Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA TN. A DENGAN KASUS THYPOID FEVER DI RUANG
AROFAH RSM SITI KHODIJAH GURAH KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Medikal Bedah

OLEH :
IRA YUNIARISTI
NIM : 202106109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan kasus


Thypoid Fever di Ruang Arofah RSM Siti Khodijah. Pada tanggal 28 Februari - 5
Maret 2022 Oleh Mahasiswa Stikes Karya Husada Kediri :

NAMA : IRA YUNIARISTI

NIM : 202106109

JUDUL : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.


A dengan Kasus Thypoid Fever di Ruang Arofah RSM Siti
Khodijah Gurah Kediri

Mengetahui,

Mahasiswa,

(Ira Yuniaristi)
NIM : 202106109

Dosen Pembimbing, Ci Ruangan,

(Muhammad Taukhid, S.Kep.Ns., M.Kep.) (Maulidya Qibtya Nabilla, S.Kep., Ns)

NIDN : 0712028801

Kepala Ruangan,

(Setyo Herlina, S.Kep., Ns)


BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID FEVER

1.1 DEFINISI
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran.
(Wijayaningsih kartika sari, 2013).
Demam typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan (Moser-Van Der Geest, Schibli, & Huber, 2019). Tipe demam thypoid
pada anak, akan terjadi demam naik turun. Demam tinggi biasanya terjadi pada sore
dan malam hari kemudian turun pada pagi hari

1.2 ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella para typhi A, dan
Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen (antigen O, H, dan
VI). Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan rambut
getar Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat melalui hal –hal
berikut :
1) Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi
2) Transmisi dari tangan ke mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang
mempuyai Slmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang di makan
3) Transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mempunyai basil Salmonella
typhi kesungai atau sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian
langsung di minum tanpa di masak (Britto, Wong, Dougan, & Pollard, 2018)
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41
derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus
lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman
yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

1.3 MANIFESTASI KLINIS


Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu:
(Lestari Titik, 2016)
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar
disertai nyeri dan peradangan
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,
kadang-kadang ditemukan pula takikardi dan epistaksis
4) Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi
karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik
oleh obat maupun oleh zat anti
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas)
a) Perasaan tidak enak badan
b) Nyeri kepala
c) Pusing
d) Anoreksia
e) Batuk
f) Nyeri otot
g) Muncul gejala klinis yang lain
Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen, biasanya menurun
pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu pertama ini pada
anak akan disertai gejala mual, muntah nyeri perut dan nafsu makan menurun. Selain
itu lidah anak tampak kotor (terdapat kotoran warna putih). Minggu kedua: demam
terus. Minggu ketiga: demam mulai turun secara berangsurangsur, gangguan pada
saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar yang nyeri pada
perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-samnolen (Moser-Van
Der Geest et al., 2019).

1.4 PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia
dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar
getah bening mesenterika (Lestari Titik, 2016)
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus (Lestari Titik, 2016)
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi)
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia
plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak
peyeri pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut)
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).

1.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain:
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang
terbatas, malabsorspi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan
penghancuran sel darah merah dalam pendarahan darah. Leukopenia dengan
jumlah lekosit antara 3000- 4000 mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinophil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium
panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit
meningkat akibat rangsangan endotoksin laju endap darah meningkat
b. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder
c. Pemeriksaan feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan pada
usus dan perforasi
d. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid
e. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan
demam typhoid juga terdapat pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal dari tubuh
kuman)
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal dari flagel
kuman)
3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari
simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan H
yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
klien menderita typhoid
f. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada
akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga
minggu ketiga
g. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4
terjadinya demam.
1.6 PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:
1) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan
c. Mengajarkan/melakukan upaya mengatasi hipertermi dengan kompres hangat,
sirkulasi cukup, pakaian longgar dan kering dan pembatasan aktivitas
d. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
e. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari
h. Menciptakan suasana yang membangkitkan selera makanan: tampilan pada
makanan, sajian makanan dalam keadaan hangat, makan secara bersamaan,
suasana yang tenang, lingkungan yang bersih.
2) Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,
seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-
negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
1. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari
2. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3- 4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari
3. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari
4. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari
5. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena
selama 5-7 hari

1.7 KOMPLIKASI
1) Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik
2) Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia
hemolitik
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis polineuritis
perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia (Lestari Titik, 2016).
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

2.1 PENGKAJIAN
a) Anamnesis
1. Identitas pasien
Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia dari bayi di atas satu tahun
hingga dewasa. Dalam data umum ini meliputi nama klien, jenis kelamin,
alamat, agama, bahasa yang dipakai, suku, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan
diagnosa medis (wahid,2013)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada klien penderita demam thypoid keluhan utama yang akan muncul
berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan, perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta
nafsu makan berkurang (terutama pada masa inkubasi)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh
berangsur-angsur baik pada setiap harinya, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadan demam. Saat minggu ketiga, suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
c. Riwayat kesehatan lalu
Untuk mengetahui lebih lanjut riwayat dahulu apakah sebelumnya pasien
pernah mengalami sakit thypoid, sebelumnya masuk rumah sakit dan juga
untuk mengetahui adanya relaps
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat pengkajian perlu ditanyakan pada pasien maupun anggota
keluarga apakah sebelumnya ada keluarga yang menderita demam thypoid
sehingga bisa terjadi adanya penularan
e. Riwayat nutrisi, saat sakit biasanya anak mengalami penurunan nafsu
makan
b) Pola Kesehatan Sehari-hari
1. Nutrition
Kecenderungan berat badan penderita demam thypoid ini akan mengalami
perubahan terjadinya berat badan karena mengalami penurunan nafsu makan.
Pada penderita pasien demam thypoid ini yang akan dirasakannya berupa
gejala yang muncul yaitu rasa mual, muntah, anorexia kemungkinan juga
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Elimination and Change
Pada demam thypoid ini biasanya terjadi konstipasi dan diare atau mungkin
normal. Pada sistem integument dengan demam thypoid ditemukan gejala
seperti dada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-
bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kepiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam
3. Activity/Rest
Data yang sering muncul pada pasien demam thypoid adalah mengalami
kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh sehingga pasien
merasa gelisah pada saat untuk beristirahat ataupun saatnya untuk tidur.
Klien mengalami penurunan pada aktivitas. Karena badan klien sangat lemah
dan klien dianjurkan istirahat karena adanya peningkatan suhu tubuh yang
berkepanjangan
4. Personal Hygiene
Untuk memenuhi kebutuhan kebersihan badan pasien demam thypoid ini
akan di bantu oleh keluarga atau perawat, karena pasien merasa lemas
sehingga menghambat dalam melakukan kegiatan perawatan badan
c) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas
2. Tingkat kesadaran : Perlu di observasi karna akan mengalami penurunan
kesadaran seperti apatis atau somnolen walaupun tidak merosot
3. TTV : Tekanan darah pada penderita demam thypoid normal 110/80 - 120/80
mmHg, dan suhu tubuh akan menigkat yang disebabkan oleh salmonella
thypi hingga 390C-400C , respirasi akan mengalami peningkatan atau tidak
karna pasien demam thypoid bisa mengalami sesak nafas, nadi akan
normal/tidak
4. Pemeriksaan kepala : Inspeksi untuk melihat bentuk simetris, tidak terdapat
lesi. Palpasi untuk mengetahui tidak ada nyeri tekan
5. Pemeriksaan mata : Inspeksi untuk mengetahui konjungtiva anemis, sklera
putih, konjungtiva merah muda, dan reflek pupil mengecil ketika terkena
sinar. Palpasi, tidak ada nyeri tekan
6. Pemeriksaan hidung : Inspeksi, tidak terdapat cuping hidung. Palpasi, tidak
ada nyeri tekan
7. Pemeriksaan mulut dan Faring : Inspeksi, mukosa bibir pecah-pecah dan
kering, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan pecah-
pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor, ujung lidah kotor dan
tepinya berwarna kemerahan. Palpasi, tidak ada nyeri tekan
8. Leher : tidak adanya distensi vena jugularis
9. Pemeriksaan paru
Inspeksi : respirasi rate mengalami peningkatan
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan
Perkusi : paru sonor
Auskultasi: tidak terdapat suara tambahan
10. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak adanya pembesaran
Palpasi: biasanya pada pasien dengan demam thypoid ini ditemukan
tekanan darah yang meningkat akan tetapi didapatkan takikardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh
Perkusi: suara jantung pekak
Auskultasi: suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB” terdengar normal,
tidak terdapat suara tambahan
11. Abdomen : dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal
12. Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan
13. Ektermitas : pergerakan baik antara kiri dan kanan
14. Integumen : akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam).

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermia (D.0130)
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
3. Hipovolemia (D.0023)
4. Nyeri Akut (D.077)
5. Defisit Nutrisi (D.0019)
6. Nausea (D.0076)
7. Diare (D.0020)
8. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
9. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
10. Gangguan Pola Tidur (D.0055)

2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi keperawatan adalah bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas
(SIKI,PPNI,2018).

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Hipertermia Manajemen Hipertermi (I.15506)
Setelah di lakukan perawatan
(D.0130) Observasi
maka Hipertermia membaik
1. Identifikasi penyebab hipertermia
dengan kriteria hasil:
(mis. Dehidrasi, terpapar
Termoregulasi (L.14134)
lingkungan yang panas,
1. Menggigil menurun
penggunaan inkubator)
2. Kejang menurun
2. Monitor suhu tubuh
3. Pucat menurun
3. Monitor komplikasi akibat
4. Takikardi menurun
hipertermia
5. Takipnea menurun
Terapeutik
6. Bradikardi menurun
4. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Hipoksia menurun
5. Longgarkan atau lepaskan
8. Suhu tubuh membaik
pakaian
9. Suhu kulit membaik
6. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
7. Berikan cairan oral
8. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
9. Hindari pemberian antipiretik
Edukasi
10. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
11.Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

Bersihan Setelah di lakukan perawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)


Jalan Napas maka Bersihan jalan napas tidak Observasi
Tidak Efektif efektif meningkat dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
(D.0001) kriteria hasil: kedalaman, dan upaya napas
Bersihan Jalan Napas (L.01001) 2. Monitor pola napas
1. Produksi sputum menurun 3. Monitor kemampuan batuk
(5) 4. Monitor adanya sumbatan jalan
2. Mengi menurun (5) napas
3. Wheezing menurun (5) 5. Auskultasi bunyi napas
4. Dispnea menurun (5) 6. Monitor saturasi oksigen
5. Frekuensi napas membaik (5) Terapeuttik
6. Pola napas membaik (5) 7. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

Pemberian Obat Inhalasi (I.01015)


Observasi
1. Identifikasi kemungkinan alergi,
interaksi dan kontraindikasi obat
2. Verifikasi order obat sesuai
dengan indikasi
3. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
4. Monitor efek samping, toksisitas
dan interaksi obat
Terapeutik
5. Lakukan prinsip enam benar
(pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumentasi)
6. Lepaskan penutup inhaler dan
pegang terbalik
Edukasi
7. Anjurkan bernapas lambat dan
dalam selama penggunaan
nebulizer
8. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang cara pemberian obat
Hipovolemia Setelah di lakukan perawatan Manajemen Hipovolemi I.03116
(D.0023) maka Hipovolemia membaik Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala
Status Cairan L.03028 hypovolemia (mis. Frekuensi
1. Kekuatan nadi meningkat (5) nadi meningkat, turgor kulit
2. Turgor kulit meningkat (5) menurun, membran mukosa
3. Output urine meningkat (5) kering, volume urin menuurn,
4. Dispnea menurun (5) hematokrit meningkat, haus,
5. Suara napas tambahan lemah)
menurun (5) 2. Monitor intake dan output cairan
6. Perasaan lemah menurun (5) Terapeutik
7. Frekuensi nadi membaik (5) 3. Berikan asupan cairan oral
8. Membran mukosa membaik Edukasi
(5) 4. Anjurkan memperbanyak cairan
9. Kadar Hb meningkat (5) oral
10. Kadar Ht meningkat (5) 5. Anjurkan menghindari
11. Intake cairan membaik (5) perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)

Nyeri akut Manajemen Nyeri (I.08238)


Setelah di lakukan perawatan
(D.0077) Observasi
maka nyeri akut membaik
1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
dengan kriteria hasil:
durasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri (L.08066)
intensitas nyeri
1.
2. Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun (5)
3. Respon nyeri non verbal
2.
4. Identifikasi faktor yang
Meringis menurun (5)
memperberat dan memperingan
3.
nyeri
Sikap protektif menurun (5)
Terapeutik
4.
5. Berikan teknik nonfarmakologi
Gelisah menurun (5)
(terapi pijat, relaksasi tarik
5.
napas dalam, kompres hangat)
Kesulitan tidur menurun (5)
6. Fasilitasi istirahat / tidur
6.
7. Kontrol lingkungan yang
Frekuensi nadi membaik (5)
memperberat rasa nyeri (suhu,
7.
ruangan, pencahayaan,
Nafsu makan membaik (5)
kebisingan)
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic

Defisit Setelah di lakukan perawatan Menejemen nutrisi (I.03119)


Nutrisi maka defisit nutrisi membaik Observasi
(D.0019) dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Porsi makanan yang aktifitas
dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang di
2. Verbalisasi keinginan untuk sukai
meningkatkan nutrisi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrisi
3. Pengetahuan tentang pilihan 5. Monitor asupan makanan
makanan dan minuman yang 6. Monitor berat badan
sehat meningkat 7. Monitor pemeriksaan
4. Nyeri abdomen menurun laboratorium
5. Berat badan membaik Terapeutik
6. Frekuensi makan membaik 8. Lakukan oral hygiene sebelum
7. Nafsu makan membaik makan (jika perlu)
8. Membran mukosa membaik 9. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
10. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegan konstipasi
11. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
12. Berikan suplemen makanan
(jika perlu)
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk
14. Anjurkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis.pereda
nyeri, antimetik)
16. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumblah
kalori dan jenis nutrein yang di
butuhkan (jika perlu)

Nausea Setelah di lakukan perawatan Manajemen mual (I.03117)


(D.0076) maka maka Nausea menurun Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi pengalaman mual
Tingkat Nausea (L.08065) 2. Identifikasi factor penyebab
1. Nafsu makan meningkat (5) mual (mis.pengobatan dan
2. Keluhan mual menurun (5) prosedur)
3. Perasaan ingin muntah 3. Identifikasi antiemetic untuk
menurun (5) mencegah mual
4. Sensasi panas menurun (5) 4. Monitor mual
5. Pucat membaik (5) Terapeutik
5. Kendalikan factor lingkungan
penyebab mual
6. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual
7. Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
Edukasi
8. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
9. Anjurkan sering membersihkan
mulut
10.Ajarkan penggunaan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi
11.Kolaborasi pemberian
antiemetik
Diare Setelah di lakukan perawatan Manajemen Diare (I.03101)
(D.0020) maka maka Diare membaik Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab diare
Eliminasi Fekal (L.04033) 2. Identifikasi riwayat pemberian
1. Kontrol pengeluaran feses makanan
meningkat (5) 3. Monitor warna, volume,
2. Keluhan defekasi lama dan frekuensi dan konsistensi tinja
sulit menurun (5) 4. Monitor tanda dan gejala
3. Mengejan saat defekasi hypovolemia
menurun (5) 5. Monitor jumlah pengeluaran
4. Distensi abdomen menurun diare
(5) Terapeutik
5. Nyeri abdomen menurun (5) 6. Berikan asupan cairan oral
6. Konsistensi feses membaik 7. Pasang jalur intravena
(5) Edukasi
7. Frekuensi defekasi membaik 8. Anjurkan makanan porsi kecil
(5) dan sering secara bertahap
8. Peristaltik usus membaik (5) 9. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
Pola Napas Setelah di lakukan perawatan Pemantauan respirasi I.01014
Tidak Efektif maka Pola napas tidak efektif Observasi
(D.0005) membaik dengan kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi, irama,
Pola napas L.01004 kedalaman dan upayanapas.
1. Dipsnea menurun (5) 2. Monitor adanya produksi
2. Penggunaan otot bantu mukus/sputum
napas menurun (5) 3. Monitor pola napas
3. Pemanjangan fase ekspirasi 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
menurun (5) paru
4. Frekuensi napas membaik 5. Auskultasi bunyi napas
(5) 6. Monitor adanya sumbatan jalan
5. Kedalaman napas membaik napas
(5) 7. Monitor saturasi oksigen.
Terapeutik
8. Atur pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
10.Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
11.Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Intoleransi Setelah di lakukan perawatan Menejemen Energi (I.05178)
Aktivitas maka maka Intoleransi aktivitas Observasi
(D.0056) meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi
Toleransi Aktivitas (L.05047) tubuh yang mengakibatkan
1. Frekuensi nadi meningkat kelelahan
2. Keluhan lelah menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan
3. Dyspnea saat aktivitas emosional
menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
4. Dyspnea setelah aktivitas 4. Monitor lokasi dan ketidak
menurun nyamanan selama melakukan
5. Perasaan lemah menurun aktifitas
6. Sianosis menurun Terapeutik
7. Warna kulit membaik 5. Sediakan lingkungan yang
8. Frekuensi napas membaik nyaman dan rendah stimulus
6. Lakuakan latihan rentan gerak
pasif/aktif
7. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
8. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
11. Anjurkan strategi koping dan
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Gangguan Setelah di lakukan perawatan Dukungan tidur (I.05174)
Pola Tidur maka maka Gangguan pola tidur Observasi
(D.0055) membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi pola aktifitas dan
Pola Tidur (L.05045) tidur
1. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi factor pengganggu
meningkat (5) tidur
2. Keluhan sering terjaga 3. Identifikasi makanan dan
meningkat (5) minuman yang mengganggu tidur
3. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik
meningkat (5) 4. Modifikasi lingkungan
4. Keluhan pola tidur berubah 5. Fasilitasi menghilangkan stress
meningkat (5) sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak 6. Tetapkan jadwal tidur rutin
cukup meningkat (5) Edukasi
7. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
8. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur

2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2013)
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga
berdasarkan perencanaan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat membentuk
pasien mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktofaktor yang memengaruhi
maslah kesehatan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
Semua tindakan keperawatan dicatat kedalam format yang telah ditetapkan oleh
institusi.

2.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi merupakan sebagai penilaian status klien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015)
Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang kurang
dapat ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru mampu diselesaikan
dengan baik, maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau temuan sebuah
penelitian. Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu
direvisi untuk menentukan, apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi, dan apakah perilaku yang diobservasi susah sesuai. Diagnosa juga
perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya
Tahap ini dilakukan sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asahun keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi akhir
Untuk dilakukam evaluasi, ada baiknya disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional :
S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasakan sakit, kini tidak sakit lagi
O : adalah berbagai pesoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Misalnya, berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis
P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahap evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika

Moser-Van Der Geest, N., Schibli, A., & Huber, L. C. 2019. CME: Typhoid fever - Clinical
manifestation, diagnosis, therapy and prevention. Acta Academiae Medicinae Sinicae

Nanda. 2015. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim.

Anda mungkin juga menyukai