Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Anggalia Nur Mahjuroh
NIM 172310101200
D 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns. Nur Widayati, MN

Oleh :
Anggalia Nur Mahjuroh
NIM 172310101200
D 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan Efusi
Pleura”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal,
2. Ns. Nur Widayati, MN dosen yang telah membimbing dalam penyelesaian
tugas ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik,
3. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................................... i

HALAMAN COVER ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 1

1.1 Definisi ........................................................................................................................ 1

1.2 Anatomi Fisiologi ...................................................................................................... 1

1.3 Epidemiologi ..................................................................................................... 2

1.4 Etiologi ........................................................................................................................ 2

1.5 Klasifikasi ................................................................................................................... 3

1.6 Patofisiologi ................................................................................................................ 4

1.7 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 4

1.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 5

1.9 Pemeriksaan Medis .................................................................................................... 7

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 8

2.1 Pengkajian................................................................................................................... 8

2.2 Diagnosa ................................................................................................................... 13

2.3 Intervensi................................................................................................................... 15

2.4 Evaluasi ..................................................................................................................... 18

BAB 3. PATHWAYS .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

iv
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura (Black
and Jane, 2014).
Efusi pleura, yaitu akumulasi cairan yang berlebihan di ruang pleura,
yang diakibatkan dari ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran cairan pleura. Akumulasi cairan pleural bukan penyakit
spesifik, melainkan refleksi dari patologi yang mendasarinya. Efusi pleura
menyertai berbagai gangguan paru-paru, pleura, dan gangguan sistemik
(Karkhanis, 2012).
Jadi efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal yang terjadi
di dalam rongga pleura diantara visceral dan parietal.
1.2 Anatomi Fisiologi

Pleura merupakan membaran serosa yang tertutup dan berisi sedikit


cairan. Pleura membentuk 2 lapisan yaitu lapisan yang melekat pada paru-
paru disebut dengan pleura viseral, sedangkan lapisan yang melekat di
dalam dinding dada dan permukaaan diafragma disebuut dengan pleura
parietal. 2 lapisan tersebut terpisah oleh rongga pleura yang mengandung
sejumlah cairan pleura tertentu (Ross dan Wilson, 2014).
Dalam kondisi sehat 2 lapisan ini dipisahkan oleh selaput cairan
serosa yang dapat menyebabkan gerakan bebas dan mencegah gesekan
antara lapisan saat respirasi. Terpisahnya cairan tersebut diakibatkan
karena perbedaan tegangan permukaan antara membran dan cairan.

1
Sehingga penting dalam menjaga pengembangan paru terhadap dinding
dada. Apabila salah satu pleura mengalami kebocoran maka udara akan
tersedot ke dalam rongga dan sebagian bahkan seluruh bagian paru akan
mengalami kolaps (Ross dan Wilson, 2014).
Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mL, terdiri dari
makrofag (75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.
Cairan pleura normal mengandung protein 1 – 2 g/100 mL.9 Elektroforesis
protein cairan pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura
setara dengan kadar protein serum, namun kadar protein berat molekul
rendah seperti albumin, lebih tinggi dalam cairan pleura.3 Kadar molekul
bikarbonat cairan pleura 20 – 25%. Normalnya cairan pleura adalah 0,13
mL/kg BB. Sehingga Keseimbangan jumlah cairan pleura diatur oleh
komponen-komponen gaya Starling dan sistem penyaliran limfatik pleura
(Pratomo dan Faisal, 2013).
1.3 Epidemiologi
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini
terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara
industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang.
Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita
efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura
mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya. WHO
memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah menghirup udara kotor
akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang
berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan seperti efusi pleura.
1.4 Etiologi
Penyebab efusi pleura merupakan penyebab kelainan patologi pada
rongga pleura yang bermacam- macam, adalah :
1. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi
a. Gangguan Kardiovaskuler

2
b. Emboli Pulmonal
2. Efusi pleura karena virus dan mikroplasma
Efusi pleura karena virus atau mikroplasma agak jarang. Bila
terjadi tidak banyak. Jenis- jenis virusnya adalah : ECHO Virus,
Coxsackie, Chlamydia, Ricketsia dan Mikroplasma.

3. Efusi pleura karena bakteri piogenik


Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari
jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang
melalui penetrasi diafraghma, dinding dada atau esofagus. Bakteri yang
sering ditemukan adalah bakteri aerob: streptococcus pneumonia,
streptococcus mileri, stafilococcus aureus, hemophillus spp, E. Colli,
Klebsiella, pseudomonas spp. Anaerob: bakteroides spp,
peptostreptococcus, fusobakterium.

4. Efusi pleura karena tuberkulosa


Penyakit kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru
melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.

5. Efusi pleura karena kelainan intra abnominal

a. Sirosis hati
b. Sindroma Meigh
6. Efusi pleura karena neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang
pleura dan pada umumnya menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura karena
neoplasma biasanya unilateral tetapi bisa juga bialteral karena obstruksi
saluran getah bening, adanya metastasis menyebabkan pengaliran cairan
dari rongga peritonial ke rongga pleura melalui diafragma.

1.5 Klasifikasi
Menurut (Morton, 2012) klasifikasi efusi pleura ada 2, yaitu :
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa
membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di

3
sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan
absorbsi cairan pleura. Biasanya terjadi pada kondisi yang
kehilangan protein seperti hipoalbuminemia, sirosis, dan nefrosis.
2. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat.
Biasanya terjadi pada kondisi inflamasi, infeksi, dan keganasan.
1.6 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan
antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal,
cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh
darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma
dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial
masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui
pembuluh limfe di sekitar pleura. Secara garis besar akumulasi cairan
pleura disebabkan karena dua hal yaitu:

1. Pembentukan cairan pleura berlebih


Hal ini dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler
tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung, dan tekanan onkotik di
paru.

Faktor utama mempertahankan tekanan negatif intra pleura


adalah kekuatan osmotik yang terdapat di seluruh membran pleura. Cairan
dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura
parietalis ke ruang pleura dan kemudian di serap kembali melalui pleura
viseralis. Pergerakan cairan pleura dianggap mengikuti hukum Starling
yaitu pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan antara tekanan
hidrostatik darah yang dapat mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik
dari protein plasma yang dapat menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih
perbedaan absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar
daripada selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis dan permukaan

4
pleura viseralis lebih besar daripada plura parietalis sehingga pada ruang
pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa milliliter cairan.

2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik


Akibat obstruksi stomata, gangguan kontraksi saluran limfe,
infiltrasi pada kelenjar getah bening, peningkatan tekanan vena sentral
tempat masuknya saluran limfe dan tekanan osmotic koloid yang menurun
dalam darah. Sistem limfatik punya kemampuan absorbsi sampai dengan
20 kali jumlah cairan yang terbentuk.

Pada orang sehat pleura terletak pada posisi yang sangat


dekat satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang
sangat sedikit, yang berfungsi untuk melicinkan dan membuat
keduanya bergesekan dengan mudah selama bernafas. Sedikitnya
cairan serous menyebabkan keseimbangan diantara transudat dari
kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena dan jaringan limfatik di
selaput visceral dan parietal. Jumlah cairan yang abnormal dapat
terkumpul jika tekanan vena meningkat karena dekompensasi kordis
atau tekanan vena cava oleh tumor intrathorak. Selain itu,
hipoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena rendahnya
tekanan osmotik di kapiler darah.

Efusi dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih, yang mungkin
merupakan cairan transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah
dan purulen. Transudat (filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding
kapiler yang utuh) terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan reabsorpsi cairan pleural terganggu. Biasanya oleh
ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik. Transudat
menandakan bahwa kondisi seperti asites atau gagal ginjal mendasari
penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau
kavitas). Biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor
yang mengenai permukaan pleural.

5
1.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan
yang ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit
(misalnya < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan
hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thoraks. Semakin banyak cairan
maka permukaan efusi akan luas dan restriksi ekspansi paru disertai
dengan beberapa tanda dan gejala, menurut (Black and Jane, 2014) :
1. Dispneu
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit
pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang
terkena
6. Perkusi tumpul
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan raba berkurang
10. Batuk kering
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis efusi pleura,
karena dapat mengidentifikasi adanya cairan di rongga pleura, serta
membedakan cairan dengan udara ataupun cairan lain. Adapn
pemeriksaan yang dapat dilakukan menurut (Karkhanis, 2012) :
1. Pemeriksaan radiologi (Rontgen thorak)
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam
mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam
menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang
dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atas
300 ml.

6
Gambar 1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul
karena efusi pleura

2. Computed Tomography Scan


CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan
dengan jaringan sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan
sebagai daerah berbentuk bulan sabit di bagian yang tergantung dari
hemothorax yang terkena.

Gambar 9. CT Scan pada efusi pleura


3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi efusi pleura.
Nodularity dan / atau penyimpangan dari kontur pleura, penebalan pleura
melingkar, keterlibatan pleura mediastinal, dan infiltrasi dari dinding dada
dan / atau diafragma sugestif penyebab ganas kedua pada CT scan dan
MRI.
4. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)

Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau


tuberculosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding
dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan
dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat
kedua pleura.

7
1.9 Pemeriksaan Medis
Menurut (Yang, Bo, and Ze, 2017) pemeriksaan medis dapat berupa
penatalaksanaan medis dan non-medis, diantaranya :
1. Penatalaksanaan Medis
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru.
Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Pemberian anti biotik
Jika terdapat infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan
obat (tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis
untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.
4. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
5. Water Seal Drainage, jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya
baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
2. Penatalaksanaan Non Medis
1. Tirah baring
2. Dukungan
Kegiatan dalam pemberian dukungan seperti melakukan
konseling dan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan motivasi
agar mencapai keberhasilan dari pengobatan.

8
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang pasien perempuan 47 tahun mengeluh sesak, batuk, dan penurunan
nafsu makan. Pasien memiliki riwayat penyakit tumor pada paru kanan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan gerakan dada asimetris, dimana dada kanan
tertinggal saat bernapas, vokal fremitus dada kanan menurun, redup pada dada
kanan, suara vesikuler menurun pada dada kanan, dan ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening supraklavikula dan coli dekstra, serta hepatomegali.
Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan hipoalbumin dan penurunan fungsi hati.
Pemeriksaan analisis gas darah ditemukan hipoksemia, analisis cairan pleura
menunjukkan suatu eksudat, warna cairan merah keruh dengan eritrosit penuh dan
jumlah sel banyak. Saat dilakukan palpasi terdapat nyeri dengan skala 7 serti
tertimbun benda. Foto thoraks menunjukkan efusi pleura kanan masif. Pada pasien
ini dilakukan evakuasi cairan pleura, pemberiaan analgesik, serta antibiotik. RR :
14x/mnt, Nadi : 90x/mnt, Suhu : 37,50C, TD : 130/90 mmHg, BB 59 kg terpasang
nasal kanul
2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. Z
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bangsal
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak, batuk, dan penurunan nafsu makan, nyeri
pada bagian dada dan perut
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, sesak nafas,hepatomegali dan nyeri.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tumor pada paru kanan.
e. Riwayat penyakit keluarga
-
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan :
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

9
Pasien mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit segera
memeriksakan ke dokter / puskesmas terdekat, anggota keluarga
selalu merawat dan memperhatikan saat ada anggota keluarga yang
sakit.
2) Pola nutrisi/ metabolik
- sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dan habis 1 porsi
dengan menu sayur, nasi, dan lauk-pauk serta tidak ada
pantangan, pasien minum 5-6 gelas air dalam 24 jam/hari 1200
liter.
- selama sakit : pasien menghabiskan 1 porsi makan dari jatah
rumah sakit , pasien minim habis 3 gelas/hari ± 800 liter
- BB sebelum MRS : 59 kg, setelah MRS : 50 kg
3) Pola eliminasi
- sebelum sakit : - pasien mengatakan BAB 2x sehari, dan BAK
3-4x sehari.
- selama sakit : - Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 2x
sehari.
4) Pola aktivitas & latihan
- sebelum sakit : Pasien mengatakan di rumah melakukan
aktivitas seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah
sebelum akhirnya masuk rumah sakit.
- selama sakit
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

10
Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu


petugas, 3: dibantu alat, 4: mandiri
5) Pola tidur & istirahat
- sebelum sakit : Pasien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 21.00-
05.00 WIB
- selama sakit : Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak
dan sering terbangun karena sesak napas
6) Pola kognitif & perceptual
a. Penglihatan : Pasien mengatakan pandangann masih baik dalam
jarak ±3 m, dapat membedakan warna dengan baik, pasien
tampak tidak menggunakan kacamata.
b. Pendengaran : pasien mengatakan dapat mendengar dengan baik
dalam jarak ± 1 m, tidak menggunakan alat bantu dengar
c. Pengecapan : pasien mengatakan masih dapat merasakan rasa
manis, asin, pahit dengan baik
d. Penciuman : pasien mengatakan masih dapat mencium berbagai
macam bau
e. Sensasi : pasien mengatakan bisa merasakan rangsang dicubit,
diraba, ditepuk, dingin, dll dengan baik.
7) Pola Persepsi Diri
- sebelum sakit : Pasien menganggap sembuh atau tidak nya
penyakit sudah ada yang mengatur
- selama sakit : Pasien cemas terhadap penyakitnya yang tidak
sembuh-sembuh.
8) Pola seksualitas & reproduksi
- sebelum sakit : Pasien biasanya melakukan hubungan
seksual 2x dalam seminggu dan tidak pernah mengalami
gangguan seksual.
- selama sakit : Pasien tidak pernah melakukan hubungan
seksual, karena keadaan yang tidak memungkinkan
9) Pola peran & hubungan

11
Peran digantikan oleh anggota keluarga yang lain.
10) Pola manajemen koping-stress
- sebelum sakit : pasien biasanya menyelesaikan masalah
dengan anak & suaminya dengan musyawarah
- selama sakit : masalah diselesaikan oleh keluarga.
11) Sistem nilai & keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan menganut agama islam dan
mempunyai keyakinan bahwa penyakitnya adalah cobaan dari tuhan.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien lemah

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 130/70 mmHg


- Nadi : 90 X/mnt
- RR : 14 X/mnt
- Suhu : 37,5ºC
g. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris,
rambut tidak beruban, kulit kepala kotor.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.
2. Mata
Inspeksi : kedua mata tampak simetris, konjungtiva kuning,
anemis(+), pupil dapat merangsang cahaya, kulit di sekitar mata
kehitaman.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata
bersih dan tidak mudah rontok.
3. Telinga
Inspeksi : tidak terdapat serumen, kedua telinga tampak simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung

12
Inspeksi : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, tampak
simetris, mukosa hidung kemerahan, tidak ada tanda peradangan,
terpasang nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab, warna coklat, bibir simetris, tidak ada
massa, tidak ada luka
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang
leher tampak simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan
nyeri telan.
7. Dada
Inspeksi : ekspansi dada tidak sama
Palpasi : nyri tekan di bagian thoraks, vokal fremitus menurun
Perkusi : pekak tumpul
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : terdengar peristaltik usus 10x/menit.
Perkusi : terdengar suara pekak
Palpasi : nyeri tekan, terdapat pembesaran prgan hati.
9. Kemampuan otot : tidak terdapat fraktur di bagian tubuh
manapun

5 5

5 5
i. Pemeriksaan laboratorium : GDA
1. pH darah normal (arteri): 7,10

2. Tekanan parsial oksigen: 60 mmHg

3. Tekanan parsial karbon dioksida 45 mm Hg

4. Saturasi oksigen: 94

13
2.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Pasien mengatakan sesak Infeksi bakteri Ketidakefektifan pola nafas

Do :

Ekpansi dada tidak simetris


Peradangan
Vocal fremitus menurun

PCO2 : 45 mmHg

PO2 : 60 mmHg Obtruksi jalan nafas


RR : 14x/menit

Dispnea

Ketidakefektifan pola nafas

14
2 Ds : Pasien mengatakan nyeri dibagian dada dan perut Peningkatan tekanan di pleura Nyeri Akut

Do : pasien tampak lemah, konjungtiva anemis

P : pembengkakan hati dan peningkatan cairan di pleura


Ketidakseimbangan cairan
Q : tertimpa benda berat

R : nyeri dada dan perut kanan atas

S:7 Penumpukan cairan di rongga


T : bertahap pleura

Nyeri Akut

3. Ds : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang Peningkatan tekanan di pleura Ketidakeimbangan nutrisi :

D0 : kurang dari kebutuhan tubuh


Ketidakseimbangan cairan
BB : 50 kg
dalam tubuh
1x makan dalam sehari
Penekanan abdomen

15
Nyeri abdomen

Penurunan nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisi

Diagnosa :
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas tidak normal d.d sesak napas.
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan cairan d.d agen cedera biologis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari tubuh b.d faktor biologis d.d nyeri abdomen.

16
2.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Ttd

1 Ketidakefektifan pola Tujuan: Peningkatan Manajemen (Batuk) (3250) : £


nafas b.d pola nafas tidak
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitor fungsi paru, terutama kapasitas vital,
normal d.d sesak napas.
selama 2 x 24 jam, ketidakefektifan pola tekanan inspirasi maksimal, dan tekanan volume Ns. L
nafas diharapkan dengan kriteria hasil: ekspirasi sesuai dengan kebutuhan.

Status pernapasan (0415) : 2. Dukung pasien untuk melakukan nafas dalam


beberapa kali.
1. Frekuensi pernapasan dipertahankan
3. Dukung hidrasi cairan yang sistemik, sesuai
pada 3 ditingkatkan ke 5
kebutuhan.
2. Irama pernapasan dipertahankan pada
Monitor Tanda-Tanda Vital (6680) :
3 ditingkatkan ke 5
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
3. Volume tidal dipertahankan pada 3
pernapasan dengan tepat
ditingkatkan ke 5
2. Monitor irama dan laju pernapasan
4. Kapasitas vital dipertahankan pada 3

17
ditingkatkan ke 5 3. Monitor pola pernapasan abnormal

Keparahan Asidosis Metabolik (0619)

1.Hipoksia dipertahankan pada 3


ditingkatkan ke 5

2.Penurunan pH darah plasma


dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5

2 Nyeri akut b.d Tujuan: Pengaturan Posisi (0840) : £


peningkatan tekanan
cairan d.d agen ceera
Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 1. Posisikan untuk mengurangi dispnea Ns. L
24 jam nyeri akut, diharapkan dengan (semifowler)
biologis
kriteria hasil :
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Tingkat Nyeri (2102) :
3. Monitor status oksigenasi (sebelum dan seusah
1. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan perubahan posisi)
pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
4. Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang
2. Kehilangan nafsu makan sudah dirancang
dipertahankan pada skala 3

18
ditingkatkan ke skala 5 Pemberian Analgesik (2210) :

3. Frekuensi nafas dipertahankan pada 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan


skala 3 ditingkatkan ke skala 5 keparahan nyeri sebelum mengobati pasien

Keparahan Gejala (2103) : 2. Cek adanya alergi obat

1. Frekuensi gejala dipertahankan pada 3. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
skala 3 ditingkatkan ke skala 5 memberikan analgesik
2. Gangguan mobilitas fisik
4. Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval
dipertahankan pada skala 3
yang teratur pada setiap setelah pemberian
ditingkatkan ke skala 5
khususnya pemberian pertama kali dan
observasi adanya tanda dan gejala efek samping
(misalnya depresi pernapasan)

3. Ketidaksseimbangan Tujuan: Monitor Nutrisi (1160) : £


nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 1. Timbang berat badan pasien Ns. L
24 jam kebutuhan nutrisi, diharapk/an
faktor biologis d.d nyeri 2. Identifikasi perubahan berat badan terakhhir
dengan kriteria hasil :
abdomen.

19
Status Nutrisi (1004) : 3. Identifikasi abnormalitas liminasi bowel

1. Asupan gizi dipertahankan pada skala Manajemen Cairan (4120) :


3 ditingkatkan ke skala 5
1. Timbang berat badan setiap harinya dan monitor
2. Asupn makanan dipertahankan pada status pasien
skala 3 ditingkatkan ke skala 5
2. Jaga intake/output pasien
3. Rasio berat badan dipertahankan pada
3. Monitor status gizi
skala 3 ditingkatkan ke skala 5
4. Tawari makanan ringan (misalnya minuman
Tingkat Nyeri (2102) :
ringan, buah-buahan)
1. Kehilangan nafsu makan dipertahankan
5. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
pada skala 2 ditingkatkan ke skala 5

2. Intoleransi makanan dipertahankan


pada skala 2 ditingkatkan ke skala 5

20
2.4 Evaluasi
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf & Nama
Dx

1 Senin, 28 Oktober 2019 S : pasien mengatakan sesak berkurang £


O:
Pukul 10.00
TD : 120/70 mmHg Ns. L
RR : 21x/menit
S : 37oC
N : 80x/menit
Irama pernapasan reguler
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

2 Senin, 28 Oktober 2019 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang £


O : pasien terlihat lebih tenang, skala nyeri 4
Pukul 10.00
A : masalah teratasi sebagian Ns. L
P : lanjutkan intervensi pengaturan posisi poin 4

21
3. Senin, 28 Oktober 2019 S : pasien mengatakan mau makan sedikit tapi sering £
O : 2x sehari, BB : 51 kg
Pukul 10.00
A : masalah teratasi sebagian Ns. L
P : Lanjutkan intervensi monitor cairan poin 1,2,dan 3

22
Etiologi Efusi Pleura

- peningkatan tekanan hidrostatik - peningkatan permeabilitas kapiler


- penurunan tekanan koloid osmotik

transudat eksudat

Ketidakseimbangan tekanan pleura

Akumulasi cairan dalam pleura Nyeri

abdomen tertekan Respirasi tidak maksimal

mual penurunan volume tidal

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Dipsnea


Difusi O2 dalam sel kurang

23
hipoksia O2 berkurang, darah kaya CO2
Ketidakefektifan Pola Nafas

Timbunan asam lakta meningkat Intoleran Aktifitas

Defisit Perawatan diri Keletihan

24
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M and Jane H. H. (2014). Medical Surgical Nursing: Clinical


Management for Positive Outcomes. 8 th edition. Singapore: Elsevier.

Buluchek, Gloria, M. et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC). 6th


edition. United States of Amerika : Elsevier.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Profil Penderita Efusi


Pleura.
Karkhanis, Vinaya S and Jyotsna M Joshi. (2012). Pleural effusion: diagnosis,
treatment, and management. Open Access Emergency Medicine. 4: 31–
52.

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Moorhead, Sue. et al. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC). 5thEdition.


United States of America : Elsevier.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Editor T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Ross and Wilson. (2014). Anatomy and Physiology in Health and Illness. 12th
edition. Singapore: Elsevier.
Yang, W., , Bo Zhang., and Ze-Ming Zhang. (2017). Infectious Pleural Effusion
Status And Treatment Progress. Journal Thoracic Disease. Vol
9(11):4690-4699.

25

Anda mungkin juga menyukai