Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TIFOID

Dosen pengampu: Ns.Sri mulyani.S.Kep.M.Kep.

Disusun oleh:

Kelompok 3:

1. Mahmud 6. Nur Khanifah


2. Nikmatun Umayah 7. Putik Fajar Kurniati
3. Nisa’ul Cholifah 8. Reza Fahlefi
4. Nurfaizatun Naffisah 9. Rifada Arsy Khasanah
5. Nur Hayati 10. Septiani Diah Nurrohmah

UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TEGAH DI WONOSOBO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2018/2019
KASUS TYHPUS ABDOMINALIS

Ny. A (40 tahun) datang dengan keluhan psing, mual, nyeri di bagian bawah perut
serta demam sejak 4 hari yang lalu. Demm semakin tinggi pada malam hari,
selama di rumah pasien sudah munum obat paresetamol tablet. Pasien juga
mengeluh tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik: S:38,8°C, N:90x/menit,
RR: 23x/menit, liadah kotor, terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah
terdapat bintik merak di tangan dan kaki. Hasil uji widal 1/320.

PERTANYAAN

1. Jelaskan apa itu thypoid! (Nur Hayati)


2. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit thypoid? (Diah)
3. Bagaimana etiologi thypoid? (Anik)
4. Bagaimana penularan thypoid? (Hanifah)
5. Bagaimana patofisiologi thypoid? (Faiz)
6. Organ tubuh apa yang diserang thypoid? (Mahmud)
7. Apakah thypus abdominalis dan thypoid sama? (Putik)
8. Apa saja komplikasi dari thypoid? (Anik)
9. Bagaiman pencegahan thypoid? (Reza)
10. Secara farmakologi obat apa saja yang paling efektif untuk thypoid?
(Fada)
11. Apa saja penatalaksanaan thypoid? (Hanifah)
12. Pemriksaan apa saja yang perlu dilakukan pada kasus thypoid? (Diah)
13. Untuk menegakkan diagnosis typoid dapat ditentukan melalui tiga dasar
diagnosa yaitu? (Nur Hayati)
14. Berapa lama masa inkubasi typoid?( Nisa)
15. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya gejala thypoid?
(Nisa)
16. Apa program diit pada penderita thypoid? (Faiz)
17. Bagaimana rencana dan tindakan pada kasus thypoid? (Faiz)

2
18. Seberapa besar angka kematian yang ditimbulkan thypoid? (Fada)

JAWABAN
1. Typhus abdominalis ialah suatu penyakit infeksi menular yanag
menyerang pada saluran pencernaan di bagiaan usus halus.
Demam thypoid merupakan suau penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh
panas berkepanjangan, ditopang dengan bektermia tanpa keterlibatan
struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi (Asuha Keperawatan
jilid 1 Sumarmo, 2002).
Demam typhoid atau typohoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. demam tifoid merupakan
jenis terbanyak dari salmonelosis. Demam tifoid memperlihatkan
gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain.(Masalah
dan Tatalaksana Penyakit dengan Demam Widagdo, 2012).
2. Tanda gejala yan ditimbulkan oleh thypoid yaitu, (Sudoyo Aru, dkk
2009)
a. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
b. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syik, stupor dan koma.
c. Ruam muncul pada hasri ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
d. Nyeri kepala nyeri perut
e. Kembung, mual, muntah diare, konstipasi
f. Pusing bradikardi, nyeri otot
g. Batuk
h. Epistaksis

3
i. Lidah yang berselaput (kotor ditengah tepi dan ujung merah serta
tremor)
j. Hepatomegali, spienomegali. Meteroismus
k. Gangguan mental berupa samnolen
l. Delirium atau psikosis

Gejala lain yang ditimbulkan (Human Zoonosis Diseases, Seodarto


2012)

Enam sampai 48 jam sesudah infeksi penderita salmonelosis baik pada


manusia maupun pada hewan mengalami gejala gasroenteristis berupa
diare, muntah dan demam ringn. Jika tidak segera ditangani dan
diobati, penderita dapat mengalami kekurangan cairan tubuh
(dehidrasi) yang dapat menyebabkan kematian, terutapa pada individu
yang berusia sangat muda atau berumur terlallu tua. Apabila sampai
mengalami keracunan darah (septikemi dakan terjadi demam tinggi,
pembesaran limpa, sakit kepala hebat, radang paru, radang otot
jantung, radang ginjal, radang sendi, dan radang selaput otak
(meningitis).

3. Etiologi dari demam tifoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam


genus salmonella yang tergolong dalm famili enterobacteriaceae.
Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, tidak berkakpsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahn kimia,
tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa ahri/minggu pada
suhi kmar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan
tinja. Salmonella mati pada suhu 54.4°C dalam 1 jam, atau 60°C dalam
15 menit. Salmonella mempunyai antigen O(somatik) ialah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan atigen H
(flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. Typhi,
juga pada S. Dublin d an S. Hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu

4
polisakarid (Masalah dan Tatalaksana Penyakit dengan Demam
Widagdo, 2012).
4. Penularan thypoid, infeksi umumnya terjadi melallui mulut akibat
termakan makann atau miniuman yang tercemar bakteri ini.
Salmonella dapat dijumpai di dalam daging telur maupun tinja hewan
yang menjadi sumber penularan baik yang sedang sakit maupun karier
yang tidak menunjukkan gejala klinis. Selain manusia, berbagai hewan
ternak, babi unggas dan rodensia dapat menjadi sumber penlaran
kuman ini. Di dalam tubuh penderita bekteri ini dapat bertahan dalam
waktu yang lama, yang pada beberapa jenis salmonella dapat bertahan
sampai bertahun- tahun lamanya. Serangga misalnya lalat dan kecoa
dapat bertindak sebagai vektor penular kuman ini. (Human Zoonosis
Diseases, Seodarto 2012)
5. Patofisiologi Thypoid
Makanan yang tercemar bakteri salmonella typhi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian bakteri masuk ke dalam
lambung, sebagian bakteri akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke dalam usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid bakteri berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung empedu(
Ngastiyah,2005).
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari ), bakteri kembali masuk dalam
darah bakteremia sekunder dan menyebar keseluruh tubuh terutama
kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk
lonjong. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus. Pada masa bakteremia ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana bakteri
ini berkembang.

5
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada thipoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endoktoksemia bukan merupakan penyebab
demam tipoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis thipoid karena
membantu proses imflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi dan endotoksinya merangsang sintetis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Zat
pirogen ini akan beredar dalam darah dan memepengaruhi pusat
termoreguator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
Sumber : Nur arif, amin Huda dan Hardi kusuma.2015.aplikasi asuhan
keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic noc edisi
revisi jilid 1.yogyakarta: mediaction.

6. Organ tubuh yang diserang oleh salmonella typoid yaitu abdomen usus
halus
7. Typhus abdominalis dan typoid apakah sama? Ya, sama typhus
absominalis adalah istilah ilmiah sedangkan demam tifoid istilah
Indonesia. Jika ditinjau dari segi kebahasaan makna typhus dan typoid
dalam bahasa ingris memiliki makna yang berbeda typhus adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Reckettsia yang menyebar
melalui kuu tikus. Sedangkann typoid disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi ( Gustaaf Kusno, 2015)
8. Komplikasi dari thypoid yaitu antara lain, penurunan kesadaran, syok,
perforasi usus, pneumonia, mycarditis, hepatitis encephalopathy,
meningitis, bronchitis, focal absess, pharyngitis, chonic carrier,
anemia, periotonitits, kambuh, dan keguguran (Rendi Aji Prihanigyas,
2014)
Menurut (Masalah dan Tatalaksana Penyakit dengan Demam
Widagdo, 2012).
Komplikasi dari demam tifoid dapat digolongkan dalam intra dan
ekstra intestinal. Komplikasi intestinal, di antaranya ialah

6
a. Perdarahan, dapat terjadi pada 1-10% kasus, terjadi setelah minggu
ke-1, dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai
dengan naiknya denyut nadi
b. Perforasi usus, terjadi pada 0.5-3% kasus, setelah minggu pertama,
didahului oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm, di
bagian distal ileum, ditandai oleh nyeri aabdomen yang kuat,
muntah, dan gejala peritonitis.

Komplikasi ekstraintestinal adalah termasuk

a. Sepsis, dengan ditemukan adanya kuman usu yang bersifat aerobik


dan anaerobik
b. Hepatitis dan kholesistitis ditandai dengan gangguan uji fungsi
hati: pada pemeriksaan amilase sserum menujukkan peningkatan
sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatistis
c. Pneumonia atau bronkitis sering ditemukan, yaitu kira-kira
sebanyak 10 %, umumnya disebabkan karena adanya superinfeksi
selai oleh salmonela
d. Miokarditis toksik diandai oleh adanya aritmia, blik sinoatrial, dan
perubahan segmen ST dan gelombang T; pada miokard dijumpai
inflitrasi lemak dan nekrosis
e. Trombosis dan flebitis jarang terjadi, komplikasi neurologi jarang
menimbulkan gejala residual, yaitu termsuk tekanan intrakranial
meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebelum akut, korea
tunawocara, tuna rungu, mielitits tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsus tulang,
nefritis, sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadeniis,
osteomielitits dan artritis.
9. Pencegahan typhoid antara lain menjaga kebersihan makanan dan alat-
alat makan, higene pribadi dan sanitasi lingkungan yang selalu terjaga

7
merupakan upay mencegah trjadinya infeksi salmonella. Makanan
terutama daging unggas dan telur serta minuman, harus dimasak
dengan baik. Tikus, lalat dan kecoa harus diberantas dari dalam
maupun dari sekitar rumah (Human Zoonosis Diseases, Seodarto
2012).
Menurut Soedarto (Penyakit Menular di Indonesia, Soedarto 2009)
Penularan demam tidoid dicegah dengan selalu menjaga kebersihan
perorangan, kebersihan lingkungan, pembuangan sampah yang baik,
dan klorinasi air minum. Karier demam tifoid harus diobati dengan
baik menggunakan ampisilin atau amoksisilin dan probenesid. Jika
terdapat kolelitiasis, dilakukan tindakan operasi disetai pemberian
antibiotika. Imunisaasi dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin
monovalen kuman salmonella typhi.
10. Secara farmakologi obat khusus yang biasa digunakan untuk thypoid
thiamphenicol yaitu obat untuk mengobati bakteri salmonella cara
kerjanya menghentikan pertumbuhan bakteri dan mencegah
penyebarannya agar tidak pindah ke baagian tubuh lain. (Asuha
Keperawatan jilid 1 Sumarmo, 2002).
11. Penatalaksanaan (Asuha Keperawatan jilid 1 Sumarmo, 2002).
a. Non farmakologi
Beda rest
Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa
makanan rendah serat.
b. Farmakologi
Kloromfenikol, dosis 50mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
Bil ada kontraindikasi kloremfenikol diberikan ampisilin de ngan
dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
intravena saat belum dapat munum obat, selama 21, atau
amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4

8
kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 kontrimoksasol dengan
dosis (tpm) 8mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral
selama 14 hari.
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80mg/kgBB/ hari,
sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenen, azithrinusub dab fluroquinolon.

12. Pemeriksaan penunjang (Asuha Keperawatan jilid 1 Sumarmo, 2002).


a. Pemeeriksaan darah perifer lengkap
Dapat dutemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekuder
b. Pemerikasaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri Salmonella typhi. uji widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita memam tfpid.
Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuat antibodi (aglutinin)
d. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur fases: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e. Anti salmonella typhi IgM

9
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke 3
dan 4 terjadinya demam
13. Diagnosa penyakit
Untuk menegakkan diagnosa demam tigois, dapat ditentukan melalui 3
diagnosis yaitu berdasarkan diagnosis klinis, diagnosa mikrobiologis,
dan diagnosa sirologis.
Diagnosis klinis
Gambaran klasik yg sering ditemukan pada penderita demam tifoid
dapat dikelompokkan pada gejala yang terjadi pada:
Minggu 1 :
Demam tinggi lebih dari 40°C, nadi lemah bersifat dikrotik, lemah
denyut nadi 80-100/menit.
Minggu 2 :
Suhu badan tetap tinggi penderita mengalami delirium, lidah tampak
kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan
limpa teraba.
Minggu 3
keadaan penderita membaik jika suhu tubuh menurun, gejala dan
keluhan berkurang. Sebaliknya kesehatan penderita memburuk jika
masih terjadi delirium, setupor, pergerakan otot yang terjadi terus
menerus, terjadi inkontinensia urin atau Alvi. Selain itu, tekanan perut
meningkat, terjadi meteorismus dan timpani, disertai nyeri perut.
Penderita kemudian mengalami kolap akhirnya meninggal dunia akibat
terjadinya degenerasi miokardial toksik.
Minggu 4 :
Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami penyembuhan.
Diagnosa mikrobiologis
Metode ini merupakan metode yg paling baik karena spesifik sifatnya.
Pada Minggu 1 dan ke 2 biakan darah dan biakan sumsum tulang

10
menunjukkan hasil + , sedangkan Minggu ke 3 dan ke 4 hasil biakan
tinja dan urin menunjukkan hasil + kuat.
Diagnosis serologis
Tujuan metode ini untuk memantau antibodi terhadap antigen O dan
antigen H, dengan menggunakan uji aglutinasi widal. Jika titeraglutinil
1/200 atau terjadi kenaikan titeraglutinil lebih dari 4x, hal ini
menunjukkan bahwa demam tifoid sedang berlangsung akut.
Diagnosa keperawatan
1. 1.Ketidakefektifan termoregulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan,
proses penyakit.
2. Nyeri akut b.d proses peradangan.
14. Masa inkubasi typhoid adalah 10 – 14 hari.
15. Faktor apa saja yang dapat menimbulkan timbulnya gejal typhoid
kembali antara lain: (Damar Upahita, 2019)
a. Jajan sembarangan
b. Tidak menjaga kebersihan makanan
c. Mengonsumsi air minum yang kotor
d. Menggunakan toilet yang kotor
16. Program diet untuk penderita typoid (Penyakit Tropis, Widoyono
2008)
a. Porsi kecil tapi sering
Usahakan lambung tidak kosong 2/3 jam sekali diberi makan.
Usahakan lambung tetap berisi karena malah hari sekresi lambung
kuat
b. Lunak dan tak boleh menimbulkan gas.
c. Beri banyak susu. Kareena susu menetralisir Ncl (alkalis)

Makanan larangan

a. Makanan pedas
b. Kopi, teh kental, coklat kental-batasi.
c. Alcohol

11
d. Obat
 APC
 Acetosal
 Vitamin C diminum bic-nat
17. Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan
perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai
berikut (Caperito dan Moyet ,2007)
Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan
elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan
muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR)
dalam batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit
tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output
cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang
sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi
lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per
hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl)
dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan
melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil

12
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai
bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai
laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak
pucat.
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut,
timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan
distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet,
kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan
Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik seperti (ranitidine).
Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan
dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah
typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi
aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah
axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

13
Diagnosa 4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan fisik
Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan
kekuatan otot.
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu
kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien
mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di
butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin sesuai indikasi.
Diagnosa 5
Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari
sekresi purulen/drainase serta febris.
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran
tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan
kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat ditandai dengan
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat

14
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan
gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit
anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan
klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan
tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien,
libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien.
No Intervensi NOC NIC
1 Hipertermia NOC LABEL : NIC LABEL :
berhubungan dengan : Termoregulasi ( 0800 ) Perawatan demam (
1. Penyakit atau Setelah dilakukan 3740 )
trauma. tindakan keperawatan 1. Monitor
2. Peningkatan selama 3x24jam pasien warna kulit
metabolisme. menunjukkan : dan suhu.
3. Aktivitas yang Suhu tubu dalam batas 2. Berikan
berlebihan. normal dengan kriteri antipiretik.
4. Dehidrasi. ahasil : 3. Dorong
1. Melaporkan konsumsi
kenyamanan cairan.
suhu. 4. Berikan
2. Sakit kepala. oksigen
3. Perubahan yang sesuai.
warna kulit.
4. Tingkat
pernafasan.

15
18. Prosentase angka kematian karena typoid (Human Zoonosis Diseases,
Seodarto 2012).
Menurut pemeriksaan serologi menunjukan damam typoid dan patifoid
sistemik diderita oleh 16-20 juta orang dengan angka kemtian sekitar
200.000 jiwa di seluruh dunia.
Kejadian demam tifoid di negaara berkembang masih sangat tinggi
yaitu 500 per 100.000. (Masalah dan Tatalaksana Penyakit dengan
Demam Widagdo, 2012).
Menurut WHO (World Health Organization 2017) memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kematian terjaadi tiap tahun akibat penyakit ini.
Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat
13 juta kasus terjadi tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan antara
800-100.000 orang yang terkena panyakit demam thypoid sepanjang
tahun. Kasus thypoid di derita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-
19 tahun dengan angka kematian 20.000 pertahunnya.

16

Anda mungkin juga menyukai