahdengan
dekortikasi.Sebagian besar efusi pleura karena uremia tidak memberikan gejala yang jelas seperti
sesak nafas, sakit dada atau batuk. Jumlah efusi bisa sedikit atau banyak, unilateral atau
bilateral.. kadang-kadang dengan dialysis yang teratur efusi dapat terserap perlahan-lahan.
Torakosentesis sewaktu-waktu masihdiperlukan.
3).Miksedema
Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagi bagian dari penyakitmiksedema. Efusi dapat
terjadi tersendiri maupun secara bersama-sama.Cairan bersifat eksudat dan mengandung protein
dengan konsentrasi tinggi.Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka, tangan
danefusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru. Beberapa pasien dapat juga kuku jari
yang berwarna kekuning-kuningan. Pathogenesis efusi pleuravbersifat eksudat ini belum
diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanyakegagalan aliran getah bening. Didaerah timur
tengah terutam pada bangsayahudi penyakit diturunkan sebagai secara autosomal resesif dari
orang tua keanaknya.Gejala penyakit berupa serangan demam yang berulang, rasa
sakitabdominal dan pleuritis. Pleuritis disini dapat memberikan rasa nyeri pleuritik dan efusi
pleura. Pengobatan bersifat suportif saja dan operasi sebaiknyadihindarkan.
4).Reaksi hipertensif terhadap obat
Pengobatan dengan nitrofuratoin,metilsergid, praktolol kadang-kadangmemberikan
reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan pleura berupa radangdan kemudian juga akan
menimbulkan efusi pleura. Bila proses menjadikronik bisa terjadi fibrosis paru atau
pleura.Pengobatan dengan hidrazin, prokainamid dan kadang-kadang derngandefinilhidatoin dan
isoniazid sering juga menimbulkan pleuritis dan perikarditid. Radang dan efusi yang timbul
dapat menghilang bila pemberianobat-obatan tersebut dihentikan

C.Manifestasi Klinik (Brunner & Suddarth, 2000)


Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yangterkumpul ataupun
penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifattajam dan semakin memburuk
jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala
sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a). batuk kadang berdarah 
b).demam, menggigil
c).pernafasan yang cepat
d).Lemas progresif disertai penurunan BB
e).Asites
f).Dipsnea

D.Evaluasi Diagnostik (Muttaqin, 2008)


Pada flouroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300cc tidak  bisa
terlihat, mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukankostofrenikus. Pada efusi
pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebihdari 300cc, frenicocostalis tampak tumpul dan
diafragma kelihatan meninggi.Untuk memastikannya, perlu dilakukan dengan foto thoraks lateral
dari sisiyang sakit (lateral dekubitus).
a.Pemeriksaan Radiologi 
b.Biopsi pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsi jalur
perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel- sel ganas atau kuman- kuman
penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dantumor pleura).
c.Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara resudial ke kapasitas total paru, dan
penyakit pleural pada tuberculosis kronis tahap lanjut.Kapasitas total paru adalah volume
maksimal pengembangan paru- parudengan usaha inspirasi yang sebesar- besarnya kira- kira
5800 ml. (Syaifuddin,2009)
d.Pemeriksaan laboratorium
Memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisacairan pleura
dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan
pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat,
dan transudat.
 Haemorragic pleural effusion, biasanya terjadi pada klien denganadanya
keganasan paru atau akibat infark paru terutama disebabkantuberculosis.
 Yellow exudates pleural effusion, terutama terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditiskonstriktif.
 Clear transudate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengankeganasan
ekstrapulmoner.
e.Pemeriksaan darah
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yangsedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masihdibwah normal. Laju endap darah
mulai meningkat. Jika penyakit mulaisembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah
limfosit masih tinggi.Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga
didapatkananemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulinmeningkat
dan kadar natrium darah menurun.
f.Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnyakuman BA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA  positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA padasatu sediaan.

E .Patofisiologi dan Web of Causion (WOC) secara teoritis


Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antaracairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleuradibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi initerjadi karena perbedaan tekanan osmotic
plasma dan jaringan interstisialsubmesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam
rongga pleura. Selainitu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.Pada
umumnya efusi karena penyakit pleura hamper mirip plasma (eskudat),sedangkan yang timbul
pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).Efusi yang berhubungan dengan
pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder (akibat samping )
terhadap peradangan atau adanyaneoplasma.Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura
dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus/nanah,sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah
sekitar  pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura perietalis sehingga
udara akan masuk kedalam rongga pleura. Proses ini seringdisebabkan oleh trauma dada atau
alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastislagi seperti pada pasien emfisema paru.Efusi
cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal
jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia oleh
berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva,keganasan , atelektasis paru dan pneumotoraks .Efusi
eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh
darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan kedalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering
adalah karenamikobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa
tuberkulosa.Sebab lain seperti parapneumonia, parasit(amuba, paragonimiosis,
ekinokokus), jamur, pneumonia atipik(virus, mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru,
proses imunologik seperti leuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lainseperti
pancreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat radiasi.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah/gagal
jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnyasecara maksimal keseluruh
tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik  pada kapiler yang selanjutnya timbul
hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada dalam pleura, ditambah dengan adanya
penurunan reabsorbsi cairan tadi olehkelenjar limfe dipleura mengakibatkan pengumpulan cairan
yangabnormal/berlebihan. Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom,malabsorbsi
natau keadaan lain dengan asites dan edema anasarka) akanmengakibatkan terjadinya
peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorsi yang berkurang. Hal tersebut dikarenakan
adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih
mudah masuk kedalam rongga pleura.
Luas efusi yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung padakekakuan
relative paru dan dinding dada. Pada volume dalam batas pernafasan normaldinding dada
cenderung recoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk recoilkedalam.
 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi parusekunder


terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intevensi,bersihan jalan nafas kembali
efektif
Kriteria evaluasi:
 Klien mampu batuk efektif
 Pernafaan klien normal (16-20x/menit)tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.Buni
nafas normal Rh-/- dan pergerakan nafas
Rencana Intervensi Rasioanl

Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita


dapat menentukan jenis efusi pleurasehingga
dapat mengambil tindakan yangtepat
Kaji kualitas, frekuensi, dan Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
kedalaman pernapasan, serta melaporkan dankedalaman pernapsan kita
setiap perubahan yang terjadi dapatmengetahui sejauh mana perubahan
kondisi klien.
Baringkan klien dengan kondisi Penurunandiafragma dapat
yangnyaman, dalam posisi duduk, memperluasdaerah dada sehingga ekspansi
dengankepala tempat tidur ditinggikan 60-90 paru bisamaksimal.Miring kearah sisi yang
atau miringkan kearah sisi yang sakit sakit dapatmenghindari efek penekanan
gravitasicairan sehingga ekspansi dapat
maksimal
Observasi tanda- tanda vital ( nadi Peningkatan frekuensi napas dantakikardi
dan pernapasan) merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam Auskultasi dapat menentukan kelainansuara
napas pada bagian paru
Bantu dan ajarkan klien untuk batuk Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau
dannapas dalam yang efektif  napas dalam. Penekanan otot- ototdada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif
Kolaborasi dengan tim medis lain Pemberian O2 dapat menurunkan
untuk  pemberian O2 dan obat-obatan serta beban pernapasan dan mencegah terjadi
fotothoraks nyasianosis akibat hipoksia
Dengan foto thoraks, dapat di
monitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dankembalinya daya kembang paru
Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi pleura
bertujuan untuk menghilangkansesak napas
yang disebabkan olehakumulasi cairan dalam
rongga pleuraa.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungang dengan sekresi mucus yangkental,
kelemahan, upaya batuk buruk dan edema tracheal/faringeal.

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan nafaskembali
efektif
Kriteria evaluasi :
 Klien mampu melakukan batuk efektif 
 Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantunafas.
Bunyi nafas normal, Rh-/- dan pergerakan pernafasan normal
Rencana intervensi Rasional
RasionalKaji fungsi pernafasan (bunyi Penurunan bunyi nafas
nafas,kecepatan, irama, kedalaman, menunjukkanatelektasis,ronkhi
dan penggunaan otot bantu nafas. menunjukkanakumulasi secret dan
ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnyadapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan kerja pernafasan
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi,catat Pengeluaran akan sulit bila sekret
karakter dan volume sputum sangatkental (efek infeksi dan hidrasi yang
tidak adekuat).
Berikan posisi semifowler/fowler tinggidan Posisi fowler memaksimalkan
bantu klien latihan nafas dalam dan batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
efektif. bernafas.Ventilasi maksimal membuka
areaatelektasis dan meningkatkan
gerakansekret kedalam jalan nafas besar
untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya2500 Hidrasi yang adekuat
ml/hari kecuali tidak diindikasikan membantumengencerkan sekret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas
Bersihkan sekret dari mulut dan trachea bila Mencegah obstruksi dan
perlu lakukan pengisapan ( suction ) aspirasi.Pengisapan diperlukan bila klien
tidak mampu mengeluarkan secret
Eliminasilendir dengan suction
sebaiknyadilakukan dalam jangka waktu
kurang 24dari 10 menit dengan
pengawasan efek samping suction
Kolaborasi pemberian obat sesuaiindikasi: obat Pengobatan antibiotik yang ideal
antibiotic adalahdengan adanya dasar dari tes uji
resistensikuman terhadap jenis antibiotik
sehinggalebih mudah mengobati
pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan
kekentalandan perlengketan sekret paru
untuk memudahkan pembersihan
Bronkodilator: Bronkodilator meningkatkan
jenis aminofilin viaintravena diameter lumen percabangan
trakheobronkhialsehingga menurunkan
tahanan terhadapaliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada
hipoksemiadengan keterlibatan luas dan
bila reaksiinflamasi mengancam kehidupan
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaandiagnostik
dan rencana pengobatan
Tujuan : Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
-Klien mengetahui tentang proses penyakit, program pengobatan penyakitnya.
-Kecemasan klien menurun

Rencana Intervensi Rasional


Jelaskan hal– hal mengenai penyakit pada Mengorientasi program
pasien dan pengobatan pengobatan.Membantu menyadarkan klien
untuk memperoleh kontrol.
Ajarkan tindakan yang dapat mengontrol Pengontrolan dispnea melalui
dispnea pengontrolanseimbang, istirahat cukup dan
aktivitas dapatditoleransi
Kaji patologi masalah individu Informasi menurunkan takut
karenaketidaktahuan. Memberikan
pengetahuandasar untuk pemahaman kondisi
dinamik.
Kaji ulang tanda / gejala yangmemerlukan Berulangnya efusi pleura
evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada memerlukanintervensi medik untuk mencegah
tiba-tiba,dispnea, distres pernapasan lanjut /menurunkan potensial komplikasi.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, Mempertahanan kesehatan
istirahat umummeningkatkan penyembuhan dan
dapatmencegah kekambuhan
Identifikasi kemungkinan kambuh Penyakit paru yang ada seperti PPOM
/komplikasi jangka panjang beratdan keganasan dapat meningkatkan
insidenkambuh.

Perubahan nurtisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan, dispneu, anorexia.
Tujuan : memuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
teratasi dengan kriteria:
- BB meningkat
- Melakukan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat
Rencana Intervensi Rasionalisasi
Catat status nutrisi pasien Berguna dalam mendefenisikan derajat /luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang berguna
Awasi masukan / pengeluaran dan BBsecara Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisidan
periodic dukungan cairan.

Selidiki anoreksia, mual, muntah, dancatat Dapat mempengaruhi pilihan diet


kemungkinan hubungan denganobat. Awasi danmengidentifikasi area pemecahan
frekuensi, volume dankonsistensi feses. masalahuntuk meningkatkan
pemasukan / penggunaan nutrient
Berikan perawatan mulut sebelum dansesudah Menurunkan rasa tak enak karena sisasputum
tindakan pernapasan. atau obat untuk pengobatan respirasiyang
merangsang pusat muntah.
Anjurkan makan sedikit dan seringdengan Memaksimalkan masukan nutrisi
makanan tinggi protein dankarbohidrat. tanpakelemahan yang tak perlu / kebutuhan
energidari makanan banyak dan menurunkan
iritasigaster.
Rujuk ke ahli gizi untuk komposisidiet. Untuk mengidentifikasi kebutuhan
nutrisiindividu untuk meningkatkan
penyembuhan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri
akut, imobilitas, kelemahanumum

Tujuan : Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya


Kriteria Evaluasi :Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan
tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri
Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis-
Menampilkan aktivitas sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasidengan bantuan
ambulasi untuk ke kamar mandi-Mengurangi dispnea

Rencana Intervensi. Rasionalisasi


Jelaskan aktivitas dan faktor yangdapat Merokok, suhu ekstrim dan stremenyebabkan
meningkatkan kebutuhanoksigen vasokonstruksi pembuluhgarah dan peningkatan
Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegahkeletihanbeban jantung.
Anjurkan program hemat energy, buat jadwal Mencegah penggunaan energi berlebihan
aktifitas harian, tingkatkansecara bertahap
Ajarkan teknik napas efektif Mempertahankan pernapasan lambat
dengantetap mempertahankan latihan fisik
yangmemungkinkan peningkatan kemampuan
otot bantu pernapasan
Pertahankan terapi oksigen tambahan Meningkatkan oksigenasi tanpamengorbankan
banyak energy
Beri waktu istirahat yang cukup Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegahkeletihan

Rangguan perfusi cerebral berhubungan dengan inadekuat sirkulasi oksigen ke otak 


Tujuan : pemenuhan kebutuhan oksigen ke otak dapat terpenuhi
Kriteria hasil :- status mental baik 
- Fungsi sensorik dan motorik baik
 - Tingkat kesadaran klien baik 
Rencana intervensi Rasionalisasi
Kaij tingkat kesadaran dengan kliendengan hipoksia yang parah dapat
GCS (Glasgow coma scale) menyebabkan perubahan tingkat kesadaran,
koma dandapat fatal.

Pantau tanda- tanda vital secara teratur peningkatan RR dan takikardi


merupakanadanya indikasi penurunan fungsi
paru. peningkatan TD terjadi
karena peningkatan TIK, jika diikuti
oleh penurunan kesadaran. Demam
dapatmencerminkan kerusakan hipotalamus
Periksa respon dan ukuran pupil Reaksi pupil diatur oleh saraf
terhadaprangsangan cahaya cranialokulomotor (III) dan berguna
untuk menentukan batang otak tersebut
semakin baik. Ukuran dan kesamaan
pupilditentukan oleh keseimbangan
antara persarafan simpatis dan
parasimpatisyang mempersarafi
Pertahankan posisi kepala dalam keadaannetral Menurunkan tekanan arteri
dengan bantalan kecil (posisielevasi) denganmeningkatkan drainase
danmeningkatkan sirkulasi atau perfusiserebral
Cegah pasien untuk mengedan, batuk keras, Batuk dan mengejan dapat
berikan periode istirahat cukup,lingkungan meningkatkantekanan intracranial dan potensi
nyaman terjadi pendarahan

F.Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan (Brunner & Suddarth, 2000)


Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyabab yang mendasari untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan rasa tidak nyamanserta dispnea.
Pengobatan spesifik diarahkan pada penyebab yang mendasari.
1)Torasentesis, ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongancairan. Indikasi
untuk melakukan torakosentesis adalah: (1) menghilangkansesak napas yang disebabkan oleh
akumulasi cairan dalam rongga pleura, (2) bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif
atau gagal, (3) bilaterjadi reakumulasi cairan.
2)Selang dada dan drainase water  – seal 
mungkin diperlukan untuk  pneumotoraks (kadang merupakan akibat torasentesis berulang).
BAB III
KASUS

A.Bapak L mengeluh susah untuk tarik nafas dalam. Dada kelihatan seperti tong. Saatdilakukan
perkusi dada bagian kanan suara redup dan dilakukan auskultasi tidak adaterdengar udara saat
inspirasi dan ekspirasi. Diding dada sebelah kanan selalutertinggal saat tarik nafas.

B.PengkajianData Subjektif : Bapak L mengeluh susah saat tarik nafas dalam.Data Objektif
:Inspeksi : dada kelihatan seperti tong, dinding dada sebelah kanan selalutertinggal saat
bernafas.Auskultasi : Tidak ada terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasiPerkusi : dada bagian
kanan suara redup.

C.Analisa Data No Data Etiologi Masalah Keperawatan1 DS: - Tn.L mengeluh susahtarik nafas
dalam.DO:- Tidak ada terdengar suarasaat inspirasi dan ekspirasi- Dada bagian kanan
suararedup- dada seperti tongPenumpukan cairan dirongga pleuraTekanan intrapleuralEfusi
PleuraEkspansi paru menurun danasimetris gerakan paruPertukaran O2di
alveolimenurunDypneaPola nafas tidak efektif  pola nafas tidak efektif 2 DS: - Tn.L mengeluh
susah Nyeritarik nafas dalam.DO:- Tidak ada terdengar suarasaat inspirasi dan ekspirasi- Dada
bagian kanan suararedup-dinding dada sebelah kananselalu tertinggal saat bernafas.Penumpukan
cairan dirongga pleuraTekanan intrapleuralEfusi PleuraPenurunan ekspansi paruPengeluaran zat-
zatvasoaktif(bradikinin,serofinin)Merangsang ujung-ujungsaraf bebasnyeri
D.Web Of Caution (WOC)Peningkatan cairan pleural penumpukan cairan dirongga
pleuraTekanan intrapleuraEfusi PleuraEkspansi Paru Menurun pertukaran gas di alveos
pengeluaran zatvasoaktif ( bradikinin/serofinin)DyspneaMerangsangujung-ujung saraf bebas

E.Asuhan KeperawatanKetidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya


ekspansi parusekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleuraTujuan: dalam waktu
2x24 jam setelah diberikan intevensi pola nafas klien dapatnormalKriteria evaluasi:Irama,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan rontgen
thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyinapas terdengar jelas.Rencana
Intervensi RasioanlIdentifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kitadapat
menentukan jenis efusi pleurasehingga dapat mengambil tindakan yangtepatKaji kualitas,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang terjadiDengan
mengkaji kualitas, frekuensi dankedalaman pernapsan kita dapatmengetahui sejauh mana
perubahankondisi klien.Baringkan klien dengan kondisi yangnyaman, dalam posisi duduk,
dengankepala tempat tidur ditinggikan 60-90oPenurunan diafragma dapat memperluasdaerah
dada sehingga ekspansi paru bisamaksimal.Pola nafas tidak efektif nyeri atau miringkan kearah
sisi yang sakit Miring kearah sisi yang sakit dapatmenghindari efek penekanan gravitasicairan
sehingga ekspansi dapat maksimalObservasi tanda- tanda vital ( nadi an pernapasan)Peningkatan
frekuensi napas dantakikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.Lakukan
auskultasi suara napas tiap 2-4 jam .Auskultasi dapat menentukan kelainansuara napas pada
bagian paruBantu dan ajarkan klien untuk batuk dannapas dalam yang efektif Menekan daerah
yang nyeri ketika batuk atau napas dalam. Penekanan otot- ototdada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif.Kolaborasi dengan tim medis lain untuk  pemberian O2 dan obat-obatan serta
fotothoraksPemberian Odapat menurunkan beban pernapasan dan mencegah terjadinyasianosis
akibat hipoksia.Dengan foto thoraks, dapat di monitor kemajuan dari berkurangnya cairan
dankembalinya daya kembang paruKolaborasi untuk tindakan thorakosentesis Tindakan
thorakosentesis atau fungsi pleura bertujuan untuk menghilangkansesak napas yang disebabkan
olehakumulasi cairan dalam rongga pleuraa.Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d.
terangsangnya saraf intratoraks sekunder terhadap iritasi pleuraTujuan : nyeri yang di rasakan
dapat teratasi/ berkurang.Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharap nyeri berkurang/hilang
dengan kriteria:-
 
Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol-
 
Klien tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik -
 
Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/dibutuhkanRencana Intervensi
RasionalisasiTanyakan pasien tentang nyeri. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri

 
Tentukan karakteristik nyeri, mis,terus menerus, sakit, menusuk,terbakar. Buat rentang intensitas
padaskala 0-10karena peregangan pleura yang melibatkansaraf. Penggunaan skala rentang
membantuklien dalam mengkaji tingkat nyeri danmemberikan alat untuk evaluasi
keefektifananalgesic, meningkatkan kontrol nyeriKaji pernyataan verbal dan nonverbalnyeri
pasien.Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk
derajatnyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi.Evaluasi keefektifan pemberian obat.Dorong
pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri; ganti obatatau waktu sesuai
ketepatan.Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalahsubjektif dan pengontrolan nyeri yang
terbaik merupakan keleluasan pasien. Bila pasientidak mampu memberikan masukan,
perawatharus mengobservasi tanda psikologis danfisiologis nyeri dan memberikan
obat berdasarkan aturan.Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.Takut/masalah dapat
meningkatkan teganganotot dan menurunkan ambang nyeri.Berikan tindakan kenyamanan,
mis.,sering ubah posisi, pijatan punggung,sokongan bantal. Dorong penggunaanteknik relaksasi,
mis., visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitashiburan yang tepat.Meningkatkan relaksasi
dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanandan meingkatkan efek terapeutik
analgesic.Jadwalkan periode istirahat. Berikanlingkungan yang tenang.Penurunan kelemahan dan
menghematenergy, meningkatkan kemampuan koping.

Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan/latihan tangan, danambulasi.Mencegah kelemahan


yang tak perlu danregangan. Mendorong dan membantu fisik,mungkin diperlukan untuk
beberapa waktusebelum pasien mampu / cukup percayauntuk melakukan aktivitas ini
karenanyeri/takut nyeri
.
F.Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
Pengelolaan secara farmakologi efusi pleura tergantung pada etiologi kondisinya.Sebagai contoh
penatalaksanaan nitrat (Nitrogliceryn) dan diuretic (Furosemide) untuk gagal jantung kongerstif
dan edema paru, anti biotic untuk efusi parapneumonia dan empiema dananti koagulan untuk
(heparin) untuk emboli paru.Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan
pengobatan terhadap penyebabnya.
Jika jumlah cairannya banyak sehingga menyebabkan penekanan maupunsesak nafas, maka
perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).Cairan bisa dialirkan
melalui prosedur torakosentesis, dimana sebiah jarum (atau selang)dimasukkan ke dalam rongga
pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakandiagnosis, tetapi pada prosedur ini
juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih
banyak, maka dikeluarkan lebih banyak, makadimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Adapun penatalaksanaan pada pasien efusi pleura salah satunya bisa tirah baring,tujuannya untuk
menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktifitas akanmeningkatkan kebutuhan
oksigen sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula. Selain itu juga dapat melakukan
distraksi. Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian klien ke hallain terutama hal yang
menyenangkan dengan tujuan untuk menurunkan kewaspadaanterhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

G.Health Education

1)Penkes mengenai apa itu efusi pleura.


2)Penkes mengenai factor- factor yang menyebabkan efusi pleura
3)Penkes gejala efusi pleura.
4)Penkes mengenai pengobatan efusi pleura.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, MC dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Harrison. 2009.Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta : EGC
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
.Jakarta: Interna Publishing
Price, SA & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit .Jakarta: EGC
Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi
2.Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi 2.Jakarta
:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai