Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI

DISUSUN OLEH: KHUSNUL KHATIMAH HERU FEBRIAN SAPUTRA RICA YUNIARTI FADRIYANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AMANAH PADANG 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Komunikasi dan Negosiasi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang keperawatan, peran perawat menjadi sangat penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Kehadiran ilmu keperawatan dan perawat diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesetahan kepada masyarakat. Tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi menuntut perawat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan profesinya. Meskipun peran perawat terhadap perawatan pasien telah diketahui di masa lalu, kebutuhan perawat untuk berperan aktif dan lebih nyata dalam mempengaruhi kebijakan sosial yang berhubungan dengan isu sosial yang berhubungan dengan kesehatan pada tingkat lokal dan nasional. Demikianlah makalah ini Penulis buat, semoga bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi Penulis sendiri.

Padang, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi keperawatan merupakan suatu profesi yang kompleks dan unik. Profesi keperawatan menuntut seorang perawat untuk menguasai berbagi ilmu pengetahuan yang menunjang perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk membantu memenuhi kebutuhan klien. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam melakukan interaksi dengan klien. Komunikasi yang baik dan benar dapat membantu perawat dalam membangun rasa saling percaya (trust) antara perawat dan klien. Kesalahan dalam berkomunikasi dapat mempersulit perawat dalam melakukan interaksi dengan klien dan perawat akan sulit membangun rasa saling percaya dengan pasien. Hal ini dapat mengakibatakan perawat akan sulit melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan kebutuhan pasien akan sulit untuk dipenuhi. Selain kemampuan berkomunikasi dengan baik, kemampuan untuk bernegosiasi juga sangat penting dimiliki oleh seorang perawat. Kemampuan dalam bernegosiasi akan membantu pasien dalam memberikan penjelasanpenjelasan tindakan besar dan sulit untuk diterima oleh pasien. Negosiasi yang baik juga akan membantu dalam meyakinkan pasien terhadap apa yang dilakukan oleh perawat terhadap klien. 1.2. Tujuan a. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan makalah ini adalah memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi dan negosiasi dalam keperawatan untuk memudahkan perawat dalam berinteraksi dengan klien. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah: Mengetahui pengertian komunikasi dan negosiasi Mengetahui komponen komunikasi Mengetahui model-model komunikasi Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi Mengetahui proses komunikasi Mengetahui komunikator dan komunikan yang baik Mengetahui hambatan dalam komunikasi Mengetahui kondisi untuk melakukan negosiasi Mengetahui prasyarat negosiasi yang efektif Mengetahui bentuk dan teknik negosiasi Mengetahui cara melakukan negosiasi berdasar kepentingan (Principied Negotiation) Mengetahui tahap-tahap negosiasi Mengetahui cara melakukan negosiasi berdasar kepentingan (Principied Negotiation)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama (Tappen, 1995). Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah, sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi (Widjaja, 1986). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. 2.1.2. Komponen Komunikasi Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik.Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol") Model-model komunikasi

2.1.3.

a. Komunikasi Tertulis Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis Menulis nama orang dalalm tulisan perlu dipertimbangkan dampaknya Gunakan kata aktif, karena akan mempuyai pengaruh yang baik. Gunakan kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting. Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah mengerti

Tulislah kalimat dengan kurang dari 20 kata dan masukkan satu ide dalam setiap kalimat. Lalu tuliskan kalimat yang penting dan jadikan isu utama. Berikan pembaca sebuah petunjuk, konsisten penggunaakn istilah dan pesan Aturlah isi tulisan secara sistematis Gunakan paragraf untuk mempermudakh pembaca Fokus komunikasi harus didefinisikan

b. Komunikasi secara Langsung/ Verbal Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Assertiveness adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara. c. Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah kemunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau body language 2.1.4. Faktor yang mempengaruhi komunikasi Faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya : 1. Latar belakang budaya. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif. 2. Ikatan kelompok atau group Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan. 3. Harapan Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan. 4. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan. 5. Situasi Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. 2.1.5. Proses Komunikasi Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut. 1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa

berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak. 2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, email, atau media lainnya. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan. 1. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. 2. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim. 2.1.6. Komunikator dan Komunikan yang Baik a. Komunikator yang baik Adanya kesiapan, artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, waktu penyampaian dan salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang. Kesungguhan, artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut harus tetap disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan oleh komunikan dari bahasa verbal atau non-verbal. Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan pesan atau informasi kepada individu lain, pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang akan disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna bagi individu tersebut. Kepercayaan diri, artinya jika individu mempunyai rasa percaya diri maka hal tersebut akan sangat berpengaruh pada cara penyampaian dan bagi penerimanya. Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, individu harus bersikap tenang, tidak emosi maupun memancing emosi penerima, karena dengan adanya ketenangan maka informasi akan lebih jelas, baik dan lancar. Keramahan, artinya keramahan merupakan kunci kesuksesan dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang, dan aman bagi penerima. Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana, baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan lengkap maka akan memberikan kejelasan dan kepahaman. b. Komunikan yang baik Dapat menerima masukan dari individu lain, artinya setiap masukan yang diberikan oleh individu lain harus dapat diterima secara terbuka dan tenang. Meskipun kadang kala masukan tersebut sangat menyakitkan atau kurang enak, namun masukan tersebut harus diterima. Mampu memahami secara baik pesan-pesan atau masukan yang diberikan. Mampu menyeleksi atau memilih pesan atau informasi yang memberikan manfaat dan kegunaan.

2.1.7.

Mampu menggabungkan informasi atau pesan yang diberikan dengan pengetahuan, kemampuan dan pendapat pribadi. Mampu menyampaikan kembali pesan-pesan yang masuk, setelah diolah, kemudian disampaikan kembali kepada individu atau komunikan. Hambatan dalam Komunikasi a. Memberi nasehat atau memberi tahu cara pemecahan masalah keperawatan yang menunjukkan seakan-akan klien tidak mampu melakukan sendiri. b. Berusaha untuk menentramkan hati. c. Mengalihkan pembicaraan mengenai hal-hal yang mengancam ke hal-hal yang kurang mengancam. d. Membuat penilaian terhadap perilaku klien berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh perawat. e. Menunjukkan perilaku berfokus pada diri perawat. f. Memberikan pengarahan atau petunjuk yang harus diikuti dengan mengabaikan kemampuan klien dan menganggap klien tidak mampu mengatasi masalahnya. g. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan perasaan klien. h. Memberikan komentar klise atau stereotipe, yaitu memberikan komentar dengan kata-kata secara spontan tanpa tujuan yang jelas.

2.2. Negosiasi 2.2.1. Pengertian Menurut Fisher dan Ury Komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Menurut Gary Godpaster Proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak. 2.2.2. Kondisi untuk Melakukan Negosiasi Ada isu atau topik yang dapat dinegosiasikan Pihak-pihak yang terlibat memiliki a. Kesediaan untuk bernegosiasi b. Kesiapan untuk melakukan negosiasi c. Memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan d. Interdependensi (saling bergantung) Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan a. Alternatif Terbaik untuk Melakukan Kesepakatan yang Dinegosiasikan (BATNA, Best Alternative To a Negotiated Agreement) b. Keraguan tentang hasil-hasil penyelesaian sengketa Memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang mendesak untuk diselesaikan Tidak memiliki kendala psikologis yang besar 2.2.3. Prasyarat Negosiasi yang Efektif a. Para pihak bersedia bernegosiasi secara sukarela berdasarkan kesadaran yang penuh (willingness) b. Para pihak memiliki kesiapan untuk melakukan negosiasi (preparednees) c. Para pihak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan (authoritative)

d. Para pihak memiliki kekuatan yang relatif seimbang (relative equal bargaining power) e. Para pihak memiliki kemauan menyelesaikan masalah (sense problem solving) 2.2.4. Bentuk dan Teknik Negosiasi Negosiasi kompetitif vs Negosiasi kooperatif (G. Williams) Negosiasi bertumpu pada posisi (positional based) vs Negosiasi bertumpu pada kepentingan (interest based) (Fisher dan Ury) Negosiasi bersifat keras (hard) vs Negosiasi bersifat lunak (soft) (Fisher dan Ury) Negosiasi bersaing (menang kalah) vs Negosiasi kompromi (Gary Godpaster)

Teknik Negosiasi Kompetitif Mengajukan permintaan awal yang sangat tinggi pada awal negosiasi Menjaga tuntutan agar tetap tinggi sepanjang proses negosiasi dilangsungkan (maintaining high level of demands) Konsesi diberikan sangat langka / jarang / sangat terbatas Menganggap perunding lain sebagai musuh atau lawan Sering menggunakan cara yang berlebihan, kasar, ancaman, dan melemparkan tuduhantuduhan untuk menciptakan ketegangan dan tekanan terhadap lawan Teknik Negosiasi Kooperatif Menganggap negosiator lawan sebagai mitra kerja untuk mencari common ground Melakukan komunikasi yang menjajaki kepentingan dan nilai-nilai bersama (shared interest and values) Menggunakan rasio dan akal sehat Membangun atmostfir yang positif untuk saling percaya Mencari penyelesaian yang adil berdasar analisis yang obyektif Perbandingan teknik negosiasi Soft (lunak) Para perunding adalah teman Tujuan Perundingan adalah kesepakatan Lunak terhadap orang maupun masalah Memberi konsesi untuk membina hubungan Mempercayai perunding lawan Mudah untuk merubah posisi Mengemukakan tawaran

Mengalah untuk / asalkan mencapai kesepakatan Mencari satu jawaban: sesuatu yang dapat diterima secara menyenangkan oleh pihak / perunding lawan Bersikeras terhadap perlunya kesepakatan Mencegah persaingan kepentingan Menerima untuk ditekan Hard (Keras) Perunding dipandang sebagai musuh (adversaries) Tujuan semata-mata untuk mencapai kemenangan Keras terhadap orang maupun masalah Menuntut konsesi sebagai prasayarat dari pembinaan hubungan Tidak mempercayai lawan Menggali semakin dalam/memperkuat posisi Membuat ancaman Menuntut perolehan sepihak sebagai harga dari kesepakatan (win-lose) Mencari suatu jawaban: sesuatu yang harus diterima oleh perunding lawan Bersikeras terhadap posisi yang diinginkan Memenangkan persaingan kepentingan Menerapkan tekanan 2.2.5. Karakteristik Principled Negotiation (Interest Based Negotiation) Para perunding adalah pemecah masalah Tujuannya mencapai hasil yang bijaksana mencerminkan kebutuhan dan kepentingan para pihak Lunak terhadap orang, keras terhadap permasalahan (untuk mencapai kesepakatan) Pisahkan antara orang dengan masalah Kepercayaan dibangun berdasarkan situasi dan kondisi (tidak bergantung pada kepercayaan yang sudah pre occupied) Fokus pada kepentingan bukan pada posisi Para perunding adalah pemecah masalah Tujuannya mencapai hasil yang bijaksana mencerminkan kebutuhan dan kepentingan para pihak Lunak terhadap orang, keras terhadap permasalahan (untuk mencapai kesepakatan) Pisahkan antara orang dengan masalah Kepercayaan dibangun berdasarkan situasi dan kondisi (tidak bergantung pada kepercayaan yang sudah pre occupied)

2.2.6.

Fokus pada kepentingan bukan pada posisi

Tahap-tahap Negosiasi 1. Orientasi dan Mengatur Posisi Negosiator mulai membuka kontak satu sama lain Negosiator mengembangkan / mengatur posisi, dengan membicarakan kekuatan kasus yang ada untuk dinegosiasikan Menentukan posisi pembuka: a. Maximalist , meminta sesuatu lebih dari yang sesungguhnya b. Equitable, posisi fair bagi dua belah pihak c. Integrative, pencarian solusi untuk kepentingan bersama 2. Berargumentasi Para pihak saling memberikan argumentasi Berusaha mengetahui posisi yang sesungguhnya (real position) dari pihak lawan Kekuatan dan kelemahan masing-masing mulai terlihat Saling meminta dan memberi konsesi 3. Keadaan Darurat dan Kritis Kondisi mendekati batas waktu (deadlines), menurut Pasal 6 ayat (2) UU No.30 Tahun 1999 maksimal 14 hari harus selesai Harus saling memberi isyarat tentang konsesi dan alternatif baru (apa dan bagaimana) yang sebaiknya dikembangkan 4. Formula Kesepakatan Setelah berhasil mencapai kesepakatan, para pihak menyiapkan rincian akhir kesepakatan. Formalisasi kesepakatan, dibuat dalam perjanjian tertulis (vide: Pasal 1851 KUHPerdata, Pasal 6 ayat (7) UU No.30 Tahun 1999. Cara Melakukan Negosiasi Berdasar Kepentingan (Principied Negotiation) 1. Tahap Persiapan Indentifikasi kepentingan atau kebutuhan anda Berspekulasi dengan kepentingan / kebutuhan pihak lain 2. Tahap Negosiasi (Tawar-menawar) Bangunlah kontak hubungan pertama dan suasana yang kondusif Sampaikan tujuan dan arti penting negosiasi Mulailah bernegosiasi dengan cara saling memberitahukan kepentingan anda (ungkapkan dan dengarkan) Bingkailah masalah sebagai tujuan bersama untuk mempertemukan kebutuhan pihak-pihak terkait Carilah cara-cara untuk memperbesar kue yang akan dibagi Buatlah pilihan-pilihan berganda untuk menyelesaikan masalah, dan jika menemui kemacetan kembalilah ke prosedur awal dan ditinjau kembali kepentingan-kepentingan pihak lain Evaluasi pilihan-pilihan pemecahan (sejauh mana pilihan tersebut dapat memenuhi kebutuhan bersama)

2.2.7.

Pilih / modifikasi pilihan-pilihan berdasarkan pertimbangan pilihan mana yang paling memenuhi kebutuhan semua pihak (cari penyelesaian masalah yang paling elegan) Susunlah rencana untuk melaksanakan kesepakatan (siapa, apa, dimana, kapan, bagaimana)

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama (Tappen, 1995). Komponen komunikasi: Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol") 3.2. Saran Komunikasi adalah hal yang sangat diperlukan dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampakan apa yang diingikan kepada orang lain. Oleh karena itu, kemampuan dalam berkomunikasi sangat diperlukan oleh seorang perawat. Profesi keperawatan sangat erat hubungannya dengan interaksi dengan orang lain. Seorang perawat diharapkan dapat mengusai keterampilan dalam berkomunikasi untuk membangun trust dengan klien. Negosiasi juga sangat diperlukan oleh seorang perawat agar dapat menyampai sesuatu dengan baik kepada klien untuk meyakinkan klien bahwa yang dilakukan oleh perawat adalah sesuatu yang berguna dan yang dibutuhkan oleh klien.

DAFTAR PUSTAKA

Jamin, Moh. dan Rustamaji, Muh. 2011. Negosiasi. www.google.com Khairulmaddy. 2009. Komunikasi dalam Negosiasi. www.google.com SMUN-7. 2011. Komunikasi Terapeutik. www.google.com Wikipedia. 2011. Komunikasi. www.google.com

Anda mungkin juga menyukai