Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna
atas berkat dan rahmat kami dapat menyelesaikan tugas makalah
seminar keperawatan medikal bedah ini dengan waktu yang kami
gunakan semaksimal mungkin agar terselsainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sederhana dan jauh dari
sempurna maka dari itu saran, kritik, dan masukan yang membangun
sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah ini dan
penyempurnan.
DAFTAR ISI
BAB I
A. Pendahuluan......................................................................... 1
BAB II
A. Definisi ............................................................................... 12
B. Penyebab............................................................................ 14
D. Patofisiologi ........................................................................ 18
F. Penatalaksanaan ................................................................ 24
G. Pencegahan ....................................................................... 25
H. Komplikasi .......................................................................... 25
BAB III
A. Pengkajian .......................................................................... 28
C. Rencana ............................................................................ 48
BAB IV
A. Kesimpulan ......................................................................... 49
B. Saran .................................................................................. 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi
pleura suatu kesatuan penyakit (disease enity) dan merupakan suatu
gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita.
Tingkat kegawatan efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru.
Tingginya kasus efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita
untuk memeriksa kesehatan sejak dini sehingga terhambat aktivitas
sehari-hari dan kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan.
Tingkat kegawatan daruratan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah
cairan kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru.
Jika efusi luas expansi paru akan mengalami sesak nyeri dada, batuk non
produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah
gagal nafas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti serta memahami keperawatan efusi pleura asuhan
keperawatannya dalam dunia keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi efusi pleura
b. Mehesiswa mampu mengidentifikasi penyebab terjadinya penyakit
efusi pleura
c. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala dan penyakit efusi pleura
d. Mahasiswa mampu menjelaskan alur awal hingga terjadinya
penyakit efusi pleura
e. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan penunjang untuk
penyakit efusi pleura
f. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan
g. Mahasiswa mampu melakukan pencegahan terkait penyakit efusi
pleura
h. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi yang terjadi pada
penyakit efusi pleura
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Anatomi Pleura
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (Pulmo). Dimana
diantara yang membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh
adanya mediastinum. Pleura dari internal ke external terbagi atas dua
bagian :
a. Pleura viseralis atau pulmonalis yaitu pleura yang langsung
melekat pada permukaan pulmo
b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan
thoraks
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonalis
sebagai lig Pulmonal (pleura penghubung). Diantara lapisan pleura
ini terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi
gesekan antar pleura ketika proses pernafasan.
2. Pleura parietal terbagi atas :
a. Cupula pleura (pleura cervicalis) : merupakan pleura parietalis yang
terletak di antara costa 1 namun tidak melebihi dari collum
costaenya. Cupula pleura terletak setinggi 1 – 1,5 inc diatas 1/3
medial os. Clapicula
4. Garis refleksi pleura : garis refleksi pleura antara pleura dextra dan
sinistra terdapat perbedaan yakni :
a. Garis refleksi pleura dextra dimulai dari articulation
sternoclavicularis dextra lalu bertemu kontralateral diplanum
medianum pada angulus ludovichi atau angulus Louis setinggi
cartilage costae II. Lalu berjalan ke coudal sampai di posterior dr
proc. Xiphoideus pada lineal mediana anterior / lineal mid sternalis
menyilang sudut Xipocostalis menuju cartilage costae VIII pada
lineal midclapicularis, menyilang costae X pada lineal axillaris
media dan menyilang cartilage cosata XII pada collum costaenya.
b. Garis refleksi pleura sinistra dimulai pada articulation
sternoclavicularis sinistra lalu bertemu kontalateralnya di planum
medianum pada angulus ludovichi / angulus Louis setinggi cartilage
costa II. Lalu berjalan turun sampai cartilage IV dan membelok di
tepi sternum lalu mengikuti cartilage costa VIII pada linea
midclavicularis dan menyilang costae X pada linea axillaris anterior
dan menyilang costae xii pada collum costaenya.
5. Vaskularisasi pleura
Pleura parietal disvakularis oleh Aa. Intercostalis, mammaria
interna, musculophrenica. Dan vena-venanya bermuara pada system
vena dinding thorax. Sedangkan pleura visceralisnya mendapatkan
vaskularisasi dari Aa. Bronchiales.
6. Innervasi pleura
a. Pleura parietalis pars costalis diinervasi oleh Nn. Intercostales.
b. Pleura parietalis pars mediastinalis diinervasi oleh n. phernicus
c. Pleura parietalis pars diaphragmatica bagian perifer diinervasi oleh
Nn. Intercostales. Sedangkan bagian bagian central oleh n.
phernicus.
d. Pleura visceralis diinervasi oleh serabut affrent otonom dari plexus
pulmonalis.
7. Recessus Pleura
Merupakan sebuah ruangan kosong yang akan terisi oleh paru saat
inspirasi dalam dan akan menjadi temat yang berisi cairan pada
pasien dengan kasus efusi pleura. Terdapat 3 ps recessus, yaitu :
a. Recessus costodiaphragmatica destra et sinistra
b. Recessus terletak diantara pleura parietalis pars costalis dan
pleura parietalis diaphragmatica.
c. Recessus costomediastinalis anterior dextra et sinistra.
d. Recessus yang terletak diantara pleura parietalis pars costalis dan
pleura parietalis pars mediastinalis di bagian ventral.
e. Recessus costomediastinalis posterior dextra et sinistra.
f. Recessus yang terletak diantara pleura parietalis pars costalis dan
pleura parietalis pars mediastinalis di bagian dorsal.
8. Fisiologi Pleura :
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negative
thoraks ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat
mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure)
dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5cm H2O: sedikit
bertambah negative di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi
tekanan negatie menjadi meningkat -25 sampai -35cm H2O.
Selain fungsi mekanis seperti telah disinggung di atas, rongga
pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagosistosis benda
asing : dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit sekitar 0.3 ml/kg, bersifat
hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan
dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan
resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada
pembuluh darah limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 – 0.15
ml/kg/jam bila terjadi gangguna produksi dan reabsorbsi akan
mengakibatkan terjadinya pleura effusion (penumpukan cairan).
B. Definisi Penyakit
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak antara permukaan visceral dan parietal. Merupakan proses yang
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Brunner and Suddarth, 2001).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdaapt penumpukan
cairan dalam rongga pleura. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan
pus atau darah. Efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
mengancam jiwa penderita.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan
pleura normalnya merembes terus-menerus kedalam rongga dada dari
kapiler-kapiler yang membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh
kapiler dan system limfatik pleura viseralis. Kondisi apapun yang
mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan
efusi pleura (Joyce M, 2009). Beberapa hal terdaoat perbedaan antara
kedua pleura ini, yaitu :
1. Pleura Visceralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial
yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 mm), diantara celah-celah sel ini
terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel mesotelial ini terdapat
endopleura yang berisi fibrosip dan histiosit. Dibawah endopleura
terdapat jaringan kolagen dan serat-serat olastik yang dinamakan
lapisan tengah. Lapisa asalah jaringan interstisial subpleura yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler (arteri pulmonalis
dan arteri brakialis) dan kelenjar getah bening. Keseluruhan jaringan
pleura viceralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim
paru-paru.
2. Lapisan Parietalis.
Lapisan jaringan pada pleura parietalis terdiri atas sel-sel mesotelial
dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastis) namun
lebih dari pleura visceralis. Dalam jaringan ikat tersebut terdapat
pembuluh kapiler (arteri ninterkastaris dan arteri mammaria interna),
kelenjar getah bening, dan banyak reseptor syaraf sensoris yang peka
terdapat rasa nyeri dan perbedaan temperature, system persyarafan
ini berasal dari nervus intescostaris dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermaton dada, keseluruhan jaringan pleura parietalis ini
menempel tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding diatasnya.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong
antara kedua pleura tersebut karena biasanya hanya terdapat sedikit
(10 – 20 cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serasa dan selalu
bergerak secara teratur, carirann yang sedikit ini mudah bergeser satu
sama lain dalam keadaan patologis, rongga kedua antar pleura dapat
terisi dengan beberapa liter cairan atau udara.
Efusi Pleura ialah cairan patologis dalam rongga pleura. Dalam
konteks ini perlu diingat bahwa pada orang normal rongga pleura itu
juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya
pleura viselaris dengan pleura parietalis, sehinggan dengan demikian
gerakan paru (mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan
mulus. Cairan fisioligis ini disekresikan oleh pleura parietalis dan
diabsorpsi pleh pleura viseralis. (Halim Danusantoso 1999).
Efusi Pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan
bebas dalam ruang pleura. Keadaan ini analog dengab cairan edema
dalam jaringan, dan disebut edema rongga pleura. (Guyton and Hall,
1997).
Kesimpulannya ialah penumpukan cairan di antara jaringan yang
melapisi paru-paru dan dada. Gejalanya meliputi batuk, nyeri dada
yang tajam, atau sesak napas.
C. Penyebab Penyakit
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Virus dan Mikoplasma, Insidennya jarang sekali terjadi, bila terjadi
jumlahnya tidak banyak. Contoh : Echo Virus, Mikoplasma. Virus
tersebut masuk dan menginfeksi serta membuat peradangan pada
pleura sehingga mengakibatkan membesarnya permebilitas pada
lapisan pleura dan menyebabkan masuknya cairan kedalam rongga
paleura.
Gambar : Hemopillus
3. TB terjadi karena kompikasi TB paru melalui focus Subpleura yang
robek atau mealaui aliran limfe, atau karena robeknya perkijauan ke
arah saluran limfe yang menuju Pleura.
4. Fungi, sangat jarang terjadi. Biasanya karena perjalanan infeksi fungi
dari jaringan paru. Contoh : Aktinomikosis
Gambar : Akinomikosis
E. Patofisiologi Penyakit
1. Narasi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura
parietalis dan pleura vicelaris. Karena diantar pleura tersebut terdapat
cairan antara 1 – 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan
selalu bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas
antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu
sama lain. Diketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis
dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya
tekanan Osmotic Koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan di
absorbs oleh system limfatik dan hanya sebagia kecil di absorbs oleh
system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan
yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili
disekitar sel –sel mesofilial. Jumlah cairan dalam rongga pleura
tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar
10 cm H2O. Keseimbangan tersebut dapat terganggu pleh beberapa
hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru yang pertama basil
Mikobaterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju
alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis Local)
dan juga diikuti denagan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(Limphadinitis Regional). Peradangan paada saluran getah bening
akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan
dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari
tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan
kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau
columna vetebralis.
Tekanan Hidrostatik & Onkotik tidak Akumulasi dalam cairan rongga pleura
seimbang
Intikel plasma
Menembus kapiler
Transudat
Pleura
Kapasitas paru
Bakteri TB
Mengeluarkan eksudat
2. CT – Scan Dada
Tindakan pemindaian yang non-invasif, tidak menyebabkan
rasa sakit, dan bertujuan untuk mendapatkan gambar yang akurat dari
dada seseorang. Tindakan ini bersifat non-invasif karena tidak
membutuhkan operasi dan tidak ada alat yang dimasukkan ke tubuh
pasien. Pemindaian ini menggunakan teknologi sinar - X yang telah
ditingkatkan dan mampu mengahsilkan gambar dada yang lebih rinci
dibandingkan pemindaian sinar – X biasa. CT Scan dapat
menghasilkan gambar meliputi tulang otot, lemak dan organ tubuh,
sehingga dokter dapat melihat bagiasn dalam tubuh dengan lebih
jelas.
