DOSEN
:
:
KEPERAWATAN ANAK II
A. ARNIYANTI, S. Kep, Ns
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK AUTISME
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK XII
NON REGULER B
SYAHARUDDIN
MUSDALIFAH
YULIANI
RISWANDI
(21406131)
(21406115)
(21406199)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
serta karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak II dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK AUTISME.
Dengan selasainya makalah ini, kami mmengucapkan rasa terimakasih
kepada :
1.
2.
Ibu A. Arniyanti, S.Kep, Ns,sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Anak II.
Teman-teman kelompok XII yang telah membantu dalam penulisan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Makassar,
Desember 2014
Penulis
Kelompok XII
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME
Hal
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
1
1
2
3
A.DEFENISI ......................................................................................
B.KLASIFIKASI ...............................................................................
C.ETIOLOGI .....................................................................................
D.PATOFISIOLOGI ..........................................................................
E.MANIFESTASI KLINIS ...............................................................
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ..................................................
G.PENATALAKSANAAN ...............................................................
4
5
6
8
10
12
13
15
16
A.PENGKAJIAN...............................................................................
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN .....................................................
C.INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................
16
17
18
21
A.KESIMPULAN ..............................................................................
B.SARAN ..........................................................................................
21
21
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam
Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak
Autisme juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik
itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang ada
dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak Autisme
tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme.
Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak
Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut
dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa
mandiri. Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita
mengetahui anak Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria
lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan
yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit
sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik
atau memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik.
Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme, maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Bagaimana jenis-jenis anak Autisme ?
3. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
4. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
5. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
6. Apa sajakah dan bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
7. Apa saja penatalaksana anak autis?
pengetahuan
bagaimana
patofisiologi
Anak
informasi
tentang
pengkajian
pada
Anak
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih
dan menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.
Dan diharapkan agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat
asuhan keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu juga
sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
BAB II
KONSEP MEDIS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME
A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003)
b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik. (American Psychiatic Association, 2000)
c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun). Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya. Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan
otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
B. KLASIFIKASI
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah lingkup PDD
(Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder).
Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai
untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di
bawah lingkup PDD, yaitu:
terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak
anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang
diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi
karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi.
D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.
Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson,
dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan
kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui
pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide)
yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
neurokimia
otak
secara
abnormal
menyebabkan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan
amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses
memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak
antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri,
infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau
sama
sekali
tidak
dapat
bicara.
Menggunakan
kata-kata
tanpa
10
mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai atau
benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya
sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang
ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus
melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat
hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia
datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan
berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri
seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau
sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong.
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada
satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal
sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah
tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum),
terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa
menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci
11
12
mood
13
PENYIMPANGAN KDM
14
Partus lama
Keracunan
logam
Genetik
Gangguan
nutrisi dan
oksigenisasi
MK: Resti
infeksi
>>> neurotropin
dan neuropaptida
Infeksi jamur
Kerusakan pada
sel purkinye dan
hippocampus
Gg pada otak
Abnormalitas
pertumbuhan sel
saraf
Gg keseimbangan
serotonin dan
dopamin
Peningkatan
neurokimia secara
abnormal
Gg pada
otak kecil
Growth
without
guidance
Pemakaian
antibiotik
berlebihan
Reaksi atensi
lebih lambat
Protein terpecah
sampai polipeptida
Menimbulkan
efek morfin pada
otak
AUTISME
Gg interaksi
sosial
Gg
komunikasi
Keterlam
batan dlm
berbahasa
MK: Gg
komunikasi
verbal dan
non verbal
Bicara
monoton
dan tidak
dimenger
ti orang
lain
Menga
baikan
dan
menghi
ndari
orang
lain
Acuh tak
acuh thd
lingku
ngan dan
orang
lain
Gg
perilaku
Peri
laku
yang
aneh
Gg persepsi
sensori
hiperaktif
Penglihatan
pendengaran
Sangat
agresif
thd
orang lain
dirinya
sendiri
Sensitif
thd
cahaya
Menutup
telinga bila
mendengar
suara
MK :
kelemahanBAB II
interaksi
sosial KEPERAWATAN
KONSEP
MK :
perubahan
persepsi
sensori
15
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cidera otak
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
Terdapat ekolalia.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
Peka terhadap bau.
e. Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME
16
Diagnosa
keperawatan
Kelemahan
interaksi sosial
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n untuk percaya
pada orang lain.
Tujuan
Klien mau
memulai
interaksi
dengan
pengasuh
nya
Kriteria hasil
Memulai
interaksi
dengan
pengasuh
nya
Intervensi
Mandiri :
Batasi jumlah
pengasuh pada
anak.
Tunjukan rasa
kehangatan/kera
mahan dan
penerimaan pada
anak.
Tingkatkan
pemeliharaan dan
hubungan
kepercayaan.
Motivasi anak
untuk
berhubungan
dengan orang
lain.
Rasional
Mandiri :
Memberikan kepada
klien untuk
mempermudah dalam
interaksi
Menunjukkan rasa
kehangatan akan
membuat klien
mudah percaya pada
pengasuh
Memelihara
kepercayaan akan
mempereat interaksi
antara klien dengan
pengasuhnya
Membuat klien akan
beirnteraksi dengan
lingkungan sekitar
klien
17
2.
Gangguan
komunikasi
verbal dan non
verbal
berhubungan
dengan
keterlamba
tan dalam
berbahasa
Agar pasien
dapat mengindikasi-kan
pemahaman tentang
maslah
komunikasi
Mengindiksikan pemahaman
tentang
masalah
komunikasi
Mem-buat
metode
komunika
si di mana
kebutuhan dapat
diekspresi
kan
Menggunakan
sumbersumber
dengan
tepat
Mandiri :
Mintalah pasien
untuk
mengucapkan
suara sederhana
seperti sh atau
pus
Kaji tipe/derajat
disfungsi, seperti
pasien tidak
tampak
memahami kata
atau mengalami
kesulitan
berbicara
Perhatikan
kesalahan dalam
komunikasi dan
berikan umpan
balik
Bicaralah dengan
nada normal dan
hindari
percakapan yang
cepat, berikan
pasien jarak
waktu untuk
merespon
Hargai
kemampuan
pasien sebelum
terjadi penyakit,
hindari pembicaraan yang
merendah-kan
Mengidentifikasi
adanya disatria sesuai
komponan motorik
dari bicara ( seperti
lidah, gerakan bibir,
kontrol napas ) yang
dapat mempengaruhi artikulasi
dan mungkin juga
tidak desertai afasia
motorik
Membantu
menentukan daerah
dan derajat kerusakan
serebal yang terjadi
dan kesuliatan pasien
dalam beberapa atau
seluruh tahap
komunikasi, dengan
mengucap-kan katakata dengan benar
Pasien mungkin
kehilangan
kemampuan untuk
memantau ucapan
yang keluar dan tidak
menyadari bahwa
komunikasi yang
diucapkan tidak
nyata
Pasien tidak perlu
merusak
pendengaran dan
meninggikan suara
dapat menimbul-kan
marah pasien/menyebabkan kepedihan.
Memfokus-kan
respons dapat
mengabitkan frustasi
dan mungkin
menyebab-kan pasien
terpaksa untuk bicara
otomatis, seperti
me-mutarbalikan
kata, berbicara,
kasar/kotor
Kemampuan pasien
untuk merasakan
harga diri, sebab
kemampuan
intelektual pasien
seringkali tetap baik
18
3.
Perubahan
persepsi sensori
behubungan
dengan sensitif
terhadap
penglihatan
pada pasien
Agar pasien Memulai
Mandiri :
dapat peka
atau mem- Evaluasi adanya
terhadap
pertahangangguan
penglihatan
kan tingkat
penglihatan, catat
kesadaran
penurunan lapang
dan fungsi
pandang,
per-septual
perubahan
Mengakui
ketajaman
persepsi
dan
perubah-an
adanya
dalam
pandangan ganda
kemampuan
dan adanya
Men
trasikan
Dekati pasien
perilaku
dari
daerah
untuk
penglihatan yang
mengkompe
normal, biarkan
nsasi
lampu menyala,
terhadap
letakkan benda
defisit hasil
dalam
jangkauan
lapang
penglihatan
yang normal
Ciptakan
lingkungan
yang sederhana,
pindahkan
perabot
yang
membahayakan
4.
Risiko tinggi
infeksi
Risiko
Mem-pert
infeksi pada
ahankan
Bicara
dengan tenang,
per-lahan
dengan
mengguna-kan
kalimat
yang
pendek, dengan
mempertahanka
n kontak mata
Anjurkan
pasien
untuk
mengamati
kakinya
bila
perlu
dan
menyadari
posisi
bagian
tubuh tertentu
Mandiri :
Berikan
Munculnya gangguan
penglihatan dapat
berdampak negatif
terhadap kemampuan
pasien untuk
menerima
lingkungan dan
mempelajari kembali
keterampilan
sensorik dan
meningkatkan
terjadinya cidera
Pemberian
pengenalan terhadap
adanya oranag/benda
dapat membantu
masalah persepsi,
mencegah pasien dari
terkejut. Pe-nutupan
mata mungkin dapat
menurunkan
kebingungan karena
adanya pandangan
ganda
Menurunkan atau
membatasi jumlah
stimulus penglihatan
yang mungkin dapat
menimbulkan
kebingungan
terhadap intepretasi
lingkungan;
menurunkan
terjadinya kecelakaan
Pasien mungkin
mengalami
keterbatasan dalam
rentang perhatiana
atau masalah
pemahaman
Penggunaan stimulus
penglihatan dan
sentuhan mem-bantu
dalam mengintregasikan sisi yang sakit
dan memungkinkan
pasien untuk
mengalami kelalaian
sensasi dan pola
gerakan normal
Cara pertama untuk
19
behubungan
dengan mikroorganisme
(jamur)
klien dapat
teratasi
nomoter
dari tandatanda
infeksi
Men-capai
penyembu
han luka
pada
waktu-nya
perawatan antisesptik,
pertahankan
cuci tangan
yang baik
Observasi
daerah yang
mengalami
kerusakan
Pantau suhu
tubuh secara
teratur
Berikan
perawatan
parienal
menghindari infeksi
Deteksi dini
perkembangan
infeksi
memungkinkan
untuk melakukan
tindakan dengan
segera dan
pencegahan tehadap
komplikasinya
Dapat
mengindikasikan
perkembangan yang
selanjutnya
memerlukan tindakan
dengan segera
Menurunkan
kemungkinan
terjadinya
pertumbuhan infeksi
mikroorganisme
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK AUTISME
20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/192463554/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADAANAK-DENGAN-AUTISME-docx#download. Diakses 1 desember 2014 pukul
13:46:58 wita.
http://dhie-akamoto.blogspot.com/2012/04/askep-autisme-pada-anak.html diakses
1 desember 2014 pukul 13:51:53 wita
Marilynn E.1999.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGC
Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih
Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html
Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.
Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta
:Salemba Medika
iii