Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TYPOID

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH KEPERAWATAN ANAK


Dosen Fasilitator : Rizeki Dwi Fibriansari,S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh:
1. Chrisinta Yuli Rahmawati (172303101003)
2. Putri Ayu Rokhomat (172303101030)
3. Aprilia Tri Wulandari (172303101040)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,berkat limpah rahmat
dan petunjuk-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai
Keperawatan Anak pada penyakit “Demam Thypoid” yang kami susun dari berbagai
sumber.
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami lebih jauh
tentang. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan Metabolik Endokrin (Thypoid)”. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharap kan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar buku ini
lebih sempurna dan dapat meningkatkan pembangunan bagi para pembaca.
Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi para
pembaca dan kita semua.

Lumajang, 22-02-2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi ........................................................................................................
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ....................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi .................................................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinik .......................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
2.1.7 Penatalaksaan ..............................................................................................
2.1.8 Komplikasi ..................................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif
(pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat berfungsi
sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat untuk penelitian. Untuk itu
kami mengakat masalah ini yang bnyak terjadi pada anak yaitu demam typoid.
Dan untuk demam typoid itu sendiri adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella
(Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah
besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pecernaan. Dan ada beberapa macam typoid itu sendiri antara lain: Keadaan karier,
Demam tifoid dengan komplikasi, Demam tifoid akut non komplikasi. Dan memiliki
tanda khas yakni tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu
minggu disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada
yang sampai mengalami gangguan kesadaran.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep dari demam typoid itu?
2) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada demam typoid itu sendiri?

1.3. Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui konsep typoid
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan typoid dgn ggn nutrisi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TYPOID


2.1.1 Definisi
Penyakit Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya
mengenai saluran pecernaan. Pertimbangkan demam tofoid pada anak yang demam
dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan
sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila telah berlangsung selama 7 hari atau
lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (Sodikin, 2011) .
Penyakit Demam Tifoid (typhus abdominalis) merupakan penyakit infeksi
akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya terdapat
pada manusia (Marni, 2016).
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa merupakan
mikroorganisme patogen yang berada di jaringan limfatik usus halus, hati, limpa,
dan aliran darah yang terinfeksi kuman ini berupa gram negatif yang akan nyaman
hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman ini akan mati pada suhu 70ºC dan dengan
pemberian antiseptik. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada
juga yang memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang
yaitu 60 hari. kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
2. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatik yang terdiri
atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namun memiliki susunan
antigen yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antigen O (somatik) dan antigen H
(flagela). Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan
sifat biokimia. Mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang terjadi
pada saluran pencernaan, basil diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu
masukke dalam peredaran darah sampai di organ-organ lain, terutama hatidan
limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa
sehinga organ-organ tersebut akan membesar disertai dan menyebar ke seluruh
tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri ; tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus.(Sodikin,2011)

2.1.3 Klasifikasi
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis:
1. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoidakut dikarakteristikkan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis. Fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada
anak-anak). Sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa
terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25%penyakit
menunjukkan adanya rose spot pada dada, abdomen dn punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi di feses.
2.1.4 Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk ke saluran pencernaan, khususnya usus
halus berama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman ini masuk atau menginvasi
jaringan limfoid mesenterika. Di sini akan terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman
yang berada pada jaringan imfoid tersebut masuk ke peredaran darah menuju limpa.
Di sini biasanya pasien merasakan nyeri. Kuman tersebut akankeluar dari hati dan
limpa. Kemudian, kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan endotoksin yang
dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan berkembang biak di sini.
Kuman Salmonella typhosa dan endotoksin merangsang sintesis dan pelepasan
pirogen yang akhirnya beredar di darah dan mempengaruhi pusat. (Marni,2016)
Salmonella typhosa

Masuk ke dalam saluran


pencernaan (usus halus)
Nekrosis

Menginvasi jaringan
limfoid
Peradangan

Masuk peredaran darah

Pasien merasa
Hati Limpa nyeri

keluar

Kembali ke usus halus


Pelepasan endotoksin
(berkembang biak)
Reinfeksi

usus halus
Kuman dan endotoksin

Merangsang sintesis Pelepasan pirogen

Mempengaruhi pusat Demam


Beredar dalam darah termoregulator

Perdarahan
Menyebar ke seluruh tubuh Tukak mukosa

Perforasi
2.1.5 Manifestasi Klinis
Tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu minggu
disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada yang
sampai mengalami gangguan kesadaran. Demam tinggi biasanya dimulai sore hari
sampai dengan malam hari. Kemudian, menurun pada pagi hari. Demam ini terjadi
kurang lebih selama 7 hari. Pada anak yang mengalami demam tinggi dapat terjadi
kejang. Gangguan pencernaan yang terjadi pada pasien demam thypoid yaitu mual,
muntah, nyeri ulu hati, perut kembung, anoreksia, lidah typoid (kotor, bagian
nelakang tampak putih pucat dan tebal, serta bagian unujung dan tepi kemerahan).
Selain itu juga dapat menyebabkan diare dan konstipasi. Gangguan kesadaran juga
dapat terjadi pada pasien demam typoid yaitu apatis, dan somnolen. Pada minggu
kedua, dapat terjadi hepatomegali, splenomegali, dan terdapat roseola. Roseola
merupakan bintik kecil kemerahan yang hilang dengan penekanan. Roseola ini
terdapat pada daerah perut, dada, dan kadang bokong.
Pemeriksaan fisik menujukan peningkatan suhu tubuh,lidah typoid,
hepatomegali, splenomegali, dan terdapat reseola (tidak semua pasien ada).
Pembahasan limpa terjadi pada akhir minggu pertama, tidak progresif dengan
konsistensi yang lebih lunak. Pada anak berusia di bawah 2 tahun, tanda dan gejala
yang terjadi yaitu demam tinggi mendadak, disertai muntah, kejang, dan tanda
rangsangan meninggal. (Marni,2016)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan laukosit atau
leukositosis (20.000-25000/mm3). Laju endap darah meningkat dan terdapat
gambaran leukosit normokromik. Selain itu, juga dapat ditemukan keukopenia
dengan limfositosis relatif. Untuk memastikan diagnosa demam typoid, perlu
dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan serologis. Pemeriksaan
bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses, urin, sumsum tulang ataupun
duodenum. Pada pasien demam typoid, biasanya dilakukan pemeriksaan darah
pada minggu pertama, sedangkan pemeriksaan feses dilakukan pada minggu kedua,
dan pemeriksaan dilakukan pada minggu ketiga. Padaa pemeriksaan serologis,
yang digunakan yaitu tes widal, dengan sadar reaksi aglutinasi antara agtigen
salmonella typhosa dan antibodi pada serum pasien. Tes widal dilakukan beberapa
kali, karena jika hanya dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum
bisa dijadikan standar untuk menentukan diagnosis demam typoid.

2.1.7 Penatalaksaan
Penatalaksaaan demam typoid dilakukan dengan terapi suportif, simptomatis, dan
pemberian antibiotik jika sudahditanggakkan diasnotik.
1. Terapi Suportif Demam Typoid:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
b. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
d. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
2. Terapi Simptomatik Demam Typoid:
a. Antipiretik, misalnya Parasetamol 3-4x500 mg (dewasa), 10 mg/kgBB/x
(maksimal hingga 6x/hari)
b. Mengurangi simtomatis gastrointestinal, misalnya antiemetik (Domperidon
3x10 mg atau Ondansetron 2x4 mg atau Metoclopramide 3x5 mg)
3. Terapi Definitif Demam Typoid (Antibiotik):

a. Lini pertama: Kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk


penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
b. Lini kedua: Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak),
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang).
2.1.8 Komplikasi
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akaan menyababkan komplikasi di
usus halus, di antaranya pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang
mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenik. Komplikasi dapat
menyebar di usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada
meningen, dan miokarditis.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1.1 Pengkajian keperawatan (Sodikin,2011)
1. Identitas
Nama klien dan yang bertangung jawab, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
dan lain-lain
2. Identifikasi
Penyakit ini sering di temukan pada anak usia di atas 1 tahun
3. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
kurang bersemangat, serta nafsumakan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
4. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhunya tidak tinggi sekal. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berasur-angsur baik setiap hari,biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari. Pada minggukedua, pasien terus berada dalam keadaan
demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kemali pada akhir
minggu ketiga
5. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seerapa dalam, yaitu apatis
sampai sopnoler, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisa (kecuali bila penyakitnya
berat dan terlambat mendapat pengobatan). Selain gejala-gejala tersebut mungkin
dapat ditemukan reseola ( bintik-bintik kemerahan karena emoboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat di temukan pada minggu pertama demam) kadang di
temukan juga radikardi dan eptistaksis pada anak yang lebih besar
6. Pemeriksaan fisik
a. Mulut
terdapat nafas yang berbau tidak sedapa, bibir kering, dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), sementara ujung
dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang di sertai tremor.
b. Abdomen
Dapat di penuhi keadaan perut kembung (meteorimus) bisa terjadi konstipasi,
diare, atau normal.
c. Hati dan linfe
Adanya pembesaran pada hati dan linfe di sertai nyeri pada saat di rabah
7. Pemeriksaan laboraturium
a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leokopenia, linfositosis relatif,
dan aneosinofiliapada permukaan saki.
b. Kultur darah (biakan, empedu, dan widal )
c. Biarkan empedu basil salmonella typhosadapat di temukan dalam darah pasien
pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering di temukan dalam urin
atau feses.
d. Pemeriksaan widal pemeriksaan yang di perlukan adalah titer zat anti terhadap
antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebeih merupakan kenaikan yang
progresif.

2.2.2 Diagnosa Keperawataan: (Marni,2016)


1) Ketidakseimbangan suhu tubuh
2) Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
3) Gangguan rasa aman nyaman
2.2.3 Diagnosa Prioritas
Ketidakseimbangan Suhu Tubuh
Definisi: beresiko terhadap kegagalan untuk memelihara suhu tubuh dalam batas
normal.
Faktor resiko:
Objektif
1) Perubahan laju metabolisme
2) Dehidrasi
3) Terpajan suhu lingkungan yang ekstrem
4) Usia yang ekstrem
5) Berat badan yang ekstrem
6) Kesakitan atau trauma yang mempengaruhi pusat pengatur suhu.
7) Inaktivitas
8) Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkuhngan
9) Pengonbatan yang menyebabkan vasokontriksi atau vasodilatasi
10) Sedasi
11) Aktivitas berlebihan
2.2.4 Intrervensi Keperawatan Yang Mungkin Sering Muncul :
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Anjurkan anak untuk istirahat
mutlak (betres total) sampai
suhu tubuh tindakan keperawatan
suhu tubuh turun dan di
selama .... X.... jam teruskan dua minggu lagi
untuk mencegah komplikasi .
diharapkan
2. Atur ruangan agar cukup
1. Penurunan suhu ventilasi, agar terjadi
penggantian udara.
tubuh
3. Berikan kompres dingin
2. Hipotermia dengan air kran.
4. Anjurkan pasien untuk
banyak minum (sirup, teh
manis, atau apa yang di
sukai), untuk mengganti
cairan dan elektrolit yang
hilang akibat demam.
5. Berikan pakean tipis, untuk
membantu penyerapan
keringat.
6. Observasi suhu tubuh, agar
suhu selalu terpantau.
7. Kolaborasi dengan medis
untuk pemberian obat
penurunan panas, agar suhu
tetap dalam batas normal
2. Kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan 1. Berikan makana n yang
tindakan keperawatan mengandung cukup cairan,
atau cairan dan
selama ... X.... jam, rendah serat, tinggi protein,
elektrolit kurang dari diharapakan klien dan mencegah permukaan
mampu : usus
kebutuhan tubuh
1. Asupan gizi 2. Jika kesadaran masih baik,
berikan makanan lunak
2. Asupan makanan
dengan lauk paut yang di
3. Asupan cairan cincang (hati dan daging),
dan sayuran labu siam atau
4. Energi
wortel yang di masak lunak
sekali. Boleh juga di berikan
tahu, telur setengah matang
atau matang yang di rebus.
Susu di berikan 2x1 gelas
atau lebih, jika makanan
tidak habis berikan susu
ekstra.
3. Berikan makana cair per sode
jika kesadarannya sudah
menurun dan berikan kalori
sesuai dengan kebutuhannya.
Pemberiannya di atur tiap
tiga jam termasuk makan
ekstra seperti sari buah atau
bubur kacang hijau yang di
haluskan. Jika nkesadarannya
membaik, makan di alihkan
secara bertahap dari cair ke
lunak.
4. Pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCl jika
kondisi pasien payah
(memburuk), seperti
menderita delirium. Jika
keadaan sudah tenang,
berikan makan per sode, di
samping infus masih di
teruskan. Makan per sode
biasanya merupakan setengah
dari jumlah kalori, sementara
setengah nya lagi masih per
infus. Secara ber tahab
dengan melihat kemajuan
pasien, bentuk makanan
beralih ke makanan biasa,
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi, cairan, dan elektrolit.
5. Observasi intake dan output,
untuk memantau pemasukan
dan pengeluaran.
3. Gangguan rasa aman Setelah dilakukan 3. Lakukan perawatan mulut 2
kali sehari, oleskan boraks
dan nyaman tindakan
gliserin (krim)pada bibir bila
keperawataan selama kering, dan beri minum
sering.
.... X.... jam, klien di
4. Apabila di pasanang sonde,
harapkan mampu: lakukan perawatan mulut dan
sekali-kali berikan minum
1. Merasakan aman
agar selaput lendir mulut dan
dan nyaman tenggorokan tidak kering.
5. Sebelum mulai berjalan,
2. Peningkatan
pasien di minta menggoyang-
kepuasan goyangkan kaki terlebih
dahulu sambil tetap tidur,
kemudian berjalan di sekitar
tempat tidur, kemudian
berjalan di sekitar tempat
tidur sambil berpeganga. Hal
ini perlu dilakukan karena
jika lama berbaring, ketika
berjalan mula-mula akan
terasa kesemutan.
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai
saluran pecernaan. Pertimbangkan demam tofoid pada anak yang demam dan
memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit
kepala (batuk). Demam ini berlangsung selama 7 hari atau lebih.
Macam-macam demam typoid itu sendiri antara lain: Keadaan karier, Demam
tifoid dengan komplikasi, Demam tifoid akut non komplikasi. Dan memiliki tanda
khas yakni tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu
minggu disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada
yang sampai mengalami gangguan kesadaran.

1.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini dan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin,2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan


Hepatobilier.,Jakarta : Salemba Medika
Marni,2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis., Penerbit: Erlangga
SOAL DEMAM TYPOID:

1. A datang ke klinik kesehatan dengan keluhan pusing, kemudian demam naik pada
malam hari dan trun pada siang harinya, dan juga mual, muntah, lemas, tidak berselera
makan.
Menurut kasus di atas diagnosa medis apa yang cocok untuk Tn. A adalah
A. HIV/AIDS
B. Typoid
C. Kejang
D. Demam
E. Glomerulonefritis
2. B datang ke Dokter untuk berkonsultasi tentang penyakitnya yang pernah dialami
yaitu penyakit Typoid. Ny. B mengatakan bahwa sebelum ia terkena penyakit typoid,
salah satu keluarganya ada yang mengalami penyakit tersebut dan beberapa minggu
kemudian Ny. B tersebut terkena penyakit yang sama dengan salah satu keluarganya
itu.
Berdasarkan kasus di atas penyakit typoid bisa menular melalui ?
A. Oral – Fecal
B. Udara
C. Sentuhan
D. Keringat
E. Transfui darah
3. H umur 19 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan, mual, muntah sejak 3 hari
lalu. Pasien mengeluh lemas, tidak nafsu makan, juga tidak brgairah untuk
beraktivitas, dan pasien juga mengeluh demam tinggi pada malam hari sedangkan
pada siang harinya demam turun kurang lebih 3 minggu. Dari data tersebut pasien
didiagnosa Typoid.
Apakah pemeriksaan Lab yang paling menunjang untuk diagnosa kasus diatas ?
A. ELISA
B. Uji Schick
C. Uji Widal
D. Pemeriksaan Hemoglobin
E. Pemeriksaan darah lengkap
4. Seorang permpuan berusia 15 tahun datang ke rumah sakit . ia mengeluh pusing,
demam naik turung selama 1 minggu, mulut terasa pahit. Kemudian perawat
melakukan pemeriksaan fisik terdadap pasien. Pada Pemeriksaan fisik abdomen , saat
auskultasi didapatkan bising usus yang kuang dari 5x/menit. Maka diagnosa
keperawatan yang tepat untuk kasus diatas adalah
A. Diare
B. Hipertermi
C. Itolenransi aktivitas
D. Risiko cidera
E. Konstipasi
5. Seorang laki – laki umur 19 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pusing, tidak
bergairah untuk beraktivitas, badan lemas, mual muntah, demam naik turuk. Setelah
dialkukan pemeriksaan laboratirum pasien diagnosa positif Typoid.
Berdasrkan kasusu diatas penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan typoid
adalah
A. Istirahat dan perawatan, Diet terapi penunjang, Pemberian antimikroba
(klorampenikol)
B. Istirahat, olahraga, pemberian obat (salbutamol)
C. Terapi, Diet rendah serat, pemberian obat (paracetamol
D. Perawatan, olahraga, pemberian anthistamin
E. Tirah baring, Bubur saring, pemberian obat (amoksilin)
6. Seorang anak umur 5 tahun di bawa orang tuanya ke rumah sakit karena panas panas
naik turun selama 3 minggu, tidak nafsu makan, diare. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata anak tersebut dinyatakan positif typoid. Maka antibiotik apa yang tidak boleh
diberikan kepada anak tersebut..
A. Ciprofloxacin
B. Cotrimoxazole
C. Ampisilin
D. Klorampenikol
E. Tiampenikol
7. Seorang perempuan 18 tahun datang kerumah sakit mengalmi penurunan kesadaran,
tampak pucat, lidah yang berselaput (kotor), mual, muntah, mengelunh nyeri tekan
pada perut bagian kanan atas.
Berdasarkan kasus diatas “nyeri tekan pada perut bagian kanan atas” disebabkan
karena
A. Hepatomegali atau pembesaran hati
B. Splenomgali atau pembesaran limfe
C. Inflamasi
D. Diare
E. Mual muntah
8. L datang ke klinik dan di diagnoasa typoid. Pasien mengeluh kram abdomen, nafsu
makan menurun dan pasien juga mengeluh cepat kenyang setelah apabila makan.
Menurut kasus diatas diagnosa keperawatan yang tepat adalah
A. Risiko kekurangan volume cairan
B. Risiko ketidakseimbangan nutrisi
C. Harga diri rendah
D. Termogulasi
E. Hipertermi
9. Sorang perempuan umur 19 tahun pergi ke dokter karena demam tinggi naik turun
selama 2 minggu. Setelah diperiksa Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan
typoid. Kemudian dokter memberikan terapi obat untuk pasien tersebut agar
penyakitnya sembuh.
Berdasarkan kasus diatas terapi obat apa yang tepat untu typoid?
A. Salbutamol
B. Ambroksol
C. Tiampenikol
D. Dextrometropan
E. Antasida
10. Seorang anak perempuan umur 10 tahun dibawa ayahnya ke klinik dan mengeluh
bahwa anaknya sudah 1 minggu demam naik turun, saat pagi turun dan pada saat
malam harinya demamnya meninggi, nafsu makannya menurun, diare, kemudian nyeri
perut bagian kanan atas. Setelah diperiksa dokter menyakan anak tersebut terkena
typoid dan dokter pun memberikan terapi obat yang salah satunya adalah
klorampenikol.
Untuk kasus di atas selain penatalaksanaan dengan terapi obat adalah dengan
menggunakan?
A. Olahraga setiap hari
B. Diet, istirahat dan perawatan
C. Transfusi darah
D. Masasse
E. Diet serat tinggi

Anda mungkin juga menyukai