Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KELOMPOK 4B

MAKALAH TUTORIAL KEPERAWATAN ANAK I


KASUS 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

PENYUSUN
1. Sela Afriliyani (04194842) KETUA
2. Violina Sekardini (04194847) SEKRETARIS
3. Saoda Esomar (04194841) ANGGOTA
4. Selpia (04194843) ANGGOTA
5. Sela Afriliyani (04194842) ANGGOTA
6. Silvia Wulandari (04194845) ANGGOTA
7. Siti Masruroh (04194846) ANGGOTA
8. Wafa Murtiani Azmi (04194848) ANGGOTA
9. Widya Tomayahu (04194849) ANGGOTA

FORM PENILAIAN LAPORAN/PAPER


Nama Kelompok/Kelas: 4B/Kp/IV

Hari/Tanggal : 19 Maret 2021

Mata kuliah: Keperawatan Anak I

Nama Mahasiswa :

1. Sela Afriliyani (04194842) KETUA 6. Silvia Wulandari (04194845) ANGGOTA


2. Violina Sekardini (04194847) SEKRETARIS 7. Siti Masruroh (04194846) ANGGOTA
3. Saoda Esomar (04194841) ANGGOTA 8. Wafa Murtiani Azmi (04194848) ANGGOTA
4. Shifani Nazah Izzati (04194844) 9. Widya Tomayahu (04194849) ANGGOTA
ANGGOTA
5. Selpia (04194843) ANGGOTA

NO ITEM PENILAIAN 5 4 3 2 1

1 Penulisan laporan sesuai format yang diberikan

2 Menjelaskan kelengkapan data terkait topic

3 Kesesuaian topik dengan data penunjang

4 Menjelaskan isi topik secara jelas dan rinci

5 Menampilkan data terbaru

6 Menampilkan critical analisis terhadap topik

7 Memberikan literature atau referensi yang adekuat berdasarkan


evidence

8 Menyimpulkan topic secara jelas dan rinci

9 Menggunakan tulisan yang benar (EYD) dan kesalahan penulisan

10 Menampilkan konsistensi penulisan (topic, tujuan dan evaluasi)

Total Skor

Nilai Akhir
Keterangan Angka:

5 : Execelent

4 : Good

3 : Average

2 : Below Avarage

1 : Unsatisfied

Comments:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….............

Fasilitator

BAB I

PENDAHULUAN
a. Penulisan Kasus

The Silent Enemy

Ny. A adalah single parent dan seorang pegawai bank swasta. Ia memiliki seorang anak laki-laki
bernama An. W (9 tahun) yang berangkat dan pulang sekolah dengan mobil jemputan sekolah.
Tak jarang karena aktivitas Ny. A yang padat ia jarang bertemu anaknya di rumah. Hingga suatu
malam, ia mendapati anaknya tidur mengigau sambil berteriak ketakutan. Ketika Ny. A
menengok ke dalam kamar An. W, ia melihat tangan An.W tampak lebam di bagian siku.
Sebelum malam itu, tak jarang An. W mengutarakan pada Ny. A untuk berhenti sekolah namun
tidak ditanggapi oleh Ny. A. An. W juga mulai sering mengurung diri di kamar dan mogok
sekolah.

b. Daftar Kata Sulit

1. Single Parent ? (Violina)

c. Daftar pertanyaan

 Apa penyebab si anak mengigau? (Silvia)


 Apa yang seharusnya ny.A lakukan sebagai orang tua si anak? (shifani)
 Dampak apa yang terjadi pada anak ketuka hal tersebut dibiarkan terus-menerus? (Siti
Masruroh)
 Kenapa anak sampai mengurung diri? (Wafa)
 Apa penyebab anak sering diam dan menyendiri? Apakah berdampak negatif pada
perkembangannya? (Sela)
 Penyebab masalah apa yg terjadi pada kasus anak tsb?(Saoda)
 Tindakan apa yang perlu kita lakukan sebagai bentuk peran kita dalam menyikapi kasus
tersebut? (Widya Tomayahu)

BAB II

HASIL
a. Klarifikasi Istilah

1. Single Parent ? (Violina)


Jawaban
- Orang tua tunggal adalah orang yang tidak memiliki suami, istri, atau pasangan, dan
hidup dengan satu atau beberapa anak. Terdapat berbagai alasan mengapa seseorang
menjadi orang tua tunggal, seperti cerai, ditinggal pasangan, kematian pasangan, atau
adopsi oleh satu orang tua. (Silvia)
- Single parent : orang tua tunggal (janda atau duda) (wafa)
- single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu)
secara sendiri karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya. (Siti masruroh)
- Singel parent Merupakan bahasa Inggris yang artinya orang tua tunggal. (Widya
Tomayahu)

b. Jawaban Pertanyaan

Pertanyaan dari Kasus

1. Apa penyebab si anak mengigau? (Silvia)


Jawaban:
- Mungkin disebabkan oleh stres dan tekanan emosional yg sedang dirasakan si anak
tersebut (wafa)
- Penyebabnya bisa saja karena dampak dari apa yang dia alami selama disekolah, anak
tersebut mengalami kecemasan atau merasa ketakutan. Dari cemas tersebut bisa
membuat kualitas kualitas tidur menurun. (Siti Masruroh)
- Lelah, stres / depresi, kurang istirahat, sakit / demam, pengaruh obat"an. (violina)
- Salah satu penyebab anak sering mengigau yang satu ini juga sering disebut sebagai
night terror. Gangguan ini menyebabkan perasaan takut berlebih pada beberapa jam
pertama setelah tidur. Night terror biasanya dipicu oleh kelelahan parah, kurang tidur,
stres, dan demam. (selpia)
- Anak mengigau bisa jadi, karena anak tersebut sedang mengalami stres atau depresi
yang di sebabkan oleh beberapa faktor. (Widya Tomayahu)
- Penyebab bisa jadi karena sedang mengalami stres atau depresi(saoda)
- Bisa jadi karena anak mengalami stress, tertekan atau cemas karena mengalami
sesuatu yang mengganggu mentalnya. Kemungkinan besar anak mengalami depresi.
(Sela)
- Penyebabnya bisa jadi karena anak tsb mengalami stress atau depresi. Stress atau
depresi dpat disebabkan oleh bnyaj faktor, salah satunya menjadi korban bullying di
sekolah. (Shifani)

