Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA MALUKU

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan


tugas mata kuliah Komunikasi
Dosen Pengajar: Dr. Tri Anjaswarni, S.Kp. M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nabila Fauziyyah (P17210201002)
Febrika (P17210201013)
Nuzul Fadillah Tiany Solehah (P17210201020)
Vini Mulyati (P17210201024)
Qonita Wikan Azizah (P17210201028)
Jevva Ros Imbarag (P17210201029)
Nisa Tria Indriani (P17210201041)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pentingnya komunikasi Lintas Budaya

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam


berbagai aspekseperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya. Sementara itu, perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut
manusia harus berinteraksi dengan pihak lain yang menuju kearah global,
sehingga tidak memiliki lagi batas-batas, sebagai akibat dari perkembangan
teknologi.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-


situasi baru dengan keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi
dan interaksi harus berjalan antara satu dengan yang lainnya. Dalam
berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali menemui
masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik,
misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-
norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada halsyarat untuk terjalinya
hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi
atau makna antara satu dengan lainnya.

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya


menjadi bagiandari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun
turut menentukanmemelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Pada satu sisi, komunikasimerupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budayamasyarakat, baik secara horizontal
dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari
suatu generasi ke generasi berikutnya.

Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui berbagai macam


kebudayaan yang ada di negara kita. Indonesia terdiri dari banyak suku dan
budaya, dengan mengenal dan mengetahui hal itu, masyarakat Indonesia akan
lebih mengerti kepribadian suku lain, sehingga tidak menimbulkan perpecahan
maupun perseteruan. Pengetahuan tentang kebudayaan itu juga akan
memperkuat rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia yang baik.

Selain hal-hal di atas, kita juga dapat mengetahui berbagai kebudaya di


Indonesia yang mengalami akulturasi. Karena proses akulturasi yang terjadi
tampak simpang siur dan setengah-setengah. Contoh, perubahan gaya hidup
pada masyarakat Indonesia yang kebaratbaratan yang seolah-olah sedikit demi
sedikit mulai mengikis budaya dan adat ketimurannya. Namun, masih ada
beberapa masyarakat yang masih sangat kolot dan hampir tidak mempedulikan
perkembangan dan kemajuan dunia luar dan mereka tetap menjaga
kebudayaan asli mereka.

Karena latar belakang di atas kita menyusun makalah tentang salah


satu kebudayaan masyarakat Indonesia, yaitu masyarakat Maluku. Makalah ini
akan memberikan wawasan tentang masyarakat Maluku yang memiliki
keragaman suku dan budaya.

B. Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui gambaran budaya Maluku
2. Mengetahui pola komunikasi budaya Maluku
3. Mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya Maluku
4. Mengetahui cara mengeliminasi hambatan dalam budaya Maluku
5. Mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi
hambatan komunikasi dalam pelayanan/ asuhan keperawatan

C. Manfaat
Penulisan ini diarahkan untuk dapat memberikan manfaat yang baik.
Baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Aspek Teoritis
Memperbanyak pengetahuan di dunia akademisi khususnya di bidang
komunikasi yang berkaitan dengan kompetensi komunikasi lintas
budaya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat Maluku.
2. Aspek Praktis
a. Memberikan pemahaman bagi para masyarakat khususnya
mahasiswa Indonesia terkait kompetensi komunikasi lintas budaya.
b. Praktisi, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam
mengembangkan model kompetensi komunikasi lintas budaya.
c. Akademisi, diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya mengenai kompetensi komunikasi lintas budaya dan
adaptasi budaya ataupun hal lain terkait penelitian ini.

