Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DAN TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN

KMB KASUS TYPOID

Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pembimbing : Bambang Utoyo

Disusun Oleh :

Siti Nur Qomariyah (A02020060)


Siwi Tri Haryati (A02020062)
Sri Sutriani (A02020063)
Sri Widiastuti (A02020064)
Stefani Asti S (A02020065)
Sulistyorini (A02020066)
Tiara Shinta D (A02020068)
Wulan Puspita S (A020200700)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Than Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan mengenai “Penyakit Efusi
Pleura” ini dengan tepat waktu tanpa suatu halangan apapun.

Penyusun mengucapkan terima kasih pada orang tua dan teman-teman yang suah
memberikan dukungan sehingga kami tetap berupaya untuk menghasilkan hasil yang terbaik
dalam laporan ini.

Laporan ini jauh dari kata sempurna, maka kritik saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat makalah yang lebih baik

Gombong, 20 September 2021

penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN

TYPOID

A. PENGERTIAN
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan
Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta : Media Aesculapius.).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat
endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut Elsevier
2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi.
Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram
negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem pertahan tubuh dan masuk melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella
thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai
tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-
41 oc (optimum 37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang terkontaminasi, fomitus dan
lain sebagainya.
Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi A,B,
dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan berbagai cara,
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat), dan melalui Feses.
Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :
1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi
2. Makanan mentah atau belum masak
3. Kurangnya sanitasi dan higienitas
4. Daya tahan tubuh yang menurus

C. TANDA DAN GEJALA & MANIFESTASI

Menurut ngastiyah (2007:237), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika memelalui minuman yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersemangat, kemudian gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :
1. Demam
pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan mreningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah ( ragaden).
lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujungnya dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan Limpa membesar
disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan terhambat mensapatkan
pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari kapiler
kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula
trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setalah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun obat zat anti.

Komplikasi

1. perforasi usus 5. Kolestatis


2. perdarahan usus 6. Meningitis,Ensafalitis, Enselopati.
3. peritonitis 7. Bronkopneumonia
4. sepsis

D. PATOFISIOLOGI

Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati.
keadaan-keadaan seperti alkorhidiria,gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamine H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat
pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi sel mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s patch,
merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang melewati sirkulai sistemik
sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. salmonella thypi mengalami multiplikasi di
dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesentrika, hati dan limfe
(Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta :
IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh
jumlah dan virulansi kuman serta respon imun pejamu maka salmonella thypi akan keluar dari
habitnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella
thypi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan peyer’s patch dari
ileum terminal. Kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah dan penyebaran
retrograde dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus
atau dikeluarkan oleh tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas,
hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella thypi menstimulasi magrofag di dalam
hati, limpa, folikel, limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi
sitokinin dan zat-zat lain. Produk dari magrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,
sistem vascular tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan
menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi &
Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.    Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3.    Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b.    Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
c.    Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d.    Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
e.    Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid
juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tthypoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella
typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid
bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan
kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang
tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam
tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
1.     Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegali.
Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan
dasar.
2.     Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta didukung
oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H >
1/160 satu kali pemeriksaan).
3.     Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau positif
S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan
ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D.
2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI.

G. PENATALAKSANAAN
A. Medis
a.    Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1)    Klorampenicol
2)    Amoxicilin
3)    Kotrimoxasol
4)    Ceftriaxon
5)    Cefixim
b.    Antipiretik (Menurunkan panas) :
1)    Paracetamol
B.  Keperawatan
a.  Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi
f.     Diet
o Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
o   Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o   Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
o  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari
(Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah III. Jakarta: EGC).
DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing.

2.  Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI,
Jakart.

3.  Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika.

4.  Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

5. Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.


Cermin Dunia Kedokteran No. 83.).

6. Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.

7.  Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI).

8. Widodo,D.(2007).Buku Ajar Keperawatan Dalam.Jakarta: FKUI.


HASIL KASUS DAN PEMBAHASAN

KASUS
Tn.A berusia 40 tahun di rawat di RS kebumen dengan keluhan demam selama 4 hari dan
merasa nyeri di perut , nafsu makan menurun dan klien juga mengeluh mual muntah. klien
merasa gelisah serta lemas . Hasil pemeriksaan TTV menunjukan TD : 110/80 mmHg, S : 38.5 ,
RR :28x/menit, N: 90x/menit, spo2 : 90%.

