Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Types abdominalis adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh salmonella typihi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh
salmonella parathipy A, B, dan C, tanda dan gejala penyakit tersebut hampir sama tetapi
manifestasi klinis paratipoid lebih ringan (Firdaus, 2012, hal. 67).

Penelitian yang dilakukan oleh khan, dkk 2013 menyatakan bahwa demam typoid
endemik di india, asia tenggara, afrika, timur tengah, amerika selatan, dan amerika tengah
disebabkan oleh pasokan air bersih yang adekuat. Pakistan merupakan negara endemik
demam typoid dan penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor 4, sebanyak 573,2
per 100.000 penduduk terserang demam typoid, yang sebagian besar menyerang anak usia
pra sekolah (1-5 tahun), sedangakan di india di laporkan sebanyak 340,1 per 100.000
penduduk menderita demam typoid. CDC melaporkan kejadian demam typoid pada warga
amerika serikat terjadi karena warganya mengunjungi negara india. Di indonesia, kejadian
demam typoid mencapai 148,7 per 100.000 penduduk (Marni, 2016, hal. 14).

Penyakit demam typoid dikenal dengan nama lain tifus abdominalis, typoid fever,
atau enterik fever. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena kontaminasi makanan
dan minuman denagn rute fekal-oral. Penyakit ini banyak terjadi dimasyarakat yang
kumuh, lingkungan padat, penyediaan air bersih yang tidak adekuat, dan sanitasi yang
buruk, serta hygine masing-masing penduduknya kurang memadai dan tidak memenuhu
syarat kesehatan (Marni, 2016, hal. 14).

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui fekal-oral. Oleh
karena itu kita harus memperhatikan pentingya mencuci tangan setelang buang air besar
dan sebelum memegang makanan dan minuman. Hal ini terutama penting bagi orang yang
pekerjaannya sebagai penjamah makanan. Bukan dari segi harga, tapi dari susunan menu,
kehigienisan dan sanitasi makanan (Firdaus, 2012, hal. 71).

B. Batasan Masalah

Pada pembahasan ini hanya membatasi konsep teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan pada klien Typoid.
C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan demam typoid?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta


mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian demam typoid.
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi demam typoid.
c. Memahami manisfestasi klinis demam typoid.
d. Memhami dan mengetahui patofisiologi dan pathway demam typoid.
e. Untuk mengetahui komplikasi demam typoid.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari demam typoid.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari demam typoid.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan demam typoid.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit tipes atau typoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
bernama Salmonella Typhii. Salmonella Typhii hidup didalam badan manusia, dimana
kuman ini dtemukan didalam pembuluh darah dan saluran pencernaan penderita tersebut
(Khrisna, 2015, hal. 47).

Menurut (Muttaqin & Sari, 2011, hal. 488) demam tifoid atau sering disebut dengan
tifus abdominalis adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi
penyakit multisistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Typoid merupakan


penyakit infeksi akut pada pembuluh darah dan saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella typhi dan hanya terdapat pada badan manusia.

B. Etiologi

Penyebab penyakit typoid adalah Salmonella Typhosa, yang mempunyai ciri basil
negatif yang bergerak dengan bulu getar tidak bersepora, mempunyai sekurang-kurangnya
tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri zat kompleks lipoposakarida), antigen
H (flgella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien, terdapat zat anti (aglutinin) terhadp
ketiga macam antigen tersebut (Susilaningrum dkk, 2013, p. 152).

C. Manifestasi klinis

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari
Titik, 2016)
1. Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan
pula trakikardi dan epistaksis.

4. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.

D. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan
menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang
biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesenterika. (Lestari Titik, 2016).

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus
dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang,
dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan
mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin
basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul
kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri

pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara,


yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).
E. Komplkasi

Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik

Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,


trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan


perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis perifer,


sindroma guillain bare dan sindroma katatonia(Lestari Titik, 2016). Pemeriksaan
Penunjang

F. Pemeriksaan penunjang dengan typoid antara lain:


1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid


terdapatleukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya

leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :

1)Tehnik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.

2)Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.

3)Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi


dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.

4)Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
5)Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan demam
typhoid juga terdapat pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh
salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal dari tubuh


kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari simpai
kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin
4. Kultur

Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada akhir
minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga.

5. Anti Salmonella typhi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.

G. Penatalaksanaan

Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:

Perawatan

1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan


usus.

2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
Die

1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

Obat-obatan

Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu


penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan antibiotik
adalah:

1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali


pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.

2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin


dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat
belum dapat minum obat, selama 21 hari.

3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.

Pemberian oral/intravena selama 21 hari.

4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari.

5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan diberikan
2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7 hari

6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.

Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan
dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak
adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid
adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
g. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
i. Activity Daily Life
1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah,
anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena
adanya peningkatan suhu tubuh.
5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan
perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti
tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.
j. Pemeriksaan fisik
1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang
di dapat anemia ringan.
2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat
beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal
dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi.
Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi
abdomen, bising usus meningkat
5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman
salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang
penyakit dan kondisi anaknya

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan suhu Tujuan : ü Observasi tanda- ü Tanda-tanda vital
tubuh Setelah diberikan tanda vital berubah sesuai
(Hipertermi) tindakan tingkat
berhubungan keperawatan perkembangan
dengan proses selama 3 x penyakit dan
infeksi
24 jam, suhu menjadi indikator
Salmonella
tubuh normal. untuk melakukan
Typhi.
ü Beri kompres pada intervensi
Kriteria hasil : selanjutnya
- TTV dalam daerah dahi ü Pemberian kompres
batas normal dapat menyebabkan
- TD : 80- peralihan panas
120/60-80 secara konduksi dan
mmhg membantu tubuh
untuk menyesuaikan
- N : 120-140
terhadap panas
x/i (bayi), ü Anjurkan untuk ü Peningkatan suhu
100-120 banyak minum tubuh
(anak) air putih mengakibatkan
- S : 36,5-370C penguapan sehingga
- P : 30-60 x/i perlu diimbangi
(bayi), 15-30 dengan asupan
x/i (anak) cairan yang banyak
ü Mempercepat proses
penyembuhan,
ü Kolaborasi menurunkan demam.
pemberian Pemberian antibiotik
antiviretik, menghambat
antibiotik pertumbuhan dan
proses infeksi dari
bakteri
2 Resiko Tujuan : ü Kaji kemampuan ü Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah dilakukan makan klien perubahan nutrisi
nutrisi kurang tindakan klien dan sebagai
dari kebutuhan keperawatan indikator intervensi
tubuh selama 3 x 24 jam ü Berikan makanan selanjutnya
berhubungan dalam porsi kecil
kekurangan ü Memenuhi
dengan intake tapi sering
nutrisi tidak kebutuhan nutrisi
yang tidak
adekuat, mual, terjadi. dengan
muntah dan ü Beri nutrisi dengan meminimalkan
anoreksia. Kriteria hasil : diet lunak, tinggi rasa mual dan
- Nafsu makan kalori tinggi muntah
meningkat, protein ü Memenuhi
- Tidak ada ü Anjurkan kepada kebutuhan nutrisi
keluhan orang tua adekuat
anoreksia, klien/keluarga
nausea, untuk
- Porsi makan memberikan ü Menambah selera
dihabiskan makanan yang makan dan dapat
disukai menambah asupan
ü Anjurkan kepada nutrisi yang
orang tua
dibutuhkan klien
klien/keluarga
untuk
menghindari
makanan yang
mengandung
ü dapat meningkatkan
gas/asam, pedas asam lambung
ü Kolaborasi. yang dapat memicu
Berikan mual dan muntah
antiemetik, dan menurunkan
antasida sesuai asupan nutrisi
indikasi

ü Mengatasi
mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang
dapat memicu
mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : ü Kaji tanda dan ü Hipotensi,
volume cairan Setelah dilakukan gejala dehidrasi takikardia, demam
berhubungan tindakan hypovolemik, dapat
dengan intake keperawatan riwayat muntah, menunjukkan
yang tidak selama 3x24 kehausan dan respon terhadap
adekuat, turgor kulit
jam, tidak terjadi dan atau efek dari
kehilangan cairan ü Observasi adanya
defisit volume kehilangan cairan
berlebih akibat tanda-tanda
muntah dan diare. cairan syok, tekanan ü Agar segera
darah menurun, dilakukan
Kriteria hasil : nadi cepat dan tindakan/
- Tidak terjadi lemah penanganan jika
tanda-tanda ü Berikan cairan terjadi syok
dehidrasi, peroral pada
- Keseimbanga klien sesuai
n intake dan kebutuhan ü Cairan peroral akan
output dengan ü Anjurkan kepada membantu
urine normal orang tua klien memenuhi
dalam untuk kebutuhan cairan
mempertahankan ü Asupan cairan secara
konsentrasi
asupan cairan adekuat sangat
jumlah secara dekuat
diperlukan untuk
ü Kolaborasi
pemberian cairan
menambah volume
intravena cairan tubuh
ü Pemberian intravena
sangat penting bagi
klien untuk
memenuhi
kebutuhan cairan

4 Gangguan pola Tujuan : ü Kaji pola eliminasi ü Sebagai data dasar


eliminasi BAB Setelah dilakukan klien gangguan yang
berhubungan tindakan dialami,
dengan keperawatan memudahkan
konstipasi selama 3 x 24 intervensi
jam, pola selanjutnya
ü Auskultasi bising
eliminasi kembali ü Penurunan
usus
normal. menunjukkan
adanya obstruksi
Kriteria hasil : statis akibat
- Klien inflamasi,
melaporkan penumpukan
BAB lancar ü Selidiki keluhan fekalit
- Konsistensi nyeri abdomen ü Berhubungan dengan
lunak ü Observasi gerakan distensi gas
usus, perhatikan
warna, ü Indikator
konsistensi, dan kembalinya fungsi
jumlah feses GI,
mengidentifikasi
ü Anjurkan makan
ketepatan
makanan lunak,
buah-buahan intervensi
yang
merangsang ü Mengatasi konstipasi
BAB yang terjadi
ü Kolaborasi.
Berikan pelunak
feses, supositoria
sesuai indikasi
ü Mungkin perlu untuk
merangsang
peristaltik dengan
perlahan

5 Ansietas Tujuan : ü Kaji tingkat ü Untuk


berhubungan Setelah dilakukan kecemasan yang mengeksplorasi
dengan proses tindakan dialami orang tua rasa cemas yang
hospitalisasi, keperawatan klien dialami oleh orang
kurang selama 3 x 24 tua klien
ü Beri penjelasan
pengetahuan jam, kecemasan ü Meningkatkan
pada orang tua
tentang teratasi pengetahuan orang
klien tentang
penyakit dan penyakit tua klien tentang
kondisi anaknya Kriteria hasil : anaknya penyakit anaknya
- Ekspresi ü Beri kesempatan
tenang pada orang tua ü Mendengarkan
- Orang tua klien untuk keluhan orang tua
klien tidak mengungkap kan agar merasa lega
sering perasaan nya dan merasa
bertanya diperhatikan
tentang ü Libatkan orang tua sehingga beban
kondisi klien dalam yang dirasakan
anaknya rencana berkurang
keperawatan ü Keterlibatan orang
terhadap
tua dalam
anaknya
perawatan anaknya
dapat mengurangi
kecemasan
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Semarang, Jawa Tengah

2. Penanggung jawab
Nama : Tn.W
Umur : 35 tahun
Hubungan dg pasien : suami
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : wiraswasta

B. KELUHAN UTAMA
Demam

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pada tanggal 18 Agustus 2020 Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak
6 hari yang lalu. Pasien kemudian dianjurkan untuk dirawat inap diruang perawatan. Saat
di kaji pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan. Pasien mengatakan terjadi
demam pada malam hari dan mengatakan berat badan pasien menurun, pasien
mengatakan sulit tidur. Pasien mengatakan jarang minum. Pasien terlihat lemas, mukosa
bibir terlihat kering, akral teraba hangat, pasien terlihat berbaring saja ditempat tidur.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya.

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit turunan dalam Keluarganya.

N Pemeriksaan Hasil pemeriksaan


O
1. Keadaan Umum Sedang. pasien composmentis dengan
GCS E4V5M6.
2. Tanda-tanda vital TD : 120/100 mmHg
N : 97x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 38,40C

1.
3. a. Kepala Rambut berwarna hitam, rambut pasien tidak
mudah patah, tidak bercabang, tidak kusam,
dan tidak ada kelainan.

b. Mata Sklera berwarna jernih, konjungtiva anemis,


tidak ada edema di palpebra, kornea jernih,
pupil isokor.

c. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung, posisi
septum nasal simetris, lubang hidung bersih,
tidak ada kelainan.

d. Mulut
Mukosa bibir kering, lidah kotor, tonsil normal,
letak uvula simetris ditengah.
e. Telinga
Daun telinga sama antara kiri dan kanan,
kanalis telinga bersih tidak ada serumen.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
dan tiroid.
4. Thorax
a. Keluhan Pasien tidak ada keluhan sesak napas, nyeri
waktu bernapas dan batuk.
b. Inspeksi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 21
kali/menit, irama nafas teratur, pernafasan
cuping
hidung tidak ada, penggunaan otot bantu nafas
tidak ada, pasien tidak menggunakan alat
bantu nafas.

c. Palpasi
Vokal premitus teraba diseluruh lapang paru,
Ekspansi paru simetris, pengembangan sama
di paru kanan dan kiri Tidak ada kelainan.
d. Perkusi
Sonor, batas paru hepar ICS 5 dekstra

e. Auskultasi Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas


tambahan
5. Jantung
a. Keluhan Tidak ada keluhan nyeri dada.

b. Inspeksi Tidak ada pulsasi, CRT <2 detik.

c. Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 dan akral teraba


hangat.
d. Perkusi
- Batas atas : ICS II line sternal dekstra
- Batas bawah : ICS V line midclavicula
sinistra
- Batas kanan : ICS III line sternal dekstra
- Batas kiri : ICS III line sternal sinistra
e. Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub, reguler dan intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lub, reguler dan intensitas
kuat
- BJ I Mitral : Lub, reguler dan intensitas
kuat
- Tidak ada bunyi jantung tambahan
- Tidak ada kelainan

6. Sistem pencernaan
a. Abdomen Inspeksi
Dan Status nutrisi - Bentuk : Bulat
- Tidak ada bayangan vena
- Tidak terlihat adanya benjolan
- Tidak ada luka operasi pada
abdomen
- Tidak terpasang drain
Auskultasi
- Peristaltik 11 kali/menit
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
Tidak ada hepar dan lien
Perkusi
- Shifting Dullness (-)
Tidak ada nyeri pada pemeriksaan
perkusi ginjal

7. Sistem persyarafan Tidak terdapat kelainan pada reflek babinsky,


patella, bicep dan trisep. Dan pada indera
penglihatan, pendengaran, penciuman tidak
ada kelainan.
8. Pemeriksaan Sistem a. Kebersihan : Bersih
Perkemihan - Kemampuan berkemih : Spontan
Produksi urine2400ml/hari
- Warna : Kuning cerah
- Bau : Khas urine
b. Tidak ada distensi kandung kemih
c. Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

9. Pemeriksaan Sistem a. Pergerakan sendi bebas


Muskoloskeletal dan b. Kekuatan otot
Integumen 5 5
5 5
c. Tidak ada kelainan ekstremitas
d. Tidak ada kelainan tulang belakang
e. Tidak ada fraktur
f. tidak terpasang traksi
g. Kulit berwarna kuling langsat
h. Turgor kulit baik
i. Tidak Terdapat Luka
j. Tidak ada edema ekstremitas
k.Tidak ada pitting edema
l. Nilai resiko dekubitus, pasien dalam
kategori low risk dengan skor 16

10. Pemeriksaan Pemeriksaan 18 Agustus 2020


Penunjang Hematologi
 Hb : 10,3 mg/dl Ht : 33,1%
 Leukosit : 18, 900/mm3

widal
 Typhi – O : 1/320
11. Terapi yang diterima Sanpicilin 3x600 mg
Paracetamol 3x200 mg
Rl 500 ml/21 tpm
F. ANALISA DATA

NO Data Subyektif Data Obyektif


1. Ds : Do :
- pasien mengatakan - Ku : Compos mentis
pasien mengalami - Pasien terlihat lemas
demam sejak 6 hari - Gcs : E4V5M6
yang lalu. - Akral teraba hangat
Demam terjadi - TD : 120/100 mmHg
malam hari.
- Nadi : 98x/menit
- RR : 21x/menit
- S : 38,4°C

2. Ds:
Do :
- Pasien mengatakan - A
nafsu makan Lila : 19 cm BB : 55 kg TB : 158 cm
berkurang
- Pasien mengatakan -B
pasien makan hanya Hb : 10, 3 mg/dl
7 sendok Ht : 33,1%
Dan pasien -C :
mengalami Pasien terlihat lemas
penurunan berat - D : makanan lunak 1600 kkal, protein
badan 359, lemak 69 gr, KH
220 gr.

3. Ds :
Do :
- Pasien - pasien terlihat lemas
mengatakan sulit
pasien terlihat berbaring saja ditempat tidur
tidur

4. Ds : Do :
pasien mengatakan
- mukosa bibir pasien kering
pasien jarang mau
minum - pasien terlihat lemas
- terlihat pasien terpasang IVFD
- RL 500 ml/21
tpm.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d proses penyakit.
2. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
3. Ganguan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh
4. Resiko kekurangan volume cairan b/d ntake yang tidak adekuat dan peningkatan
suhu tubuh

H. INTERVENSI
NO Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(SLKI)
1. I Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji warna kulit
keperawatan selama 3x 7 jam 2.Monitor suhu tubuh
diharapan demam dapat teratasi 3.Monitor TD, N dan RR.
dengan kriteria hasil : 4.Identifikasi adanya
1.Suhu tubuh dalam rentang penurunan tingkat kesadaran.
normal, antara 36,5 - 37,5 5. Tingkatkan intake cairan dan
derajat celsius. nutrisi.
2.Nadi dan pernafasan dalam 6. Beri kompres hangat pada
rentang normal. sekitar axilla dan lipatan
3.Tidak ada perubahan warna paha.
kulit 7. Beri pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
Kolaborasi pemberian obat
antiperetik
2. II Setelah dilakuakn tindakan 1. Kaji adanya alergi
keperawatan selama3x7 jam makanan.
diharapakan nutrisi dapat 2. Monitor adanya
terpenuhi dengan kriteria hasil: penurunan berat
1. Mampu mengidentifikasi badan.
kebutuhan nutrisi, tidak 3. Monitor interaksi anak
ada tanda malnutrisi. dengan orang tua.
2. Tidak terjadi penurunan berat 4. Monitor kulit kering,
badan berarti turgor kulit.
5. Catat jika ada mual dan
muntah.
6. Anjurkan makan sedikit
tapi sering
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
3. III Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur pasien
tindakankeperawatan selama 2. Anjurka
3x7 jam diharapan ilmu n tehnik
pengetahuan bertambah distraksi sebelum
dengan kriteria hasil: tidur.
1. Jumlah jam tidur dalam 3. Ciptakan
batas normal 6-8 jam lingkungan yang
2. Pola tidur, kualitas dalam nyaman
batas normal 4.Kolaborasi pemberian obat
3. Perasaan segar sesudah tidur jika perlu
tidur atau istirahat

4. IV Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status cairan termasuk


keperawatan selama 3x7 jam intake dan output.
diharapan kekurangan caiaran 2. Monitor vital sign.
tidak terjadi dengan kriteria 3. Monitor status dehidrasi
hasil: (kelembaban membran
1. Tekanan darah, nadi, suhu mukosa).
tubuh dalam batas 4. Dorong keluarga
normal. untuk membantu
2. Tidak ada tanda- tanda pasien minum.
dehidrasi, elastisitas turgor 5. Kolabo
kulit baik, rasi pemberian berikan
membram mukosa lembab, cairan IV
tidak ada rasa haus yang
berlebihan.

I. IMPLEMENTASI
Hari/tgl Dx Implementasi Respon TTD
jam
selasa,11 1.1. Melihat warna DS : - Rianty
Agustus kulit DO : Terlihat tidak
2020 kemerahan dan akral teraba
08.00 hangat

08. 15 3.1 Menanyakan DS : Pasien mengatakan hanya


pola tidur pasien tidur 5 jam saja
DO : Pasien tampak gelisah,
dibawah mata terlihat hitam

08.30 5.2. Melihat status Ds : -


dehidrasi Do :Mukosa bibir terlihat kering
(kelembaban
membran
mukosa).

08. 50 2.4 mengkaji kulit Ds : -


kering dan turgor Do : kulit terasa kering dan
kulit. turgor kulit ˂ 2 detik

09.15 2.6 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan pasien


pasien makan hanya sekitar 7 sendok saja
sedikit tapi dari posi makan
sering Do : pasien terlihat sedikit
makan

09. 35 1.4Melihat adanya Ds : -


penurunan Do : Tidak ada penurunan
tingkat kesadaran kesadaran, KU: compos
mentis dan GCS:
E4V5M6

09. 55 2.4Menanyakan Ds : pasien mengatakan tidak


adanya alergi ada alergi
makanan Do : Tidak ada alergi pada
makanan apapun.
10. 20 2.2Menanyakan Ds : pasien mengatakan ada
adanya Do : BB – Sebelum sakit: 22 kg
penurunan berat badan BB – Sesudah sakit: 19 kg

Ds : -
11.00 5.5Melihat cairan Do : Terlihat pasien
IV yang terpasang infus RL 400 ml/21
diberikan tpm

11. 10 1.2 Mengukur suhu Ds : –


Tubuh Do : T : 37, 6 °C

11. 35 1.3 Menghitung nadi Ds : -


dan respirasi Do : N: 92x/menit
RR : 22x/menit

12.00 2.5 Menanyakan jika Ds : pasien mengatakan tidak


mual dan muntah ada mual dan muntah yang
terjadi
Do : pasien tidak mual muntah

12.15 1.5 Menganjurkan Ds : keluarga paham


pasien untuk Do : Terlihat orang tua mengerti
meningkatkan dan memahami apa yang
intake cairan dan diberikan
nutrisi

13. 00 5.1. Menanyakan Ds : -


status cairan Do :
termasuk intake Input : 2298ml Output : 2216
dan output. ml

13.10 2.7. Melakukan Ds : -


kolaborasi dengan Do : Pasien mendapatkan diit
ahli gizi untuk makanan lunak dan 1600 kkal
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan

13. 30 1.6 Menganjurkan Ds : keluarga mengerti


keluarga memberikan Do : Terlihat keluarga
kompres hangat mengerti dan memahami apa
menggunakan spons yang diberikan
pada axilla, dan lipatan
paha.
Rabu, 12 1.1 Melihat warna Ds : - Rianty
Agustus kulit Do:Kulit tidak terlihat
2020 kemerahan dan akral teraba
08.10 hangat.

08. 20 2.4 mengkaji kulit Ds : -


kering dan turgor Do : Kulit teraba lembab dan
kulit. turgor kulit ˂ 2 detik.

08. 50 2.6 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan porsi


pasien makan makan habis setengah
sedikit tapi Do: pasien terlihat habis
sering makan setengah porsi

09.20 1.7 Memberikan Ds :


pakaian yang Do:Terlihat pasien
tipis dan menggunakan pakaian yang
menyerap mudah menyerap keringat

10.00 3.1 Menanyakan Ds :Pasien mengatakan


pola tidur pasien tidur sekitar 6 jam
Do : bawah mata pasien terlihat
sedikit menghitam

10. 30 5.5 Melihat cairan Ds : -


IV yang Do :Terlihat pasien
Diberikan Terpasang Rl 500ml/21 tpm2.5

11.30 2.5 Menanyakan jika Ds :Pasien mengatakan


ada mual dan pasien tidak ada mual
muntah dan muntah selama
dirawat.
Do : pasien tidak mual muntah

11. 55 1.2 Mengukur suhu Ds : -


Tubuh Do :
T : 36, 9 °C

12. 40 1.3 Menghitung nadi Ds : -


dan respirasi Do :
N: 90x/menit
RR : 22x/menit

13.00 1.5 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan


pasien untuk mengkonsumsi air
meningkatkan putih 500 ml/ hari
intake cairan dan do : pasien menghabiskan air
nutrisi putih

13. 30 5.3. Monitor status Ds : -


dehidrasi Do : Mukosa bibir lembab
(kelembaban
membran
mukosa).

13. 40 1.6Menganjurkan Ds : pasien mengatakan


pasien melakukan kompres
memberikan hangat menggunakan spons
kompres hangat ketika demam
pada axilla, dan Do : pasien tampak paham
lipatan paha
Kamis, 13 1.1 Melihat warna Ds : - Rianty
Agustus kulit Do:Kulit tidak terlihat
2020 kemerahan dan akral teraba
08.10 hangat.

08. 20 2.4 mengkaji kulit Ds : -


kering dan turgor Do : Kulit teraba lembab dan
kulit. turgor kulit ˂ 2 detik.

08. 50 2.6 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan porsi


pasien makan makan habis setengah
sedikit tapi Do: pasien terlihat habis makan
sering setengah porsi

09.20 1.7 Memberikan Ds :


pakaian yang Do:Terlihat pasien
tipis dan menggunakan pakaian yang
menyerap mudah menyerap keringat

10.00 3.1 Menanyakan Ds :Pasien mengatakan


pola tidur pasien tidur sekitar 6 jam
Do : bawah mata pasien terlihat
sedikit menghitam

10. 30 5.5 Melihat cairan Ds : -


IV yang Do :Terlihat pasien
Diberikan Terpasang Rl 500ml/21 tpm2.5

11.30 2.5 Menanyakan jika Ds :Pasien mengatakan


ada mual dan pasien tidak ada mual
muntah dan muntah selama
dirawat.
Do : pasien tidak mual muntah

11. 55 1.2 Mengukur suhu Ds : -


Tubuh Do :
T : 36, 9 °C

12. 40 1.3 Menghitung nadi Ds : -


dan respirasi Do :
N: 90x/menit
RR : 22x/menit

13.00 1.5 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan


pasien untuk mengkonsumsi air
meningkatkan putih 500 ml/ hari
intake cairan dan do : pasien menghabiskan air
nutrisi putih

13. 30 5.3. Monitor status Ds : -


dehidrasi Do : Mukosa bibir lembab
(kelembaban
membran
mukosa).
13. 40 Ds : pasien mengatakan
1.6Menganjurkan melakukan kompres
pasien hangat menggunakan spons
memberikan ketika demam
kompres hangat Do : pasien tampak paham
pada axilla, dan
lipatan paha

J. EVALUASI

Hari/tgl DX Evaluasi TTD


jam
Kamis , 13 I S : - pasien mengatakan mengalami demam pada malam hari Rianty
agustus - Ibu mengatakan memberikan kompres hangat pada saat
2020 demam
13. 30 O : - T : 37,8 ° C
- N : 96x/menit
- RR : 22x/menit
- Tidak terlihat adanya kemerahan pada kulit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji warna kulit
Monitor suhu tubuh
Monitor TD, N dan RR
Tingkatkan intake dan nutri
Rianty

II S : pasien mengatakan hanya makan 7 sendok saja


O:
- A
Lila : 15 cm BB : 19 kg TB : 102 cm
- B
Hb : 10, 3 mg/dl
Ht : 33,1%
-C
-D : makanan lunak 1600 kkal, protein 359, lemak 69 gr,
KH 220 gr
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Monitor kulit kering dan turgor kulit Rianty
Catat jika ada mual dan muntah
Anjurkan makan sedikit tapi sering

III S :
-Ibu mengatakan pasien hanya 5 jam tidur
-Ibu mengatakan pasien sulit tidur
O:
-Pasien terlihat lemas
-Pasien terlihat berbaring saja ditempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji pola tidur pasien
Rianty

IV S :
- Ibu mengatakan pasien susah untuk disuruh minum
- Pasien hanya minum 400 ml air putih
O:
- Bibir terlihat kering
- Terlihat pasien terpasang infus RL 500ml/21 tpm
- BC : 2298- 2216
= + 82
A : masalah belum teratasi
P : lanjutksn intervensi
Monitor status dehidrasi (kelembaban membran
mukosa).
Kolaborasi pemberian berikan cairan IV
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas

Nama : Ny. S
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

No Data fokus Masalah Etiologi


Ds : Hiperterm proses
-pasien mengatakan pasien
i penyakit.
mengalami demam sejak 6 hari
yang lalu.
Demam terjadi malam hari.
Do :
- Ku : Compos mentis
- Pasien terlihat lemas
- Gcs : E4V5M6
- Akral teraba hangat
- TD : 120/100 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- RR : 21x/menit
- S: 38,4°C

B. Diagnosa Keperawatan Yang Berhubungan Dengan Jurnal Ebn Riset Yang Di


Aplikasikan
Hipertermi b.d proses penyakit.

C. Evidence Based Nursing yang Diterapkan


Evidence based nursing yang telah di terapkan pada pasien adalah pemberian terapi Tepid
Sponge water ketika hipertermi muncul.
D. Analisa Sintesa Justifikasi Penerapan Evidence Based Nursing
Salmonela typhi, masuk kesaluran cerna

Reaksi inflamasi

Suhu tubuh

Demam thypoid

Hipertermi (proses penyakit)

Pemberian kompres water tepid sponge

Sinyal hangat yang dibawa oleh darah menuju hipotalamus

Pengeluaran sinyal sistem efektor


Sinyal menyebabkan pengeluaran suhu tubuuh melalui dilatasi

Pembuluh darah perifer dan berkeeringat

Panas berkurang

E. Landasan Teori Terkait Evidence Based Nursing Practice


Penyakit tipes atau typoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
bernama Salmonella Typhii. Salmonella Typhii hidup didalam badan manusia, dimana
kuman ini dtemukan didalam pembuluh darah dan saluran pencernaan penderita tersebut
(Khrisna, 2015, hal. 47).
Demam typoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh salmonella typhi. Penyakit oni ditandai dengan panas berkepanjangan (Satari, dkk
2010).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal. (Wilkinson, 2013).
Batasan karakteristik antara lain: Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, Serangan
atau konvulsi, Kulit kemerahan, Pertambahan RR, Takikardi. (Huda, 2015).
Tepid sponge water adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan
teknik kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan teknik seka (Hamid,
2011). Tepid sponge water merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan control
kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi yang biasanya dilakukan pada
pasien yang mengalami demam tinggi (Wardiyah & Setiawan, 2016).
BAB V
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

A. Justifikasi Pemilihan Tindakan Berdasarkan EBN


Tujuan dari terapi Penggunaan tepid sponge water yaitu untuk menurunkan panas
pasien. Setelah diberikan kompres hangat menggunakan teknik tepid sponge water, Sinyal
hangat yang dibawa oleh darah menuju hipotalamus menyebabkan Pengeluaran sinyal
sistem efektor sinyal menyebabkan pengeluaran suhu tubuuh melalui dilatasi sehingga
membuat pengeluaran keringat pada pasien sehingga suhu tubuh pasien menurun.
Alasan mahasiswa menerapkan aplikasi evidence based nursing practice terapi Tepid
sponge water pada Ny. S yakni berdasarkan jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh
Tia setiawati, dkk (2015) terkait penerapan terapi Tepid sponge water yang berpengaruh
terhadap penurunan suhu tubuh panas pada pasien. Terapi terapi Tepid sponge water
merupakan terapi non farmakologi yang tidak memiliki efek samping, terapi yang mampu
menurunkan suhu tubuh pasien.

B. Mekanisme Penerapan EBN


Mekanisme penerapan dari EBN yang dilakukan adalah:
1. Tahap persiapan
a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan cara tepid water sponge.
b. Persiapan alat meliputi baskom tempat air hangat (26C – 35C), lap mandi 6 buah,
handuk mandi 1 buah, selimut mandi 1 buah, perlak besar 1 buah, termometer,
selimut tidur 1 buah.
2. Pelaksanaan
a. Ukur suhu tubuh klien dan catat.
b. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan lap mandi didahi, aksila dan pangkal paha.
Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10-15 menit.
Lakukan menglap tubuh klien selama 20 menit. Pertahankan suhu (26C – 35C).
c. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau segera setelah suhu tubuh klien
mendekati normal. Selimuti klien dengan selimut tidur. Pakaikan baju klien dengan
baju tipis dan mudah menyerap keringat.
d. Ukur dan catat suhu tubuh setelah pemberian terapi
C. Kelebihan, Kekurangan dan Hambatan yang Ditemui Selama Aplikasi EBN
1. Kelebihan
 Terapi tepid sponge water merupakan terapi non farmakologi yang tidak memiliki
efek samping, terapi yang mampu menurunkan suhu tubuh, dengan memberikan
kompres hangat dengan teknik tepid sponge water tubuh akan memberikan sinyal ke
hipotalamus sehingga suhu tubuh pasien turun melalui keringat.
 Terapi ini sangat sederhana sehingga mudah diterapkan

2. Kekurangan
Terapi ini ketika diterapkan pada anak kecil sering kali rewel.
3. Hambatan
Tidak dalam pengawasan 24 jam, sehingga tidak mengetahui apakah pasien benar-
benar menerapkan terapi tersebut ketika suhu tubuh meningkat.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penerapan Evidence Based terapi tepid sponge water yang telah dilakukan
pada pasien dengan diagnosa medis typoid mengalami penurunan suhu tubuh. Hal ini
membuktikan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sehingga dapat diaplikasikan
sebagai terapi nonfarmakologis untuk menurunkan suhu tubuh, dan dapat diterapkan untuk
menurunkan suhu tubuh lainnya bukan hanya untuk menurunkan suhu pada pasien typoid
saja, serta penerapan ini dapat dilakukan baik di rumah sakit maupun di rumah pasien.

B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
Digunakan untuk menambah ilmu dan pengalaman untuk diterapakan di lapangan saat
bertemu langsung dengan pasien dengan keluhan hipertermi.
2. Bagi perawat
Bagi perawat dapat diaplikasikan sebagai terapi nonfarmakologis untuk menurunkan
suhu tubuh yang meningkat.

Anda mungkin juga menyukai