D. Ruang Lingkup Budaya Maluku


Penulisan makalah ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Mengkaji gambaran budaya Maluku
2. Mengkaji pola komunikasi budaya Maluku
3. Mengkaji hambatan implementasi komunikasi pada budaya Maluku
4. Mengkaji cara mengeliminasi hambatan dalam budaya Maluku
5. Mengkaji peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi
hambatan komunikasi dalam pelayanan/ asuhan keperawatan
BAB II
GAMBARAN BUDAYA MALUKU

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
1. SUKU BUDAYA
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik
yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan
yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi
dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah,
makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas,
contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang
besar dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan
suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan
yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan
kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah
campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya
Belanda dan Portugal) serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat
lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2.300 tahun
dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras
Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan
gaya Melanesia-Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan
Arab inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang
digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain
Timor Leste. Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di
Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda, Potugal,Spanyol,
serta Arab. Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih
mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti
Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy
(baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai), dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja
melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka
yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu
sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat
Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap di sana hingga
sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang di
kemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di
belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam
komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara
seperti Belanda (yang dianggap sebagai tanah air kedua oleh orang
Maluku selain tanah Maluku itu sendiri), Suriname, dan Australia.
Komunitas Maluku di wilayah lain di Indonesia dapat ditemui di Medan,
Palembang, Bandung, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa
Timur, Makassar, Kupang, Manado, Kalimantan Timur, Sorong, dan
Jayapura.
2. BAHASA
Bahasa yang digunakan di Provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang
merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal
sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di
Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-
bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi,
menyambangi, bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku
pada masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis,
Arab, dan Belanda.
Bahasa Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh
hampir semua penduduk di wilayah Provinsi Maluku dan umumnya,
dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia Timur lainnya
seperti orang Ternate, Manado, Kupang, dll. karena Bahasa Ambon
memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa trade
language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat,
serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan
publik yang resmi dan formal seperti di kantor-kantor pemerintah dan di
sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara, dan
pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia,
Provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang
dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu
dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa
yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum
dipetuturkan di Maluku yaitu:
 Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian,
dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat).
 Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala, dan
Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.
 Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan
yaitu antara Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti.
 Bahasa Atiahu, dipakai oleh tiga negeri yang juga termasuk rumpun
Nuaulu yakni Negeri Atiahu, Werinama, dan Batuasa di wilayah
Kabupaten Seram Bagian Timur.
 Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram
yaitu sekitar Manusela dan Gunung Kabauhari.
 Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti
Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur.
 Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh
penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten
Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan
Maluku Tenggara.
 Bahasa Tarangan merupakan bahasa pemersatu dan dipakai oleh
penduduk wilayah Pulau Aru dengan ibu kota Kab. Dobo Maluku
Tenggara.
Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta
Hukumina. Ratusan bahasa di atas dipersatukan oleh sebuah bahasa
pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak lama yaitu Bahasa
Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Tiongkok, Spanyol,
Portohis, Wolanda, dan Inggris) menginjakkan kakinya di Maluku,
bahasa-bahasa asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun
dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat
keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid)
3. AGAMA
Penduduk Maluku sebagian besar beragama Islam dengan jumlah
penganut lebih dari satu juta jiwa.[1] Islam dibawa oleh para pedagang dari
Melaka dan Jawa Timur, khususnya Gresik, seiring dengan dilaluinya
Maluku oleh Jalur Sutra.[2][3] Sementara itu, Kekristenan menempati urutan
kedua. Cabang terbesarnya ialah Protestanisme dengan penganut
mendekati 700.000 jiwa, kemudian Katolik, lebih dari seratus ribu jiwa. [1]
Pada mulanya, Katolik dibawa oleh Portugis pada abad ke-16 dengan
tokoh penting Fransiskus Xaverius sebagai pelopor, lalu diteruskan oleh
Yesuit dengan penganut besar di Ambon.[4] Kemudian, setelah Belanda
mengambil alih Maluku, Protestanisme mulai menyebar.[5]
Gereja Protestan terbesar Maluku merupakan Gereja Protestan Maluku
(GPM) yang melayani Maluku dan Maluku Utara serta merupakan hasil
kemandirian dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI). Keduanya didirikan
di Ambon sebelum pada masa VOC-Belanda dan terpengaruh oleh para
zending Belanda.[6] Sementara itu, Maluku juga memiliki keuskupannya
sendiri, yaitu Keuskupan Amboina yang merupakan keuskupan sufragan
dari Keuskupan Agung Makassar. Kesukupan Amboina juga melayani
Maluku Utara atau dengan kata lain melayani seluruh Kepulauan Maluku.
[7]

