Anda di halaman 1dari 12

Masalah Psikologis Remaja

Abyz Wigati, S.Psi


Pondok Parenting Harum
• Menurut riset, berbagai potensi kondisi
psikologis dan gangguan mental pada
manusia memang mulai menunjukkan

Situasi gejalanya pada usia kritis remaja atau


dewasa muda. Dengan populasi kelompok
usia 10-19 tahun yang mencapai 44,5 juta

remaja jiwa.
• 1 dari 20 (sekitar 5.5%) remaja di

Indonesia
Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan
mental (DSM-V) 
• Artinya, sekitar 2,45 juta remaja di
seluruh Indonesia termasuk dalam
kelompok Orang dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ).
Jenis Gangguan
Gangguan kecemasan (anxiety disorder)
menjadi gangguan mental paling umum
di antara remaja di Indonesia
Gangguan kecemasan terdiri dari dua
jenis
1.  fobia sosial (ketakutan berlebih
secara khusus terhadap situasi
sosial, misalnya menghadapi
lingkungan baru)
2. gangguan kecemasan menyeluruh
 (kecemasan berlebihan terkait
beberapa kejadian atau aktivitas,
misalnya ujian, lombadll).
Penyebab
• Keluarga (masalah dengan orang tua,
kesulitan beraktivitas bersama anggota
keluarga),
• Teman sebaya (masalah hubungan dengan
teman sebaya),
• Tempat belajar atau bekerja (aktivitas utama)
misalnya karena; kesulitan menyelesaikan
tugas sekolah, performa akademik yang
buruk dll
• Distres personal (rasa bersalah atau sedih
yang berkepanjangan).
Siapa yang bisa
menangani
Keluarga merupakan faktor
yang sangat berpengaruh dalam
penanganan gangguan mental
remaja. Oleh karena itu, orang
tua dan anggota keluarga lain
juga harus saling belajar
mengenai kesehatan mental
agar bisa membantu remaja
dalam mengelola kesehatan
mental
1. Cari Tahu Sumber Kecemasan Anak
• Salah satu cara untuk membantu anak mengelola
perasaan cemas adalah dengan berbicara dengan
mereka tentang kekhawatirannya.
• Jadi pendengar yang baik ; tidak memutus atau
menyela saat anak sedang bercerita. Hindari
mencela atau menyalahkan pikiran negatif anak.

Mengatasi
• Dengarkan dulu semua ceritanya, sampai selesai.
Kemudian, barulah sampaikan pendapat dari
sudut pandang Anda.
• Orang tua bisa menjelaskan mengapa rasa cemas
itu hal yang manusiawi yang dimiliki anak.
Setelah itu, Anda perlu sampaikan kalau akan
mencoba memahami yang dirasakan anak dan
akan memberikan dukungan untuk mengurangi
kecemasannya.
2. Bantu Remaja Mengelola Rasa
Cemasnya

Sebagai langkah awal, bantu anak berlatih


berbicara atau menghadapi orang lain
melalui simulasi Bersama anggota
keluarga.
Tumbuhkan keyakinan pada diri anda
sendiri bahwa secara perlahan anak
dapat mengatasi kecemasannya
menghadapi orang lain/ banyak orang.
Ajarkan dan temani anak untuk
melakukan relaksasi pernapasan agar anak
dapat menstabilkan kembali emosinya dan
menurunkan kecemasan
3. Tunjukkan Cara
Anda Mengelola
Stress
• Anak akan mengikuti apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan dari orangtua,
karena itu bantu anak mengelola
kecemasannya dengan memberikan contoh
mengelola stres dan kecemasan yang baik.
• Hindari menunjukkan perilaku gelisah,
emosional, dan ekspresi negatif lainnya.
4. Ajari Remaja Menggunakan
Media Sosial dengan Benar

• Remaja sekarang ini sudah sangat canggih


dalam urusan digital, termasuk bermain media
sosial. Namun, terkadang, sumber kecemasan
remaja justru bersumber dari media sosial.
• Untuk menghindari efek negatif tersebut,
orang tua dapat mengedukasi remaja soal
penggunaan media sosial.
• Jelaskan untuk menggunakan media sosial
sewajarnya dan batasi waktunya. Ingatkan pula
bahwa apa yang ditampilkan di sana tidak
semuanya benar.
• Ajari juga anak remaja untuk berhati-hati
dalam memberikan pendapat di media sosial.
5. Lakukan Aktivitas
Bersama
Lakukan kegiatan sederhana, seperti
bermain, berolahraga, berlibur, atau
memasak. Menghabiskan waktu
bersama anak dapat membuat
mereka merasa dicintai sekaligus
membangun citra yang baik soal
keluarga.
6. Terapkan Gaya
Hidup Sehat
• Dorong gaya hidup yang sehat
dengan makan-minum yang sehat,
tidur cukup, dan rutin beraktivitas
fisik.
• Mengapa hal ini penting?
Faktanya, gaya hidup sehat dapat
menghindarkan kondisi dari stres
dan kecemasan berlebihan.
• Pastikan anak remaja memahami
bahwa ia tidak sendirian dalam
menghadapi masalah, orang tua
(keluarganya) akan selalu ada
untuk membantunya.
Sumber : Jurnal Psikologi
Penulis :
1. Amirah Ellyza Wahdi
2. Tri Yuniarti Lestri

Anda mungkin juga menyukai