DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang .............................................................................................
Rumusan masalah........................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Definisi.........................................................................................................
Klasifikasi....................................................................................................
Etiologi.........................................................................................................
Manifestasi Klinis .......................................................................................
Patofisiologi.................................................................................................
Pemeriksaan diagnostik................................................................................
Kompikasi....................................................................................................
Penatalaksanaan medis.................................................................................
Pathway........................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian....................................................................................................
Diagnosa keperawatan.................................................................................
Luaran dan Intervensi...................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
Daftar pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang mengganggu perjalanan tumbuh kembang anak
adalah penyakit demam tifoid yang sudah diketahui sejak ribuan tahun dan
sampai sekarang masih sering menyerang anak pada usia balita dan anak
sekolah. Angka kejadian maupun cara penularan serta dampak pada anak yang
menderita demam tifoid di negara yang sedang berkembang sangat berbeda dan
bervariasi dibandingkan dengan yang terjadi di negara yang maju atau negara
industri.
Di Negara yang sudah maju angka kejadiannya sudah sangat berkurang,
seperti halnya di Amerika Serikat yang hanya menunjukkan angka kejadian
0,2/100.000 sedangkan di negara yang sedang berkembang seperti halnya di
Indonesia masih bisa mencapai 500/100.000 penduduk dengan angka kematian
yang tinggi.Data yang akurat sulit di dapatkan secara nasional. Data di rumah
sakit hanyalah sedikit sekali dan data di masyarakat akan lebih memberikan
gambaran epidemiologic penyakit ini. Tingginya angka kejadian di masyarakat
dapat menggambarkan tingkat kesehatan masyrakat pada umumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari typhoid abdominalis?
2. Apa klasifikasi dari typhoid abdominalis ?
3. Apa saja etiologi dari typhoid abdominalis?
4. Bagaimana manifestasi klinis typhoid abdominalis?
5. Apa saja patofisiologi dari typhoid abdominalis?
6. Bagaimana pemeriksanaan penunjang dari typhoid abdominalis?
7. Apa saja penatalaksanaan dari typhoid abdominalis?
8. Bagaimana Pathway dari thypoid abdominalis?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan anak pada pasien typhoid abdominalis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari typhoid abdominalis
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari typhoid abdominalis
3. Untuk mengetahui etiologi dari typhoid abdominalis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis typhoid abdominalis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari typhoid abdominalis
6. Untuk mengetahui pemeriksanaan penunjang dari typhoid abdominalis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari typhoid abdominalis
8. Untuk mengetahui Pathway dari thypoid abdominalis
9. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan anak pada pasien typhoid
abdominalis
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Demam typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran”
(Nursalam, 2005)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Hidayat,
2006)
Dari beberapa pendapat di atas, demam typhoid merupakan
penyakit yang di sebabkan oleh salmonella thyposa dan menyerang
saluran pencernaan khususnya di usus halus.
2. KLASIFIKASI THYPOID
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan
perbedaan gejala klinis:
1. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam
berkepanjangan abnornormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien
dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia.
Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode
demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya rose spot pada
dada, abdomen dan punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, proforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen
3. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur
pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi
difeses.
3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya demam typhoid adalah bakteri Salmonella
Typhi, kuman salmonella typhi berbentuk batang, gram negative, tidak
berspora, berkapsul tumbuh baik di suhu 370C. Manusia merupakan satu
satunya natural reservoir. Kontak langsung atau tidak langsung dengan
individu yang terinfeksi merupakan hal penting terjadinya infeksi
(Ardyansyah 2012).
4. MANIFESTASI KLINIS
Diare. Bising usus hiperaktif, konsistensi feses cair dan berlendir.
Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri tekan pada abdomen.
Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga
suhu tubuh berangsur angsur turun dan kembali normal.
Dehidrasi dan turgor kulit memburuk.
Gangguan pada saluran cerna; nausea, halitosis, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus,
mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai
nyeri pada perabaan.
Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen)
Bintik-bintik kemerahan pada kulit (rosela) akibat emboli basil dalam
kapiler kulit
Epistaksis
5. PATOFISIOLOGI
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus
halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer),
dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ
lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
retikulo endoteleal melepaskan kuman dalam peredearan darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman
masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limfa, usus dan
kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan
pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat
terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus
dapat menyebabkan pendarahan, bahkan sampai proforasi usus. Selain
itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limfa membesar
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi
1. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di
temukan leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis data terjadi walaupun tanpa di sertai infeksi sekunder.
Selain itu dapat pula di temukan anemia ringan dan trombositopenia
pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam tyoid dapat meningkat
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus
2. Kultur darah
Hasi biakan darah yang pasif memastikan demam typoid akan
tetapi hasil neggatif tidak menginginkan demam typoid karenan
mungkin di sebabkan sbg :
a. Telah mendapat terapi antibiotic
a. Volume darah yang timbul kurang
b. Riwayat vaksinasi
3. Uji widal
Uji widal digunakan untuk di deteksi antibodi terhadap kuman
salmonella typhi pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman salmonella typhi dengan antibody di sebut agglutinin.
Antigen yang di gunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu :
a. Aglutinin O (dari tubuh kuman)
a. Aglutinin H (flagella kuman )
b. Aglutinin Vi ( sampai kuman)
7. KOMPLIKASI
Menurut sudoyo,2010 komplikasi dari typoid dapat di bagi dalam :
1. komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer ( renjatan sepsis),
miokarditis, thrombosis,dan tromboflebitie
b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia
hemolitik,
c. Paru : pneumonia,empyema,pleuritis
d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis, dan kolesistitis.
e. Ginjal : glomerulonephritis, pielonefritis, dan perinefritis
a. Tulang : oeteomielitis, periostitis,epondilitis,dan arthritis.
f. Neuropsikiatrik : delirium, sindrom guillan- bare, psikosis dan
sindrom katatonia
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keaadaan tokremia berat dan
kelemahan umum, terutama bila perawatan pasien kurang
sempurna.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
1. Pemberian antibiotic
9. PATHWAY
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab, berisi
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, diagnosa
medis, no tempat RM.
2) Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang Ingesti makanan yang tidak dimasak
misalnya daging, telur, atau terkonta- minasi dengan minuman.
Riwayat Kesehatan lalu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Tempat tinggal dan kondisi sanitasi lingkungan
tempat tinggal.
Thypoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang
menderita dan demam tifoid menularkan kepada janin melalui
darah.
Riwayat Imunisasi Berisi mengenai pemberian vaksin BCG,
DPT, Polio, Campak, Hepatitis,waktu pemberian dll.
Riwayat tumbuh kembang Dibagi menjadi pertumbuhsn fisik
meliputi berat yakni badan, tinggi badandan perkembangan
tiap tahap meliputi berguling, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum kepada orang lain, bicara, berpakaian.
Riwayat Nutrisi Jenis yang dikaji pemeberian asi, pemberian
susu tambahan, pemberian makaanan tambahan (sereal)
4) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Biasanya mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak
enak, pada pasien typhoid anorexia.
Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong,muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran
normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah
abdomen ditemukan nyeri tekan, serta bising usus abnormal.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.
Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat didapatkan tachiardi saat pasien bisa akan tetapi
mengalami peningkatan suhu tubuh.
Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.
Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
konsistensi feses cair dan berlendir atau terdapat bercak darah,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
Sistem muskuloskeletal
Apakah ada pada gangguan extrimitas atas dan bawah atau tidak
ada gangguan.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
B. Diagnosa keperawatan
1) Diare
2) Nyeri
3) Hipertermi
4) Resiko hipovolemia
5) Resiko defisit nutrisi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia intervensi keperawatan
Observasi
selama 1x24 jam,
makaStatus Cairan - Periksa tanda dan gejala
Definisi: Membaikdengan kriteria hipovolemia (mis. frekuensi
Beresiko nadi meningkat, nadi teraba
hasil :
mengalami
penurunan lemah,tekanan darah
- Kekuatan nadi
volume menurun, tekanan nadi
cairan meningkat
menyempit, turgor kulit
intravaskuler, - Turgor kulit
menurun, membran
interstisial, meningkat
dan/atau mukosakering, volume urin
intraselular - Output urine
menurun, hematokrit
meningkat
merningkat, haus, lemah)
- Pengisian vena
- Monitor intake dan output
meningkat
cairan
- Ortopnea
Terapeutik
menurun
- Dispnea menurun - Hitung kebutuhan cairan
- Paroxysmal - Berikan posisi modified
nocturnal Trendelenburg
dyspenia (PDN) - Berikan asupan cairan oral
menurun Edukasi
- Distensi vena
- Anjurkan memperbanyak
jugularis
asupan cairan oral
menurun
- Suara nafas - Anjurkan menghindari
tambahan perubahan posisi mendadak
menurun Kolaborasi
- Perasaan lemah
- Kolaborasi pemberian
menurun
cairan IV isotonis (mis.
- Keluhan haus
NaCl, RL)
menurun
- Kolaborasi pemberian
- Konsentrasi urine
cairan IV hipotonis (mis.
menurun
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Frekuensi nadi
- Kolaborasi pemberian
membaik
cairan koloid (mis.
- Tekanan darah
albumin, Plasmanate)
membaik
- Kolaborasi pemberian
- Tekanan nadi
produk darah
membaik
- Membran
mukosa membaik Pemantauan Cairan
- Jugular Venous
Observasi
Pressure (JVP)
membaik - Monitor frekuensi dan
- Pengetahuan diprogramkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam typhoid (Enteric Fever) adalah “penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran”
(Nursalam, 2005)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Hidayat, 2006)
Ada 3 macam klasifikasi demam tifoid menurut WHO (2003), Demam
tifoid akut non komplikasi, Demam tifoid dengan komplikasi, dan keadaan
karier.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, Mahasiswa dapat memahami
bagaimana pembuatan Makalah serta ASKEP. Disarankan bagi penderita
Hipertensi untuk lebih memperhatikan perilaku hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA