Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK USIA PERKEMBANGAN INFANT

RASA PERCAYA VS TIDAK PERCAYA

A. PENGERTIAN

Anak usia perkembangan usia infant adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan
dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini
merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi.

Perkembangan anak usia infant merupakan proses perkembangan bayi (0–18) bulan,
ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain yang diawali dengan
kepercayaan terhadap orangtua (pengasuh), khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan
psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kesiapan peningkatan perkembangan Infant (Readiness for enhanced organized Infant).

C. KARAKTERISTIK PERILAKU
 Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang
yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.

1
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
 Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada Bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami
masalah kesehatan atau sakit

E. STRATEGI PELAKSANAAN
ORIENTASI
“Selamat pag lbu. Saya SM, mahasiswa URINDO. Nama Ibu siapa? Dan senang
dipanggil apa bu? Bagaimana kondisi bayi lbu? Siapa namanya Bu? Sekarang umurnya
berapa Bu? Sesuai dengan ketentuan boleh saya lihat gelang anak ibu? Sejak kapan anak
ibu dirawat? Waktu itu masuk RS karena apa bu? Sekarang keluhan apa yang anak ibu
rasakan?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perkembangan rasa percaya pada bayi
Ibu? Berapa lama Ibu punya waktu? Bagaimana kalau 30 menit? Di mana kita akan
bicara? Di ruangan ini saja? Baiklah.”

KERJA

“Apakah A Ibu sering rewel sebelumnya bu? Seperti menjerit-jerit saat ibu tinggalkan
atau tidak mudah berhubungan dengan orang lain bu? Oh jarang ya bu. Berarti A anak
yang pintar ya bu. “

“Menurut apakah Ibu merawat bayi itu penting? Mengapa? Betul sekali. Selain itu,
dengan merawat bayi secara baik dan benar, bayi akan merasa aman dan nyaman
sehingga memupuk rasa percaya bayl terhadap lingkungan, karena jika tidak, bayi akan
mengalami rasa tidak percaya dan akan menghambat perkembangannya bu.”

2
“Saya punya lembar balik tentang perkembangan pada bayi bu. Kita bahas samasama ya
bu.

Perkembangan utama bayi adalah dapat memupuk rasa percaya, artinya bayi harus dapat
mempercayai orang di sekitarnya, khususnya ibu karena pada usia ini bayi sangat
bergantung pada orang lain. Beberapa perilaku yang menandakan bayi mempunyai rasa
percaya adalah bayi bereaksi senang ketika ibunya datang, memperhatikan/memandang
wajah orang yang mengajak bicara dan mencari suara orang yang memanggil namanya,
bayi tidak langsung menangis saat bertemu orang asing, atau bayi akan menangis saat
basah, lapar, haus, sakit, dan gerah.

Apakah A berperilaku seperti ini bu? Kalau begitu, Ibu sudah merawatnya dengan baik.
Supaya perkembangan A lebih baik lagi, Ibu harus selalu memenuhi kebutuhannya,
seperti makan, minum, tidur, kebersihan, tidak nyeri, tidak kepanasan, merasa dicintai
dan disayangi oleh ibunya. Ibu juga harus mengajaknya berbicara dan jangan
memperhatikan hal lain saat menyusui atau merawatnya karena dapat menyebabkan A
merasa tidak diperhatikan.”

“Apakah Ibu perhatikan bagaimana perilaku A setelah makan atau disusui? Itu
menandakan ia sangat senang dan nyaman. Kalau itu berlangsung terus sampai berusia
1,5 tahun, A pasti akan mempunyai rasa percaya pada Iingkungannya. Rasa percaya ini
akan membuat A jadi mudah bergaul dengan orang lain setelah besar nanti. Sebaliknya,
kalau kebutuhan tadi tidak terpenuhi, bayi akan mudah rewel, sulit berpisah denan ibu,
dan menjerit-jerit jika berpisah dengan ibu atau sulit berhenti mengisap jempol Jika hal
itu terjadi, ibu harus membuat A percaya lagi dengan cara memenuhi semua kebutuhan
dasar bayi, menjaga agar A merasa nyaman, diperhatikan, dicintai, dan disayangi oleh
orang di sekitarnya. Menurut lbu, A termasuk yang mana? Bagus sekali, Ibu sudah dapat
membuat A percaya.”

“Mari kita coba lakukan ke anak Ibu. Coba panggil namanya. Bagus, lihat Bu, mukanya
gembira saat lbu panggil dan Ibu gendong. Coba saya gendong. ” (Sambil mengulurkan
tangan.) “Lihat Bu, dia lihat dulu muka saya dan tidak mau saya gendong. Ini normal Bu
karena dia baru pertama kali bertemu saya dan tidak boleh dipaksa. Nanti kalau sudah
kenal dan percaya pada saya, dia akan mau.”

3
TERMINASI

“Nah, Ibu. Kita sudah berbincang-bincang tentang perkembangan bayi yang normal dan
menyimpang. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu sekarang? Bermanfaat? Apakah Ibu masih
ingat bagaimana cara merawat A supaya ia berkembang lebih baik lagi?
Betul sekali. Bagus, Ibu sudah mengingat dengan baik.

Kalau begitu, Ibu dapat mencoba beberapa cara yang belum Ibu lakukan selama ini dan
pada pertemuan berikutnya ceritakan pada saya. Saya dapat ke sini lagi minggu depan.
Bagai mana kalau hari sabtu bu? Baik bu, jam barapa bagusnya bu? Dimana buk?
Baiklah, saya permisi dulu, Bu. Sampal jumpa.”

4
LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK USIA PERKEMBANGAN TODLER

KEMANDIRIAN VS RAGU-RAGU/MALU

A. PENGERTIAN
Anak usia perkembangan todler adalah tahap perkembangan anak usia 1.5 tahun dimana
pada usia ini anak akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhannya secara mandiri (otonomi).

Perkembangan psikososial pada usia kanak-kanak usia 18 bulan – 3 tahun merupakan


proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan cara
memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak
difasilitasi untuk kebutuhanya, seperti terlalu dilindungi atau dikendalikan, maka anak
anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk melakukan aktifitasnya
sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu penting bagi orangtua atau
pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan dalam menstimulasi anak untuk
mencapai tugas perkembangannya yaitu kemandirian.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler (Readiness for enhanced organized
Toddler).

C. KARAKTERISTIK PERILAKU
 Karakteristik Normal
1) Anak mengenal namanya sendiri
2) Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
3) Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
4) Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
5) Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orangtua
6) Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan

5
7) Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena
pemaparan negatif
8) Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat malu/
mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang tua dapat
memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan :
Untuk anak
1) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari - hari.
2) Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain.
Intervensi Generalis
1) Memberikan mainan sesuai perkembangan anak
2) Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri
3) Memberikan pujian pada keberhasilan anak
4) Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan
5) Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik
pada anak (memukul, menjambak, menendang dll)
6) Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga
7) Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut- nakuti,
membuat terkejut, kalimat negatif, mencela)

Tujuan:
Untuk keluarga
1) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan psikososial
2) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya (kemandirian)
3) Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan kemandirian
anak
4) Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan kemandirian

Tindakan keperawatan untuk keluarga


Informasikan pada keluarga cara yang dapat dilakukan untuk :

6
a) Memfasilitasi perkembangan psikososial anaknya.

 Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa ingin tahu anak seperti bermain
tanah, pasir, lilin, membuat mainan kertas, mencampur warna, menggunakana
cat air, melihat barang, binatang, tanaman, orang yang menarik perhatiannya
dengan tetap menjaga keamanannya.
 Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tetapi
tetap memberi batasan. Misalnya membolehkan anak memanjat dengan syarat
ada yang mendampingi/mengawasi atau mengajarkan cara agar tidak jatuh.

b) Menstimulasi /latihan perkembangannya :

 Melatih anak melompat ke depan dengan kedua kaki diangkat bersamaan.


 Mengajak anak bermain menumpuk dan menyusun balok /kubus/ kotak menjadi
“menara”, “jembatan” dan lain-lain.
 Melatih anak memilih dan mengelompokkan benda menurut jenisnya. (kancing,
kelereng, uang logam dan lain-lain)
 Melatih anak menghitung jumlah benda
 Melatih anak mencocokan gambar dengan benda sesungguhnya, bicaralah
tentang sifatnya, bentuk , warna dan sebagainya.
 Melatih anak menyebut namanya
 Melatih anak menyebut nama benda dan mengenal sifatnya.
 Melatih mencuci tangan/kaki dan mengeringkannya sendiri.
 Memberi kesempatan kepada anak, untuk memilih baju yang akan dipakai

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


SP1 – keluarga :
Menjelaskan perkembangan psikososial usia toddler yang normal dan menyimpang
dan cara menstimulasi perkembangan anak.

Orientasi
Selamat pagi Bu, saya SM mahasiswa URINDO, Bagaimana perasaan ibu
hari ini ? Nama ibu siapa ? Biasa dipanggil apa..? O.. Bu Siti, Bagaimana

7
kondisi kesehatan si kecil Bu Siti ? Siapa namanya ? O.. Satrio Bagaimana
kalau kita berbincang-bincang tentang perkembangan Satrio Bu Siti, usianya
2 tahun ya bu ? Berapa lama Bu Siti mau berbincang – bincang dengan saya ?
Bagaimana kalau 30 menit ?. Dimana kita akan bicara ? Diruangan ini saja ?
Baiklah.., kita akan berbincang-bincang kurang lebih selama 30 menit.

Kerja
Bu Siti, ini brosur / leaflet tentang perkembangan anak usia 18 bulan – 3
tahun, Mari kita lihat perkembangan yang normal dan menyimpang., saya
akan jelaskan satu persatu. Anak usia 1,5 – 3 tahun kemampuan utamanya
adalah mengatur keinginannya, tetapi tahu batasannya sehingga anak tidak
merasa dirinya tidak dihargai, artinya dia akan tahu mana yang bisa dan boleh
dilakukannya serta merasa percaya diri bahwa dia mampu mengatur
keinginannya. Jadi kalau Satrio tidak mau diatur oleh kita, itu adalah hal yang
wajar. Tugas kita adalah membantu mencapai kemampuan seperti yang
tertulis di brosur / leaflet ini.”
• Lakukan permainan yang bersifat menggali rasa ingin tahunya selama
kegiatan tersebut aman bagi anak, misalnya main pasir, main lilin.
• Memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan aktivitas yang
diinginkan anak dengan tetap memberi sedikit batasan-batasan, misalnya
diijinkan naik tangga tetapi dijelaskan agar tidak jatuh dan dijaga.
• Melarang dengan kata-kata yang bersifat positip ( tangganya licin nanti
kalau naik Satrio bisa jatuh, masih ingat..waktu kemarin hujan-hujanan
Satrio jadi batuk dan pilek.
• Memberikan pilihan perilaku yang ingin dilakukan anak : pakai baju
beritahu langkah-langkahnya dan beri pujian kalau berhasil.
“ Apakah Satrio sudah sama kemampuannya seperti yang tertulis di leaflet
itu ? ” Sebagian besar sudah ? Bagus itu, ibu tinggal membantu supaya
kemampuan lain bisa tercapai. Anak yang tidak bisa mencapai kemampuan
itu akan merasa selalu ragu-ragu atau malu sehingga dia akan bergantung
terus pada orang lain dan nanti setelah besar akan akan merasa minder ”.

8
Terminasi
“ Nah Bu Siti, kita sudah diskusi tentang perkembangan anak usia 18 bulan –
3 tahun yang normal dan menyimpang, bagaimana perasaan ibu sekarang?
Adakah manfaatnya ? ” Syukurlah kalau begitu, apakah Bu Siti masih ingat
bagaimana cara merawat Satrio supaya ia berkembang lebih baik lagi ?
Betul sekali..bagus.., ibu sudah mengingat dengan baik. Kalau begitu ibu
dapat mencoba beberapa cara yang belum ibu lakukan selama ini...dan pada
pertemuan berikutnya ceritakan pada saya.”
“ Bagaimana kalau minggu depan saya kesini lagi ? Adakah yang ingin ibu
ketahui lagi? kita bisa diskusikan minggu depan?..Kalau begitu minggu
depan kita akan mempraktekkan cara-cara yang telah kita diskusikan kepada
anak ibu..Baiklah..,Saya permisi dulu Bu..Selamat pagi.”

9
LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK USIA PERKEMBANGAN PRA SEKOLAH

INISIATIF VS RASA BERSALAH

A. PENGERTIAN

Anak usia perkembangan pra sekolah adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun
dimana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru.

B. BATASAN KARAKTERISTIK:

1) Anak suka mengkhayal dan kreatif

2) Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah

3) Anak suka bermain dengan teman sebaya

4) Anak mudah berpisah dengan orang tua

5) Anak mengerti mana yang benar dan yang salah

6) Anak belajar merangkai kata dan kalimat

7) Anak mengenal berbagai warna

8) Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana

9) Anak mengenal jenis kelaminnya

10) Belajar ketrampilan baru melalui permainan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Kesiapan peningkatan perkembangan Pre School (Readiness for enhanced organized
Preschool).

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN


 Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan ketrampilan berbahasa
4) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial

10
5) Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

E. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak

b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang

c. Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)

d. Ajarkan kebersihan diri

2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

a. Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak

b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,


papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola dll)

c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar


menggambar, menulis, mewarna, menyusun balok dll)

d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain di rumah

3. Mengembangkan ketrampilan bahasa

a. Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak

b. Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita

c. Sering mengajak komunikasi

d. Ajari anak belajar membaca

e. Belajar bernyanyi

4. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial

a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak

b. Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya

c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan

11
d. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

5. Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin

a. Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin

b. Ajari mengenal bagian-bagian tubuh

c. Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis kelamin
anak lain

d. Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin

6. Mengembangkan kecerdasan

a. Kaji perkembangan kecerdasan anak

b. Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas, bercerita

c. Bimbing anak belajar ketrampilan baru

d. Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan pekerjaan rumah


sederhana

e. Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka

f. Latih membaca, menggambar dan berhitung

7. Mengembangkan nilai moral

a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak

b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif

c. Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak

d. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak

e. Latih kedisplinan

8. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan


perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
d. Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke fasilitas kesehatan
(posyandu, puskesmas dll)
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang

12
f. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
pra sekolah
g. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia pra sekolah

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

SP : Menjelaskan perkembangan psikososial anak prasekolah yang normal dan


menyimpang serta cara menstimulasinya

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik :
“ Assalamu’alaikum, Selamat sore Bu. Perkenalkan saya SM Bu, mahasiswa praktik
profesi peminatan jiwa fakultas keperawatan URINDO. Nama Ibu siapa?
Senang dipanggil apa?
b. Evaluasi Validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini, apakah sehat?
c. Kontrak
Topik : “Baiklah bu, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara merawat
anak Bapak/Ibu yang berusia 3-6 tahun”
Waktu : “ kita akan berbincang-bincang kurang lebih 30 menit ya bu”
Tempat : “ Dimana ibu ingin kita berbincang-bincang bu? Di ruang tamu?
Baiklah bu”
Tujuan : “tujuan kita berbincang- bincang hari ini yaitu agar ibu mengetahui
perkembangan perilaku anak yang normal dan menyimpang serta cara
menstimulasinya “
2. Fase Kerja
“ Bu, ini leaflet tentang perkembangan anak di usia prasekolah. Mari kita pelajari
bersama mengenai ciri perkembangan anak prasekolah yang normal seperti apa dan
yang menyimang seperti apa, kemudian apa dampaknya dan bagaimana cara
menstimulasi perkembangan anak. Baiklah bu, saya akan jelaskan satu per satu.
Kemampuan utama anak di usia 3-6 tahun secara normal adalah berinisiatif
menggunakan situasi di rumah untuk bermain (menyusun kursi jadi kereta api,
mengumpulkan batuan, dll), mengerjakan pekerjaan sederhana: buang sampah,
lipatan-lipat pakaian, meletakkan sepatu pada tempatnya, senang bermain dengan

13
teman sebaya, cerita berkhayal, mudah pisah dengan orangtua, banyak bertanya dan
mengkuti ritual keagamaan dalam keluarga.
Apakah An. L sudah sama kemapuannya sepeti yang kita pelajari ini Bu? Sebagian
besar sudah? Waah, bagus ya Bu. Untuk itu Ibu tinggal menstimulasinya supaya
kemampuan lain dapat tercapai. Anak yang tidak dapat mencapai kemampuan tersebut
maka ia akan tidak percaya diri, malu untuk tampil di depan umum, pesimis, tidak
memiliki cita-cita, takut salah melakukan sesuatu dan malas melakukan kegiatan serta
tidak mempunyai inisiatif”. Ditakutkan, anak dengan perkembangan yang
menyimpang seperti itu pada saat dewasa akan mengalami rendah diri dan tidak dapat
bergaul”.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Evaluasi subjektif :


bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi ?
Ealuasi Objektif :
Coba Bapak/ Ibu sebutkan lagi apa saja perkembangan normal pada anak usia 3-6
tahun, perkembangan yang menyimpang lalu apa saja dampak penyimpangannya?
Nah, apa saja yang bisa kita ajarkan bu?
b. Rencana tindak lanjut
Selanjutnya besok saya akan kembali mengunjungi Bapak/Ibu dan An. L untuk
menjelaskan perkembangan moral anak usia 2-6 tahun dan cara mestimulasinya.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik bu, untuk pertemuan besok kita akan membahas perkembangan
moral anak usia 3-6 tahun dan cara menstimulasinya”
Waktu : “ jam berapa besok ibu ada waktu? Bagaimana kalau siang jam 2 bu?

14
LAPORAN PENDAHULUAN

USIA PERKEMBANGAN SEKOLAH

INDUSTRI VS INFERIORITY

A. PENGERTIAN
Anak usia perkembangan sekolah adalah tahap perkembangan anak usia 7-12 tahun
dimana pada usia ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat
ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar,
kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan
melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak
melakukan hal yang baik/tidak.

B. BATASAN KARAKTERISTIK:

1) Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah

2) Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama

3) Terlibat dalam kegiatan kelompok

4) Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya

5) Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat


tidur,menyapu dll

6) Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar

7) Memliliki teman akrab untuk bermain

8) Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Kesiapan peningkatan perkembangan Usia Sekolah (Readiness for enhanced organized
School Age).

15
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN
 Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4) Mengembangkan kecerdasan
5) Mengembangkan nilai-nilai moral
6) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

E. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak

b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang

c. kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)

d. Ajarkan kebersihan diri

2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak

b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,


papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)

c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar


menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti vas,
kotak pensil, lampion dsb)

d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain

3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial

a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak

b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman
kelompoknya

c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan

d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih

16
e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

4. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas
e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak,
membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung
h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak

5. Mengembangkan nilai-nilai moral

a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak

b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif

c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan

d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita

e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak

f. Latih kedisplinan

6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan


perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
sekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

17
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik :
Selamat sore adik-adik...Wah hari ini semangat ya semuanya.
2. Evaluasi / validasi : bagaimana perasaan adik hari ini? buku kerja yang kakak kasih ada
dibawa?
3. Kontrak :(Topik, Waktu dan Tempat)
Sesuai dengan janji kita hari kamis kemaren, sekarang kita akan melanjutkan kegiatan
kita yaitu TKT sesi 2 yaitu melatih gerakan motorik kasar dan motorik halus. Kemaren
kita sudah janji waktunya 30 menit dan tempatnya disini, apakah adik2 setuju?

KERJA :
“Baiklah adik-adik coba bukak buku kerjanya halaman 8....sekarang coba adik-adik baca
dulu sebentar....sekarang bukak halaman 10, siapa yang bisa mengulangi lagi kegiatan
apa yang bisa adik-adik lakukan, tapi gak boleh lagi liat kebelakang...hayoooo siapa
yang bisa?bagus sekali adik....sekarang kegiatan yang adik-adik sebutkan tadi adik tulis
dalam buku kerjanya. Dari kegiatan yang adik-adik sebutkan tadi, kakak mau tanya
gerakan apa saja yang pernah adik-adik lakukan? Sekarang tulis dalam buku
kerjanya...bagus sekali....sekarang kita latihan berbaris dengan menggambar ya....nanti
kegiatan-kegiatan yang pernah adik lalukan ini adek latih lagi di rumah..lalu tulis dalam
buku kerjanya....kamis depan kakak liat lagi bukunya.”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan (Subyektif dan Obyektif).
Bagaimana perasaan adik-adik setelah kita latihan tadi?
2. Tindak lanjut
Nah...nanti kegiatan yang sudah kita latih tadi adik-adik latih lagi di rumah ya....
3. Kontrak
“Hari ini sampai disini dulu pertemuan kita, kamis depan kita akan lanjutkan dengan
TKT sesi 3 yaitu latihan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan bahasanya.
Seperti biasa kita akan melakukan di mushalla ini pukul 4 ya...kakak permisi ya.”

18
LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK USIA PERKEMBANGAN ADOLESCENE

IDENTITY VS ROLE DIFFUSION

A. PENGERTIAN

Anak usia perkembangan adolescene adalah tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn
dimana pada saat ini remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi “peran, tujuan
pribadi, keunikan dan ciri khas diri”. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan
mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga
akan terjadi “gangguan konsep diri”.

B. KARAKTERISTIK PERILAKU

1. Karakteristik Normal

a. Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri

b. Bergaul dengan teman

c. Memiliki teman curhat

d. Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri)

e. Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung pada orang
tua

f. Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan

g. Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila

h. Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang berlebihan
dan negatif

i. Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik pada teman

j. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup

19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Kesiapan peningkatan perkembangan Remaja (Readiness for enhanced organized
adolescene).

D. RENCANA TINDAKAN
 Perkembangan Normal
Intervensi generalis :

1) Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat.

2) Tidak membatasi atau terlalu mengekang remaja melainkan membimbingnya.

3) Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan


kepribadian diri.

4) Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-


cita remaja.

5) Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan


apapun.

Intervensi spesialis

1) Terapi kelompok terapeutik : remaja.

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Orientasi
“Assalamualikum, bagaimana perasaan ibu Y pagi ini, lagi santai ya bu, oh ya kemarin
kita sudah ketemu ya bu.”
”Kemarin kita sudah berkenalan kan, saya SM dari URINDO, saya berada di sini ya hari
ini (Rabu) dan Kamis minggu ini dan Rabu serta Kamis depan, dari jam 09.00 sampai jam
11.30.
“Bagaimana bu kalau pagi ini kita bercakap-cakap ..., kira-kira mau berapa lama ya bu
cakap-cakapnya…?”
“Apa ibu mempunyai anak yang masih sekolah di SMP atau SMA?”

20
“Kalau begitu, kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak ibu
setelah pulang dari sekolah, supaya saya dapat melakukan penyuluhan tentang kesehatan
mental pada anak remaja seusia anak ibu saat ini.”
Ibu mau berapa lama bercakap-cakapnya, bagaimana kalau 45 menit. Mau dimana
tempatnya biar santai bu, bagaimana kalau di ruangan ini saja bu?”

Kerja
“ Tadi juga kita sudah sepakat kalau percakapan kita selama 45 menit.”
“Pagi ini kita kan mau bercakap-cakap tentang kegiatan yang biasanya dikerjakan oleh
anak ibu setelah pulang dari sekolah.”
“Nah, sekarang ibu bisa bercerita ke saya, silahkan bu.”
“Atau ibu mempunyai keluhan tentang perilaku atau tingkah laku anak ibu saat ini.”
“Misalnya anak ibu senang jalan-jalan dan punya teman-teman geng atau ada tingkah
laku anak ibu yang dianggap kurang sopan?”
“Menurut ibu, kira-kira anak remaja yang sehat mental itu gimana ya bu?”
“Anak remaja yang sehat mental itu bu, tentunya memiliki kebiasaan yang juga sehat,
salah satunya bebas dari pengaruh narkoba atau minuman keras.”
Mempertahankan kontak mata, menunjukkan sikap empati, memperhatikan anggota
keluarga serta responnya secara verbal dan non verbal, agak mencondongkan badan ke
depan, sikap terbuka, menunjukkan kejujuran antara verbal dan non verbal.

Terminasi
Evalusi Respon Klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana bu, setelah kita ngobrol apa ibu merasa masih ada yang ibu khawatirkan
dengan anak ibu.”
“Pagi ini ibu sudah bisa menyebutkan ciri-ciri anak remaja yang sehat mental dan
mengungkapkan permasalahannya kepada saya.”
“Bagus bu, nanti ibu bisa membantu anak ibu untuk dapat menghindari hal-hal yang tidak
sehat bagi perilaku anak remaja. ”
“Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau nanti, ibu mengingat apa yang sudah saya
sampaikan kepada ibu tadi, dan coba nanti sampaikan juga dengan anak ibu.”

Kontrak yang akan datang

21
“Nah, bu, nda’ terasa kita ngobrol sudah 45 menit lho.” Apa masih ada yang mau
disampaikan.”Baiklah kalau tidak ada, saya permisi dulu ya bu.” Besok kita ketemu lagi
jam 09.00 untuk melanjutkan percakapan mengenai cara-cara yang bisa dilakukan orang
tua bila terjadi suatu masalah pada anak remaja.”

22
LAPORAN PENDAHULUAN

USIA PERKEMBANGAN DEWASA MUDA

A. PENGERTIAN
Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa muda adalah tahap perkembangan pada usia
18-40 tahun. Perkembangan psikososial pada dewasa muda adalah keintiman atau
keakraban dengan orang lain, terutama lawan jenis yang memperlihatkan kasiah saying
dan cinta. Pada tahap ini individu mencoba untuk mandiri, mempunyai pekerjaan
membangun keluarga, dan mencukupi kebutuhan dirinya. Interaksi yang dilakukan
mengarah pada berkerja, perkawinan, dan memppunyai kleuarga serta menjadi bagian
dari masyarakat (Keliat, dkk. 2015). Jika perkembangan tidak tercapai maka dapat terjadi
isolasi.

B. TANDA DAN GEJALA


Subjektif:
1. Melakukan hal-hal positif
2. Menolong orang lain
3. Berinteraksi dengan orang lain terutama lawan jenis
4. Memiliki motovasi yang tinggi

Objektif:

1. Memiliki pekerjaan dan keluarga


2. Mengembangkan bakat
3. Mempunyai keluarga
4. Bersosialisasi dalam masyarakat
5. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat
6. Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif

C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Kognitif, dewasa muda mampu:
a. Mengetahui perkembangan dewasa muda

23
b. Mempunyai pengetahuan untuk berkerja
c. Memahmi pentingnya kelompok social
2. Psikomotor, dewasa muda mampu:
a. Mempunyai perkerjaan
b. Mempunyai hubungan intim dengan lawan jenis
c. Aktif dalam kegiatan masyarakat
3. Afektif, dewasa muda mampu:
a. Mengendalikan emosi
b. Memiliki rasa kepercayaan diri
c. Memiliki jiwa penolong
d. Mencintai keluarga dan perkerjaan
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan pada dewasa muda
Tindakan keperawatan Ners:
a. Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal.
- Menetapkan tujuan hidup
- Menetapkan karier dan pekerjaan
- Mempunyai pekerjaan
- Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
- Memilih calon pasangan hidup
- Berperan serta atau melibatkan diri dalam kegiatan dimasyarakat
c. Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya melalui
pelayanan Kesehatan.
2. Tindakan pada keluarga
Tindakan keperawatan Ners pada keluarga diberikan kepada teman, pasangan, dan
anggota keluarga dari dewasa muda, kegiatannya yaitu:
a. Jelaskan perkembangan yang harus dicapai dewasa muda.
b. Diskusikan cara memfasilitasi usia dewasa muda untuk berkerja dan mendapat
pasangan hidup:
- Memberi pendapat dan ide tentang perkerjaan
- Memberi motivasi dan dukungan untuk berkerja
- Memberi pendapat dan ide tentang pasangan hidup dan keluarga
- Memberi motivasi dan dukungan untuk berkeluarga
24
c. Diskusikan dan motivasi peran serta dalam masyarakat.
d. Memberi dukungan dan pujian atas keberhasilan dalam berkerja dan kehidupan
keluarga.
3. Tindakan pada kelompok
a. Tindakan keperawatan Ners: edukasi kelompok dewasa muda ditempat kerja
sebagai bagian dari Kesehatan jiwa di tempat kerja.
b. Tindakan keperawatan spesialis: terapi kelompok terapeutik dewasa muda.
- Sesi 1: stimulasi perkembangan aspek biologis dan psikoseksual.
- Sesi 2: stimulasi perkembangan aspek kognitif.
- Sesi 3: stimulasi perkembangan aspek emosional.
- Sesi 4: stimulasi perkembangan aspek social.
- Sesi 5: stimulasi perkembangan aspek spiritual.
- Sesi 6: monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat latihan.

Penelitian terkait terapi kelompok terapeutik dewasa yang dilakukan oleh Agustine,
Keliat, dan Daulima (2012) menunjukkan bahwa terapi kelompok terapeutik dewasa
meningkatkan perkembangan intimasi pada dewasa muda di kabupaten Subang.

Strategi Pelaksanaan tindakan perawatan


1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik:

P: “Selamat sore ibu, saya SM. Saya mahasiswa keperawatan Urindo yang sedang
praktik di RT 02 sini. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?”

Evaluasi keluhan utama/ data

P: “Bagaimana perasaan Mbak Y hari ini?”

Validasi

P: “Apakah selama ini ada kendala dalam menjalani peran Mbak Y sebagai seorang
wanita yang sudah memasuki usia dewasa muda?”

Kontrak

25
P: “Baiklah Mbak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar tentang tahap
perkembangan pada usia dewasa muda?”

P: “Bagaimana kalau kita berbincang – bincang disini saja sekitar 30 – 40 menit


menit? Apakah Mbak Y setuju?

Fase Kerja :

Faktor predisposisi Biologi :

P: “Mbak masih ingat, Mbak lahir dimana? Bagaimana kondisi saat lahir? Apakah
Mbak lahir secara normal?

P: “Apakah Mbak mendapat imunisasi lengkap?

P: Apakah dari kecil sampai sekarang Mbak Y pernah cidera/jatuh?

P: Apakah Mbak Y memiliki sakit fisik? P: Apakah Mbak Y pernah menggunakan


obat-obatan terlarang atau minum minuman beralkohol?

P: Apakah di dalam keluarga Mbak Y ada yang pernah mengalami penyakit berat
ataupun gangguan jiwa? (sambil membuat genogram, ttv dan ukur TB dan BB)

P:”Dari apa yang Mbak Y sampaikan, saya dapat menarik kesimpulan bahwa: Mbak Y
lahir di RS secara normal, mendapat imunisasi lengkap, sejak kecil tidak ada riwayat
jatuh atau trauma, tidak ada riwayat menggunakan alkohol ataupun ketergantungan
terhadap obat-obatan, dan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit berat
ataupun gangguan jiwa.

Sosial :

P: “Apa kegiatan/ aktivitas Mbak Y sehari-hari?”

P: “Kuliah sambil kerja ya. Apakah Mbak Y bisa membagi waktu antara kuliah dan
pekerjaan Mbak dengan baik?” “Kadang keteteran masalah beban kerja dan kuliah ya.
Adakah kegiatan lain selain kuliah dan kerja? P: “Apakah Mbak Y mempunyai banyak
teman atau sahabat? “Punya banyak teman dan 2 orang sahabat. Bagaimana hubungan
Mbak Y dengan mereka selama ini?”

P: “Bagaimana dengan teman dekat/pacar, apakah saat ini Mbak sudah memiliki teman
dekat?” “Saat ini Mbak belum punya pacar, Mbak takut gagal lagi seperti yang
sebelumnya”
26
P: “Apakah dalam keluarga ada aturan-aturan yang mengatur atau membatasi dengan
siapa Mbak bergaul?”

P: “ Bagaimana dengan pola komunikasi di dalam keluarga Mbak Y”

P: “Apakah ada semacam labeling atau diskriminasi dari lingkungan sekitar terkait
dengan status Mbak Y yang sampai saat ini belum menikah seperti wanita seusia Mbak
Y pada umumnya?

P: “Apakah Mbak Y aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di


lingkungan tempat tinggal Mbak?

P: “Baiklah Mbak Y, jadi kegiatan sehari-hari Mbak Y adalah kerja sambil kuliah,
terkadang Mbak sulit membagi waktu kerja dan kuliah, Mbak memiliki 2 orang
sahabat dan saat ini belum punya pacar, pernah gagal mempertahankan hubungan
dengan pacar, dalam keluarga tidak ada batasan atau larangan untuk bergaul dengan
siapa saja, pola komunikasi dalam keluarga baik, tidak ada labeling atau diskriminasi
dari lingkungan sekitar terkait dengan status Mbak Y yang sampai saat ini belum
menikah dan Mbak tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.

Psikologis :

P: “Apakah Mbak Y memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan? coba Mbak


ceritakan kepada saya?” P: “Mbak pernah gagal dalam membina hubungan dengan
pacar. Kapan kajadian itu terjadi? Menurut Mbak Y apa penyebabnya?” “Kira-kira 3
bulan yang lalu. Mbak sulit membagi waktu dan kurang memberi perhatian pada pacar
Mbak”. Apakah terasa sulit bagi Mbak untuk melupakan kejadian tersebut?” P: “Bila
punya masalah, apakah Mbak Y terbiasa menceritakan masalah tersebut kepada orang
lain yang Mbak percaya?”

P: “Apakah pendapat Mbak terkait hidup mandiri?” “Perlukah Mbak Y


mengantungkan hidup Mbak pada orang lain” P: “Apa tujuan hidup Mbak Y
sebenarnya?”

P: “Apakah Mbak Y puas atau menyukai diri Mbak apa adanya?”

P: “Jadi dari apa yang Mbak Y sampaikan, saya dapat simpulkan bahwa saat ini Mbak
Y belum punya pacar dan selalu di hantui oleh kegagalan sebelumnya. Bila punya
masalah Mbak tidak pernah menceritakan kepada orang lain, Mbak sudah bisa hidup

27
mandiri tetapi tetap merasa membutuhkan orang lain, Mbak ingin membantu kelurga
dan orang-orang di sekitar Mbak dan Mbak menyukai diri Mbak apa adanya”.

Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang didapatkan adalah (sudah ditanyakan ketika
mengkaji faktor predisposisi):

 Sulit membagi waktu antara kuliah dan bekerja

 3 bulan yang lalu ditinggal oleh pacarnya.

Penilaian terhadap Stressor

P: “Menurut Mbak Y saat ini Mbak takut untuk mempunyai pacar lagi karena takut
gagal seperti pengalaman Mbak sebelumnya, apa yang Mbak pikirkan terkait dengan
hal tersebut?

P: “Bagaimana perasaan Mbak bila mengingat hal tersebut?

P: “Apakah hal tersebut mempengaruhi kondisi fisik ibu? Tidurnya bagaimana?


Adakah perubahan nafsu makan ibu? Merasa pusing? Leher tegang?

P: “Apa yang Mbak Y lakukan dengan kondisi tersebut?

P: “Apakah masalah ini mempengaruhi pergaulan, kegiatan kuliah atau pekerjaan


Mbak Y? P: “Mbak jadi kurang bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
sering tidak konsentrasi dalam kuliah maupun dalam pekerjaan.”

P: “Untuk usia dewasa muda seperti Mbak Y saat ini, ada beberapa tugas
perkembangan yang seharusnya sudah Mbak Y lakukan yaitu antara lain: menetapkan
tujuan hidup, berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis, berperan
serta/melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat, memilih calon pasangan hidup,
dan mempunyai pekerjaan. Jadi yang Mbak Y alami saat ini yaitu takut untuk
membangun suatu hubungan yang intim dengan lawan jenis karena trauma kegagalan
di masa lalu. Sumber Koping Personal Ability

P : “Baik, Mbak Y saya ingin tanya dulu, dari masalah-masalah yang tadi kita
sebutkan, apa yang Mbak Y sudah lakukan untuk mengatasinya?”

Social Support

P : “Siapa orang yang paling dekat dengan Mbak Y?”

28
P : “Baik, ibunya dan 2 sahabat Mbak Y ya? Apa yang ibu atau sahabatsahabat Mbak
sudah lakukan terkait dengan masalah Mbak sekarang?”

P : “Baik, belum pernah ya, kalau begitu nanti saya juga akan bertemu dan ngobrol-
ngobrol sama keluarga ya.

P : “Kalau kader kesehatan? Apakah di tempat tinggal Mbak ini ada kader kesehatan
yang biasanya memberikan penyuluhan kesehatan atau kegiatan lainnya dari
puskesmas?” (Observasi pula data-data objektif yang muncul saat wawancara).

Material Asset

P : “Apakah ada puskesmas di sekitar tempat tinggal Mbak Y?”

P: “Apakah Mbak Y punya asuransi kesehatan?”

P : Oo, ada puskesmas yang dekat dengan rumah dan ibu pernah berobat kesana bila
sakit. Positive Belief P : Apakah Mbak percaya pada diri Mbak bahwa Mbak bisa
mengatasi masalah yang Mbak alami sekarang? P : Apakah Mbak Y percaya kalau SM
bisa membantu Mbak Y untuk mengatasi masalah Mbak Y saat ini?

KERJA “Saya membawa leaflet tentang perkembangan dewasa muda. Kita bahas sama
– sama tentang ciri perkembangan yang normal dan menyimpang. baiklah, saya akan
jelaskan cirinya. Perkembangan dewasa muda yang normal adalah menjalin interaksi
yang akrab, mempunyai pacar atau sahabat, sudah bekerja, mempunyai komitmen
untuk bekerja dan berinteraksi, konsep diri yang jelas dan realistis. ciri lainnya adalah
mengetahui tujuan hidup dan menganggap kehidupannya sosialnya bermakna. Mari
kita diskusikan.

menurut Y apakah kemampuan Y sudah sesuai dengan yang tertulis di leflet.sudah,


sebagian ya?yang belum apa? oh, mempunyai teman dekat?menurut saya sudah bagus
lho. sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Apa yang membuat Y belum mempunyai
sahabat atau teman dekat?malas? Apa yang membuat F takut berinteraksi?

menurut Y, apa yang menarik dari Y? apa kelebihan/aspek positif yang dimiliki?
menurut Y apa kekurangan yang dimiliki? ya, betul. Setiap orang punya kekurangan
dan kelebihan. Jadi tidak ada yang sempurna dan tidak setiap orang mempunyai
perilaku seperti teman Y yang dulu itu. Ya kan supaya mudah, bergaul saja dengan

29
teman sekitar dulu, di rumah, di tempat kerja. Setelah itu, baru bergaul dengan orang
banyak lainnya. Apakah Y mau mencoba?baiklah kalau begitu. Y coba dulu ya.”

TERMINASI

Evaluasi Respon

P: “Bagaimana perasaan Mbak Y setelah kita berbincang-bincang?’

Rencana Tindak Lanjut

P: “Baiklah nanti setelah ini, Mbak Y tolong ingat-ingat lagi mungkin masih ada
masalah lain lagi yang belum sempat Mbak Y cerikan kepada saya.

Kontrak yang Akan Datang

P: “Bagaimana jika kita berbincang-bincang lagi besok tentang masalah yang Mbak Y
alami dan bagaimana cara untuk mengatasinya?

P: “Kira-kira jam berapa kita bisa ketemu? Di sini saja ya?

P: “Baik….sampai di sini dulu pertemuan kita saat ini, sampai ketemu besok ya Mbak,
Selamat sore…..”

30
LAPORAN PENDAHULUAN
USIA PERKEMBANGAN DEWASA TUA
GENERATIVITY Vs SELF-ABSORPTION AND STAGNATION

A. PENGERTIAN
Usia perkembangan dewasa adalah tahap perkembangan manusia usia 40-65 tahun
dimana pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu
harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan
ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan.
B. KARAKTERISTIK PERILAKU
 Karakteristik Normal
1) Menilai pencapaian hidup
2) Merasa nyaman dengan pasangan hidup
3) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
4) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan
bijaksana
5) Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
6) Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat
7) Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain,
mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
8) Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan orang lain.
9) Mengembangkan minat dan hobi.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Kesiapan peningkatan perkembangan Dewasa (Readiness for enhanced organized Adult)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Generalis :
1) Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan perkembangan yang
menyimpang
2) Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga

31
3) Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati kebersamaan dengan
keluarga
4) Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan
5) Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara positif
Intervensi Spesialis : terapi stimulasi perkembangan psikososial usia 40-65 tahun.

32
LAPORAN PENDAHULUAN
USIA PERKEMBANGAN LANSIA
(INTEGRITAS VS PUTUS ASA)

A. PENGERTIAN
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia
yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna.

B. KARAKTERISTIK PERILAKU
1) Mempunyai harga diri tinggi
2) Menilai kehidupannya berarti
3) Menerima nilai dan keunikan orang lain
4) Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
5) Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn
6) Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
7) Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
8) Berpartisipasi dalam kegiaan ocial dan kelompok masyarakat
9) Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia (Readiness for enhanced organized
Elderly).
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan
1) Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan sosial
dan keagamaan di lingkungannya.
2) Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal dan
merasa hidupnya bermakna.
3) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal.

33
Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia
1) Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang (lihat tabel
sebelumnya)
2) Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri
yang utuh :
a) Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
b) Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, terutama
keberhasilannya)
c) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
d) Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya
e) Melakukan kegiatan kelompok
3) Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri yang
utuh
4) Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya

Keluarga
Tujuan
1) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
2) Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
3) Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
4) Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial
lansia
Tindakan Keperawatan
1) Menjelaskan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang pada keluarga
2) Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan keluarga
a) Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini
b) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
c) Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit,
dll) di lingkungannya
d) Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan
e) Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali masa
lalunya terutama keberhasilannya)

34
3) Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia
4) Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia

Strategi Komunikasi

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik :
P : Selamat Pagi nek kenalkan nama saya SM, saya mahasiswa keperawatan Urindo ,
nah nek kan selama 1 minggu ini saya bertugas di komplek ini nek, nenek namanya
siapa?
K : Sarini
P : Berapa usianya nek? K : 82 tahun
2. Evaluasi / validasi :
P : Bagaimana perasaan nenek hari ini?
K : Alhamdulillah baik
3. Kontrak :(Topik, Waktu dan Tempat)
P : Bagaimana kalau saya periksa nenek sebentar sekaligus berbincangbincang
tentang perkembangan pada lansia ?
K : Ya ga apa-apa
P : Nek kita akan berbincang-bincang sekitar 20-30 menit, bersedia nek?
K : Ya bersedia
P : Di sini saja ya nek?
K : Ya boleh
KERJA :

(Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)

P : Nek saya ingin nenek menceritakan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan yang
dirasakan sekarang dibanding yang lalu?

K : Ya dulu saya waktu masih muda itu istilahnya masih produktif ya, masih bisa bekerja
yang berat-berat, masih bisa berpergian jauh, sekarang sudah susah, terbatas

P : Nah nek kalau begitu saya akan menjelaskan tentang perkembangan pada lansia itu
sendiri bagaimana ya nek. Tugas utama yang harus dicapai nenek adalah mencapai

35
keutuhan pribadi. Apabila nenek belum mencapai hal tersebut kemungkinan akan
mengalami perasaan tidak berdaya dan murung. Menurut nenek apakah merasa
kehidupannya selama ini berarti , dapat menerima nilai dan keunikan orang lain,
menerima datangnya kematian, selama ini mempunyai arti dan berharga bagi orang
lainkah ?

K : Belum seluruhnya nak

P : Oo, Belum seluruhnya ya ... Kalau begitu nenek masih bisa berperilaku seperti itu
dengan cara mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian, dan melakukan kegiatan
berkelompok seperti senam lansia dan menceritakan kembali keberhasilan ibu pada masa
lalu.

K : Bisa saya sering pergi pengajian, Cuma senam lansia saya agak jarang ngikutinnya.

P : Nah nek,, tindakan ini dapat dibantu oleh seluruh anggota keluarga terutama yang
sudah dewasa nek, seperti anaknya nebek atau cucu nenek.

TERMINASI

P : Baiklah kita sudah bicarakan tentang perkembangan nek,bagaimana perasaan nenek


setelah bincang – bincang sama saya?

K : Ya saya senang anak kesini dan kita bisa cerita-cerita

P : Alhamdulillah, kalau nenek bisa terima kedatangan saya, apakah nenek sudah
mengerti ? masih ada hal-hal yang ingin ditanyakan nek?

K : Tidak, cukup nak, saya mengerti

P : Nah nek, saya akan datang lagi minggu depan untuk berbincangbincang dengan ibu
untuk membicarakan cara lain yang dilakukan keluarga dalam merawat ibu.

K : Baik nak

P : Nek saya permisi dulu ya, selamat pagi

K : Pagi nak.

36
LAPORAN PENDAHULUAN
DIAGNOSIS JIWA RISIKO/PSIKOSOSIAL

1. Ansietas
Ansietas adalah perasaan was-was,khawatir,takut yang tidak jelas atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman
atau khawatir yang samar disertai respon otonom(sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui individu). Perasaan takut tan di sebabkan oleh antisipasi terhadp bahaya.
hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memeringatkan individu akan bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (NANDA,2018).
Penyebab:
1) Perubahan status Kesehatan
2) Hospitalisasi
3) Ancaman terhadap kematian
4) Bencana

Tanda dan gejala:


Mayor
Subjektif :
1) Mengeluh sakit kepala
2) Mengeluh tidak nafsu makan
3) Merasa lemas dan khawatir

Objektif :
1) Gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur dan tidak lelap
4) Gangguan pencernaan

Minor
Subjektif :
1) Mengeluh takut
2) Mengeluh cepat Lelah
3) Merasa tidak berdaya

Objektif :
1) Gemetar
2) Menangis

37
3) Aktivitas sehari-hari terbengkalai
4) Sulit konsentrasi

Kondisi klinis terkait


1) Penyakit fisik : diabetes melitus , stroke , hipertensi , kanker
2) Penyakit kronis progresif : kanker
3) Penyakit akut
4) Postpartum
5) Rencana operasi

Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif , klien mampu:
a. Mengenal pengertian, penyebab , tanda gejala, akibat , dan proses terjadinya
ansiestas.
b. Mengetahui cara mengatasi ansietas.
2. Psikomotor , klien mampu mengatasi ansietas dengan:
a. Melakukan Latihan relaksasi Tarik napas dalam
b. Melakukan Latihan distraksi
c. Melakukan hipnotis lima jari
d. Melakukan kegiatan spiritual
3. Afektif, klien mampu:
a. Merasakan manfaat dari Latihan yang dilakukan
b. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah Latihan

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners
1. Kaji tanda dan gejala anietas dan kemampuan klien dalam mengurangi ansietas
2. Jelaskan proses terjadinya ansietas
3. Latih cara mengatasi ansietas.
a. Tarik napas dalam
b. Ditraksi beracakap cakap hal positif, dll
c. Hipnotis lima jari yang focus pada hal positif
1) Jempol dan telunjuk disatukaj, dan bayangkan saat badan sehat.
2) Jempol dan jari tengah disatukan , dan bayangkan orang yang peduli dan
sayang pada saudara.
3) Jempol dan jari manis disatukan, dan bayangkan saat saudara mendapat pujian
dan prestasi.
4) Jempol dan kelingking disatukan, dan bayangkan tempat yang paling saudara
sukai .
d. Kegiatan spiritual
4. Bantu klien untuk melakukan Latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.
Tindakan keperawatan spesialis:

38
1. Penghentian pikiran ( tought stopping )
a. Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman yamg tidak menyenangkan dan menimbulkan
pikiran yang mengganggu serta menghentikan satu pikiran yang paling
mengganggu dg hitungan teratur
b. Sesi 2 : menghentikan pikiran yang mengganggu pertama dengan menggunakan
hitungan bervariasi
c. Sesi 3 : evaluasi manfaat menghentikan pikiran yang mengganggu .
2. Latihan relaksasi otot progresif ( progressive muscle relaxation )
a. Sesi 1 : identifikasi ketegangan otot dan Latihan mengencangkan dan
mengendorkan otot
b. Sesi 2 : evaluasi manfaat mengencangkan dan mengendurkan otot .
3. Logo terapi : medical ministry
a. Sesi 1 : identifikasi masalah yag dihadapi : perubahan yang terjadi dan maalah
yang dialami
b. Sesi 2 : identifikasi respon thd masalah psikososial dan cara mengatasinya,
tambahnkan respon bio dan social.
c. Sesi 3 : logo terapi dengan tekhnik medicl ministry.
d. Sesi 4 : evaluasi .
4. Terapi penerimaan komitmen (accepment commitment therapy)
a. Sesi 1 : mengidentifikasi pengalaman / kejadian yang tidak menyenangkan.
b. Sesi 2 : mengenali keadan saat ini dan menemukan nilai-nilai tyerkait pengalaman
yang tidak menyenagkan.
c. Sesi 3 : berlatih menerima pengalaman / kejadian tidak menyenangkan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien.
d. Sesi 4 : berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien untuk mencegah
kekambuhan.
Hasil penelitian pelaksanaa thought stopping (TS) thd ansietas yang dialami klien
penyakit fisik, terjadi penurunan tanda dan gejala secara bermakna (Butet, Keliat &
Nasution 2009). Pelaksanaan TS juga menurunkan ansietas keluarga dengan anak usia
sekolah yang mejalani kemoterapi (Nasution, Hamid & Daulima , 2011). Penelitian
pemberian TS kepada keluarga klien stroke menurunkan ansietas keluarga (Nuraini,
Keliat & Nasution 2009). Hasil penelitian logo terapi kelompok menurunkan ansietas
penduduk pasca gemp (Sutejo, Keliat & Hastono 2009). Demikian padalogo terapi
menurunkan ansietas napi perempuan di Lembaga permasyarakatan (Wijayanti , Hamid
& Nuraini 2010).
Gabungan TS dan progressive wuscles relaxation (PMR) menurunkan tanda dan gejala
fisik serta kognitif klien penyakit fisik (Suprianti, Keliat & Susanti 2010). Demikian pula
gabungan PMR dan logo terapi menurunkan ansietas dan depresi pada klien kanker
(TObing, Keliat & Wardani 2014). Gabungan PMR dan cognitive behavior therapy
(CBT) juga menurunkan ansietas pasien hipertensi (Wetik , Keliat & Wardani 2015).
Gabungan TS dan terapi supportif juga menurunkan ansietas ibu postpartum (Laela ,
Keliat & Mustikasari 2016).
Penelitian lain , yaitu pemberian terapi penerimaan komitmen terbukti menurunkan
ansietas klien stroke (Fernandes , Hamid & Mustikasari , 2013). Dan ansietas keluarga
klien stroke (Sianturi , Keliat & Susanti 2016).
Tindakan Pada Keluarga
Tindakan keperawatan ners

39
1. Kaji masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien yang mengalami ansietas.
2. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas serta
mengambil keputusan dalam merawat klien.
3. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ansietas sesuai dengan
arahan keperawatan yang gelahdiberikan kepada klien.
4. Latih keluarga menciptakan suasana kleuarga dan lingkungan yang mendukung
perawatan ansietas klien.
5. Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan Kesehatan secara teratur.

Tindakan keperawatan spesialis : psikoedukasi keluarga (family pyscho education).


1. Sesi 1 : mengidentifikasi masalah Kesehatan yang dialami klien dan masalah
Kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien.
2. Sesi 2 : merawat masalah Kesehatan klien
3. Sesi 3 : manajemen stress untuk keluarga
4. Sesi 4 : memanfaatkan beban untuk keluarga
5. Sesi 5 : memanfaatkan sistem pendukung
6. Sesi 6 : mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Hasil penelitian Lestari , Hamid & Mustikasari (2011) bahwa FPE dapat menurunkan
tingkat ansietas keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami TB paru.
Tindakan Pada Kelompok Klien
Tindakan keperawatan spesialis : terapi suportif
1. Sesi 1 : identifikasi masalah dan sumber pendukung didalam dan diluar keluarga.
2. Sesi 2 : Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga.
3. Sesi 3 : Latihan menggunakan sistem luar keluarga.
4. Sesi 4 : evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung

Terapi suportif berpengaruh menurunkan tingkat ansietas dan beban keluarga dalam
merawat anak tunagrahita (Erti, Hamid & Mustikasari 2011). Penelitian terhadap gagal
ginjal kronis , terapi suportif menurunkan tingkat ansietas (Djanuar , Hamid &
Mustikasari 2017).
Tindakan Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikn terapi dokter (obat) kepada klien : edukasi 8 benar prinsip pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.
2. Kolaborasi dengan pskiater sesuai dengan kebutuhan

Dhischarge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca – rawat dirumah untuk memndirikan klien

40
2. Menjelaskan rencana tindaklanjut perawatan dan pengobatan
3. Melakukan rujukan kefasilitias Kesehatan

Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi ansietas
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ansietas

Rencana Tindakan
1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri ke fasilitas keperawatan jiwa
2. Rujuk klien dan keluarga ke kesmanager di fasilitas pelayanan Kesehatan primer di
puskesmas , pelayanan Kesehatan sekunder, dan tersier dirumah sakit
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader Kesehatan jiwa, kelompok
swa jiwa dan fasilitas rehabilitas psikososial yang tersedia di masyarakat.

SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi :


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar
proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak {inform consent) dua kali perternuan latihan pengendalian ansietas
3) Bantu pasien mengenal ansietas:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
c) Bantu klien rnenyadari perilaku akibat ansietas
4) Latih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam
b) Distraksi
Fase Orientasi

Selamat pagi Pak, Assalamualaikum.Wr.Wb….. Perkenalkan nama saya Siti


Muawiyah nama panggilan saya perawat SM, saya perawat yang dinas di ruangan
ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama bapak
siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang
sedang Bapak pikirkan? Baiklah Pak, bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang

41
kekhawatiran Bapak tentang operasi yang akan Bapak hadapi, tujuannya adalah
agar bapak merasa tenang khususnya dalam menghadapi operasi. Berapa lama kita
diskusi? Tempatnya disini saja Pak?

Fase Kerja

Apa yang bapak pikirkan tentang operasi prostat yang akan bapak alami? Apakah
dokter atau perawat sudah ada yang menjelaskan prosedur operasinya termasuk
persiapan dan penatalaksanaan setelah operasinya? Apakah ada pengalaman
tertentu yang membuat bapak khawatir operasinya tidak berhasil? Apa yang bapak
rasakan jika memikirkan hal tersebut? apakah bapak merasa sesak, berkeringat?
Apakah hal tersebut membuat tidur bapak terganggu? (kaji tanda fisiologis
ansietas lainnya), Apa yang bapak lakukan saat pikiran itu muncul? Apakah bapak
menjadi lebih tenang?
Baiklah pak, saya akan mengajarkan dua cara mengatasi kecemasan bapak yaitu
dengan tarik napas dalam dan tehnik pengalihan situasi. Tarik napas dalam bisa
membuat bapak relaks dan tenang. Caranya adalah sebagai berikut: pertarha-tama
bapak silahkan duduk atau tiduran dengan posisi yang bapak anggap paling
nyaman, setelah itu dalam hitungan 5 bapak hirup napas dari hidung sampai udara
mengisi penuh rongga dada bapak, bapak tahan dalam hitungan 5, setelah itu
dalam hitungan 5 pula bapak keluar udara dalam rongga dada bapak melalui mulut
secara perlahan. Sekarang bapak perhatikan saya memperagakannya (perawat
memperagakan), nah sekarang silahkan bapak yang melakukannya. Wah, bagus
sekali bapak mampu melakukannya dengan benar. Cara kedua pak, adalah dengan
pengalihan situasi, caranya adalah dengan bapak melakukan kegiatan lain selama
dirawat seperti baca buku, nonton, TV atau bercakap-cakap dengan keluarga,
teman sekamar atau tamu bapak. Jika bapak tidak melakukan apapun, pikiran
bapak akan terfokus pada kekhawatiran bapak, meialui kegiatan tadi, pikiran
abapak akan teralihkan.

Fase Terminasi

42
Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi? Dapatkah bapak ulangi lagi
bagaiman cara tarik napas dalam? Wah bagus sekali pak,Kegaitan apa yang bapak
pilih untuk mengalihkan kekhawatiran bapak...Oh, jadi bapak akan mencoba
ngobrol dengan teman dan tamu, bapak akan membaca buku, mengaji, dan
menonton...bagus sekali. Baiklah pak, bagaimana jika bapak latihan tarik nafas
dalam setiap dua jam, dan * melakukan kegiatan pengalihan situasi agar tidak ada
waktu yang tersisa untuk bapsk memikirkan ketakutan bapak? Baiklah pak, jam
11.00 saya akan kembali untuk mengajarkan tehnik 5 jari untuk mengatasi
ketakutan bapak, tempatnya disini saja yah pak...
Selamat Pagi pak.

43
2. Harga Diri Rendah Situasional
Risiko harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negative tentang makna
diri sebagai respon terhadap situasi saat ini (NANDA-I , 2018).
Penyebab:
1. Gangguan citra tubuh
2. Gangguan peran social
3. Harapan diri tidak realistic
4. Korban keterasan
5. Kegagalan
6. Ketidakberdayaan
7. Riwayat kehilangan
8. Riwayat pengabaian
9. Riwayat penolakan

Tanda dan Gejala


Mayor
Subyektif :
1. Menilai diri negative (misalnya, tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu/bersalah
3. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

Obyektif :
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk

Minor
Subyektif :
1. Kurang konsentrasi

Obyektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan

Kondisi klien terkait

44
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Diagnose penyakit yang diterima
5. Stroke

Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif , klien mampu :
a. Mengetahui pengertian, tanda gejala, penyebab dan akibat dari harga diri
rendah situasional
b. Mengetahui kemampuan yang dimiliki dan dapat dilakukan
c. Mengetahui cara mengatasi harga diri rendah situasional
2. Psikomotor , klien mampu :
a. Memilih kemampuan yang dapat dilakukan
b. Memilih kemampuan yang dipilih
c. Menyusun rencana kegiatan sesuai dengan kondisi Kesehatan
3. Afektif , klien mampu :
a. Merasakan manfaat Latihan yang dilakukan
b. Memilih aspek positif dan maka kehidupannya

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
1. Tindakan keparwatan ners
a. Kaji tanda dan gejala harga diri rendah situasional.
b. Jelaskan proses terjadinya harga diri rendah situasional
c. Latih cara meningkatkan harga diri klien.
1) Membuat daftar aspek positif dan kemampuanyang dimiliki.
2) Menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dapat diakukan.
3) Memilih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan untuk
dilatih
4) Melatih aspek positif dan kemampuan yang masih dapat dilakukan untuk
dilatih secara bertahap.
5) Membuat rencana latihanyang teratur secara bertahap
2. Tindakan keperawatan spesialis
a. Terapi kognitif:
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.dan
menimbulkan pikiran otomatis negative
2) Sesi 2 : melawan pikiran otomatis negative
3) Sesi 3 : Memanfaatkan sistem pendukung
4) Sesi 4 : Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative
b. Terapi kognitif perilaku:
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative.

45
2) Sesi 2 : Melawan pikiran otomatis negative
3) Sesi 3 : Mengubah perilaku negative menjadi positif
4) Sesi 4 : Memanfaatkan sistem pendukung.
5) Sesi 5 : Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative dan mengubah
perilaku negative .

Penelitian Rahayuningsih, Hamid dan Mulyono (2007) menemukan bahwa terapi kognitif
meningkatkan harga diri klien kanker payudara . hasil penelitian meunjukkan bahwa
terapi kognitif (Krystyaningsih, Keliat & Darlinia, 2009) dan terapi kognitif perilaku
(Setyaningsih, Mustikasari & Nuraini , 2011) meningkatkan harga diri rendah klien gagal
ginjal kronis.
Tindakan pada keluarga
1. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan pengertian , tanda gejala , serta proses terjadinya harga diri rendah
situsional.
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatkan harga diri
rendah situasional.
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung peningkatan harga
diri klien.
e. Diskusikan tanda gejala harga diri rendah situasional yang memrlukan rujukan
segera serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan Kesehatan secara
teratur.
2. Tindakan keperawatan spesialis : Psikoedukasi keluarga ( family pyscho education)
a. Sesi 1 : Mengidentifikasi masalah Kesehatan yang dialami klien dan masalah
Kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien.
b. Sesi 2 : Merawat masalah Kesehatan klien.
c. Sesi 3 : Manajemen stress untuk keluarga
d. Sesi 4 : Manajemen beban untuk keluarga
e. Sesi 5 : Memanfaatkan sistem pendukung
f. Sesi 6 : Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Tindakan pada kelompok klien


Tindakan keperawatan spesialis : terapi suportif
1. Sesi 1 : Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan diluar keluarga
2. Sesi 2 : Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
3. Sesi 3 : Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
4. Sesi 4 : Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.

Hasil penelitian Rochdiat, Daulina , dan Nuraini (2011) menemukan bahwa perpaduan
Tindakan keperawatan ners dan terapi suportif meningkatkan harga diri klien diabetes
melitus.
Tindakan Kolaborasi

46
1. Kolaborasi dengan dokter
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter dengan menggunakan ISBAR dan TBaK
b. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: edukasi 8 benar prinsip pemberian
obat denga menggunakan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

Discharge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat dirumah untuk memandirikan klien
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3. Melakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan.

Evaluasi
1. Penurunan tanda gejala harga diri rendah situasional.
2. Peningkatan kemampuan klien dalam melatih aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah
situasional.

Rencana Tindak Lanjut


1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan
jiwa.
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan keseharan primer di
puskesmas, pelayanan Kesehatan sekunder, dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung , kader Kesehatan jiwa, kelompok
swa bantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.

SP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan
positif:
1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
panggilan yang disukai
b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendslian ansteas agar proses
penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan harga diri
3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenai penyebab harga diri rendah
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah
d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaar, evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
47
4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang dimiliki
5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan masalah
yang efektif
6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
8) Latih kemampuan positif yang lain
9) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif

Fase Orientasi
1) Salam
“Assalamu’alaikum, selamat pagi, Bapak, perkenalkan nama saya Siti Muawiyah
panggil saja saya SM, saya perawat di ruang ini yang akan mengurus segala
kebutuhan Bapak. Saya berdinas dari pukul 08.00 pagi samapi pukul 14.00 siang ini.
Nama Bapak siapa? Bapak senang dipanggil apa? ”
2) Evaluasi validasi
“Bagaimana keadaan Bapak hari ini?”
“Apa yang Bapak rasakan?”
3) Kontrak
“Sekarang kita ingin membahas apa, Pak? Bagaimana jika kita membahas tentang
pekerjaan dan kemampuan lain yang Bapak miliki? Tujuannya agar Bapak dapat
memperluas kesadaran diri.”
“Berapa lama waktu yang kita perlukan? Apakah 10 menit cukup?”
“Di mana sebaiknya kita berbincang-bincang, Pak? Apakah di ruangan ini nyaman?”

Fase Kerja
“Bapak, pekerjaan apa yang biasanya Bapak lakukan sehari-hari? Bapak pelatih atlet
bulu tangkis? Wah, hebat sekali. Sudah berapa lama Bapak menjadi pelatih? Prestasi
apa saja yang sudah Bapak raih selama menjadi pelatih atlet bulu tangkis? Tidak
banyak orang yang memiliki prestasi dan kemampuan yang hebat seperti Bapak.
Selain sebagai pelatih atlet bulu tangkis mungkin Bapak memiliki kemampuan di
bidang lain?”

48
“Tadi saya mendengar Bapak mengatakan sudah tidak punya harapan hidup. Apa
yang membuat Bapak mengatakan demikian?”
“Bapak, setiap manusia pasti memiliki cobaan dalam hidupnya, semua pasti bisa
dilalui karena Allah SWT selalu ada untuk membantu hamba-Nya. Kondisi sakit
Bapak pasti bisa di lalui dengan ketabahan dan kesabaran serta usaha yang keras
untuk sembuh.
“Tadi Bapak menceritakan bahwa Bapak memiliki kemampuan di bidang lain yaitu
Bapak bisa melukis di atas kanvas, bagaimana jika Bapak mencoba untuk melukis dan
nanti hasilnya kita pajang di sudut ruangan ini?”
“Benar sekali Bapak, dibalik cobaan sakit yang diberikan oleh Allah SWT pasti ada
hikmah yang dapat diambil. Mungkin Bapak diberikan cobaan sakit ini agar Bapak
lebih tabah dalam menghadapi kehidupan dan Bapak bisa lebih mengurangi aktivitas
Bapak sebagai pelatih atlet bulu tangkis karena mengingat umur Bapak yang sudah
memasuki usia 40 tahun. Selain itu mungkin Bapak juga bisa lebih mengembangkan
kemampuan Bapak di bidang melukis.”

Fase Terminasi
1). Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang hari ini?”
b). Evaluasi objektif
“Baiklah, coba Bapak sebutkan kemampuan yang ada pada diri Bapak. Ia
benar, bagus sekali Bapak. Cobaan yang kita miliki tidak akan menjadi penghalang
untuk tetap bersemangat dalam menghadapi hidup.”

2) Rencana tindak lanjut


“Setelah ini, Bapak bisa mulai untuk melukis. Nanti jika sudah selesai, kita bisa
memajangnya di sudut ruangan ini. Jangan lupa ya Pak untuk selalu semangat.”

3)Kontrak yang akan dating


“Baiklah, Bapak. Sekian saja bincang-bincang kita kali ini. Besok pagi kita akan
bertemu lagi untuk membicarakan tujuan yang ingin Bapak capai.”

49
“Bagaimana jika kita melakukannya pada pukul 08.00? Bapak mau dimana
tempatnya? Tetap di ruangan ini? Baik Bapak, berarti besok kita akan bertemu jam
08.00 di ruangan ini lagi.”“Sekarang, saya pergi dulu Bapak. Assalamu’alaikum.”

3. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi,
termasuk persepsi bahwa Tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhi
hasil ( NANDA-1, 2018). Ketidakberdayan adalah persepsi seseorang bahwa Tindakan
nya tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan Ketika individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru di rasakan (Stuart,
2016).
Penyebab :
1. Nyeri
2. Ansietas
3. Harga diri rendah
4. Strategi koping tidak efektif
5. Kurang pengetahuan untuk mengelola masalah
6. Kurang dukungan social

Tanda dan Gejala


Mayor
Subjektif :
1. Mengatakan ketidakmampuan
2. Frustasi karena tidakmampu mengatasi situasi

Objektif :
1. Tidak mampu merawat diri
2. Tidak mampu mencari informasi perawatan
3. Tidak mampu memutuskan
4. Bergantung pada orang lain

Minor
Subjektif :
1. Menyatakan keraguan tentang kemampuannya
2. Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3. Malu

50
Objektif :
1. Kurang partisipasi dalam perawatan
2. Depresi

Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit kronis : stroke , gagal ginjal , gagal jantung, penyakit terminal, dan diabetes
melitus
2. Fraktur/kecelakaan

Tindakan Keperawatan
1. Kognitif , klien mampu :
a. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala,penyebab dan akibat dari ketidakberdaan
b. Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
2. Psikomotor , klien mampu :
a. Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat
dikendalikan
b. Melatih situasi yang dapat dikendalikan
c. Mengidentifikasi pikiran negative dan tidak rasional
d. Melatih pikiran positif , pikiran rasional, dan harapan positif
3. Afektif , klien mampu :
a. Merasakan manfaat Latihan yang dilakukan
b. Menilai Latihan yang mengatasi ketidakberdayaan

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
1. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
b. Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
c. Latih cara mengendalikan situasi
1) Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
2) Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
3) Diskusikan car acara mengendalikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
4) Beri penguatan dan pujian
d. Latih cara mengendalikan pikiran
1) Diskusikan pikiran negative dan pikiran tidak rasional
2) Latih pikiran positif dan rasional
3) Latih mengembangkan harapan positif dan lakukan afirmasi positif
4) Beri penguatan dan pujian
e. Latih peran yang dapat dilakukan
1) Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan dan yang tidak apat
dilakukan
2) Latih peran yang dapat dilakukan

51
3) Beri penguatan dan pujian
2. Tindakan keperawatan spesialis :
a. Terapi kognitif :
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative
2) Sesi 2 : Melawan pikiran otomatis negative
3) Sesi 3 : Memanfaatkan sistem pendukung
4) Sesi 4 : Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative
b. Terapi kognitif perilaku :
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative
2) Sesi 2 : Melawan pikiran otomatis negative
3) Sesi 3 : Mengubah perilaku negative menjadi positif
4) Sesi 4 : Memanfaatkan sistem pendukung
5) Sesi 5 : Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative dan mengubah
perilaku negative
c. Logoterapi : medical ministry
1) Sesi 1 : Identifikasi masalah yang dihadapi , perubahan yang terjadi dan
masalah yang dialami.
2) Sesi 2 : Identifikasi respon terhadap masalah psikososial dan cara
mengatasinya , tambahkan respon bio dan social.
3) Sesi 3 : Evaluasi manfaat
d. Terapi penerimaan komitmen (acceptance commitment therapy)
1) Sesi 1 : Mengidentifikasi penagalaman/kejadian yang tidak menyenangkan
2) Sesi 2 : Mengenali kejadian saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait
pengalaman yang tidak menyenangkan.
3) Sesi 3 : Berlatih menerima pengalaman/kejadian tidak menyenangkan dan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
4) Sesi 4 : Berkomitmen menggunakan nilai – nilai yang dipilih klien untuk
mencegah kekambuhan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa logoterapi menurunkan respon ketidakberdayaan


pada klien diabetes melitus (Kanine, Daulina & Nuraini, 2011). Penelitian pemberian
acceptance commitment therapy menurunkan respons ketidakberdayaan klien dengan
gagal ginjal kronis. Demikian pula penelitian pemberian terapi kognitif menurunkan
respon ketidakberdayaan klien stroke.
Tindakan pada keluarga
1. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ketidakberdayaan.
b. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta poses terjadinya
ketidakberdayaan serta mengambil keputusan merawat klien.

52
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ketidakberdayaan
sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung mengatasi
ketidakberdayaan.
e. Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang memerlukan rujukan segera
serta menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan Kesehatan secara teratur.
2. Tindakan keperawatan spesialis : Psikoedukasi keluarga (family psycho education).
a. Sesi 1 : Mengidentifikasi masalah Kesehatan yang dialami klien dan masalah
Kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien.
b. Sesi 2 : Merawat masalah Kesehatan klien.
c. Sesi 3 : Manajemen stress untuk keluarga.
d. Sesi 4 : Manajemen beban untuk keluarga
e. Sesi 5 : Memanfaatkan sistem pendukung
f. Sesi 6 : Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Hasil penelitian menyatakan bahwa perpaduan terapi psikoedukasi keluarga dan


logoterapi dapat menurunkan respon ketidakberdayaan pada lansia (Nauli, Keliat &
Besral , 2011).
Tindakan pada kelompok klien
Tindakan keperawatan spesialis : Terapi suportif
1. Sesi 1 : Mengidentifikasi masalah dan sumber pendukung didalam dan di luar
keluarga
2. Sesi 2 : Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
3. Sesi 3 : Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
4. Sesi 4 : Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung

Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian terapi kelompok suportif dapat


menurunkan respons ketidakberdayaan pada klien kanker (Lestai, Daulina & Astari,
2013).
Tindakan Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK
2. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien : Edukasi 8 benar psrinsip pemberian
obat dengan menggunakan konsep safety pemebrian obat.

Discharge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat dirumah untuk memandirikan klien.
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3. Melakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan.

Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan.
2. Peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan perasaan ketidakberdayaan.

53
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ketidakberdayaan.

Rencana Tindak Lanjut


1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan
jiwa.
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan Kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan Kesehatan sekunder , dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung , kader Kesehatan jiwa. Kelompok
swabant dan fasilitas rehabilitasi psikosial yang tersedia di masyarakat.

SP1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif


1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai
b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan
agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian ketidakberdayaan
3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan
d) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan
identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol
e) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidakberdayaannya
f) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan
g) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subtitusi

54
h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
i) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien
j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
4) Latin mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)

Orientasi:
Selamat pagi Bu, Assalamualaikum.Wr.Wb…..perkenalkan nama saya Siti
Muawiyah nama panggilan perawat SM, saya perawat yang dinas di ruangan
ini, hari ini saya dinas shift pagi dari pukul 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama Ibu
siapa? Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang
sedang Ibu pikirkan? Baiklah bu bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang
perasaan ibu yang merasa frustasi dengan penyakit diabetes ibu. tujuannya
adalah agar Ibu akan lebih semangat dalam pengobatan dan penyakit ibu akan
lebih cepat sembuhnya. Berapa lama kita diskusi? Tempatnya disini saja Bu?

Kerja :
Apa yang menyebabkan ibu merasa frustasi dengan penyakit ibu, Oh jadi
ibu sudah 2 tahun menderita diabetes, ibu merasa sudah melakukan diet
yang dianjurkan dokter, dan sudah melakukan olah raga, namun gula
darah ibu sulit kembali normal. Menurur Ibu apa akibatnya jika ibu selalu
merasa tidak mampu mengendalikan penyakit Ibu? lya bu, ibu menjadi
tidak bersemangat dalam pengobatan. Ibu merasa tertekan, stress. Apakah
ibu mengetahui pikiran atau stress juga berpengaruh pada kemampuan
tubuh kita mengontrol gula darah. Menurut ibu, apa yang rasanya belum
optimal dilakukan untuk membuat kadar gula darah ibu kembali normal?
Mengelola pikiran....bagus jika ibu menyadarinya. Baiklah bu, berarti
setelah ini ibu harus mampu mengelola pikiran agar tidak stres. Dan
jangan lupa bu, manusia hanya mampu berusaha. dan Tuhan yang
menentukan apakah hasil upaya kita tersebut sesuai dengan harapan kita
atau tidak. Namun kita seialu berdoa yang terbaik. Baiklah Bu, agar kita

55
terus semangat dalam mengupayakan pengobatan, kita dapat
mengembangkan harapan positif. Nama latihannya adalah afirmasi
positif). Misalnya apa yang ibu harapkan dengan kondisi ini?
Sembuh....berserah diri pada Tuhan...terus bersabar. Nah harapan-
harapan ini ibu tanamkan dalam pikiran dan hati ibu, Ibu katakana pada
diri Ibu "Memang saat ini gula darah saya belum stabil, namun demkian
semangat dan kesabaran saya, saya terus-menerus menjalankan pola
hidup sehat, minum obat teratur saya yakin suatu saat gula darah saya
akan terkontrol-.Semua saya serahkan pada Tuhan" Bu, kalimat
tersebut adalah kalimat afirmasi.
Nah coba sekarang ibu yang menngungkapkan....

Terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Coba ibu sebutkan kembali
kalimat afirmasi Ibu...berapa kali sehari ibu mau latihan afirmasi. Baiklah
bu, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan datang lagi, kita
diskusikan tetang cara mengontrol perasaan ketidakberdayaan ibu.
Selamat pagi Bu....

56
4. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
(NANDA-I,2018).
Penyebab:
1. Perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
2. Perubahan struktur tubuh akibat luka, operasi, dan proses penyakit
3. Perubahan bentuk tubuh akibat tindakan, seperti pemasangan infus, oksigen, chateter,
dll
4. Perubahan pandangan terhadap penampilan tubuh.
Tanda dan gejala
Mayor
Subjektif:
1. Menolak perubahan/kehilangan tubuh
2. Perasaan negative tentang tubuh
Objektif:
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Fungsi dan struktur tubuh berubah
3. Menghindari melihat dan/atau menyentuh tubuh yang berubah
4. Menyembunyikan bagian tubuh yang berubah
Minor
Subjektif :

57
1. Pandangan pada tubuh berubah (mis, penampilan, struktur, fungsi)
2. Takut pada reaksi orang lain
3. Preokupasi pada perubahan/kehilangan

Objektif:
1. Hubungan sosial berubah(menarik diri)
2. Respons nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
3. Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi

Kondisi klinis terkait


1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Luka bakar
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Stroke

Tujuan asuhan keperawatan


1. Kognitif, klien mampu:
a. Mengenal bagian tubuh yang sehat dan yang terganggu/sakit
b. Mengetahui cara mengatasi gangguan citra tubuh
2. Psikomotor, klien mampu:
a. Mengafirmasi bagian tubuh yang sehat
b. Melatih dan menggunakan bagian tubuh yang sehat
c. Merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu
3. Afektif, klien mampu:
a. Mengevaluasi manfaat yang lelah dirasakan dari bagian tubuh yang terganggu
b. Mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih sehat
c. Merasakan manfaat latihan pada bagian tubuh yang terganggu

Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners
1. Kaji.
a. Bagian tubuh yang terganggu dan bagian tubuh yang sehat.
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien dalam mengatasi
gangguan citra tubuh
2. Jelaskan proses terjadinya gangguan citra tubuh
3. Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien terhadap citra tubuhnya.
4. Latih klien menggunakan bagian tubuh yang sehat
a. Diskusikan bagian tubuh yang sehat
b. Latih menggunakan tubuh yang sehat
c. Latih afirmasi bagian tubuh yang sehat
5. Latih klien merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu.

58
a. Diskusikan dengan klien manfaat yang telah dirasakan dari bagian tubuh yang
terganggu pada saat sehat.
b. Motivasi klien melihat dan mengatur bagian tubuh yang terganggu.
c. Latih pasien meningkatkan citra tubuh bagian yang terganggu: menyesuaikan
pakaian, pakai alat bantu, kosmetik dan rencana protesa.
6. Motivasi klien melakukan latihan sesuai jadwal dan beri pujian
7. Motivasi klien melakukan kegiatan sosial

Tindakan keperawatan spesialis:


1. Terapi kognitif
a. Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan
pikiran otomatis negatif
b. Sesi 2: melawan pikiran otomatis negatif
c. Sesi 3: memanfaatkan system pendukung
d. Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative
2. Terapi kognitif pelaku
a. Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan menimbulkan
pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif
b. Sesi 2 : Melawan pikiran otomatis negatif dengan pikiran positif
c. Sesi 3 : Mengubah perilaku negative menjadi positif
d. Sesi 4: memanfaatkan system pendukung
e. Sesi 5: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku

Hasil penelitian (Anisah, Keliat & Wardani, 2017) menunjukkan bahwa tindakan
keperawatan ners, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga meningkatkan citra tubuh
dan harga diri, klien dengan ulkus diabetic.

Tindakan pada keluarga


Tindakan keperawatan ners
1. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
gangguan citra tubuh
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya gangguan citra tubuh
serta mengambil keputusan merawat klien.
3. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi gangguan citra tubuh
sesuai dengan tindakan keperawatan pada klien
4. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung klien mengatasi
gangguan citra tubuh sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan pada
klien.
5. Diskusikan tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang memerlukan rujukan serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Tindakan keperawatan spesialis: psikoedukasi keluarga (family psychoeducation)


1. Sesi 1: mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah kesehatan
keluarga (care giver/dalam merawat klien)
2. Sesi 2 : merawat masalah kesehatan klien
3. Sesi 3: manajemen stress untuk keluarga

59
4. Sesi 4: manajemen beban uktuk keluarga
5. Sesi 5: memanfaatkan sistem pendukung
6. Sesi 6: mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Tindakan pada kelompok klien


Tindakan keperawatan spesialis: terapi suportif
1. Sesi 1 : identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga
2. Sesi 2 : latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
3. Sesi 3: latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
4. Sesi 4: evaluasi hasil dan hambatan penggunaan suber pendukungTindakan kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter


a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: edukasi 8 benar prinsip pemberian
obat denga menggunakan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
2. Kolaborasi dengan perawat luka untuk pemulihan penyebab gangguan citra tubuh
3. Kolaborasi dengan rehabilitasi medic jika klien membutuhkan protesa
4. Kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan.
Discharge Planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
3. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala gangguan citra tubuh
2. Peningkatan kemapuan klien mengatasi gangguan citra tubuh
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan gangguan citra tubuh

Rencana tindakan lanjut


1. Rujuk klien dengan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok
swabantu dan fasilitas rehabilitas psikososial yang tersedia di masyarakat.

SP 1 Pasien ; Assesmen dan menerima citra tubuh dan latihan


meningkatkan citra tubuh
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik. memperkenalkan din, panggil pasien
sesuainama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih menerima kondisi tubuh agar
proses penyembuhan iebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian gangguan citra tubuh
3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya:

60
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuh
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat gangguan citra tubuhnya
4) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya r.dulu dan saat ini,
perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya
saat ini.
5) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat
6) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
7) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehatBantu pasienmelihat,
menyentu bagian tubuh yang terganggu

Fase Orientasi

Assalamualaikum…Selamat pagi bapak/ibu…(senyum). Perkenalkan nama saya Siti


Muawiyah saya senang dipanggil SM saya perawat yang akan merawat bapak/ibu., Nama
bapak/ibu siapa?, Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?

Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…? Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu
rasakan hari ini? Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
bapak/ibu rasakan selama ini? Bapak/ibu maunya dimana…? Berapa lama bapak/ibu..??
Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?

Fase Kerja

Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana perasaan

bapak/ibu, setelah ibu mengalami bencana ini dan kehilangan tangan kiri bapak/ibu…?
Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus asa bapak/ibu
muncul…? Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya memiliki satu tangan
yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan dengan baik. Apa yang dapat bapak/ibu lakukan
atau yang ingin bapak/ibu lakukan hanya dengan satu tangan bapak/ibu miliki sekarang?
Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang berfungsi dan satunya
lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi. Tapi, tangan sebelah kanan bapak/ibu kan masih
bisa digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan kaki bapak/ibu juga dapat
difungsikan dengan baik. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap beraktivitas
meskipun dengan menggunakan tangan bapak/ibu yang masih dapat digunakan dengan baik
yaitu sebelah kanan.

61
sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan bapak/ibu Apa saja kegiatan atau
aktivitas yang bapak/ibu sering lakukan di rumah. Apa sekarang bapak/ibu masih ingin
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut bapak/ibu….?

Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan bapak/ibu agar dapat
beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan. Tapi sebelumnya kita coba berlatih
untuk menggerakkan dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan.

Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk mengangkat tangan sebelah
kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam dengan sekuat-kuatnya. (Sebelumnya
sediakan benda yang dapat digunakan seperti sapu dll). (contohkan kepada pasien).

sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus
sekali….. Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung bapak/ibu ya…
Nah ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap saja ibu sedang
menyapu beneran (sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu mencobanya ya,,?
Tapi sambil beriri bapak/ibu ya… Baiklah pak/bu Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu
yah.” (tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku Rencana
tindakan pasien)

Fase Terminasi

Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita berbincang-bincang dan melakukan


latihan hari ini…?Perawat : Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali,
kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan hari ini?. Baik sekali bapak/ibu, ternyata bapak/ibu
masih mengingatnya ya…? (senyum)” Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini
bapak/ibu dapat melatihnya sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di
rumah. Bapak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak/ibu beberapa cara
untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak/ibu yang lain dan melatihnya
dengan-kegiatan yang lain. Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia? Bapak/ibu maunya jam
berapa? Ya bapak/ibu… saya akan kembali lagi besok pada jam 10 pagi ke rumah bapak/ibu.
Baiklah kalau begitu saya permisi dulu bapak/ibu untuk waktunya bapak/ibu ya…? Jangan
lupa latihannnya bapak/ibu ya…(senyum dan pegang pundak pasien). Kalau begitu saya
pamit.. Assalamualaikum…”

62
5. Keputusasaan
Keputusan merupakan kondisi subjektif seorang individu memandang keterbatasan atau
tidak adanya alternatif pemecahan masalah dan tidak mampu memobilitas energi demi
kepentingannya sendiri (NANDA-1, 2018).
Penyebab:
1. Stress jangka panjang
2. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
3. Kehilangan kepercayaan pada nilai0nilai penting
4. Pembatasan aktifitas jangka panjang
5. Isolasi sosial

Tanda dan gejala


Mayor
Subjektif
1. Mengungkapkan keputusasaan
2. Mengungkapkan isi pembicaraan yang pesimis”saya tidak bisa”
3. Kurang dapat berkonsentrasi
4. Mengungkapakan bingung
Objektif
1. Berperilaku pasif
2. Kontak mata kurang
3. Perubahan pola tidur
4. Porsi makan tidak habis
5. Kurang bicara

63
Minor
Subjektif
1. Sulit tidur
2. Selera makan menurun
3. Mengungkapkan keragu-raguan
4. Mengungkapkan frustasi
Objektif
1. Afek datar
2. Kurang inisiatif
3. Meninggalkan lawan bicara
4. Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara
5. Perawatan diri kurang
6. Sulit membuat keputusan

Kondisi klinis terkait


1. Penyakit kronis( diabetes militus, hipertensi, stroke, TBC)
2. Penyakit terminal (kanker)
3. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan
4. Kondisi fisik terus menurun

Tujuan asuhan keperawatan


1. Kognitif, klien mampu:
a. Mengetahui perubahan ataupun pernurunan kondisi fisik
b. Mengetahui pengertian tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari keputusasaan
c. Mengetahui cara mengatasi keputusasaan
2. Psikomotor, jklien mampu:
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
c. Melatih hubungan sosial dengan sistem pendukung
d. Melatih kegiatan hidup sehari-hari
3. Afektif, klien mampu:
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b. Merasa optimis dan bahagia

Tindakan keperawatan
Tindakan pada klien

Tindakan keperawatan ners


a. Kaji tanda dan gejala keputusasaan
b. Jelaskan proses tejadinya keputusasaan
c. Diskusikan dengan klien :
1. Kemampuan yang dimiliki
2. Sistem pendukung yang dimiliki
3. Harapan kehidupan
d. Latihan hubungan sosial dengan hubungan

64
1. Bercakap-cakap dengan sistem pendukung
2. Bercakap-cakap dengan lingkungan
e. Latihan melakukan kegiatan sehari-hari:
1. Memenuhi kebutuhan makan
2. Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
3. Merawat diri : kebersihan diri
4. Melakukan kegiatan spiritual
f. Latih membangun harapan yang realistis:
1. Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
2. Bantu klien buat rencana mencapai harapan secara bertahap
g. Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien

Tindakan keperawatan spesialis


a. Terapi kognitif :
1. sesi 1: mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative
2. Sesi 2: melawan pikiran otomatis negative
3. Sesi 3: memanfaatkan system pendukung
4. Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative

b. Terapi kognitif pelaku


1. Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif
2. Sesi 2 : Melawan pikiran otomatis negatif dengan pikiran positif
3. Sesi 3 : Mengubah perilaku negative menjadi positif
4. Sesi 4: memanfaatkan system pendukung
5. Sesi 5: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah perilaku
c. Terapi penerimaan komitmen
1. Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman atau kejadian yang tidak menyenangkan
2. Sesi 2: Mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait pengalaman
yang tidak menyenangkan
3. Sesi 3: Berlatih menerima pengalaman atau kejadian tidak menyenangkan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
4. Sesi 4: berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien untuk mencegah
kekambuhan

Tindakan pada keluarga


1. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
gangguan citra tubuh
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya gangguan citra tubuh
serta mengambil keputusan merawat klien.
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi gangguan citra
tubuh sesuai dengan tindakan keperawatan pada klien

65
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung klien mengatasi
gangguan citra tubuh sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan
pada klien.
e. Diskusikan tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang memerlukan rujukan serta
menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

2. Tindakan keperawatan spesialis: psikoedukasi keluarga (family psychoeducation)


a. Sesi 1: mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah
kesehatan keluarga (care giver/dalam merawat klien)
b. Sesi 2 : merawat masalah kesehatan klien
c. Sesi 3: manajemen stress untuk keluarga
d. Sesi 4: manajemen beban uktuk keluarga
e. Sesi 5: memanfaatkan sistem pendukung
f. Sesi 6: mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

Tindakan pada kelompok klien


Tindakan keperawatan spesialis: terapi suportif
1. Sesi 1 : identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar keluarga
2. Sesi 2 : latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
3. Sesi 3: latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
4. Sesi 4: evaluasi hasil dan hambatan penggunaan suber pendukung

Hasil penelitian menyatakan bahwa terapi kelompok reminisense (Syarniah, Keliat &
Hastono, 2010) dan kombinasi terapi reminisense dengan terapi life review ( Misesa,
Keliat & Wardani, 2013) bermanfaat bagi lansia yang depresi

Tindakan kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
2. Memberikan terapi dokter (obat) kepada klien: edukasi 8 benar prinsip pemberian
obat denga menggunakan konsep safety pemberian obat.
3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat

Discharge planning
1. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
3. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan

Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala keputusasaan
2. Peningkatan kemapuan klien mengendalikan perasaan keputusasaan
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan keputusasaan

Rencana tindakan lanjut


1. Rujuk klien dengan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa

66
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok
swabantu dan fasilitas rehabilitas psikososial yang tersedia di masyarakat.

SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan


harapan dan makna hidup
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa
agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak {inform consent) dua kali pertemuan iatihan
pengendalian perasaan putus asa
3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan
sedih/ kesendirian/ keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa
c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap
kondisinya dengan kondisi real kondisi klien
d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa
e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung
pikiran, perasaan dan perilaku positif
4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan
mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup

 Orientasi
Selamat pagi Bu, Assalamualaikum.Wr.Wb….. Perkenalkan nama saya Siti
Muawiyah nama panggilan perawat SM, saya perawat yang dinas di ruangan ini,
saya dinas shift pagi dari pukul 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama Ibu siapa? Senang
dipanggil apa? Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang sedang Ibu pikirkan?
Baiklah Bu, bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang perasaan ibu yang sudah
tidak bisa melakukan apapun. Tujuannya adalah agar Ibu akan lebih semangat
dalam pengobatan dan penyakit ibu akan lebih cepat sembuhnya. Berapa lama kita
diskusi? Tempatnya disini saja Bu?

 Kerja
Apa yang menyebabkan ibu merasa tidak dapat melakukari apapun? Oh jadi ibu
merasa penyakit diabetes ibu tidak dapat disembuhkan lagi karena ibu sudah

67
terlalu sering masuk rumah sakit. Apa yang sudah ibu lakukan untuk
mengendalikan penyakit ibu? Oh jadi ibu sudah tidak mengatur diet ibu,
bagaimana dengan obatnya? Apakah ibu masih rutin mengkonsumsinya?
Bagaimana dengan olah raga? Apa yang menyebabkan ibu tidak melakukan
anjuran-anjuran kesehatan untuk orang dengan diabetes? Oh, ibu merasa lelah
karena sudah lama sakit. Bu, tadi ibu mengatakan bahwa ibu sudah tidak bisa
melakukan apapun karena penyakit Ibu, baik bu, sekarang mari kita lihat apakah
benar apa yang ibu rasakan? Apa yang masih bisa ibu lakukan sebagai seorang ibu
di rumah? Yah, baik ibu sudah tidak bisa lagi mengurus rumah tangga karena
kondisi ibu yang lemah. Sebagaiseorang ibu dengan kondisi sakit, masih bisakan
ibu mendoakan anak-anak dan suami ibu? Masih bisakah ibu menasihati mereka?
Masih bisakan ibu mendengarkan curahan hati mereka? Masih kan Bu? Nah. Jadi
benarkah pikiran ibu tidak bisa melakukan apapun? Apakah ibu masih dibutuhkan
keluarga Ibu?

Menurut ibu apa akibat dari pikiran ibu tersebut? Ya benar bu, ibu jadi tambah
lemas, ibu tambah sedih. Dan apa dampaknya bagi anak dan suami ibu juga ibu
tidak bersemangai? Bu, apakah ibu pun.ya pengalaman dimana ibu merasa putus
asa dalam manghadapi masalah, namun pada akhirnya ibu mampu keiuar dari
situasi tersebut? Apa yang ibu lakukan saat itu?

Baik Bu, tadi kita sudah diskusi ternyata masih ada yang bisa ibu lakukan
walaupun ibu dalam kondisi sakit yaitu mendoakan, menjadi teman curhat, dan
menasihati anak dan suami ibu. Apa harapan ibu untuk anak dan suami ibu?
Apakah ibu masih ingin terus mendampingi anak dan suami ibu? Nah, itulah
harapan ibu, jika ibu masih ingin mendampingi mereka maka ibu harus semangat,
ibu harus kembali melakukan anjuran kesehatan agar penyakit ibu bisa lebih
terkontrol.

 Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi? Apa yang masih dapat ibu lakukan
dengan kondisi sekarang ini? Apakah ibu masih dibutuhkan oleh keiuarga ibu?
Baik Bu, setelah ini ibu pikirkan lagi apa lagi yang bisa ibu lakukan untuk
keluarga inti dan keluarga besar ibu? Bagaimana jika nanti jam 10.00 saya datang
68
lagi, kita akan diskusikan aktivitas yang dapat meningkatkan semangat ibu.
Seiamat siang bu.

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA


KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN DEWASA MUDA

Hasil Skrining
Nama : Audiah Anggraini
Usia : 24 tahun
Score : 3/29
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah mudah merasa takut? YA
2. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir? YA
3. Apakah Anda mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu YA
bencana/musibah/ kejadian traumatik atau adakah saat-saat Anda
seolah mengalami kembali kejadian tidak mengenakkan itu?

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien

69
Nn. A berusia 24 tahun dilakukan pengkajian dengan menjawab hasil share link
pengkajian dengan score 3/29.
Saat dilakukan rekapan pengkajian dan divalidasi ulang ke klien didapatkan data sebagai
berikut : Klien merasa takut terhadap atasannya. Klien mengatakan mengalami tekanan
dari atasannya. Klien mengatakan merasa capek fisiknya juga hatinya. Klien mengatakan
merasa takut tentang omongan dan pikiran buruk yang atasannya katakan. Klien
mengatakan Lelah dengan sikap atasannya yang semena mena dengan dirinya. Klien
mengatakan merasakan hal seperti ini sejak bulan September, namun rasa takut semakin
parah sejak sebulan ini. Klien mengatakan bertolak belakang dengan atasannya yang
workaholic, namun klien dapat melakukan kegiatan positif yang dilakukan di tempat kerja.
Klien mengatakan merasa terganggu karna saat klien di rumah atasannya masih suka
menelponnya. Klien mengatakan sangat Lelah karna pekerjaan yang harusnya diselesaikan
di kantor namun di kerjakan di rumah. Klien mengatakan sulit untuk memulai tidur,
namun Ketika tidur klien merasa nyaman dan nyenyak. Klien mengatakan merasa takut
akan perpindahan nya jadi sekretaris direksi. Klien mengatakan khawatir apakah klien bisa
atau tidak menjadi sekretaris yang tingkatannya sudah direksi. Klien mengatakan hal
positif yang bisa dilakukannya hanya diam. Klien mengatakan tidak memiliki ke banggaan
di hidupnya, namun klien dapat menyebutkan kelebihan dan kekurangan klien. merasa
hidupnya flat, namun klien memiliki tujuan hidup. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak
kompeten, namun klien mengatakan dapat mandiri. Klien dapat berinteraksi dengan
banyak orang dan pasangannya. Klien dapat menceritakan masalah klien dengan orang
orang yang klien percaya.

2. Diagnosis keperawatan
a. Masalah
Atasan klien
Analisa data
No Data Diagnosis
1. DS :
 Klien mengatakan sering melakukan
hal-hal positif seperti mengikuti
kegiatan program di kantornya
 Klien mengatakan dapat menceritakan Kesiapan Peningkatan
masalahnya kepada orang yang di Perkembangan Dewasa Muda
percaya

70
 Klien mengatakan memiliki motivasi
yang tinggi untuk mencapai tujuan
hidup
 Klien sering berinteraksi dengan
orang lain termasuk lawan jenis

DO :
 Klien memiliki pekerjaan
 Klien mempunyai keluarga yang
selalu menjadi support system
 Klien dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dengan mudah
 Klien memiliki inisiatif yang tingi

3. Tujuan Keperawatan
Kognitif, dewasa muda mampu:
d. Mengetahui perkembangan dewasa muda
e. Mempunyai pengetahuan untuk berkerja
f. Memahmi pentingnya kelompok social
Psikomotor, dewasa muda mampu:
d. Mempunyai perkerjaan
e. Mempunyai hubungan intim dengan lawan jenis
f. Aktif dalam kegiatan masyarakat
Afektif, dewasa muda mampu:
e. Mengendalikan emosi
f. Memiliki rasa kepercayaan diri
g. Memiliki jiwa penolong
h. Mencintai keluarga dan perkerjaan

4. Tindakan Keperawatan dengan Ketidakberdayaan


Tindakan pada dewasa muda
Tindakan keperawatan Ners:
a. Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal.
- Menetapkan tujuan hidup
- Menetapkan karier dan pekerjaan
- Mempunyai pekerjaan

71
- Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
- Memilih calon pasangan hidup
- Berperan serta atau melibatkan diri dalam kegiatan dimasyarakat
d. Diskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya melalui pelayanan
Kesehatan.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Perawatan

1. Fase Orientasi
Hai dek, gimana perasaan nya hari ini? Tidur jam berapa semalem? Nyenyak gak tidur
nya? Bangun tidur jam berapa tadi pagi? Kegiatan setelah bangun tidur ngapain aja?
Evaluasi keluhan utama/ data
Tidurnya larut ya? Sulit memulai untuk tidur atau memang ada yang di kerjakan?
Validasi
Saat ini usia adek 24 tahun ya dek? Diusia 24 tahun ini ada ngerasain kendala gak dek?
Oke.. di usia adek yang 24 tahun ini termasuk ke dalam kelompok dewasa muda, yang
rentang usianya 18-40 tahun.
Kontrak
Seperti yang SM jelaskan kemarin, kalau kita mau ngobrolin tentang tahap perkembangan
pada usia dewasa muda? Gimana kalua kita ngobrol sekitar 30 menit? Setuju gak dek?
2. Fase Kerja :
Faktor predisposisi Biologi :
 Evaluasi masa kecil
Dari apa yang adek sampaikan terkait perkembangan masa kecil kemarin, kesimpulan
yang SM ambil : adek lahir di Bidan secara normal, mendapat imunisasi lengkap, sejak
kecil tidak ada riwayat jatuh atau trauma, tidak ada riwayat menggunakan alkohol
ataupun ketergantungan terhadap obat-obatan, dan di dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit berat ataupun gangguan jiwa.
 Evaluasi Interaksi Sosial :
Untuk kegiatan jadi sehari-hari adek adalah bekerja ya dek, terkadang adek sulit
membagi waktu dengan keluarga karena pekerjaan yang harus standby 24 jam, pola
komunikasi dalam keluarga dan orang orang di sekitar baik, tidak ada labeling atau
diskriminasi dari lingkungan sekitar.
 Psikologis :

72
Adek punya pengalaman yang tidak menyenangkan? Adek bisa ceritakan kepada SM?
Apakah terasa sulit bagi adek untuk melupakan kejadian tersebut? Bila punya masalah,
apakah adek terbiasa menceritakan masalah tersebut kepada orang lain yang adek
percaya?
Menurut pendapat adek nih, terkait hidup mandiri? Perlukah mengantungkan hidup
adek pada orang lain?
Apa tujuan hidup adek sebenarnya?
Apakah adek puas atau menyukai diri adek apa adanya?
Jadi dari apa yang adek sampaikan, dapat disimpulkan bahwa saat ini adek merasa
tertekan dengan atasan yang semena mena. Pekerjaan yang diharuskan standby 24 jam.
Bila punya masalah adek dapat menceritakan kepada orang lain, adek sudah bisa hidup
mandiri tetapi tetap merasa membutuhkan orang lain, adek ingin membantu kelurga dan
orang-orang di sekitar adek dan adek menyukai diri adek apa adanya.
 Faktor Presipitasi yang didapatkan adalah (sudah ditanyakan ketika mengkaji faktor
predisposisi):
 Tekanan dari atasan
 Sulit membagi waktu dengan pekerjaan yang diharuskan standby 24 jam
 Penilaian terhadap Stressor
Saat ini adek ngerasa takut dengan atasan adek. Adek takut ngelakuin kesalahan. Apa
yang adek pikirkan terkait dengan hal tersebut?
Bagaimana perasaan adek bila mengingat hal tersebut?
Apakah hal tersebut mempengaruhi kondisi fisik adek? Mempengaruhi kegiatan sehari-
hari adek untuk melakukan aktivitas?
Apa yang adek lakukan dengan kondisi tersebut?
Apakah masalah ini mempengaruhi pergaulan, kegiatan pekerjaan adek?

Saat ini adek sudah memasuki usia dewasa muda, ada beberapa tugas perkembangan yang
seharusnya sudah adek lakukan yaitu antara lain: menetapkan tujuan hidup, berinteraksi
dengan banyak orang termasuk lawan jenis, berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan
di masyarakat, memilih calon pasangan hidup, dan mempunyai pekerjaan.

Dari masalah-masalah yang disebutkan, apa yang adek sudah lakukan untuk
mengatasinya.

KERJA

73
kemarin sudah SM kirim leaflet tentang perkembangan dewasa muda. Kita bahas sama –
sama tentang ciri perkembangan yang normal dan menyimpang. Oke.. SM jelaskan
cirinya. Perkembangan dewasa muda yang normal adalah menjalin interaksi yang akrab,
mempunyai pacar atau sahabat, sudah bekerja, mempunyai komitmen untuk bekerja dan
berinteraksi, konsep diri yang jelas dan realistis. ciri lainnya adalah mengetahui tujuan
hidup dan menganggap kehidupannya sosialnya bermakna. Mari kita diskusikan.

menurut adek apakah kemampuan adek sudah sesuai dengan yang tertulis di leflet. Sudah
semua ya? Kecuali yang membentuk keluarga, namun kita jadikan sebagai tujuan hidup
adek.

menurut adek, apa yang menarik dari diri adek? apa kelebihan/aspek positif yang dimiliki?
menurut adek apa kekurangan yang dimiliki? ya, betul. Setiap orang punya kekurangan
dan kelebihan. Jadi tidak ada yang sempurna.

3. TERMINASI
Evaluasi Respon
Bagaimana perasaan adek setelah kita ngobrol?
Rencana Tindak Lanjut
Baiklah nanti setelah ini, tolong ingat-ingat lagi mungkin masih ada masalah lain lagi yang
belum sempat adek ceritakan.
Kontrak yang Akan Datang
Bagaimana jika kita ngobrol lagi besok tentang masalah yang adek alami dan bagaimana
cara untuk mengatasinya?
Kira-kira jam berapa kita bisa ketemu? Di saat ada waktu luang di rumah ya dek?
Baik, sampai di sini dulu pertemuan kita saat ini, sampai ketemu besok ya dek, Selamat
sore..

Evaluasi Keperawatan

No. Diagnosis Evaluasi TTD


1. Kesiapan S:
peningkatan o Klien mengatakan takut terhadap atasannya.
perkembangan o Klien mengatakan memiliki komunikasi yang
dewasa muda baik dengan keluarga dan juga orang orang di
sekitar.
o Klien mengatakan memiliki tujuan di hidupnya
Bersama dengan pasangannya.

74
o Klien mengatkan sering curhat kepada
sahabatnya.
O:
o Klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan SM
pasangannya
o Klien sudah bisa bekerja dan menghasilkan
uang
o Klien dapat menyebutkan tujuan hidupnya
o Klien dapat menyebutkan kelebihan dan
kekurangan klien
A:
o Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa
muda
o Masalah teratasi
P:
o Intervensi dihentikan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOSOSIAL


DENGAN ANSIETAS

Hasil Skrining
Nama : Aulia Iqbal
Usia : 24 tahun
Score : 19/29
No. Pertanyaan Jawaban
4. Apakah merasa sakit kepala? YA
5. Apakah kehilangan nafsu makan? YA
6. Apakah Anda merasa tidur tidak nyenyak? YA
7. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir? YA
75
8. Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan? YA
9. Apakah Anda merasa tidak bahagia? YA
10. Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari? YA
11. Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai? YA
12. Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan YA
ini?
13. Apakah Anda merasa kehilangan minat terhadap banyak hal? YA
14. Apakah Anda merasa tidak berharga? YA
15. Apakah Anda merasa tidak enak perut? YA
16. Apakah Anda merasa minum alcohol dari biasanya / memakai YA
Narkoba
17. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam YA
pikiran Anda?
18. Apakah Anda mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu YA
bencana/musibah/ kejadian traumatik atau adakah saat-saat Anda
seolah mengalami kembali kejadian tidak mengenakkan itu?
19. Apakah Anda menghindari kegiatan, tempat, orang atau pikiran YA
yang mengingatkan Anda akan bencana/musibah/kejadian
traumatik tersebut?
20. Apakah minat Anda terhadap teman dan kegiatan yang biasa Anda YA
lakukan berkurang?
21. Apakah Anda merasa sangat terganggu jika berada dalam situasi YA
yang mengingatkan Anda akan bencana/musibah/kejadian
traumatik atau jika Anda berpikir tentang
bencana/musibah/kejadian traumatik itu?
22. Apakah Anda kesulitan memahami atau mengekspresikan YA
perasaan Anda?

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Tn. I berusia 24 tahun dilakukan pengkajian dengan menjawab hasil share link pengkajian
dengan score 19/29.
Saat dilakukan rekapan pengkajian dan divalidasi ulang ke klien didapatkan data sebagai
berikut : Klien mengatakan mengalami gangguan pencernaan seperti perut suka tidak
enak terasa mules. Gangguan pencernaan ini dirasakan sering dan hampir setiap hari.
Namun klien mengabaikannya. Klien juga sering merasa sakit kepala, menurut klien
pemicunya karena kurang tidur dan selalu begadang. Klien mengatakan sulit untuk
memulai tidur. Klien merasa khawatir karena belum memiliki pekerjaan selama covid,

76
klien mengatakan dirinya tidak seproduktif dulu sebelum covid datang. Klien mengatakan
minum alcohol lebih dari biasanya.
Klien mengatakan khawatir dengan kebutuhannya nanti. Klien merasa kuliah yang di
tempuhnya menjadi tidak berharga. Klien merasa bingung tentang tujuan hidupnya. Klien
merasa teman-temannya hanya datang pada saat mereka membutuhkan klien.

2. Diagnosis keperawatan
a. Masalah
Klien tidak memiliki pekerjaan

Analisa Data
No Data Diagnosis
1. DS :
1. Klien mengatakan kepala pusing
2. Klien mengatakan sulit untuk
Ansietas
memulai tidur
3. Klien merasa cemas, dan khawatir
tentang kebutuhan hidupnya nanti
4. Klien merasa bingung dengan
tujuan hidupnya
5. Klien merasakan sering merasa
tidak enak di perut
DO :
1. Klien merasa sakit kepala
2. Klien tidak memiliki pekerjaan
3. klien kurang konsentrasi
4. Klien mudah Lelah
2. DS : Ketidakberdayaan
1. Klien mengatakan dirinya tidak
seproduktif dulu sebelum covid
2. Klien mengatakan teman temannya
hanya datang saat butuh saja
3. Klien merasa kuliah yang
ditempuhnya saat ini tidak berharga

DO:
1. Klien tampak sering menghembuskan
napas

3. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. I dengan ansietas
77
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. I dengan ansietas
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. I dengan ansietas
d. Mampu melakukan implementasi pada Tn. I dengan ansietas
e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. I dengan ansietas
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan ansietas : penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat yang
ditimbulkan karena ansietas
b. Melatih relaksasi fisik, mengendalikan pikiran dan emosi

Strategi Pelaksanaan Tindakan Perawatan

1. ORIENTASI
Salam terapeutik :
Bagaimana perasaan abang hari ini? Semalem begadang lagi bang? Tidur jam berapa?
Bangun jam berapa?. Tapi abang ngerasa badan abang jauh lebih seger gak setelah
bangun tidur?
Evaluasi :

Bisa diceritakan apa yang abang rasakan akhir-akhir ini?

Jadi itu yang abang rasakan.

Hasil evaluasi obrolan kita, abang merasa khawatir tentang keuangan saat ini. Perasaan
ini abang sudah rasakan semenjak covid dating dan semakin kuat tiga bulan ini.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah SM lakukan abang mengalami kecemasan atau
ansietas.

Kontrak :

Topik : Kita akan mengobrol tentang kecemasan dan keluhan yang abang rasakan.
Tujuannya agar abang lebih merasa tenang. Apakah abang bersedia?

Waktu : Kurang lebih kita akan mengobrol selam 30 menit. Apakah bisa bang?

Tempat : Dimana kita bisa mengobrol? Bagaimana kalau saat ini melalui telpon saja?

2. KERJA
Apa yang biasa abang lakukan ketika merasa cemas? Bagus sekali, abang mengalihkan
pikiran dengan bermain game. Abang bisa lakukan itu, setiap kali abang mengalami

78
cemas. Selain dengan bermain game, ada beberapa cara lagi untuk mengatasi cemas yaitu
cara fisik, sosial serta psikologis. Saat ini SM akan mengajarkan cara fisik yaitu tarik
napas dalam. Tarik napas dalam melalui hidung lalu tahan tiga detik dan buang napas
perlahan-lahan dari mulut. Seperti yang SM lakukan, Sekarang coba abang lakukan.
Bagus sekali bang. abang dapat melakukannya dengan baik, abang dapat melakukannya
tiga sampai lima kali sehari bila cemas muncul.
3. TERMINASI
Evaluasi klien : Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap, lebih tenang?
Evaluasi perawat : Bagus. Sekarang abang bisa jelaskan kembali pada SM apa yang
dilakukan ketika cemas? Bagus, abang sudah paham.
Rencana tidak lanjut : Nanti abang bisa berlatih secara teratur.
Kontrak yang akan datang : Hari Minggu, kita coba untuk melakukan cara mengatasi
ansietas yang lainnya. Abang bisa?
Topik : Dipertemuan nanti, kita akan berlatih cara lain yaitu Distraksi bercakap cakap hal
positif
Tempat : Bagaimana kita ngobrol lewat telpon saat abang memiliki waktu luang
dirumah? Jangan lupa untuk latihan tarik napas dalam ya.
Salam : Terima kasih untuk waktunya bang..

Evaluasi Keperawatan

No. Diagnosis Tanggal/Waktu Evaluasi TTD


1. Ansietas 08 Maret 2022/ S:
11.39 WIB  Klien mengatakan kepala pusing
 Klien mengatakan sulit untuk memulai tidur
 Klien merasa cemas, dan khawatir tentang
kebutuhan hidupnya
 Klien merasa bingung dengan tujuan
hidupnya
 Klien merasakan sering merasa tidak enak di
perut

79
SM
O:
 Klien merasa sakit kepala
 Klien tidak memiliki pekerjaan
 Tugas sehari hari terbangkalai
 Tampak klien kurang konsentrasi
 Klien mudah lelah

A:
 Ansietas
 Masalah belum teratasi
P:
 Intervensi dilanjutkan
 Mendiskusikan ansietas : Evaluasi ansietas,
manfaat relaksasi fisik

2. Ansietas 10 Maret 2022/ S: S


08.17 WIB  Klien mengatakan kepala pusingnya sudah
berkurang jika tidak begadang
 Klien merasa cemas, dan khawatir tentang
kebutuhan hidupnya
SM
 Klien mengatakan sudah mulai tau dengan
tujuan hidupnya
 Klien merasakan tidak enak di perutnya
berkurang
O:
 Sakit kepala klien berkurang
 Klien dapat mengerjakan tugas sehari hari
teratur

A:
 Ansietas
 Masalah teratasi sebagian
P:
 Intervensi dilanjutkan
 Mendiskusikan ansietas : Evaluasi ansietas,
manfaat relaksasi fisik

3. Ansietas 13 Maret 2022/ S:


17.48 WIB  Klien mengatakan kepala pusingnya sudah
berkurang jika tidak begadang
 Klien mengatakan cemas, dan khawatir

80
tentang kebutuhan hidupnya sudah
berkurang
 Klien mengatakan sudah mulai tau dengan
tujuan hidupnya
 Klien mengatakan beberapa pekerjaan
sedang tahap proses
 Klien dapat mengerjakan tugas sehari hari
teratur

A:
 Ansietas
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi dilanjutkan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOSOSIAL


DENGAN ANSIETAS

Hasil Skrining
Nama : Nada Hanifa S
Usia : 24 tahun
Score : 13/29
No. Pertanyaan Jawaban
23. Apakah Anda merasa tidur tidak nyenyak? YA
24. Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir? YA

81
25. Apakah tangan mudah bergetar? YA
26. Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai? YA
27. Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan YA
ini?
28. Apakah Anda merasa Lelah sepanjang waktu? YA
29. Apakah Anda merasa mudah lelah? YA
30. Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam YA
pikiran Anda?
31. Apakah Anda mengalami mimpi yang mengganggu tentang suatu YA
bencana/musibah/ kejadian traumatik atau adakah saat-saat Anda
seolah mengalami kembali kejadian tidak mengenakkan itu?
32. Apakah Anda menghindari kegiatan, tempat, orang atau pikiran YA
yang mengingatkan Anda akan bencana/musibah/kejadian
traumatik tersebut?
33. Apakah minat Anda terhadap teman dan kegiatan yang biasa Anda YA
lakukan berkurang?
34. Apakah Anda merasa sangat terganggu jika berada dalam situasi YA
yang mengingatkan Anda akan bencana/musibah/kejadian
traumatik atau jika Anda berpikir tentang
bencana/musibah/kejadian traumatik itu?
35. Apakah Anda kesulitan memahami atau mengekspresikan YA
perasaan Anda?

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Nn. N berusia 24 tahun dilakukan pengkajian dengan menjawab hasil share link
pengkajian dengan score 13/29.
Saat dilakukan rekapan pengkajian dan divalidasi ulang ke klien didapatkan data sebagai
berikut : Klien mengatakan merasa tertekan dengan skripsi yang sedang di kerjakannya.
Klien mengatakan sulit untuk tidur. Klien mengtaakan tidurnya tidak terlalu nyenyak.
Klien mengatakan sulit untuk memulai tidur. Klien mengatakan sekitar 2-3 hari tidak
tidur. Klien mengatakan pernah tidur hingga 7 hari, dan hanya minum air putih. Klien
mengatakan mudah lelah. Klien mengatakan skripsinya jadi terbangkalai. Klien
mengatakan sulit mendapatkan ide untuk skripsinya. Klien mengatakan banyak yang
mengganggu di pikirannya. Klien mengatakan takut skripsinya tida bisa selesai. Klien
mengatakan susah untuk mengatakan pendapat atau ide yang dipikirkan ke dosen
pembimbimbing.

2. Diagnosis keperawatan
a. Masalah
Proses pembuatan skripsi klien

82
Analisa Data
No Data Diagnosis
1. DS :
6. Klien mengatakan sulit tidur
7. Klien mengatakan sulit untuk
memulai tidur
8. Klien mengatakan merasa tertekan
dengan skripsi yang sedang di
kerjakannya
9. Klien mengatakan susah untuk
mengatakan pendapat atau ide yang
dipikirkan ke dosen Ketidakberdayaan
pembimbimbing
10. Klien mengatakan sekitar 2-3 hari
tidak tidur. Klien mengatakan
pernah tidur hingga 7 hari, dan
hanya minum air putih
11. Klien mengatakan mudah lelah.
12. Klien mengatakan takut skripsinya
tida bisa selesai.
DO :
5. Klien tampak gelisah
6. Klien kurang konsentrasi
7. Klien tampak lelah
8. Klien tampak selalu
menghembuskan nafas

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN DENGAN


KETIDAKBERDAYAAN

Strategi Komunikasi

1. Fase Orientasi

a) Salam Terapeutik

83
Hai adah, gimana perasaan nya hari ini? Tidur jam berapa semalem? Nyenyak gak tidur
nya? Bangun tidur jam berapa tadi pagi? Kegiatan setelah bangun tidur ngapain aja?

b) Evaluasi

“Adah kemarin sudah cerita bahwa adah merasa tidak mampu atau sulit untuk mendapat
ide untukskripsi adah,betul?. Apakah saat ini Adah masih merasakan hal tersebut?oke,
baik berarti sampai saat ini Adah masih kesulitan mendapatkan ide untuk skripsi ya?”

c) Validasi

Oke, Bagaimana perasaan hari ini, adah masih ngerasa mudah lelah gak?,

d) Kontrak

“Oke Adah, berdasarkan hasil validasi yang sudah kita lakukan kemarin dalam
keperawatan muncul diagnosa ketidakberdayaan dimana Adah mengatakan
ketidakmampuan Adah untuk mengungkapkan pendapat Adah kepada dosen
pembimbing karena merasa takut disalahkan. Nah, apakah Adah bersedia jika kita
berlatih tentang berpikir positif? Waktunya kurang lebih 30 menit ya, untuk tindakan
yang akan kita lakukan sekarang, bagaimana?

2. Fase Kerja
“Oke Adah, sesuai dengan yang kemarin SM bilang, bahwa kita akan berlatih tentang hal-
hal positif. Sekarang Adah bisa sebutkan kegiatan apa saja yang Adah sukai dalam diri
Adah? Coba Adah ingat-ingat kembali kemampuan apa saja yang dapat Adah lakukan?
Sekarang teteh bantu Adah untuk buat daftar hal-hal positif dan kemampuan apa saja yang
Adah miliki. Adah sudah menuliskan dan menyebutkan hal positif dan kemampuan yang
dimiliki. Iya bagus sekali. Disini, Adah bias lihat sendiri kan bahwa Adah memiliki
kelebihan yang orang lain pun belum tentu bisa seperti Adah, nah dari kemampuan yang
Adah punya harus dikembangkan lagi,menurut Adah perlu gak kemampuan yang adah
punya itu dikembangkan?, nah dari daftar hal positif yang sudah Adah tulis boleh satu
persatu Adah latih dan dikembangkan lagi, menurut Adah, kemampuan yang mana yang
mampu untuk Adah lakukan saat ini?. Wah iya hebat”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subjektif

84
“Nah, bagaimana perasaan Adah setelah kita sama-sama berlatih untuk menggali hal-
hal positif atau kemampuan-kemampuan yang Adah punya?
b. Evaluasi objektif
“Adah pasti bisa lebih mengembangkan kemampuan yang Adah punya berarti”
c. Rencana Tindak Lanjut klien
“Nanti Adah dapat mempraktekkan kembali kemampuan positif yang sudah Adah
tulis. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ya. ?, boleh lika
tulis ”
d. Rencana Tindak Lanjut perawat
“Oke Adah, untuk selanjutnya Adah boleh hubungi teteh langsung jika ada yang ingin
di ceritakan atau di sampaikan”
e. Salam
“Semangat terus buat Adah, jangan pernah menganggap Adah tidak mampu. Banyak
hal-hal positif dan kemampuan yang sebenarnya Adah punya, semangat terus dan
kembangkan kembali kemampuan-kemampuan tersebut. Terima kasih Adah ”

Evaluasi Keperawatan

No. Diagnosis Tanggal/Waktu Evaluasi TTD


4. Ansietas 13 Maret 2022/ S:
16.18 WIB o klien mengatakan saat ini beberapa kakak
seniornya membantunya untuk proses
pengerjaan skripsinya

85
o Klien mengatakan memiliki kegiatan yang
dilakukan di karang taruna tempat
tinggalnya sekarang
o klien juga mengatakan masih ada perasaan
SM
takut dan ketidakmampuan untuk
mengungkapkan hal-hal apapun kepada
dosennya
O:
o klien tampak senang ketika menceritakan
hal dan kemampuannya
o klien tampak menghindar ketika
membicarakan skripsinya

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

86
87
Dokumentasi Praktik Stase

88
Jiwa

89

Anda mungkin juga menyukai