Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NN. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA
DI UGD RSM SITI KHODIJAH GURAH KEDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Gawat Darurat

OLEH :
IRA YUNIARISTI
NIM : 202106109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Dignosa


Medis Anemia di UGD RSM Siti Khodijah. Pada tanggal 24 - 29 Januari 2022
Oleh Mahasiswa Stikes Karya Husada Kediri :

NAMA : IRA YUNIARISTI

NIM : 202106109

JUDUL : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Nn.


P dengan Dignosa Medis Anemia di UGD RSM Siti
Khodijah Gurah Kediri

Mengetahui,

Mahasiswa,

(Ira Yuniaristi)
NIM : 202106109

Dosen Pembimbing, Ci Ruangan,

(Pria Wahyu Romadhon Girianto, S.Kep.Ns.,M.Kep.,) (Dede Yulia Ekaristi, S.Kep.,Ns)

NIDN : 0703058807

Kepala Ruangan,

(Hedi Prasetyo, Amd.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. DEFINISI

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemiaadalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencermin kan kurang nyajumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya,
jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono,
2018).

Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya
jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemiabukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015). Hampir semua gangguan pada sistem
peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada
tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga
jumlah hemoglobin darah menurun di bawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi
besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan
besi dalam hati menurun tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin masih normal,
maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai anemia gizi
besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan
mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat besi
untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru
(Arisman, 2014).

B. ETIOLOGI
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia,
dan anemi infeksi kronik.
b) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c) Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia
d) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a) Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
a) Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b) Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
c) Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada Bahan baku yang dimaksud
adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. Sebagian besar
anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat
besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi
cacing tambang.

C. MANIFESTASI KLINIS
WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk membawa oksigen.
Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup, sel darah merah terlalu sedikit
ataupun abnormal, maka akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah,
pusing, dan sesak napas. Sementara itu, kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu. Hal tersebut
biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal, kebiasaan merokok dan
status kehamilan.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan gangguan
ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak. Kurangnya kadar
hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala Gejala anemia sering disebut
dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai dengan pusing kepala terasa
berputar, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena
kurangnya kadar oksigen dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta
konsentrasi menyebabkan menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti
kegiatan baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan daya tahan
tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi (Josephine D, 2020).

D. PATOFISIOLOGI
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sum – sum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah
merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses
ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau kurang, bila
kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.Proses perjalanan
penyakit dan gejala yang timbul serta keluhan yang dirasakan. ( Wijaya & Putri,
2013)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah, sediaan apus dan feritin serum diperlukan untuk diagnosis.
Apabila diagnosis sulit, dianjurkan pula untuk memeriksa sumsum tulang.
Pemeriksaan penunjang menurut untuk diagnosa anemia adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL)
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik). (Sugeng Jitowiyono, 2018)

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan
pada pasien Anemia adalah sebagai berikut :
a) Transplantasi sel darah merah
b) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e) Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f) Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
1. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat lelah
sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
2. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin lebi
cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
3. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih banyak
darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan
jantung membesar atau gagal jantung.
4. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat
mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data-
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat
ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostic (Asmadi, 2008).
Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada proses keperawatan, sebagai berikut:
1. Data Umum
a) Identitas pasien
Meliputi nama, ruang, No.Register, Umur, Jenis kelamin, Agama, Suku
Bangsa, Bahasa, Alamat, Pekerjaan, Penghasilan, Status, PendidikanTerakhir,
Golongan Darah, Tanggal MRS, Tanggal pengkajian, Diagnosa Medis.
2. Data Dasar
a) Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tubuhnya terasa lemas,
pusing,mata berkunang-kunang, mual, tidak nafsu makan, mudah lelah
meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah
beristirahat. Hal ini menyebabkan.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan lemas, malas , kepala terasa pusing dan tidak nafsu
makan.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini psien mengatakan tidak memiliki riwayat Hipertensi,
Diabetes Militus. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan
makanan, riwayat pembedahan, serta belum pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pada saat pengkajian pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama seoerti pasien tersebut
3. Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi terhadap lingkungan-Manajemen Kesehatan
Pasien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang dialami jika tidak
segera ditangani akan membahayakan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mengenai penyakit Anemia. Dan keluarga psien beranggapan
bahwa dengan istirahat yang cukuppasien akan pulih kembali.
2) Pola aktivitas dan latihan
Klien akan merasakan lemas dan pusing, keterbatasan gerak sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Padila, 2012). Tidak
dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, peka terhadap rangsang,
stimulasi simpatis.
3) Pola istirahat dan tidur
a). Sebelum sakit Saat pengkajian klien mengatakan lama tidur 8 jam/hari,
waktu siang dan malam. Klien mengatakan tidak menggunakan obat
tidur.
b). Saat sakit Lama tidur saat sakit 4 jam/hari, waktu malam pklien
mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu
serta klien tampak mengantuk pada siang hari.
4) Pola nutrisi dan Metabolisme
a) Pola nutrisi sebelum sakit Sebelum sakit klien mengatakan asupan
makan klien oral, frekuensi 3x/hari, dengan menghabiskan 1 porsi
makanan.
b) Pola nutrisi saat sakit Saat sakit klien mengatakan asupan makan klien
oral, frekuensi 3x/hari, dengan ½ porsi yang klien habiskan.Pola
5) Eliminasi
a) BAK/BAB sebelum sakit
Klien mengatakan BAK sehari 4-6 kali, dengan jumlah 1600 cc/hari, klien
mengatakan warna urine kuning jernih dan bau khas urine. Klien
mengatakan BAB sehari sekali pada pagi hari, feses berwarna kecoklatan
dengan tekstur keras dan bau khas fese.
b) BAK/BAB saat sakit
Klien mengatakan BAK sehari 4-6 kali, dengan jumlah 1600 cc/hari, klien
mengatakan warna urine kuning jernih dan bau khas urine. Klien
mengatakan BAB sehari sekali pada pagi hari, feses berwarna kecoklatan
dengan tekstur keras dan bau khas fese.Pola kognitif dan persepsi Sensori.
6) Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, pasien sering bertanya apakah
penyakitnya bisa disembuhkan, dan apakah penyakit nya berkelanjutan atau
tidak.
7) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya
8) Pola mekanisme koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit. Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini dan
beratbadan pasien menurun
9) Pola fungsi seksual-reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi. Pasien mengatakan tidak ada masalah yangdi
rasakan terkait seksualitas
10) Pola hubungan-peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena klien
harus menjalani rawat inap (Padila, 2012).
11) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan dalam menjalan kan ibadah sebagian terhambat, dan
melakukan sholat 5 waktu dengan cara duduk.
4. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain
yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain
deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan
iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005)

1. Keadaan umum
a) Kesadaran pasien : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b) Tanda-tanda vital : Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan
dengan pembedahan : tanda vital, derajat kesadaran, cairan yang keluar
dari luka, suara nafas, pernafasan infeksi kondisi yang kronis atau batuk
dan merokok.
c) Pantau keseimbangan cairan
d) Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah pada
pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun,
konfusi, dan gelisah).
e) Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya
timbul selama minggu kedua) dan tanda vital.
f) Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai nyeri tekan,
panas, kemerahan, dan edema pada betis.
g) Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola panas, tingkah laku, dan
tingkat kesadaran.
h) Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung : observasi perubahan
frekuensi frekuensi nadi, pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat
penyakit paru, dan jantung sebelumnya.
i) Kaji pernafasan : infeksi, kondisi yang kronis atau batuk dan merokok.
2. Secara sistemik
a) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
c) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
d) Paru
Inspeksi :Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronkhi.
e) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal tak ada mur-mur
f) Abomen
- Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
- Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak teraba
- Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
- Auskultasi : Kaji bising usus
g) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, ada kesulitan buang air
besar.
h) Sistem musculoskeletal
Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan, darah
merembes atau tidak.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi Perifer tidak Efektif (D.0009)


2. Defisit Nutrisi (D.0019)
3. Intoleransi Aktifitas (D.0056)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan adalah bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang

didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,


pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas

(SIKI,PPNI,2018).

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Perfusi Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Setelah di lakukan perawatan
Perifer tidak Observasi
maka perfusi perifer meningkat
Efektif 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
dengan kriteria hasil:
(D.0009) Nadi perifer, edema, pengisian
Perfusi Perifer (L.02011)
kapiler,warna, suhu)
1. Denyut nadi perifer
2. Identifikasi faktor resiko
meningkat
gangguan sirkulasi (mis.
2. Warna kulit pucat menurun
Diabetes, perokok, orang tua,
3. Nyeri ekstremitas menurun
hipertensi dan kadar kolesterol
4. Pengisian kapiler membaik
tinggi)
5. Akral membaik
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
6. Turgor kulit membaik
atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
6. Lakukan pencegahan infeksi
7. Lakukan Hidrasi
Edukasi
8. Anjurkan berolahraga rutin
9. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
Defisit Setelah di lakukan perawatan Menejemen nutrisi (I.03119)
Nutrisi maka defisit nutrisi membaik Observasi
(D.0019) dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Porsi makanan yang aktifitas
dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang di
2. Verbalisasi keinginan untuk sukai
meningkatkan nutrisi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrisi
3. Pengetahuan tentang pilihan 5. Monitor asupan makanan
makanan dan minuman yang 6. Monitor berat badan
sehat meningkat 7. Monitor pemeriksaan
4.Nyeri abdomen menurun laboratorium
5.Berat badan membaik Terapeutik
6.Frekuensi makan membaik 8. Lakukan oral hygiene sebelum
7.Nafsu makan membaik makan (jika perlu)
8.Membran mukosa membaik 9. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
10. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegan konstipasi
11. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
12. Berikan suplemen makanan (jika
perlu)
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk
14. Anjurkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis.pereda
nyeri, antimetik)
16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumblah kalori dan
jenis nutrein yang di butuhkan
(jika perlu)
Intoleransi Setelah di lakukan perawatan Menejemen Energi (I.05178)
Aktifitas maka maka Intoleransi aktivitas Observasi
(D.0056) meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan fungsi
hasil: tubuh yang mengakibatkan
Toleransi Aktivitas (L.05047) kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
2. Keluhan lelah menurun emosional
3. Dyspnea saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
menurun 4. Monitor lokasi dan ketidak
4. Dyspnea setelah aktivitas nyamanan selama melakukan
menurun aktifitas
5. Perasaan lemah menurun Terapeutik
6. Sianosis menurun 5. Sediakan lingkungan yang
7. Warna kulit membaik nyaman dan rendah stimulus
8. Frekuensi napas membaik 6. Lakuakan latihan rentan gerak
pasif/aktif
7. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
8. Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
11. Anjurkan strategi koping dan
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2013)
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga
berdasarkan perencanaan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat membentuk
pasien mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi faktofaktor yang memengaruhi
maslah kesehatan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
Semua tindakan keperawatan dicatat kedalam format yang telah ditetapkan oleh
institusi.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan sebagai penilaian status klien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015)
Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang kurang
dapat ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru mampu diselesaikan
dengan baik, maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau temuan sebuah
penelitian. Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu
direvisi untuk menentukan, apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi, dan apakah perilaku yang diobservasi susah sesuai. Diagnosa juga
perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya
Tahap ini dilakukan sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asahun keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi akhir
Untuk dilakukam evaluasi, ada baiknya disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional :
S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasakan sakit, kini tidak sakit lagi
O : adalah berbagai pesoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Misalnya, berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis
P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahap evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng Jitowiyono. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

NI Ketut, K & Brigita Ayu, D .2019. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:Nuha Medika.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi klinis. Edisi
ke−5. Jakarta: Erlangga

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai