TAHUN 2022
Disusun Oleh :
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Definisi Anemia
Anemia dalam bahasa Yunani : anaimia yang artinya Av-an (tidak ada ) dan haima
(darah).Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein
pembawa Oksigen) dalam darah merah berada dibawah dibawah normal.sel darah merah
mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigin dari paru – paru
dan mengantarnya ke seluru bagian tubuh (Hadianah dan suprapto, 2014 dikutip dalam
Sriyati, 2019)
Anemia adalah ketika jumlah darah merah yang berfungsi membawa oksigen mengalami
penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.Kebutuhan fisiologis spesifik
bervariasi pada manusia dan tergantung dari usia, jenis kelamin,dan tahap ketinggian tempat
tinggal dari permukaan laut ( Wijoyono, 2018 dikutip dalam Ahmad, 2022)
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih
rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah
merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel
jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.
Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan ototakan menyebabkan gejala antara lain
kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari
2 gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan
suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan
penyebabnya.
B. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor pengaruh perubahan sel darah merah dan indeksnya :
a) Anemia Makroskopik/ Normositik
Makrositik Memiliki sel darah merah lebih besar dari normal (MCV> 100) tetapi
normokromikkarena konsentrasi hemoglobin nprmal (MCHC normal). Keadaan ini
disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sitesisasam deoksibonukleat (DNA)
seperti yang ditemukan pada defisiensi B12, atau asam folat, dan bisa juga terjadi pada
klien yang mengalami kemoterapi kanker karena agen-agen mengganggu sintesis DNA.
1) Anemia yang Megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari Viamin B12 dan
asam folic (atau kedua-duanya) tidak cukup atau penyerapan yang tidak cukup.
Kekurangan folate secara normal tidak menghasilkan gejala, selagi B12 cukup.
Anemia yang megalobalistic adalah yang paling umum penyebab anemia yang
macrocytic.
2) Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang melawansel parietal
dari perut. Sel parietal menghasilkan faktor intrinsik, yang diperlukan dalam
menyerap Vitamin B12 dari makanan. Oleh karena itu, penghancuran dari sel
parietal menyebabkan suatu ketiadaan faktor intrinsik, mendorong penyeraan yang
buruk dari Vitamin B12
3) Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang menghalani replikasi DNA. Ini
adalah etiologi yang paling umum pada klien yang tanpa alkohol.
b) Anemia Mikrositik
Anemia Hipokromik mikrositik, Mikrositik : sel kecil, hipokronik : pewarna yang
berkurang, Karena darah berasal dari Hb, sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari jumlah normal. Keadaan ini umumnya mencerminkan isufiensi
sintesis heme/ kekurangan zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehiangan darah kronis, dan gangguan sintesis gloin.Derajat anemia
menurut WHO (2002) yaitu :
1) Anemia Ringan Sekali : Hb 10 g/dl- Batas normal
2) Anemia Ringan : Hb 8 g/dl - Hb 9.9 g/dl
3) Anemia Sedang : Hb 6 g/dl - Hb 7.9 g/dl, dan
4) Anemia Berat : Hb < 6 g/dl.Kadar
Anemia kekurangan besi adalah jenis anemia paling umum dari keseluruhan, dan yang
paling sering adalah microcytic hypochromic. Anemia kekurangan besi disebabkan karena
ketika penyerapan atau masukan dari tidak cukup.Besi adalah suatu bahan penting dari
hemoglobin, dan kekekurangan besi mengakibatkan berkurangnya hemoglobin ke dalam sel
darah merah. Di AmerikaSerikat, 20% dari semua wanita-wanita dari umur yang mampu
melahirkan mempunyai anemia kekurangan besi, bandingkan dengan hanya 2% dari orang-
orang tua. Penyebab dari anemia kekurangan besi pada wanita-wanita premenopausal adalah
darah hilang selama haid. Studi sudah menunjukan 4 bahwa kekurangan besi bisa
menebabkan prestasi sekolah lemah dan menurunkan IQ pada gadis remaja. Pada klien yang
lebih tua, anemia kekurangan besi disebabkan karena perdarahan saluran pencernaan; tes
darah pada BAB, endoskopi atas dan endoskopi bawah sering dilakukan untuk
mengidentifikasi lesi dan perdarahan yang bisa malignan. Hemoglobinopathies lebih jarang
(terlepas dari masyarakat dimana kondisi-kondisi ini adalah lazim) , anemia sel sabit,
Thalassemia. (Wijaya&Yessie, 2013).
c) Anemia Normositik SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung
jumlahhemoglobin normal. Kekurangan darah merah yang normocytic adalah ketika
cadangan HB dikurangi, etapi ukuran sel darah merah (MCV) sisa yang normal. Penyebab
meliputi: perdarahan yang akut, Anemia dari penyakit yang kronis, Anemia yang Aplastic
( kegagalan sumsum tulang) (Wijaya & Putri, 2013)
C. Etilogi Anemia
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara
signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner
dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis
dan kekurangan zat besi.
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
Akut karena perdarahan
Kronis karena perdarahan
Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena :
Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada Ini merupakan penyebab tersering dari
anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Price , 2000:256-264).
Tabel 1.1
Manefestasi klinis
E. Patofisologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang 8 terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Gambar 1.1
Perbedaan Darah normal dan Anemia
*Sumber
https://tips-kesihatan.com/anemia-masalah-kekurangan-darah-merah/?amp
F. Komplikasi
Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
1. Perkembangan otot buruk
2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3. Interaksi sosial menurun
4. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak
dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan
kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa
menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark
tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir
dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena
sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya
ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)
a) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
b) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
c) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
d) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
e) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
f) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan
g) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis
(biasanya pada anak kecil)
h) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
G. Data Penunjang
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro
lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000
permokro liter
10. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
18. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
19. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
H. Penatalaksanaan Medis
1. Keperawatan
a) Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab
kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus
diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
b) Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia karena kekurangan asam folat
diobati dengan suplemen asam folat
c) Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini. Namun, jika
gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang
biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah
dan mengurangi kelelahan.
d) Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan kesempatan sumsum
tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e) Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum
tulang.
f) Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obatobatan yang menekan sistem
kekebalan, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
g) Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen,
obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah,
suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea
(Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
2. Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.
b) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemiadefisiensi besi
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat fe
c) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
I. Nursing Pathway
- Kerusakan sumsum
- Jumlah besi meningkat tulang belakang
- Kebutuhan zat besi - Bahan kimia - Faktor internal
meningkat - Obat-obat - Faktor eksternal
- Gangguan penyerapan - infeksi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Anemia
kebutuhan tubuh
Perfusi jaringan
Pucat Infeksi sekunder menurun
Pendarahan Mobilitas fisik Kelelahan
Nyeri Akut
menurun
Resiko Integritas
Kulit/jaringan
J. Konsep Asuhan Keperawatan berdasarkan teori
A. Pengkajian
1) Identitas klien
Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal rencana operasi, nomor medrek,
diagnosa medis dan alamat (Rohmah, 2010)
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penangguang jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun anak yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan
alamat (Rohmah, 2010).
3) Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit Keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh
klien
anemia adalah cepat lelah, penurunan kadar hemoglobin dalam darah, kepala terasa
pusing, lesu, susah berkonsentrasi, penglihatan berkunang-kunang, prestasi kerja fisik
pikiran menurun.
2. Keluhan utama saat dikaji Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa ke RS dan
masuk ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST yaitu :
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang
meringankan atau memperberat gejala, klien dengan anemia aplastik mengeluhkan
kepala terasa pusing dan mudah lelah.
Q : Quallitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa pusing dikepala
menyebabkan susah konsentrasi dan prestasi kerja fisik pikiran menurun.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran yang dirasakan. Pusing dikepala bagian
atas kebelakang menyebabkan susah untuk berkonsentrasi.
S : Serverity/scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.
3. Riwayat kesehatan dahulu Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya atau punya penyakit yang menular
(Rohmah, 2010).
4. Riwayat Pernah dirawat, perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah
dirawat di rumah sakit atau perawatan medis lainnya.
5. Riwayat pengobatan alergi, perlu ditaanyakan apakah pasien memiliki alergi
terhadap makanan, obat atau yang lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya
keturunan maupun menular (Rohmah, 2010).
7. Genogram
Untuk mengetahui riwayat penyakit dari keluarga dan klien.
6) Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)
TTV :
- TD : Biasanya menurun
- N : Biasana meningkat
- P : Biasanya cepat
- S : Biasanya meningkat.
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut kering,
mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing,
2) Mata Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.
3) Telinga Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
4) Hidung Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan pada
hidung atau tidak.
5) Mulut Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan gigi,
stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) Leher Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya pembesaran
kelenjar getah bening.
7) Thorax Paru-paru :
I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan bernapas), napas
pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi
berkurangnya pengiriman oksigen.
P :Taktil premitus simetris
P :Sonor
A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
8) Jantung
I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban
jantung dan curah jantung meningkat
P : Tidak teraba adanya massa
P : pekak
A : Bunyi jantung murmur sistolik
9) Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
A : Suara bising usus
P : Terdapat bunyi timpani,
P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.
10) Genitalia Normal / abnormal
11) Integumen Mukosa pucat,kering dan Kulit kering
12) Ekstermitas Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah
patah
dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas
7) Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Fisiologis
1) Reflek Biceps
Posisi : Dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk beristirahat di
pangkuan pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku. Minta pasien
memfleksikan di siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon
akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : Ketukkan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachi, posisi
lengan setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : Fleksi lengan pada sendi siku.
2) Reflek Triceps
Posisi : Dilakukan dengan pasien duduk dan perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien,
sehingga membentuk sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus menjumpai ke bawah
langsung di siku.
Cara : Ketukkan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit
pronasi Respon : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3) Reflek Brachioradialis
Posisi : Dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus berisitirahat longgar di
pangkuan pasien (hampir sama dengan posisi pada reflek biceps)
Cara : Ketukkan pada tendon otot brachioradialis (tendon melintasi sisi ibu jari pada
lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. Posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respon : Fleksi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan tangan
4) Reflek Patella
Posisi : Dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang
Cara : Ketukkan pada tendon patella
Respon : Ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
5) Reflek Achiles
Posisi : Pasien duduk dengn posisi kaki menggantung di tepi meja atau dengan berbaring
terlentang dengan posisi kaki di atas kaki yang lain Cara : Ketukkan pada tendon achilles
Respon : Plantar fleksi kai karena kontaksi m.gastroenemius.
b. Reflek Patologis
1) Reflek Babinski
Posisi : Pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan, posisi tangan
kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada tempatnya
Cara : Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
2) Reflek Chaddok
Cara : Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior
Respon : Positif apabila ada gerakan dorsofleksi ibu jari disertai pengembangan jari-jari kaki
lainnya (reflek seperti babinski)
3) Reflek Schaeffer
Cara : Menekan tendon achilles
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
4) Reflek Oppenheim
Cara : Penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksimal ke distal
Respon : Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya
5) Reflek Gordon
Cara : Memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Respon : Amati ada tidaknya dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning) jari-jari
kaki lainnya
6) Ankle Clonus
Posisi : Pasien tidur terlentang atau setangah duduk
Cara : Lutut dalam posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan dorsofleksi
secara kejut
Respon : Positif bila terjadi gerakan dorso/plantar fleksi yang terus menerus
7) Knee Clonus
Posisi : Pasien dalam posisi duduk di tepi bed
Cara : Dilakukan ketukan dengan reflek hammer pada tendon patella
Respon : Positif bila terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus menerus pada lututnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, injuri fisik, kimia,
injuri psikologis
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3) Resiko ketidakseimbangan cairan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan siskulasi dan
neurologi (anemia), gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi atau rencana
keperawatan mencakup tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien
untuk mengatasi diagnosa keperawatan dan mencapai hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terncana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai kefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan SOAP, yakni :
- Subjektif (data berupa keluhan klien)
- Objektif (data hasil pemeriksaan)
- Analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
- perencanaan.
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat
digunakan pada evaluasi Janis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
K. Daftar pustaka
Ahmad, 2020 suhan keperawatan pasien yang mengalami anemia dengan perfusi