KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,Taufik dan
Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien efusi pleura.Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang......................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................ 2
C.Tujuan....................................................................................................................................... 2
C.Tujuan
1.Mengetahui cara pengkajian pada klien dengan efusi pleura
2.Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
3.Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
4.Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.DefinisiEfusi Pleura
DefinisiEfusi Pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
(terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri, 2009). Menurut Smeltzer dan Bare
efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaanviseral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
biasanyamerupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Definisi lain dari efusi
pleuramerupakan suatu kelainan yang mengganggu system pernapasan. Efusi pleura
bukanlahdiagnosis daris suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejalan atau komplikasi
darisuatu penyakit (Muttaqin,2008).Jadi efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga
pleura yang terletak diantara permukaan visceral, perietal, adalah proses penyakit primer yang
yang jarang terjaditetapi biasanya menurunkan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain.Fisiologi pleuraPleura merupakan membran tipis yang terdiri atas dua lapisan yang berbeda
yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus
paru.Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu sebagai
berikut(somantri, 2009):
1.Pleura viseralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis(tebalnya tidak lebih dari
30µm), diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sellimfosit. Terdapat endopleura yang
berisi fibrosit histiosit dibawah sel mesotelial.Struktur lapisan tengah memiliki jaringan kolagen
dan serat-serat elestik, sedangkanlapisan terbawah terdapat jaringan intertisial subpleura yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan brakialis serta
kelenjer getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat
pada jaringan parenkim paru.
2.Pleura parietalis
Lapisan pleura parietalis merupakan jaringan yang paling tebal dan terdiri atassel-sel mesotelial
serta jaringan ikat (jaringan kolagen den serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat terdapat
pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mamaria interna,kelenjer getah bening, banyak
reseptor saraf sensorik yang peka terhadap nyeri.Ditempat ini juga terdapat perbedaan
temperatur. Sistem persarafan berasal dari nervusinterkostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada.
Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh pleuraviseralis. Cairan
terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel kapiler dan direabsobsioleh pembuluh limfe dan
pleura venule pleura.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga yang kosong antara kedua pleura
tersebut, karena biasanya di tempat ini hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairanyang merupakan
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur. Cairan yangsedikit ini merupakan pelumas
antara kedua pleura tersebut bergeser satu sama lain.Dalam keadaan patologis rongga antara
kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapaliter cairan atau udara.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui parietalis danselanjutnya keluar
lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseralismelalui sistem limfatik dan
vaskular. Pergerakan dari pleura parietal dengan pleuraviseralis dapat terjadi karena adanya
perbedaan tekanan hidrostatik dan tekananosmotik koloid plasma. Cairan terbanyak direabsorbsi
oleh sistem limfatik dan hanyasebagian kecil direabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal
yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikrofili
disekitar sel-sel mesotelial.B.
B.Etiologi Efusi Pleura : (Mansjoer, 1999)
Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat.Transudat
terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik dankoloid osmotic,
sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorbsinyaoleh pleura lainnya.
Biasanya hal ini terjadi pada:
1.Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
2.Meningkatnya tekanan kapiler pulmer
3.Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura
4.Menurunnya tekanan intra pleura
Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang berbentuk melalui membrane kapiler yang permeabelnya
abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan proteintransudat. Bila terjadi
proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah pleurameningkat sehingga
selmesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling seringadalah mikrobakterium
tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.Protein yang terdapat dalam
cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening ini(misalnya pada pleuritis
tuberculosis) akan menyebabkan peningkatan konsentrasi proteincairan pleura, sehingga
menimbulkan eksudat.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,eksudat dan
hemoragi (Muttaqin, 2008):
1).Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantungkiri) sindoroma
nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindroma venakava sperior, tumor dan sindroma
Meigs.
2).Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi,dan penyakit
kolagen.
3).Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,tuberkulosis dan
kanker paru.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.
Efusi unilateral tidak mempunya kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnyaakan tetapi
efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongestif, sindromnefrotik, asites,
infark paru, lupus aritematosus sistemis, tumor dan TB.
Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan efusi pleura (perhimpunan dokter
spesialis penyakit dalam, 2009):
1.Pleuritis karena Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang.bila terjadinya jumlahnya
tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis virusnya adalah echo
virus,Coxsackie group, Chlamidia, rickettsia dan mikoplasma. Cairan efusi biasanya eksudat
dan berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala penyakit dapat dengan sakit kepala,
demammalaise, mialgia, sakit dada, sakit perut. Kadang-kadang ditemukan juga gejala
perikarditis.Diagnosis ditegakan dengan menemukan virus dalam cairan efusi dan mendeteksi
antiboditerhdap virus dalam cairan efusi.
2.Pleuritis karena Bakteri Piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru
dan menjalar secara hematogen dan jarang melalui penetrasi diafragma, dinding dada,atau
esofagus.
Aerob: streptokokus pneumonia, streptokokus mileri, stafilokokus aureus, hemofilusspp,
eschericia koli, klebsiella, pseudomonas spp.Anaerob: bakteroides spp, peptosstreptokokus,
fusobakterium. Pemberian kemoterapidengan ampisilin 4x1 gram dan metronidazol 3x500 mg
hendaknya sudah dimulai sebelumkultur dan sensitivitas bakteri didapat.terapi lain yang lebih
penting adalah mengalirkancairan efusi yang terinfeksi tersebut keluar dari rongga pleura yang
efektif.
3.Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang serosantrokom dan bersifat
eksudat.Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberklorosis paru melalui
fokussubpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya perkijauan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau
kolumnavertebralis. Dapat juga secara hematogen yang menimbulkan efusi pleura bilateral.
Cairanefusi yang biasanya serous, kadang bisa juga hemoragik. Jumlah leukosit antara 500-
2.000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
limfosit.Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman Tuberkulosis, tapi adalah karena
reaksihipersentivitas terhadap tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapat ditemukan
adanyagranuloma.
Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberculosis dalam cairan efusi (biakan)atau
dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberculosis parutinggi dan
terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa
walaupun tidak ditemukan adanya granuloma pada biopsy jaringan pleura.
Pengobatan dengan obat-obatan anti tuberculosis ( rifampisin,
INH,Pirazinamid/etambutol,/streptomisin ) memakan waktu 6-12 bulan. Pengobatan
inimenyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat
inidengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan
sempurnatapi kadang-kadang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik. ( prednisone 1
mg/kgBB selama 2 minggu kemudian dosis diturunkan secara perlahan ).
1).Pleuritis Fungi
Biasanya terjadi karena penjalaran infesi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab
pleuritis adalah: Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergilus, Kriptokokus,dll. Patogenesis
timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersentivitas lambatterhadap organisme fungi.
Penyebaran fungi ke organ tubuh lain alamat jarang.Pengobatan dengan amfoterisin B
memberikan respons yang baik. Prognosis penyakitini relatif baik.
2).Pleuritis Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura adalah amoeba.
Bentuk tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim parudan
rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi akibat peradangan. Disampingini dapat juga
terjadi emphiema kerana amoeba yang cairanya warna khas merah coklat.Disini parasit masuk
kerongga pleura secara migrasi dari parenkim hati. Bisa jugakarena robekan dinding abses
amoeba pada hati kearah rongga pleura. Efusi parapneumonia karena amuba dari abses hati
sering terjadi daripada empiema amuba.
3).Efusi pleura karena kelainan intra abdominal.
Efusi pleura dapat terjadi karena steril karena reaksi infeksi dan peradangan yangterdapat
dibawah diafragma seperti pankreas atau eksaserbasi akut prankreatitiskronik,abses ginjal, abses
hati dan abses limpa.Biasanya efusi terjadi karena pada pleura kiri tapi dapat juga
bilateral.Mekanismenya adalah karena perpindahan cairan yang mengandung enzim pankreas
kerongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, danhemoragik.
Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada serum.Efusi pleura juga sering 48-72 jam pasca
operasi abdomen sperti spelenektomi,operasi terhadap obstruksi intestinal atau pacsa atelektasis.
Biasanya terjadi unilateraldan jumlah efusi tidak banyak. Cairan biasanya bersifat eksudat dan
mengumpul padasisi operasi biasanya bersifat maligna dan kebanyakan akan sembuh secara
spontan.
4).Sirosis hati
Efusi pleura dapat terjadi kareana pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura
timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan asites,
karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan ronggaabdomen melalui saluran
getah bening atau jaringan otot difragma. Kebanyakan efusimenempel pleura kanan ( 70% ) dan
bisa juga terjadi bilateral.Torakosentesis kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sesak
nafas tapi bilaasitesnya padat sekali cairan pleura akan timbul lagi dengan cepat. Dalam hal ini
perludilakukan terapi peritoneosintesis disamping terapi dengan diuretic dan terapi
terhadap penyakit asalnya.
5).Sindrom Meigh
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium disertaiasites dan
efusi pleura. Patogenesis ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi,
efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya massadi rongga pelvis disertai asites dan
eksudat cairan pleura sering dikirakan sebagaineoplasma dan metatasisnya.
6).Dialisis peritoneal
Efusi leura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritonial. Efusiterjadi
pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari ringga pleura terjadi
melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya koposisi antaracairan pleura dengan
cairan dialisat.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungang dengan sekresi mucus yangkental,
kelemahan, upaya batuk buruk dan edema tracheal/faringeal.
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan nafaskembali
efektif
Kriteria evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantunafas.
Bunyi nafas normal, Rh-/- dan pergerakan pernafasan normal
Rencana intervensi Rasional
RasionalKaji fungsi pernafasan (bunyi Penurunan bunyi nafas
nafas,kecepatan, irama, kedalaman, menunjukkanatelektasis,ronkhi
dan penggunaan otot bantu nafas. menunjukkanakumulasi secret dan
ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnyadapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan kerja pernafasan
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi,catat Pengeluaran akan sulit bila sekret
karakter dan volume sputum sangatkental (efek infeksi dan hidrasi yang
tidak adekuat).
Berikan posisi semifowler/fowler tinggidan Posisi fowler memaksimalkan
bantu klien latihan nafas dalam dan batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
efektif. bernafas.Ventilasi maksimal membuka
areaatelektasis dan meningkatkan
gerakansekret kedalam jalan nafas besar
untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya2500 Hidrasi yang adekuat
ml/hari kecuali tidak diindikasikan membantumengencerkan sekret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas
Bersihkan sekret dari mulut dan trachea bila Mencegah obstruksi dan
perlu lakukan pengisapan ( suction ) aspirasi.Pengisapan diperlukan bila klien
tidak mampu mengeluarkan secret
Eliminasilendir dengan suction
sebaiknyadilakukan dalam jangka waktu
kurang 24dari 10 menit dengan
pengawasan efek samping suction
Kolaborasi pemberian obat sesuaiindikasi: obat Pengobatan antibiotik yang ideal
antibiotic adalahdengan adanya dasar dari tes uji
resistensikuman terhadap jenis antibiotik
sehinggalebih mudah mengobati
pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan
kekentalandan perlengketan sekret paru
untuk memudahkan pembersihan
Bronkodilator: Bronkodilator meningkatkan
jenis aminofilin viaintravena diameter lumen percabangan
trakheobronkhialsehingga menurunkan
tahanan terhadapaliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada
hipoksemiadengan keterlibatan luas dan
bila reaksiinflamasi mengancam kehidupan
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaandiagnostik
dan rencana pengobatan
Tujuan : Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
-Klien mengetahui tentang proses penyakit, program pengobatan penyakitnya.
-Kecemasan klien menurun
Perubahan nurtisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan, dispneu, anorexia.
Tujuan : memuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
teratasi dengan kriteria:
- BB meningkat
- Melakukan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat
Rencana Intervensi Rasionalisasi
Catat status nutrisi pasien Berguna dalam mendefenisikan derajat /luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang berguna
Awasi masukan / pengeluaran dan BBsecara Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisidan
periodic dukungan cairan.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri
akut, imobilitas, kelemahanumum
A.Bapak L mengeluh susah untuk tarik nafas dalam. Dada kelihatan seperti tong. Saatdilakukan
perkusi dada bagian kanan suara redup dan dilakukan auskultasi tidak adaterdengar udara saat
inspirasi dan ekspirasi. Diding dada sebelah kanan selalutertinggal saat tarik nafas.
B.PengkajianData Subjektif : Bapak L mengeluh susah saat tarik nafas dalam.Data Objektif
:Inspeksi : dada kelihatan seperti tong, dinding dada sebelah kanan selalutertinggal saat
bernafas.Auskultasi : Tidak ada terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasiPerkusi : dada bagian
kanan suara redup.
C.Analisa Data No Data Etiologi Masalah Keperawatan1 DS: - Tn.L mengeluh susahtarik nafas
dalam.DO:- Tidak ada terdengar suarasaat inspirasi dan ekspirasi- Dada bagian kanan
suararedup- dada seperti tongPenumpukan cairan dirongga pleuraTekanan intrapleuralEfusi
PleuraEkspansi paru menurun danasimetris gerakan paruPertukaran O2di
alveolimenurunDypneaPola nafas tidak efektif pola nafas tidak efektif 2 DS: - Tn.L mengeluh
susah Nyeritarik nafas dalam.DO:- Tidak ada terdengar suarasaat inspirasi dan ekspirasi- Dada
bagian kanan suararedup-dinding dada sebelah kananselalu tertinggal saat bernafas.Penumpukan
cairan dirongga pleuraTekanan intrapleuralEfusi PleuraPenurunan ekspansi paruPengeluaran zat-
zatvasoaktif(bradikinin,serofinin)Merangsang ujung-ujungsaraf bebasnyeri
D.Web Of Caution (WOC)Peningkatan cairan pleural penumpukan cairan dirongga
pleuraTekanan intrapleuraEfusi PleuraEkspansi Paru Menurun pertukaran gas di alveos
pengeluaran zatvasoaktif ( bradikinin/serofinin)DyspneaMerangsangujung-ujung saraf bebas
Tentukan karakteristik nyeri, mis,terus menerus, sakit, menusuk,terbakar. Buat rentang intensitas
padaskala 0-10karena peregangan pleura yang melibatkansaraf. Penggunaan skala rentang
membantuklien dalam mengkaji tingkat nyeri danmemberikan alat untuk evaluasi
keefektifananalgesic, meningkatkan kontrol nyeriKaji pernyataan verbal dan nonverbalnyeri
pasien.Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk
derajatnyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi.Evaluasi keefektifan pemberian obat.Dorong
pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri; ganti obatatau waktu sesuai
ketepatan.Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalahsubjektif dan pengontrolan nyeri yang
terbaik merupakan keleluasan pasien. Bila pasientidak mampu memberikan masukan,
perawatharus mengobservasi tanda psikologis danfisiologis nyeri dan memberikan
obat berdasarkan aturan.Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri.Takut/masalah dapat
meningkatkan teganganotot dan menurunkan ambang nyeri.Berikan tindakan kenyamanan,
mis.,sering ubah posisi, pijatan punggung,sokongan bantal. Dorong penggunaanteknik relaksasi,
mis., visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitashiburan yang tepat.Meningkatkan relaksasi
dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanandan meingkatkan efek terapeutik
analgesic.Jadwalkan periode istirahat. Berikanlingkungan yang tenang.Penurunan kelemahan dan
menghematenergy, meningkatkan kemampuan koping.
G.Health Education