PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak
terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah
itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah
penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran
dan fungsinya dengan baik.
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak
berkomunikasi.We can’t not communicate begitupun halnya saat kita berkelompok.
Komunikasi seakan menjadi pengaruh dalam jasad sebuah kelompok. Salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas
bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu komunikasi dapat
dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting yang sangat
menunjang keberhasilan kelompok tersebut. Kegiatan tersebut adalah kegiatan Diskusi
Kelompok.Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di kalangan sebuah kelompok dan inti
masalahnya adalah kurangnya komunikasi. Permasalahan komunikasi yang terjadi pun tak
hanya intern saja tapi juga eksternalnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang
lain, niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi
adalah sebuah kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup
bermasyarakat. Teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyasuaikan diri dengan
lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
B. Prinsip-prinsip Komunikasi
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
8. Bertanggung jawab
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan
yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan
efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau
cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
a. Situasi/suasana
b. Kejelasan pesan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan
terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial
dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini
menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai
bagian dari sistem sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
memberikan dampak yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual
maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya
hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang
dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang
tinggi pada unsur komunikasi.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perspektif yang berbeda dalam
memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik
dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologi keilmuan dan individual, factor
sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter-perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing
Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan
dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang
dialami pasien ( Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan kolerasi positif
antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian
yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari
tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim
dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik perawat
dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara
berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter. Perawat
bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga
didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses
keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat
Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta
kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi
dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi
kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta
menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi.
H. Pemahaman Kolaborasi
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi.bagaimana masing-masing profesi memandang arti
kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang
sama. Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa pasien
ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak
awal proses pendidikannya.Sudah dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola
berfikir seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang.Mereka juga
diperkenalkan dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah etika,pencatatan riwayat
medis,pemeriksaan fisik serta hubungan dokter dan pasien.Mahasiswa kedokteran pra-klinis
sering terlibat langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu
seperti gabungan bimbingan-pasien.Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal
dengan para perawat,pekerja sosial atau profesional kesehatan lain.Sebagai praktisi memang
mereka berbagi linkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk
menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega.
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir,apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya? ,bantuan apa yang dibutuhkannya? dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
interfensi, melaksanakan rencana, mgevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.
Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan
sehingga pasien bisa mandiri. Sejak awal perawat didik mengenal perannya dan berinteraksi
dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakit dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di unit
perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat,menjalankan prosedur dan
menginternalisasi peran.
Memiliki Sahabat atau teman sejawat yang kita sayangi dan cintai sangat
menyenangkan untuk dijalani. Selama masa satau institusi dalam pekerjaan pasti akan ada
berbagai dinamika masalah yang datang silih berganti. Jika anda berhasil menjalani itu
semua, maka kesuksesan anda akan menjadi kenyataan.
Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu anda lakukan agar hubungan anda tetap
menyenangkan dan lancar dengan kepada teman sejawat.
Jangan memberi ungkapan gombal yang berlebihan yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
Amati dan pelajari apa-apa yang ia sukai dan apa-apa yang tidak disukainya. Jika
anda sudah tahu, jangan lakukan hal-hal yang tidak ia sukai dan lakukanlah apa yang
ia sukai selama tidak melanggar aturan hukum, norma dan agama serta