N NAMA NPM
O
12114201180016
12114201180170
12114201180045
ELSYA LOKOLLO 12114201180216
ANANTA LEUNARIJ 1211420118105
THEYSYA THYSSEN 12114201180125
FAKULTAS KESEHATAN
RODI KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa atas segala berkat-
NYA sehingga makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan Klien dengan typhoid
faver ” ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penyusunan makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan anak I.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengaku masih banyak kekurangan yang
harus diperbaiki guna untuk menyempurnakan makalah ini.Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan guna meningkatkan semangat
kami dalam membuat tugas di waktu yang akan datang .
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
Etiologi ………………………………………………………
Manifestasi klinis…………………………………………
Patofisiologi………………………………………………
Pemeriksaan penujang………………………………….
Penatalaksaan…………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengkajian
1.2 Analisa data
1.3 Diagnosa keperawatan
1.4 Intervensi
1.5 Implementasi
1.6 elvawasi
1.7 Penyebab Apendisitis
1.8 Tanda dan gejala apendisitis
1.9 Patofisiologi apendisitis
1.10 Manifestasi klinis apendisitis
1.11 Farmakologi
1.12 Pemeriksaan Laboratorium
1.13 Komplikasi Apendisitis
4
1.Kasus
2.Pengkajian
3.Pemeriksaan Fisik
4.Analisa Data
5.Patofisiologi
6.Obat-obatan
7.Pemeriksaan Laboratorium
8.Diagnosa prioritas
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka
5
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Demam tifoid di Indonesia harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena
penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya
semakin kompleks dengan meningkatnya kasus- kasus karier (carrier) ataurelapsdan
resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan
pencegahan. (Purba, dkk, 2017).
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tifoidyaitu hipertermia. Hipertermi
adalah suatu Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di
atas 37,8oC peroral atau 38,8oC perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012).
Hipertermi berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara
efektif mengatur suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan
melalui penguapan keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara di atas
95oCatau 35oC dan dengan kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini
menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban udara tinggi, keringat tidak akan menguap
dengan cepat, mencegah tubuh dari melepaskan panas dengan cepat. Selanjutnya, tanpa
asupan cairan yang cukup, ehilangan cairan yang berlebihan dan ketidakseimbangan
elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus tersebut, suhu tubuh
seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat merusak otak dan
organ vital lainnya. Kondisi lain yang dapat membatasi kemampuan untuk mengatur
suhu tubuh termasuk penyakit demam tifoid (Librianty, 2014). Menjaga suhu tubuh
agar tetap dalam batas normal merupakan salah satu kebutuhan biologis yang menjadi
salah satu kebutuhan dasar manusia yangharus dipenuhi. Sistem tubuhyang berperan
dalammenjaga suhutubuh tetap dalam batas normaadalah termoregulasi. Termoregulasi
adalah proses homeostatik yang berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh untuk
6
tetap dalam keadaan normal, yang dicapai dengan menyeimbangkan panas yang ada
dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Librianty, 2014).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
pada penulisan studi kasus ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipertermi
Dengan Typoid Di Ruang Teratai RSUD Dr. halussy ambon?”
C.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Demam thypoid atau thypoid feverialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan
oleh salmonella thypi. Demam thypoid merupakan jenis terbanyak dari salmonellosis.
Jenis lain dari demam enterik adalah demam parathypoid yang disesabkan oleh
S.parathypi A, S.schottmulleri(semula S.parathypi B), dan S.hirschfeldii(semula
S.parathypiC). Demam thypoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam
enterik yang lain. (Widagdo, 2011)
Thypoid faver adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi(Wijaya -Putri, 2013). selanjutnya demam thypoid adalah peyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari 7 hari, gangguan kesadaran dan saluran pencernaan. Demam thypoid adalah sebuah
penyakit infeksi pada ususyang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebebkan
oleh “salmonella thyposa”, salmonella paratyphi”A, B dan C. Penularan terjadi secara
fekal oral, melelui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi
terutama “Carrier”ini mungkin penderita yang sedang sakit (“Carrier akut”),
“carrier”menahun yang terus mengeluarkan kuman atau “Carrier”pasif yaitu mereka
yang mengeluarkan kuman melelui eksketa tetapi tak pernah sakit, penyakit ini endemik
di Indonesia. (Wijaya -Putri, 2013).
Etiologi
3).Antigen V1 = Kapsul: merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terdapat fagositosis.
Patofisiologi
9
Manifestasi Klinik
Menurut Wijaya, -Putri, (2013), masa inkubasi rata-rata 2 minggu, gejala timbul tiba-
tiba atau berangsur-angsur. Penderita cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa
tidak enak di perut dan nyeri seluruh badan. Demam umumnya berangsur-angsur naik
selama minggu pertama, demam terutama pada sore dan malam hari (bersifat Febris
Remiton).pada minggu kedua dan ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinuo),
kemudian turun secara lisis, demam ini tidak hilang dengan pemberian Antipiretik,
tidak ada menggigil dan tidak berkeringat kadang-kadang disertai epistaksis, gangguan
Gastrointestinal, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, berselaput putih dan
pinggirnya hiperemisis, perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan, limpa membesar
lunak dan nyeri pada peranakan, pada permulaan penyakit umumnya terjadi diare,
kemudian menjadi Obstipasi. Kesadaran penderita menurun dari ringan sampai berat,
umumnya apatis (seolah-olah berkabut, Typhos=kabut).Masa inkubasi/masa tunas 7-14
hari, selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak
badan. Pada kasus khas terdapat demam remiten pada minggu pertama, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu
kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur
pada minggu ketiga. (Wijaya -Putri, 2013).
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 –20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
10
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, dan tidak bersemangat,
kemudian menyusul gejala klinis yang diasanya ditemukan, yaitu:a.DemamPada kasus
yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi
sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.b.Gangguan pada saluran pencernaanPada mulut
terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.c.Gangguan kesadaranUmumnya peradangan klien menurun, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapat pengobatan). Gejala lain yang dapat ditemukan pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-
kadang ditemukan pula takikardi dan epistaksis.
d.RelapsRelaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basal dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat kimia. (Lestari Titik, 2016).
Pemeriksaan Diagnostik
Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negatif tidak
menyingkirkan demam thypoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam
thypoid.peningkatan titer uji widal tes 4 kali lipat selama 2-3 minggu memastikan
diagnosis demam thypoid. Reaksi widal tes tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau
titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada pasien dengan
gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien, uji widal tes tetap negative pada
pemeriksaan ulang walaupun biakan darah positif. (Wijaya -Putri, 2013).
Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan darah lengkap (leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, HB).
11
2.Kultur darah: kadang-kadang terlihat seperti banyak darah diambil untuk dilakukan
kultur, tetapi penting bahwa darah cukup untuk mendapatkan hasil yang akurat. Darah
yang diambil mungkin kurang dari satu sendok teh (5 mL) pada bayi dan 1-2 sendok teh
(5-10mL) pada anak-anak yang lebih tua. Jumlah darah yang diambil sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah darah dalam tubuh, dan itu akan diperbaharui dalam waktu
24-48 jam.
3.Pemeriksaan urin dan feses
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit thypoid sampai saat ini dibagi menjadi tiga bagian (Wijaya
-Putri, 2013), yaitu:
1.Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan professional yang bertujuan untuk
mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti
makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan
mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan
tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk
mencegah decubitus dan pneumonia ortostatik serta hygine perorangan tetap,
perludiperhatikan dan dijaga.
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demem
thpoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi
penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Dimasa
lampau penderita demam thypoid diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi
bubur kasar dan kemudian diberi nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditijukan untuk
menghindarkan komplikasi perdarahan saluran cerna atau perporasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa peneliti
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman
pada penderita demam thypoid.
12
3.Pemberian antibiotika.
a.Klorampenikol
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan dengan
klorampenikol, dosis diberikan 50-150mg/kgbb dan digunakan selama 2 minggu.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama
An. S
Tgl Lahir 25 Maret 2013
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan -
Jam 7.45
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Ibu
15
A. Pengkajian
Klien mengatakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari
sebelum masuk RS. Nafsu makan hilang, lemah. Kien tidak berobat sebelum
dibawa ke RS., kemudian klien dibawa ke RSU masuk IGD jam 07.10, TD : 110/70
b. Keluhan utama :
Pasien demam
Keluarga klien tidak ada yang menpunyai riwayat pennyakit keturunan seperti
e. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut bagian atas ,kuadran I sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, nyeri terus menerus, demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, di rumah sudah di minum obat beli di warung karena belum ada perubahan
lalu di bawa ke RSU , di IGD dilakukan tindakan infus ringer lactat dan
inj.ketorolac dan inj.ranitidin jam 07.10, lalu pasien dipindahkan di ruang rawat
g. Pemeriksaan Fisik
16
1. Keadaan Umum
Sakit/nyeri :
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
S :nyeri skala 5
3. Pendengaran
Klien dapat mendengar dengan normal,fungsi telinga kiri dan kanan baik,tidak
4. Penglihatan
Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu penglihatan,
konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor 2/2mm, tidak ada
5. Pengecapan
6. Penghidu
Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan
penghidu
7. Peraba sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak terdapat
8. Sistem Pernafasan
17
pneumonia, tidak merokok, terpasang alat bantu oksigen nasal kanul 3 ml.
pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, suara nafas bersih,
menggunakan otot asesoris, tidak ada nafas cuping hidung, fremitus teraba
simetris antara kanan dan kiri, tidak sianosis. Pengembangan paru simetris,
x/m
Suhu : 38,04C
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Akral : hangat
Kesadaran :Composmetis
GCS :15 E3 M6 V5
Bicara : normal
Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu dengan baik yaitu saat
Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri sendiri dan mengenali
orang-orang di sekelilingnya.
18
badan sekarang : 40 kg
Mukosa : sianosis
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Lain : -
19
a. BCG: tuntas
b. DPT: tuntas
c. Polio: tuntas
d. Campak: tuntas
a. Pertumbuhan Fisik
- berjalan 1 Tahun
- Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa
Tabel
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
B. Analisa Data
23
No. RM : 48 05 36
Skema
Tabel
Tanggal N Diagnosa Kepeawatan Kode
o
23/03/20 1 Nyeri nyeri akut berhubungan dengan agen c 00132
20 biolo edera s (imflamsi hati) ditandai dengan:
gi
DS : Klien mengatakan nyeri di perut kanan
- bagian atas
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. R :
perut bagian kanan atas kuadran 1
S : nyeri skala 5
T : nyeri terus-menerus
DO : Composmentis (GCS:14 E3 M6
- V5) wajah tampak menahan sakit
- TD :110/70 mmHg
- RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
CRT: < 2 detik lab
THYPI POST
- 1/400
26
DO:
- klien tampak lemah
- Klien tampak lemas, pucat, tidak nafsu
makan.
- BB sebelum masuk 41 kg
BB Sesudah masuk 40 kg
- Diit BK, habis ¼ porsi 250cc, minum 1
gelas 300cc
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5 g/dL
- Limfosit 36%
E. Intervensi Keperawatan
27
sesuai
28
- klien tampak gelisah 2.Nadi dan RR dalam rentang pernapasan)
29
Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
gelas 300cc Ht
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5 g/dL
- Limfosit 36%
30
6. Memonitor mual dan muntah Tingkatkan istirahat
Hasil : klien mengatakan masih mual 00002
tetapi tidak muntah 2
S:
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan 00132, 00007 Ibu pasien mengatan badan
istirahat. & 00002 anaknya masih hangat
Hasil : klien nampak mengerti dengan O:
apa yang dianjurkan dan akan o
melakukannya. • Suhu : 37,0 c
00007 • Kulit teraba hangat
8. Mengompres pasien pada lipat paha dan A:
aksila Masalah hipertermi belum
Hasil : mengompres lipatan paha dan teratasi
perut dengan handuk hangat 00132 & P : Intervensi tetap dilanjutkan
9. Mengontrol lingkungan yang dapat 00007 • Pantau suhu dan tanda-tanda
mempengaruhi nyeri seperti suhu vital lainnya (tekanan darah, nadi
ruangan, pencahayaan dan kebisingan dan pernapasan)
berulang) • Monitor warna dan suhu kulit
Hasil : Membatasi pengunjung dan • Kompres pasien pada lipat paha
mengontrol kebisingan 00002 dan aksila
• Berikan cairan intravena
10. Memonitor interaksi anak atau orangtua • Kolaborasi pemberian terapi
selama makan antipiretik, antibiotik atau agen
Hasil : anak nampak malas makan 3
anti menggigil
31
tetapi tidak muntah O:
Klien nampak malas makan
Porsi makan tidak dihabiskan
BB : 40 kg
A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Sabtu, 14 Juli 2018 (jam 07.200)
32
Klian nampak merintih
2. Lakukan pengkajian nyeri secara 00132 A:
komperhensif termasuk lokasi, Masalah nyeri belum teratasi
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
P : Intervensi dilanjutkan
dan faktor presipitasi.
Hasil : • Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian
karakteristik, durasi frekuensi,
uluhati. Dengan skala nyeri 4 dan nyerila
00132 kualitas dan factor presipitasi.
hilang timbul
• Observasi reaksi nonverbal dari
3. Observasi reaksi nonverbal ketidak nyamanan
dari ketidaknyamanan. • Observasi tanda-tanda vital.
Hasil : Klien nampak merintih 00132 • Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
4. Menganjurkan untuk melakukan teknik suhu ruangan, pencahayaan dan
non farmakologi (Teknik nafas dalam dan kebisingan berulang).
distraksi) 00132, 00007 • Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan & 00002 menentukan intervensi.
yang telah diajarkan perawat. • Ajarkan tentang teknik non
5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan farmakologi (teknik relaksasi
istirahat. nafas dalam)
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk 00007 • Berikan analgetik untuk
tidur mengurangi nyeri
• Tingkatkan istirahat
6. Mengompres pasien pada lipat paha dan
aksila 2
33
Hasil : mengompres lipatan paha dan S:
perut dengan handuk hangat
Ibu pasien mengatan
7. Mengontrol lingkungan yang dapat 00132 & O: badan anaknya masih
mempengaruhi nyeri seperti suhu 00007
hangat
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berulang) o
Hasil : Membatasi pengunjung dan A: Suhu : 37,0 c
mengontrol kebisingan. Kulit teraba hangat
00132, 00007
8. Menyambung cairan & 00002 P: Masalah hipertermi
Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm) Int belum teratasi
00002 e rvensi tetap dilanjutkan
9. Memonitor interaksi anak atau orangtua Pantau suhu dan tanda-tanda
selama makan vital lainnya (tekanan darah,
Hasil : anak nampak malas makan nadi dan pernapasan)
Monitor warna dan suhu kulit
10. Memonitor mual dan muntah Kompres pasien pada lipat paha
Hasil : klien mengatakan masih mual dan aksila
tetapi tidak muntah Berikan cairan intravena
3
Kolaborasi pemberian
terapi antipiretik,
antibiotik atau agen anti
menggigil
S:
Klien mengatakan malas makan
O:
Klien nampak malas makan
34
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
• Porsi makan tidak dihabiskan
• BB : 40 kg
A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan berat
badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
• Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
35
1. Monitor tanda-tanda vital 00132, 00007 1. S:
Hasil : & 00002 Klien mengatakan perutnya masih
Tekanan darah: 110/80 mmHg sakit tapi makin
Nadi : 90 x/menit berkurang
Suhu : 37,0 oC
Pernapasan : 24 x/menit O:
• Tekanan darah: 110/70 mmHg
2. Lakukan pengkajian nyeri secara 00132 • Skala nyeri 2
komperhensif termasuk lokasi, A:
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas Masalah nyeri belum teratasi
dan faktor presipitasi.
P : Intervensi dilanjutkan
Hasil :
• Lakukan pengkajian nyeri secara
Klien mengatakan perutnya masih sakit,
komperhensif termasuk lokasi,
skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul
karakteristik, durasi frekuensi,
00132 kualitas dan factor presipitasi.
3. Menganjurkan untuk melakukan teknik
non farmakologi (Teknik nafas dalam dan • Observasi tanda-tanda vital.
distraksi) • Kontrol lingkungan yang dapat
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan mempengaruhi nyeri seperti
yang telah diajarkan perawat. suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan berulang).
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan 00132, 00007 • Ajarkan tentang teknik non
istirahat. & 00002 farmakologi (teknik relaksasi
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk nafas dalam)
tidur • Berikan analgetik untuk
5. Mengontrol lingkungan yang 00132 & mengurangi nyeri
dapat
36
mempengaruhi nyeri seperti suhu 00007 Tingkatkan istirahat
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 2
berulang) S:
Hasil : Membatasi pengunjung dan Ibu pasien mengatan badan
mengontrol kebisingan. anaknya tidak sehangat seperti
00132, 00007 kemarin-kemarin
6. Menyambung cairan & 00002 O:
o
Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm) Suhu : 36,9 c
00002 Kulit teraba hangat
7. Memonitor interaksi anak atau orangtua A:
selama makan
Masalah hipertermi teratasi
Hasil : anak nampak malas makan rvensi dihentikan
P:
3 Int
8. Memonitor mual dan muntah
e
Hasil : klien mengatakan masih mual
tetapi tidak muntah Klien mengatakan masih malas
makan
S:
O:
Klien nampak malas makan
Porsi makan tidak dihabiskan
BB : 40 kg
A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi belum teratasi
37
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
P : Intervensi dilanjutkan
• Monitor adanya penurunan
berat badan
• Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
• Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
38
Jam Keperawatan Dx
timbul Intervensi dihentikan
39
tetapi tidak muntah
40