Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN AUTISME”

OLEH KELOMPOK : 7

NI LUH CINTYA ANGGRENI (17.321.2736)


NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI (17.321.2732)

A11-B
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpah Rahmat,
Taufik dan Hidaya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
“Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme)” dalam mata kuliah
Keperawatan Anak.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bantuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulisan masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu Penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 1 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................................3
2.1.1 Definisi Autisme ...................................................................................3
2.1.2 Etiologi Autisme ....................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinis Autisme ...................................................................5
2.1.4 Patofisiologi Autisme.............................................................................6
2.1.5 Pathway Autisme ...................................................................................6
2.1.6 Klasifikasi ..............................................................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Autisme ..........................................................7
2.1.8 Penatalaksanaan......................................................................................7
2.1.9 Komplikasi .............................................................................................8
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................................9
BAB II PENUTUP
3.1 Simpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan secara menyeluruh yang
mengakibatkan hambatan dalam kemampuan sosialisasi, komunikasi, dan juga
perilaku. Gangguan yang dialami anak autis adalah gangguan dalam bidang
interaksi sosial, gangguan dalam bidang komunikasi (verbal dan non-verbal),
gangguan dalam bidang perilaku, gangguan dalam bidang perasaan atau emosi, dan
gangguan dalam bidang persepsi-sensorik.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi,
interaksi, serta perilaku yang luas dan berat, dengan gejalanya mulai nampak
sebelum anak berusia 3 tahun.
Meskipun terlihat tidak wajar dan tidak bisa diterima di khalayak umum,
terkadang anak autis memiliki kemampuan spesifik melebihi anak-anak seusianya.
Sebagian besar penderita autisme, yakni sekitar 75% termasuk alam kategori
keterlambatan mental. Tetapi sejumlah 10% dari mereka malah digolongkan sebagai
orang jenius. Orang-orang semacam ini memiliki kemampuan luar biasa dalam
berhitung, musik, atau seni.
Autisme terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran, di mana jumlah penderita
laki-laki empat kali besar dibandingkan penderita wanita. Gejala-gejala autisme
mulai tampak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka. Gejala-gejala
tersebut tampak ketika bayi menolak sentuhan orang tuanya, tidak merespon
kehadiran orang tuanya, dan melakukan kebiasaankebiasaan lainnya yang tidak
dilakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan autisme?
2. Apakah etiologi dari autisme?
3. Apakah manifestasi klinis dari autisme?
4. Bagaimana patofisiologi dari autisme?
5. Bagaimana pathway dari autisme?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari autisme?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari autisme?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada autisme?

1.3 Tujuan Penuilisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari autisme
2. Untuk mengetahui etiologi dari autisme
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari autisme
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari autisme
5. Untuk mengetahui pathway dari autisme
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari autisme
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari autisme
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada autisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENYAKIT AUTISME


2.1.1 Definisi Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan gejala
yang timbul yang jelas sepanjang umur pasien. Autism Spectrum
Disorde (ASD) ditandai dengan gangguan interaksi social dan
komunikasi yang terhambat dan menyimpang, serta kumoulan aktivitas
dan minat yang terbatas.
Autisme adalah ketidak mampuan perkembangan yang biasanya
terlihat sebelum usia dua setengan tahun dan ditandai dengan gangguan
pada wicara, bahasa, mobilitas, persepsi dan hubungan interpersonal.
Anak yang autisme biasanya tiak memiliki kesadaran terhadap orang
lain dan gagal membangun hubungan interpersonal, bahkan dengan
orang tuanya.
Kaplan & Sadock (2010) menyatakan bahwa gangguan autistik
( dahulu disebut autisme infantile dini, autisme masa kanak-kanak atau
autisme kanner) ditandai dengan interaksi soasial timbal balik yang
menyimpang, keterampilan komunikasi yang terlambat dan
menyimpang, serta kumpulan aktivita dan minat yang terbatas.
Gangguan autisme 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan dengan gangguan
autistik lebih besar kemungkinannya memiliki retradasi mental.

2.1.2 Etiologi Autisme


Peningkatan jumlah penderita autisme yang tajam menimbulkan
berbagai pertanyaan mengenai penyebab gangguan tersebut. Hingga
saat ini ada beberapa penyebab autisme yang dikembangkan oleh
beberapa ahli yaitu (Kaplan dan Sadock, 2014):

3
1. Faktor Psikogenik
Ketika autisme pertama kali ditemukan tahun 1943 oleh Leo
Kanner, autisme diperkirakan disebabkan pola asuh yang salah.
Kasus-kasus perdana banyak ditemukan pada keluarga kelas
menengah dan berpendidikan yang orang tuanya bersikap dingin
dan kaku pada anak. Kanner beranggapan sikap keluarga tersebut
kurang meberikan stimulasi bagi perkembangan komunikasi anak
yang akhirnya menghambat perkembangan kemampuan komuniksi
dan interaksi soaial anak.
2. Faktor Biologis dan Lingkungan
Seperti gangguan perkembangan lainnya, autisme dipandang
sebagai gangguan yang memiliki banyak sebab dan antara satu
kasus dengan kasus lainnya penyebab bisa tidak sama. Penelitian
tentang faktor organik menunjukkan adanya kelainan atau
keterlambatan dalam tahap perkembangan anak autis sehingga
autisme kemudian digolongan sebagai gangguan dalam
perkembangan yang mendasari pengklasifikasian.
3. Faktor Genetik
Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistik
juga mengalami gangguan autistik. Laporan klien mengesankan
bahwa pada keluarga yang memiliki anggota autistic, anggota non
autistiknya mempunyai kejadian yang lebih tinggi.
4. Faktor Imunologis
Beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan
imunologis dapat turut berperan dalam gangguan autistic. Limfosit
beberapa anak autistik bereaksi dengan antibody maternal, suatu
fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf embrionik
atau ekstraenbrionik rusak selama gestasi.

4
5. Faktor Perinatal
Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan meconium di dalam
cairan amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak
dengan gangguan autistik dibandingkan populasi umum.

2.1.3 Manifestasi Klinis Autisme


1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal
Meliputi kemampuan bahasa dan mengalami keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara
2. Gngguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan panjang.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu dapa tempatnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa sendiri, menangis atau marah
tanpa sebab nyata.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitive terhadap cahaya (penglihatan),
pendengaran, sentuhan, penciuman, dan rasa (lidah) dari mulai
ringan sampai berat.
7. Intelegasi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secata
fungsional.

5
2.1.4 Patofisiologi Autisme
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima
impluslistrik (dendrite). Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang
berwarna kelabu (korteks). Akson di bungkus selaput bernama myelin
terletak dubagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama
lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.
Pada trimester ketiga, pmbentukan sel saraf berhenti dan di mulai
pembentukan akson, dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,
dendrite dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui
sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor Sn proses
belajar anak
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas, pembentukan
akson, dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukan
pertambahan akson, dendrite dan sinaps, sedangkan bagian otak yang
tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson,
dendrite dan sinaps.
Kelainan genetis, keracuanan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut. Sehingga
akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

2.1.5 Pathway Autisme


(terlampir)
2.1.6 Klasifikasi
1. Autisme persepsi
Dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum
lahir. Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada

6
penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga
kemampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak
bersikap masa bodoh.
2. Autisme reaksi
Terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan
kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah
atau sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memunculkan
Gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang, kadang-kadang disertai
kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar enam
sampai tujuh sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian
Terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak
yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit dalam hal
pemberian pelatihan dan pelayanan Pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Autisme


1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2. Checklis for Autisn in Toddlers (CHAT)
3. The Autism Screening Questionare
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi
dan penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan
edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi
outcome. Intervensi farmakologi, yang saat ini dievaluasi,
mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan naltrexone.
Terhadap gejala yang menyertai.

7
Terapi prilaku sangat penting untuk membantu para anak autis
untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Terapi
prilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan prilaku yang asocial.
Dalam terapi farmakologi dinyatakan belum ada obat atau terapi
khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi (terapi obat)
beguna terhadap gejala yang menyertai
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengurangi masalah prilaku
2) Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara
3) Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
4) Anak bisa mandiri dan bersosialisasi.

2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita autis biasanya adalah :
1. Gangguan infeksi yang berulang-ulang
2. Batuk
3. Flu
4. Demam berkepanjangan

8
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME
2.2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. kajian.
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
Saat hamil : Ibu merokok (Ya/Tidak)
: Ibu minum-minuman keras (Ya/Tidak)
2) Intra dan Post Natal
Intranatal
1) Lama Persalinan
2) Saat Persalinan
3) Komplikasi Persalinan
4) Terapi yang diberikan
5) Cara melahirkan
6) Tempat Melahirkan

Postnatal
1) Kebutuhan resusitasi
2) Apgar skor
3) Bayi langsung menangis

9
4) Tangisan bayi
5) Obat-obatan yang diberikan setelah lahir
6) Trauma lahir
7) Narkosis
8) Keluarnya urin/ BAB
9) Respon fisiologi atau perilaku yang bermakna

3) Penyakit yang pernah diderita


Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami obesitas
4) Imunisasi
Tanyakan pada keluarga pasien apakah pasien sudah
mendapatkan imunisasi wajib
5. Riwayat Pertumbuhan
Tanyakan pada keluarga pasien bagimana pertumbuhan dari pasien
apakah ada gangguan atau tidak
6. Tingkat Perkembangan
Tanyakan pada keluarga apakah ada tidaknya gangguan
perkembangan pada pasien sebelum di rawat inap
7. Riwayat Sosial
Bagaimana riwayat sosial pasien kepada keluarga maupun orang-
orang yang berada di lingkungan sekitarnya
8. Riwayat Keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien bagimana lingkungan rumah serta
apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan atau
memiliki penyakit keturunan dari keluarga pasien
9. Pola Kesehatan
1) Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kaji pasien mengenai status kesehatan anak sejak lahir,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang
menyebabkan anak absent dari sekolah, kebiasaan merokok orang
tua, praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok),

10
praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan
obat-obatan.
2) Nutrisi (makanan dan cairan)
Kaji pasien dan ibu pasien mengenai kebiasaan pemberian
ASI/PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, jumlah makanan
dan kudapan, jenis dan jumlah (makanan dan minuman) adakah
tambahan vitamin, pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan, BB lahir dan BB
saat ini serta status nutrisi orang tua, apakah ada masalah atau
tidak
3) Aktifitas
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
4) Tidur dan Istirahat
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu
tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan
tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung
mata, keadaan umum, mengantuk).
5) Eliminasi
Kaji kebiasaan pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah atau
tidak), mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi, pola eliminasi
urine (frekuensi ganti popok basah perhari, kekuatan keluarnya
urine, bau, warna)
6) Pola hubungan
Kaji struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara
anggota keluarga, respon anak/ bayi terhadap perpisahan,, pola
bermain anak apakah ketergantungan, dan penyusuaian ketika
berada
7) Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress dan
toleransinya, serta kaji cara penanganan masalah

11
8) Kognitif dan persepsi
Kaji pasien mengenai gambaran tentang indra khusus
(penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba),
penggunaan alat bantu indra, persepsi ketidaknyamanan nyeri
(pengkajian nyeri secara komprehensif), keyakinan budaya
terhadap nyeri, tingkat pengetahuan terhadap nyeri dan
pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri, data
pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
9) Konsep diri
Kaji pasien mengenai keadaan sosisal: pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial, identitas personal: penjelasan tentang diri
sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, keadaan fisik,
segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai dan
tidak), harga diri: perasaan mengenai diri sendiri, ancaman
terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran), riwayat
berhubungan dengan masalah fisik dan ataupun psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, tidak
mau berinteraksi)
10) Seksual
Kaji pasien mengenai gambaran perilaku seksual (perilaku
seksualitas yang aman, pelukan, sentuhan, dll), pengetahuan yang
berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi, efek terhadap
kesehatan, riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dana
tau psikologi, data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU,
genetalia, payudara, rectum)
11) Nilai

12
Kaji pasien mengenai perkembangan moral anak, pemilihan
prilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan serta keyakinan
agama

10. Pemeriksaan Fisik


1) Keadaan Umum : Kesadaran, postur tubuh gemuk
2) Tanda-Tanda Vital : TD, N, RR, S
Ukuran Anthropometri : TB, BB mengalami peningkatan,
LK, LiLa
3) Kulit
Kaji kebersihan, turgor, lesi, kelainan
4) Kepala
Kaji bentuk, lesi, kebersihan, edema
5) Mata
Kaji konjungtiva, sclera, kelainan mata
6) Telinga
Kaji fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
7) Hidung
Kaji kebersihan, kelainan
8) Mulut
Kaji kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
9) Leher
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar
10) Dada
Kaji paru dan jantung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
11) Abdomen
Kaji abdomen dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultas
12) Genetalia
Kaji kebersihan, kateter, kelainan

13
13) Ekstremitas
Kaji adanya edema, infuse/transfuse, kontraktor, kelinan
14) Neurologi
Fungsi saraf

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguam komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
2. Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan
perkembangan
3. Gangguan persepsi dan sensori berhubungan dengan gangguan
pengelihatan dan pendengaran
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan pertumbuhan fisik
terganggu

2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Tujuan
Diagnose
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan

Gangguam Setelah dilakukan asuhan SIKI : Promosi Komunikasi :


komunikasi verbal keperawatan selama …x… Defisit bicara
berhubungan jam, diharapkan pasien dapat 1. Monitor kecepatan, tekanan,
dengan gangguan berkomunikasi, dengan criteria kualitas, volume, dan diksi bicara
neuromuskuler hasil : 2. Identifikasi perilaku emosional
SLKI : Komunikasi Verbal dan fisik sebagai bentuk
1. komunikasi
dengan baik tanpa 3. Gunakan metode komunikasi
hambatan alternative (mis: menulis, mata
2. berkedip, papan komunikasi
dengan normal dengan gambar dan huruf, isyarat
3. tangan dan computer)

14
menyesuaikan ekspresi 4. Berikan dukungan psikologis
wajah dan tubuh. 5. Anjurkan berbicara perlahan
6. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
therapis
Gangguan interaksi Setelah dilakukan asuhan SIKI : Modifikasi perilaku
social berhubungan keperawatan selama …x… keterampilan social
dengan hambatan jam, diharapkan interaksi social 1. Identifikasi focus pelatihan
perkembangan pasien membaik, dengan criteria keterampilan social
hasil : 2. Motivasi untuk berlatih
SLKI : INTERAKSI keterampilan social
SOSIAL 3. Libatkan keluarga selama
1. Di harapkan perasaan latihan keterampilan social
pasien nyaman dengan 4. Edukasi keluarga untuk
situasi social dukungan keterampilan social
2. Di harapkan perasaan 5. Latih keterampilan social secara
pasien mudah menerima bertahap
atau mengkomunikasi
perasaan
3. Pasien mampu
responsive pada orang
lain

Gangguan persepsi Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen Halusinasi


dan sensori keperawatan selama …x… 1. Monitor perilaku yang
berhubungan jam, diharapkan pasiem mengidentifikasi halusinasi
dengan gangguan mampu melihat dan 2. Monitor dan sesuikan tingkat
pengelihatan dan mendengar dengan normal , aktivitas dan stimulasi lingkungan
pendengaran dengan criteria hasil : 3. Pertahankan lingkungan yang
SLKI : Persepsi Sensori aman
1. 4. Anjurkan melakukan distraksi
mendengarkan bisikan (mis : mendengarkan music,

15
2. melakukan aktivitas dan Teknik
bayangan relaksasi)
3. 5. Kolaborasi pemberian obat
sesuatu melalui indra antipsikotik dan antiansietas.
perabaan
4.
sesuatu melalui indra
penciuman
Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan SIKI : Perawatan Perkembangan
kembang keperawatan selama …x… 1. Identifikasi pencapaian tugas
berhubungan jam, diharapkan pasiem perkembangan anak
dengan mampu melihat dan 2. Sediakan aktivitas yang
pertumbuhan fisik mendengar dengan normal , memotivasi anak berinteraksi
terganggu dengan criteria hasil : dengan abaklainnya
SLKI : Status 3. Dukung anak mengekspresikan
Perkembangan diri melalui penghargaan positif
1. Pasien mampu menerapkan atau umpan balik atau usahanya
ketrampilan atau prilaku 4. Anjurkan orang tua berinteraksi
2. Pasien mampu melakukan dengan anaknya
perawatan diri 5. Ajarkan anak ketrampilan
berinteraksi
6. Rujuk untuk konseling, jika perlu

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter
implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan
baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri
dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya
seperti ahli gizi dan fisioterapis.

16
Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan
keluarganya. Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji
kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana
keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan.

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak,
untuk mengatasi suatu masalah yang diharapi klien.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan gejala yang
timbul yang jelas sepanjang umur pasien. Autism Spectrum Disorde (ASD)
ditandai dengan gangguan interaksi social dan komunikasi yang terhambat dan
menyimpang, serta kumoulan aktivitas dan minat yang terbatas.
Meskipun terlihat tidak wajar dan tidak bisa diterima di khalayak umum,
terkadang anak autis memiliki kemampuan spesifik melebihi anak-anak
seusianya. Sebagian besar penderita autisme, yakni sekitar 75% termasuk alam
kategori keterlambatan mental. Tetapi sejumlah 10% dari mereka malah
digolongkan sebagai orang jenius. Orang-orang semacam ini memiliki
kemampuan luar biasa dalam berhitung, musik, atau seni.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan dan Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis terjemahan oleh Nisa T.M dan
Profitasari. Jakarta : EGC.
Kaplan dan Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai