Anda di halaman 1dari 39

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :

Kelompok 7/ Kelas B 2020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
dengan dosen pengampu Ns. Siswoyo, M.Kep.

Oleh :

Kelompok 2/ Kelas B 2020

Umar Faruq 202310101025

Ita Dwi Maulida 202310101032

Nanda Vera Yohana 202310101126

Fany Faridatus Sakdiyah 202310101137

Nahida Ilma Nafi’ah 202310101138

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran serta kemudahan pada kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif”. Makalah
ini kami susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Keperawatan Medikal
Bedah dengan dosen pengampu Ns. Siswoyo, M.Kep.

Makalah ini dapat tersusun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:

1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep, Sp.Kep.MB. selaku penanggungjawab Mata


Kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah,
2. Ns. Siswoyo, M.Kep. selaku dosen pembimbing dan pengampu topik
Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif
3. Semua pihak yang telah membantu proses pengerjaan makalah ini.

Makalah yang kami susun mungkin masih jauh dari kata sempurna dalam
penulisan maupun dalam segi tata bahasa dan susunan kata. Oleh karena itu, dengan
senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak yang dapat
memperbaiki makalah ini. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jember, 22 September 2021

Penyusun

iii
6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 7
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 8
2.1 Definisi Keperawatan Perioperatif ........................................................... 8
2.2 Fase-Fase Periode Perioperatif ................................................................. 8
2.3 Klasifikasi Pembedahan ......................................................................... 14
2.4 Asuhan Keperawatan .............................................................................. 17
2.5 Peran Perawat dalam Tindakan Perioperatif .......................................... 30
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
LAPORAN DISKUSI ......................................................................................... 34
LEMBAR PENILAIAN ...................................................................................... 39

iv
5

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan


keragaman fungsi keperawatan yang berhubungan dengan pembedahan. Istilah
periode perioperatif adalah istilah gabungan, termasuk tiga tahap pembedahan,
yaitu tahap pra operasi, intraoperatif, dan pasca operasi panggung. Setiap tahap
dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu Ini juga
mencakup serangkaian acara yang membentuk pengalaman bedah dan Masing-
masing mencakup berbagai perilaku dan aktivitas keperawatan, dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan prosedur dan standar praktik keperawatan
peduli. selain perawat, kegiatan perioperatif ini juga membutuhkan dukungan
dari tim kesehatan lain yang mampu merawat pasien untuk kepuasan pasien
dapat dicapai melalui pelayanan yang berkualitas. Perawatan praoperasi
merupakan tahap awal dari asuhan perioperatif.

Tindakan perawatan pra operasi adalah dilakukan oleh perawat untuk


mempersiapkan pasien pembedahan untuk tujuan memastikan keselamatan
pasien selama operasi. Persiapan fisik dan pemeriksaan penunjang dan
persiapan psikologis Ini sangat diperlukan karena keberhasilan operasi klien
dimulai dengan apakah pekerjaan persiapan yang dilakukan dalam fase
persiapan berhasil. Apa yang salah adalah? Segala bentuk tindakan yang
diambil sebelum operasi akan mempengaruhi untuk tahap selanjutnya
diperlukan kerjasama yang baik antar masing-masing administrasi untuk
menghasilkan hasil yang terbaik. Artinya, kesembuhan total pasien dapat
dilakukan sesuai dengan peran perawat selama periode perioperatif.
Diantaranya, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
implementasi pembedahan untuk menilai kebutuhan fisik dan psikologis dan
meningkatkan persiapan fisik dan psikologi selama operasi.
6

Peran perawat dalam customer care adalah sebagai pemberi pelayanan,


pendidik, konsultan, manajer, peneliti dan kolaborator. Tentang melakukan
perawatan bentuk terorganisir dapat mengambil tindakan, mendelegasikan
tindakan, Pengajaran, konsultasi, pencatatan dan pelaporan dan terus
melakukan evaluasi terus menerus. Manipulasi data yang dilakukan di RSUD
Dr. Carriadi khususnya pada Rata-rata, ada 5-8 orang di ruang operasi setiap
hari, dan sekitar 60 pasien menerima perawatan. Artinya 13,3% pasien yang
dirawat menjalani operasi setiap hari. Data operasi bulanan rata-rata adalah
sekitar 152 sabar. Data kejadian operasi tunda dalam waktu satu bulan sebanyak
152 pasien dengan rata-rata 5-8 pasien, artinya 5-7% pasien terlambat menjalani
operasi. Data alasan penundaan operasi bervariasi, tetapi sebagian besar karena
kondisi umum pasien yang buruk biarkan albumin rendah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan suatu masalah yaitu
mengenai bagaimana konsep dasar keperawatan perioperatif.

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam
penyusunan makalah konsep dasar keperawatan perioperatif adalah sebagai
berikut:

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar keperawatan perioperatif
B. Tujuan Khusus
1.3.1 Untuk mengetahui definisi keperawatan perioperatif
1.3.2 Untuk mengetahui fase-fase periode perioperative
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis pembedahan

1.3.4 Untuk mengetahui peran perawat dalam tindakan perioperatif


7

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Pembaca


Manfaat penulisan makalah bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca makalah ini agar dapat
mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar keperawatan
perioperatif
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Manfaat penulisan makalah bagi penulis yaitu melatih untuk
mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, melatih untuk
menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam mengenai konsep
dasar keperawatan perioperatif
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penulisan makalah bagi institusi pendidikan yaitu dapat
digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk
mengembangkan ilmu mengenai konsep dasar keperawatan perioperatif
8

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keperawatan Perioperatif

Keperawaan perioperatif adalah suatu istilah yang digunakan untuk


menggambarkan fungsi keperawatan yang beragam berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif merupakan suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan diantaranya yaitu
preoperative phase (fase praoperasi), intraoperative phase (fase intraoperasi)
dan post operative phase (fase pasca operasi). Masing-masing fase ini dimulai
saat waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu dengan urutan peristiwa
yang membentuk pengalaman bedah serta masing-masing persitiwa tersebut
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang dilakukan oleh
perawat yang luas dengan menggunakan proses keperawatan serta standar
praktik keperawatan (Majid, Judha & Istianah, 2011). Keperawatan
perioperatif berpedoman dengan standar keperawatan yang dilandasi oleh etika
keperawatan dalam lingkup tanggung jawab keperawatan. Perawat yang
bertugas di ruang operasi ini harus mempunyai kemampuan/kompetensi dalam
memberikan asuhan keperawatan perioperatif.

2.2 Fase-Fase Periode Perioperatif

a. Fase Preoperatif
Fase preoperatif sering dikenal sebagai fase sebelum dilakukannya
pembedahan di ruang operasi. Fase ini dimulai sejak pasien diberitahu
bahwa akan dilakukan tindakan operasi, sehingga perawat dapat
mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat antara lain informed consent
yang telah ditandatangani pasien setelah diberi penjelasan tentang prosedur
pembedahan, kondisi psikologis pasien sebelum menjalani tindakan
pembedahan, diagnosis dan tindakan pembedahan yang akan dilakukan,
pemeriksaan penunjang, status hemodinamik pasien sebelum dilakukan
9

operasi, serta hasil pengkajian lainnya terhadap pasien maupun dari


keluarga pasien (HIPKABI, 2019). Perawatan pada fase preoperatif ini
dimulai saat pasien berada di ruang perawatan, atau bisa juga dimulai saat
pasien diserah-terimakan di ruang operasi hingga berakhir saat pasien
dipindahkan ke meja operasi.
1. Pengkajian psikososial preoperatif
Ansietas/ketakutan yang berlebihan pasien preoperasi kemungkinan
merupakan suatu respon antisipasi terhadap perannya dalam hidup,
integritas tubuh dan juga kehidupan itu sendiri. Berbagai ketakutan bisa
dialami oleh pasien pra operatif. Diantaranya takut dengan anestesi, nyeri
bahkan kematian, takut terhadap deformitas atau ketidaktahuan atau
ancaman lain terhadap citra tubuh pasien yang berpotensi menimbulkan
ketidaktenangan atau biasa dikenal dengan ansietas (Smeltzer & Bare,
2001).
2. Persiapan fisik praoperatif
a) Nutrisi dan Cairan
Hidrat dan nutrisi yang adekuat guna mempercepat proses
pemulihan. Dalam hal ini perawat bertugas mencatat tanda-tanda
adanya malnutrisi atau keseimbangan cairan pasien. American
Society of Anasthesiology (ASA) merevisi praktik puasa terhadap
klien sehat yang menjalani prosedur elektif.
1. Mengkonsumsi cairan bening hingga 2 jam sebelum
dilakukannya pembedahan elektif yang membutuhkan anestesi
umum, regional serta analgesia-sedasi.
2. Mengkonsumsi makanan ringan, sebagai contoh yaitu teh dan
roti. Konsumsi makanan ringan ini diperbolehkan 6 jam sebelum
dilakukan prosedur operasi.
3. Makan malam yang lebih berat setidaknya 8 jam sebelum
dilakukan pembedahan.
b) Eliminasi
Dilakukannya enema/pemasukan cairan ke dalam kolon melalui
anus sebelum dilakukan pembedahan tidak lagi menjadi prosedur
10

rutin, tetapi kemungkinan diprogramkan jika direncanakan


pembedahan usus. Enema berfungsi mencegah konstipasi pasca
operasi pasien dan kontaminasi oleh feses di area pembedahan.
Setelah pembedahan yang melibatkan usus, peristaltik sering belum
kembali selama 24 hingga 48 jam. Sebelum pembedahan, perawat
memasangkan kateter retensi yang bertujuan untuk memastikan
bahwa kandung kemih telah kosong. Hal ini dapat membantu
mencegah terjadinya cedera pada kandung kemih. Apabila klien
tidak terpasang kateter, maka selama pembedahan, kandung kemih
harus dalam keadaan kosong.
c) Higiene
Pada beberapa tatanan, klien diminta untuk mandi sore hari atau pagi
hari (atau keduanya) sebelum dilakukan pembedahan. Mandi
meliputi keramas jika memungkinkan. Tindakan higiene ini
bertujuan dalam penurunan resiko infeksi luka.
d) Istirahat dan Tidur
Perawat harus berupaya membantu bagaimana klien untuk dapat
tidur di malam hari sebelum pembedahan. Perawat seringkali
membantu klien mengatasi stres pembedahan dan juga membantu
penyembuhan.

