Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ATTENTION DEFICIT HIPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

1
LEMBAR PENGESAHAN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Asuhan
Keperawatan Anak ADHD. Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Anak. Selain itu juga untuk menambah pemahaman terkait
tentang asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan ADHD pada anak.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tugas penulis selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis

3
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan...................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan penulisan............................................................................3
Bab II Tinjauan Teori......................................................................................4
2.1 Definisi..........................................................................................4
2.2 Grade/Derajat...............................................................................4
2.3 Etiologi..........................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................6
2.5 Patofisiologi..................................................................................7
2.6 Pathway.........................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................10
2.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik............................................10
2.9 Pencegahan..................................................................................11
2.10 Komplikasi..................................................................................12
Bab III Konsep Asuhan Keperawatan............................................................13
3.1 Pengkajian.....................................................................................13
3.2 Diagnosa.......................................................................................14
3.3 Intervensi......................................................................................15
3.4 Implementasi.................................................................................21
3.5 Evaluasi ........................................................................................24
Bab IV Penutup...............................................................................................26
4.1 Kesimpulan...................................................................................26
4.2 Saran.............................................................................................26
Daftar Pustaka.................................................................................................27

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan hiperaktivitas meskipun
sebenarnya hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD. Istilah
hiperaktivitas digunakan untuk anak dengan kelainan perilaku. Sebenarnya
anak normal pun dalam tahap perkembangan tertentu juga mengalami
semacam hiperaktivitas tetapi istilah yang dipakai untuk anak normal adalah
overaktivitas. Gangguan hiperaktivitas adalah gangguan pada anak yang
timbul pada usia perkembangan dini dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Ciri perilaku ini
mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa. (Schaefer,et
al,1991 dalam Abdul Muhith,2015).
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari
ADHD seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme),
beberapa faktor berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik,
perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, terjadi
disfungsi metabolisme, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan
gizi dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori
yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamine
dan norepineprine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa
pada keluarga penderita selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya.
Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai masa dewasa
(DSM-III-R,1987 dalam buku Mary C.T (1998) ). Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian,
impulsivitas dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun dirumah
(Isaac,2005dalam Dania, Nijma, 2019).
Dalam jurnal Adiputra, (2018) disebutkan bahwa, pada penelitian yang
dilakukan El-nemr, et.al (2015) mengungkapkan bahwa prevalensi penderita
anak dengan ADHD di Mesir mencapai 19,7% dari 600 anak (286 laki-laki
dan 314 perempuan) dari usia antara 5–12 tahun. Asherson (2012)

1
mengungkapkan bahwa data statistik menunjukan prevalensi ADHD di
wilayah Asia sebesar 10 % dari total keseluruhan anak. Prevalensi ADHD di
Indonesia tidak diketahui secara pasti tingkat kejadiannya. Penelitian yang
dilakukan secara terbatas di Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar
4,2%, paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah dan pada anak laki-
laki (Galih, 2011). Sementara itu di Padang prevalensi mencapai 8%, di
Bantul dan Yogyakarta mencapai 5,7% (Putri, 2014). Kondisi anak dengan
ADHD mudah dilihat seperti, kurang mampu memperhatikan aktivitas
permainan maupun tugas. Perhatiannya mudah terpecah dan sering kehilangan
barang. Selain itu, penderita ADHD juga memiliki perilaku yang berubah-
ubah, impulsif, selalu aktif dan tidak bisa asik dalam kegiatan yang
menghabiskan waktu, seperti membaca atau menyusun puzzle. Dari data yang
terdapat pada anak ADHD, dapat ditegakkan beberapa diagnosa seperti
kecemasan, perubahan pola belajar, koping keluarga tidak efefktif, dan resiko
cedera.
Peran perawat dalam perawatan anak ADHD meliputi peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan dengan cara perawat membantu klien dengan
ADHD mendapatkan kembali kesehatannya secara holistik. Peran perawat
sebagai advokat dengan cara membantu klien dan keluarga dalam
pengambilan keputusan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan pada
anak ADHD. Peran perawat sebagai edukator yaitu dengan membantu orang
tua klien meningkatkan pengetahuan tentang ADHD, tanda dan gejala ADHD,
dan penanganan kepada anak ADHD. Peran perawat sebagai kolaborator yaitu
dengan bekerja bersama tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli
gizi, dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak ADHD.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana definisi ADHD?
b. Bagaimana Grade/Derajat ADHD?
c. Apa saja etiologi ADHD?
d. Apa saja manifestasi klinis ADHD?
e. Bagaimana patofisiologi ADHD?

2
f. Bagaimana pathway ADHD?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ADHD?
h. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
i. Bagaimana pencegahan ADHD?
j. Bagaimana komplikasi ADHD?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan ADHD?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa/i dapat menguraikan dan
memahami asuhan keperawatan anak dengan kondisi ADHD.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ADHD.
b. Mengetahui Grade/Derajat ADHD.
c. Mengetahui etiologi ADHD.
d. Mengetahui manifestasi klinis ADHD.
e. Mengetahui patofisiologi ADHD.
f. Mengetahui pathway ADHD.
g. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien ADHD.
h. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
i. Mengetahui pencegahan ADHD.
j. Mengetahui komplikasi ADHD.
k. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan ADHD.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ADHD
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Hal ini biasanya digunakan untuk menggambarkan anak- anak yang memiliki
tiga jenis masalah utama yaitu: perilaku terlalu aktif (hiperaktif), perilaku
impulsif, dan kesulitan memperhatikan/ konsentrasi. Karena mereka terlalu
aktif dan impulsif, anak-anak dengan ADHD sering merasa sulit untuk
diterima di sekolah. Seringkali mereka juga bermasalah dalam bergaul
dengan anak-anak lain. Kesulitan-kesulitan ini bisa berlanjut ketika mereka
tumbuh dewasa, apabila mereka tidak mendapatkan bantuan sesuai
kebutuhan. Beberapa anak yang memiliki masalah konsentrasi atau perhatian
tidak selalu terlalu aktif atau impulsif. Anak-anak jenis ini digambarkan
memiliki Attention Defisit Disorder (ADD). ADD dapat dengan mudah
ditangani daripada ADHD karena anak ADD cenderung pendiam dan
melamun tidak mengganggu. (Mirnawati, 2019).
ADHD merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik hingga menyebabkan aktifitas yang tidak lazim dan cenderung
berlebihan. Hal tersebut ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah,
tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang. Beberapa kriteria yang lain
sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka
membuat keributan (Klik dokter, 2008 dalam Dania, 2019).
2.2 Grade/derajat ADHD
Menurut DSM-IV dalam Susanto & Fengkey, (2016) tipe dan manifestasi
klinik ADHD, yaitu :
a. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : terdapat lebih dari 6 gejala
berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai
tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
b. Hiperaktivitas-impulsivitas: terdapat lebih dari 6 gejala hiperaktivitas-
impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam

4
bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
kondisi ini mudah dilihat sehubungan dengan mereka kurang mampu
memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas. Perhatiannya mudah
terpecah dan sering kehilangan barang. Faktor penyebabnya bermuara dari
kelemahan daya ingatan. Selain itu, penderita ADHD juga memiliki
perilaku yang berubah-ubah, impulsif, selalu aktif dan tidak bisa asik
dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca atau
menyusun puzzle.
2.3 Etiologi
Menurut Susanto & Fengkey, (2016) faktor-faktor yang mungkin berperan
dalam terjadinya ADHD, yaitu:
a. Cedera otak : telah lama diperkiraan bahwa anak yang terkena ADHD
mendapat cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem safar
pusatnya selama periode janin dan perinatalnya
b. Faktor neurokimiawi : Neurotransmitter dopamin (DA) dan norepinefrin
(NE) terlibat dalam patofisiologi ADHD; dopamin adalah neurotransmitter
yang terlibat dalam penghargaan, pengambilan risiko, impulsif, dan
suasana hati; norepinefrin memodulasi perhatian, gairah dan suasana hati.
Studi otak pada individu dengan ADHD menunjukkan adanya cacat pada
gen reseptor dopamin D4 (DRD4) dan ekspresi berlebih dari dopamin
transporter-1 (DAT1). Reseptor DRD4 menggunakan DA dan NE untuk
memodulasi perhatian dan tanggapan terhadap lingkungan seseorang.
Protein transporter DAT1 atau dopamin membawa DA / NE ke terminal
saraf prasinaps sehingga mungkin tidak memiliki interaksi yang cukup
dengan reseptor post-sinaptik.
c. Struktur anatomi : pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada anak
dengan ADHD menunjukkan pengecilan volume otak yang bermakna pada

5
korteks prefrontal dorsolateral, kaudatus, palidum, korpus kalosum, dan
serebelum.
d. Faktor psikososial : Anak-anak dalam institusi seringkali hiperaktif dan
memiliki rentan atensi rendah. Tanda tersebut terjadi akibat adanya
pemutusan hubungan emosional yang lama, dan gejala menghilang jika
faktor pencetus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di
rumah penitipan.
2.4 Manifestasi Klinik
Gejala berdasarkan tipe ADHD menurut DSM-IV dalam Susanto &
Fengkey, (2016) yaitu :
a. Gangguan Pemusatan Perhatian (inatesif)
1) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detil dan
tidak teliti dalam mengerjakan tugas atau aktivitas lainnya.
2) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas bermain
3) Sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara langsung.
4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi).
5) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
6) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam tugas
yang memiliki usaha mental yang lama (seperti tugas di sekolah dan
pekerjaan rumah).
7) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas
atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun peralatan).
8) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar.
9) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
b. Hiperaktivitas
Gejala Hiperaktivitas ialah sebagai berikut :
1) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di
tempat duduk.

6
2) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau di dalam situasi yang
diharapkan anak tetap duduk.
3) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu
luang secara tenang.
4) Sering dalam keadaan “siap bergerak/pergi” (atau bertindak seperti
digerakkan oleh mesin).
Gejala impulsivitas ialah sebagai berikut :
1) Tidak sabar, sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih dahulu
sebelum pertanyaan selesai.
2) Sering sulit menunggu giliran.
3) Sering menyela atau mengganggu orang lain sehingga menyebabkan
hambatan dalam lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
kondisi ini mudah dilihat sehubungan dengan mereka kurang mampu
memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas. Perhatiannya mudah
terpecah dan sering kehilangan barang. Faktor penyebabnya bermuara dari
kelemahan daya ingatan. Selain itu, penderita ADHD juga memiliki
perilaku yang berubah-ubah, impulsif, selalu aktif dan tidak bisa asik
dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca atau
menyusun puzzle.
2.5 Patofisiologi
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area
kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek
itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab
terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik,
serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi
satu atau lebih seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda
dari ADHD (Tanoyo D.P, 2015).
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk
mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus,

7
membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat menyesuaikan diri dengan
situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek berfungsi untuk mencegah
agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah
pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita
berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain (Tanoyo DP, 2015).
Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-
inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat
keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik
mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi
secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen
yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang
ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang
normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal,
rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem
limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut (Tanoyo D.P,
2015).
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi.
Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari
isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas
yang melemah pada korteks prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri.
Neurotransmiter utama yang teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah
katekolamin (Tanoyo D.P, 2015).

8
2.6 Pathway

Neurotransmitter
Trauma kelahiran Zat toksik, lingkungan
dopamine

Penurunan
neurobiologis

Harga Diri Rendah Lobus frontal mengalami Resiko gangguan


Situasional penurunan fungsi perkembangan

Ketidakefekti Merasa memiliki


fan koping ADHD
kekurangan
individu

Pengetahuan yang
Perilaku hiperaktivitas kurang terhadap
penyakit

Resiko Cedera
Defisit Pengetahuan Ansietas

9
2.7 Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2017) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder
(ADHD) antara lain :
a. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
b. Hentikan perilaku yang tidak aman
c. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima
d. Berikan pengawasan yang ketat
e. Meningkatkan performa peran dengan cara :
f. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
g. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari
distraksi untuk menyelesaikan tugas)
h. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
i. Dapatkan perhatian penuh anak
j. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
k. Izinkan beristirahat
l. Mengatur rutinitas sehari-hari
m. Tetapkan jadual sehari-hari
n. Minimalkan perubahan
o. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tanoyo, (2015) pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Liver Function Test
2) Complete blood cell counts
b. Pemeriksaan Imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emission Tomography)

10
2.9 Pencegahan
a. Memberikan Perhatikan dan Kasih Sayang  yang Cukup
Dalam mencegah anak mengalami gangguan hiperaktif yang sangat
berperan adalah orang tua, lingkungan keluarga akan sangat
mempengaruhi perilaku anak. Anak mengalami gangguan hiperaktif
biasanya dampak dari anak kekurangan perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya, seperti karena orang tuanya yang terlalu sibuk bekerja. Anak
hiperaktif biasanya ingin mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang-
orang terdekatnya seperti orang tua di rumah dan guru di Sekolah. Oleh
sebab itu, baik orang tua maupun guru di sekolah harus dapat memberikan
perhatian dan kasih sayang yang cukup agar dapat mendorong perilakunya
secara terarah.
b. Meningkatkan Kematangan Emosi Anak
Dalam meningkatkan kematangan emosi anak dilakukan sebagai dasar
dalam merespons rangsangan yang ada di hadapannya atau bagaimana
dirinya mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan di
mana anak berada. Anak hiperaktif cenderung mudah terangsang oleh
stimulus dan kejadian yang ada dihadapannya sehingga anak suka
berpindah-pindah. Dengan meningkatkan emosi pada anak diharapkan
perilaku anak tersebut dapat dicegah.
c. Menggiring atau Menarik Perhatian Anak secara Terarah
Upaya yang dilakukan dalam menggiring atau menarik perhatian anak
secara terarah yaitu anak selalu dilibatkan pada suatu kegiatan yang
mampu menarik perhatian dan minat anak yaitu kegiatan-kegiatan yang
bisa menyalurkan energi emosional anak yang selalu berlebihan. Misalnya
dalam kegiatan olahraga dan bertamasya.
d. Anak Dilatih Belajar dan Mengamati atau Mempertajam Pengamatan
e. Anak hiperaktif cenderung tidak fokus tidak bisa berkonsentrasi lebih dari
lima menit. Dengan kata lain, Ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan
teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Untuk memfokuskan perhatiannya
anak dilatih belajar mengamati atau mempertajam pengamatannya melalui

11
suatu kegiatan yang dapat mengarahkan alat inderanya untuk mengamati,
mempertajam perhatian dan tindakannya agar anak dapat memfokuskan
perhatiannya pada suatu kegiatan belanja atau permainan (Tanoyo,2015).
3.0 Komplikasi
Menurut Ballard, Kennedy, & O’Brien (2015), komplikasi yang dapat terjadi
pada anak ADHD adalah:
a. Intelegensi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa akademik
b. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki
gangguan perilaku/ psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan alam
perasaan seperti depresi dan bipolar, gangguan belajar, gangguan
komunikasi).
c. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan penolakan oleh
teman sebaya, terus menimbulkan masalah yang serius bagi remaja.
Diperkirakan bahwa sedikitnya pada sepertiga anak, gejala akan
berlangsung hingga usia dewasa.

12
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
Menurut Menurut Tanoyo, (2015) tahap pengkajian pada anak ADHD, yaitu
sebagai berikut:
a. Riwayat penyakit sekarang
Sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.
1) Apakah anak sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara
langsung?
2) Apakah anak sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan
tugas? sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi).
3) Apakah anak sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan
aktivitas?
4) Apakah anak mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas
waktu luang secara tenang?
b. Riwayat penyakit dahulu.
Ditemukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki
interaksi negatif dengan ADHD atau pengobatannya seperti: antikonvulsan,
antihipertensi, obat yang mengandung kafein, pseudoefedrin, monomain
oxidase inhibitors (MAOIs). Didapatkan pula adanya penyakit interaksi
negatif degan ADHD atau pengobatannya seperti: penyakit arterial (mayor),
glaukoma sudut sempit, trauma kepala, penyakit jantung, palpitasi, penyakit
hati, hipertensi, kehamilan, dan penyakit ginjal. Temukan pula adanya
kelainan psikiatrik karena 30 – 50% penderita ADHD disertai dengan
kelainan psikiatrik. Adapun kelainan psikiatrik yang dimaksud antara lain:
gangguan cemas, gangguan bipolar, gangguan perilaku, depresi, gangguan
disosiasi, gangguan makan, gangguan cemas menyeluruh, gangguan mood,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik atau tanpa agorafobia,
gangguan perkembangan perfasif, Posttraumatic stres disorder (PTSD),

13
psikotik, fobia sosial, gangguan tidur, penyalah gunaan zat, sindrom
Tourette’s atau gangguan Tic, dan komorbiditas somatik.
c. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD
d. Riwayat sosial
Meliputi interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum, keadaan
di sekolah, dan disfungsi keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Seluruh sistem tubuh
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena
pada penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda
vital, tinggi badan, berat badan. Pemeriksaan fisik umum termasuk
penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik
dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara seksama, mungkin dapat membantu dalam menegakkan
diagnosa, dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
b. Pemeriksaan Psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi
menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan
lain-lain.
4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas (D.0080)berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
merasa bingung, merasa khawatir, nampak gelisah , nampak tegang.
b. Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan terpapar informasi
ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah

14
c. Resiko Gangguan Perkembangan berhubungan dengan ketidakmampuan
belajar ditandai dnegan tidak konsentrasi saat belajar, adhd (D.0107)
d. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
sistempendukung ditandai dengan tidak mampu mengatasimasalah,
tidakmampu memenuh peran yang diharapkan (D.0096)
e. Resiko Cedera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif ditandai
dengan mengamuk dan marah dengan perilaku tidak kooperatif (D.0136)
f. Harga diri rendah Situasional (D.0087 berhubungan dengan perubahan citra
tubuh ditandaidnegan menilai dirinegatif, mersa malu, berjalan menunduk,
melebihlebihkan penilaian negatif terhadap diri sendiri

4.3 Intervensi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
(D.0080) tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x24 jam tingkat  Identifikasi saat tingkat
ansietas (L.09093) ansietas berubah
dapat berkurang dengan  Identifikasi kemampuan
kriteria hasil ; mengambil keputusan
a. Verbalisasi Terapeutik :
khawatir  Ciptakan lingkungan
terhadap kondisi terapeutik untuk
yang dihadapi meningkatkan
b. Perilaku gelisah kepercayaan
menurun  Temani pasien untuk
c. Kontak mata mengurangi kecemasan
membaik  Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang
memicukecemasan

15
Edukasi :
 Informasikan secara
faktual tentang diagnosis,
pengobatan dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien
 Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian oat
antiansietas
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan Dukungan Perasaan Bersalah(
Situasional tindakan keperawatan l.09268)
(D.0087) selama 3 jam Observasi
diharapkan terdapat  Identifikasi adanya
peningkatan terhadap keyakinan tidak rasional
perasaan positif Terapeutik
terhadap diri sendiri  Fasilitasi mengidentifikasi
(L.09069) dengan situasi perasaan muncul
kriteria hasil : dan respon terhadap
a. Penilaian diri positif situasi
meningkat  Fasilitasi perasaan yang
b.Penerimaan nilai destruktif
positif terhadap diri  Fasilitasi dukungan
sendiri meningkat spiritual jika perlu
c. Postur tubuh Edukasi
menampakkkan wajah  Bimbing untuk mengakui
meningkat kesalahan diri sendiri
d.Perasaan malu  Ajarkan untuk
menurun mengidentifikasi perasaan
bersalah yang
menyakitkan

16
 Ajarkan menggunakan
tekhnik menghentikan
pikiran dan substansi
pikiran degan relaksasi
otot saat pikiran bersalah
terus dirasakan
 Ajarkan mengidentifikasi
pilihan untuk mencegah,
mengganti, menebus
kesalahan sebagai
penyelesaian.
3 Resiko Gangguan Setelah dilakukan Promosi Perkembangan Anak
(I.10340)
Perkembangan tindakan keperawatan
Observasi
(D.0107) selama 3x24 jam status
 Identifikasi kebutuhan
perkembangan
khusus anak dan
(L.10101) dapat diatasi
kemampuan adaptasi anak
dengan kriteria hasil :
Terapeutik
a.Keterampilan/perilaku
 Fasilitasi hubungan anak
sesuai usia meningkat
dengan teman sebaya
b.Kemampuan
 Dukung anak berinteraksi
melakukan perawatan
dengan anak lain
diri meningkat
 Dukung anak
mengekpresikan
perasaannya secara positif
 Dukung anak dalam
bermimpi atau berfantasi
sewajarnya
 Dukung partisipasi anak di
sekolah, ekstrakulikuler
dan aktivitas komunitas
 Berikan mainan yang

17
sesuai dengan usia anak
 Bernyanyi Bersama anak
lagu-lagu yang disukai
anak
 Bacakan cerita/dongeng
untuk anak
 Diskusikan bersama
remaja tujuan dan
harapannya
 Sediakan kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar, melukis,
dan mewarnai
 Sediakan mainan berupa
puzzle dan maze
Edukasi
 Jelaskan nama-nama
benda obyek yang ada di
lingkungan sekitar
 Ajarkan pengasuh
milestones perkembangan
dan perilaku yang
dibentuk
 Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara
anak
 Ajarkan anak cara
meminta bantuan dari
anak lain, jika perlu
Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling,

18
jika perlu

4 Koping Tidak Setelah dilakukan Dukungan Penampilan peran


Efektif (D.0096) (l.13478)
tindakan keperawatan
Tindakan
selama 3 x 24 jam
Observasi
diharapkan terjadi  Identifikasi berbagai peran
dan periode transisi sesuai
peningkatan dukungan
tingkat perkembangan
sosial (L.13113) dengan
 Identifikasi peran yang
kriteria hasil : ada dalam keluarga
 Identifikasi adanya peran
a. Kemampuan meminta
yang tidak terpenuhi
bantuan pada orang
Terapeutik
lain  Fasilitasi adaptasi peran
keluarga terhadap
b. Dukungan emosi yang
perubahan peran yang
disediakan oleh orang
tidak diinginkan
lain meningakat  Fasilitasi bermain dalam
peran mengantisipasi
c. Jaringan sosial yang
reaks orang lain terhadap
membantu meningkat
perilaku
 Fasilitasi diskusi peran
orang tua jika perlu
Edukasi
 Disusikan perilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
 Diskusikan perubahan
peran yang diperlukan
akibat penyakit

19
 Diskusikan strategi
positifnuntuk mengelola
perubahan positif.
Kolaborasi
 Rujuk dalam kelompok
untuk mempelajari peran
baru.
5 Resiko Cedera Setelah dilakukan Manajemen
(D.0136) tindakan keperawatan Keselamatan Lingkungan
selama 3x24jam (I.14513)
pencegahan cedera Observasi:
(L.0132) dapat diatasi  Identifikasi kebutuhan
dengan kriteriahasil: keselamatan
a. Kejadian cedera  Monitor perubahan status
menurun keselamatan lingkungan
b. Luka/lecet menurun Terapeutik:
c. Pendarahan  Hilangkan bahaya
menurun keselamatan
d. Fraktur menurun  , Jika memungkinkan
 Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
risiko
 Sediakan alat bantu
kemanan linkungan (mis.
Pegangan tangan)
 Gunakan perangkat
pelindung (mis. Rel
samping, pintu terkunci,
pagar)
Edukasi
 Ajarkan individu, keluarga

20
dan kelompok risiko
tinggi bahaya lingkungan

6 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


Pengetahuan tindakan keperawatan (I.123183)
(D.0111) selama 3x24 jam tingkat Observasi
pengetahuan (L.12111)  Identifikasi kesiapan dan
meningkat dengan kemampuan menerima
kriteria hasil : informasi
a. Perilaku sesuai  Identifikasi faktor-faktor
anjuran meningkat yang dapat meningkatkan
b. Verbalisasi minat pengetahuan tentang
dalam belajar ADHD
meningkat Terapeutik
c. Kemampuan  Sediakan materi dan media
menjelaskan Pendidikan Kesehatan
pengetahuan tentang  Jadwalkan Pendidikan
suatu topik Kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
d. Kemampuan  Berikan kesempatan untuk
menggambarkan bertanya
pengalaman Edukasi
sebelumnya yang  Jelaskan penyebab, tanda-
sesuai dengan topik gejala, komplikasi dan
meningkat penanganan ADHD
e. Perilaku sesuai  Ajarkan cara menyimpan
dengan pengetahuan benda-benda tajam agar
meningkat tidak terjangkau anak
f. Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun

21
4.4 Implementasi

Tgl/Jam Implementasi TTd


30/10/202 Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
2
Mengidentifikasi kemampuan mengambil
Jam 14.00
keputusan
Menciptakan lingkungan terapeutik untuk
meningkatkan kepercayaan
Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Melatih Tekhnik Relaksasi
30/10/202 Mengidentifikasi adanya keyakinan tidak rasional
2
Memfasilitasi mengidentifikasi situasi perasaan
Jam 14.00
muncul dan respon terhadap situasi
Memfasilitasi perasaan yang destruktif
Memfasilitasi dukungan spiritual jika perlu
Edukasi
Membimbing untuk mengakui kesalahan diri
sendiri
Mengajarkan untuk mengidentifikasi perasaan
bersalah yang menyakitkan
Mengajarkan menggunakan tekhnik menghentikan
pikiran dan substansi pikiran degan relaksasi otot
saat pikiran bersalah terus dirasakan.
Mengajarkan mengidentifikasi pilihan untuk
mencegah, mengganti, menebus kesalahan sebagai
penyelesaian.
30/10/202 Mengidentifikasi kebutuhan khusus anak dan
2
kemampuan adaptasi anak
Jam 14.00
Memfasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
Mendukung anak berinteraksi dengan anak lain

22
Mendukung anak mengekpresikan perasaannya
secara positif
Mendukung anak dalam bermimpi atau berfantasi
sewajarnya
Mendukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas komunitas
Membacakan cerita/dongeng untuk anak
Menyediakan kesempatan dan alat-alat untuk
menggambar, melukis, dan mewarnai
Menyediakan mainan berupa puzzle dan maze
Menjelaskan nama-nama benda obyek yang ada di
lingkungan sekitar
Mengajarkan pengasuh milestones perkembangan
dan perilaku yang dibentuk
Mengajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi
diantara anak
Mengajarkan anak cara meminta bantuan dari anak
lain, jika perlu
Merujuk untuk konseling, jika perlu

30/10/202 Mengidentifikasi adanya peran yang tidak


2
terpenuhi
Jam 14.00
Memfasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap
perubahan peran yang tidak diinginkan
Memfasilitasi bermain dalam peran mengantisipasi
reaks orang lain terhadap perilaku
Memfasilitasi diskusi peran orang tua jika perlu
Mendisusikan perilaku yang dibutuhkan untuk
pengembangan peran
Mendiskusikan perubahan peran yang diperlukan
akibat penyakit

23
Mendiskusikan strategi positifnuntuk mengelola
perubahan positif.
Merujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran
baru.
30/10/202 Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan
2
Memonitor perubahan status keselamatan
Jam 14.00
lingkungan
Menghilangkan bahaya keselamatan
Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan
risiko
Menyediakan alat bantu kemanan linkungan (mis.
Pegangan tangan)
Menggunakan perangkat pelindung (mis. Rel
samping, pintu terkunci, pagar)
Mengajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan

30/10/202 Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


2
menerima informasi
Jam 14.00
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan pengetahuan tentang ADHD
Menyediakan materi dan media Pendidikan
Kesehatan
Menjadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Menjelaskan penyebab, tanda-gejala, komplikasi
dan penanganan ADHD
Mengajarkan cara menyimpan benda-benda tajam
agar tidak terjangkau anak

4.5 Evaluasi

24
Menurut SDKI, SLKI, SIKI (2017) evaluasi keperawatan pada anak ADHD
didapatkan pada tujuan yang tercapai dari kriteria hasil.
a. Ansetas teratasi dnegan kriteria hasil verbalisasi khawatir terhadap kondisi
yang dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun, kontakmata membaik
dan lanjutkan intervensi yang akan dilakukan.
b. Harga Diri Rendah teratasi dengan kriteria hasil penilaian diri positif
meningkat, penerimaan nilai positif terhadap diri sendiri meningkat, postur
tubuh menampakkkan wajah meningkat, perasaan malu menurun dan
lanjutkan intervensi yang akan diberikan.
c. Resiko Gangguan Perkembangan teratasi dengan kriteria hasil
keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat, kemampuan melakukan
perawatan diri meningkat lanjutkan intervensi yang akan diberikan.
d. Koping Tidak Efektif teratasi dengan kriteria hasil kemampuan meminta
bantuan pada orang lain, dukungan emosi yang disediakan oleh orang lain
meningakat, jaringan sosial yang membantu meningkat dan lanjutkan
intervensi yang akan diberikan.
e. Resiko cedera teratasi dengan kriteria hasil kejadian cedera menurun,
luka/lecet menurun, pendarahan menurun, fraktur menurun dan lanjutkan
intervensi yang akan diberikan.
f. Defisit Pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil perilaku sesuai anjuran
meningkat, verbalisasi minat dalam belajar meningkat, kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat, kemampuan
menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik
meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat, pertanyaan
tentang masalah yang dihadapi menurun dan lanjutkan intervensiyang akan
diberikan.

25
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Hal ini biasanya digunakan untuk menggambarkan anak- anak yang memiliki
tiga jenis masalah utama yaitu: perilaku terlalu aktif (hiperaktif), perilaku
impulsif, dan kesulitan memperhatikan/ konsentrasi. Karena mereka terlalu
aktif dan impulsif, anak-anak dengan ADHD sering merasa sulit untuk
diterima di sekolah. Seringkali mereka juga bermasalah dalam bergaul dengan
anak-anak lain. Kesulitan-kesulitan ini bisa berlanjut ketika mereka tumbuh
dewasa, apabila mereka tidak mendapatkan bantuan sesuai kebutuhan.
Beberapa anak yang memiliki masalah konsentrasi atau perhatian tidak selalu
terlalu aktif atau impulsif. Anak-anak jenis ini digambarkan memiliki
Attention Defisit Disorder (ADD). ADD dapat dengan mudah ditangani
daripada ADHD karena anak ADD cenderung pendiam dan melamun tidak
mengganggu.
5.2 Saran
a. Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
institusi dan menerapkan secara langsung kepada pasien melalui asuha
keperawatan dan memanfaatkan waktu praktik seoptimal mungkin agar
tujuan dari asuhan keperawatan dapat tercapai.
b. Mahasiswa/i lebih meningkatkan keberanian untuk membina kerja sama dan
komunikasi dengan tim kesehatan lain seperti pada perawat ruangan, co ass,
dokter, dan residen.

26
c. Mahasiswa lebih meningkatkan promosi kesehatan mengenai intervensi
keperawatan yang tepat untuk pasien ADHD

DAFTAR PUSTAKA

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit


Andi.
Ballard, K. A., Kennedy, W. Z., & O’Brien, P. G. (2014). Keperawatan kesehatan
jiwa psikiatrik: teori & praktik. Jakarta: EGC.
Tanoyo, D. P. (2015). Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Diagnosis And
Treatment. E-Jurnal Medika Udayana, 1179-1197.
Dania, Nijma.(2019). Teori Dasar ADHD: Sebuah Panduan Dasar Anak ADHD.
Bandung: Dunkids Media.
Susanto, B. D., & Sengkey, L. S. (2016). Diagnosis dan penanganan rehabilitasi
medik pada anak dengan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 8(3).
Townsend, M. C., & Morgan, K. I. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing:
Concepts of Care in Evidence-Based Practice (9 ed.). Philadelphia:
F.A. Davis Company.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

27

Anda mungkin juga menyukai