Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KMB II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT


GANGGAN SUHU TUBUH PADA THYPOID
ABDOMINALIS

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III

Zulkifli Dama Nurhayati Amu


Alin Anggraini Abdul Putri Oktaviani Karim
Fajlia Radjulani Siti Nuranda Buhang
Lindawaty Poi Tiara Magfira Yusuf
Muamalia M Nusi

III A DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO


T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “GANGGUAN SUHU TUBUH PADA
THYPOID ABDOMINALIS” ini dengan dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sesuai dengan
referensi yang kami dapatkan sehingga dapat membantu kita semua untuk
dapat memahami isi materi dari makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah yang saya buat
ini .
Akhir kata kami berharap para pembaca dapat dengan mudah
memahami dan mengerti dengan makalah yang kami buat dengan judul
“GANGGUAN SUHU TUBUH PADA THYPOID ABDOMINALIS”
sehingga mampu menambah pengetahuan para pembaca.

Gorontalo, 20 Juli 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang .............................................................................................
Rumusan masalah........................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Definisi.........................................................................................................
Klasifikasi....................................................................................................
Etiologi.........................................................................................................
Manifestasi Klinis .......................................................................................
Patofisiologi.................................................................................................
Pemeriksaan diagnostik................................................................................
Kompikasi....................................................................................................
Penatalaksanaan medis.................................................................................
Pathway........................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian....................................................................................................
Diagnosa keperawatan.................................................................................
Luaran dan Intervensi...................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
Daftar pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang mengganggu perjalanan tumbuh kembang anak
adalah penyakit demam tifoid yang sudah diketahui sejak ribuan tahun dan
sampai sekarang masih sering menyerang anak pada usia balita dan anak
sekolah. Angka kejadian maupun cara penularan serta dampak pada anak yang
menderita demam tifoid di negara yang sedang berkembang sangat berbeda dan
bervariasi dibandingkan dengan yang terjadi di negara yang maju atau negara
industri.
Di Negara yang sudah maju angka kejadiannya sudah sangat berkurang,
seperti halnya di Amerika Serikat yang hanya menunjukkan angka kejadian
0,2/100.000 sedangkan di negara yang sedang berkembang seperti halnya di
Indonesia masih bisa mencapai 500/100.000 penduduk dengan angka kematian
yang tinggi.Data yang akurat sulit di dapatkan secara nasional. Data di rumah
sakit hanyalah sedikit sekali dan data di masyarakat akan lebih memberikan
gambaran epidemiologic penyakit ini. Tingginya angka kejadian di masyarakat
dapat menggambarkan tingkat kesehatan masyrakat pada umumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari typhoid abdominalis?
2. Apa klasifikasi dari typhoid abdominalis ?
3. Apa saja etiologi dari typhoid abdominalis?
4. Bagaimana manifestasi klinis typhoid abdominalis?
5. Apa saja patofisiologi dari typhoid abdominalis?
6. Bagaimana pemeriksanaan penunjang dari typhoid abdominalis?
7. Apa saja penatalaksanaan dari typhoid abdominalis?
8. Bagaimana Pathway dari thypoid abdominalis?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan anak pada pasien typhoid abdominalis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari typhoid abdominalis
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari typhoid abdominalis
3. Untuk mengetahui etiologi dari typhoid abdominalis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis typhoid abdominalis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari typhoid abdominalis
6. Untuk mengetahui pemeriksanaan penunjang dari typhoid abdominalis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari typhoid abdominalis
8. Untuk mengetahui Pathway dari thypoid abdominalis
9. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan anak pada pasien typhoid
abdominalis
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Demam typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran”
(Nursalam, 2005)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Hidayat,
2006)
Dari beberapa pendapat di atas, demam typhoid merupakan
penyakit yang di sebabkan oleh salmonella thyposa dan menyerang
saluran pencernaan khususnya di usus halus.

2. KLASIFIKASI THYPOID
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan
perbedaan gejala klinis:
1. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam
berkepanjangan abnornormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia.
Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode
demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya rose spot pada
dada, abdomen dan punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, proforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen
3. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi
difeses.

3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya demam typhoid adalah bakteri Salmonella
Typhi, kuman salmonella typhi berbentuk batang, gram negative, tidak
berspora, berkapsul tumbuh baik di suhu 370C. Manusia merupakan satu
satunya natural reservoir. Kontak langsung atau tidak langsung dengan
individu yang terinfeksi merupakan hal penting terjadinya infeksi
(Ardyansyah 2012).

4. MANIFESTASI KLINIS
 Diare. Bising usus hiperaktif, konsistensi feses cair dan berlendir.
 Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri tekan pada abdomen.
 Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga
suhu tubuh berangsur angsur turun dan kembali normal.
 Dehidrasi dan turgor kulit memburuk.
 Gangguan pada saluran cerna; nausea, halitosis, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus,
mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai
nyeri pada perabaan.
 Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen)
 Bintik-bintik kemerahan pada kulit (rosela) akibat emboli basil dalam
kapiler kulit
 Epistaksis
5. PATOFISIOLOGI
 Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus
halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ
lainnya.
 Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikulo endoteleal melepaskan kuman dalam peredearan darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman
masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limfa, usus dan
kandung empedu.
 Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan
pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat
terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus
dapat menyebabkan pendarahan, bahkan sampai proforasi usus. Selain
itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limfa membesar
 Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi
1. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di
temukan leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis data terjadi walaupun tanpa di sertai infeksi sekunder.
Selain itu dapat pula di temukan anemia ringan dan trombositopenia
pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam tyoid dapat meningkat
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus
2. Kultur darah
Hasi biakan darah yang pasif memastikan demam typoid akan
tetapi hasil neggatif tidak menginginkan demam typoid karenan
mungkin di sebabkan sbg :
a. Telah mendapat terapi antibiotic
a. Volume darah yang timbul kurang
b. Riwayat vaksinasi
3. Uji widal
Uji widal digunakan untuk di deteksi antibodi terhadap kuman
salmonella typhi pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman salmonella typhi dengan antibody di sebut agglutinin.
Antigen yang di gunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu :
a. Aglutinin O (dari tubuh kuman)
a. Aglutinin H (flagella kuman )
b. Aglutinin Vi ( sampai kuman)

dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin 1 dan 3 yang digunakan.!


emakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman
ini.
ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotic
a. Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid
b. Waktu pengambilan darah
c. Darah endemik atau non endemic
d. Riwayat vaksinasi
e. Reaksi anamnestic
f. faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin
silang dan strain
Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen

7. KOMPLIKASI
Menurut sudoyo,2010 komplikasi dari typoid dapat di bagi dalam :
1. komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer ( renjatan sepsis),
miokarditis, thrombosis,dan tromboflebitie
b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia
hemolitik,
c. Paru : pneumonia,empyema,pleuritis
d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis, dan kolesistitis.
e. Ginjal : glomerulonephritis, pielonefritis, dan perinefritis
a. Tulang : oeteomielitis, periostitis,epondilitis,dan arthritis.
f. Neuropsikiatrik : delirium, sindrom guillan- bare, psikosis dan
sindrom katatonia
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keaadaan tokremia berat dan
kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang
sempurna.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
1. Pemberian antibiotic

Terapi ini di maksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam


typoid. Obat yang sering di pergunakan adalah :
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam
6 hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4
gram/hari selama 3 hari).
2. Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penderita sebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1
minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi dilakukan secara
bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme
penularan penyakit ini, kebersihan perorangan perlu dijaga karena
ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil.
3. Nonfarmakologi dan Diet
a. Diharuskan untuk Bedrest
b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita
diberi makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita
dapat diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa,
sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar
gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang
kesembuhan penderita (Widoyono, 2011).
4. Perawatan sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat
tidur, pakaian, dan peralatan yang digunakan oleh klien.

9. PATHWAY
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab, berisi
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosa
medis, no tempat RM.
2) Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang Ingesti makanan yang tidak dimasak
misalnya daging, telur, atau terkonta- minasi dengan minuman.
 Riwayat Kesehatan lalu
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Tempat tinggal dan kondisi sanitasi lingkungan
tempat tinggal.
 Thypoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang
menderita dan demam tifoid menularkan kepada janin melalui
darah.
 Riwayat Imunisasi Berisi mengenai pemberian vaksin BCG,
DPT, Polio, Campak, Hepatitis,waktu pemberian dll.
 Riwayat tumbuh kembang Dibagi menjadi pertumbuhsn fisik
meliputi berat yakni badan, tinggi badandan perkembangan
tiap tahap meliputi berguling, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum kepada orang lain, bicara, berpakaian.
 Riwayat Nutrisi Jenis yang dikaji pemeberian asi, pemberian
susu tambahan, pemberian makaanan tambahan (sereal)
4) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Biasanya mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak
enak, pada pasien typhoid anorexia.
 Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong,muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran
normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan, serta bising usus abnormal.
 Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.
 Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat didapatkan tachiardi saat pasien bisa akan tetapi
mengalami peningkatan suhu tubuh.
 Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.
 Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
konsistensi feses cair dan berlendir atau terdapat bercak darah,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
 Sistem muskuloskeletal
Apakah ada pada gangguan extrimitas atas dan bawah atau tidak
ada gangguan.
 Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.

B. Diagnosa keperawatan
1) Diare
2) Nyeri
3) Hipertermi
4) Resiko hipovolemia
5) Resiko defisit nutrisi

C. LUARAN DAN INTERVENSI

No Diagnosa Luaran Intervensi

Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare


intervensi selama 24 jam
Observasi :
maka eliminasi fekal
Definisi : membaik dengan kriteria - Identifikasi penyebab diare
Pengeluaran hasil : (mis. Inflamasi
gastrointestinal, intasi
feses yang - Kontrol pengeluaran gastrointertinal, prose
sering, lunak infeksi, malabsorpsi,
feses meningkat
dan tidak ansletas, stres, efek obat-
- Distensi abdomen
berbentuk. obatan, pemberian botol
menurun
susu)
- Urgency menurun
- Identifikasi riwayat
- Nyeri abdomen pemberian makanan
menurun - Monitor wama, volume,
- Kram abdomen frekuensi, dan konsistensi
- Konsistensi feses tinja
membaik - Monitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis,
- Frekuensi BAB
takikardia, nadi teraba
membaik lemah, tekanan darah turun,
- Peristaltik usus turgor kulit turun, mukosa
membaik mulut kering. CRT
melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi
kulit di daerah perlanal
- Monitor jumlah
pengeluaran diare
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
(mis. larutan garam gula,
oralit, pedialyte, renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena
(mis. ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu ambil
sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari
makanan pernbentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
- Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi permberian obat
antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. papaverin, ekstak
belladonna mebeverine)
- Kolaborasi pemberian-obat
pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)

Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


Definisi : intervensi selama 1×24
Observasi :
pengalaman jam, maka Tingkat Nyeri
sensorik atau - Identifikasi lokasi,
membaik dengan kriteria
emosional
karakteristik, durasi,
yang hasil : frekuensi, kualitas,
berkaitan - Kemampuan intensitas nyeri
dengan menuntaskan
kerusakan - Identifikasi skala nyeri
aktivitas
jaringan meningkat - Identifikasi respon nyeri
actual atau - Keluhan nyeri
fungsional, non verbal
menurun
dengan onset - Meringis - Identifikasi faktor yang
mendadak menurun
memperberat dan
atau lambat - Gelisah menurun
dan - Kesulitan tidur memperingan nyeri
berintensitas menurun
- Monitor keberhasilan terapi
ringan - Muntah menurun
hingga berat - Mual menurun komplementer yang sudah
- Frekuensi nadi
yang diberikan
membaik
berlangsung
- Pola napas - Monitor efek samping
kurang dari 3 membaik
bulan penggunaan analgetik
- Nafsu makan
membaik Terapeutik
- Pola tidur
membaik - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

- Jelaskan penyebab, pereda


dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


intervensi selama 24 jam Observasi
Definisi :
termogulasi membaik
- Identifikasi penyebab
Suhu tubuh
dengan kriteria hasil : hipertermi (mis. dehidrasi,
meningkat
diatas - Menggigil menurun terpapar lingkungan
rentang panas, penggunaan
- Kulit merah
normal inkubator)
tubuh menurun - Monitor suhu tubuh
- Kejang menurun - Monitor keadaan elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Akrosianosis
- Monitor komplikasi akibat
menurun hipertermi
- Konsumsi oksigen Terapeutik
menurun - Longgarkan atau lepaskan
- Pucat menurun pakaian
- Lakukan pendinginan
- Takikardi menurun
eksternal (mis. selimut
- Takipnea menurun hipertermi atau kompres
- Bradikardi menurun dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hipoksia menurun - pemberian antibiotik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia intervensi keperawatan
Observasi
selama 1x24 jam,
makaStatus Cairan - Periksa tanda dan gejala
Definisi: Membaikdengan kriteria hipovolemia (mis. frekuensi
Beresiko nadi meningkat, nadi teraba
hasil :
mengalami
penurunan lemah,tekanan darah
- Kekuatan nadi
volume menurun, tekanan nadi
cairan meningkat
menyempit, turgor kulit
intravaskuler, - Turgor kulit
menurun, membran
interstisial, meningkat
dan/atau mukosakering, volume urin
intraselular - Output urine
menurun, hematokrit
meningkat
merningkat, haus, lemah)
- Pengisian vena
- Monitor intake dan output
meningkat
cairan
- Ortopnea
Terapeutik
menurun
- Dispnea menurun - Hitung kebutuhan cairan
- Paroxysmal - Berikan posisi modified
nocturnal Trendelenburg
dyspenia (PDN) - Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi
- Distensi vena
- Anjurkan memperbanyak
jugularis
asupan cairan oral
menurun
- Suara nafas - Anjurkan menghindari
tambahan perubahan posisi mendadak
menurun Kolaborasi
- Perasaan lemah
- Kolaborasi pemberian
menurun
cairan IV isotonis (mis.
- Keluhan haus
NaCl, RL)
menurun
- Kolaborasi pemberian
- Konsentrasi urine
cairan IV hipotonis (mis.
menurun
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Frekuensi nadi
- Kolaborasi pemberian
membaik
cairan koloid (mis.
- Tekanan darah
albumin, Plasmanate)
membaik
- Kolaborasi pemberian
- Tekanan nadi
produk darah
membaik
- Membran
mukosa membaik Pemantauan Cairan
- Jugular Venous
Observasi
Pressure (JVP)
membaik - Monitor frekuensi dan

- Kadar Hb kekuatan nadi


membaik - Monitor frekuensi napas
- Kadar Ht - Monitor tekanan darah
membaik - Monitor berat badan
- Central Vencus - Monitor waktu pengisian
Pressure kapiler
membaik - Monitor elastisitas atau
- Refluks turgor kulit
hepatojugular - Monitor jumlah, warna dan
membaik berat jenis urine
- Berat badan - Monitor kadar albumin dan
membaik protein total
- Hepatomegali - Monitor hasil pemeriksaan
membaik serum (mis. Osmolaritas
- Oliguria serum, hematokrit, natrium,
membaik kalium, BUN)
- Intake cairan - Monitor intake dan output
membaik cairan
- Status mental - Identifikasi tanda-tanda
membaik hipovolemia (mis. frekuensi
- Suhu tubuh nadi meningkat, nadi teraba
membaik lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukasa
kering, volume urin
menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi unne
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
- Identifikasi tanda-tanda
hipenvolemia (mis.
dispnea, edema perifer,
edema anasarka, Jv
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam
waku singkat)
- Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
(mis. prosedur pembedahan
mayor trauma/perdarahan,
luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi
intenstinal)
Terapeutik

- Atur internal waktu


pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Risiko Setelalah dilakukan Manajemen nutrisi
Defisit tindakan
Observasi
Nutrisi
keperawatan selama 24
- Identifikasi status nutrisi
jam status nutrisi
- Identifikasi alergi dan
membaik dengan kriteria
Definisi: intoleransi makanan
hasil:
Berisiko - Identifikasi makanan yang
- Porsi makan disukai
mengalami
yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori
asupan
meningkat dan jenis nutrien
nutrisi tidak
- Kekuatan otot - Monitor asupan makanan
cukup untuk
mengunyah - Monitor berat badan
memenuhi
kebutuhan menigkat Terapeutik
metabolisme. - Kekuatan otot
- Lakukan oral hygine
Setelalah menelan
sebelum makan, jika perlu
dilakukan meningkat
- Sajikan makanan secara
tindakan - Verbalisasi
menarik dan suhu yang
keinginan untuk
sesuai
meningkatkan
- Berikan makanan tinggi
nutrisi meningkat
serat untuk mencegah
- Pengetahuan
konstipasi
tentang pilihan
- Berikan makanan tinggi
makanan yang
kalori dan tinggi protein
sehat meningkat
Edukasi
- Pengetahuan
tentang pilihan - Anjurkan posisi duduk, jika

minuman yang mampu

sehat meningkat - Ajarkan diet yang

- Pengetahuan diprogramkan

tentang standar Kolaborasi

nutrisi yang tepat - Kolaborasi pemberian


meningkat medikasi sebelum makan
- Penyiapan dan (mis. Pereda nyeri, anti
penyimpanan mietik) jika perlu
makanan yang - Kolaborasi dengan ahli gizi
aman meningkat untuk menentukan jumlah
- Penyiapan dan kalori dan jenis nutrien yang
penyimpanan dibutuhkan jika perlu
minuman yang
aman meningkat
- Berat badan
membaik
- Indeks masa
tubuh membaik
- Frekuensi makan
membaik
- Bissing usus
membaik

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran”
(Nursalam, 2005)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Hidayat, 2006)
Ada 3 macam klasifikasi demam tifoid menurut WHO (2003), Demam
tifoid akut non komplikasi, Demam tifoid dengan komplikasi, dan keadaan
karier.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, Mahasiswa dapat memahami
bagaimana pembuatan Makalah serta ASKEP. Disarankan bagi penderita
Hipertensi untuk lebih memperhatikan perilaku hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi. 2010 . asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: cv.sagung seto


Ranuh GDE . 2012. Beberapa catatan kesehatan anak. Jakarta: sagung seto
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017 . Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018 . Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
https://id.scribd.com/doc/283385660/AsuhanKeperawatan-Anak-Dengan-
Demam-Typhoid
https://id.scribd.com/doc/287854218/Askep-Demam-Thypoid-Anak
s

Anda mungkin juga menyukai