Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

AUTISME

Disusun Oleh
Kelompok 5 :

1. Vickha Septiany 21117128


2. Weni Dwi Cahyani 21117130
3. Widya 21117132
4. Windah Anisyah 21117134
5. Wisma Wardani 21117136
6. Yola Alfina 21117138
7. Yosa Nanda Fermata 21117140

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
tentang “Asihan Keperawatan Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme”.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 20 November 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengatar ................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Autisme...................................................................................3
B. Etologi...................................................................................................4
C. Anatomi Fisiologi.................................................................................6
D. Manifestesi Klinis.................................................................................10
E. Komplikasi............................................................................................11
F. Prognosis...............................................................................................12
G. Penatalaksanaan Medis.........................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME
A. Pengkajian.............................................................................................19
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................20
C. Rencana keperawatan...........................................................................21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26
LAMPIRAN....................................................................................................27

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam
Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak
Autisme juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik
itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang ada
dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak Autisme
tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme.
Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak
Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut
dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa
mandiri. Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita
mengetahui anak Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria
lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan
yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit
sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik
atau memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik.
Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme, maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
3. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
5. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
6. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan
Khusus “Autisme”?
C. TUJUAN

1
a. Memperoleh informasi tentang pengertian Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
b. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
c. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
d. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik
Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
e. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
f. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
g. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawatan pada
Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
h. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawanan pada
Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI AUTISME

Autisme merupakan sebuah sindrom yang disebabkan oleh


kerusakan otak kompleks yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perilaku, emosi, komunikasi, dan interaksi sosial (Priyatna, 2010).
Autis adalah suatu gangguan perkembangan secara menyeluruh yang
mengakibatkan hambatan dalam kemampuan sosialisasi, komunikasi, dan
juga perilaku. (Sri Muji rahayu. 2014.)
Menurut Garnida (2015: 19), autis dari kata “Auto”, yang berarti
sendiri, dengan demikian dapat diartikan yang hidup dalam dunianya.
Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam komunikasi, perilaku
sosial.
Menurut Lakshita (2013: 14), autis adalah gangguan perkembangan
yang sangat kompleks pada anak yang gejalanya telah timbul sebelum
anak itu mencapai umur tiga tahun.
Sedangkan menurut Baron-Cohen (dalam Lakshita, 2013: 15),
pengertian anak autis adalah : Suatu kondisi mengenai seseorang sejak
lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat
membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya
anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia
repetive, aktivitas dan minat yang obsesif
Menurut Sastra (2011:133), autisme adalah gangguan perkembangan
otak pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat
mengekspresikan perasaan dan keinginannya, sehingga perilaku
hubungan dengan orang lain terganggu.
Alhamdi (dalam Sastra 2011:134) mengatakan autisme adalah suatu
gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial,
perilaku, emosi, dan sensori.

3
B. ETIOLOGI
Penyebab autis adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi
fungsi otak sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan dunia luar secara efektif. (Lakshita, 2013: 14).
Faktor-faktor penyebab anak autis menurut Lakshita (2013: 27-28)
sebagai berikut :
a. Genetik
Menurut National Institute Of Health, keluarga yang memiliki
satu anak autis memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk
melahirkan anak yang juga autis. Penelitian pada anak kembar
menemukan, jika salah satu anak autis, kembarannya kemungkinan
besar memiliki gangguan yang sama. Secara umum para ahli
mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spectrum
autis. 18 Gen tersebut berperan penting dalam perkembangan otak,
pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi.
b. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan
terjadinya autis. Beberapa riset menemukan, pestisida akan
mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr Alice
Mao, professor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada
mereka yang punya bakat autis.
c. Obat-obatan
Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan
memiliki resiko lebih besar mengalami autis. Obat-obatan tersebut
termasuk valproic dan thalidomide. Thalidomide adalah obat
generasi lama yang dipakai untuk mengatasi gejala mual dan
muntah selama kehamilan, kecemasan serta insomnia. Sementara
itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita
gangguan mood dan bipolar disorder.
d. Usia Orang tua
Semakin tua usia orang tua saat memiliki anak, semakin tinggi
pula resiko anak tersebut menderita autis. Penelitian yang
dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun

4
memiliki resiko 50 persen memiliki anak autis dibandingkan
dengan perempuan berusia 20 sampai 29 tahun.
e. Perkembangan Otak
Area tertentu di otak, termasuk serebral korteks dan cerebellum
yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan
pengaturan mood, 19 berkaitan dengan autis. Ketidakseimbangan
neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga
dihubungkan dengan autis.
Sedangkan menurut Sastry dkk (dalam Santoso, 2012: 44), dijelaskan
beberapa faktor yang menyebabkan autisme yaitu :
a) Genetik
Dari perspektif genetika, jika seorang anak menderita autism,
terdapat resiko besar bahwa anak lain yang lahir dari orang tua
sama akan memiilikinya juga (berdasarkan rasio dasar 0,7 persen,
kemungkinan saudara-saudaranya sekandung adalah 4 sampai 10
persen). Pada anak kembar kemungkinan resiko mengalami
autisme juga besar.
b) Sistem kekebalan tubuh
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh tubuh untuk melawan
infeksi. Kadang antibodi keliru melawan sel sehat tubuhnya sendiri,
menghasilkan gangguan otoimun seperti arthritis rheumatoid atau
lupus.
c) Gangguan media lainnya
Gangguan Rett, luka dalam di kepala, tumor otak, infeksi otak,
keracunan otak dan kondisi-kondisi lain harus dipertimbangkan
juga.
d) Stress kehamilan
Riset menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami stres
berpotensi meningkatkan kemungkinan anaknya mengalami
autisme di usia anak-anak. Stres kehamilan juga dapat mengarah
pada gangguan belajar dan sistem kekebalan tubuh, mereduksi
jumlah kondisi saraf bagi perkembangan otak, 20 khususnya di
wilayah otak yang kemudian menjadi kurang aktif pada individu
autis.

C. ANATOMI FISIOLOGI

5
Pada kasus anak dengan autisme, anak biasanya mengalami
gangguan komunikasi verbaldan non verbal, gangguan interaksi, gangguan
perilaku dan bermain, gangguan emosi, sertagangguan persepsi sensoris.
Dengan menggunakan elektrofisiologi, neurofisiologi
tes,dan posmortemautopsi, serta brain imaging menunjukkan
terdapat abnormalitas di area otak penderita autismepada bagian
korteks cerebri (khususnya lobus frontal, lobus temporal), sistemlimbik,
dan cerebellum.

Berikut akan dibahas anatomi dari sistem saraf pusat yang


kemungkinan berperan dalamgangguan-gangguan yang menjadi gejala-
gejala dari ASD:
1. Korteks Serebri
Korteks serebri dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontal, lobus
temporal, lobus parietal,dan lobus oksipital.Ada 3 jenis area fungsional di
korteks serebri:
a. Area sensoris yang menerima dan menafsirkan impuls sensorik
b. Area asosiasi yang mengintegrasikan informasi sensorik dengan
emosional, memori, pembelajaran, dan proses berpikir rasional
c. Area motoris yang menghasilkan impuls untuk menginervasi otot vol
unter

6
Pada autisme sering ditemukan abnormalitas pada korteks serebri
khususnya area lobus frontal danlobus temporal. Pada lobus frontal
terdapat area broca yang berfungsi dalam aspek bicara,sedangkan di
lobus temporal terapat area wernicke yang berfungsi dalam aspek
bahasa.Abnormalitas pada area-area tersebut berhubungan dengan
terganggunya fungsi komunikasianak penderita autis, sehingga
penderita autis biasanya sering belum bisa berbicara dengan jelas,dan
sering berbicara dengan bahasa planet.

2. Sistem Limbik

Penderita autisme biasanya memiliki gangguan perilaku. Sistem


limbik adalah bagian otak yang berhubungan erat dengan perilaku.
Struktur sentral serebrum basal dikelilingi korteks serebriyang disebut
korteks limbik. Korteks limbik diduga berfungsi sebagai daerah asosiasi
untuk pengendalian fungsi tingkahlaku tubuh dan sebagai gudang informas

7
i yang menyimpaninformasi mengenai pengalaman yang lalu seperti rasa
nyeri, senang, nafsu makan, bau, dansebagainya. Gudang informasi
selanjutnya disalurkan ke daerah limbik. Asosiasi informasi inididuga
merupakan perangsangan untuk mencetuskan jawaban tingkah laku yang
sesuai dengankondisi yang dihadapi seperti marah dan lain-lain.Emosi
yang bertindak lebih cepat sebelum otak rasional dapat berpikir.
Fungsi bagian-bagian di sistem limbik:
a) Thalamus berfungsi sebagai pusat penerimaan untuk sensor data dan
sinyal-sinyal motorik
b) Amigdala berfungsi sebagai pusat pengatur emosi. Jadi rangsangan
dari indra tubuh diteruskanke otak kemudian ke talamus lalu sinaps
tunggal menuju ke amigdala. Kemudian amigdala akanmemberikan
reaksi/respon emosi. Emosi yang ditangkap oleh amigdala akan
dirasionalisasikanoleh korteks prefrontal, ketika amigdala mengontrol
emosi, korteks prefrontal mengendalikannyadalam proporsi seimbang.
Mekanisme kerjanya, amigdala memproses emosi secara langsungatau
melalui system limbik yang lain yang sinyalnya diberikan oleh
amigdala. Untuk komponenemosi yang kerjanya dijalarkan ke
hipotalamus, maka yang menentukan komponen emosi apayang akan
timbul ( senang atau kecewa, marah atau bahagia serta komponen
lain) ditentukanoleh amigdala. Hipotalamus hanya sebagai tempat
pembentukan, tapi konsep atau pola emosiyang akan dibentuk sudah
ditentukan oleh amigdala meskipun hipotalamus sendiri
dapatmenghasilkan komponen perilaku dengan menggunakan
rangsangan listrik. Terkadangrangsangan dari talamus bekerja lebih
cepat pada amigdala daripada neurokorteks sehinggaterjadiemosi yang
bertindak lebih cepat sebelum otak rasional dapat berpikir.
c) Hipotalamus
Fungsi hipothalamus:
1. Pengaturan suhu tubuh
2. Pengatur nutrisi
3. Pengaturan agar tetap sadar
4. Penumbuhan sifat agresif
5. Tempat sekresi hormone yang memengaruhi pengeluaran hormone
pada kelenjar hipofisis

8
6. Pengaturan dalam gerak refleks
7. Fisiologi denyut jantung
8. Berperan dalam pernapas
9. Perlebaran dan penyempitan pembuluh darah
d) Hipocampus Bagian dari medial korteks temporalis yang memanjang,
melipat ke atas dan ke dalam.Hipocampus dalam kegiatan mengingat
(memori).
Aplikasi kerja sistem limbik:
Ketika Anda sendirian di rumah kemudian anda mendengar suara
berdebum dalam kamar lain.Rangsangan sensorik ini diterima oleh
telinga kemudian berjalan meuju ke batang otak kemudianke talamus.
Dari talamus berpisahlah dua cabang: yang pertama sebuah berkas
kecil yang akanmenuju amigdala dan hipocampus dan jalur lain yang
lebih besar menuju korteks cerebri. Di hippocampus akan mencoba
memilah dengan cepat "bunyi debum" yang terdengar dengan bunyi-
bunyi lain yang
serupa yang pernah didengar. Sementara di korteks cerebri akan berpi
kirrasional mencari tahu sumber dari bunyi itu. Misal: korteks cerebri
memberikan hipotesis bisasaja suara itu berasal dari kucing, kemudian
hipotesis ini akan dikirimkan ke hipocampus danamigdala untuk
dibandingkan dengan ingatan serupa. Seandainya kesimpulannya
meyakinkanmaka keadaan siaga tidak ditingkatkan ke tahap lebih
lanjut. Tetapi, apabila anda masih belumyakin, kumparan lain pada
jaringan sirkuit akan berpindah-pindah dari amigdala, hipocampus,dan
korteks cerebri menambah ketidakpastian anda dan membuat anda
merasa lebih was-was.Apabila tidak ada jawaban yang memuaskan
timbul dari analisis yang lebih tajam ini, amigdalaakan mengirimkan
rangsang tanda bahaya ke hipotalamus, batang otak, dan sistem saraf
otonomsehingga terbentuklah emosi dan perilaku.
Pemeriksaan post-mortem otak dari beberapa penderita autistme
menunjukkan adanya dua daerahdi dalam sistem limbik yang kurang
berkembang yaitu amygdala dan hippocampus sehinggaterdapat
gangguan perilaku, emosi, dan atensi pada penderita autisme.
3. cerebellum

9
Serebelum mempunyai peranan penting dalam fungsi motorik,
mengatur pergerakan otot secaraterkoordinasi dan seimbang. Kerusakan
pada daerah serebelum dapat menyebabkan gerakanmenjadi tidak
terkoordinasi dan tidak bertujuan. Anak autisme biasanya melakukan
gerakan yang berulang dan tidak bertujuan. Kondisi ini mungkin juga
disebabkan oleh adanya gangguan pada bagian serebelum.
Sumber:Viola, Stephen G.& Dominick M. Maino. 2009. "Brain
Anatomy, Electrophysiology, VisualFunction/Perception in Children
Within The Autistic Spectrum Disorder".

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis autisme adalah gejala-gejala klinis atau tanda yang


timbul pada penyandang autis seperti reaksi hyperaktif, tantrum, menjerit,
memukul, menggigit, mencakar, dan perilaku hipoaktif seperti, gangguan
berbicara, kurangnya perilkau sosial, melamun, apatis dan menangis yang
disebabkan asupan casein dan glutein yang mempengaruhi sistem saraf
pusat penyandang autisme dan tingginya logam berat pada penyandang
autis yang mengganggu fungsi metallothionein sehingga tidak dapat
mengikat logam-logam berat yang masuk kedalam tubuh.
Dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi akan antioksidan (vitamin A dan C)
seperti pada sayuran dan buah-buahan. Kedua vitamin ini merupakan
vitamin yang dapat mendetoksifikasi logam berat dan mengurangi gejala
manifestasi klinis.

10
E. KOMPLIKASI

Beberapa anak autis tumbuh dengan menjalani kehiduypan normal


atau mendekati normal. Anak anak dengan kemunduran kemampuan
bahasa di awal kehidupan, biasanya sebelum usia 3 tahun, mempunyai
resiko epilepsi atau aktivitas kejang otak. Selama masa remaja, beberapa
anak dengan autisme dapat menjadi depresi atau mengalami masalah
perilaku.
Beberapa komplikasi y ang dapat muncul pada penderita autis antara
lain (Kim, 2015):
1. Masalah sensorik
Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input sensorik.
Sensasi biasa dapat menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-
kadang, pasien autis tidak berespon terhadap beberapa sensai yang
ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri.
2. Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme.
Kejang sering dimulai pada anak-anak autis muda atau remaja.
3. Masalah kesehatan Mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan terhadap
depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan perubahan suasana hati.
4. Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ,
termasuk otak. Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak
jelas. Namun, tingkat autisme jauh lebih tinggi di antara anak-anak
dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yang tanpa kondisi
tersebut.

F. PROGNOSIS

Prognosa untuk penyandang autis tidak selalu buruk. Bagi banyak


anak, gejala autisme membaik dengan pengobatan dan tergantung pada
umur. Dukungan dan layanan tetap dibutuhkan oleh penderita eautis
walaupun umur bertambah, tetapi ada pula yang dapat bekerja dengan
sukses dan hidup mandiri dalam lingkungan yang juga mendukung
(Gitayanti, 2010).

11
Pronosis anak autis dipengaruhi oelh beberapa faktor, yaitu (Gitayanti,
2010):
1. berat ringannya gejala atau kelainan otak
2. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur
anak saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk
berhasil.
3. kecerdasan, semakin cerdas anak tersebut, semakin baik prognosisnya.
4. Bicara dan Bahasa, 20% anak autis tidak mampu berbicara seumur
hidup, sedangkan sisanya mempuinyai kemampuan bicara dengan
kefasihan yang berbeda-beda.
5. terapi yang intensif dan terpadu

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu


perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama
belajar melalui permainan, bergabunglah anak ketika dia sedang bermain,
tariklah anak dari ritual yang sering di ulang ulang, dan tuntulah mereka
menuju kegiatan yang lebih beragam. Misalnya orang tua mengajak anak
mengitari kamarnya tuntun mereka ke rungan yang lain.Temukan cara lain
untuk mendorong prilaku baik dan untuk mengangkat harga dirinya.
Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan kesukaannya jika
anak telah menyelesaikan tugas nya dengan baik, anak autis belajar lebih
baik jika informasi di sampaikan secara visual ( melalui gambar) dan
verbal (melalui kata kata). Masukan komunikasi augmentative dalam
kegiatan rutin sehari hari dan foto-foto, lambing atau isyrat tangan untuk
membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya,
tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara, tetapi
sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik padahal anak-anak
mempelajari kata baru dalam permainan, sebaiknya orang tua tetap
berbicara kepada anak autis sambil manggunakan semua alat komunikasi
dengan mereka, apakah berupa isyrat tangan, gambar, foto, tangan bahasa
tubuh mannusia maupun teknologi.jadwal kegiatan sehari hari, makanan
dan aktivitas favorit serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa

12
menjadi bagian dari system gambar dan membantu anak untuk
berkomunikasih dengan dunia sekitar nya ( giangreco dkk,1997)
1. Intensitas penatalaksanaan

Intensitas penatalaksanaan harus dipertimbangkan pada


beberapa level, termasuk durasi (yaitu beberapa jam per minggu, atau
beberapa bulan per tahun) dan rasio pegawai yang bersetia. Berkenaan
dengan durasi program, ada beberapa penelitian untuk mendukung
fakta bahkan hasil yang di proleh anak-anak penderita autis cenderung
berhubungan secara positif dengan jumlah jam dari terapi yang
mereka terima setiap minggu. Anak-anak dengan autime memerlukan
metode pembelajaran yang intensif, yaitu di berikan secara baik ketika
siswa mempunyai seorang guru yang perhatian tidak terbagi.(giang
reco dkk, 1997).
2. Penatalaksanaan menyeluruh
Penatalaksanaan meyeluruh yang terdiri dari beberapa teori sebagai
berikut:
a. Terapi psikofarmaka, kerusakan sel otak di system limbic, yaitu
pusat emosi akan menimbulkan ganguan emosi dan perilaku
temper tantrum, agresifitas, baik terhadap diri sendiri maupun
pada orang orang di sekitarny, serta hiperaktifitas dan stereotipik.
Untuk mengendalikan gangguan emosi ini, diperlukan obat yang
mempengaruhi berfungsinya sel sel otak, obat obat yang di
gunakan antara lain :
1) Haloperidol, suatu obat antipsikotik yang mempeunyai efek
meredam psikomotor, biasanya di gunakan pada anak yang
menampakkan perilaku temper tantrum yang tidak terkendali
serta mempunyai efek lain yaitu meningkatkan prose belajar
biasanya digunakan dalam dosis 0,20 mg (Campbell
dkk,1983).
2) Fenfluramin, suatu obat yang mempunyai efek mengurangai
kadar scrotin darah yang bermanfaat pada beberapa anak
autism (levanthal dkk, 1993)

13
3) Naltrexone, merupakan obat antagonis opiate yang di
harapkan dapat menghambat opioid endogen sehingga
mengurangi gejala autifme sepeti mengurangi cedera pada
diri sendiri dan mengurangi hiperaktivitas ( lensing dkk,
1995)
4) Clompramin, merupakan obat yang berguna untuk
mengurangi stereotikpik, konvulsi, perilaku ritual dan
agresivitas, biasanya digunakan dalam dosis 3.75 mg
(Campbell dkk, 1996).
5) Lithium, merupakan obat yang dapat digunakan untuk
mengurangi perilaku agresif dan mencederai diri sendiri
(lumbantobing, 2001).
6) Ritalin, untuk menekan hiperaktivitas (lumbantobing, 2001).
7) Risperidon, dengan dosis 2x0,1 mg telah dapat
mengendalikan perilaku dan konvulsi. (lumbantobing, 2001).
b. Terapi perilaku,
Dalam tatalaksana ganguan autism, terapi perilaku merupakan
tatalasana yang paling penting. Metode yang digunakan adalah
metode lovass. Metode lovass adalah metode modifikasi tingkah
laku yang di sebut dengan applied behavioral analysis (ABA).
1) Prinsip dasar ABA (applied behavioral analysis). Dasar
metode ABA adalah semua tingkah laku dipelajari, baik yang
sederhana, seperti kontak mata atau duduk, sampai yang
kompleks, misalnya interaksi sosial dan kemampuan
memahami sudut pandang orang lain.
2) Tujuan ABA (applied behavioral analysis). Membuat
kegiatan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi
anak, mengajarkan pada anakagar mampu membedakan atau
mendiskriminasikan stimulus-stimulus yang berbeda. Tampa
kemampuan ini, anak tidak sanggup merespon secara tepat
(Nakita, 2001).
3) Metode pengajaran ABA, metode pengajaran yang digunakan
adalah DDT (Discrete trial training) yaitu metode yang
berstruktur menuruti pola tertentu dan bisa ditentukan awal
dan akhirnya. DDT terdiri dari instruktur, prompt, respon,

14
konsekuensi, dan interval waktu antara instruksi yang satu
dengan instruksi yang lain. Instruksi: harus diberikan setelah
anak memberi perhatian. Latihan dasar adalah latihan kontak
mata. Instrusi pada awalnya harus diberikan tepat sama, baik
kata-kata maupun intonasi, agar anak mudah mengerti,
insruksi yang baik adalah yang jelas pengucapannya, sedikit
kata dan dalam nada netral atau datar. Prompt: dimaksudkan
agar anak dapat mengetahui respon yang diharapkan darinya.
Konsekuen: yang di maksud konsekuen adalah apa yang di
terima anak setelah berespon. Interval: setelah anak berespon
dan mendapat kossekuensi, interval diberikan sekitar 3-5
menit antara konsekuensi dan intruksi selanjutnya. Gunakan
sebagai pemberitahuan pada anak bahwa instruksi yang
terdahulu telah selesai dan menyiapkan anak untuk instruksi
berikutnya. Bila tidak ada interval waktu, anak bisa saja
mencampuradukkan instuksi berikut dengan instruksi
sebelumnya (Nakita,2001)
4) Enam kemampuan dasar, berbagai kemampuan yang di
ajarkan melalui program ABA dapat dibedakan menjadi enam
kemampuan dasar (Nakita, 2001). Yaitu :
a) Kemampuan memperhatikan (attending skill)
b) Kemampuan menirukan (imitation skill)
c) Bahasa reseotif
d) Bahasa ekspresif
e) Kemampuan praakademis
f) Kemampuan mengurus diri sendiri (self help skill).
c. Teknik pengajaran, untuk dapat mengajarkan keterampilan yang
kompleks pada anak autisme dapat digunakan teknik shaping dan
prompting. Teknik ini biasanya digunakan karena respon yang mau
diajarkan belum dapat dimunculkan oleh si anak atau tidak cukup
sering muncul sehingga bisa digunakan reinforce saja.
d. Tehnik jembatan ( shadowing), bila anak kesulitan di sekolah
umum, biasanya akan di lakukan teknik inklusi atau integrasi dan
teknik shadowing. Teknik tersebut umumnya dilakukan di masa-
masa awal anak mengikuti kegiatan di sekolah umum. Caranya,

15
terapis (shadow) yang selama ini membantu anak di rumah, ikut
hadir di kelas bersama anak. Ia berfungsi untuk menjembatani atau
membantu anak mengerti instrusi –instruksi atau stimulus-stimulus
dari lingkungan.kalau perlu, shadow memang dibatasi supaya anak
belajar mendiri (Nakita,2002).
e. Terapi bicara, gangguan bicara dan berbahasa diderita oleh hamper
semua anak autism. Tatalaksana melatih bicara dan berbahasa harus
dilakukan oleh ahlinya. Anak dipaksa untuk berbicarasekata demi
sekata, cara ucapan harus diperhatikan.kemudian diajarkan
berdialog setelah mampu berbicara. Anak dipaksa memandang
terapis, seperti diketahui anak austiitik tidak mau ada pandangan
dengan orang lain. Dengan adanya kontak mata , di harapkan anak
dapat meniru gerakan bibir terapis (soemarno, 1992).
f. Terapi okupasional , melatih anak untuk menghilangkan gangguan
perkembangan motoric halusnya dengan memperkuat otot-otot jari
supaya anak dapat menulis atau melakukan keterampilan lainnya.
g. Pendidikan khusus, anak autistic mudah sekali teralih perhatiannya,
kerena itu pada pendidikan khusus satu guru menghadapi satu anak
dalam ruangan yang tidak luas dan tidak ada gambar-gambar di
dinding atau benda-benda yang tidak perlu, yang dapat mengalih
perhatian anak. Setelah ada perkembangan mulai dilibatkan dalam
lingkungan kelompok kecil, kemudian baru kelompok yang lebih
besar. Bila telah mampu bergaul dan berkomunikasi, mulai
dimasukkan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak normal
( soemarno, 1992).
h. Terapi alternatif, yang digotongkan terapi alternative adalah semua
terapi baru yang masih berlanjut dengan penelitian. Terapi
detoksifikasi menggunakan nutria dan toksikologi. Terapi ini
bertujuan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan-
bahan beracun yang lebih tinggi dalam tubuh anak autism
disbanding dengan anak normal agar tidak mengancam
perkembangan otak, terutama bahan beracun merkuri atau air raksa
dan timah yang mempengaruhi system kerja otak. Terapi ini
meliputi mandi sauna, pemijatan dan shower, diikuti olahraga,

16
konsumsi vitamin dosis tinggi, serta air putih minimal 2 liter sehari.
Tujuannya untuk mengeluarkan racun yang menumpuk dalam
tubuh (edelson, 1997)
i. The option method, tujuan utama metode ini adalah meningkatkan
kebahagiaan penyandang autism dengan membantu mereka
menemukan system kepercayaan diri masing-masing, dasar
pemikirannya adalah pandang bahwa anak autis cenderung
menutup diri terhadap dunia luar atau hidup dalam dunianya
sendiri. Dengan adanya sikap menutup diri, kemampuan interaksi
sosial anak tidak berkembang sehingga ketika anak berinteraksi
dengan orang lain , ia menilainya sebagai sesuatu yang tidak
menyenangakan dan justru membuat semakin menarik dirin proses
terapi terapi ini menekankan penerimaan orang tua terhadap
perilaku anaknya sebagai sesuatu yang tidak menyimpang,
melainkan cara anak untuk mengerti dan mengontrol dunianya.
Orang tua harus terlibat kuat pada kegiatan obsesif anaknya (suzi
dan kaufman, 1998)
j. Sensory integration therapy atau kemampuan integrasi sensoris
adalah kemampuan untuk memproses impuls yang di terima dari
berrbagai indera secara stimulant. Banyak anak autis yang
diketahui mengalami kesulitan dalam memproses stimulus sensoris
yang komplek. Anak autis yang masuk dalam golongan ini
umumnya menunjukkan ketidakpekaan sensoris tertentu. Terapi ini
bertujuan meningkatkan kesadaran sensoris dan kemapuan berepon
terhadap stimulus sensoria tersebut.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, suku bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan
diagnosis medis.
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak
dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan
dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling,
terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu
mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah
70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar
5% mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit
bawaan atau keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat
penyakit keturunan.
3. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan kognitif.
4. Pemeriksaan fisik

18
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
5. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
6. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mutilasi diri dibuktikan dengan individu autistik
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan
C. Rencana Keperawatan
1. Resiko Mutilasi Diri
Faktor Resiko
a. Autisme
b. Dorongan untuk merusak diri sendiri yang tidak tertahankan
c. Gangguan harga diri
d. Gangguan karakter
e. Gangguan kepribadian
f. Kehilangan kontrol terhadap situasi pemecahan masalah
g. Disosiasi
h. Depersonalisasi
Tujuan : Menahan diri dari Memutilasi, Menahan diri dari Kemarahan
Dg kriteria Hasil :
a. Menhan diri dari pengumpulkan niat untuk melukai diri sendiri

19
b. Mempertahankan kontrol diri dari pengawasan
c. Menahan diri dari melukai diri sendiri
d. Mengidentifikasi alasan perasaan marah
e. Menggunakan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa marah yang
tertahan
Intervensi
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Cegah menyakiti secara fisik jika marah diarankan pada diri sendiri
atau orang lain ( mis, dengan menggunakan senjata tajam atau
yang mematikan)
c. Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur pengalaman
emosi yang sangat kuat (mis,. Latihan asertif, teknik relaksasi,
menulis jurnal, distraksi)
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang di inginkan
e. Dorong aktivitas kreatif yang tepat

2. Gangguan komunikasi verbal


Batasan Karakteristik :
a. Tidak mampu berbicara atau mendengar
b. Menunjukkan respon tidak sesuai
c. Pelo
d. Gagap
e. Tidak ada kontak mata
f. Sulit memahami komunikasi
g. Sulit mempertahankan komunikasi
Tujuan : kominikasi
Dg kriteria hasil :
a. Memnggunakan bahasa tertulis
b. Menggunakan bahasa lisan
c. Menggunakan foto dan gambar
d. Menggunakan bahasa isyarat
e. Menggunakan bahasa non verbal
Intervensi
a. Monitor kecepatan berbicara, tekanan, kecepatan, kuantitas,
volume, dan diksi
b. Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis terkait dengan
kemampuan bicara (mis,. Memori, pendengaran, dan bahasa)
c. Lakukan pengkajian dan skrining rutin terkait dengan fungsi
pendengaran
d. Hadapi pasien secara langsung , bangun kontak mata dan hindari
berpaling di tengah kalimat.
3. Gangguan interaksi sosial

20
Batasan Karakteristik :
a. Merasa tidak nyaman dengan situasi sosial
b. Mersa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan
c. Kurang reponsif atau tertarik pada orang lain
d. Tidak minat melakukan kontak emosi dan fisik
e. Cemas
f. Kontak mata kurang
g. Ekspresi wajah tidak responsif
h. Perilaku tidak sesuai usia
Tujuan : berinteraksi sosial
Dg kriteria hasil :
a. Mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
b. Menggunakan kontak mata
c. Sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal
lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain
d. Tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi
a. Jalin hubungan untuk meningkatkan kepercayaan
b. Memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar tidak
mengalami distress
c. Bersikap hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika berusaha
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
d. Beri dukungan yang berusaha keras untuk membentuk hubungan
dengan orang lain dilingkungannya.

4. Gangguan identitas diri


Batasan Karakteristik :
a. Persepsi terhadap diri berubah
b. Perasaan yang fluktuatif terhadap diri
c. Perilaku tidak konsisten
d. Hubungan yang tidak efektif
e. Strategi koping tidak efektif
f. Penampilan peran tidak efektif
Tujuan : mampu mengenali diri sendiri
Dg kriteria hasil :
a. Mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan
bagian-bagian dari tubuh orang lain
b. Mampu menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-
kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang
dilihatnya)
Intervensi

21
a. Memfungsikan pada hubungan satu-satu dengan lainnya.
b. Membantu untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan.
c. Jelaskan dan bantu dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya
d. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien
dengan perawat
e. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari
batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu

22
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada anak berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang
memiliki anak autisme.

DAFTAR PUSTAKA

Blaurock-Busch E, Amin OR, Dessoki HH, Rabah T. Toxic Metals and Essential
Elements in Hair and Severity of Symptoms among Children with Autism. A J Clin
Med. 2012;7(1).
Suhartono, Eko, Fachir H, Setiawan B. Kapita Selekta Biokima Stres Oksidatif :
Dasar & Penyakit. Banjarmasin: Pustaka Benua; 2007.
Gitayanti, H, Sylvia, D. Elvira. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
FK UI.
Kim, S. K. (2015). Recent update of autism spectrum disorders. Korean Journal
of Pediatrics, 58(1), 8–14. doi:10.3345/kjp.2015.58.1.8
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (teori dan aplikasi). Jakarta:
Penerbit ANDI

23
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi I. Jakarta Selatan.
DPP PPNI
Bulechek, G. M, dkk. 2016. Nursimg Interventions Classification (NIC).Edisi ke-
5. Indonesia. Mocomedia
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5.
Indonesia. Mocomedia

24
LAMPIRAN

25
Tample Soal Vignete
ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya
Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowlwgde)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik /
Gadar / Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi /
Evaluasi /
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman
&.nyaman / aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan /
Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 : Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem
Pencernaan & hepatobilier / Sistem saraf dan perilaku / Sistem
Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran kemih / Sistem
Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)

An.K umur 5 tahun datang bersama ibunya ke RS.X, ibu klien mengeluh anaknya tidak
bisa bermain seperti anak sebayanya, anaknya memiliki temperamen perilaku melukai
diri sendiri seperti mencakar, menggigit, dan menarik rambut. Klien juga sering
menyendiri, dari hasil pengkajian didapat klien tertawa atau cekikikan bahkan menangis
tanpa sebab, menghindari kontak mata, mudah kesal, memutar benda terpaku pada benda
tertentu, melakukan gerakan secara berulang-ulang, ekolalia, dan tidak memberikan
respon terhadap kata-kata bersikap seolah-olah tuli.

Pertanyaan soal
Apakah masalah keperawatan utama pada kasus di atas?

Pilihan jawaban
A. Hambatan komunikasi verbal
B. Hambatan interaksi sosial
C. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
D. Gangguan persepsi sensori

26
E. Defisien pengetahuan

Kunci Jawaban: C
Referensi: Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET.
Nama pembuat Vickha Septiany (21117128)
Institusi/bagian Program Studi Ilmu Keperawatan – Keperawatan Anak

27
Temple Soal Vignete
ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional,etik, legal danpekabudaya
Asuhan keperawatandanmanajemenasuhankeperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuancomprehensive / berpikirkritis
Pengetahuanaplikasiprosedural (proseduralknowlegde)
Pengetahuanafektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak/ Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik/ Gadar/
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitative
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan&.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistempernafasan / SistemKardiovaskuler&limfatik/ SistemPencernaan&
: hepatobilier / Sistemsaraf dan perilaku / SistemEndokrin /
Muskuloskeletal / SistemGinjal dan saluran kemih / SistemReproduksi/
Sistem Integument / SistemImuno-hematologi / SistemPenginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)

Seoranganak perempuan berusia 3 tahun dengan diagnosa keperawatan hambatan


komunikasi verbal. Saat dilakukan pengkajian didapatkan frekuesi nafas 20 x/menit, suhu
36.5° C, nadi 80 x/menit. Anak tersebut mengalami keterlambatan berbicara sehingga
menyebabkan kesulitan berbahasa dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Saat
ini anak tersebut hanya bisa mengangguk dan menahan suara serta tantrum kemudian akan
berteriak menangis.

Pertanyaansoal

Pada kasus ini intervensi apa yang tepat untuk diberikan pada anak tersebut?

Pilihanjawaban
A. Berikan anak terapi wicara (Speech Therapy) secara dini
B. Ajarkan dan dukung anak dalam latihan ROM
C. Pantau suhu tubuh anak secara berkala
D. Berikan anak aktivitas yang menarik
E. Anjurkan keluarga untuk memberikan terapi musik

KunciJawaban: A

28
Referensi: Jurnal Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada
Anak Terlambat Bicara. Nadwa. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7, No. 1,
April 2013
Nama pembuat Weni Dwi Cahyani (21117130)
Institusi/bagian Program StudiIlmuKeperawatan – KeperawatanAnak

29
Temple Soal Vignete

ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional,etik, legal danpekabudaya
Asuhan keperawatan danmanajemenasuhankeperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuancomprehensive / berpikirkritis
Pengetahuanaplikasiprosedural (proseduralknowlwgde)
Pengetahuanafektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak/ Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik/ Gadar/
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi/
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitative
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan&.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistempernafasan / SistemKardiovaskuler&limfatik/ SistemPencernaan&
: hepatobilier / Sistemsaraf dan perilaku / SistemEndokrin /
Muskuloskeletal / SistemGinjal dan saluran kemih / SistemReproduksi/
Sistem Integument / SistemImuno-hematologi / SistemPenginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignette)
Anak usia 0-1 tahun dari lahir sampai usia 1 tahun kondisinya Normal tidak ada masalah
namun pada usia 2-3 tahun sudah muncul tanda-tanda autisnya seperti problem bahasa.
Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi dan
kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi.

Pertanyaan soal
pada kasus diatas termasuk klasifikasi autis?

Pilihan jawaban
A. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan Autisme infantil
B. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan Autisme fiksasi
C. Klasifikasi berdasarkan intelektual
D. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial
E Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian

KunciJawaban: B
Referensi: JURNAL PENGARUH PERILAKU ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS TERHADAP DESAIN FASILITAS PENDIDIKAN
STUDI KASUS : BANGUNAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS
Namapembuat Widya (21117132)

30
Institusi/bagian Program StudiIlmuKeperawatan – Keperawatan Anak

31
Temple Soal Vignete
ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya
Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowlwgde)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar /
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitative
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan &
: hepatobilier / Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin /
Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran kemih / Sistem Reproduksi/
Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem Penginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignette)
Seorangg ibu datang ke rumah sakit dan membawa anaknya berumur 7 tahun mengalami
gangguan terjadi perubahan pola komunikasi, dengan pengulangan gerakan tangan dan
pergantian pergerakan tangan hilangnya kemampuan pergerakan tangan serta keterampilan
motorik yang telah terlatih. Sang ibu menceritakan sang anak sulit memegang suatu benda
dengan benar dan gerakannya kaku. Anaknya tersebut didiagnosa oleh dokter mengalami
Autisme.

Pertanyaan soal
Gangguan perkembangan pervasife yang terjadi pada anak autis pada kasus diatas adalah?

Pilihan jawaban
A. Gangguan autistic
B. Sindrom Asperger
C. Sindrom Rett
D. Gangguan Disintegrasi Anak
E. Gangguan perkembangan menurun (PDD NOS/Pervasif developmental disorder not
otherwisespecified)

Kunci Jawaban: C
Referensi: Jurnal Analisis Perbandingan Akurasi dalam Identifikasi Autism

32
dengan SVM dan Naïve Bayes.Ferawaty,Muhammas Zarlis,Erna
Budhiarti Nabanan Vol 17, No 2, Oktober 2016.
Nama pembuat Windah Anisyah (21117134)
Institusi/bagian Program Studi Ilmu Keperawatan – Keperawatan Anak

33
Temple Soal Vignete
ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya
Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowlwgde)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar /
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan
: & hepatobilier / Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin /
Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran kemih / Sistem Reproduksi/
Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem Penginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)

Seorang anak laki-laki bibawa ibunya ke rumah sakit , karena menurut ibunya anaknya
sering mengacuhkan suara dan menghindari atau tidak merespon kontak sosial, saat di kaji
anak A terlihat nampak terlalu tenang, terlalu sensitif, cepat terganggu atau ter usik,
gerakan tangan dan kaki berlebihan, tidak ada kontak mata atau senyum secara sosial, bila
di gendong mengepaklan tangan, dan menegakkan kaki secara berlebihan. T: 36,6 c TD :
90/60 mmHg, P 152x/menit.
Pertanyaan soal

Gejala autisme yang ditunjukkan oleh anak A biasanya terjadi pada anak usia ?.
Pilihan jawaban

A. Usia 0 – 6 Tahun
B. Usia 6 – 12 Bulan
C. Usia 2 – 3 Tahun
D. Usia 4 - 5 Tahun
Kunci Jawaban: A
Referensi: Rahayu, S.M. 2014. Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis.
Jurnal Pendidikan Anak, Volume III, Edisi I. Bantul
Nama pembuat YOLA ALFINA ( 21117138)

34
Institusi/bagian Program Studi Ilmu Keperawatan – Keperawatan Anak

35
Temple Soal Vignete

ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional,etik, legal danpekabudaya
Asuhan keperawatandan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikirkritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (proseduralknowlwgde)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak/ Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik/ Gadar/
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitatif
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan&.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistempernafasan / SistemKardiovaskuler&limfatik/ SistemPencernaan&
: hepatobilier / Sistemsaraf dan perilaku / SistemEndokrin /
Muskuloskeletal / SistemGinjal dan saluran kemih / Sistem Reproduksi/
Sistem Integument / SistemImuno-hematologi / Sistem Penginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 8 bulan datang ke rumah sakit bersama kedua orang
tua nya. Orang tuanya mengatakan anak nya sulit berkomunikasi. Dalam hal komunikasi
sulit memfokuskan tatapan mata pada lawan bicara. Sering melakukan aktivitas berulang-
ulang seperti berjalan terus menerus, bergerak-gerak dan mengamati benda berputar dalam
waktu yang tidak lazim, menyukai hanya satu permainan dalam waktu relatif lama.
Pertanyaan soal

Dari ciri di atas termasuk klasifikasi dan tipe manakah?


Pilihan jawaban

A. Rett’s Syndrome
B. Childhood Disintegrative Disorder
C. Asperger’s Syndrome
D. Active But Odd Syndrome
E. Repeatif Syndrome

36
Kunci Jawaban: C
Referensi: Boham, S.E. 2013. Pola Kumunikasi Orang Tua Dengan Anak Autis ,
Volume II,No. 4 tahun 2013. Manado
Nama pembuat YOSA NANDA FERMATA ( 21117140)
Institusi/bagian Program Studi IlmuKeperawatan – Keperawatan Anak

Temple Soal Vignete


ID soal Anak 42
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 1 Praktik Profesional,etik, legal danpekabudaya
Asuhan keperawatandanmanajemenasuhankeperawatan

37
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuancomprehensive / berpikirkritis
Pengetahuanaplikasiprosedural (proseduralknowlegde)
Pengetahuanafektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak/ Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik/ Gadar/
Manajemen
Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan diagnosis / Perencanaan / Implementasi / Evaluasi
Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / rehabilitative
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan&.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman &.nyaman /
aktifitas & istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/belajar/
komunikasi
Tinjauan 7 Sistempernafasan / SistemKardiovaskuler&limfatik/ SistemPencernaan&
: hepatobilier / Sistemsaraf dan perilaku / SistemEndokrin /
Muskuloskeletal / SistemGinjal dan saluran kemih / SistemReproduksi/
Sistem Integument / SistemImuno-hematologi / SistemPenginderaan/
kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)

Seorang anak perempuan berumur 5 tahun di bawah oleh ibu nya ke klinik tumbuh
kembang anak. Ibunya mengatakan anaknya seringkali merasa frustrasi. Teman temannya
seringkali tidak memahami apa yang dia mau bahkan orang terdekatnya pun tak mengerti,
anak tersebut merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, bahkan hipersensitif terhadap
suara, cahaya dan sentuhan, bahkan anak tersebut seringkali tantrum. Dari hasil
pemeriksaan fisik anak sering Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau
datar), Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah, Menyakiti diri sendiri
(membenturkan kepala), Temperamen tantrum atau agresif untuk memperbaiki
perilakunya metode apa yang dilakukan seorang terapis :

A. Terapi perilaku (behavior theraphy)

B. Terapi wicara (speech therapy)

C. Terapi Fisik

D. Terapi Bermain

E. Terapi Medikamentosa

38
KunciJawaban: A
Referensi: Jurnal Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada
Anak Terlambat Bicara. Nadwa. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7, No. 1,
April 2013
Nama pembuat Wisma wardani (21117136)
Institusi/bagian Program StudiIlmuKeperawatan – KeperawatanAnak

39

Anda mungkin juga menyukai