G. Penatalaksanaan
Tujuan umum :
1. Untuk menemukan penyebab dasar
2. Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
3. Menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea
1. Torakosentesis
A. Untuk membuang cairan pleura
B. Mendapatkan specimen untuk analisis
C. Menghilangkan dipsnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage.
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan
protein dan elektrolit
3. Obat
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
(Andra S, 2013)
H. Pencegahan
Pencegahan dan pengobata dapat ditentukan setelah mengetahui
penyebab efusi pleura. Pemeriksaan itu dapat termasuk tes darah,
rontgen dan pemeriksaan radiologi lain. Setiap penyebab yang berbeda
memiliki cara penanganan yang berbeda walaupun prinsipnya sama untuk
mencegah efusi pleura kembali, contohnya :
1. Infeksi penanganan dengan antibiotic
2. Gagal jantung dengan obat diuretic
3. Cedera dapat dengan operasi
4. Tumor dengan kemoterapi
I. Komplikasi
Pada setiap pleura selalu ditakutkan terjadinya infeksi sekunder
(sehingga menjadi Piothoraks). Juga terjadinya Schwarte sangat mungkin
cairan mengandung banyak protein, seperti misalnya pada Pleuritis
Eksudativ, Hematoraks Piotoraks. Yang dimaksud Schwarte adalah
gumpalan fibrin yang akan melekatkan pleura vesiralis dan pleura
parietalis setempat. Schwarte ini tentunya akan mengurangi kemampuan
ekspansi paru sehingga akan menurunkan kemampuan bernafas
menderita karena gangguan restriksi berupa penurunan kapasitas vital.
Kemudian karena fibrin ini akan mengalami retraksi, maka akan timbul
Deformitas dan kemunduran paru akan lebih parah lagi.
1. Emboli Paru
Emboli pleura adalah kondisi ketika arteri pilmonalis (pembuluh
darah yang membawa darah dari jantung menuju paru – paru)
mengalami penyumbatan, biasanya akibat gumpalan darah yang
berasal dari kaki atau bagian tubuh lainnya.
2. Endema Paru
Terjadinya penumpikan cairan didalam kantong paru – paru
(alveoli). Kondisi ini dapat terjadi tiba – tiba maupun dalam jangka
waktu lama.
4. Infark paru
Infark paru selalu disebabkan oleh embolus, tetapi embolus
tidak selalu menyebabkan infark. Infark paru dapat terjadi setelah
embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau
pada wanita muda yang mengalami thrombosis vena
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. RIWAYAT KEPERAWATAN
Unit/Instalasi :
Ruang/Kamar :
Tanggal Masuk Rumah Sakit :
Tanggal Waktu Pengkajian :
Automnamnase :
Alloanamnase :
Status Perkawinan :
Agama/Suku : menyerang semua
agama/suku
Warga Negara :menyerang Negara
manapun
Pendidikan :menyerang semua lapisan
pendidikan
Alamat Rumah :
B. Penanggung Jawab
Nama :
Alamat :
Hubungan dengan Klien :
Pemeriksaan Fisik
ROS (Review of System
Konsistensi : Kental
□ Tidak
Pergerakan Dada : √ Simetris □ Asimetris
□ Ya
√ Tidak Flow : ………………Lpm
Alat bantu napas : □ Ya Jenis : …………………
√ Tidak
Lain – lain : …………………
"Problem” Diagnosa Keperawatan :
√ Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas
√ Ketidakefektifan pola nafas
√ Gangguan pertukaran gas
□ Lain – lain : ……………………………….
Irama Jantung : √ Reguler □ Irreguler
Nyeri Dada : □ Ya √ Tidak
CRT : √ < 2 detik □ > 2 detik
Pengelihatan (mata) :
Sclera/konjungtiva :
Pengelihatan : □ Anemis □ Ikterus □ Lain – lain : …..
√ Normal □ Kabur □ Kacamata
□ Lensa kontak □ Lain – lain : …….
Pengkajian Nyeri
B3 (Brain)