2. Apa yang seharusnya ny.A lakukan sebagai orang tua si anak? (shifani)
Jawaban:
- orangtua harus jeli melihat perlakuan anak yang berbeda dari sbeelumnya, memberi
tahu pihak sekolah, mengarahkan atau memberitau cara menghadapi pelaku buli,
memantau terus keadaan anak, solusi terakhir demi menyelamatkan mental si anak
pindah sekolah. (violina)
- Melakukan pendekatan atau berbicara 4 mata kepada si anak dengan cara
memperlihatkan rasa simpati, tidak memaksa, tidak membentak (Wafa)
- Tentunya orang tua mempunyai peran yang penting dalam hal tersebut, dimana orang
tua harusnya menjadi keluarga, teman, dan menjadi orng yang sangat dibutuhkan
anak. Orangtua harus bisa memotivasi anak dan menjadi penengah dalam
menyelesaikan maslahnya (Siti masruroh)
- Pahami dan ajaklah anak berdiskusi, apa kira-kira yang menyebabkan ia lebih suka
menyendiri.
Ajak anak mengobrol tentang kesehariannya di sekolah. Jadilah pendengar yang baik
bagi anak. Jika anak ada masalah, jangan ragu untuk menenangkannya dan
memeluknya erat.
Pertemukan ia dengan teman-teman yang cocok. Sebelum anak masuk sekolah, Mom
dan Dad bisa mencoba menjadwalkan Playdate untuk anak-anak agar mereka bisa
bermain dengan teman sebayanya.
Berikan dukungan. Jangan desak anak untuk bersosialisasi dan memiliki teman
banyak. Doronglah ia untuk mengasah kemampuan sosialisasinya dengan cara
mendaftarkan ia ke dalam klub atau les terkait kegiatan atau bidang yang ia sukai.
Misalnya, jika anak suka menggambar, tidak ada salahnya mendaftarkan ia les
menggambar. (Sela)
- Dalam kasus sebaiknya sebagai orang tua perlu : Menunjukkan rasa cintanya dan
selalu memberikan dukungan, Menyediakan waktu untuk si anak, Memantau perilaku
anak. (wdya)
- Tentunya seorng ibu menanyakan apa yg terjadi pada anaknya,apa yg dia rasakan
Trus memberikan juga nasehat,motivasi,semangat agar anak tidak merasa takut dan
tidak merasa cemas maupun stress Dan terus memperhatikan anaknya dalam
pergaulan dalam berteman.(Soada)
- Beri semangat pada Si Kecil untuk menghadapi masalah, Katakan pada anak bahwa
tidak semua orang harus sempurna, Sisihkan waktu untuk berbicara dengannya,
Berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar, Jadikan rumah sebagai tempat yang
aman dan nyaman untuk anak (selpia)

3. Dampak apa yang terjadi pada anak ketuka hal tersebut dibiarkan terus-menerus?
(Siti Masruroh)
Jawaban
- stres, depresi, isolasi sosial, (Wafa)
- Perilaku bully di atas bisa menimbulkan berbagai efek negatif bagi korban, antara
lain: Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang meluap-luap, depresi,
rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan menyakiti diri sendiri, hingga
bunuh diri. (violina)
- Sering mengigau juga bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami gangguan NS-RED.
Gangguan ini dapat dipicu oleh stres, gangguan tidur lain, serta rasa lapar pada siang
hari. Anak yang mengalami NS-RED akan sering terbangun untuk mencari makanan.
Perilaku ini sering kali disertai dengan mengigau. (Silvia)
- Depresi, gangguan mental, merusak kinerja otak, Isolasi sosial, kehilangan
kepercayaan diri, lebih parahnya bisa melakukan bunuh diri (Sela)
- Jika perilaku tersebut sering terjadi Maka kemungkinan bisa menyebabkan
menurunnya rasa percaya diri dan depresi, hingga risiko bunuh diri dapat terjadi,dan
juga mungkin juga akan terjadi masalah lain seperti gangguan kesehatan mental atau
penyalahgunaan zat terlarang.(Saoda)
- Akan berdampak pada kehidupan sosial, dan pastinya kesehatan anak. Anak tsb akan
mengalami lemas dan kurang bersemangat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit
berkonsentrasi dan menjadikan anak kurang bersosialisasi. (Shifani)
- Tentunya akan berdampak buruk. Baik dari segi mentalnya misalnya akan lebih
sering menyendiri atau akan mengalami isolasi sosial dan Stres, depresi yang
nantinya akan memperburuk kesehatan nya. (Widya Tomayahu)
- Depresi yang dibiarkan begitu saja akan membawa dampak negatif bagi sang anak.
Mulai dari kehidupan sosialnya, sampai kesehatannya pun akan berpengaruh jika hal
ini dibiarkan terlalu lama.(selpia)
- Depresi yang dibiarkan begitu saja akan membawa dampak negatif bagi sang anak.
Mulai dari kehidupan sosialnya, sampai kesehatannya pun akan berpengaruh jika hal
ini dibiarkan terlalu lama.(selpia)

4. Kenapa anak sampai mengurung diri? (Wafa)


Jawaban:
- anak mengurung diri dikamar karna takut mendapatkan buly lagi, ia berusaha
menyelamatkan dirinya dengan menyendiri tidak berbaur dengan temannya itu sudah
termasuk salah satu gejala)/dampak dari depresi. orang tua harus terlibat untuk
menanganinya (violina)
- Anak mengurung diri gejalanya dimulai dengan mendapat masalah di sekolah,
Penyebabnya bisa berupa nilai yang jeblok dan tak kunjung membaik. Bisa juga
akibat bully yang diterima dari teman secara terus menerus. (Shifani)
- bisa saja itu menjadi salah satu dampak anak tersebut mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan baik kekerasan, bulliyng sehingga hal tersebut ia lakukan karena
merasa tidak percaya diri atau bahkan merasa tidak berguna. (Siti masruroh)
- Karna anak sudah tertekan dengan apa yang di alaminya dan ketika sang anak bilang
sama orang tuanya malah tidak di haraukan Dan mengurung diri adalah salah satu
bentuk penegasan dari anak (silvia)
- Pertanyaan dari jawaban ini hampir sama dengan sebelumnya. Bahwa karena depresi,
stres yang memungkinkan anak lebih suka sendiri, atau si anak memiliki tekanan baik
yang ia temukan di lingkungan luar maupun dalam. Sebagaimana dalam kasus ini si
anak sering mengigau berteriak ketakutan belum lagi ibunya melihat tangan si anak
lebam. Tentunya dalam hal ini terdapat faktor penyebab mengapa sifat anak jadi
berubah, menyendiri dan lain sebagainya. (Widya Tomayahu)
- karena adanya rasa minder. Minder berasal dari anak tersebut yang merasa tidak
memiliki keluarga yang utuh.(selpia)

5. Apa penyebab anak sering diam dan menyendiri? Apakah berdampak negatif pada
perkembangannya? (Sela)
Jawaban;
- Penyebabnya karna trauma psikis, pemalu, Buli, intrevert, masalah dalam keluarga
Akibatnya anak akan menjadi pendiam, bisa menjadi orang yg tidak bisa mengontrol
emosi (silvia)
- anak menjadi penakut, tidak percaya diri, perkembangan otak anak terganggu,
menjadi sosok oemarah dikemudian hari (violina)
- Penyebabnya karena perilaku tidak memyenangkan , bulliyng,dll. Untuk dampaknya
bisa terasa saat itu juga maupun berpuluh-puluh tahun setelahnya. Dampak jangka
pendek yang dirasakan antara lain gangguan psikologis seperti depresi dan gangguan
kecemasan, gangguan tidur, hingga penurunan prestasi di sekolahnya. (Siti masruroh)
- Penyebabnya bisa jadi stres dan tekanan emosional yg sedang di hadapi oleh si anak.
Dampaknya bisa jadi menyebabkan stres, depresi, isolasi sosial (wafa)
- Penyebabnya Anak cemas berlebihan ketika akan berinteraksi dengan temannya di
sekolah. Hal ini mungkin saja bisa menjadi tanda jika Si anak mengalami
perundungan (bullying). Dampaknya menjadikan anak itu stress dan depresi.
(Shifani)
- Penyebabnya karena mengalami gangguan psikis,yg terjadi ketika anak mengalami
peristiwa yang menyakitkan, mengancam jiwa, atau mengganggu
kehidupannya(Membuli) Sehingga terjadi seperti itu.(Saoda)
- Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa ada faktor penyebabnya seperti
anak pernah mengalami sesuatu yang membuat trauma, sering di bully, atau dalam
keluarga nya si anak merasa kurang kasih sayang dari Orang tua nya dan lain
sebagainya. Akhirnya apa? Berdampaklah pada perkembangan nya tentu ini bukan
dampak yang positif yah. Misalnya mengalami gangguan psikologis dan lain lain.
(Widya Tomayahu)

6. Penyebab masalah apa yg terjadi pada kasus anak tsb?(Saoda)


Jawaban:
- faktor penyebab buly bisa daru keluarga yang kurang harmonis, orangtua tidak
utuh/meninggal, pada sosialisasi di baik dengan keluarga dan pada kasus itu
orangtuanya juga single kemungkinan bercerai atau meninggal dunia dan dengan
kesibukan kerja nya sampai jarang memperhatikan anaknya (violina)
- Salah satu penyebabnya adalah karena memiliki masalah pribadi. Pada anak-
anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau
adanya anggota keluarga yang melakukan kekerasan (Siti masruroh)
- Menurut saya setelah membaca kasus tersebut mungkin saja terjadi tindak kekerasan
atau bullying di sekolah anak tersebut karena anak mengalami lebam2 sehingga anak
menjdi trauma dan mengigau saat tidur akibat depresi atas kejadian yg dia alami.
(Sela)
- Dari kasus di atas bisa di lihat bagaimana orang tuanya mengurus anaknya terlebih
lagi orang tuanya adalah singel parent.
- Ini bisa jadi penyebabnya belum lagi apabila anak mendapatkan masalah di
lingkungan luar. (Widya Tomayahu)

7. Tindakan apa yang perlu kita lakukan sebagai bentuk peran kita dalam menyikapi
kasus tersebut? (Widya Tomayahu)
Jawaban:
- dekati dia, mengajaknya ngobrol secara perlahan supaya dia mau menceritakannya,
jadikan lah dia teman kita, beritau/melatih cara untuk menghadapu teman yang
membuli nya, meyakinkan bukan dia yang salah (violina)

Pertanyaan LO
1. IRK
Jawaban:
 surat al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). (violina)
 Jika dilihat orientasi dari perilaku bullying yang mengarah pada suatu Tindakan yang
merendahkan orang lain, terdapat satu hadis yang secera spesifik menjelaskan tentang hal
tersebut. Hadis tersebut terdapat dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan redaksi sebagai
berikut. : Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Humaid Al Madani telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Daud bin Qais dari Abu
Sa'id bekas budak 'Amir dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Cukuplah seseorang dikatakan telah berbuat jahat jika ia merendahkan
saudaranya muslim." (SILVIA)
 ‫ات‬ ُ َ‫ْال َما ُل َو ْالبَنُونَ ِزينَةُ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َو ْالبَاقِي‬
ُ ‫ات الصَّالِ َح‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]:46) (wafa)'
 Agama Islam telah melarang pembullyan baik dalam bentuk apapun. Alquran
menyebutkan larangan ini dalam surat al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).
(shifani, sella )

‫َسى اَ ْن يَّ ُك َّن َخ ْيرًا ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل‬ ٓ ٰ ‫َسى اَ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا خَ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء ع‬ ٓ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَسْخَ رْ قَوْ ٌم ِّم ْن قَوْ ٍم ع‬
ٰ ‫ك هُم‬ ۤ ٰ ُ ‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َما ۚ ِن َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ َ ‫ول ِٕى‬ ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬ َ ‫ب بِْئ‬ ِ ۗ ‫ت َْل ِم ُز ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا بِااْل َ ْلقَا‬

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan
lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan
(yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah
saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim. Q.s Al-Hujurat ayat 11 (Widya Tomayahu)
 surat al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).(Saoda)

2. Definisi Bullying
Jawaban:
 Olweus (1999) mendefinisikan bullying sebagai masalah psikososial dengan menghina
dan merendahkan orang lain secara berulang-ulang dengan dampak negatif terhadap
pelaku dan korban bullying di mana pelaku mempunyaikekuatan yang lebih
dibandingkan korban. (Violina)
 Definisi yang dikemukakan Randall (1997a, dalam Randall, 2002) bahwa Bullying
merupakan perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan ketidaknyamanan fisik
maupun psikologis terhadap orang lain. Definisi ini menekankan pada faktor
motivasional dari pelaku bullying dan memberikan gambaran terhadap tujuan di balik
perilaku mereka. (Wafa)
 Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara
psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah”
oleh seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa
seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya
memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga
mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa
terancan oleh bully. (Jurnal Pengalaman Intervensi Dari Beberapa Kasus Bullying,
Djuwita, 2005 ; 8, dalam Ariesto 2009). (Shifani)
 Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya.(Sela)
 Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi
korbanbullyinglebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara
fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak
yang menjadi korbanbullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental
seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga
dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot,
rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan
prestasiakadem. (SILVIA)
 Definisi bullying mengacu pada Olweus (1999), yang mendefinisikan bullying sebagai
masalah psikososial dengan menghina dan merendahkan orang lain secara berulang-ulang
dengan dampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku mempunyai
kekuatan yang lebih dibandingkan korban. Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris,
yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang
senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully
berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara terminology
menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto,
2009) adalah “sebuah hasrat untuk menyakiti. Bullying adalah tindakan penggunaan
kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik,
maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa,
2008). (Widya Tomayahu)
 Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008).(Saoda)
 Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008).(selpia)

3. Angka Kejadian Bullying


Jawaban
 KPAI menyebutkan angka korban bullying di atas 50 sejak 2011-2016. Terakhir, pada
tahun 2016 angka korban mencapai 81. Angka tersebut ditemukan pada kasus bullying
yang terjadi di lingkungan sekolah. Untuk angka pelaku bullying, KPAI (2016)
menemukan jumlah di atas 40 orang. Pada tahun 2016, jumlah pelaku bullying di
lingkungan sekolah mengalami kenaikan menjadi 93 orang. (violina, wafa, widya,silvia)
 KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381
pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial
media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. (Sela)
 Sebanyak 41 persen siswa Indonesia dilaporkan pernah mengalami perundungan,
setidaknya beberapa kali dalam sebulan. Persentase angka perundungan siswa di
Indonesia ini berada di atas angka rata-rata negara OECD sebesar 23 persen. Pada saat
yang sama, 80 persen siswa Indonesia mengaku perlu membantu anak-anak yang
mengalami perundungan. Sementara sebanyak 17 persen siswa mengaku kesepian.
Laporan juga mencatat, sebanyak 21 persen siswa Indonesia pernah bolos sekolah dan 52
persen dilaporkan datang terlambat ke sekolah.(selpia)

4. Bentuk-Bentuk Bullying
Jawaban:
 -Kontak fisik langsung. Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk
memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain.
-Kontak verbal langsung. Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-
downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
-Perilaku non-verbal langsung. Tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya
disertai oleh bullying fisik atau verbal.
-Perilaku non-verbal tidak langsung. Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng.
-Cyber Bullying Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik
(rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media social) Pelecehan seksual.
Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
(violina)
 (wafa,sella)
1. Bullying fisik.
Bullying secara fisik merupakan tindakan tidak menyenangkan dan kasar yang dapat
dilihat dengan kasat mata. Contoh bullying fisik antara lain: memukul, menjewer,
menjambak, menarik baju, menyenggol dengan bahu, menendang, menampar,
menimpuk,menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang,
mendorong, menghukum dengan cara push up.
2. Bullying verbal.
Bullying verbal yaitu perlakuan/ tindakan kasar yang dilakukan secara verbal dan juga
bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. Contoh bullying verbal
antara lain: membentak, meledek, mencela, memaki, menghina, menjuluki, menyoraki,
memfitnah dan mengolok- olok kekurangan atau kelebihan orang lain dengan keadaan
sadar dan sengaja.
3. Bullying mental/ psikologis.
Ini jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak terungkap mata atau telinga kita
jika kita tidak cakup awas mendeteksinya.
 Penelitian menunjukkan bahwa bentuk bullying yang dominan terjadi adalah bullying
fisik dan bullying verbal diikuti dengan bullying relasi dan cyber-bullyin. (Widya
Tomayahu)
 bentuk-bentuk bullying adalah bullying fisik, verbal, dan bullying tidak langsung.
Bullying fisik misalnya menonjok,mendorong,memukul,menendang, dan menggigit;
bullying verbal antara lain menyoraki, menyindir, mengolok-olok, menghina, dan
mengancam. Bullying tidak langsung antara lain berbentuk mengabaikan, tidak
mengikutsertakan, menyebarkan rumor/gosip, dan meminta orang lain untuk menyakiti.
Sampson dalam Problem Oriented for Police Series No. 12, juga menyebutkan bahwa
tindakan lain yang juga termasuk bullying adalah merusak barang atau hasil karya,
mencuri barang yang berharga dan meminta uang. Selain itu, tindakan seperti pelecehan
seksual, pemboikotan karena perbedaan orientasi seksual, serta hazing (perpeloncoan)
juga digolongkan sebagai bullying. (shifani)
 Bentuk-bentuk bullying adalah bullying fisik, verbal, dan bullying tidak langsung.
Bullying fisik misalnya menonjok,mendorong,memukul,menendang, dan menggigit;
bullying verbal antara lain menyoraki, menyindir, mengolok-olok, menghina, dan
mengancam (SILVIA)
 Bentuk-Bentuk Bullying Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) sebuah organisasi
nirlaba yang berupaya mendorong perlindungan anak di Indonesia (2008) menyebutkan
bentuk-bentuk bullying dapat dikelompokan menjadi tiga katagori: bullying fisik,
bullying verbal, bullying mental/ psikologis dan seksual.
1. Bullying fisik.
Bullying secara fisik merupakan tindakan tidak menyenangkan dan kasar yang dapat
dilihat dengan kasat mata. Bullying fisik bertujuan untuk menyakiti tubuh seseorang dan
bullying ini juga bersifat fisik melakukan kontak langsung dengan fisik. Bullying secara
fisik mudah dilihat, jika berlebihan akan membuat pelaku menjadi pembunuh.
2. Bullying verbal.
Bullying verbal yaitu perlakuan/ tindakan kasar yang dilakukan secara verbal dan juga
bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. Bullying verbal ini
menyakiti dengan perkataan yang tidak enak didengar dan menyakitkan perasaan.
Bullying verbal ini dapat menurunkan minat dan prestasi belajar siswa-siswi karena dapat
membuat siswa/ siswi tersebut mengasingkan diri sehingga suasana belajar mengajar
berada dalam kondisi terpaksa dan merasa tidak nyaman. Contoh bullying verbal antara
lain: membentak, meledek, mencela, memaki, menghina, menjuluki, menyoraki, ,
memfitnah dan mengolok-olok kekurangan atau kelebihan orang lain dengan keadaan
sadar dan sengaja.
3. Bullying mental/ psikologis.
Ini jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak terungkap mata atau telinga kita
jika kita tidak cakup awas mendeteksinya. Praktek bullying ini terjadi diam-diam dan
diluar radar pemantauan. Bullying psikologis merupakan bentuk bullying yang tidak
langsung karena bullying ini sangat menyakiti korban secara psikis dan juga memberikan
dampak sosial berupa percobaan bunuh dan pengucilan. Contoh: memandang sinis,
memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan
mengucilkan, mempermalukan, meneror, memandang yang merendahkan, memelototi,
mencibir. Salsabiela (2010) mengelompokkan perilaku bullying kedalam lima kategori :
a. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,
mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan
merusak barang-barang yang dimiliki orang lain).(Saoda)

5. Peran Bullying
Jawaban
 Menesini et al. (2013). meneliti terkait aspek moral pada perilaku dan tindakan bullying.
Penelitian bertujuan menguji peran perilaku tidak bermoral terhadap keterlibatan dalam
bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral berperan pada tindakan pelaku
bullying. (violiina)
 Peran dalam Bullying Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying
dapat dibagi menjadi 4(empat) yaitu:a.Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang
secara fisik dan/atau emosional melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus,
dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering
memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying dan
murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam Totura,
2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom depresi yang
lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan
simptom depresi yang lebih rendah daripada victim atau korban (Haynie, dkk.,
dalam Totura, 2003). Olweus (dalam Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa
pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan memiliki kemampuan sosial
dan pemahaman akan emosi orang lain yang sama (Sutton, Smith, & Sweetenham,
dalam Moutappa, 2004).Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe
pelaku bullying antara lain (silvia)
 1. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai
murid lain secara berulang-ulang.
2. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif,
tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan
penyerangnya.
3. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga
menjadikorban perilaku agresif.
4. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.
(Sela)
 Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional
melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk 2004).
2) Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku
agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan
melawan penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk 2004).
3) Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi
korban perilaku agresif (Andreou, dalam Moutappa dkk 2004).
4) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.
(Widya Tomayahu)
 Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4
(empat)yaitu:
a. Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai
murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja
yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial
yang lebih buruk daripada korban bullying dan murid yang tidak terlibat dalam
perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam Totura, 2003). Pelaku bullying juga
cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih tinggi daripada murid yang
tidak terlibat dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah
daripada victim atau korban (Haynie, dkk., dalam Totura, 2003). Olweus (dalam
Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa pelaku bullying cenderung mendominasi
orang lain dan memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain
yang sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004).Menurut
Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe pelaku bullying antara lain:
1) tipe percaya diri, secara fisik kuat, menikmati agresifitas, merasa aman dan
biasanya populer,
2) tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang
populer dan kurang merasa aman, dan
3) pada situasi tertentu pelaku bullying bisa menjadi korban bullying.
Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik pelaku bullying
biasanya adalah agresif, memiliki konsep positif tentang kekerasan, impulsif, dan
memiliki kesulitan dalam berempati (Fonzi & Olweus dalam Sullivan, 2000).
Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya agresif baik secara verbal maupun
fisikal, ingin popular, sering membuat onar, mencari-cari kesalahan orang lain,
pendendam, iri hati, hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di sekolahnya.
Selain itu pelaku bullying juga menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah atau di
sekitarnya, merupakan tokoh popular di sekolahnya, gerak geriknya sering kali dapat
ditandai dengan sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar, dan
menyepelekan/ melecehkan.
b. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku
agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan
melawan penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Menurut Byrne
dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying
cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan situasi baru (dalam Haynie
dkk, 2001). Murid yang menjadi korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan
kurang bahagia di sekolah serta memiliki teman dekat yang lebih sedikit daripada
murid lain (Boulton & Underwood dkk, dalam Haynie dkk, 2001). Korban bullying
juga dikarakteristikkan dengan perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam (Olweus,
dalam Moutappa, 2004).
Coloroso (2007) menyatakan korban bullying biasanya merupakan anak baru di suatu
lingkungan, anak termuda di sekolah, biasanya yang lebih kecil, tekadang ketakutan,
mungkin tidak terlindung, anak yang pernah mengalami trauma atau pernah disakiti
sebelumnya dan biasanya sangat peka, menghindari teman sebaya untuk menghindari
kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk meminta pertolongan. Selain itu juga
anak penurut, anak yang merasa cemas, kurang percaya diri, mudah dipimpin dan anak
yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain, anak
yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain, anak yang tidak mau berkelahi, lebih
suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak yang pemalu, menyembunyikan
perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatiaan orang lain, pengugup, dan
peka. Disamping itu juga merupakan anak yang miskin atau kaya, anak yang ras atau
etnisnya dipandang inferior sehingga layak dihina, anak yang orientsinya gender atau
seksualnya dipandang inferior, anak yang agamanya dipandang inferior, anak yang
cerdas, berbakat, atau memiliki kelebihan. ia dijadikan sasaran karena ia unggul, anak
yang merdeka, tidak mempedulikan status sosial, serta tidak berkompromi dengan norma-
norma, anak yang siap mengekspresikan emosinya setiap waktu, anak yang gemuk atau
kurus, pendek atau jangkung, anak yang memakai kawat gigi atau kacamata, anak yang
berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya. Selanjutnya korbannya
merupakan anak yang memiliki ciri fisik yang berbeda dengan mayoritas anak lainnya,
dan anak dengan ketidakcakapan mental dan/atau fisik, anak yang memiliki ADHD
(attention deficit hyperactive disorder) mungkin bertindak sebelum berpikir, tidak
mempertimbangkan konsekuensi atas perilakunya sehingga disengaja atau tidak
menggangu bully, anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah. ia
diserang karena bully sedang ingin menyerang seseorang di tempat itu pada saat itu juga.
c. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi
korban perilaku agresif (Andreou, dalam Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie
dkk, 2001) mengemukakan bully victim menunjukkan level agresivitas verbal dan
fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain. Bully victim juga dilaporkan
mengalami peningkatan simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung merasa sedih
dan moody daripada murid lain (Austin & Joseph; Nansel dkk, dalam Totura, 2003).
Schwartz (dalam Moutappa, 2004) menjelaskan bully-victim juga dikarakteristikkan
dengan reaktivitas, regulasi emosi yang buruk, kesulitan dalam akademis dan
penolakan dari teman sebaya serta kesulitan belajar (Kaukiainen, dkk., dalam
Moutappa, 2004).
d. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.
(Shifani)
 peran bullying (perilaku mengancam, menindas dan membuat perasaan orang lain tidak
nyaman) berlangsung dari masa ke masa di dalam dunia pendidikan.(selpia)

6. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Bullying


Jawaban
 Rosen et al. (2017) menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan bullying dalam
bukunya, diantaranya adalah faktor
internal dan eksternal.
- Faktor internal yang menyebabkan bullying adalah faktor temperamental dan faktor
psikologi terhadap intensitas melakukan tindakan agresi (Rosen et al., 2017). Demikian,
individu yang melakukan tindakan bullying memiliki kemampuan sosial yang rendah
(Rosen et al., 2017).
- Faktor eksternal yang mengakibatkan tindakan bullying ialah pola asuh orang tua
(Lereya et al., 2013). Hal itu meliputi meliputi bagaimana orang tua melakukan
kekerasan kepada mereka dan pola asuh dengan kontrol yang rendah dengan kehangatan
yang tinggi, mengamati perilaku dan tindakan kekerasan Demikian, lingkungan sosial
merupakan faktor yang mendasari individu dalam melakukan tindakan kekerasan.
(violina)
 Faktor Penyebab terjadinya Bullying Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab
terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan.
b. Sekolah.
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.
c. Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying.
d. Kondisi lingkungan sosial.
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying.
e. Tayangan televisi dan media cetak.
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan.
(Widya Tomayahu)
 Yusuf dan Fahrudin (2012) ada beberapa bentuk dari faktor bullying :
- Faktor Individu
- Faktor keluarga
- Faktor teman sebaya
- Faktor media
Paranti, (2014) faktor yang mempengaruhi bully dibagi menjadi dua yaitu:
- Faktor internal (biologis/psikologis)
- Faktor eksternal (lingkungan, keluarga, masyarakat, pergaulan, sekolah)
(Wafa)
 Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:
1) Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku coba cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
2) Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan
pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada
siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota
sekolah;
3) Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan
bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan
perilaku tersebut.
4) Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan
bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat
apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di
lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
5) Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
(Shifani)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan(membuli)pada anak antara lain perbedaan
kelas (senioritas), ekonomi, agama, jenis kelamin, keluarga yang tidak harmonis, situasi
sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif, karakter individu/ kelompok, seperti
dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik
untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainannya, persepsi nilai
yang salah atas perilaku korban. Kurangnya hubungan yang harmonis antara anak dan
orang tua dapat menjadi suatu alasan orang tua perlu berperan dalam mengatasi
kekerasan pada anak (Astuti, 2009).(Saoda)
 (silvia)
1. Faktor media sosail yang kurang tepat
2. Kurangnya pengawasan dari orang tua
3. Lingkungan keluarga yang sering melakukan kekerasan
4. Ketidakpedulian antar sesame
 faktor-faktor penyebab faktor keluarga yang kurang harmonis, tidak utuh (orang tua
meninggal atau bercerai), proses sosialisasi yang tidak sempurna dari keluarganya,
lingkungan ,sosial media (selpia)

7. DAMPAK Bullying
Jawaban:
 - Dampak bagi korban. = Depresi dan marah, rendahnya tingkat kehadiran dan
rendahnya prestasi akademik siswa, Menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan
kemampuan analisis siswa.
- Dampak bagi pelaku. = rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi
pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal
orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap
frustasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Skrzypiec et al. (2012) menghasilkan pemahaman bahwa
dampak negatif bullying dirasakan oleh Korban, pelaku, korban-pelaku bullying
mengalami gangguan kesehatan mental dan mereka mengalami permasalahan perilaku
abnormal, hiperaktif, dan pro-sosial ketika terlibat dalam proses interaksi sosial. Baik
empati maupun perilaku abnormal, perilaku hiperaktif, dan pro-sosial sangat berkaitan
dengan respon pelaku Hal yang sering ditemukan adalah mereka sering terisolasi secara
sosial, tidak mempunyai teman dekat atau sahabat, dan tidak memiliki hubungan baik
dengan orang tua dan bahwa bullying yang terjadi pada anak-anak mengakibatkan
tingginya tingkat depresi, kecemasan, dan bunuh diri ketika dewasa (violina)
 Nahuda (2007) dampak dari kekerasan (bulllying) dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Dampak langsung.
a. Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat mengakibatkan
masalah belajar, kesulitan belajar, gangguan motorik kasar dan halus
b. Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan seperti gangguan, kecerdasan,
emosi, konsep diri, agresif, hubungan sosial.
2. Dampak tidak langsung.
a. Kehilangan semangat untuk pergi kesekolah dan tidak memperhatikan apa yang
guru ajarkan.
Muncul perasaan seperti merasa salah, malu, dan ada rasa menyalahkan diri
sendiri.
b. Gangguan perasaan seperti cemas dan depresi.
c. Melakukan isolasi terhadap diri sendiri dan merasa dendam terhadap orang lain.
Dari dampak diatas dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :
A. Sosialisai / interaksi dengan orang lain
- Pendendam
- Melakukan isolasi diri
- Tidak bisa bekerja sama
- Rendah diri
B. Emosi / psikologis
- Sering berprasangka buruk terhadap orang lain
- Kurang percaya diri
- Sering marah
- Suka berbohong
- Berbicara kasar
- Mudah tersinggung
C. Prestasi belajar menurun
- Sulit berkonsentrasi
- Tidak semangat belajar
- Kurang fokus dalam pembelajaran
- Sering beralasan agar tidak masuk sekolah
(Wafa,Saoda)
 Dampak tindakan bullying tidak hanya pada korban, tetapi dampak tersebut juga
mengenai pelaku bullying dan korban-pelaku bullying. Penelitian yang dilakukan oleh
Skrzypiec et al. (2012) menghasilkan pemahaman bahwa dampak negatif bullying
dirasakan oleh korban, pelaku, korban-pelaku bullying. Penelitian tersebut menggunakan
alat ukur Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ, Goodman, 1997 dalam
Skrzypiec et al., 2012). Korban, pelaku, korban-pelaku bullying mengalami gangguan
kesehatan mental (Skrzypiec et al., 2012). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
bahwa pelaku bullying mempunyai intensitas empati yang minim dalam fenomena
interaksi sosial. Skrzypiec et al. (2012) menyebutkan bahwa mereka mengalami
permasalahan perilaku abnormal, hiperaktif, dan pro-sosial ketika terlibat dalam proses
interaksi sosial. Baik empati maupun perilaku abnormal, perilaku hiperaktif, dan pro-
sosial sangat berkaitan dengan respon pelaku ketika dirinya terlibat dengan lingkungan
sosial sekitar. Berbeda dengan korban-pelaku, tingkat gangguan kesehatan mental mereka
lebih besar dibandingkan pelaku dan korban bullying. Mereka adalah individu yang
melakukan tindakan bullying, namun mereka juga menjadi korban bullying (Slee &
Skrzypiec, 2016). Mereka mengalami permasalahan pro-sosial, hiperaktif, dan perilaku
(Skrzypiec et al., 2012). Untuk korban bullying, penelitian Skrzypiec et al. (2012)
menjelaskan bahwa mereka berada pada rating antara pelaku dan korban-pelaku bullying.
Mereka mempunyai masalah dengan kesehatan mental, terutama gejala emosional
(Skrzypiec et al., 2012). Hal yang sering ditemukan adalah mereka sering terisolasi
secara sosial, tidak mempunyai teman dekat atau sahabat, dan tidak memiliki hubungan
baik dengan orang tua (Rosen et al., 2017). Korban bullying juga mengalami kekerasan
fisik, untuk bullying yang bersifat kekerasan secara fisik. Tindakan kekerasan secara fisik
dan verbal yang mereka terima sering menjadi faktor trauma untuk jangka pendek dan
jangka panjang. Trauma memengaruhi terhadap penyesuaian diri dengan lingkungan,
yaitu dalam hal ini adalah lingkungan sekolah (Modecki et al., 2014). Bahkan, penelitian
yang dilakukan oleh Cornell et al. (2013) menemukan bahwa bullying merupakan
prediktor untuk tingkat prestasi akademik dan putus sekolah siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA). Apabila penelitian Cornell et al. (2013) dilakukan pada siswa SMA,
partisipan penelitian Takizawa et al. (2014) berusia 7, 11, 16, 23, 33, 42, 45, dan 50 tahun
yang berjalan selama 50 tahun sejak tahun 1958. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa bullying yang terjadi pada anak-anak mengakibatkan tingginya tingkat depresi,
kecemasan, dan bunuh diri ketika dewasa (Takizawa et al., 2014). Tidak hanya itu,
mereka bahkan mengalami permasalahan dalam hubungan sosial, kondisi ekonomi yang
memburuk, dan rendahnya well-being ketika menginjak usia 50 tahun (Takizawa et al.,
2014; Slee & Skrzypiec, 2016). Demikian, bullying berdampak pada rendahnya tingkat
hubungan sosial korban, kesehatan mental dan fisik, dan persoalan ekonomi (Takizawa et
al., 2014). Lebih lanjut, penelitian Wolke et al. (2013) menemukan bahwa bullying
berdampak pada kapasitas kesehatan, perilaku ilegal, ekonomi, dan hubungan sosial.
Angold et al. (2012) mengkonsepkan keempat dampak dari bullying, bahwa secara fisik
korban bullying mengalami cedera fisik yang serius dan beberapa penyakit seksual
(seperti: HIV). Dari segi kesehatan psikis, korban mengalami gangguan kecemasan,
gangguan depresi, dan gangguan kepribadian antisosial (Angold et al., 2012). Perilaku
ilegal yang dilakukan oleh pelaku bullying sebagaimana berbohong terhadap orang lain,
sering berkelahi, merampok rumah, toko, atau hal lain yang berkaitan dengan properti,
mabuk, konsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, dan aktivitas seksual di
luar pernikahan (Angold et al., 2012). Korban mengalami putus sekolah dan tidak
melanjutkan sekolah merupakan indikator status sosial ekonomi (Angold et al., 2012).
Selain itu, problematika dalam hal pekerjaan dinilai dengan putusnya hubungan kerja dan
keluar dari pekerjaan tanpa adanya kesiapan finansial (Angold et al., 2012). Akibatnya,
permasalahan keuangan yang lainnya muncul, seperti tidak bisa menyelesaikan tagihan
hutang dan buruknya pengelolaan keuangan (Angold et al., 2012). Sementara untuk
hubungan sosial, Angold et al. (2012) tertuju pada perilaku kekerasan dalam hubungan
sosial, meliputi: hubungan romantis, hubungan yang tidak baik terhadap orang tua, teman
dan orang kepercayaan, dan permasalahan dalam pertemanan dan mempertahankan
teman. (Shifani)
 Dampak tindakan bullying tidak hanya pada korban, tetapi dampak tersebut juga
mengenai pelaku bullying dan korban-pelaku bullying. Penelitian yang dilakukan oleh
Skrzypiec et al (2012) menghasilkan pemahaman bahwa dampak negatif bullying
dirasakan oleh korban, pelaku, korban-pelaku bullying. Korban, pelaku, korban-pelaku
bullying mengalami gangguan kesehatan mental. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya bahwa pelaku bullying mempunyai intensitas empati yang minim dalam
fenomena interaksi sosial. Mereka mengalami permasalahan perilaku abnormal,
hiperaktif, dan pro-sosial ketika terlibat dalam proses interaksi sosial. Baik empati
maupun perilaku abnormal, perilaku hiperaktif, dan pro-sosial sangat berkaitan dengan
respon pelaku ketika dirinya terlibat dengan lingkungan sosial sekitar. Berbeda dengan
korban-pelaku, tingkat gangguan kesehatan mental mereka lebih besar dibandingkan
pelaku dan korban bullying. Mereka adalah individu yang melakukan tindakan bullying,
namun mereka juga menjadi korban bullying. Mereka mengalami permasalahan pro-
sosial, hiperaktif, dan perilaku Untuk korban bullying, penelitian menjelaskan bahwa
mereka berada pada rating antara pelaku dan korban-pelaku bullying. Mereka
mempunyai masalah dengan kesehatan mental, terutama gejala emosional. Hal yang
sering ditemukan adalah mereka sering terisolasi secara sosial, tidak mempunyai teman
dekat atau sahabat, dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua. (SELA)
 Dampak kasus bullying bagi korbannya Perilaku bully di atas bisa menimbulkan berbagai
efek negatif bagi korban, antara lain: Gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah
yang meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan
menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri (SILVIA)
 Dampak tindakan bullying tidak hanya pada korban, tetapi dampak tersebut juga
mengenai pelaku bullying dan korban-pelaku bullying. Penelitian yang dilakukan oleh
Skrzypiec et al. (2012) menghasilkan pemahaman bahwa dampak negatif bullying
dirasakan oleh korban, pelaku, korban-pelaku bullying. Penelitian tersebut menggunakan
alat ukur Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ, Goodman, 1997 dalam
Skrzypiec et al., 2012). Korban, pelaku, korban-pelaku bullying mengalami gangguan
kesehatan mental (Skrzypiec et al., 2012). (Widya Tomayahu)
 Menimbulkan trauma, Memiliki pandangan negative, Menimbulkan fobia, Memicu rasa
malu dan takut , depresi, Keinginan untuk bunuh diri. Menaruh dendam ke pelaku.
(selpia)

8. Penanganan Korban Bullying


Jawaban:
 Penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi). Pendekatan
pemulihan dilakukan dengan mengintegrasikan kembali murid yang menjadi korban
bullying dan murid yang telah melakukan tindakan agresif (bullying) bersama dengan
komunitas murid lainnya ke dalam komunitas sekolah. Program pendekatan pemulihan
sosial ini mempunyai nilai utama yaitu penghormatan, pertimbangan dan partisipasi.
Prinsip yang digunakan adalah :
1) Mengharapkan yang terbaik dari orang lain
2) Bertanggungjawab terhadap tingkah laku dan menghargai perasaan orang lain
3) Bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukan
4) Peduli kepada orang lain
(violina)
 Sampaikan bahwa menjadi korban bullying bukanlah kesalahan anak Anda harus dapat
menenangkan anak, bahwa ia tidak sendirian atas perisakan yang ia alami. Pujilah
kejujuran dan keberanian anak karena telah menceritakan pengalamannya pada Anda.
Ajari buah hati untuk tidak membalas Merespons bullying bukanlah mengajak anak
untuk balik menyerang pelaku perundungan, baik secara fisik maupun verbal. Sarankan
Si Kecil untuk segera meninggalkan lokasi perundungan saat kejadian, atau mengadukan
gangguan tersebut ke guru yang ia percaya. Sarankan pula untuk tidak bepergian
sendirian saat berada di lingkungan sekolah. Bicarakan dengan wali kelas anak dan pihak
sekolah Anda mungkin juga harus turun tangan dengan menemui wali kelas, guru anak
yang sekiranya bisa membantu, bahkan kepala sekolah. Minta bantuan mereka untuk
senantiasa menjaga buah hati di sekolah. Pertemuan dengan pihak sekolah secara rutin
mungkin dapat dilakukan untuk memastikan pengawasan tersebut efektif atau tidak.
Berkomunikasi dengan pelaku perundungan Perlu digarisbawahi, anak yang menjadi
pelaku bullying juga membutuhkan bantuan orang dewasa karena faktor lain yang
mungkin ia alami. Anda bisa mengajak anak pelaku perisakan dan meyakinkan bahwa
tindakan yang ia lakukan dapat melukai orang lain. (SILVIA)
 Salah satu program yang sangat komprehensif yang ditujukan untuk menanggulangi
bullying dan terbukti efektif yakni the bully busters program. Fokus dari program ini
yakni merubah sistem sosial sehingga kemunculan bullying bisa dihindarkan (Espelage &
Swearer, 2004). Program tersebut memiliki beberapa prinsip utama sebagai berikut:
- Prinsip utama yang pertama yakni bahwa merubah lingkungan lebih berdampak kuat
daripada merubah individu per individu. Problem bullying seharusnya dilihat sebagai
fungsi interaksi antara dua pihak, maka dalam mengubahnya kedua pihak (pelaku dan
korban) harus diubah, dan pola hubungan dan interaksi antara keduanya pun harus
pula diubah.
- Prinsip kedua, yakni pencegahan lebih baik daripada intervensi. Prinsip ini
merupakan prinsip dasar yang selalu dipakai dalam berbagai permasalahan yang
terjadi, bagaimanapun pencegahan permasalahan bullying tentu lebih utama
dibandingkan melakukan intervensi sesudah terjadinya bullying.
- Prinsip yang ketiga, yakni bahwa dalam merubah lingkungan dibutuhkan dukungan
dan pemahaman dari berbagai pihak, khususnya para guru. Dalam sebuah buku yang
sangat menarik karya David A. Hamburg dan Beatrix A. Hamburg (2004) yang
menyajikan alternatif pencegahan kekerasan “Learning to Live Together: Preventing
Hatred and Violence in Child and Adolescence Development” disebutkan bahwa
dalam rangka pencegahan kekerasan terdapat tiga prinsip utama yakni:
1. Perubahan Sistemik pada Sekolah
2. Program untuk Siswa
3. Kebijakan Publik
Menurut Hamburg & Hamburg (2004), hal ini penting karena masa sekolah memiliki
potensi yang sangat besar untuk memberikan pengaruh baik ataupun buruk.
(Wafa)
 Upaya meminimalisasikan bullying, yaitu:
1. cermati gejala-gejala perubahan anak, dan segeralah lakukan pendekatan padanya,
2. tenanglah dalam bertindak, sambil meyakinkan anak bahwa is telah mendapat
perlindungan dari perilaku bullying mendatang,
3. laporkan kepada guru/ pihak sekolah untuk segera dilakukan penyelidikan,
4. meminta konselor ( guru BK) sekolah melakukan penyelidikan tentang apa yang telah
terjadi,
meminta pihak sekolah untuk memberikan info tentang apa yang sebenarnya telah
terjadi,
mengajarkan anak cara-cara menghadapi bullying.
(Shifani)
 Penanganan siswa korban bullying ditujukan untuk mengentaskan permasalahan yang
ada pada siswa korban bullying. Secara keseluruhan terkait denga penanganan siswa
korban bullying di Sekolah.
1. Tindakan yang diambil oleh sekolah dalam penanganan siswa korban bullying
diserahkan kepada pihak Bimbingan dan Konseling untuk dilakukan tindak lanjut.
2. Penanganan siswa korban bullying dilakukan dengan menggunakan pendekatan
bimbingan dan konseling.
Setiap sekolah sudah memiliki petunjuk pelaksanaan dalam penanganan siswa korban
bullying, semuanya berpedoman pada kebijakan yang berlaku di sekolah masing-masing.
komunikasi keluarga juga dapat membantu setidaknya mencegah perilaku bullying.
Komunikasi keluarga merupakan proses komunikasi antar anggota keluarga yang terjadi
dalam lapisan terkecil kehidupan sosial. Setiap individu akan mengawali komunikasi
dengan para anggota keluarganya. Dalam konteks keluarga, setiap individu melakukan
interaksi satu sama lainnya, kadang-kadang mengarah padaperilaku bullying. Karena itu
Keluarga, tepat nya orang tua memiliki peran aktif dalam hal ini.
(Widya Tomayahu)
 (selpia)
1.Komunikasi Intens dengan Pasangan.
2.Kenali Karakter Anak.
3.Membangun Komunikasi dengan Anak.
4. Biarkan Anak Selesaikan Masalahnya.
5.Bantu Anak di Saat yang Tepat.
6. Minta Bantuan Pihak Ketiga.
7. Temui Orangtua/Keluarga Pelaku.
8.Ajarkan Keberanian pada Anak.

BAB III

BAGAN/ SKEMA/ KONSEP SOLUSI


Dampak dari bullying tidak hanya dirasakan oleh korban bullying, akan tetapi juga
berimplikasi terhadap perlaku bullying. Dampak bullying berupa gangguan kesehatan mental.
Sementara itu, terdapat dua pembagian bullying, mengacu pada media yang dilibatkan, yakni
traditional bullying dan cyberbullying. Keduanya merupakan sebuah tindakan agresi yang
menyebabkan kerugian pada orang lain, yang biasanya dilakukan secara berulang dari waktu ke
waktu, dan terjadi di antara individu yang hubungannya dicirikan oleh ketidakseimbangan
kekuasaan (Kowalskiet al.,, 2014; Kowalski et al., 2012). Untuk tindakan prevensi dan intervensi
terhadap bullying terdapat beberapa poin, yaitu:
(1) Mengenali dan menyadari bahwa permasalahan itu ada (Kowalski & Morgan, 2017).
(2) Selanjutnya menyusun program-program intervensi untuk menanggulangi kasus yang
telah terjadi (Kowalski & Morgan, 2017)
(3) Iklim kebaikan, kasih sayang, dan empati perlu ditekankan sebagai norma (Kowalski, et
al., 2012; Simon & Olson, 2014).
(4) Orangtua perlu terlibat aktif dalam penanggulangan dan penyelesaian masalah bullying
(Simon & Olson, 2014).

Anda mungkin juga menyukai