KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh :
Anggalia Nur Mahjuroh
NIM 172310101200
D 2017
KEPERAWATAN MEDIKAL
Oleh :
Anggalia Nur Mahjuroh
NIM 172310101200
D 2017
ii
KATA PENGANTAR
Jember, 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
2.1 Pengkajian................................................................................................................... 8
2.3 Intervensi................................................................................................................... 15
iv
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura (Black
and Jane, 2014).
Efusi pleura, yaitu akumulasi cairan yang berlebihan di ruang pleura,
yang diakibatkan dari ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran cairan pleura. Akumulasi cairan pleural bukan penyakit
spesifik, melainkan refleksi dari patologi yang mendasarinya. Efusi pleura
menyertai berbagai gangguan paru-paru, pleura, dan gangguan sistemik
(Karkhanis, 2012).
Jadi efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal yang terjadi
di dalam rongga pleura diantara visceral dan parietal.
1.2 Anatomi Fisiologi
1
Sehingga penting dalam menjaga pengembangan paru terhadap dinding
dada. Apabila salah satu pleura mengalami kebocoran maka udara akan
tersedot ke dalam rongga dan sebagian bahkan seluruh bagian paru akan
mengalami kolaps (Ross dan Wilson, 2014).
Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mL, terdiri dari
makrofag (75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.
Cairan pleura normal mengandung protein 1 – 2 g/100 mL.9 Elektroforesis
protein cairan pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura
setara dengan kadar protein serum, namun kadar protein berat molekul
rendah seperti albumin, lebih tinggi dalam cairan pleura.3 Kadar molekul
bikarbonat cairan pleura 20 – 25%. Normalnya cairan pleura adalah 0,13
mL/kg BB. Sehingga Keseimbangan jumlah cairan pleura diatur oleh
komponen-komponen gaya Starling dan sistem penyaliran limfatik pleura
(Pratomo dan Faisal, 2013).
1.3 Epidemiologi
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini
terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara
industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang.
Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita
efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura
mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya. WHO
memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah menghirup udara kotor
akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang
berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan seperti efusi pleura.
1.4 Etiologi
Penyebab efusi pleura merupakan penyebab kelainan patologi pada
rongga pleura yang bermacam- macam, adalah :
1. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
a. Gangguan Kardiovaskuler
2
b. Emboli Pulmonal
2. Efusi pleura karena virus dan mikroplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila
terjadi tidak banyak. Jenis- jenis virusnya adalah : ECHO Virus,
Coxsackie, Chlamydia, Ricketsia dan Mikroplasma.
a. Sirosis hati
b. Sindroma Meigh
6. Efusi pleura karena neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang
pleura dan pada umumnya menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura karena
neoplasma biasanya unilateral tetapi bisa juga bialteral karena obstruksi
saluran getah bening, adanya metastasis menyebabkan pengaliran cairan
dari rongga peritonial ke rongga pleura melalui diafragma.
1.5 Klasifikasi
Menurut (Morton, 2012) klasifikasi efusi pleura ada 2, yaitu :
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa
membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di
3
sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan
absorbsi cairan pleura. Biasanya terjadi pada kondisi yang
kehilangan protein seperti hipoalbuminemia, sirosis, dan nefrosis.
2. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat.
Biasanya terjadi pada kondisi inflamasi, infeksi, dan keganasan.
1.6 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal,
cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh
darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma
dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial
masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui
pembuluh limfe di sekitar pleura. Secara garis besar akumulasi cairan
pleura disebabkan karena dua hal yaitu:
4
pleura viseralis lebih besar daripada plura parietalis sehingga pada ruang
pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa milliliter cairan.
Efusi dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih, yang mungkin
merupakan cairan transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah
dan purulen. Transudat (filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding
kapiler yang utuh) terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan reabsorpsi cairan pleural terganggu. Biasanya oleh
ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik. Transudat
menandakan bahwa kondisi seperti asites atau gagal ginjal mendasari
penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau
kavitas). Biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor
yang mengenai permukaan pleural.
5
1.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan
yang ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit
(misalnya < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan
hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thoraks. Semakin banyak cairan
maka permukaan efusi akan luas dan restriksi ekspansi paru disertai
dengan beberapa tanda dan gejala, menurut (Black and Jane, 2014) :
1. Dispneu
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit
pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang
terkena
6. Perkusi tumpul
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan raba berkurang
10. Batuk kering
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis efusi pleura,
karena dapat mengidentifikasi adanya cairan di rongga pleura, serta
membedakan cairan dengan udara ataupun cairan lain. Adapn
pemeriksaan yang dapat dilakukan menurut (Karkhanis, 2012) :
1. Pemeriksaan radiologi (Rontgen thorak)
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam
mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam
menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang
dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atas
300 ml.
6
Gambar 1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul
karena efusi pleura
7
1.9 Pemeriksaan Medis
Menurut (Yang, Bo, and Ze, 2017) pemeriksaan medis dapat berupa
penatalaksanaan medis dan non-medis, diantaranya :
1. Penatalaksanaan Medis
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru.
Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika terdapat infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan
obat (tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis
untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.
4. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
5. Water Seal Drainage, jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Penatalaksanaan Non Medis
1. Tirah baring
2. Dukungan
Kegiatan dalam pemberian dukungan seperti melakukan
konseling dan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan motivasi
agar mencapai keberhasilan dari pengobatan.
8
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang pasien perempuan 47 tahun mengeluh sesak, batuk, dan penurunan
nafsu makan. Pasien memiliki riwayat penyakit tumor pada paru kanan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan gerakan dada asimetris, dimana dada kanan
tertinggal saat bernapas, vokal fremitus dada kanan menurun, redup pada dada
kanan, suara vesikuler menurun pada dada kanan, dan ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening supraklavikula dan coli dekstra, serta hepatomegali.
Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan hipoalbumin dan penurunan fungsi hati.
Pemeriksaan analisis gas darah ditemukan hipoksemia, analisis cairan pleura
menunjukkan suatu eksudat, warna cairan merah keruh dengan eritrosit penuh dan
jumlah sel banyak. Saat dilakukan palpasi terdapat nyeri dengan skala 7 serti
tertimbun benda. Foto thoraks menunjukkan efusi pleura kanan masif. Pada pasien
ini dilakukan evakuasi cairan pleura, pemberiaan analgesik, serta antibiotik. RR :
14x/mnt, Nadi : 90x/mnt, Suhu : 37,50C, TD : 130/90 mmHg, BB 59 kg terpasang
nasal kanul
2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. Z
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bangsal
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak, batuk, dan penurunan nafsu makan, nyeri
pada bagian dada dan perut
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, sesak nafas,hepatomegali dan nyeri.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tumor pada paru kanan.
e. Riwayat penyakit keluarga
-
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan :
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
9
Pasien mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit segera
memeriksakan ke dokter / puskesmas terdekat, anggota keluarga
selalu merawat dan memperhatikan saat ada anggota keluarga yang
sakit.
2) Pola nutrisi/ metabolik
- sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dan habis 1 porsi
dengan menu sayur, nasi, dan lauk-pauk serta tidak ada
pantangan, pasien minum 5-6 gelas air dalam 24 jam/hari 1200
liter.
- selama sakit : pasien menghabiskan 1 porsi makan dari jatah
rumah sakit , pasien minim habis 3 gelas/hari ± 800 liter
- BB sebelum MRS : 59 kg, setelah MRS : 50 kg
3) Pola eliminasi
- sebelum sakit : - pasien mengatakan BAB 2x sehari, dan BAK
3-4x sehari.
- selama sakit : - Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 2x
sehari.
4) Pola aktivitas & latihan
- sebelum sakit : Pasien mengatakan di rumah melakukan
aktivitas seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah
sebelum akhirnya masuk rumah sakit.
- selama sakit
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
10
Ambulasi / ROM √
11
Peran digantikan oleh anggota keluarga yang lain.
10) Pola manajemen koping-stress
- sebelum sakit : pasien biasanya menyelesaikan masalah
dengan anak & suaminya dengan musyawarah
- selama sakit : masalah diselesaikan oleh keluarga.
11) Sistem nilai & keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan menganut agama islam dan
mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya adalah cobaan dari tuhan.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien lemah
Tanda vital:
12
Inspeksi : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, tampak
simetris, mukosa hidung kemerahan, tidak ada tanda peradangan,
terpasang nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab, warna coklat, bibir simetris, tidak ada
massa, tidak ada luka
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang
leher tampak simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan
nyeri telan.
7. Dada
Inspeksi : ekspansi dada tidak sama
Palpasi : nyri tekan di bagian thoraks, vokal fremitus menurun
Perkusi : pekak tumpul
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : terdengar peristaltik usus 10x/menit.
Perkusi : terdengar suara pekak
Palpasi : nyeri tekan, terdapat pembesaran prgan hati.
9. Kemampuan otot : tidak terdapat fraktur di bagian tubuh
manapun
5 5
5 5
i. Pemeriksaan laboratorium : GDA
1. pH darah normal (arteri): 7,10
4. Saturasi oksigen: 94
13
2.2 Analisa Data
Do :
PCO2 : 45 mmHg
Dispnea
14
2 Ds : Pasien mengatakan nyeri dibagian dada dan perut Peningkatan tekanan di pleura Nyeri Akut
Nyeri Akut
3. Ds : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang Peningkatan tekanan di pleura Ketidakeimbangan nutrisi :
15
Nyeri abdomen
Ketidakseimbangan nutrisi
Diagnosa :
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas tidak normal d.d sesak napas.
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan cairan d.d agen cedera biologis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari tubuh b.d faktor biologis d.d nyeri abdomen.
16
2.3 Intervensi
17
ditingkatkan ke 5 3. Monitor pola pernapasan abnormal
18
ditingkatkan ke skala 5 Pemberian Analgesik (2210) :
1. Frekuensi gejala dipertahankan pada 3. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
skala 3 ditingkatkan ke skala 5 memberikan analgesik
2. Gangguan mobilitas fisik
4. Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval
dipertahankan pada skala 3
yang teratur pada setiap setelah pemberian
ditingkatkan ke skala 5
khususnya pemberian pertama kali dan
observasi adanya tanda dan gejala efek samping
(misalnya depresi pernapasan)
19
Status Nutrisi (1004) : 3. Identifikasi abnormalitas liminasi bowel
20
2.4 Evaluasi
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf & Nama
Dx
21
3. Senin, 28 Oktober 2019 S : pasien mengatakan mau makan sedikit tapi sering £
O : 2x sehari, BB : 51 kg
Pukul 10.00
A : masalah teratasi sebagian Ns. L
P : Lanjutkan intervensi monitor cairan poin 1,2,dan 3
22
Etiologi Efusi Pleura
transudat eksudat
23
hipoksia O2 berkurang, darah kaya CO2
Ketidakefektifan Pola Nafas
24
DAFTAR PUSTAKA
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Editor T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC
Ross and Wilson. (2014). Anatomy and Physiology in Health and Illness. 12th
edition. Singapore: Elsevier.
Yang, W., , Bo Zhang., and Ze-Ming Zhang. (2017). Infectious Pleural Effusion
Status And Treatment Progress. Journal Thoracic Disease. Vol
9(11):4690-4699.
25