PENDAHULUAN
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan
pada seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri".
Pada umumnya penyandang autisma mengacuhkan suara, penglihatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka
menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata,
sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas mata kuliah anak tentang asuhan keperawatan anak autis
2. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
2
bahan perbandingan untuk penulisan makalah tentang asuhan keperawatan
pada anak autis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2 Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002)
diantaranya yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20%
penyandang autis).
b. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak,
yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan
ataupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital
Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.
c. Faktor Kelahiran dan Persalinan
4
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan
persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan
ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah
dengan adanya keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun
merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.
Ada beberapa faktor utama penyebab terjadinya perilaku anak autis yaitu:
2) Kelahiran bayi yang prematur dan berat bayi yang rendah juga
merupakan resiko terjdinya perilaku autis pada anak disebabkan suka
mengonsumsi obat-obatan.
5
2.3 Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
6
mati secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu
menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera
dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem
saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal
atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel
Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan
neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi
sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi
gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti
thalidomide.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan
berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar
yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian
samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
7
2.4 Pathways
8
2.5 Manifestasi klinis
9
10. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
Tanda dan gejala tersebut dapat terlihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
10
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
11
dalam memainkan permainan, dan hal ini bisa dilakukan sampai menjadi
suatu kebiasaan.
4. Gangguan Emosi
Ditandai dengan kemampuan yang minim untuk bisa mengandalikan emosi.
Mereka juga biasanya cenderung tidak bisa berempati, tidak bisa merasakan
apa yang orang lain rasakan, sedih atau senang tanpa sebab yang jelas, sering
menangis dan juga tertawa sendiri, memukul dan bisa melakukan kekerasan
agar apa yang diinginkan bisa didapatkan.
12
Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,
imitasi motor dan konsentrasi.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua
disiplin ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak,
neurolog, dokter rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga pendidik,
psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi pada
autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan
kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam penguasaan
bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan dilakukan manajemen
multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu, diharapkan dapat tercapai
hasil yang optimal dari perkembangan anak dengan autisme.
13
Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan,
mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat
berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak dini dan
dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.
d. Terapi okupasi/fisik
Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat
melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan
terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
e. Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan,
sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk
menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang
ada otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan
sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.
g. Intervensi keluarga
Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan
keluarga baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun
dorongan untuk dapat tercapainya perkembangan yang optimal
dari seorang anak, mandiri dan dapat bersosialisai dengan
lingkungannya. Untuk itu diperlukan keluarga yang dapat
berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling
mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya
dengan manajemen terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan
keluarga rasanya sulit sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun
pada individu dengan autisme.
2. Medikamentosa
14
Individu yang destruktif sering kali menimbulkan suasana yang
tegang bagi lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau
terapisnya. Kondisi ini seringkali memerlukan medikasi dengan
medikamentosa yang mempunyai potensi untuk mengatasi hal ini dan
sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi edukational,
perilaku dan sosial.
2.8 Pencegahan
a. Konsumsi makanan yang mengandung asam folat saat hamil
Asam folat yang dikonsumsi selama kehamilan terbukti dapat
membantu perkembangan otak dan mencegah terjadinya kecacatan.
b. Jauhi alkohol, rokok, dan obat-obatan tertentu
Ketiga hal ini harus dijauhi selama kehamilan karena bisa
mengakibatkan dampak buruk pada anak, seperti munculnya gangguan
mental atau autisme.
c. Konsumsi makanan organik
Makanan organik menjadi rekomendasi untuk menghindari autisme
pada anak, karena tingkat residu pestisida yang rendah di dalamnya.
d. Memberikan ASI Eksklusif pada bayi
Berdasarkan salah satu penelitian, bayi yang tidak diberikan ASI atau
hanya mengkonsumsi susu formula saja tanpa asam lemak atau DHA,
akan memiliki resiko tinggi pada gangguan spektrum autisme.
e. Jauhi kandungan merkuri dalam makanan atau kosmetik
Jika ibu hamil mengkonsumsi makanan atau menggunakan kosmetik
yang mengandung merkuri, maka resiko spektrum autisme pada
bayinya akan meningkat.
2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul pada penderita autis antara lain:
a. Masalah sensorik
15
Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input sensorik.
Sensasi biasa dapat menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-
kadang, pasien autis tidak berespon terhadap beberapa sensasi yang
ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri.
b. Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme.
Kejang sering dimulai pada anak-anak autis muda atau remaja.
c. Masalah kesehatan mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan
terhadap depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan perubahan
suasana hati.
d. Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ,
termasuk otak. Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak
jelas. Namun, tingkat autisme jauh lebih tinggi di antara anak-anak
dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yang tanpa kondisi
tersebut.
16
2.1 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang
lain, tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari
kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata,
menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang
menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan
pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan khayalan,
memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung
kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik
terlalu.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin
terganggu. Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko
terjadinya autisme. Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya autisme adalah pemotongan tali pusat terlalu cepat,
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi
selama persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat
lahir dan erat lahir rendah ( < 2500 gram).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita
autisme.
3. Pemeriksaan Fisik
17
f. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
g. Peka terhadap bau.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat
menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila
tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi
adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah
berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
18
B. Diagnosa Keperawatan
19
C. Intervensi Keperawatan
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri Mampu mengidentifikasi strategi tentang Role inhancement
20
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran mengatur pola nilai yang
Pemecahan masalah yang tidak adekuat dimiliki
21
tekanan/ketegangan
Perbedaan gender dalam strategi koping
Derajat ancaman yang tinggi
Ketidakmampuan untuk mengubah energi
yang adaptif
Sumber yang tersedia tidak adekuat
Dukungan sosial yang tidak adekuat yang
diciptakan oleh karakteristik hubungan
Tingkat percaya diri yang tidak adekuat
dalam kemampuan mengatasi masalah
Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
Ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap
terhadap stressor
2. Hambatan komunikasi verbal NOC : NIC :
Definisi : penurunan, kelambatan, atau Anxiety self control Communication
ketiadaan kemampuan untuk menerima, Coping Enhancement : Speech
memproses, mengirim, dan/atau menggunakan Sensory function : hearing & vision Defisit
sistem simbol. Fear self control Gunakan penerjemah, jika
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : diperlukan
22
Tidak ada kontak mata Komunikasi : penerimaan, intreprestasi dan Beri satu kalimat simple
Tidak dapat bicara ekspresi pesan lisan, tulisan dan non verbal setiap bertemu, jika
verbal (mis: afasia, disfsia, apraksia, Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara): Konsultasikan dengan
disleksia) ekspresi pesan verbal dan atau non verbal dokter kebutuhan terapi
Kesulitan menyusun kata-kata (mis: afonia, Komunikasi reseptif (kesulitan Dorong pasien untuk
23
pemberi asuhan Mampu memanajemen kemampuan fisik memfasilitasi komunikasi
Ketidakmampuan menggunakan ekspresi yang dimiliki dua arah yang optimal
tubuh Mampu mengkomunikasikan kebutuhan Ajarkan bicara dari
Ketidakmampuan menggunakan ekspresi dengan lingkungan sosial esophagus jika diperlukan
wajah Beri anjuran kepada pasien
Ketidaktepatan verbalisasi dan keluarga tentang
24
penglihatan, pendengaran, dan aparatus dengan cara lain dalam
fonatori) menyampaikan informasi
Tumor otak (bahasa isyarat)
Harga diri rendah kronik Communication
25
farmaseutikal)
Pelemahan sistem muskuloskeletal
Terlambat dalam melakukan keterampilan Keluarga dan anak mampu menggunakan sumber pendidikan untuk
26
usianya dan sederhana
Lesu/tidak bersemangat Berikan reinfocement
Faktor yang berhubungan : positif atas hasil yang
Efek ketubadayaan fisik dicapai anak
27
kenaikan dan penurunan
berat badan
Nutrition Theraphy :
Menyelesaikan penilaian
gisi, sesuai
Memantau makanan/cairan
tertelan dan menghitung
asupan kalori harian, sesuai
Memantau kesesuaian
perintah diet untuk
memenuhi kebutuhan gizi
sehari-hari, sesuai
Kolaborasi dengan ahli gizi,
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi
persyaratan gizi yang sesuai
Pilih suplemen gizi, sesuai
Dorong pasien untuk
28
memilih makanan semisoft,
jika kurangnya air liur
menghalangi menelan
Mendorong asupan
makanan tinggi kalsium,
sesuai
Mendorong asupan
makanan dan cairan tinggi
kalium, yang sesuai
Memberikan pasien dengan
tinggi protein, tinggi kalori,
makanan dan minuman
bergizi jari yang dapat
mudah dikonsumsi, sesuai
Administer menyusui
enteral, sesuai
29
Definisi : perkembangan persepsi negatif Body Image, disiturbed Self Esteem Enhancement
tentang situasi saat ini. Coping, ineffective Tunjukan rasa percaya diri
Batasan karakteristik : Personal identity, disturbed terhadap kemampuan pasien
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu Health behavior, risk untuk mengatasi situasi
menghadapi peristiwa Self esteem situasional, low Dorong pasien
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu Kriteria hasil : mengidentifikasi kekuatan
menghadapi situasi Adaptasi terhadap ketunandayaan fisik : dirinya
Perilaku bimbang respon adaptif klien terhadap tantangan Ajarkan keterampilan
Perilaku tidak asertif fungsional penting akibat ketunandayaan perilaku yang positif
situasional saat ini terhadap harga diri Resolusi berduka : penyesuaian dengan model peran, diskusi
kehilangan aktual atau kehilangan yang Dukung peningkatan
Ekspresi ketidakberdayaan
akan terjadi tanggung jawab diri, jika
Ekspresi ketidakbergunaan
Penyesuaian psikososial : perubahan diperlukan
Verbalisasi meniadakan diri
hidup : respon psikososial adaptif individu Buat statement positif
Faktor yang berhubungan :
terhadap perubahan bermakna dalam hidup terhadap pasien
Perilaku tidak selaras dengan nilai
Menunjukkan penilaian pribadi tentang Monitor frekuensi
Perubahan perkembangan
harga diri komunikasi verbal pasien
Gangguan citra tubuh
Mengungkapkan penerimaan diri yang negatif
30
Kegagalan Komunikasi terbuka Dukung pasien untuk
Gangguan fungsional Mengatakan optimisme tentang masa mendukung tantangan bar
31
pemecahan masalah
Coping Enhancement
5. Kecemasan/Ansietas NOC : Kontrol Ansietas NIC :Pengurangan Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau Tujuan : Kecemasan orang tua tidak Aktivitas :
kekhawatiran yang samar disertai respons berkelanjutan. Anjurkan orang tua untuk
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau Indicator : selalu memotivasi anaknya.
tidak diketahui oleh individu), perasaan takut Merencanakan strategi koping untuk situasi- Anjurkan orang tua untuk
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap situasi yang membuat stress memberikan anaknya
bahaya. Hal ini merupakan isyarat Mempertahankan penampilan peran bimbingan belajar intensif.
kewaspadaan yang memperingatkan individu Melaporkan tidak ada gangguan persepsi Anjurkan orang tua agar selalu
akan adanya bahaya dan memampukan sensori memantau prilaku anak.
individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak Kolaborasi dengan ahli gizi
Batasan Karakteristik :
ada untuk keseimbanga gizi anak.
Perilaku :
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan Anjurkan orang tua untuk
Penurunan produktivitas
secara fisik membawa anaknya ke dokter
Gerakan yang irelevan
bila perlu.
Gelisah
Beri penjelasan tentang
Melihat sepintas
kondisi anak kepada orang
Insomnia tua.
Kontak mata yang buruk
32
Mengekspresikan kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak dewasa
Afektif :
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Distress
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup
Senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan
33
Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang
persisten
Bingung
Menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir
Fisiologis :
Wajah tegang
Tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Gemetar
Tremor
Suara bergetar
Simpatik :
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskular
Diare
34
Mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan refleks
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokonstriksi superfisial
Kedutan pada otot
Lemah
Parasimpatik :
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare
Vertigo
35
Letih
Mual
Gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Dorongan segera berkemih
Kognitif :
Menyadari gejala fisiologis
Bloking pikiran
Konfusi
Penurunan lapanh persepsi
Kesulitan berkontrasepsi
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan
masalah
Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak
spesifik
Lupa
36
Gangguan perhatian
Khawatir
Melamun
Cenderung menyalahkan orang lain
37
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem, 2011, Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik, Laksana,
Jogyakarta.
40