Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Diana Newvitasari
NIM 172310101188

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns. Nur Widayati, S.Kep.,MN

Oleh :
Diana Newitasari
NIM 172310101188

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan (TB
PARU)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal, dan juga sebagai dosen pengampu yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik,
2. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
1.1 Definisi ................................................................................................................4
1.2 Anatomi dan Fisiologi .........................................................................................4
1.3 Epidimiologi .......................................................................................................6
1.4 Etiologi ................................................................................................................6
1.5 Klasifikasi.............................................................................................................7
1.6 Patofisiologi.........................................................................................................9
1.7 Manifestasi Klinis ...............................................................................................10
1.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................10
1.9 Penatalaksanaan Medis .......................................................................................11
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................13
2.1 Pengkajian ...........................................................................................................13
2.2 Analisis data ........................................................................................................19
2.3 Prioritas diagnosa ................................................................................................20
2.4 Intervensi .............................................................................................................21
2.5 Implementasi .......................................................................................................25
2.6 Evaluasi ...............................................................................................................26
BAB 3. PATHWAYS
....................................................................................................................................
28DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit mikrobakterial paling terserang
selama sejarah manusia, selain lepra. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi
yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis.
Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe ( Black, J ., Jane. 2014). Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah
dikenal sejak dahulu kala dan telah melibatkan manusia sejak zaman purbakala, seperti
terlihat pada peninggalan sejarah. TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang
paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Manurung, S., et al. 2009).
1.2 Anatomi dan Fisiologi
Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu sistem lain yang bekerja dalam
tubuh dan dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses
homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi dua bagian, yakni saluran
pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah.Setelah melalui saluran hidung dan faring,
tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan oleh uap air, udara inspirasi
berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus, bronkiolus respiratorius, dan duktus
alveolaris sampai alveolus.
Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. Di sebagian besar daerah,
udara dan darah hanya dipisahkan oleh epitel alveolus dan endotel kapiler sehingga
keduanya hanya terpisah sejauh 0,5 μm. Tiap alveolus dilapisi oleh 2 jenis sel epitel, yaitu
sel tipe 1 dan sel tipe 2. Sel tipe 1 merupakan sel gepeng sebagai sel pelapis utama,
sedangkan sel tipe 2 (pneumosit granuler) lebih tebal, 16 banyak mengandung badan
inklusi lamelar dan mensekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat lemak yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan.
Paru-Paru

4
Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran udara.
Tiap paru memiliki: apeks yang mencapai ujung sternal kosta pertama, permukaan
costovertebral yang melapisi dinding dada, basis yang terletak di atas diafragma dan
permukaan mediastinal yang menempel dan membentuk struktur mediastinal di sebelahnya
(Syaifuddin, 2006)

Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fissura obliqus
dan horizontal. Paru kiri hanya memiliki fissura obliqus sehingga tidak ada lobus tengah.
Segmen lingular merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun,
secara anatomis lingual merupakan bagian dari lobus atas kiri. Struktur yang masuk dan
keluar dari paru melewati hilus paru yang diselubungi oleh kantung pleura yang longgar.
Setiap paru diselubungi oleh kantung pleura berdinding ganda yang membrannya
melapisi bagian dalam toraks dan menyelubungi permukaan luar paru. Setiap pleura
mengandung beberapa lapis jaringan ikat elastik dan mengandung banyak kapiler. Diantara
lapisan pleura tersebut terdapat cairan yang bervolume sekitar 25-30 mL yang disebut cairan
pleura. Cairan pleura tersebut berfungsi sebagai pelumas untuk gerakan paru di dalam
rongga.
Bronki dan jaringan parenkim paru mendapat pasokan darah dari arteri bronkialis
cabang-cabang dari aorta thoracalis descendens. Vena bronkialis, yang juga berhubungan
dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena azigos dan vena hemiazigos. Alveoli
mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang terminal arteri pulmonalis dan darah yang
teroksigenasi mengalir kembali melalui cabang-cabang vena pulmonalis. Dua vena
pulmonalis mengalirkan darah kembali dari tiap paru ke atrium kiri jantung.
Drainase limfatik paru mengalir kembali dari perifer menuju kelompok kelenjar getah
bening trakeobronkial hilar dan selanjutnya menuju trunkus limfatikus mediastinal. Paru
dipersyarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal paru. Pleksus ini terdiri dari
serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus).
Serabut eferen dari pleksus mensarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari
membran mukosa bronkioli dan alveoli.

5
1.3 Epidimiologi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di
dunia. TB paru dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara
(droplet dahak pasien TB paru). Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu
tahun, kuman M. tuberculosis telah membunuh sekitar 2 juta jiwa, dan WHO
diperkirakan bahwa pada tahun 2002-2020 ada sekitar 2 miliar orang yang terinfeksi
kuman ini, di mana 5-10% di antara infeksi akan berkembang menjadi penyakit, 40% di
antara yang sakit dapat berakhir dengan kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu sebanyak
2-4 orang terinfeksi tuberkulosis setiap detiknya dan hampir 4 orang setiap menit
meninggal karena tuberkulosis. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah
penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia
adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka
prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB
terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh karena itu kerugian ekonomi akibat TB
juga cukup besar. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di
Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah
merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai.

1.4 Etiologi
TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh M. Tuberulosis, suatu
bakteri aerob yang tahan asam (acid fast bacillus [AFB]). TB merupakan infeksi melalui
udara dan umumnya didapatkan dengan inhalasi partikel kecil (diameter 1-5 mm) yang
mencapai alveolus. Droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk, tertawa, atau bersin.

6
Droplet nuklei terinfeksi kemudian dapat terhirup oleh orang yang rentan (inang).
Sebelum terjadi infeksi paru, organisme yang terhirup harus melewati mekanisme
pertahanan paru dan menembus jaringan paru.
Paparan singkat dengan TB biasanya tidak menyebabkan infeksi. Orang yang
paling umum terserang infeksi adalah orang yang sering melakukan kontak dekat
berulang dengan orang yang terinfeksi yang penyakitnya masih belum terdiagnosis.
Populasi risiko tinggi lainnya adalah penggunaan obat-obatan intraena, tuna wisma, dan
orang yang karena pekerjaannya sering terpapar TB aktif (Black, J ., Jane. 2014).
1.5 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi
kasus” yang meliputi empat hal , yaitu: 1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau
ekstra paru; 2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif
atau BTA negatif; 3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat. 4. Riwayat
pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah: 1. Menentukan paduan
pengobatan yang sesuai 2. Registrasi kasus secara benar 3. Menentukan prioritas
pengobatan TB BTA positif 4. Analisis kohort hasil pengobatan
- Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

- Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu pada TB Paru:


1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

7
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru
BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

- Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.


1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin

- Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasarkan


riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
3. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.

8
4. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis
spesialistik.

1.6 Patofisiologi
Infeksi Primer (Pertama)
Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi TB. Infeksi TB primer
biasanya menyerang apeks dari paru-paru atau dekat pleura dari lobus bawah. Walaupun
infeksi primer, dapat berupa mikroskopik (sehingga tidak muncul pada rongten dada).
Lokasi infeksi primer dapat atau dapat tidak mengalami proses degenerasi nekrotik, yang
disebut kaseasi karena menghasilkan rongga yang terisi massa seperti keju yang berisi
basil tuberkel, sel darah putih mati, dan jaringan paru nekrotik. Seiring waktu, material ini
mencair, dan keluar ke dalam saluran trakeobronkial, dan dapat dibatukkan keluar.
Kebanyakan TB primer dapatsembuh dalam periode beberapa bulan dengan membentuk
jaringan parut dan kemudian lesi kalsifikasi, yang disebut sebagai kompleks ghon. Lesi-
lesi tersebut dapat mengandung basilus hidup yang dapat mengalami reaktivasi, terutama
jika klien mengalami masalah imunitas, bahkan setelah bertahun-tahun, dan
menyebabkan infeksi sekunder.
Infeksi Sekunder
Selain penyakit primer progresif, terinfeksi ulang juga dapat menyebabkan bentuk
klinis TB aktif, atau infeksi sekunder. Lokasi infeksi primer yang mengandung basilus TB
mungkin tetap laten bertahun-tahun dan dapat mengalami reaktivitas jika resistensi klien
turun. Oleh karena dimungkinkan terjadinya infeksi ulang dan karena lesi dorman dapat

9
mengalami reaktivasi, maka penting bagiklien dengan infeksi TB untuk dikaji secara
periodik (Black, J ., Jane. 2014).

1.7 Manifetasi Klinis


Gejala sistemik
a. Demam
Demam adalah gejala pertama yang timbul dari tuberkulosis paru, biasanya timbul
pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip dengan influenza yang akan
mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam
yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Demam dapat mencapai
suhu tinggi yaitu 40°-41°C.
b. Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak
badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan kurus, sakit kepala, mudah lelah
dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
Gejala Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk mula-
mula terjadi karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada
bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
b. Batuk darah
Batuk darah teradi karena pecahnya pembuluh darah. Batuk darah tidak selalu timbul
akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi
pada mukosa bronkus.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut denga kerusakan paru yang cukup
luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul jika sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini
dapat bersifat lokal atau pleuritik.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan radiologis

10
Tuberkulosis dapat memberikan gambaran yang bermacam-macam pada foto rontgen
toraks, akan tetapi ada beberapa gambaran yang karakteristik untuk tuberkulosis paru
yaitu:
1. Apabila lesi terdapat terutama dilapangan diatas paru
2. Bayangan berwarna atau bercak
3. Terdapat kavitas tunggal atau multipel
4. Terdapat klasifikasi
b. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah
Pada TB Paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit dan laju endap darah
(LED).
2. Sputum BTA
Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan kuman tuberkulosis.
Dilakukan 3 kali berturut-turut dan biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu.
c. Test tuberculin (mantoux test)
Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk pada anak-anak.biasanya diberikan suntikan
PPD (Protein Perified Deriation) secara intra cutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan. Penilaian test
tuberkulosis ini dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan dengan mengukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi pada lokasi suntikan. Indurasi berupa
kemerahan dengan hasil sebagai berikut:
Indurasi 0-5 mm: negatif.
Indurasi 6-9 mm: meragukan
Indurasi >10 mm: positif

1.9 Penatalaksanaan Medis


A. Terapi non farnakologi
Upaya yang dapat dilakukan oleh pasien TB adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan mengurangi makanan yang tinggi natrium dan kafein. Salah
satu penyebab munculnya penyakit TBC adalah kekurangan gizi seperti mineral dan
vitamin. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh. Selain itu penderita
TB paru harus mengkondisikan lingkungannya sehat seperti rumah harus ada cahaya
matahari yang masuk ke rumah.

11
Kegiatan pemberian konseling, edukasi kesehatan, dan motivasi pada pasien TB
MDR dan anggota keluarga mereka tentang penyakit dan perlunya pengobatan teratur
sampai selesai adalah sangat penting. Dukungan psikososial kepada pasien TB MDR
untuk tercapainya keberhasilan pengobatan. Penyuluhan khusus juga diberikan kepada
pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika
batuk atau bersin, atau lebih disarankan menggunakan masker, mencuci tangan dengan
sabun setelah batuk atau bersin) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b).
B. Terapi farmakologi
1. Isoniazid (INH)
Obat ini diberikan secara per oral, namun bisa juga dengan menggunakan
intramuskular dan intravena. INH murah dan dapat diberikan tiap hari atau 2
hingga 3 kali seminggu. INH dimetabolisme oleh hati dan harus dihentikan
sementara jika enzim hati meningkat hingga tiga kali nilai normal atau muncul
tanda-tanda toksisitas hepatik (seperti mual, muntah, anoreksia, kelelahan, atau
jaundis).
2. Rifampin (RIF)
Obat ini dapat diberikan secara oral atau intravena dan dimetabolisme oleh hati.
INH dan RIF adalah bakterisida dan kombinasi kedua obat ini memungkinkan
aksi melawan organisme yang aktif, lambat, dan tumbuh secara intermiten.efek
samping RIF yang timbul adalah membuat cairan tubuh seperti urine, keringat, air
liur, sputum, dan air mata menjadi berwarna oranye. Selain itu, pasien akan
merasa mual dan dapat dikurangi dengan membagi dosis menjadi separuh dan
meminumnya dua kali sehari dengan makanan dibandingkan meminum sekali
sehari.
3. Pirazinamid dan Etambutol
Kedua obat ini memberikan efek tambahan yang mengurangi risiko resistensi obat
yang dapat meningkatkan respon klien terhadap terapi. Pirazinamid diberikan
pada klien karena efekna mengeliminasi bakteri yang resisten terhadap INH dan
RIF. Etambutol juga diberikan pada klien hingga suseptibilitas terhadap INH dan
RIF telah dibuktikan, dan kemudian etambutol dapat dihentikan

12
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR KASUS

1.1 Pengkajian
1.1.1 Identitas klien
Nama : Ny. S No. RM : 008501
Umur : 35 tahun Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis : Perempuan Status Perkawinan : Kawin
Kelamin
Agama : Islam Tanggal MRS : 20 Oktober 2015
Pendidika : SD Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2015
n
Alamat : Karawang sari Sumber Informasi : Klien, keluarga,
rekam medic

1.1.2 Riwayat kesehatan


1) Diagnosa medic
TB (Tuberkulosis) Paru
2) Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk disertai sputum, nyeri pada dada , keluar keringat
dingin pada malam hari, kemudian pasien masuk ke rs di IRD pada tanggal 27-04-2018
dan di tempatkan di ruangan dahlia dengan tangan sebelah kiri di pasang infus d 5 drip
amiono 2 tetes.
4) Riwayat penyakit terdahulu
pasien mengatakan 3 bulan batuk disertai sesak dan pernah menjalani pengobatan di
puskesmas jenu kemudian di bawah ke rsud dr. Koesma dan sebelumnya sudah pernah
menderita penyakit seperti yang di deritanya saat ini.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluaraga pasien yang menderita penyakit seperti yang di
deritanya seperti sekarang

13
1.1.3 Pengkajian Keperawatan
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit segera memeriksakan ke
dokter / puskesmas terdekat, anggota keluarga selalu merawat dan memperhatikan saat
ada anggota keluarga yang sakit.
2) Pola nutrisi/ metabolik
-      sebelum sakit       : pasien makan 3x sehari dan habis 1 porsi dengan menu sayur,
nasi, dan lauk-pauk serta tidak ada pantangan, pasien minum 5-6 gelas air dalam 24
jam/hari 1200 liter.
-      selama sakit   : pasien menghabiskan 1 porsi makan dari jatah rumah sakit , pasien
minim habis 4 gelas/hari ± 800 liter dan mendapat terapi infus D5 drip amino 21 tetes.

3) Pola eliminasi
-      sebelum sakit        : - pasien mengatakan BAB 2x sehari, dan BAK 3-4x
sehari.
-      selama sakit            : - Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 3x sehari.

4) Pola aktivitas & latihan


-      sebelum sakit : Pasien mengatakan pernah menjadi TKW dan pulang kerumah
sebagai IRT, biasanya px di rumah melakukan aktivitas seperti
memasak, mencuci dan membersihkan rumah sebelum akhirnya
masuk rumah sakit.
-      selama sakit                        
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri
5) Pola tidur & istirahat

14
-      sebelum sakit      : Pasien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 21.00-05.00 WIB dan
sebelum tidur pasien mempunyai kebiasaan menonton TV dan minum susu.
-      selama sakit            : Pasien tidur ± 5-6 jam/hari dari jam 23.00-05.00 WIB,
terbangun jika pasien merasa haus dan mendengar suara keluarga px lain.

6) Pola kognitif & perceptual


a. Penglihatan : Pasien mengatakan pandanganna masih baik dalam jarak ±3 m, dapat
membedakan warna dengan baik, pasien tampak tidak menggunakan kacamata.
b. Pendengaran : pasien mengatakan dapat mendengar dengan baik dalam jarak ± 1
m, tidak menggunakan alat bantu dengar
c. Pengecapan : pasien mengatakan masih dapat merasakan rasa manis, asin, pahit
dengan baik
d. Penciuman : pasien mengatakan masih dapat mencium berbagai macam bau
e. Sensasi : pasien mengatakan bisa merasakan rangsang dicubit, diraba, ditepuk,
dingin, dll dengan baik.
7) Pola Persepsi Diri
-      sebelum sakit      : Pasien menganggap sembuh atau tidak nya penyakit sudah ada
yang mengatur
-      selama sakit        : Pasien cemas terhadap penyakitnya yang tidak sembuh-
sembuh.
8) Pola seksualitas & reproduksi
-      sebelum sakit       : Pasien biasanya melakukan hubungan seksual 2x dalam
seminggu dan tidak pernah mengalami gangguan seksual.
-      selama sakit         : Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual, karena
keadaan yang tidak memungkinkan
9) Pola peran & hubungan
-
10) Pola manajemen koping-stress
-      sebelum sakit       : pasien biasanya menyelesaikan masalah dengan anak &
suaminya  dengan musyawarah
-      selama sakit         : masalah diselesaikan oleh keluarga.

11) Sistem nilai & keyakinan


pasien dan keluarga mengatakan menganut agama islam dan mempunyai keyakinan
bahwa penyakitnya adalah cobaan dari tuhan.
15
1.1.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:

Pasien lemah

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 110/60 mm/Hg


- Nadi : 120 X/mnt
- RR : 32 X/mnt
- Suhu : 38ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
 Inspeksi  : pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris, rambut tidak beruban,
kulit kepala kotor.
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.
2. Mata
  Inspeksi  : kedua mata tampak simetris, konjungtiva merah muda, anemis(-), pupil dapat
merangsang cahaya, sklera putih jernih, kulit di sekitar mata kehitaman.
Palpasi     : tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata bersih dan tidak mudah
rontok.
3. Telinga
Inspeksi    : tidak terdapat serumen, kedua telinga tampak simetris. 
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan.

4. Hidung
Inspeksi    : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, terpasang O 2 kanul sebanyak 2
liter/menit, tampak simetris, mukosa hidung kemerahan, tidak ada tanda peradangan.
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan.

5. Mulut
Mukosa bibir lembab, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa, tidak ada luka,

6. Leher
Inspeksi    : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang leher tampak simetris.
16
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan nyeri telan.

7. Dada
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
anterior-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Gerakan pernapasan tidak
simetris, sehingga terlihat pada sisi sakit pergerakan dadanya tertinggal. Batuk dan
sputum, nyeri dengan skala7.
- Palpasi :
Palpasi trachea dan gerakan dinding thoraks anterior / ekskrusi pernapasan.
- Perkusi :
Terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi :
Terdapat bunyi tambahan ronkhi.

8. Abdomen
Inspeksi    : bentuk simetris, tidak ada lesi, dinding perut lebih datar.
Auskultasi            : terdengar peristaltik usus 15x/menit.
Perkusi      : terdengar suara timpany.
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan, turgor baik.

9. Kemampuan otot
tidak terdapat fraktur di bagian tubuh manapun             

55

55

1.1.5 Pemeriksaan penunjang dan laboratorium


1.      Pemeriksaan Laboratorium
- Pada pemeriksaan mikroskopis dahak ditemukan BTA +.
2.      Pemeriksaan Radiologi
- Ditemukan tanda-tanda lendir di bagian atas paru ( infiltrat ).
17
- Corakan vaskuler meningkat disekitar bronchus.
- Kadang-kadang ditemukan rongga pada alveolus paru ( cavitas ).

Dosis obat antituberkulosis

Obat Dosis harian  Dosis 2x/minggu  Dosis 3x/minggu


(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

18
1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Pasien mengatakan sesak dan mycobaccterium TB Bersihan jalan nafas
batuk tidak efektif
Do : Terdengar suara tambahan
whezing pasien tampak lemas terdapat infeksi saluran nafas

penarikan intercosta.

filtrasi sel radang


TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
penumpukan sputum
S   : 37oC
pada saluran nafas
N   : 120x/menit

penempitan lumen
indo bronkus

Bersihan jalan nafas


2 Ds : Pasien mengatakan sesak penurunan jaringan Ketidakefektifan
Do : efektif paru pola nafas
RR: 32x/menit

penggunaan otot
bantu pernafasan

Ketidakeektifan pola
nafas

19
3 Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Perubahan cairan
dada. pleura
Nyeri akut
Do : skala nyeri 7
Inflamasi di rongga
pleura

Nyeri pada dada

Nyeri akut

4. Ds: - Infeksi saluran nafas Hipertermi


Do:
Filtrasi sel radang
TTV: - S : 38°C
Gangguan
termoregulasi

Hipertermi

20
1.3 Prioritas diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d TB paru (infeksi dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis) d.d adanya suara nafas tambahan, sputum
dalam jumlah berlebihan, dispnea .
b. Ketidakefektifan pola pernapasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura d.d dispnea, pola
pernafasan yang abnormal.
c. Nyeri akut b.d inflamasi paru d.d klien tampak dengan wajah meringis,
merintih,menangis,meregang
d. Hipertermi b.d proses inflamasi aktif

21
1.4 Intervensi
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd
o
1 Bersihan jalan Tujuan:
napas tidak Setelah dilakukan 1. kaji fungsi respirasi antara 1. Mengetahui di bagian fungsi
efektif b.d TB intervensi lain suara, jumlah, irama, respirasi mana yang mengalami gangguan
paru (infeksi keperawatan selama 3 dan kedalaman napas serta 2. Mengetahui seberapa adekuat
bakteri x 24 jam kebersihan catatan pula mengenai pasien dalam mengeluarkan sekret
Mycobacterium jalan nafas menjadi penggunaan otot napas 3. Agar pasien dapat
tuberculosis) d.d efektif tambahan. mengeluarkan sekret secara efektif
adanya suara KH: 2. catat kemampuan untuk 4. Agar pasien nyaman
nafas tambahan, - Mempertahankanj mengeluarkann 5. Agar pasien bernafas secara
sputum dalam secret/batuk secara efektif. efektif tidak ada hambatan
£
alan napas pasien
jumlah ditingkatkan dari 3. Ajarkan klien batuk 6. Agar pasien mudah untuk
berlebihan, skala 1 (berat) ke efektif bernafas dan mengeluarkan sekret
dispnea. skala 3 (sedang). 4. atur posisi tidur pasien
- Kemampuan fowler/semifowler
Mengeluarkan 5. Bersihkan sekret dari
sekret ditingkatkan dalam mulut atau trakea.
dari skala 1 (berat) suction bila perlu

22
ke skala 3 6. Berikan obat yang
(sedang). meningkatkan atensi jalan
- Suara nafas nafas (bronkodilator dan
tambahan inhaler)
ditingkatkan dari
skala 1 (berat) ke
skala 3 (sedang).

2 Ketidakefektifan Tujuan: 1. Kaji fungsi 1. Mengetahui


pola pernapasan Setelah dilakukan pernapasan, catat bagian fungsi pernafasan pasien yang
b.d menurunnya perawatan selama 3 x kecepatan pernapasan, mengalami gangguan
ekspansi paru 24 jam dispnea, sianosis, dan 2. Agar pasien
sekunder ketidakefektifan pola perubahan tanda vital. merasa nyaman
terhadap pernafasan pada klien 2. Berikan posisi 3. Agar cairan
penumpukan dapat efektif fowler/semifowler dalam rongga pleura dapat dikeluarkan
cairan dalam KH: tinggi dan miring pada 4. Untuk memantau £
rongga pleura d.d sisi yang sakit, bantu apakah penghisap sesuai dengan
Frekuensi, Irama dan
dispnea, pola klien latihan napas fungsinya dan isapan yang dilakukan
kedalaman pernafasan
pernafasan yang dalam dan batuk sesuai dengan yang telah diatur
dalam rentang normal
abnormal. efektif. 5. Agar jika cairan
3. Kolaborasi untuk yang sudah penuh bisa diganti dengan

23
tindakan WSD botol yang lain
4. Bila dipasang WSD : 6. Untuk
periksa pengisap dan mengetahui apakah ada gelembung di
jumlah isapan yang botol penampungan
benar.
5. Periksa batas cairan
pada botol pengisap
dan pertahankan pada
batas yang ditentukan.
6. Observasi gelembung
udara pada botol
penampungan

3 Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. untuk mengetahui nyeri yang dialami oleh
inflamasi paru Setelah dilakukan komprehensif yang meliputi pasien
d.d klien tampak perawatan selama 2 x lokasi, karakteristik, 2. agar pasien merasa nyaman
dengan wajah 24 jam nyeri klien onset/durasi, frekuensi, 3. agar pasien dapat mengurangi nyeri yang £
meringis, berkurang kualitas, intensitas, atau dialaminya
merintih, KH: beratnya nyeri dan faktor
4. agar pasien dapat melakukan berbagai
menangis, - Ketidaknyamanan pencetus
macam cara untuk menurunkan nyeri
meregang dan ditingkatkan dari 2. Kurangi atau eliminasi
menggeliat. skala 1 (berat) ke faktor-faktor yang dapat

24
skala 3 (sedang) mencetuskan atau
- Gangguan meningkatkan nyeri
pergerakan fisik 3. Ajarkan prinsip-prinsip
ditingkatkan dari manajemen nyeri
skala 1 (berat) ke 4. Pilih dan implementasikan
skala 3 (sedang) tindakan yang beragam
untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan

4. Hipertermi b.d Tujuan: 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien
proses inflamasi Setelah dilakukan 2. Observasi suhu kulit dan 2. Untuk mengetahui peningkatan suhu
aktif tindakan keperawatan catat keluhan demam tubuh pasien
1x24 jam diharapkan 3. Beri masukan cairan sesuai 3. Untuk menanggulangi terjadinya syok
hipertermi dapat kebutuhan perhari hipovolemi
£
diatasi. 4. Beri kompres air 4. Untuk menurunkan suhu tubuh
KH:
- Panas badannya
turun
- Kulit tidak
merah
- Suhu dalam

25
rentan normal:
37° C

26
1.5 Implementasi
NO Hari/Tanggal/Ja Implementasi Paraf
Dx m
1 Senin, 24 Oktober 1. Mengkaji fungsi respirasi
2019 2.   2. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret/ batuk secara
Pukul 07.00 efektif
3.   3. Menganjurkan klien batuk efektif £
4.   4. Mengatur posisi tidur pasien fowler/ semifowler
5. Membersihkan sekret dari dalam mulut atau trakea, suction bila perlu
6. Memberikan obat yang meningkatkan atensi jalan nafas (bronkodilator
dan inhaler)
2 Senin, 24 Oktober 1. Mengkaji fungsi pernafasan, catat kecepatan pernafasan, dispnea, sianosis,
2019 dan perubahan tanda vital
Pukul 07.00 2.    2. Memberikan posisi fowler/ semifowler tinggi dan miring pada sisi
yang sakit, bantu klien latihan nafas dalam dan batuk efektif. £
3.    3. Melakukan kolaborasi untuk tindakan WSD
4.   4. Bila dipasang WSD memeriksa pengisap dan jumlah isapan yang
benar
5. Memeriksa batas cairan pada botol pengisap dan pertahankan pada batas
yang di tentukan
6. Mengobservasi gelembung udara pada botol penampung
3 Senin, 24 Oktober 1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
2019 karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri
27
Pukul 09.00 dan faktor pencetus £
2.   2. Mengurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan
ataumeningkatkan nyeri
3.   3. Mengajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
4.  Memilih dan mengimplementasikan tindakan yang beragam untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
4. Senin, 24 Oktober 1. Memonitor TTV
2019 2. Mengobservasi suhu kulit dan mencatat keluhan demam
Pukul 09.00 3. Memberi masukan cairan sesuai dengan kebutuhan £
4. Memberi kompres air

- Evaluasi Sumatif
No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf & Nama
Dx
1 Senin, 24 Oktober 2019 S : pasien mengatakan sesak berkurang
Pukul 13.00 O : batuk jarang dengan sputum encer
A : masalah teratasi
£
Ns. D
P : rencana dihentikan
2 Senin, 24 Oktober 2019 S : pasien mengatakan sudah tidak sesak £
Pukul 13.00 O : RR : 20x/menit Ns. D
A : masalah teratasi

28
P : rencana dihentikan
3 Senin, 24 Oktober 2019 S : pasien mengatakan nyeri berkurang
Pukul 13.00 O : nyeri berkurang dari skala 1 ke skala 3 £
A : masalah teratasi sebagian Ns. D
P : rencana dilanjutkan no. 4
4. Senin, 24 Oktober 2019 S: pasien mengatakan panas tubuhnya berkurang
Pukul 13.00 O: S: 37°C £
A: masalah teratasi sebagian Ns. D
P: lanjutkan intervensi 1

29
BAB 3. PATHWAY

Droplet mengandung M.tuberkulosis


terhirup lewat saluran pernafasan
Masuk ke paru-paru
Alveoli
proses peradangan
tuberkel
Infeksi primer (Ghon)
Mengalami perkejuan
Kalsifikasi
Merusak parenkim paru

Sekresi sekret Penurunan Perubahan cairan


meningkat dan jaringan efektif pleura
susah paru
dikeluarkan
dddddikeluarkan Inflamasi di
Penggunaan otot rongga pleura
Bersihan jalan bantu pernafasan
nafas tidak Nyeri pada dada
efektif Ketidakefektifan
pola pernafasan
Nyeri akut

30
DAFTAR PUSTAKA
XBlack. J.M dan Jane,H.H.. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.edisi 3 ; alih bahasa, Joko
mulyanto ; editor edisi bahasa Indonesia, akhilia susila. Jakarta: Salemba Medika.
Buluchek, Gloria, M. et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC). 6th edition.
United States of Amerika : Elsevier.

LeMone, P. 2015 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Manurung, S., dkk. 2009 . Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta: TIM

Moorhead, Sue. et al. 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC). 5thEdisi. United States
of America : Elsevier.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Editor T.
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Platini, H. (2018). Penguatan Kapasitas Pet

Somantri, I . 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi edisi 4. Jakarta : Penerbit buku kedokteran


EGC
Zettira, Z., Merry I. (2017). Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru Dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga . J Medula Unila, Vol 7 No. 3

31
LEMBAR BIMBINGAN

Nama : Diana Newitasari (NIM 172310101188)

Dosen Pembimbing : Ns. Nur Widayati, S.Kep.,MN

NO Hari/Tanggal Masukan pembimbing Paraf

32

Anda mungkin juga menyukai