Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.”A” DENGAN ANEMIA


DI BANGSAL MERAK RSPAU Dr.S. HARDJOLUKITO KABUPATEN
BANTUL

TAHUN 2022

Disusun Oleh :

Kelompok Bangsal Merak

Izzatul Jannah 04194829


Nabila Dzikrina A. 04194834
Sela Afriliyani 04194842
Shifani Nazah Izzati 04194844
Wafa Murtiani A. 04194849

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES SURYA GLOBAL


YOGYAKARTA

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Definisi Anemia
Anemia dalam bahasa Yunani : anaimia yang artinya Av-an (tidak ada ) dan haima
(darah).Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein
pembawa Oksigen) dalam darah merah berada dibawah dibawah normal.sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigin dari paru – paru
dan mengantarnya ke seluru bagian tubuh (Hadianah dan suprapto, 2014 dikutip dalam
Sriyati, 2019)
Anemia adalah ketika jumlah darah merah yang berfungsi membawa oksigen mengalami
penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.Kebutuhan fisiologis spesifik
bervariasi pada manusia dan tergantung dari usia, jenis kelamin,dan tahap ketinggian tempat
tinggal dari permukaan laut ( Wijoyono, 2018 dikutip dalam Ahmad, 2022)
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih
rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah
merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel
jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan ototakan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari
2 gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan
suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya.

B. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor pengaruh perubahan sel darah merah dan indeksnya :
a) Anemia Makroskopik/ Normositik
Makrositik Memiliki sel darah merah lebih besar dari normal (MCV> 100) tetapi
normokromikkarena konsentrasi hemoglobin nprmal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sitesisasam deoksibonukleat (DNA)
seperti yang ditemukan pada defisiensi B12, atau asam folat, dan bisa juga terjadi pada
klien yang mengalami kemoterapi kanker karena agen-agen mengganggu sintesis DNA.
1) Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari Viamin B12 dan
asam folic (atau kedua-duanya) tidak cukup atau penyerapan yang tidak cukup.
Kekurangan folate secara normal tidak menghasilkan gejala, selagi B12 cukup.
Anemia yang megalobalistic adalah yang paling umum penyebab anemia yang
macrocytic.
2) Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawansel parietal
dari perut. Sel parietal menghasilkan faktor intrinsik, yang diperlukan dalam
menyerap Vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu, penghancuran dari sel
parietal menyebabkan suatu ketiadaan faktor intrinsik, mendorong penyeraan yang
buruk dari Vitamin B12
3) Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang menghalani replikasi DNA. Ini
adalah etiologi yang paling umum pada klien yang tanpa alkohol.
b) Anemia Mikrositik
Anemia Hipokromik mikrositik, Mikrositik : sel kecil, hipokronik : pewarna yang
berkurang, Karena darah berasal dari Hb, sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari jumlah normal. Keadaan ini umumnya mencerminkan isufiensi
sintesis heme/ kekurangan zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehiangan darah kronis, dan gangguan sintesis gloin.Derajat anemia
menurut WHO (2002) yaitu :
1) Anemia Ringan Sekali : Hb 10 g/dl- Batas normal
2) Anemia Ringan : Hb 8 g/dl - Hb 9.9 g/dl
3) Anemia Sedang : Hb 6 g/dl - Hb 7.9 g/dl, dan
4) Anemia Berat : Hb < 6 g/dl.Kadar

Anemia kekurangan besi adalah jenis anemia paling umum dari keseluruhan, dan yang
paling sering adalah microcytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan karena
ketika penyerapan atau masukan dari tidak cukup.Besi adalah suatu bahan penting dari
hemoglobin, dan kekekurangan besi mengakibatkan berkurangnya hemoglobin ke dalam sel
darah merah. Di AmerikaSerikat, 20% dari semua wanita-wanita dari umur yang mampu
melahirkan mempunyai anemia kekurangan besi, bandingkan dengan hanya 2% dari orang-
orang tua. Penyebab dari anemia kekurangan besi pada wanita-wanita premenopausal adalah
darah hilang selama haid. Studi sudah menunjukan 4 bahwa kekurangan besi bisa
menebabkan prestasi sekolah lemah dan menurunkan IQ pada gadis remaja. Pada klien yang
lebih tua, anemia kekurangan besi disebabkan karena perdarahan saluran pencernaan; tes
darah pada BAB, endoskopi atas dan endoskopi bawah sering dilakukan untuk
mengidentifikasi lesi dan perdarahan yang bisa malignan. Hemoglobinopathies lebih jarang
(terlepas dari masyarakat dimana kondisi-kondisi ini adalah lazim) , anemia sel sabit,
Thalassemia. (Wijaya&Yessie, 2013).

c) Anemia Normositik SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung
jumlahhemoglobin normal. Kekurangan darah merah yang normocytic adalah ketika
cadangan HB dikurangi, etapi ukuran sel darah merah (MCV) sisa yang normal. Penyebab
meliputi: perdarahan yang akut, Anemia dari penyakit yang kronis, Anemia yang Aplastic
( kegagalan sumsum tulang) (Wijaya & Putri, 2013)
C. Etilogi Anemia
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner
dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis
dan kekurangan zat besi.
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
 Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
 Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
 Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
 Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
 Akut karena perdarahan
 Kronis karena perdarahan
 Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena :
 Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
 Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada Ini merupakan penyebab tersering dari
anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Price , 2000:256-264).
Tabel 1.1
Manefestasi klinis

AREA MANEFESTASI KLINIS


Keadaan umum Pucat, penurunan kesadaran, keletihan berat , kelemahan, nyeri kepala,
demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit kering,
kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik,
elastisitas kulit munurun, perdarahan kulit atau mukosa
(anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera, konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi, atrofi papil lidah,
glossitis,lidah merah (anemia deficiency asam folat)
Paru-paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
Gastointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada anemia hemolitik)
Muskuloskeleta Nyeri pinggang, sendi
System persarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, irritable,
lesu perasaan dingin pada ekstremitas.

E. Patofisologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang 8 terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Gambar 1.1
Perbedaan Darah normal dan Anemia
*Sumber
https://tips-kesihatan.com/anemia-masalah-kekurangan-darah-merah/?amp
F. Komplikasi
Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
1. Perkembangan otot buruk
2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3. Interaksi sosial menurun
4. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak
dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan
kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa
menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark
tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir
dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena
sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya
ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)
a) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
b) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
c) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
d) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
e) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
f) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan
g) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis
(biasanya pada anak kecil)
h) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
G. Data Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :572)

2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro
lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria

3. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).

5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).

6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan


sel darah merah : atau penyakit malignasi.

7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000
permokro liter

10. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi

11. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

12. TBC serum : meningkat (DB)

13. Feritin serum : meningkat (DB)

14. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

15. LDH serum : menurun (DB)

16. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)


17. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

18. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).

19. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

H. Penatalaksanaan Medis
1. Keperawatan
a) Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab
kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus
diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
b) Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia karena kekurangan asam folat
diobati dengan suplemen asam folat
c) Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini. Namun, jika
gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang
biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah
dan mengurangi kelelahan.
d) Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan kesempatan sumsum
tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e) Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum
tulang.
f) Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obatobatan yang menekan sistem
kekebalan, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
g) Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen,
obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah,
suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea
(Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

2. Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.
b) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemiadefisiensi besi
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat fe
c) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
I. Nursing Pathway
- Kerusakan sumsum
- Jumlah besi meningkat tulang belakang
- Kebutuhan zat besi - Bahan kimia - Faktor internal
meningkat - Obat-obat - Faktor eksternal
- Gangguan penyerapan - infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Anemia
kebutuhan tubuh

Defisiensi zat besi Aplastik Hemolitik

GB 17 g/dl – Curah jantung meningkat :


- Menurunnya retensi perifer
- Menurunnya jumlah volume sel darah
- Naiknya tekanan darah

Kronis Hipertropi Kardiomegali Cardiac


jantung output
menurun

Perfusi jaringan
Pucat Infeksi sekunder menurun
Pendarahan Mobilitas fisik Kelelahan
Nyeri Akut
menurun

Resiko ketidakseimbangan Intoleransi


cairan aktivitas

Resiko Integritas
Kulit/jaringan
J. Konsep Asuhan Keperawatan berdasarkan teori

A. Pengkajian

1) Identitas klien
Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal rencana operasi, nomor medrek,
diagnosa medis dan alamat (Rohmah, 2010)
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penangguang jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan
alamat (Rohmah, 2010).
3) Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit Keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh
klien
anemia adalah cepat lelah, penurunan kadar hemoglobin dalam darah, kepala terasa
pusing, lesu, susah berkonsentrasi, penglihatan berkunang-kunang, prestasi kerja fisik
pikiran menurun.
2. Keluhan utama saat dikaji Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan
masuk ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu :
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang
meringankan atau memperberat gejala, klien dengan anemia aplastik mengeluhkan
kepala terasa pusing dan mudah lelah.
Q : Quallitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa pusing dikepala
menyebabkan susah konsentrasi dan prestasi kerja fisik pikiran menurun.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran yang dirasakan. Pusing dikepala bagian
atas kebelakang menyebabkan susah untuk berkonsentrasi.
S : Serverity/scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.
3. Riwayat kesehatan dahulu Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau punya penyakit yang menular
(Rohmah, 2010).
4. Riwayat Pernah dirawat, perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah
dirawat di rumah sakit atau perawatan medis lainnya.
5. Riwayat pengobatan alergi, perlu ditaanyakan apakah pasien memiliki alergi
terhadap makanan, obat atau yang lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya
keturunan maupun menular (Rohmah, 2010).
7. Genogram
Untuk mengetahui riwayat penyakit dari keluarga dan klien.

4) Pola aktivitas sehari-hari


Disini dikaji pola aktivitas klien di rumah (sebelum sakit) dan selama di RS (saat
sakit). Pengkajian pola aktivitas ini meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat tidur,
personal hygiene dan aktivitas (Rohmah, 2010).
a. Pola nutrisi
Kaji kebiasaan makan, minum sehari-hari, adakah pantangan atau tidak, frekuensi
jumlah makan dan minum dalam sehari. Pada klien anemia aplastik sering
mengalami anoreksia/nafsu makan berkurang.
b. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta warna
feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola eliminasi
atau tidak. Pola eliminasi pada klien dengan anemia aplastik biasanya tidak
terganggu.
c. Pola istirahat tidur
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada masalah
yang berhubungan dengan pola istirahat tidur. Pola istirahat tidur pada klien
anemia aplastik biasanya suah tidur dan sering terjaga dimalam hari (insomnia).
d. Personal hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong
kuku. Pada klien dengan anemia aplastik akan terjadi penurunan kemampuan
peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Aktivitas
Kaji kebiasaan klien sehari-hari dilingkungan keluarga dan masyarakat. Apakah
klien mandiri atau masih bergantung dengan orang lain. Pada klien anemia
aplastik aktivitas klien akan terbatas karena terjadi kelemahan otot.

5) Data psikologi dan spritual


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakitnya. Klien hanya beranggapan bahwa
gejala yang dideritanya merupakan gejala biasa saja dan hanya kelelahan biasa.
Klien mulanya hanya beristirahat, mengurangi aktivitas dan mengkonsumsi obat
b. Pola kognitif perseptual
Pengkajian yang dilakukan yaitu sehubungan dengan fungsi alat indera klien,
kemampuan menulis, dan mengingat, terjadi penuurunan fungsi penglihatan.
c. Pola persepsi diri dan konsep diri
Persepsi klien terhadap dirinya bisa berubah sehubungan dengan penyakit yang
diderita. Klien merasa lemah karena tidak bisa bekerja dan beraktifitas seperti
orang lain.
d. Pola peran hubungan
Pada pola ini dikaji pekerjaan klien, peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
Selain itu berisikan bagaiman hubungan klien dengan orang tersdekatnya,
bagaimana pengambilan keputusan dan hubungan klien dengan masyarakat atau
lingkungan sosial klien.
e. Pola reproduksi seksualitas
Pada reproduksi seksualitas bisa terjadi perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore, hilang libido, dan impoten. Serviks dan dinding vagina
pucat.
f. Pola koping dan toleransi stress
Metode koping yang digunakan klien dalam mengatasi stress bisa saja dengan
mengungkapkan perasaan gelisahnya kepada orang terdekat atau perawat atau
meminum obat yang dapat menghilangkan stress.
g. Pola nilai dan keyakinan
Setelah pengkajian didapatkan kepercayaan klien, kepatuhan klien dalam
melaksanakan ibadah, dan keyakinan-keyakinan pribadi yang bisa mempengaruhi
pilihan pengobatan

6) Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)
TTV :
- TD : Biasanya menurun
- N : Biasana meningkat
- P : Biasanya cepat
- S : Biasanya meningkat.
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut kering,
mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing,
2) Mata Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.
3) Telinga Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
4) Hidung Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan pada
hidung atau tidak.
5) Mulut Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan gigi,
stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) Leher Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya pembesaran
kelenjar getah bening.
7) Thorax Paru-paru :
I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan bernapas), napas
pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi
berkurangnya pengiriman oksigen.
P :Taktil premitus simetris
P :Sonor
A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
8) Jantung
I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban
jantung dan curah jantung meningkat
P : Tidak teraba adanya massa
P : pekak
A : Bunyi jantung murmur sistolik

9) Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
A : Suara bising usus
P : Terdapat bunyi timpani,
P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.
10) Genitalia Normal / abnormal
11) Integumen Mukosa pucat,kering dan Kulit kering
12) Ekstermitas Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah
patah
dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas

7) Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Fisiologis
1) Reflek Biceps
Posisi : Dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat di
pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku. Minta pasien
memfleksikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon
akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : Ketukkan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachi, posisi
lengan setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : Fleksi lengan pada sendi siku.
2) Reflek Triceps
Posisi : Dilakukan dengan pasien duduk dan perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien,
sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus menjumpai ke bawah
langsung di siku.
Cara : Ketukkan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi Respon : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3) Reflek Brachioradialis
Posisi : Dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus berisitirahat longgar di
pangkuan pasien (hampir sama dengan posisi pada reflek biceps)
Cara : Ketukkan pada tendon otot brachioradialis (tendon melintasi sisi ibu jari pada
lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : Fleksi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan
4) Reflek Patella
Posisi : Dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang
Cara : Ketukkan pada tendon patella
Respon : Ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
5) Reflek Achiles
Posisi : Pasien duduk dengn posisi kaki menggantung di tepi meja atau dengan berbaring
terlentang dengan posisi kaki di atas kaki yang lain Cara : Ketukkan pada tendon achilles
Respon : Plantar fleksi kai karena kontaksi m.gastroenemius.

b. Reflek Patologis
1) Reflek Babinski
Posisi : Pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan, posisi tangan
kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya
Cara : Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
2) Reflek Chaddok
Cara : Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior
Respon : Positif apabila ada gerakan dorsofleksi ibu jari disertai pengembangan jari-jari kaki
lainnya (reflek seperti babinski)
3) Reflek Schaeffer
Cara : Menekan tendon achilles
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
4) Reflek Oppenheim
Cara : Penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksimal ke distal
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya
5) Reflek Gordon
Cara : Memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Respon : Amati ada tidaknya dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari
kaki lainnya
6) Ankle Clonus
Posisi : Pasien tidur terlentang atau setangah duduk
Cara : Lutut dalam posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan dorsofleksi
secara kejut
Respon : Positif bila terjadi gerakan dorso/plantar fleksi yang terus menerus
7) Knee Clonus
Posisi : Pasien dalam posisi duduk di tepi bed
Cara : Dilakukan ketukan dengan reflek hammer pada tendon patella
Respon : Positif bila terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus menerus pada lututnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, injuri fisik, kimia,

injuri psikologis
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3) Resiko ketidakseimbangan cairan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan siskulasi dan
neurologi (anemia), gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi atau rencana
keperawatan mencakup tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien
untuk mengatasi diagnosa keperawatan dan mencapai hasil yang diharapkan. 

Rencana keperawatan yang diberikan pada pasien Anemia dengan Resiko


ketidakseimbangan cairan pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
yaitu:
Tabel 1.2
Perencanaan atau Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1 Resiko Tujuan : Manajemen Cairan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi
cairan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor status hidrasi ( mis.
diharapkan Cairan pasien Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
seimbang. akral, pengisian
Dengan kriteria hasil : kapiler,kelembapan mukosa,
Keseimbangan cairan : turgor kulit, tekanan darah)
1. Asupan cairan cukup - Monitor berat badan harian
meningkat - Monitor berat badan sebelum dan
2. Tekanan darah membaik sesudah dialisis
3. Edema menurun - Monitor hasilpemeriksaan
4. Berat badan sedang laboraturim (mis. Hematokrit, Na,
K, CI, berat jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik
(Mis, MAP, CVP, PAP, PCWP
jika tersedia.
Teraupetik
- Catat intake-ouput dan hitung
balance cairan 24 jam)
- Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu.

*Sumber Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018


D. Emplementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
diterapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan membutuhkan
keterampilan kognitif, interpersonal, psikomotor (Rohmah, 2010).

E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terncana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai kefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan SOAP, yakni :
- Subjektif (data berupa keluhan klien)
- Objektif (data hasil pemeriksaan)
- Analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
- perencanaan.
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat
digunakan pada evaluasi Janis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
K. Daftar pustaka
Ahmad, 2020 suhan keperawatan pasien yang mengalami anemia dengan perfusi

Perifer tidak efektif di rumah sakit daerah Balung.

Sriyati, 0.0 2019 Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Tn A. H. yang


Menderita Anemia Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Masthalina, H. Laraeni, & Dahlia, Y, P. (2015). Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Enhancer Fe)
Terhadap Setatus Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Nurbadriyah. (2019). Anemia Defesiensi Besi. Feepublis, 23-29. Riskesdas. (2018). Prevalensi
Anemia Menurut Karakteristik. Penelitian, 72-80.
Simamora, D, Kartasurya, M, I, & Pradigdo, S, F. (2018). Hubungan Asupan Energi, Makro Dan
Micronutrien Dengan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1),
426-435
Tim Pokja DPP SDKI PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja DPP SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai