Anda di halaman 1dari 4

1.

Sebutkan tanda-tanda pola dinamika psikologis pada anak yang mengalami gangguan

enuresis !

Jawaban :

Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak

sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga

terjadi pengeluaran urin yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol.

Enuresis merupakan salah satu masalah perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal

ini dapat menjadi sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua.

Enuresis sering dianggap memalukan oleh anak dan keluarganya, enuresis sering

disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut

mendapat pertolongan dokter.

Pada anak, enuresis dapat mempengaruhi kehidupan seperti timbulnya rasa kurang

percaya diri, merusak pergaulan, yang semuanya dapat berpengaruh terhadap

perkembangan sosial anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap

akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas hidup anak saat dewasa. Karena itu sudah

selayaknya bila masalah ini tidak dibiarkan berkepanjangan. Bila diabaikan, hal ini akan

berpengaruh bagi anak. Biasanya anak menjadi tidak percaya diri, malu dan hubungan

sosial dengan teman terganggu.

2. Kekerasan pada anak sering terjadi. Untuk itu seorang guru/pendamping sebaiknya

memperhatikan setiap anak yang menjadi tanggungjawabnya. Kemukakanlah tanda-tanda

fisik yang bisa menjadi indikator terjadinya kekerasan fisik pada anak !

Jawaban :

Anak-anak rentan mengalami kekerasan baik fisik maupun psikis karena mereka tidak

bisa melindungi dirinya. Kekerasan pada anak sering kali dilakukan oleh orang dewasa,

bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang kenal dekat dengan anak. Kekerasan pada
anak bisa menimbulkan trauma mendalam dan berdampak buruk bagi tumbuh

kembangnya. Secara psikis bisa berdampak jangka panjang hingga anak dewasa.

Sayangnya, kebanyakan anak-anak tidak berani menceritakan kekerasan yang dialaminya

kepada orangtua. Hanya sedikit pula kasus kekerasan anak yang dilaporkan. Tanda- tanda

fisik indikator kekerasan fisik pada anak :

• Anak menghindari orang tertentu Orangtua perlu bertanya-tanya ketika anak

bersikeras menghindar dari orang tertentu tanpa alasan yang jelas. Itu merupakan

isyarat pertama yang ditunjukkan oleh anak.

• Sering menangis tanpa alasan Anak selalu menangis ketika dibawa ke tempat

penitipan anak, rumah teman Anda, sekolah, atau suatu tempat lainnya. Ia pun

bisa menjadi lebih rewel dibanding biasanya. Orangtua harus segera mengajak

bicara anak dan menanyakan apa yang terjadi.

• Tubuh memar Jangan anggap sepele ketika Anda menemukan tubuh anak memar

ketika pulang ke rumah. Memar merupakan tanda kekerasan yang mudah dikenali.

• Perilaku mendadak berubah Anak yang tadinya ceria, lemah lembut, kemudian

berubah menjadi pemarah, tidak peduli, agresivitas, perlu Anda curigai mengalami

kekerasan.

• Gejala aneh Anak yang mengalami kekerasan juga bisa mengalami perubahan

kebiasaan, seperti susah tidur, hilang napsu makan, hingga menjadi terlalu

protektif terhadap anak-anak di sekitarnya. Atau kadang ia menjadi penakut dan

bersikap kekanak-kanakan.

• Menyendiri Anda juga perlu curiga jika anak tiba-tiba ingin selalu sendirian dan

terlihat menyembunyikan sesuatu. Kekerasan bisa membuat anak menjadi lebih

takut bertemu orang lain.


• Nyeri saat berjalan Jika anak mendapat pelecehan seksual, ia bisa mengalami

pendarahan, alat kelamin terasa gatal dan memar. Ketika anak merasa nyeri saat

duduk maupun berjalan dan sulit melakukan aktivitas fisik seperti biasa, itu bisa

menjadi tanda anak mengalami kekerasan.

• Akrab dengan informasi seksual Pada kasus pelecehan seksual, bisa membuat

anak menjadi sangat akrab dengan informasi seksual untuk orang dewasa. Muncul

rasa ingin tahu yang melampaui usia mereka.

• Anak selalu waspada Tanda lain yang diamati pada anak-anak yang mengalami

pelecehan adalah mereka menjadi selalu lebih waspada. Mereka bisa terlihat

ketakutan dan cemas tentang sesuatu hal buruk yang akan terjadi.

3. Mengapa Piaget menyarankan agar pendidik menghindari ceramah atau membuat anak

pasif ?

Jawaban :

Piaget menyarankan agar pendidik menghindari ceramah atau membuat anak pasif.

Dia berargumentasi bahwa anak harus didorong untuk menjelajahi macam-macam

perlengkapan pendidikan, misalnya buku cerita, seni dan kerajinan tangan, puzzle atau

permainan, yang memungkinkannya belajar sambil melakukan. Menurut Piaget, anak

harus dapat melakukan percobaan dan penelitian mereka sendiri. Guru/pendidik dapat

membimbing mereka dengan menyediakan bahan-bahan yang sesuai, tetapi hal yang

paling mendasar adalah dalam rangka agar anak memahami sesuatu, anak harus

membangunnya sendiri, ia harus menemukannya (Piaget, 1972).

Piaget juga menekankan bahwa pelajaran formal dapat disusun dengan cara belajar

aktif. Sebagai contoh, dia percaya bahwa operasi aritmetika dasar dapat diilustrasikan

secara maksimal dengan cara anak bermain kancing dan melakukan penjumlahan dan

pengurangan dari pada memperlihatkan kepada mereka operasi aritmetika di papan tulis.
Dengan kata lain, Piaget menekankan bahwa pekerjaan guru/pendidik tidak hanya

melakukan pengiriman fakta dan konsep atau secara aktif mendorong jawaban yang

benar, tetapi juga menyediakan mangan, bahan dan petunjuk yang memungkinkan anak

yang ingin tahu mengalami kepuasan yang timbul dari dalam dirinya dengan menemukan

pengetahuan untuk diri mereka sendiri.

Piaget melihat pendidikan ”berdasarkan penemuan” sebagai sesuatu yang penting

sebab dia percaya bahwa prinsip utama pendidikan adalah menciptakan seseorang yang

dapat melakukan sesuatu yang baru (tidak sekadar mengulangi apa yang telah dilakukan

generasi sebelumnya), yaitu orang-orang yang kreatif, pemula, dan penemu (Piaget dalam

Elkind, 1977).

4. Jelaskan perkembangan bahasa pada anak usia kelompok bermain (usia 3-4 tahun) !

Jawaban :

Anak usia 3-4 tahun umumnya memiliki semangat dalam berbicara, kemampuan

keingintahuannya cenderung lebih besar, seperti menceritakan sesuatu yang terjadi di

sekelilingnya kepada orang terdekat. Anak usia tersebut walaupun mempunyai semangat

yang tinggi dalam berbicara sebagian dari mereka belum dapat menyusun kata dengan

baik walaupun mereka menggunakan lebih dari satu kosakata, terkadang kata yang

disampaikan tidak nyambung dengan alur cerita atau terkendala dengan kosakata yang

belum mereka ketahui.

Ciri khas kalimat yang diucapkan oleh anak usia 3-4 tahun adalah kalimat tanya.

Sebab, seiring dengan perkembangan kognitifnya, yaitu memenuhi rasa ingin tahunya

yang besar, anak akan senang sekali memulai percakapan dengan kalimat atau kata, “Ada

apa?”, “Di mana?”, “Bagaimana?” atau “Kenapa?”. Pada usia ini, anak juga mulai

mengembangkan rasa humornya melalui percakapan.

Anda mungkin juga menyukai