Oleh :
Mahasiswa Stikes NU Tuban
MELAINARNI 19.09.3.149.065
MASROYANA 19.09.3.149.067
2
Namun demikian dalam aktivitasnya anak autis memiliki keterbatasan.
Anak peyandang autis menunjukkan adanya gangguan dalam berkomunikasi.
Gangguan berkomunikasi tersebut dapat terlihat dalam bentuk keterlambatan
berbicara, tidak bicara, bicara dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti atau
bicara hanya dengan meniru saja (ekolalia). Ekolali hanya bisa dianggap suatu
ciri autisme jika muncul pada usia mental yang lebih tinggi. Bagi seorang anak
penyandang autis dengan usia mental 5 tahun, tidaklah normal jika
menunjukkan ekolali. Ini mungkin dianggap sebagai “gangguan kalitatif”.
(Peeters, 2004:59). Selain adanya gangguan komunikasi anak autis juga
menunjukkan adanya gangguan interaksi dengan orang yang ada disekitarnya,
baik orang dewasa maupun anak sebayanya. Penyandang autis juga
menunjukkan perilaku yang tidak mencukupi, termasuk dalam melakukan
interaksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya.
Kondisi anak autis yang berkaitan dengan melakukan interaksi sosial jelas
terjadi hambatan-hambatan hambatan tersebut terjadi karena tidak adanya
kemampuan seorang anak autis untuk menerima rangsangan yang berasal dari
luar sehingga terkesan acuh dan tidak peduli dengan kondisi yang terdapat
disekitarnya. Pada dasarnya terdapat gejala anak autis, yaitu: pertama terjadi
gangguan komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat berbicara,
merancau, seirng meniru (echolalia), sering menarik tangan orang yang ada
didekatnya agar melakukan sesuatu untuknya. Kedua, terjadi gangguan
interaksi sosial seperti menhindari tatapan mata orang lain, lebih asyik main
sendiri dan menolak untuk dipeluk. Ketiga, terjadi gangguan pada perilaku yang
berlebihan (excessive) misalnya tidak bisa diam dan mengulang-ulang gerakan
tertentu atau gangguan perilaku kekurangan (deficient) misalnya diam untuk
tatapa kosong dan bermain secara monoton. Keempat, terjadi gangguan emosi,
yaitu tak ada atau kurangnya empati, tertawa tertawa tanpa sebab, menangis
atau marah-marah sendiri dan sering mengamuk (temper tantrum). Kelima,
terjadi gangguan persepsi sensoris seperti suka mencium-cium atau menjilat-
jilat benda apa saja, tak bisa mendengar suara keras dan ak mau diraba/
disentuh (Mikael, 2001:1).
Berdasarkan beberapa kondisi tersebut maka seorang anak autis akan
mengalami kendala dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang ada
disekitar. Kendala dalammelakukan interaksi sosial tersebut dikarenakan
seorang anak autis memiliki kecenderungan bersikap acuh terhadap kondisi
yang sedang terjadi. Pada sisi yang lain seorang anak autis tidak mampu
melakukan bersosilisasi dan berkomunikasi dengan baik dengan kondisi
3
lingkungan disekitarnya. Beberapa kendala seorang anak autis dalam
melakukan interaksi sosial yaitu dapat diketahui adanya kendala dalam
berbahasa sehingga agak sulit untuk membangun atau melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan yang berada disekitarnya.
Kondisi seorang autis secara langsung juga mempengaruhi kondisi
keluarga dalam upaya mendidik anak autis tersebut, dimana tingkat kesabaran
seorang keluarga sangat diperlukan dalam menciptakan suasana yang
mendukung proses pembelajaran seorang anak autis tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk
melakukan penyuluhan tentang Autism Spectrum Disorder (ASD) dan
penatalaksanaannya.
4
V. Sasaran Peserta
Peserta
Keluarga pasien di ruang Poli Jiwa Anak di RSJ Menur Surabaya
VI. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
VII. Media
Leaflet
X. Penutup
Demikian proposal ini kami buat sebagai pertimbangan dalam kegiatan yang
akan dilaksanakan. Semoga kegiatan yang di rencanakan bersama dapat berjalan
dengan baik sesuai harapan. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau kalimat
yang kurang berkenan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
5
Tuban, Februari 2020
Mengajukan,
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klilnik
Mengetahui,
Kepala Ruangan Anggrek RSJ
Menur Surabaya
--------------------------
NIP:
6
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
AUTISM SPECTRUM DISORDERS (ASD)
Ketua Pelaksana : Olifia Rahma Amelia
Sekretaris : Masroyana
Bendahara : Melainarni
Seksi Acara : Ninik Indayati
Seksi Perlengkapan : Nurul Mahmudah
7
Lampiran 2
ANGGARAN DANA
PENYULUHAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTYVITY DISORDER
(ADHD)
PENGELUARAN
01 Kesekretariatan
a. Surat Menyurat - - -
b. Proposal
I buah 10.000 10.000
02 Seksi Konsumsi
- Snack
30.000
Total 50.000
Total 50.000
8
Lampiran 3
SUSUNAN ACARA
PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI
AUTISM SPECTRUM DISORDER
(ASD)
9
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. TUJUAN UMUM
Setelah di berikan penyuluhan selama ± 40 menit di ruang Poli Jiwa Anak RSJ
Menur Surabaya diharapkan keluarga mampu memahami tentang ASD sehingga
meningkatkan kemampuan untuk mempunyai tingkah laku yang positif yaitu
koping adaptif
II. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga dapat :
1. Keluarga mengerti tentang pengertian ASD.
2. Keluarga mengerti tentang penyebab ASD.
3. Keluarga mengerti tentang tanda dan gejala dari ASD.
4. Keluarga mengerti tentang deteksi dini dan penanganan ASD
IV. METODE
Ceramah dan tanya jawab.
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.Keluarga dapat mengajukan
pertanyaan setelah penyampain materi selesai.
10
V. MATERI
Terlampir
15 menit Pelaksanaan :
1. Penyampaian materi 1. Pengertian autism / ASD
2. Menjelaskan tentang pengertian 2. Penyebab autism / ASD
ASD 3. Tanda dan gejala autism /
3. Menjelaskan tentang penyebab ASD
ASD 4. Deteksi dini serta
4. Menjelaskan tentang tanda dan penanganan autism / ASD
gejala ASD
5. Menjelaskan tentang deteksi
dini dan penanganan ASD
.
5 menit Membagikan leaflet
10 menit Evaluasi :
1. Menanyakan kembali hal-hal 1. Peserta dapat menjawab
yang sudah dijelaskan mengenai pertanyaan.
autism , ASD
1.
5 menit Penutup :
1. Menutup pertemuan dengan 1. Peserta mendengarkan.
menyimpulkan materi yang
telah dibahas
2. Memberikan salam penutup 2. Peserta menjawab salam.
VII. MEDIA
Leaflat
11
VIII. EVALUASI
1. Persiapan :
1) Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
2) Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
3) Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
4) SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
2. Proses :
1) Peserta datang tepat waktu
2) Peserta memperhatikan penjelasan perawat
3) Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat
4) Media dapat digunakan secara efektif
3. Hasil :
Supaya keluarga mengerti tentang deteksi dini dan penatalaksanaan ASD
secara benar dan mengetahui apa saja tanda dan gejala serta penyebab ASD.
X. LAMPIRAN MATERI
12
MATERI PENYULUHAN
AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)
1. Definisi
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perilaku awal kehidupan
anak yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri
pokok yaitu terganggunya perkembangan komunikasi social, interaksi social, dan
imajinasi social.
Keenan Mickey, dkk (2000) mengatakan bahwa Autism Spectrum Disorder
(ASD) merupakan sebuah gangguan perkembangan pervasif. Secara umum, anak
yang terdiagnosa ASD memperlihatkan beberapa gangguan dan defisit dalam perilaku
sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan dan defisit perilaku yang dimiliki berbeda
dari satu anak ke anak yang lain dan biasanya hal ini terlihat pada sosial interaksi,
bahasa, sosial komunikasi, bermain simbolis dan imaginasi, dan pola perilaku
repetitif dan stereotype
2. PENYEBAB ASD
a. Faktor biologis
b. Faktor genetic
yaitu keluarga yang terdapat ana autis memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan keluarga normal
c. Sebelum hamil, hamil dan setelah hamil
(perdarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi yang terlambat,
gangguan pernafasan dan anemia merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya autisme).
d. Faktor neurologis
Otak (gangguan atau fungsi) pada sel-sel otak selama dalam kandungan
dengan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi perdarahan
atau infeksi dapat memicu terjadinya autisme.Faktor biologis
e. Keracunan Logam Berat
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah
ternyata banyak ditemukan logam berat beracun pada anak ASD.
13
Anak autis menunjukkan perilaku stereotip dan kepentingan mereka mungkin
menjadi kesibukan oleh bagian tertentu dari mainan, atau tertarik dalam
properti sentorik tertentu dari objek seperti rasa, tekstur, warna, atau bau.
c. Abnormal Terhadap Respon Rangsangan Sensorik
Yaitu tidak ada respon saat dipanggil.
5. PENANGANAN ASD
a. Edukasi
Edukasi (untuk belajar keterampilan dan pengetahuan baru dan meningkatkan
kemandirian anak).
b. Berbicara dan Bahasa
Berbicara dan bahasa (Terapi ini difokuskan untuk mengajarkan cara
berkomunikasi yang dapat digunakan di situasi sehari-hari).
c. Edukasi Orang Tua
Edukasi orangtua (Dengan adanya pengetahuan, orang tua bisa menyesuaikan
lingkungan agar lebih mendukung perkembangan anak).
d. Obat
e. Okupasi dan Sensori Integrasi
Okupasi dan sensori integrasi (Terapi okupasi mengajarkan individu autistic
pada keterampilan sehari-hari, contoh menggosok gigi, menggunakan sendok
dan memakai baju).
14
dengan normal. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa Anda terapkan dalam
merawat anak dengan ASD.
1. Cari dokter dan ahli kesehatan tepercaya
ASD memengaruhi kehidupan anak dalam berbagai hal, baik sosial,
pendidikan, maupun kehidupan pribadinya. Anak dengan kondisi ini
memerlukan guru, terapis, dan dokter yang memang ahli dalam menghadapi
anak dengan autisme.
Dokter dan terapis dapat bekerja sama untuk mengendalikan gejala GSA yang
dialami anak sehingga ia bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan lebih
baik. Sementara, guru yang terlatih dapat membantunya mengikuti pelajaran
dengan baik.
Anda bisa meminta rekomendasi dokter maupun terapis spesialis dari dokter
yang sebelumnya menangani kondisi anak. Mencari informasi tambahan lewat
internet juga bisa membantu Anda menemukan dokter, terapis, maupun guru
yang Anda butuhkan.
2. Tingkatkan pengetahuan diri mengenai autisme
Orangtua adalah sosok yang paling dekat dan dipercaya oleh anak, apalagi
jika ia memiliki autism spectrum disorder. Sosok Anda sangat membantu anak
dengan ASD untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Agar Anda dapat
mengasuhnya dengan tepat, pengetahuan seputar autisme harus Anda
tingkatkan. Jangan sampai Anda termakan mitos autisme beredar yang bisa
memperburuk kondisi anak. Anda bisa mendapat informasi mengenai kelainan
neurologis ini pada dokter, buku, atau membaca dari website yang tepercaya.
Anda juga bisa mengikuti komunitas orangtua dan anak yang mengidap
autisme. Lewat komunitas ini, Anda bisa saling berbagi pengalaman dalam
merawat anak dengan kondisi tersebut.
3. Lakukan kunjungan ke dokter secara rutin
Anak dengan autism spectrum disorder bisa mendapatkan perawatan yang
berbeda-beda. Ini bergantung dengan keparahan gejala. Jika pengobatan
berjalan lancar dan kondisi anak semakin membaik, perawatan tertentu
mungkin saja bisa dihentikan, misalnya penggunaan obat-obatan.
4. Perlu luangkan waktu untuk anak dan diri sendiri
Membantu anak mengurangi keparahan gejala tidak hanya tugas dari guru,
dokter, maupun terapis saja. Anda sebagai sosok yang paling dekat dengan
anak juga perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk dirinya. Ini dilakukan
agar Anda dan si kecil dapat mengenal satu sama lain lebih dalam. Namun,
jangan lupa bahwa merawat anak dengan autism spectrum disorder pasti
15
membuat Anda lelah. Luangkan juga waktu untuk melepaskan penat dan stres,
seperti melakukan hal yang disukai. Bicarakan hal ini dengan pasangan,
supaya Anda dapat bergantian menjaga si kecil.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A. A. A & Uliyah M. buku saku pratikum kebutuhan dasar manusia, EGC,
Jakarta 2004
A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier
Science.
Penuntun umum untuk petugas puskesmas.Jakarta.Departemen Kesehatan. 1995.
Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi Dokter Kecil . Jakarta
17