A. PENGKAJIAN

Nama Pengkaji : Kelompok 3


Tanggal Masuk RS : Senin, 20 September 2021, 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Senin, 20 September 2021, 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Bangsal marwa
Sumber Data : Rekam Medik 20092021

1. Identitas
a. Identitas Pasien

Nama : Tn.A
Umur : 40 Tahun
Tanggal Lahir : 02 Mei 1981
Alamat : Desa Silihwangi Rt 02 Rw 04
Status : Menikah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal Masuk : 20 September 2021

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny B
Umur : 38 Tahun
Alamat : Desa Silihwangi Rt 02 Rw 04
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub Dg Pasien : Istri

2. Keluhan Pasien
a. Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari yang lalu
b. Keluhan Tambahan : Nafsu makan menurun serta mual muntah

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
b. Riwayat Penyakit keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis

4. Pola Fungsiona Virginia Handerson


a. Pola Bernafas Dengan Normal
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa memakai
alat bantu pernapasan.
Saat sakit : Klien mengatakan nafasnya masih normal dan tidak sesak
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan pola makannya teratur yakni makan 3x sehari
dengan menu makanan sayur dan nasi, minum 7 hingga 8 gelas perhari.
Saat sakit : Klien mengatakan nafsu makannya menurun dan jika makan akan
merasa mual dan muntah
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB dan BAK dengan lancar dengan pola
BAB 1 hari sekali pada pagi hari dengan konsistensi padat warna kuning, BAK
6-7x sehari urine berwarna kuning dan tidak ada keluhan.
Saat sakit : Klien mengatakan belum BAB maupun BAK saat dirawat dirumah
sakit.
d. Pola Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Sebelum sakit : Klien mengatakan dirinya sehat dan normal sehingga bisa
beraktivitas secara mandiri sehari-hari tanpa bantuan keluarga.
Saat sakit : Klien mengatakan dalam bergerak dibantu oleh keluarga karena
merasa lemas dan pusing.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan pola tidurnya normal dan teratur setelah isya
sekitar jam 8 malam dan memiliki kebiasaan tidur siang.
Saat sakit : Klien mengatakan pola tidurnya terganggu karena pusing dan merasa
mual muntah terus menerus
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat mengenakan pakaian sendiri tanpa
bantuan keluarga.
Saat sakit : Klien mengatakan dalam mengenakan pakaian, klien dibantu oleh
keluarganya.
g. Pola Mempertahankan Suhu Tubuh
Sebelum sakit : Klien mengatakan suhu tubuh normal (36oC) dan dapat
beradaptasi dengan suhu udara lingkungan sekitar.
Saat sakit : Klien mengatakan merasa demam dan setelah diperiksa suhu pasien
38,5 C.
h. Pola Personal Hygine
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat melakukan pemenuhan kebersihan diri
sendiri tanpa bantuan orang lain dengan pola mandi sehari 2 kali di pagi dan sore
hari menggunakan sabun, berkeramas menggunakan shampo seminggu 3 kali,
menggosok gigi 2 kali sehari dan memotong kuku seminggu sekali.
Saat sakit: Klien mengatakan pemenuhan kebersihan diri dibantu oleh keluarga
seperti menggosok gigi dan hanya di seka dengan menggunakan sabun 1 kali
sehari dan belum berkeramas.
i. Pola Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Klien mengatakan merasa nyaman berada dirumah ketika
melakukan aktivitasnya karena ada keluarga.
Saat sakit : Klien mengatakan rasa tidak nyaman karena tidak mampu
beraktivitas sendiri akibat rasa pusing dan mual muntah.
j. Pola Berkomunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat berbicara dan berkomunikasi dengan
orang lain seperti umumnya.
Saat sakit : Klien kurang dapat menyampaikan keluhan sakit dengan baik dengan
orang-orang sekitar termasuk keluarga dan tenaga medis karena pusing dan mual
muntah
k. Pola Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah dengan baik dan
rutin setiap hari di mushola depan rumahnya.
Saat sakit : Klien mengatakan belum melakukan ibadah shalat karena merasakan
pusing dan lemas
l. Pola Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering kesawah untuk bercocok tanam apabila
ada waktu yang senggang.
Saat sakit : Klien tidak pernah pernah kesawah karena apabila beraktivitas berat
klien pusing
m. Pola Kebutuhan Bermain dan Berekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan setiap seminggu sekali berekreasi ke tempat
wisata pantai bersama keluarga.
Saat sakit : Klien mengatakan saat ini tidak bisa berekreasi dan pergi ke pantai
bersama keluarganya.
n. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasanya mengikuti tabligh akbar tiap
minggunya.
Saat sakit : Klien mengatakan satu bulan ini tidak mengikuti kegiatan tabligh
akbar akibat rasa nyeri

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kondisi Kesadaran
Compos Mentis

b. Tanda – tanda vital


• Suhu tubuh : 38,5oC
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 90 x/menit
• Pernafasan : 28 x/menit
• SPO2 : 90%
• TB : 170 cm
• BB : 65 kg

c. Pemeriksaan Head to toe


 Kepala
Inspeksi :Bentuk kepala mesochepal, simetris , Rambut bersih, berwarna
putih beruban, pendek, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi
(rambut jagung dan kering), Kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada penonjolan/ pembengakakan, Tidak ada lesi.
 Wajah
Inspeksi : Wajah simetris, Warna kulit sawo matang, Tidak pucat/ikterik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema
 Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri, Bola mata simetris
kanan dan kiri, Warna konjungtiva pink (tidak anemis), dan sclera berwarna
putih (ikterik), Pemeriksaan pupil isokhor dengan ukuran kanan 3 mm dan
kiri 3 mm, Respon Cahaya +/+.
 Telinga
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Hidung
Inspeksi : Bentuknya simetris , warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada lesi, tidak ada sumbatan, Tidak terdapat polip, perdarahan dan tandatanda
infeksi
Palpasi : Tidak ada bengkak dan nyeri tekan
 Mulut dan bibir
Inspeksi : Bibir tampak pucat, mukosa lembab, Gigi tidak lengkap, terdapat
gigi berlobang, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah tidak simetris,
warna tonsil merah muda, langit-langit utuh dan tidak ada tanda infeksi
 Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok dan tidak
ada pembekakan kelenjar getah bening.
Inspeksi dan auskultasi : Pulsasi arteri karotis terdengar
Inspeksi dan palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
Auskultasi : Terdengar bising pembuluh darah.
 Dada / Paru-paru
Inspeksi : simetris, bentuk dan postur normal, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, ekspansi paru tidak seimbang antara kiri dan kanan, dan
tampak pengguanaan otot bantu pernapasan.
Palpasi : Taktil vremitus redup, cenderung menghilang.
Perkusi : Bunyi pekak hemitoraks.
Auskultasi : Bunyi wheezing di paru paru bagian kanan dan kiri.
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis normal.
Palpasi : Ictus cordis teraba di intracosta 5.
Perkusi : Suara pekak dari intracosta 2 sampai intarcosta 5.
Auskultasi : Irama regular, terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi
jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
 Abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit simetris, bentuk perut cembung, warna tidak ikterik
tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, tidak ada kelainan
umbilicus.
Auskultasi : frekuensi suara bising usus 22 x/menit
Palpasi: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Perkusi : suara timpani.
 Ekstremitas atas (bahu, siku, tangan)
Inspeksi struktur muskuloskletal : Tidak ada luka dan frakture.
Palpasi : Denyutan arteri. brachialis dan arteri. Radialis teraba jelas,
Kekuatan otot ekstremitas kanan 1,1/5.
 Pemeriksaan ekstremitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan
telapak kaki)
Bawah : Kaki tidak bengkak dan tidak terdapat luka dan endema, jumlah jari-
jari lengkap, ada kelemahan anggota gerak ekstremitas bagian kanan.
Kekuatan otot ekstremitas bawah 1/5, refleks babinski +/+.
 Kuku
Palpasi : capilary revill < 3 detik
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang
Palpasi: tidak ada luka tekan, tugor kulit baik
 Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC.

B. ANALISA DATA

N DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI PARAF


O

1 Data Subyektif (DS) : Hipertermia Proses Penyakit Kel 3


- Pasien mengeluh Demam (mis, infeksi,
sejak 4 hari yang lalu kanker)

Data Obyektif (DO) :


- Pasien terlihat gelisah
- Pasien tampak pucat
- Hasil pemeriksaan TTV
menunjukan TD: 110/80
mmHg, S: 38,5, RR:
28x/menit, Spo2: 90%

2 Data Subyektif (DS) : Defisit nutrisi Ketidakmampuan Kel 3


- Pasien Mengeluh mencerna
nafsu makan makanan
menurun
- Pasien mengatakan
dirinya merasa lemas
dan mual

Data Obyektif (DO) :


- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak
muntah terus
menerus
Prioritas Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia b.d Proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
2. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN KRITERIA HASIL SLKI

Setelah dilakukan perawatan


salama 3 x 24 jam diharapkan Termogulasi
Suhu Tubuh menurun dan kembali
normal
Kriteria Awal Akhir

Menggigil 3 5

Suhu tubuh 2 5

Suhu kulit 3 5

Pucat 3 5

Setelah dilakukan perawatan


selama 3 x 24 jam diharapkan Status Nutrisi
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Awal Akhir

Porsi makanan yang 2 5


dihabiskan

Nyeri abdomen 3 5

Nafsu makan 2 5

Frekuensi makan 2 5

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Hipertermia b.d proses penyakit (mis, Observasi :
infeksi,kanker)
- Identifikasi penyebab hipertermia
(mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor komplikasi akibat
hipertermia

Terapeutik :
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian Ciaran dan
elektrolit intravena, jika perlu

Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan Observasi :


mencerna makanan
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Monitor asupan makan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan

Terapeutik :
- Sajikan makanan yang menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan suplemen makanan jika
perlu

Kolabirasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetik) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu Dx Implementasi Respon Paraf


Kep

20 I,II Kel 3
September
2021

10.00 WIB - Klien


- Mengobservasi mengeluh
keluhan utama klien demam dan
nyeri perut

- Hasil TTV
11.00 WIB - Melakukan menunjukan
pemeriksaan TTV TD: 110/80
mmHg, S: 38,5,
RR: 28x/menit,
N: 90x/menit,
Spo2: 90%

11.30 WIB - Penyebab


- Identifikasi hipertermia
penyebab dikarenakan
hipertermia infeksi bakteri
salmonella
thypoid

13.00 WIB - Kulit teraba


hangat
- Monitor suhu tubuh - Suhu tubuh
pasien masih
meningkat
yaitu 38,5

13.30 WIB
- Klien
kooperatif dan
- Pemberian cairan merasa sedikit
elektrolit kesakitan

- Klien
14.00 WIB mengatakan
lemas karena
perutnya belum
- Identifikasi status
terisi makanan
nutrisi
14.30 WIB

- Klien tampak
meminum
- Pemberian obat oral
15.00 WIB sesuai anjuran
(Pereda nyeri)
- Klien
mengatakan
makanya tidak
- Monitor asupan
selera karena
makan
terus merasa
18.00 WIB mual

- Klien tampak
- Sajikan makanan memakan dua
yang menarik dan sendok makan
suhu yang sesuai - Klien
mengatakan
suka makanan
19.00 WIB yang berkuah
dan gurih

20.00 WIB - Suhu tubuh


- Monitor suhu tubuh klien 38

21.00 WIB - Kadar elektrolit


klien normal
- Monitor kadar
elektrolit - Tidak ada
komplikasi
- Monitor komplikasi
akibat hipertermia

21 I, II
September
2021

- Klien
07.00 WIB - Mengobservasi mengatakan
keluhan nyeri perut
berkurang dan
merasa lebih
baik

- Melakukan - TD : 130/80
7.30 IB pemeriksaan TTV mmHg, S :
36.5, RR :
24x/menit , N :
80x/menit ,
- Monitor suhu tubuh spo2 : 90%
08.00WIB
- Suhu tubuh
klien menurun
- Longgarkan pakaian yaitu 36.5
klien
09.30 WIB
- Klien bisa
mengganti
pakaian sendiri
dan ada
bantuan dari
keluarga

- Monitor asupan - Klien


makan menghabiskan
10.00 WIB
porsi makan
yang di
sediakan
- Identifikasi status - Klien
nutrisi mengatakan
11.30 WIB mual sudah
berkurang dan
sudah ada rasa
berselera untuk
makan

- Monitor kadar - Kadar elektrolit


elektrolit klien normal
11.00 WIB

- Pemberial obat oral - Klien


(antibiotic) meminum
13.30 WIB sesuai anjuran

22
September - Mengobservasi
2021 keluhan
- Klien
mengatakan
07.00 WIB nyeri perut
berkurang dan
- Melakukan merasa lebih
pemeriksaan TTV baik

- TD : 130/80
mmHg, S :
7.31 IB - Monitor suhu tubuh 36.5, RR :
24x/menit , N :
80x/menit ,
spo2 : 90%
- Longgarkan pakaian
klien - Suhu tubuh
08.00WIB
klien menurun
yaitu 36.5

- Klien bisa
09.30 WIB
mengganti
pakaian sendiri
dan ada
bantuan dari
- Monitor asupan keluarga
makan

- Klien
menghabiskan
- Identifikasi status porsi makan
10.00 WIB nutrisi yang di
sediakan
- Klien
mengatakan
mual sudah
11.30 WIB
berkurang dan
sudah ada rasa
berselera untuk
- Monitor kadar makan
elektrolit

- Kadar elektrolit
- Pemberial obat oral klien normal
(antibiotic)
11.00 WIB
- Klien
meminum
sesuai anjuran
13.30 WIB

F.EVALUASI

NO/TGL DX EVALUASI TTD


(1) I S: pasien mengatakan sudah tidak merasa demam lagi
22 O: Pasien tampak tenang sudah terlihat lebih segar
sebtembe A: Masalah hipertermia b.d proses penyakit ( mis infeksi
r 2021 kanker teratasi)
P : Hentikan intervensi
(2) II S: Pasien mengatakan sudah nafsu makan,sudah tidak mual
22 dan lemas
sebtembe O: pasien tampak sudah tidak pucat dan lebih segar
r 2021 A: Masalah deficit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna
makanan teratasi
P: Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai