Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME

KELOMPOK 9

NAMA KELOMPOK
Andini 21120009
Gallin Jeaprel F.S 21120020
Padila Putri Syalsabillah 21120031
Salsa Billa Firdausah 21130041
Warsiah 21120054

Dosen pembimbing : Marwan Riki, S.Kep.,Ns.M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep asuhan keperawatan Pada Anak Dengan
Autisme kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep asuhan


keperawatan Pada Anak Dengan Autisme ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 24 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Rumusan masalah................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi ...............................................................................................
2.2 Klasifikasi ..........................................................................................
2.3 Etiologi ...............................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis ..............................................................................
2.5 Patofisiologi .......................................................................................
2.6 Fatoflow .............................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang .....................................................................
2.8 Penatalaksanaan .................................................................................
2.9 Komplikasi .........................................................................................
2.10 Prognosis ..........................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


Pengkajian ...............................................................................................
Masalah Keperawatan ..............................................................................
Intervensi Keperawatan .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak


Berkebutuhan Khusus Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan,
maupun secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap
orang tidak mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita
harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita
butuh banyak informasi mengenai siapa anak Autisme, penyebabnya dan
lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu. pendidikan secara umum. Dalam
masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak
tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama
ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu, makalah ini
nantinya dapat membantu kita mengetahui anak Autisme tersebut.

Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih
sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang
terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik,
infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi
kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik. Juga ditemukan
peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme?

2. Bagaimana Klasifikasi Anak Autisme ?

3. Apa etiologi dari anak Autisme?

4. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme?

5. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme?

7. Apa saja penatalaksanaan pada anak Autis?

8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan


Khusus "Autisme""?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang keperawatan anak dengan autisme

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak autisme

2. untuk mengetahui klasifikasi anak Autisme

3. Untuk mengetahui apa etiologi dari anak autisme

4. Untuk mengetahui bagimana patofisiologi anak yang autisme

5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis anak autisme

6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak autisme

7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan pada anak autis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Autisme berasal dari bahasa Yunani yakni kata “Auto” yang berarti berdiri
sendiri. Arti kata ini ditujukan pada seseorang penyandang autisme yang
seakan-akan hidup didunianya sendiri. memaparkan bahwa Kenner
mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan berinteraksi dengan
orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang
tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang
repetitif dan stereotif, ingatan yang sangat kuat. (jaja sutea.2014, n.d.)

Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang


mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan dimana
anak mengalami gangguan keterbatasan dari segi komunikasi interaksi social
dan prilaku (American pshychiatic association (2000)

Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan


kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala.
(Sacharin, R. M, 1996: 305).

2.3 Klasifikasi

Autisme dapat diklasifikasikan menurut tingka kecerdasan menjadi


(Pusponegoro & Solek, 2007):

1. Low Functioning Autism, yaitu Penderita autisme kategori low


functioning atau dengan tingkat kecerdasan atau Intelegensia Quotient (IQ)
yang rendah yaitu di bawah 70, maka di kemudian hari hampir dipastikan
penderita ini tidak dapat hidup mandiri dan memerlukan bantuan dari
orang lain sepanjang hidupnya.

2. Medium Functioning, yaitu Penderita autisme kategori medium


functioning atau dengan IQ 84−70 di kemudian hari masih dapat hidup
bermasyarakat dan masuk sekolah khusus yang memang dikhususkan
untuk penderita autis.

3. High Functioning yaitu:Penderita autisme yang masuk ke dalam kategori


high functioning atau IQ di atas 84 di kemudian hari dapat hidup mandiri
bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya dan dapat hidup berkeluarga.
(Hardiyanti, n.d.)

2.4 Etiologi

Penyebab autisme bisa terjadi pada saat kehamilan. Pada tri semester
pertama, faktor pemicu biasanya terdiri dari ; infeksi (toksoplasmosis, rubella,
candida, dsb), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna),
maupun obat-obatan lainnnya. Selain itu, tumbuhnya jamur berlebihan di usus
anak sebagai akibat pemakaian antibotika yang berlebihan, dapat menyebabkan
kebocoran usus (leaky-gut syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan
kasein dan gluten. (jaja sutea.2014, n.d.)

Secara neurobiologis diduga terdapat tiga tempat yang berbeda dengan


mekanisme yang berbeda yang dapat menyebabkan autisme yaitu:

1. Gangguan fungsi mekanisme kortikal menyeleksi atensi, akibat adanya


kelainan pada proyeksi asending dari serebelium dan batang otak.

2. Gangguan fungsi mekanisme limbic untuk mendapatkan informasi,


misalnya daya ingat.

3. Gangguan pada proses informasi oleh korteks asosiasi dan jaringan


pendistribusiannya.
2.5 Manifestasi

(Prof. Mega Iswari Biran, n.d.)Karakteristik anak autistik adalah adanya enam
gejala/gangguan, yaitu dalam bidang:

1. Masalah atau gangguan di bidang komunikasi, dengan karakteristik yang


nampak pada anak autistic berupa perkembangan bahasa anak autistik
lambat atau sama sekali tidak ada (anak tampak seperti tuli, sulit berbicara,
atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan bicara), kadang-
kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa arti
secara berulang-ulang, dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh
orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi, senang meniru
atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dan dapat menghafal kata-
kata atau nyanyian yang didengar tanpa mengerti artinya.

2. Masalah atau gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik


berupa anak autistic lebih suka menyendiri, anak tidak melakukan kontak
mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka atau mata dengan
orang lain, tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang
sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya, bila diajak bermain, anak
autistik itu tidak mau dan menjauh.

3. Masalah atau gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristik berupa


anak autistik tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk, anak
autistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda yang ada di sekitarnya
dan tidak peka terhadap rasa sakit atau takut.

4. Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik


berupa anak autistik tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak
suka bermain dengan anak atau teman sebayanya, tidak memiliki
kreatifitas dan tidak memiliki imajinasi, tidak bermain sesuai fungsi
mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar, dan senang
terhadap benda-benda yang berputar.
5. Masalah atau gangguan di bidang pola bermain, dengan karakteristik
berupa:Anak autistik dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif dan
berperilaku berkurangan, anak autistik memperlihatkan perilaku stimulasi
diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-goyang mengepakkan
tangan seperti burung. Anak autistik tidak suka kepada perubahan dan
anak autistik duduk benggong, dengan tatapan kosong.

6. Masalah atau gangguan di bidang emosi, dengan karakteristik berupa:


Anak autistik sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa
dan menangis tanpa alasan, dapat mengamuk, kadang agresif dan merusak
dan anak autistik kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri.

2.6 Patofisiologi

Sel saraf otak (neuron)terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
implus listrik (akson)serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrit).sel
saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks) akson
dibungkus selaput bernama meilen, terletak di bagianotak berwarna putih sel
saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.

Semakin banyak sinaps terbentuk anak semakin cerdas pembentukan akson,


denrit dan sinaps, sangat tergantung pada stimulasi dan lingkungan, bagian
otak yang digunakan dalam belajar menunjukan pertambahan
akson,denrit,dansinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan
menunjukan kematian sel berkurangnya akson, denrit dan sinaps.Kelainan
genetis,keracunan logam berat dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses - proses tersebut sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

Pada pemeriksaan darah bayi yang baru lahir diketahui pertumbuhan abnormal
pada penderita autisme dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptide
otak peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu pada gangguan autisme terjadi
kondisi growth without guidan dimana bagian-bagian otak tumbuh dan mati
secara tidak beraturan.pertumb abnormal bagian otak tersebut menekan
pertumbuhan sel saraf.

2.6 Fatoflow
2.7 Pemeriksaan Penunjang

( Robet Tagang 2019 ) Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anak dengan
autisme yaitu :

1. Childhood autism rating scale (CARS) Skala peringkat autisme masa


kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler diawal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan prilaku. Alat menggunakan skala hingga 15
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang penggunaan
gerakan tubuh adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal.

2. The checklis for autism in toddles (CHAT): berupa daftar pemeriksa


autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh simon baron cohen diawal tahun 1990-an.

3. The autism screening questionnaire adalah daftar pertanyaan yang terdiri


dari 40 skala item yang digunakan pada anak diatas usia 4 tahun yang
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan social mereka.

4. The screening test for autism in two-years old: tes screening autisme bagi
anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh wendy stone di Vanderbilt
didasarkan pada bidang kemampuan anak yaitu: bermain dan konsentrasi
2.8 Penatalaksanaan

Menurut (jaja sutea.2014, n.d.)

1. Terapi wicara: untuk melancarkan otot-oto mulut agar dapat berbicara lebih
baik.

2. Terapi okupasi: untuk melatik motoric halus anak.

3. Terapi bermain untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil


bermain.

4. Terapi obat-obatan: untuk menenangkan anak melalui pemberian obat obat


oleh dokter yang berwewenang

5. Sensory integration therapy: untuk melatih kepekaan atau kodinasi daya


indra anak autis (pendengaran,penglihatan,dan perabaan).

2.9 Komplikasi

1. Gangguan Tidur dan Makan


Beberapa dari anak autisme sering mengalami gangguan tidur dan hal ini
biasanya sangat mengganggu program terapi yang diikutinya. Mereka
mengalami pola tidur yang terbalik. Pada siang hari anak sangat sering
mengantuk, sebaliknya pada malam hari mereka sulit tidur. Gangguan
makan juga dialami oleh anak autisme, mereka hanya menyukai makanan
tertentu saja. Mereka menyukai makanan tertentu itu mungkin berdasarkan
bau atau teksturnya, menuntut hanya makanan jenis yang terbatas, menolak
bila diberi makanan jenis baru. Hal ini sangat menyulitkan orangtua
sekiranya makanan tertentu yang disukainya sulit didapat. Hal ini juga akan
merugikan anak dalam hal kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuhnya.
2. Gangguan Afek dan Mood serta Emosi
Beberapa anak autisme menunjukkan perubahan mood yang tiba-tiba,
mungkin menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka sering
nampak tertawa sendiri dan beberapa anak mungkin nampak mudah
menjadi emosional. Rasa takut yang sangat kadang-kadang muncul terhadap
objek yang sebetulnya tidak menakutkan. Cemas yang berat dalam
perpisahan, juga depresi berat mungkin ditemukan pada anak autisme.
3. Perilaku yang Membahayakan Diri Sendiri
Suatu waktu beberapa dari anak autisme kemungkinan melakukan perilaku
yang membahayakan diri sendiri, seperti menggigit jari atau tangan mereka
sampai berdarah, membentur-benturkan kepala, mencubit diri sendiri,
menarik rambut sendiri atau memukuli diri sendiri. Mungkin juga temper
tantrums, ledakan agresivitas tanpa pemicu, kurangnya perasaan terhadap
bahaya dapat terjadai pada anak autisme.
4. Gangguan pada Perilaku Motorik
Kebanyakan anak autisme menunjukkan adanya stereotipi, seperti bertepuk-
tepuk tangan, menggoyang-goyang tubuh, dan sebagainya. Ada di antara
mereka yang menunjukkan perilaku motorik berlebihan (hyperactive)
terutama terjadi pada anak usia pra-sekolah. Namun sebaliknya dapat pula
terjadi penampilan perilaku yang kurang (hypoactive). Beberapa anak
autisme juga memperlihatkan gangguan pemusatan perhatian dan
impulsivitas. Juga ditemukan mereka yang mengalami koordinasi motorik
yang terganggu seperti kesulitan mengikatkan tali sepatu, menyikat gigi,
memotong makanan, mengancingkan baju dan sebagainya.
6. Gangguan Kejang
Ditemukan juga anak autisme yang kejang epilepsi yaitu sekitar 10-25%
dari mereka. Ada korelasi yang tinggi antara serangan kejang dengan
beratnya retardasi mental, derajat disfungsi susunan saraf pusat. Bila
dikatakan bahwa anak-anak autisme memiliki cara berpikir yang berbeda
maksudnya adalah bahwa otak mereka menerima informasi dari
pengindraan (telinga, mata, kulit dan hidung ) dengan cara yang lain.
Mereka mendengar, marasa dan melihat sebagaimana orang lain tetapi otak
mereka menangani informasi-informasi tersebut dengan cara berbeda. Oleh
karena itu mereka menunjukkan perbedaan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi.
2.10 Prognosis
Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan terspesialisasi serta
pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme
tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal. Penderita autis
yang dideteksi dini serta langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri
tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang diderita dan berapa umurnya
saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnose
medis.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan bahasa,
keterlambatan, atau sama sekali tidak dapat berbicara, berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Sering terpapar zat toksik, cidera otak.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan
biasanya pada anak autis ada penyakit keturunan.
5) Status perkembangan anak
a. Anak kurang merespon orang lain
b. Anak sulit focus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
c. Anak mengalami kesulitan dalam belajar
d. Keterbatasan kognitif
6) Pemeriksaan fisik
a. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan)
b. Terdapat ekolalia
c. Sulit focus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
d. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut
e. Peka terhadap bau.
7) Psikososial
a. Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
b. Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
c. Keterkaitan yang tidak pada tempatnya dengan objek
d. Prilaku menstimulasi diri
e. Pola tidur tidak teratur
f. Permainan stereotip
g. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
h. Tantrum yang sering
i. Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan
j. Kemampuan bertuturkata menurun
k. Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
8) Neurologis
a. Respon yang tidak sesuai terhadap stimulus
b. Reflek menghisap buruk
c. Tidak mampu menangis ketika lapar

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
2) Ganguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan.
3) Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan identitas diri Kontrol diri Edukasi Manajemen Stress
berhubungan dengan tidak
1. Verbalisasi ancaman Observasi
terpenuhinya tugas perkembangan.
kepada orang lain
1. Identifikasi kesiapan dan
 Tanda Mayor menurun
kemampuan menerima
Subjekif: 2. Perilaku menyerang
informasi
menurun
1. Bingung dengan nilai-nilai budaya Teraupetik
3. Perilaku melukai diri
tujuan hidup, jenis kelamin/ nilai-
sendiri dan orang lain 1. Sediakan materi dan media
nilai sosial.
menurun pendidikan kesehatannya
2. Perasaan yang fluktuatif terhadap
4. Perilaku merusak 2. Jadwalkan pendidikan
diri
lingkungan sekitar kesehatan sesuai kesepakatan
3. Persepsi terhadap diri berubah
menurun Edukasi
Objektif
5. Perilaku agresif 1. Ajarkan tenik relaksasi
1. Perilaku tidak konsisten menurun 2. Ajarkan latihan assertive
2. Hubungan yang tidak efektif
3. Ajarkan membuat jadwal
3. Strategi koping tidak efektif olahraga teratur
4. Penampilan peran yang tidak 4. Anjurkan aktivitas untuk
efektif menyenangkan diri misalnya
bermain.
5. Anjurkan bersosialisasi
6. Anjurkan menjalin
komunikasi dengan keluarga
dan profesi pemberu asuhan
2. Gangguan komunikasi verbal Komunikasi verbal Promosi Komunikasi
berhubungan dengan gangguan Observasi
1. Kemampuan berbicara
neuromuskuler 1. Monitor kecepatan tekanan
meningkat
kuantitas, volume dan diksi
 Tanda mayor 2. Kemampuan
bicara
Objektif: mendengar meningkat
2. Monitor proses kognitif,
3. Kesesuaian ekspresi
1. Tidak mampiu berbicara atau anatomis, fisiologis, yang
wajah atau tubuh
mendengar berkaitan dengan bicara
meningkat
2. Menunjukkan respon tidak sesuai (misalnya : memori,
4. Kontak maat meningkat
pendengaran, dan bicara)
Respon perilaku
3. Monitor prustasi, marah,
 Tanda minor pemahaman depresi atau hal lain yang
Objektif: komunikasi membaik. mengganggu bicara
4. Identifikasi perilaku
1. Afasia
emosional dan fisik sebagai
2. Apraksia
bentuk komunikasi
3. Disleksia
Teraupetik
4. Pelo
5. Disatria 1. Gunakan metode komunikasi
6. Gagap alternative
7. Tidak ada kontak mata 2. Sesuaikan gaya komunikasi
8. Sulit memahami komunikais dengan kebutuhan pasien
9. Sulit mempertahankan 3. Modifikasi lingkungan untuk
komunikasi menimalkan bantuan
10. Sulit menggunakan ekspresi 4. Berikan dukungan psikologis
wajah atau tubuh Edukasi
11. Sulit menyusun kalimat
1. Anjurkan berbicara perlahan
12. Verablisasi tidak tepat sulit
2. Ajarkan pasien dan keluarga
mengungkapkan kata-kata
proses kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara

Kolaborasi

1. Rujuk ke ahli terapis


3. Gangguan interaksi sosial Interaksi sosial Promosi sosialisasi
berhubungan dengan hambatan 1. Perasaan nyaman
Observasi
perkembangan dengan situasi sosial
 Tanda mayor meningkat 1. Identifikasi kemampuan

Subjektif 2. Perasaan mudah melakukan interaksi dengan

menerima atau orang lain


1. Merasa tidak nyaman dengan
mengkomunikasikan 2. Identifikasi hambatan
situasi sosial
perasaan meningkat melakukan interaksi dengan
2. Merasa sulit menerima atau
3. Respon pada orang lain orang lain
mengkomunikasikan perasaan
meningkat Teraupetik
Objektif
4. Kontak mata meningkat 1. Motivasi meningkatkan
1. Kurang responsive atau tertarik 5. Koorperatif dalam keterlibatan dalam suatu
pada orang lain bermain dengan sebaya hubungan
2. Tidak berminat melakukan kontak meningkat 2. Motivasi kesabaran dalam
emosi dan fisik 6. Koorperatif dengan mengembangkan suatu
teman sebaya hubungan
meningkat 3. Motivasi berpartisipasi
 Tanda minor
7. Perilaku sesuai usia dalam aktivitas baru
Subjektif
meningkat.Gejala 4. Motivasi berinteraksi di luar
1. Sulit mengungkapkan kasih cemas menurun. lingkungan
sayang 5. Diskusikan kekuatan dan
Objektif: keterbatasan dalam

1. Gejala cemas berat berkomunikasi dengan orang

2. Kontak mata kurang lain

3. Ekspresi wajah tidak responsive 6. Berikan umpan balik positif

4. Tidak koorperatif dalam bermain dalam perawatan diri

dan berteman dengan sebaya 7. Berikan umpan balik posiotif

5. Perilaku tidak sesuai pada setiap peningkatan


Edukasi

1. Anjurkan komunikasi pada


orang lain secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial
3. Anjurkan berbagi
pengalaman pada orang lain
4. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
5. Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
6. Latih mengepresikan marah
dengan tepat
4. Implementasi
Di dalam implementasi perawat menjalankan rencana-rencana
keperawatan yang sebelumnya telah dimuat di intervensi dalam bentuk
asuhan keperawatan pada klien.

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini perawat mengevaluasi asuhan keperawatan yang
telah diberikan intervensi telah berhasil atau dilanjutkan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara


klinis ditandai oleh gejala-gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak
wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu
tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang
terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum
diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika
dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian
autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan
akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita.
Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan,
tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat
kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung suka
mengamati hal-hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak
autis menjadi sesuatu yang menarik. Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk
melatih anak bisa hidup dengan normal seperti anak pada umumnya, dan
melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

B. SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan
pada anak berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang memiliki anak
autisme.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanti, U. (n.d.). Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Autisme pada Anak Di


Kota Cirebon.

jaja sutea.2014. (n.d.). Jurnal Edueksos Vol III No 1, Januari-Juni 2014 119.
III(1), 119–133.

Prof. Mega Iswari Biran, M. P. 2018 : P. (n.d.). Pendidikan Anak Autis.

Robet Tagang. 2019.Bahan ajar anak berkebutuhan khusus. Jakarta. : 67

Anda mungkin juga menyukai