Tugas perawat anestesia juga dapat memberikan premedikasi


berdasarkan instruksi tertulis dari Dokter Spesialis Anestesiologi ataupun
dokter lain yang berwenang (Majid, Judha & Istianah, 2011). Hal-hal yang
harus diperhatikan perawat dalam memberikan premedikasi antara lain:

1) Memeriksa kembali nama pasien sebelum memberikan obat.


2) Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita klien.
3) Menanyakan riwayat alergi klien terhadap obat-obatan.
4) Memeriksa tanda-tanda vital klien yang meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan baik itu sebelum memberikan premedikasi maupun
sesudahnya.
11

b. Fase Intraoperatif
Tahap intraoperatif merupakan tahapan dari proses pembedahan.
Tahap ini dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir saat
klien sudah dipindahkan pada postaneshesia care unit (PACU) atau juga
dapat disebut dengan ruang pemulihan. Dalam fase ini ruang lingkup proses
keperawatan mencakup pemasangan intravena catheter, pemberian obat
intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis secara menyeluruh
selama proses pembedahan. Selain itu, pada tahap ini juga terdapat
pengisian checklist yang dilakukan oleh perawat sirkuler atau dokter yang
berpartisiasi saat kegiatan operasi. Menurut WHO 2019, checklist dibagi
menjadi 3 fase sesuai dengan periode yang ada didalam prosedur. Periode
pertama disebut dengan periode sebelum induksi (sign in), periode keua
disebut dengan periode setelah induksi dan sebelum inisiasi (time out) serta
periode selama penutupan luka (sign out).
Sign in yaitu periode atau fase sebelum induksi anestesi, periode ini
meliputi koordinator mengkonfirmasi saat pengisian checklist secara verbal
dengan pasien (jika kondisi memngkinkan) mengenai identitasnya, lokasi,
persetujuan serta prosedur operasi. Dalam periode ini koordinator akan
selalu mengkonfirmasi mengenai lokasi pembedahan jika perlu untuk
ditandai serta akan meninjau ulang secara lisan dengan anestesi professional
mengenai resiko kehilangan darah, alergi, penyulit pernapasan, persiapan
mesin anestesi dan obat – obatan yang dibutuhkan (WHO, 2009).
Pada periode atau fase time uot, tim akan berhenti sejenak dan
mengkorfirmasi kepada tim mengenai klien dan lokasi yang dilakukan
pembenadan sudah benar. Setelah itu, semua tim akan meninjau satu sama
lain secara verbal, sesuai gilirannya, unsur – unsur penting dari rencana
dilakukannya operasi sesuai dengan panduan yang telah ada di checklist.
Selain itu, tim juga akan mengkonfirmasi mengenai obat antibiotik
profilaksis yang telah diberikan dalam 60 menit sebelum melakukan
prosedur (WHO, 2009).
Pada periode atau fase sign uot, tim akan meninjau operasi yang
telah dilakukan, kelengkapan jumlah spons, instrument dan label dari
12

specimen bedah yang telah diperoleh. Selain itu, mereka juga akan meninjau
setiap malfungsi dari peralatan dan masalah yang perlu ditangani. Pada
akhir fase ini semua tim akan melakukan peninjauan terhadap rencana
utama serta kekhawatiran agar managemen pemulihan sebelum
memindahkan klien dari ruang operasi (WHO, 2009). Tujuan perawatan
fase intraoperatif yaitu untuk mengupayakan fungsi vital klien selama
menjalani proses pembedahan dan berada dalam kondisi yang tetap optimal
dengan tujuan agar pembedahan dapat terlaksana dengan baik dan lancar
(Majid, Judha & Istianah, 2011).
Pada tahap intraoperatif, peran perawat yaitu melakukan monitor
terhadap kondisi klien dengan tujuan untuk memastikan keselamatan,
mencegah adanya infeksi, memonitor kondisi fisiologis selama melakukan
tindakan dan intervensi pembedahan yang dilakukan pada klien (HIPKABI,
2019).

A. Tim Operasi
Secara umum, anggota tim operasi dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu anggota tim steril dan anggota tim non steril (Majid, Judha &
Istianah, 2011). Bagian dari anggota tim operasi adalah sebagai berikut:
a) Steril
Terdapat ahli bedah, asisten bedah dan perawat instrumentator (Scrub
nurse).
b) Nonsteril
Terdapat ahli anestesi, perawat anestesi, perawat sirkuler dan teknisi
(operator alat, ahli patologi dll)

Berikut ini pembagian tugas tim operasi (Surgical Team) menurut


(Majid, Judha & Istianah, 2011) :
1. Perawat steril :
a. Memyiapkan pengadaan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
operasi.
b. Membantu ahli bedah dan asisten bedah saat berlangsungnya prosedur
bedah.
13

c. Membantu menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti jarum, pisau,


kassa dan instrumen yang diperlukan dalam proses pembedahan.
2. Perawat sirkuler :
a. Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
seluruh aktivitas keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Menciptakan situasi/suasana lingkungan yang aman dan nyaman.
c. Mempersiapkan bantuan kepada setiap anggota tim berdasarkan
kebutuhan.
d. Menjalin komunikasi antar anggota tim di ruang bedah.
e. Membantu mengatasi permasalahan yang terjadi.

c. Fase Pascaoperatif
Tahap pascaoperasi merupakan fase ketiga dari proses operatif.
Tahap ini dimulai saat klien selesai menjalani proses pembedahan kemudian
dipindahkan postaneshesia care unit (PACU) atau juga dapat disebut
dengan ruang pemulihan dan berakhir saat klien dipindahkan pada ruang
perawatan atau klien sudah diperbolehkan untuk pulang. Ruang lingkup
mengenai aktivitas keperawatan meliputi aktivitas yang cukup luas selama
melakukan pembedahan. Fokus pengkajian pada fase ini meliputi
pengkajian terhadap efek dari agen atau obat anastesi dan memantau fungsi
vital serta mencegah terjadinya komplikasi. Pada fase ini fokus aktivitas
perawat pada peningkatan penyembuhan klien, melakukan penyuluhan,
melakukan tindak lanjut serta rujukan terhadap kesembuhan klien dan
pemulangannya (Majid, Judha & Istianah, 2011). Tujuan dari perawatan
pascaoperasi meliputi :

1) Untuk mengawasi perkembangan dari masa pemulihan klien


2) Mencegah terjadinya komplikasi terhadap klien
3) Menilai kesadaran serta fungsi vital klien saat akan melakukan
pemindahan atau pemulangan klien

Peran perawat pada ruang pemulihan atau postoperasi sangatlah


penting karena memberikan bantuan serta mengontrol komplikasi yang
mungkin dapat beresiko terjadi.
14

2.3 Klasifikasi Pembedahan

Pembedahan terdiri dari lebih dari satu klasifikasi. Jenis prosedur


pemedahan dapat diklasifikasikan berdasarkan kesesiusan, kegawat daruratan
dan tujuan pembedahan (Potter & Perry, 2010). Pengetahuan terkait klasifikasi
pembedahan sangat penting bagi perawat perioperative, karena itu akan
membantu dalam membuat perencanaan asuhan keperawatan yang tepat.

Klasifikasi prosedur pemdahan dapat dibagi sebagai berikut:

a. Berdasarkan tingkat keseriusan


1. Mayor
Pembedahan mayor disebut juga dengan operasi besar. Melibatkan
rekonstruksi ekstensi atau perubahan pada bagian tubuh, dapat
menimbulkan trauma fisik yang luas dan risiko kematian yang sangat serius.
Operasi mayor merupakan operasi yang melibatkan secara luas organ tubuh
dan risiko terhadap kelangsungan hidup klien cukup tinggi (Parker et al.,
2010). Tujuan operasi ini yaitu untuk meningkatkan Kesehatan,
memperbaiki atau mengangkat bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan
tentunya untuk menyelamatkan nyawa. Salah satu contoh operasi mayor
adalah abdominal histerektomi.

2. Minor
Secara sederhana dapat disebut sebagai pembedahan ringan.
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan risiko kerusakan yang
minimal pula. Operasi minor bertujuan untuk mengangkat lesi pada kulit,
memperbaiki fungsi tubuh dan deformitas. Beberapa contoh dari operasi ini
yaitu pencabutan gigi, kuretase, pengangkatan kutil dan operasi katarak

b. Berdasarkan kegawatdaruratan
1. Elektif, adalah pembedahan yang dilakukan atas dasar keinginan pasien
sendiri, tidak penting dan mungkin tidak dibutuhkan untuk Kesehatan. Jika
tidak dilakukan atau ditundanya pembedahan, maka tidak terlalu
15

membahayakan pasien. Contohya operasi plastik wajah dan rekontruksi


payudara.
2. Gawat (urgent), adalah pembedahan yang dilakukan untuk kesehatan
pasien, dapat mencegah perkembangan atau timbulnya masalah tambahan
seperti kerusakan jaringan atau gangguan fungsi organ. Operasi ini tidak
harus berifat darurat. Contohnya pengangkatan batu kantung empedu dan
eksisi tumor ganas.
3. Darurat (emergency), adalah pembedahan yang harus dilakukan segera
untuk mempertahankan fungsi bagian tubuh atau menyelamatkan nyawa.
Contohnya memperbaiki amputasi traumatik dan perforasi apendiks.

c. Berdasarkan tujuan pembedahan


1. Diagnostik, adalah prosedur pemedahan yang dilakukan untuk menegakkan
atau mengonfirmasi diagnosis. Pada pembedahan ini, sering melibatkan
proses pengangkatan jaringan guna pengujian diagnosis lebih lanjut.
Contohnya laparotomi eksplorasi dan biopsi masa di payudara.
2. Paliatif, adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk meredakan atau
mengurangi intensitas gejala penyakit atau rasa nyeri, tidak
menyembuhkan. Contohnya debridemen jaringan nekrotik dan reseksi akar
syaraf.
3. Ablatif, adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
bagian tubuh yang berpenyakit. Contohnya pengangkatan usus buntu dan
pengangkatan kantong empedu (kolesistektomi).
4. Konstruktif, adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki atau mengembalikan fungsi yang hilang atau berkurang akibat
kelainan kongenital. Contohnya perbaikan langit-langit mulut sumbing dan
penutupan defek septum atrium di jantung.
5. Rekonstruktif, adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi atau penampilan jaringan yang mengalami trauma
atau malfungsi. Contohnya fiksasi internal pada fraktur.
16

6. Tranplantasi, adalah prosdur pembedahan yang dilakukan untuk mengganti


organ dan atau jaringan yang tidak berfungsi. Contohnya transplantasi ginjal
atau hati.
17

2.4 Asuhan Keperawatan

1. Fase Preoperasi

NO DIAGNOSIS KEPERWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF &


KRITERIA HASIL NAMA

1. Ansietas b.d Krisis Situasional Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
a. Identifikasi saat tingkat ansietas
3x24 jam maka tingkat
berubah (misal : kondisi, waktu,
ansietas menurun
stresor).
dengan kriteria hasil :
b. Identifikasi kemampuan mengambil
- Perilaku gelisah (5) keputusan.
- Perilaku tegang (4) c. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
- Frekuensi nadi (4) dan non verbal).
Teraupetik:

a. Ciptakan suasana teraupetik untuk


menumbuhkan kepercayaan.
18

b. Temani pasien untuk mengurangi


kecemasan.
c. Pahami situasi yang membuat
ansietas.
d. Dengarkan dengan penuh perhatian.
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan.
f. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan.
g. Motivasi mengidentifikasi situassi
yang memicu kecemasan.
h. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan dating.
Edukasi:

a. Jelaskan prosedur serta sensasi yang


mungkin dialami.
b. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis.
19

c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama


pasien.
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif.
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi.
f. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
g. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
h. Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi:

a. Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu.
2. Nyeri akut b.d agen pencidera Setelah dilakukan Observasi:
fisiologis. intervensi keperawatan
a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
3x24 jam maka tingkat
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
20

nyeri menurun dengan b. Identifikasi skala nyeri.


kriteria hasil : c. Identifikasi nyeri nonverbal.
d. Identifikasi faktor yang memperberat
- Keluhan nyeri (4)
dan memperingan nyeri.
- Meringis (4)
e. Identifikasi pengetahuan dan
- Gelisah(4)
keyakinan tentang nyeri.
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri.
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
h. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Teraupetik:

a. Berikan teknik non farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri, misal: TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation), hipnosis, akupresure,
terapi musik, biofeedback ,terapi pijat,
21

aromaterapi, teknik imajinasi


terbimbing, kompres hangat/dingin).
b. Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri misal: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan. c) Fasilitasi
istirahat dan tidur.
c. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi:

a. Jelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
d. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
22

e. Ajarkan eknik non farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu.
3. Defisit pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan Observasi:
terpapar informasi intervensi keperawatan
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
3x24 jam maka tingkat
menerima informasi.
pengetahuan membaik
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
dengan kriteria hasil:
meningkatkan dan menurunkan
- Perilaku sesuai motivasi perilaku hidup bersih dan
anjuran (5) sehat.
- Perilaku sesuai Teraupetik:
dengan pengetahuan
a. Sediakan materi dan media pendidikan
(4)
kesehatan.
- Kemampuan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan
menjelaskan
sesuai kesepakatan.
23

pengetahuan tentang c. Berikan kesempatan untuk bertanya.


suatu topik (4) Edukasi:

a. Jelaskan faktor resiko yang dapat


mempengaruhi Kesehatan.
b. Ajarkan perilaku hidup dan sehat.
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

2. Fase Intraoperasi

NO DIAGNOSIS KEPERWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF &


KRITERIA HASIL NAMA

4. Risiko aspirasi b.d terpasang ETT Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
a. Monitor tingkat kesadaran, batuk,
3x24 jam maka tingkat
muntah dan kemampuan menelan
b. Monitor status pernapasan
24

aspirasi menurun dengan c. Monitor bunyi napas


kriteria hasil: d. Monitor posisi selang endotrakeal
(ETT), terutama setelah
- Tingkat kesadaran
mengubah posisi
membaik (5)
Terapeutik:
- Dispnea cukup
menurun (4) a. Pasang oropharingeal airway
- Batuk cukup menurun (OPA) untuk mencegah ETT
(4) tergigit
b. Cegah ETT terlipat (kinking)
c. Berikan pre-oksigenasi 100%
selama 30 detik (3-6 kali ventilasi)
sebelum dan setelah penghisapan.
d. Berikan volume pre-oksigenasi
(bagging atau ventilasi mekanik)
1,5 kali volume tidal.
e. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik jika
25

diperlukan (bukan secara


berkala/rutin).
Edukasi:

a. Jelaskan pasien dan/atau keluarga


tujuan dan prosedur pemasangan
jalan napas buatan.
Kolaborasi:

a. Kolaborasi intubasi ulang jika


terbentuk mocous plug yang tidak
dapat dilakukan penghisapan.
5. Risiko cedera b.d pengaturan posisi dan Setelah dilakukan Observasi:
trauma prosedur pembedahan intervensi keperawatan
a. Identifikasi kebutuhan
3x24 jam maka risiko
keselamatan (mis, kondisi fisik,
cedera menurun dengan
fungsi kognitif dan riwayat
kriteria hasil:
prilaku).
- Toleransi aktivitas b. Monitor perubahan status
cukup meningkat (4) keselamatan lingkungan.
26

- Ketegangan otot Terapeutik:


cukup menuruun (4)
a. Hilangkan bahaya keselamatan
- Ganguan mobilitas
lingkungan (mis, fisik, biologi,
cukup menurun (4)
dan kimia), jika memungkinkan.
b. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko.
c. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan (mis, commode chair
dan pegangan tangan).
d. Gunakan perangkat pelindung
(mis, pengekangan isik, rel
amping, pintu terkunci, pagar).
e. Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunitas (mis,
puskesmas, polisi, damkar).
f. Fasilitasi relokiasi ke lingkungan
yang aman.
27

g. Lakukan program skrining bahaya


lingkungan (mis: timbal).
Edukasi:

a. Ajarkan individu, keluarga dan


kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan.

3. Fase Pascaoperasi

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI PARAF &


HASIL NAMA

1. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Setelah dilakukan intervensi o Monitor kondisi umum selama
adanya keterbatasan gerakan fisik keperawatan 2x24 jam maka melakukan mobilisasi
dari satu atau lebih ektermitas tingkat mobilitas fisik o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
secara mandiri setelah dilakukan meningkat dengan kriteria fisik lainya.
tindakan operasi (post operation) hasil: o Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
28

1. Pergerakan ekstermitas o Anjurkan untuk melakukan mobilisasi


dari skala 2 cukup dini.
menurun menjadi ke o Ajarkan mobilisasi sederhana yang
skala 5 meningkat harus dilakukan misalnya seperti
2. Kekuatan otot dari skala duduk di tempat tidur, duduk di sisi
1 menurun menjadi ke tempat tidur dan pindah dari tempat
skala 5 meningkat. tidur ke kursi.
3. Rentang gerak ROM dari
skala 2 cukup menurun
menjadi ke skala 5
meingkat.
4. Nyeri dari skala 1
meningkat menjadi ke
skala 4 cukup menurun.
29

2. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan intervensi o Identifikasi kemampuan batuk
Efektif yang berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam maka o Monitor adanya retensi sputum
efek agen farmakologis (mis. tingkat bersihan jalan napas o Monitor input dan output cairan
Anastesi) pasca operasi meningkat menurun dengan o Atur posisi semi-fowler atau fowler
kriteria hasil: o Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
1. Batuk Efektif dari skala I
o Anjurkan tarik napas dalam melalui
menurun menjadi ke
hidung selama 4 detik, di tahan selama
skala 5 membaik
2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
2. Frekuensi napas dari
dengan bibir dibulatkan selama 8 detik
skala 2 cukup memburuk
menjadi skala 5 membaik
3. Pola napas dari skala 2
cukup memburuk
menjadi ke skala 5
membaik.
30

2.5 Peran Perawat dalam Tindakan Perioperatif

1. Sebagai Pelaksana (Care Provider)


Perawat melakukan tindakan keperawatan secara penuh yang
mencakup aspek fisik, psikologik, social-kultural dan spiritual kepada
pasien yang sedang menjalani proses keperawatan perioperatif.
2. Perawat sebagai Pemimpin
Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk dapat
membuat keputusan klinis sehingga tercapai perawatan yang efektif dalam
keperawatan perioperatif.
3. Perawat sebagai Peneliti
Perawat memiliki hak untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan keperawatan perioperatif ini, sehingga dapat
menunjang tercapainya keefektifan dalam proses keperawatan perioperatif.
4. Perawat sebagai Pendidik/Edukator
Perawat memberikan pengetahuan, informasi yang jelas mengenai
peningkatan promosi kesehatan pasien, memberikan pemahaman kepada
pasien pascaoperasi untuk dapat mempertahankan kontinuitas perawatan
setelah klien keluar dari rumah sakit.
5. Perawat sebagai Advokat
Perawat bertanggungjawab terhadap perlindungan keselamatan dan
kesehatan klien pada proses keperawatan perioperatif, serta membantu klien
dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
31

BAB 3. PENUTUP
32

DAFTAR PUSTAKA

Isdwiyani, R. Y. 2018. Penerapan Citrus Aromaterapi Terhadap Ansietas Pasien


Preoperasi Bedah Mayor (Sectio Caesarea) Di Rumah Sakit Roemani
Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Kurniawan, H., L. Dwiantoro, dan M. Sulisno. 2020. Implementasi Koordinasi


Perawatan Pasien Perioperatif oleh Perawat. Jurnal Ilmial STIKES Kendal.
10(2): 137-148.

Melsa, N. 2019. Perbedaan Pengaruh Terapi Music Instrumental Kitaro Koi &
Mozart terhadap Kualitas Tidur Pasien Preoperasi di Ruang Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2019. Diploma Thesis. Bandar
Lampung: Poltekkes Tanjungkarang.

Nurmala, A. N. 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Kecemasan


Pasien Pre Operasi Bedah Mayor Di Ruang Bedah Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020. Skripsi. Bandar
Lampung: Poltekkes Tanjungkarang.

Obara, Septa. 2019. Pengaruh Terapi Bermain Imajinatif Asosiatif Pada Anak Usia
4-6 Tahun Terhadap Kecemasan Praoperasi Di Ruang Bedah Anak Rsud
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019. Skripsi. Bandar
Lampung: Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang.

Parker, M., Bowers, S. P., Bray, J. M., Harris, A. S., Belli, E. V., Pfluke, J. M., . .
Smith, C. D. 2010. Hiatal mesh is associated with major resection at
revisional operation. Surgical Endoscopy.

Potter, dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. 7 ed. Jakarta: Salemba Medika.

Prasetyo, A. B., M. H. Bakri dan A. Ratnawati. 2017. Hubungan Pelaksanaan


Operasi dengan Kepatuhan Tim Operasi dalam Penerapan Surgical Safety
33

Checlist di Instalasi Bedah Central RSKIA Sadewa Yogyakarta. Skrpsi


Thesis. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Santoso, D., Herniyatun, dan F. D. Pangestika. 2016. Hubungan Penatalaksanaan


Pasien Pasca Operatif dengan Anestesi Umum terhadap Lama Waktu
Peminahan ke Ruang Perawatan di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kebumen. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 12(1): 26-35.

Susanti, S. S., Racmalia, dan P. Mayasari. 2021. Pencegahan dan Penata


Laksanaan Covid-19. Cetakan Pertama. Aceh: Syiah Kuala University
Press.

Utami, A. D. 2019. Bab II Tinjauan Pustaka Keperawatan Perioperatif.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3591/4/04%20Chapter2.pdf. [Diakses
pada 04 September 2021].

Utariani, A. 2020. Anastesi dan Aspek Lain Pada Pembedahan Kembar Siam.
Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.
34

LAPORAN DISKUSI

a. Waktu Pelaksanaan : Senin, 20 September 2021


b. Tempat Pelaksanaan : Rumah/ Kost masing-masing, Via Zoom
c. Dosen Pembimbing : Ns. Siswoyo, M.Kep.
d. Moderator : Ayu Diah Lailly 202310101128
e. Penyaji Diskusi : Anggota Kelompok 7
1. Umar Faruq 202310101025
2. Ita Dwi Maulida 202310101032
3. Nanda Vera Yohana 202310101126
4. Fany Faridatus Sakdiyah 202310101137
5. Nahida Ilma Nafi’ah 202310101138
f. Peserta Diskusi : Mahasiswa-mahasiswi kelas B

Hasil Diskusi

➢ Penanya 1 : Reza Lailiyathul Putri NIM 202310101037


Pertanyaan:
Pada saat akan dilakukannya tindakan operasi, sebagian besar pasien pastinya
masih mengalami kecemasan dan ketakutan. Hal tersebut mungkin terjadi karena
adanya ketidaktahuan terhadap pengalaman pembedahan, yang di mana akan
berdampak terhadap kondisi mental pasien tersebut. Dalam hal ini, bagaimana
sikap perawat mengatasi kondisi tersebut?

Penjawab: Umar Faruq NIM 202310101025


Jawaban:
Dalam memberikan dukungan mental kepada pasien, perawat perlu
mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah kecemasan/ketakutan pre operasi, seperti adanya orang
terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support sistem. Selain
itu, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi,
antara lain yaitu pengalaman operasi sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga
tentang tujuan/alasan tindakan operasi, pengetahuan pasien dan keluarga tentang
35

persiapan operasi baik fisik maupun penunjang, memberikan informasi tentang


latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan
setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental juga dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan
perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan
mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati
pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.

➢ Penanya 2 : Carisa Ratu Widyaningrum NIM 202310101036


Pertanyaan:
Biasanya pada beberapa operasi terdapat hal yang harus dilakukan oleh pasien
sebelum dilakukan operasi, misalnya berpuasa. Apabila pasien tidak
melaksanakan anjuran tersebut, apakah operasi tetap dilaksanakan dengan
memperhatikan risiko yang akan muncul selama operasi? Bagaimana peran
perawat apabila terdapat kasus seperti itu?

Penjawab: Nanda Vera Yohana NIM 202310101126


Jawaban:
Anjuran berpuasa untuk pasien yang akan melaksanakan operasi sangat
penting untuk dilakukan khususnya pada pasien yang akan menjalani tindakan
operasi besar. Hal ini sangat penting dilakukan karena nantinya akan
berpengaruh terhadap jalanya proses operasi tersebut. dimana ketika akan
melaksanakan operasi pasien akan diberikan anastesi umum sehingga nantinya
pasien tidak akan sadarkan diri dan tidak akan merasakan apapun ketika di
operasi. Ketika pasien tersebut tidak sadarkan diri otomatis refleks tubuh juga
akan terhenti. Apabila ketika pasien tidak sadarkan diri dengan keadaan perut
terisi makanan maka tidak menutup kemungkinan pasien akan mengalami
muntah pada saat dilakukannya operasi. Dan ketika pasien itu muntah akan
terjadi penyerapan cairan muntahan tersebut oleh kombinasi anatara anastesi
yang melumpuhkan dan juga intubasi. Dan hal ini akan dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi paru. Maka dari itu apabila ada seorang pasien yang
melanggar anjuran untuk berpuasa biasanya sebagian besar operasi akan di
36

jadwalkan ulang atau dimundurkan sesuai dengan selang waktu lamanya pasien
untuk berpuasa yaitu sekitar 6 – 8 jam. Untuk mencegah atau menghindari resiko
buruk yang akan terjadi.
Adapun perawat dalam hal ini adalah perawat dapat berperan sebagai
edukator dimana nantinya sebelum di laksanakan proses operasi maka perawat
akan menjelaskan apa saja yang harus di lakukan pasien sebelum melaksanakan
operasi salah satunya yaitu memberi penjelasan terkait dengan anjuran untuk
berpuasa, tujuan dari berpuasa sebelum operasi itu apa dan juga menjelaskan
resiko yang mungkin terjadi apabila pasien melanggar anjuran berpuasa sebelum
pelaksanaan tindakan operasi. Tidak hanya kepada pasien perawat juga harus
menjelaskan hal tersebut kepada keluarga pasien juga agar nantinya keluarga
pasien juga akan mengerti dan juga paham terkait dengan pentingnya anjuran
puasa sebelum dilakukanya operasi.

➢ Penanya 3 : Erika Wulandari NIM 202310101117


Pertanyaan:
Apa saja yang harus dipersiapkan oleh perawat pada fase preoperatif? Apakah
ada perbedaan alat atau perlengkapan yang dipersiapkan antara operasi mayor
dan minor?

Penjawab: Ita Dwi Maulida NIM 202310101032


Jawaban:
Yang harus dipersiapkan oleh perawat pada fase pre operatif yaitu meliputi :
1. Persiapan fisik meliputi status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi
bertujuan agar mengetahui nutrisi yang ada di dalam tubuh agar dapat di
koreksi sebelum memulai pembedahan untuk memberikan protein yg cukup
dalam memperbaiki jaringan, keseimbangan cairan dan elektrolit karena
berkaitan dengan output dan input cairan yang berkaitan dengan fungsi
ginjal, kebersihan lambung dan kolon bertujuan untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
fases ke daerah pembedahan agar tidak terjadi infeksi, pencukuran daerah
operasi bertujuan untuk menghindari adanya infeksi pada daerah yg
dilakukan pembedahan, personal hygiene bertujuan agar tidak menimbulkan
37

infeksi karena tubuh yg kotor merupakan sumber kuman, pengosongan


kandung kemih bertujuan untuk pemasangan kateter, latihan pra operasi.
2. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, laboratorium,
maupun pemeriksaan lain seperti ECG dan lain-lain
Apakah ada perbedaan alat saat melakukan pembedahan mayor dan minor?
Menurut kelompok kami ada, Alat bedah terbagi menjadi dua, yaitu alat bedah :
mayor dan alat bedah minor. Alat bedah mayor adalah alat-alat yang dirancang
untuk digunakan pada kegiatan operasi besar, alat bedah mayor biasanya terdiri
dari Scalpel, scalpel handle, gunting, forceps, Neddle Holders, Instrumen tray
dan lain-lain. Sedangkan alat bedah minor adalah alat-alat yang dirancang untuk
digunakan pada kegiatan operasi sederhana. Biasanya terdiri dari alat sederhana
seperti pisau bedah, gunting bedah, pinset (tissue forceps), klem dan sebagainya.

➢ Penanya 4 : Oktaviana Dwi Kartikasari NIM 202310101024


Pertanyaan:
Pada fase pascaoperative pasti banyak keluhan yang dialami oleh klien, mulai
dari efek samping yang ditimbulkan (nyeri, panas, dll) , ketidaknyamanan (misal
sulit tidur, gerak terbatas, dll). Langkah-langkah apa sajakah yang tepat
dilakukan oleh seorang perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk
menunjang pemulihan klien pascaoperasi sehingga tidak terjadi komplikasi
baru?

Penjawab: Nahida Ilma Nafi’ah NIM 202310101138


Jawaban:
Beberapa peran perawat dalam merawat pasien post operasi adalah:
a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien,
b. Manajemen luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal.
c. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of motion),
nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan
kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
38

d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
39

LEMBAR PENILAIAN HASIL BELAJAR (LPHB)

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

Kelompok / kelas : 7 / B 2020

Anggota kelompok : 1. Umar Faruq 202310101025

2. Ita Dwi Maulida 202310101032

3. Nanda Vera Yohana 202310101126

4. Fany Faridatus Sakdiyah 202310101137

5. Nahida Ilma Nafi’ah 202310101138

Nilai
Aspek Bobot 4 3 2 1 dicapai
Sangat Baik Kurang Tidak baik
baik baik

Sistematika 30 % Sistematis Satu bagian 1-2 2 bagian


sesuai terlewati bagian terlewati
Penyajian urutan terlewati

Kedalaman 40 % Pembahasan Pembahasan Pembahasan Pembahasan


pembahasan tajam, superfisial, superfisial, tidak tajam,
sistematis, sistematis tidak tidak
disertai disertai sistematis sistematis,
referensi reverensi yang , tidak tidak di sertai
yang relevan relevan disertai reverensi yang
reverensi relevan
yang relevan

Kerapian 30 % Sesuai ≤ kurang 2 >2 bagian Tidak sesuai


dengan ppki bagian tidak tidak sesuai dengan PPKI
sesuai dengan dengan PPKI UNEJ
PPKI UNEJ UNEJ
tapi ada
yang
sesuai

Nilai (jumlah nilai tiap


aspek)

Jember,……………….2021

Ns. Siswoyo, M.Kep.

Anda mungkin juga menyukai