Ketiga agama kecil lainnya memiliki penganut yang tersebar di seluruh


penjuru Maluku. Penganut Hindu tercatat ada di seluruh kabupaten dan
kota dengan Buru, Buru Selatan, dan Maluku Tenggara sebagai kabupaten
yang memiliki penduduk Hindu terbanyak. Kedua agama lainnya, Buddha
dan Konghucu tidak memiliki penganut di seluruh kabupaten dan kota
Maluku. Buddha memiliki penganut terbanyak di Seram Bagian Timur,
Maluku Tengah, dan Buru, sedangkan tercatat tidak memiliki penganut di
Seram Bagian Barat, Maluku Barat Daya, Buru Selatan, dan Tual. Sebagai
agama terkecil, penganut Konghucu hanya terdapat di daerah-daerah
seperti Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, Maluku Tengah, Buru,
dan Kepulauan Aru.[1]
4. SOSIAL BUDAYA
Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang
disebut Pela dan Gandong. Pela dan Gandong merupakan suatu sebutan
yang di berikan kepada dua atau lebih negeri yang saling
mengangkat/menganggap sebagai saudara satu sama lain. Pela Gandong
sendiri merupakan intisari dari kata "Pela" dan "Gandong". Pela adalah
suatu ikatan persatuan, sedangkan Gandong mempunyai arti saudara

B. KRAKTERISIK SOSIOLOGIS CULTURE


Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik
yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan
yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah
campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya
Belanda dan Portugal) serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat
lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2.300 tahun
dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras
Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan
gaya Melanesia-Alifuru.
Di mata masyarakat Ambon (Maluku), kebudayaan sangat berkaitan
dengan adat istiadat dan kepercayaan.
Pada umumnya penduduk Maluku telah beragama Nasrani dan Islam.
Meskipun begitu, mereka masih percaya akan roh-roh yang harus dihornati
dan diberi makan, minum, dan tempat tinggal yang disebut dengan Baileu
( rumah adat maluku), agar tidak menjadi gangguan bagi mereka yang
hidup di dunia ini. Orang-orang pun diwajibkan melakukan upacara
terlebih dahulu sebelum memasuki baileu dengan melalui perantara antara
manusia dengan roh-roh nenek moyang. Selain itu juga harus berpakaian
adat berwarna hitam dengan saputangan merah yang dikalungkan pada
bahu. Dalam baileu terdapat pamili yaitu batu yang dianggap keramat
(berkekuatan gaib) yang besarnya kira-kira dua meter persegi. Batu itu
digunakan sebagai altar tempat kurban-kurban dan sajian.
Dalam keyakinan religi mereka masih mempercayai hal-hal yang akan
membawa bencana bagi yang tidak menjalankannya. Misalnya
menjalankan upacara bersih desa, yang mencakup bangunan-bangunan
baileu, rumah-rumah dan pekarangan. Bila tidak dilakukan dengan baik
maka orang bisa jatuh sakit, kemudian mati. Seluruh desa bisa terjangkit
penyakit atau panennya gagal.

C. KARAKTERISTIK BIOLOGIS MASYARAKAT BUDAYA


MALUKU
KARAKTER ORANG MALUKU
Daerah Maluku berbatasan dengan Timor di selatan, Papua di timur dan
Palau di timur laut. Kita bisa mengenali karakter orang Maluku yang
begitu khas, budaya, hingga adat-istiadatnya yang begitu indah. Dari ciri
fisik, masyarakat Maluku pun begitu mudah dikenali.
Postur tubuh orang Maluku umumnya ber-kulit gelap, rambut ikal, hingga
kerangkat tulang yang kuat dan besar. Dengan ciri khas tersebut, secara
fisik mereka lebih tegap dan atletis dibandingkan dengan suku lainnya di
Indonesia.
Hal ini juga bisa saja dilatarbelakangi dari kondisi alam berupa kepulauan
di Maluku. Mereka terbiasa melakukan aktifitas fisik seperti berenang dan
berlayar sehingga makin menunjang bentuk tubuhnya.

D. KARAKTERISTIK PSIKOLOGIS
1. Senyuman Yang Khas
Orang Maluku terkenal akan senyumnya yang khas. Mereka juga akrab
dengan karakter murah senyum. Meskipun kerap dianggap memiliki
tampang sangar, namun senyuman yang dimiliki mereka sungguh tulus
dan manis.
Karakter tersebut dimiliki oleh kebanyakan masyarakan Maluku sehingga
menjadi salah satu trademark tersendiri yang dimiliki oleh mereka.
2. Bersuara Nyaring
Dari segi suara, orang Maluku begitu khas dengan suara nyaringnya.
Ketika mendengar mereka mengobrol terdengar seperti berteriak. Padahal
nyaringnya suara mereka adalah hal wajar yang kerap digunakan untuk
berkomunikasi.
Memang suara mereka memiliki volume yang tinggi dan terdengar seperti
sedang marah. Namun sebenarnya mereka tidak marah sedikitpun.

3. Tidak Kenal Takut


Orang Maluku juga dikenal sebagai karakter yang pemberani. Kita tentu
sangat paham bagaimana keberanian Thomas Matulessy atau Pattimura
dalam melawan penjajah.
Orang Maluku dikenal berani baik dalam sendiri maupun bersama-sama.
Terlebih jika yang diperjuangkan adalah kebenaran, maka akan lebih total
dalam menunjukan keberaniannya.

4. Memiliki Rasa Kasih Sayang Yang Tinggi


Rasa kekeluargaan orang Maluku sangatlah tinggi. Mereka tak pandang
asal seseorang untuk menyayangi. Meskipun berbeda daerah, mereka
sangat mudah menyayangi orang lain yang dianggapnya dekat. Baik itu
teman, saudara, sampai hubungan percintaan.
5. Solidaritas Tinggi
Selain dikenal dengan rasa sayangnya yang tinggi, rasa solidaritas orang
Maluku juga patut diacungi jempol terhadap sesama orang Maluku.
Mereka tak segan membantu saudara, rekan, teman, hingga orang terdekat
lainnya ketika mengalami kesusahan. Hal ini pun berlaku jika mereka
berteman dengan orang selain dari Maluku.
6. Memiliki Kondisi Emosi Bagus
Orang Maluku dikenal tidak langsung emosi ketika marah. Mereka akan
memberikan ultimatum sebanyak 2x sebelum melampiaskan amarahnya.
Kebiasaan tersebut berlaku untuk kalangan tua terhadap yang lebih muda
hingga ke sesama kalangan muda.
Ketika seseorang melakukan kesalahan terhadap orang Maluku,
kebanyakan orang Maluku akan langsung memaafkan. Namun jika
terulang lagi sampai ketiga kalinya, mereka baru akan marah.
7. Pandai Bernyanyi
Glenn Fredly merupakan contoh nyata bahwa orang Maluku memang rata-
rata bersuara emas. Sebagian besar orang Maluku sangat pandai bernyanyi
dengan suara yang merdu.
Memang orang dari Indonesia Timur begitu dikenal dengan suara
bagusnya. Dan Maluku merupakan salah satunya. Selain Glenn Fredly,
banyak lagi artis dari Maluku dan Indonesia Timur lainnya yang dikenal
berkat suara emas mereka.
8. Gemar Memasak
Hampir semua orang Maluku memiliki hobi memasak. Memasak bagi
mereka bukan sebatas tradisi. Melainkan dianggap sebagai keahlian
istimewa yang wajib dimiliki.
Kepandaian memasak juga menjadi salah satu persyaratan lulus ujian
menjadi istri dan menantu ideal. Uniknya lagi, calon suami atau mertua
pun tak segan menantang adu skill memasak bagi perempuan.
9. Senang Berhumor
Mudah membuat orang lain tertawa juga menjadi karakter khas orang
Maluku. Mereka sangat pandai dalam melontarkan kata-kata homor. Bagi
orang Maluku, hampir setiap hari tak ada yang terlewat tanpa tertawa.
Selain senang membuat tertawa, selera humor orang Maluku juga amat
bagus. Bahkan mereka akan mudah tertawa meskipun untuk hal yang
kurang lucu.

E. CIRI KHAS BUDAYA MALUKU


1) Rumah Adat
Rumah adat Suku Ambon dinamakan Baileo. Baileo dipakai untuk tempat
pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut seniri negeri.
Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh serambi.
Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya
dari tangkai rumbia yang disebut gaba-gaba ( oleh orang ambon )
2) Pakaian Adat
Prianya memakai pakaian adat berupa setelan jas berwarna merah dan
hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya
memakai baju cele, semacam kebaya pendek, dan tebal yang disulam.
3) Tari-tarian
Orang Ambon memiliki banyak tarian tradisionaln, yaitu Tari bambu gila,
Tari Cakalele, Tari Lenso, Tari Gaba-gaba, dll.
4) Makanan Khas
 Papeda
Belum lengkap makan tanpa Papeda, begitulah kata orang-orang ambon.
Makanan yang berasal dari sagu mentah ini sangat digemari di Ambon.
Papeda biasanya dimakan dengan ikan kuah kuning. Rasanya kalau kata
orang ambon “Paleng Sadap Seng Ada Lawang” yang artinya sangat enak
dan tidak ada tandinganya. Orang ambon biasanya makan papeda terlebih
dahulu sebelum memakan nasi.
 Kohu kohu dengan kasbi ( singkong ) rebus
Kohu-kohu terbuat dari ikan teri basah yang dicampur dengan tauge,
terung, kacang panjang rebus dan parutan kelapa. Campuran ini lalu
dibumbui dengan perasan jeruk nipis, cabai, bawang merah, dan bawang
putih. Rasanya sangat nikmat bila disantap dengan kasbi (singkong) rebus.
 Ikan Komu Asar
Ikan komu asar ini adalah ikan cakalang yang dimasak dengan cara
ditusuk dengan bambu lalu diasar selama kira-kira satu jam. Ikan komu
asar ini cocok disantap dengan nasi dan sambal colo-colo.
 Sambal Colo-colo
Sambal colo-colo ini merupakan sambal khas Ambon yang terkenal sangat
pedas rasanya. Sambal colo-colo ini telah menjadi pelengkap wajib bagi
masyarakat Maluku. Sambal colo-colo terbuat dari tomat muda, bawang
merah, dan cabe rawit yang diiris tipis lalu diberi taburan garam dan
disiram jeruk nipis. Tanpa diulek. Sambal colo-colo ini juga dapat
ditambahkan dengan daun kemangi, dan irisan kenari mentah. Dapat juga
ditambahkan kecap manis.
BAB III
Gambaran Pola Komunikasi Budaya Maluku

A. Komunikasi Verbal
 Bahasa yang digunakan (Language spoken)
Menurut wikipedia (2020) “Bahasa Indonesia yang berperan sebagai
bahasa resmi digunakan secara luas bersama-sama dengan bahasa
Ambon (juga dikenal sebagai bahasa Melayu Ambon atau Melayu
Maluku) sebagai bahasa pengantar provinsi. Hingga 2020, Maluku tercatat
memiliki 62 bahasa daerah.”
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu
Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu.

 Kualitas suara (Voice qualities)


Masyarakat Maluku memiliki kebiasaan berbicara dengan volume suara
yang keras, tinggi dan cepat, tetapi ada juga yang masih menggunakan
tutur kata yang lembut dan halus.

 Intonasi (Intonation)
Menurut Dwi Bayu (2016) “Orang Ambon memiliki kebiasaan berbicara
dengan nada yang kasar ataupun dengan volume suara yang keras.
Kedengaran seperti sedang melampiaskan kemarahan dengan kata-kata,
padahal sebetulnya tidak. Gaya berucap yang terkesan kasar pada dasarnya
terbentuk dari alam dimana sebagian besar masyarakat maluku bertempat
tinggl di pesisir pantai sehingga ketika berbicara harus beradu dengan
suara ombak dan angin pantai yang kencang agar bisa terdengar oleh
lawan bicara. Itulah sebabnya kebiasaan berbicara orang ambon yang
terbentuk oleh alam.”

 Ritmik (Rhythm)
Masyarakat Maluku terbiasa berdialog dengan ritmik cepat.

 Kecepatan berbicara (Speed)


Masyarakat Maluku memiliki kebiasaan berbicara dengan volume suara
yang keras, tinggi dan cepat.

 Pengucapan (Pronunciation)
Budaya orang Ambon komunikasinya bersifat langsung (to the point),
jelas, blak-blakan , kasar dan cepat, tidak berbelit-belit agar bisa
dimengerti.
B. Komunikasi Non Verbal
 Sikap
Masyarakat Ambon (Maluku) memiliki kebiasaan berbicara secara blak-
blakan. Senang langsung dikatakan senang. Setuju yah setuju. jika tidak
setuju, dibuatlah menjadi pertentangan kata-kata sampai mendapat kata
sepakat. Bukan mengatakan setuju padahal dalam hati dan pikiran
sesungguhnya bertentangan. Dan biasanya untuk maksud “mencari kata
sepakat itu”, orang lalu menggunakan intonasi dan volume yang tinggi,
sehingga biasanya terdengar seperti sebuah perkelahian atau adu mulut
yang hebat. Itu menunjukan bahwa masyarakat Maluku memiliki sikap
tegas dan bersifat memimpin.

 Posisi Tubuh
Dikarenakan masyarakat Maluku memiliki postur tubuh yang gagah dan
kekar terutama pada laki-laki, posisi tubuh mereka ketika berkomunikasi
otomatis tegap dan memperhatikan lawan bicaranya.

 Mimik Wajah (Ekspresi)


Mimik yang tidak sejalan dengan perkataan, dimana ketika sedang
berbicara lembut dan manis-manis tetapi wajah seperti sedang marahan.
Hal ini mungkin juga didukung oleh bentuk wajah orang Ambon (Maluku)
yang menampakkan kesan kasar atau sangar.

C. Komunikasi Tulisan
 Bentuk Tulisan
Bentuk tulisan masyarakat Maluku tidak berbeda dengan masyarakat
Indonesia pada umumnya, dikarenakan mereka juga mendapat pendidikan
yang sama dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia.
BAB IV
Pembahasan

A. Hambatan inplementasi komunikasi Budaya Maluku


Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi terjadi diantara dua budaya dan bersifat satu arah,
yang
mencerminkan ketidakmampuan untuk memahami norma dari kebudayaan
yang
berbeda (budaya asing). Alasan yang menjadi hambatan komunikasi antar
budaya
antara lain (Saebani, 2016, p. 114-116).
1. Keragamaan dari tujuan komunikasi.
2. Etnosentrisme cenderung menganggap rendah orang-orang yang di
anggap
asing dan memandang budaya asing dengan budaya sendiri karena
etnosentrisme dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan pada
tingkat kesadaran sehingga sulit untuk melacak asal-usulnya.
3. Tidak ada kepercayaan karena sifatnya yang khusus.
4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi apabila salah satu
pihak
secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi.
5. Tidak adanya empati.
6. Tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan derajat kesamaan atau
perbedaan kepercayaan, nilai-nilai dan sikap, pendidikan, status sosial
antara komunikator dan komunikan.
7. Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya.
B. Cara mengeliminasi hambatan komunikasi
Berbagai hambatan komunikasi yang dapat menyebabkan ketidakefektifan
komunikasi dapat kita atasi dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Pengirim pesan/komunikator/sender

Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan diawali oleh
pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknya merumuskan informasi sedemikian
rupa agar tujuan komunikasi tercapai. Pengirim pesan harus proaktif dalam
membuat penerima/komunikan/komunikator/receiver mengerti dan memahami
pesan yang disampaikan. Seringkali, apa yang dikatakan tidak selalu sesuai
dengan apa yang didengar. Untuk menghindarinya, hal-hal yang harus dilakukan
adalah :

• Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.


• Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.
• Memberikan penjelasan ketika diperlukan.
• Melakukan pengulangan jika diperlukan.
• Menerima dan memberikan umpan balik.
• Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.
• Mengembangkan sikap empati terhadap
penerima/komunikan/komunikate/receiver dalam mengatasi hambatan kultural
atau budaya dalam komunikasi

2.Pesan

Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin disampaikan oleh pengirim


pesan kepada penerima. Pesan dapat berupa pesan verbal maupun pesan non
verbal. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah, pengirim harus :
Menggunakan terminologi yang tepat.

Berbicara dengan jelas.

Waktu pengiriman pesan disesuaikan dengan kesiapan penerima pesan untuk


mendengarkan atau menerima pesan.

Menggunakan volume suara yang sesuai.

Pesan yang disampaikan hendaknya bersifat inklusif dan informatif. Inklusif


artinya bahwa pesan berisi segala sesuatu yang diperlukan oleh penerima pesan
untuk memahami maksud pengirim. Informasi artinya pesan merupakan sesuatu
yang ingin diketahui oleh penerima

3. penerima/komunikan/komunikate/receiver

Penerima pesan membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.


Untuk itu, penerima pesan harus memegang kendali atas seluruh proses
komunikasi yang berlangsung. Agar penerima pesan memegang kendali, adalah
penting bagi penerima pesan untuk yakin bahwa pengirim pesan memahami apa
yang diinginkan oleh penerima pesan dan mengapa mereka menginginkannya.

Aktif mendengarkan adalah suatu proses yang digunakan oleh penerima pesan
untuk memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan penampilan. Dalam artian,
penerima pesan aktif dalam proses komunikasi. Agar penerima pesan dapat
mendengarkan dengan aktif, hal-hal yang perlu dilakukan oleh penerima pesan
adalah :
Fokus perhatian pada pesan yang disampaikan dengan memberikan momen
prioritas. Jika memungkinkan melihat atau melakukan kontak mata kepada
pengirim pesan.

Mendengar dan melihat isi pesan tidak langsung atau non verbal sama baiknya
ketika mendengarkan kata-kata. Perhatikan petunjuk non verbal yang menyajikan
informasi berdasar pada apa yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan.
Persepsi yang diberikan oleh penerima pesan terhadap pesan dan pengirim pesan
dapat berbeda. Pilihan kata, nada suara, posisi tubuh, geture dan gerakan mata
merefleksikan perasaan dibalik kata-kata yang diucapkan.

Menjaga pikiran tetap terbuka dan hindari penilaian.

Melakukan verfikasi terhadap apa yang didengar atau disampaikan. Jangan


berasumsi bahwa persepsi yang diberikan terhadap pesan merupakan bentuk
persetujuan dengan tujuan pengirim pesan. Berikan umpan balik yang tepat
kepada pengirim pesan

4. umpan balik pesan

Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka terhadap pesan yang


dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-kata, nada suara, dan bahasa
tubuh ketika mereka memberikan umpan balik. Berbagai bentuk umpan balik
yang diberikan dapat berupa pengakuan, pengulangan, dan parafrase.

Kemudian, yang dimaksud dengan pengakuan adalah bahwa penerima pesan telah
menerima dan memahami pesan yang disampaikan. Untuk pesan yang bersifat
informatif yang rumit, pengakuan saja tidaklah cukup untuk memastikan dan
memahami pesan yang disampaikan. Sedangkan, yang dimaksud dengan
pengulangan adalah mengulang kembali kata-kata yang
disampakanolehpenerima.4.peranperawatdalamkomunipertama,

komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena


komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan
perasaan. Kedua, komunikasi adalah cara untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Ketiga, komunikasi adalah hubungan itu sendiri; tanpa komunikasi,
hubungan terapeutik perawat dengan pasien gangguan jiwa tidak mungkin
tercapai. (Videbeck, 2008)Komunikasi terapeutik sendirimerupakan bagian dari
komunikasi antarpribadi dalam dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan
yang membutuhkan rasa kepercayaan, sikap suportif, dan sikap terbuka dari
perawat maupun pasien. Dalam menyampaikan pesan komunikasi terapeutik
dibutuhkan kehati-hatian dari perawat, karena menyentuh psikologis seorang
pasien dan harus memahami kondisi pasien.

Adapun pengertian komunikasi terapeutik yang dikutip oleh Videbeck didalam


buku ajar keperawatan jiwa yaitu, komunikasi terapeutik ialah suatu konsep
interaksi antarpribadi antara perawat dan pasien, yang selama interaksi
berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan khusus pasien untuk meningkatkan
pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan pasien, keterampilan
menggunakan teknik

komunikasi terapeutik membantu perawat memahami dan berempati terhadap


pengalaman pasien. (Videbeck, 2008).

Tujuan komunikasi terapeutik yang dikutip oleh Rosyidi dalam buku Prosedur
Praktik Keperawatan yaitu

a. Meningkatkan kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan diri pasien.


b. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri.

c. Membantu hubungan antarpribadi yang intim, interdependent, memberi dan


menerima dengan kasih sayang.

d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistik.


Menurut Suryani (2005), komunikasi terapeutik dalam keperawatan

mengandung prinsip prinsip sebagai berikut:

a. Melihat permasalahan dari sudut pandang pasien.

Untuk dapat membantu pasien mengenai masalah yang dialami pasien, perawat
harus memandang masalah tersebut dari sudut pandang pasien. Jadi, perawat
harus mampu mendengar secara aktif dan sabar ketika pasien menceritakan
perasaan atau masalah yang dihadapinya.

b. Tidak mudah dipengaruhi masa lalu pasien dan masa lalu perawat sendiri.

c. Empati bukan simpati.Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan


dan memikirkan masalah yang dialami pasien dari sudut pandang pasien.

d. Menerima apa adanya.

Penerimaan yang tulus dari perawat aka membuat pasien merasa aman dan
nyaman, sehingga hubungan komunikasi terapeutik dapat berjalan dengan baik.
Perawat hendaknya tidak memberikan penilaian atau kritik terhadap pasien,
karena itu menunjukkan bahwa perawat tidak menerima pasien apa adanya

BAB V
Penutup

A. Kesimpulan

Hambatan komunikasi terjadi diantara dua budaya dan bersifat satu arah,
yang mencerminkan ketidakmampuan untuk memahami norma dari
kebudayaan yang berbeda (budaya asing). Banyak alasan yang terhambatnya
komunikasi lintas budaya. Peran perawat dalam mengatasi hambatan
komunikasi dalam pelayanan/asuhan keperawatan antara lain; Perawat bisa
menambah bahasa-bahasa ataupun pengalaman dalam hal lintas budaya,
menambah ilmu agar berwawasan luas, dan lain sebagainya.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis kepada perawat/mahasiswa keperawatan
yaitu :
1. Menambah pengalaman dalam hal lintas budaya,
2. Menambah pengetahuan bahasa-bahasa daerah,
3. Mengembangkan skill komunikasi lintas budaya.
s
Sumber:
http://dewivalentini.blogspot.com/2017/07/makalah-komunikasi-lintas-
budaya.html

https://latuconsinadaud.files.wordpress.com/2018/01/makalah-konseling-
lintas-budaya-kebudayaan-kabupaten-maluku-tengah.pdf

http://repository.upi.edu/26144/4/S_IKOM_1206104_CHAPTER
%201.pdf

GITA DWI BAYU IHA, 122050059 (2016) TRANSISI BUDAYA MASYARAKAT


MALUKU DI KOTA BANDUNG ( Studi Interaksi Simbolik Pada Proses Transisi
Budaya Masyarakat Maluku Di Kota Bandung )

https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku

Anda mungkin juga menyukai