Anda di halaman 1dari 3

Nama : Resky Mouresta Quintilis

NIM : 200810812

Kelas : 33F

TUGAS PERTEMUAN 9 DAN 10

MERINGKAS MATERI WEBINAR NCDRC YANG DISAMPAIKAN OLEH:

1. PROF. MADYA Dr. HASNAH TORAN


2. Puan Zarina Zainuddi
3. Ibu Kumala Windya
4. Dr Norsayyidatina Che Rozubi

TENTANG RELAKSASI KANAK-KANAK AUTISME


1. Prof Madya Dr. Hasnah Toran
“Autisme Fahami Kami”

Masih banyak masyarakat yang awam mengenai apa itu autisme. Autisme adalah
ketidakmampuan atau keterbatasan seseorang untuk berinteraksi secara sosial, komunikasi dan
keterbatasan dalam imajinasi) (IQ bukan merupakan ciri-ciri autisme). Autisme bisa disebut
hidden disabilities, di mana anak-anak yang mengalami autisme itu tidak menunjukkan ciri-ciri
khusus yang mana jika dilihat, anak pengidap autisme sama halnya dengan anak-anak normal
pada umumnya. Tidak ada ciri fisik sebagai tanda seorang anak mengidap autisme. Autisme itu
beragam. Di mana disebut dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Dikatan seperti itu karena
anak pengidap autisme bermacam-macam ada yang mampu bersosialisasi dengan baik, namun
tak pandai berkomunikasi dsb (Ditinjau dari IQ). Pada dasarnya anak pengidap autisme akan
memiliki cri-ciri yang unik dalam diri mereka yang kemungkinan tidak dimiliki oleh anak yang
lain. Comorbidity atau Komorbiditas (penyakit penyerta) yang menggambarkan kondisi bahwa
ada penyakit lain yang dialami selain penyakit utama, di mana diartikan dengan disorders not
disabilities (Contoh: Seseorang penderita autisme yang juga memiliki kelainan lain seperti
anxiety, bipolar, dll). Sedangkan disabilities lebih ke contoh seperti buta, tuli, atau
ketidakmampuan melakukan sesuatu. Banyak masyarakat saat ini yang mengasumsikan bahwa
negative behavior atau kebiasaan buruk dari anak itu merupakan bagian dari autis, bahwa anak
autis identik dengan berbagai perilaku yang di luar kendali seperti nakal, suka mengamuk,
menggigit orang lain, dsb. Hal tersebut salah besar, di mana itu bukan kesalahan anak autis
namun tingkat kesadaran orang tua yang rendah bahwa mereka memiliki anak autis namun
mereka tidak mau mendidik dengan benar. Maka dari itu, perat dari orang tua sangat penting
untuk mendidik anak penderita autis.

Para orang tua yang memiliki anak pengidap autis sebaiknya tidak hanya sealu bertumpu dan
fokus dengan melakukan terapi, para orang tua sendiri lah yang diperlukan untuk bagaimana
melatih anak, menstimulasi anak dalam berbicara dan berkomunikasi, orang tua harus mengerti,
mencari tahu, dan belajar bagaimana menerapkan hal tersebut kepada anak penderita autis.
Bagi para orang tua yang memiliki anak autis dan anak tersebut akan masuk ke sekolah, ada 6
poin penting yang perlu diperhatikan:

- Pastikan anak mampu mengikuti arahan


- Lakukan toilet training
- Ajarkan kepada anak mengenai tingkah laku baik di rumah maupun di luar rumah,
- Latih anak bagaimana duduk di kelas dan menyiapkan tugas,
- Ajarkan anak beraktivitas dengan lingkungan
- Latih kemampuan dasar

Salah satu cara mengajarkan anak autis berkomunikasi adalah dengan gambar. Hal tersebut akan
membuat percakapan antara orang tua dan anak lebih terasa kongkrit. Berbeda dengan hanya
orang tua berucap saja karena ucapan tersebut akan selalu dibawa oleh anak. Jika disajikan
gambar, anak penderita autis akan lebih paham akan apa yang orang tua mereka sampaikan.

Kesimpulannya adalah bahwa peran orang tua sangat penting bagi anak pengidap autis. Orang
tua harus tanggap, mau belajar, dan sigap dalam melakukan interfensi awal agar anak autis
senantiasa mampu berkembang

2. Puan Zarina Zainuddin


“Ini Cerita Ibu”

Puan Zarina merupakan seorang selebritis Malaysia yang memiliki 2 orang anak kembar yang
menderita autis. Beliau membesarkannya hingga sekarang kedua anaknya berumur 25 tahun.
Sejak berumur 3 tahun dikarenakan pada saat itu anak tidak mampu berucap seperti anak
seusianya.

Puan Zarina juga memberikan saran bagi para orang tua yang anaknya menderita autis untuk
selalu berusaha dan selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Senantiasa ajarkan berbagai
aktivitas agar anak terus berkembang dan menjadi seseorang yang mandiri. Beliau
menyampaikan pula bahwa anak autis tetap harus dijaga dan diawasi oleh orang tua, terlebih
anak puan Zarina kembar sehingga sangat sering kedua anak beliau berkelahi atau mengamuk,
maka dari itu harus lebih diperhatikan. Beliau berpesan kepada para orang tua bahwa walaupun
kondisi mereka yang berbeda namun tetap hargai mereka, beri mereka kasih sayang, ajarkan
mereka menjadi manusia yang mandiri dan mampu menjaga diri nya sendiri terlepas dari kondisi
mereka yang tidak seperti orang normal pada umumnya, dan juga ajarkan mereka kemampuan
dasar untuk menjaga kebersihan diri agar mereka terlihat sempurna di mata kita dan orang lain,
serta tetap semangat dalam mendidik mereka, lebih mengenal dan terus belajar tentang
autisme.

3. Ibu Kumala Windya


“Relaksasi”

Hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi stress yang dialami orang tua dalam mendidik
anak autis adalah relaksasi. Relaksasi merupakan salah satu cara yang mudah dan praktis untuk
membuat pikiran, dan tubuh menjadi rileks, menjadi lebih tenang, sehingga dapat melepaskan
ketegangan baik dalam pikiran, emosi, dan tubuh kita. Sejatinya ketika orang tua selalu stress,
emosi, akan sulit untuk mendidik anak autis agar mereka terus berkembang.
Berikut adalah beberapa relaksasi yang dapat dilakukan:

a. Relaksasi nafas merupakan pertolongan pertama saat kita risau, marah, atau pikiran tidak
tenang. Ketika nafas tenang, detak jantung akan tenang, begitu juga peredaran darah kita.
Relaksasi nafas dapat dilakukan dengan duduk di kursi dengan rileks (sambal bersandar di
kursi) selanjutnya tangan di dada atau perut dan praktikkan Tarik nafas dan hembus nafas
secara perlahan.
b. Relaksasi dengan panduan imajinasi. Hal ini dapat dilakuakn dengan praktik relaksasi nafas
sambal membayangkan tempat yang indah (pantai, gunung, tepi danau), jika sudah merasa
cukup tenang bisa membuka mata secara berlahan
c. Relaksasi otot, jika sedang merasa stress akan timbul ketegangan baik di otot maupun
kepala, bahu, tangan perut, punggung, dan kaki juga merasa tegang. Relaksasi ini bertujuan
untuk menenangkan otot kita sehingga mengurangi Lelah pada tubuh kita.

4. Dr. Norsayyidatina Che Rozubi

Isu atau masalah pada orang tua yang memiliki anak autis:

a. Isu melibatkan diri. Banyak orang tua yang belum bisa menerima bahwa anaknya mengidap
autis di karenakan mereka selalu membandingkan anaknya dengan orang lain
b. Isu mengelola/mengurus diri sendiri. Orang tua yang memiliki anak autis tentu saja akan
mengalami kehidupan yang berbeda dan harus menyesuaikan dengan kondisi mereka saat
ini. Hal tersebut akan membuat orang tua terkadang tak mampu untuk mengurus diri sendiri
bahkan juga mengurus anak nya yang menderita autis.
c. Isu kekurangan ilmu yang dihadapi oleh orang tua.
d. Isu melibatkan dukungan. Kesulitan menerima yang dialami orang tua terhadap anaknya
yang autis akan menyebabkan mereka sukar/sulit memahami kondisi keluarga mereka (dari
segi keluarga). Sedangkan dalam segi masyarakat terdapat banyak persepsi mengenai
autisme yakni bermain gadget sehingga menyebabkan autis, atau cerita-cerita di televisi
mengenai autisme yang sepenuhnya salah/tidak benar sehingga hal tersebut akan
berdampak terhadap orang tua yang mengurus anak-anak autis.

Anda mungkin juga menyukai