Anda di halaman 1dari 90

Sistem Saraf

KELOMPOK 1

ANFIS NEURO
Anisah khoirul umami, Chodijah benajir, Endah sarwendah, Imam maula fikri, Mayang setyo M, M. farhan, M. Ikhwan, Khoirunnisa, Nurfatimah, Nurningsih, Sopiah,Wardatul washilah, Siti alimah sari

Sistem Saraf pada Manusia


Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.

3 komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

1. Sel Saraf (Neuron)


`

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

Sel saraf berdasarkan struktur dan fungsinya

Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.

2. Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Contoh : Perubahan dari dingin menjadi panas. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung. Suatu benda yang menarik perhatian.

Lanjutan
`

` `

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut : Gerak sadar Gerak refleks

Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.

impuls

Reseptor/indera

Saraf sensorik

Efektor/otot

Saraf motorik

Otak

Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak.

impuls

Reseptor/indera

Saraf sensorik

Efektor/otot

Saraf motorik

Sumsum tulang belakang

3. Susunan Sistem Saraf


`

Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Sistem saraf pusat terdiri dari :


1. 2.

Otak Sumsum Tulang Belakang

Otak
`

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia.Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.

Lanjutan..
`

Otak tubuh

besar

merupakan

pusat pengendali kegiatan besar dibagi menjadi dua

yang disadari. Otak

belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri


`

Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan

mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak pengatur keseimbangan tubuh kecil berfungsi sebagai dan mengkoordinasikan

kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.

Sumsum tulang belakang


`

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum

tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut mengandung badan saraf. saraf dan lapisan dalam

Di

dalam

sumsum saraf

tulang

belakang dan saraf

terdapat

saraf

sensorik,

motorik,

penghubung.

Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.

Sistem saraf tepi


` Sistem

saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat.
Sistem saraf tepi

Sistem saraf somatis

Sistem saraf otonom

Sistem saraf somatis


` `

Sistem saraf somatis terdiri dari : 12 pasang saraf kranial menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.

Sistem saraf somatis


`

Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut.
`

Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemah- kan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan meng- isyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.

Sistem saraf otonom


`

Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.

Sistem saraf simpatik


`

` `

Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
` ` ` ` ` ` ` ` `

Mempercepat denyut jantung Memperlebar pembuluh darah Memperlebar bronkus Mempertinggi tekanan darah Memperlambat gerak peristaltis Memperlebar pupil Menghambat sekresi empedu Menurunkan sekresi ludah Meningkatkan sekresi adrenalin.

Sistem saraf parasimpatik


`

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

Pengkajian
Tambahan

PEMERIKSAAN NEUROLOGIK

Pemeriksaan Neurologik Pemeriksaan neurologic adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Pemeriksaan neurologik dibagi menjadi lima komponen : fungsi serebral, saraf-saraf kranial, sistem sensorik, dan status refleks.

Fungsi Serebral
Serebral yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi, fungsi intelektual, dan dalam tingkah laku emosional. Dalam hal ini ada beberapa pemeriksaan untuk mengetahui fungsi serebral : Status Mental Pengkaji mengobservasi penampilan pasien dan tingkah lakunya, dengan cara melihat cara berpakaian pasien, kerapihan, dan kebersihan diri.

a.

Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik, semuanya ini sering memberikan informasi penting tentang pasien. Gaya bicara pasien dan tingkat kesadaran juga diobservasi. Apakah gaya bicara pasien jelas atau masuk akal? Apakah pasien sadar dan berespons atau mengantuk atau stupor?

b. Fungsi Intelektual Sering pada pasien dalam kondisi toksik atau mereka yang mempunyai kerusakan korteks frontal pada saat dikaji kelihatan tidak benar-benar normal atau kehilangan satu atau lebih dari kapasitas integritas intelektual yang ada. Pertama, pengkaji menentukan apakah pasien disorientasi waktu, tempat, orang.

Pengkaji dapat memerintahkan pasien untuk menghitung mundur dari 100 atau mengurangi 7 dari 100, dan menambah 7, dan seterusnya. Biasanya orang yang mempunyai IQ rata-rata mampu melaksanakan tes ini.

c. Daya Pikir Mengkaji kemampuan berpikir pasien sangat penting selama melaksanakan kegiatan wawancara. Apakah pikiran pasien bersifat spontan, alamiah, jernih, relvan dan masuk akal? Apakah pasien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan, atau keasyikan sendiri? Hal-hal yang bersifat halusinasi dan pikiran paranoid, semuanya penting dan membutuhkan evaluasi yang lebih teliti.

d. Status Emosional Apakah tingkah laku pasien alamiah dan datar atau peka dan pemarah, cemas, apatis atau euporia? Apakah alam perasaannya berubah-ubah pada saat wawancara? Apakah tingkahlakunya sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikirannya? Apakah komunikasi verbal sesuai dengan tampilan komunikasi non-verbal?

e. Persepsi Agnosia adalah ketidakmampuan menginterpretasikan atau mengenal benda yang dilihat dengan menggunakan perasaan spesial.
tipe agnosia dan hubungannya dengan letak lesi Tipe agnosia Penglihatan Pendengaran Perabaan (taktil) Bagian tubuh dan hubungannya Daerah serebral yang terkena Lobus oksipital Lobus temporal (bag. lateral dan superior) Lobus parietal Lobus parietal (bag. Posteroinferior)

e. Kemampuan Motorik Apakah pasien mampu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan keterampilan (melempar sebuah bola, menggerakkan kursi). Kegagalan yang ada merupakan tanda gangguan fungsi serebral. f. Kemampuan Bahasa Apakah jawaban pasien terhadap pertanyaan yang diberikan relevan? Dapatkah ia membaca kalimat dari surat kabar dan menjelaskan artinya? Defisiensi fungsi bahasa disebut afasia

g. Interpretasi dokter kewajiban penguji untuk mencatat dan melaporkan apa yang ditemukan, analisa dan kesimpulan yang digambarkan dari yang didapat selalu bergantung pada pengetahuan penguji yang luas tentang neuroanatomi, neurofisiologi, dan neuropatologi. h. Pengaruh pada gaya hidup perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologik dengan dampak gangguan neurologik yang akan terjadi pada gaya hidup individu.

GCS (Glasgow Coma Scale)


Skala koma Glasgow (GCS), memberikan tiga bidang fungsi neurologic, memberikan gambaran pada tingkat responsive pasien dan dapat digunakan dalam pencarian yang luas pada saat mengevaluasi status neurologik pasien yang mengalami cedera kepala.

Lanjutan
Pengkajian ini cukup hanya mengevaluasi motorik pasien, verbal, dan respons membuka mata (EMV)  Masing-masing respons diberikan sebuah angka (tinggi untuk normal dan rendah untuk gangguan) dan penjumlahan dari gambaran ini memberikan indikasi beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada.


Kriteria Nilai GCS


1. 2. 3.

Nilai terendah adalah 3 (respons paling sedikit) Nilai tertinggi adalah 15 (paling berespons) Nilai 7 atau nilai dibawah 7 umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi keperawatan bagipasien koma tersebut

Selain GCS yang harus dikaji pada neurologik, tapi juga tanda-tanda vital, ukuran dan reaksi pupil, dan gerakan ekstremitas, kekuatan ekstremitas.

Skala Koma
Membuka mata Spontan Dengan perintah Dengan nyeri Tidak berespons 2. Respons Motorik Terbaik Dengan perintah Melokalisasi nyeri Menarik area yang nyeri Fleksi abnormal Ekstensi Tidak berespons
1.

4 3 2 1 6 5 4 3 2 1

3.Respons Verbal - Berorientasi - Bicara membingungkan - Kata-kata tidak tepat - Suara tidak dapat dimengerti - Tidak ada respons Total:3-15

5 4 3 2 1

2. Pemeriksaan Saraf Kranial


 Saraf

Kranial ditandai dengan angka romawi I sampai XII  Saraf-saraf kranial ini sering dikaji pada saat pengkajian lengkap leher dan kepala
 Oflaktorius  Optikus  Okulomotorius  Troklear  Abdusen

 Trigeminal  Fasial  Vestibulokoklear  Glosofaringeus  Vagus  Aksesorius  Hipoglosus

spinal

Tipe Agnosia dan Hubungannya dengan Letak Lesi


Tipe Agnosia
Daerah Serebral Yang Terkena
 Lobus

Penglihatan Pendengaran Perabaan (taktil) Bagian tubuh dan hubungannya

oksipital  Lobus temporal (bagian lateral dan superior)  Lobus parietal  Lobus parietal (bagian posteroinferior)

4. Pemeriksaan Sistem Motorik


` ` ` ` ` `

Mencakup pengkajian pada : ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan Instruksikan pasien berjalan menyilang dalam ruangan Pengkaji mencatat postur dan gaya berjalan Lihat keadaan ototnya dan bila perlu lakukan palpasi (untuk melihat ukuran dan keadaan simetris) Catat keadaan atrofiatau gerakan yg tidak beraturan (tremor, dll) Evaluasi tonus otot dgn palpasi (saat istirahat dan selama gerakan pasif)
`

HASIL : tonus yg tidak normal mencakup spastisitas (kejang), rigiditas (kaku), flaksiditas

a. Kekuatan otot
` `

Diuji melalui pengkajian kemampuan fleksi dan ekstensi ekstremitas sambil dilakukan penahanan Caranya : (Otot Quadrisep= Otot yg secara penuh bertanggungjawab untuk meluruskan kaki)
1. 2.

3.

Pada saat kaki dlm keadaan lurus, sukar dikaji Perintahkan pasien pada saat fleksi untuk meluruskan kaki dgn diberi tahanan Maka akan menghasilkan ketidakmampuan utk meluruskan kakinya

Hal ini untuk membandingkan keadaan kedua sisi untuk medeteksi perubahan kecil dlm kekuatan otot

Skala nilai kekuatan otot


` ` ` ` ` `

Nilai 5 : kekuatan kontraksi maksimal Nilai 4 : kekuatan sedang Nilai 3 : kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi Nilai 2 : menunjukkan kemampuan utk menggerakan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi Nilai 1 : kekuatan kontraksi minimal Nilai 0 : ketidakmampuan dalam melakukan kontraksi

b. Keseimbangan dan Koordinasi


` `

1. 2. 3. 4. 5.

Yg berperan penting adalah Cerebelum Cara mengkaji koordinasi tangan dan ekstremitas atas : Instruksikan pasien melakukan gerakan cepat dan berselangseling. Pasien diminta utk menepukkan tangan ke paha secepat mungkin Masing2 tangan diuji scr berpisah Kemudian instruksikan pasien untuk membalikkan tangan dr posisi terlentang ke posisi telungkup dgn gerakan cepat Perintahkan pasien utk menyentuh masing2 jari dgn ibu jari scr berurutan Catat setiap gerakan cepat, simetris, dan derajat kesulitan

Uji menunjuk 1 titik ke titik lain 1. Pasien menyentuh jari2 penguji dan menyentuh hidung pasien sendiri 2. Dilakukan dlm keadaan pasien menutup mata

` `

Cara mengkaji koordinasi kaki dan ekstremitas bawah : Perintahkan pasien utk meletakan tumit pada kaki yg satunya dan turun perlahan ke bawah yaitu ke daerah tibia bagian anterior Ketidakmampuan mengarahkan gerakan disebut Ataksia (menandakan adanya penyakit cerebelum)

Tes Ronberg : untuk mengukur keseimbangan ` Caranya : 1. Pasien berdiri dgn 1kaki dgn tangan diturunkan pada 1 sisi yang sama, sementara kaki yg 1 diangkat dan tangan yang satunya dinaikan keatas 2. Mula-mula kedua mata terbuka dan kemudian kedua mata tertutup selama 20-30 detik 3. Penguji berdiri dekat pasiendan yakinkan pasien bahwa ia siap menyokong pasien jika pasien akan jatuh 4. Bila sedikit goyang Normal
`

Pemeriksaan Refleks

Derajat Reflek
` ` ` ` `

4 + : Hiperaktif dgn klonus terus menerus 3 + : Hiperaktif 2 + : Normal 1 + : Hipoaktif 0 : Tidak ada reflek

BISEPS TRISEPS

ACHILLES

BABINSKI

PATELLA

Pemeriksaan Sensorik

Pengantar
Tes uji sensorik mencakup : 1. Tes sensasi raba 2. Nyeri superfisial 3. Posisi rasa (Propriosepsi)
`

Tes sensasi taktil


`

Sensasi nyeri dan suhu


`

Dikaji dengan menyentuh lembut gumpalan kapas pada masing-masing sisi tubuh. Bandingkan sensitivitas ekstremitas bagian proksimal dan distal

Ditransmisi dibagian lateral medula spinalis


`

Instruksikan pasien utk membedakan antara ujung yg tajam dan tumpul dgn menggunakan lidi kapas yg dipatahkan atau spatel lidah Kedua sisi digunakan dgn intensitas yg sama, dan kedua sisi diuji dgn simetris

Vibrasi dan Propriosepsi


`

Merasakan Posisi
` `

Alat yg dipakai GARPU TALA frekuansi rendah (128/256 Hz)


`

Letakkan garpu tala yg bergetar pd sebuah tulang yg menonjol Tanya pasien ttg rasa sensasi, dan beri tanda bila mersakan Jika tidak merasakan getaran, penguji menaikan getaran garpu tala sampai dirasakan pasien

Ditentukan saat pasien tertutup matanya. Jari kaki digerakan ke arah mana pasien mampu menunjukkan dgn gerakan

Integrasi sensasi
` `

` `

Hal ini dilakukan dengan membedakan 2 titik Jika pasien disentuh dgn 2 objek tajam bersamaan pada posisi tubuh yg berlawanan, apakah pasien merasakan 2 atau 1 sentuhan? Normal : sentuhan ada pada 2 tempat Kepunahan : 1 tempat saja yg dirasakan Uji yg BAIK trhdp kemampuan sensori kortikal yg lebih tinggi adlh STEREOGNOSIS

PROPRIOSEPSI

STEREOGNOSIS

Pemeriksaan Diagnostik
Pada sistem persarafan

Tanggung Jawab Pasien dalam pemeriksaan diagnostik


`

Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang peemriksaan diagnostic yang akan dilakukan Mempersiapkan fisik klien Memperoleh izin tertulis untuk pemeriksaan diagnostic invasive Mempersiapkan alat alat dan membantu dalam melakukan pemeriksaan di ruangan, misalna dalam pemeriksaan fungsi lumbal dan pemeriksaan kalori Mempertahankan secara akurat pencatatan mengenai persiapan klien, pemeriksaan secara lengkap, tindakan setelah pemeriksaan dan respon klien Menemani klien yang memerlukan perawatan khusus untuk pemeriksaan di bagian lain, seperti : klien dengan traksi, therapy oksigen dan pembatasan posisi Membawa alat alat yang diperlukan seperti oksigen dan suction jika tidak tersedia di tempat pemeriksaan Melakukan tindakan keperawatan mandiri untuk mencegah akibat buruk setelah pemeriksaan dan meningkatkan rasa nyaman klien

` ` `

Radiografi
1. Rotgen tengkorak kepala Tujuan untuk mendiagnosa: fraktur tengkorak kepala Space occupying lesion ( SOL ) yang menyebabkan pergeseran kelenjar pineal Kalsium yang menutupi tumor otak Ketidaknormalan vaskularisasi Pengikisan tulang tengkorak atau sella tursika yang disebabkan oleh tekanan SOL

2. Rontgen spinal Tujuan : untuk memperlihatkan adanya trauma vertebra, deficit motorik dan sensorik pada ekstremitas.

Persiapan pasien yang akan di Rongen


`

Pendidikan kesehatan : memberikan informasi bahwa klien akan dibawa ke bagian radiologi dengan menggunakan kereta dorong atau kursi roda. Pemeriksaan akan dilakuakn oleh petugas radiologi. Tidak akan terasa nyeri yang berkaitan dengan pemeriksaan yang akan dilakuakan pada posisi pengambilan X- ray Film

SCAN
1. Computer Axial Tomography (CAT) ` Adalah pemeriksaan yang memilki resiko rendah, dimana gambaran memperlihatkan potongan menyilang dari bagian otak dan tengkorak kepala yang dibuat berbagai sudut. Densitas yang bervariasi dari jaringan difoto, dicatat dan direkam dalam computer.

Persiapan klien

Pendidikan pasien Mengikuti pentunjuk yang diinstruksikan oleh dokter atau petugas kesehatan pada saat diberikan injeksi zat kontras. Klien akan terlihat kemerahan dan hangat pada wajah saat disuntikkan. Kaji adanya riwayat alergi Yakinkan rambut dalam keadaan bersih dan tidak menggunakan penjepit rambut dan wig Persiapan suction bila diperlukan Monitoring elektrronik , perawat dampingi klien dan inform consent

Tindakan setelah pemeriksaan


Observasi untuk respon terhadap alergi zat kontras Berikan diphenhidramyil ( benadryl) 50 mg bila ada respon alergi Berikan back rubs untuk klien yang memperlihatkan nyeri pada punggung akibat immobilisasi Anjurkan minum dan monitor intake output untuk meyakinkan bahwa zat kontras sudah keluar

2. Brain scan Dilakukan pada klien yang diduga mengalami SOL atau disfungsi cerebrovaskuler . Scan perlu injeksi isotop radioaktif (technetium 99m) kemudian ditunggu 15 menit sampai 2 jam diikuti pemeriksaan scan itu sendiri

Persiapan klien

Pedidikan kesehatan ( dilakuakn di divisi nuklir) Klien mendapatkan suntikkan IV radioaktif Tidak boleh meminum obat vasodilator, vasokontriksi, dan antihipertensi selama 24 jam sebelum scan (mempengaruhi vaskularisasi otak sehingga mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan) Setelah pemeriksaan beri minum pasien agar meningkatkan pengeluaran urin bersama isotop

CONT
3. Nuclear Magnetik Resonance Suatu prosedur non invasif yang dilakukan untuk menetapkan lokasi dan ukuran neoplasma otak dan ketidaknormalan dengan menggunakan gambaran suara dimana akan menggantikan CAT dalam beberapa tahun mendatang

Angiografi
Tujuan : untuk melihat kelainan ventrikel di otak dan medula spinalis, dengan menggunakan zat kontras radiopaque iodine yang disuntikkan langsung menuju arteri karotis atau ateri vertebra atau secara tidak langsung melalui arteri brachila subclavia atau femoral .

Digital subtraction angiography


Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan komputer . Pemeriksaan ini memerlukan injeksi zat kontras intravena melalui kateterisasi arteri terhadap sirkulasi arteri yang akan diperiksa dengan menggunakan tekhnologi komputer.

Pungsi Lumbal
Memasukkan jarum lumbal secara aseptik menuju ke ruang subarachnoid antara lumbal 3 dan lumbal 4, atau lumbal 4 dan lumbal 5

Myelography
Dilakukan untuk menddeteksi ketidaknormalan medula spinalis atau vertebra arau untuk mendapatkan gambaran lokasi obstruksi aliran serebrospinal pada ruang subarachnoid vertebra

Pnemoencefalography
`

Pemeriksaan yang dilakukan injeksi udara menuju ke ruang subarachnoid

Elektroencefalography
`

EEG adalah rekaman grafik aktivitas listrik didaerah bilateral kortikal dari otak

Elektromiography
Digunakan untuk merekam aktivitas saraf perifer. Otot diperiksa pada keadaan istirahat dan kontraksi minimal dan maksimal otot lurik. Aktivitas listrik direkam dengan menggunakan osciloscop bentuk grafik

Penatalaksanaan Farmakologi
Tambahan

ASKEP NEURO

Stroke
Resiko peningkatan TIK b.d peningkatan volume intra kranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien

NCP...
Intervensi Kaji faktor penyebab dari situasi /keadaan individu akibat koma /dan kemungkinan penyebab TIK Monitor TTV tiap 4 jam Rasional Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi tanda tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral bekerja dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakranial adanya peningkatan tensi, bradikardi, disritmia, dispnea, merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK

` `

Nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder Tujuan: dalam waktu 3x24jam nyeri berkurang atau dapat di adaptasi ,dapat mengedintifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri dan klien tidak gelisah.

Intervensi 1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri dengan Non farmakologi dan non-Invasif 2. Lakukan menegemen keperawatan : Atur posisi fisiologis

Rasional Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan Oksigen ke jaringan yang mengalami Iskemik. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 kejaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah dan O2 ke otak yang membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemik sekunder dari edema otak dan proses supurasi otak Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal .

Istirahatkan klien

Managemen lingkungan : lingkungan yang tenang, kurangi cahaya dan batasi pengunjung Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam

Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemik jaringan otak.

Resiko cidera b.d kejang berulang, ketidaktahuan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang, penurunan tingkat kesadaran
`

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam klien bebas dari cedera yang disebakan oleh kejang dan penurunan kesadaran Kriteria Hasil :
` ` `

Klien dan keluarga mengetahui pelaksanaan kejang Menghindari stimulus kejang Melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang.

Intervensi , 1. Kaji tingkat klien dan keluarga cara penanganan saat kejang 2. Anjurkan klien dan keluarga tentang metode mengontrol demam .

Rasional Data dasar untuk intervensi selanjutnya

3. Ajarkan untuk mengontrol pasca cidera kepala 4. Ajarkan keluarga agar mempersiapkan lingkungan yang aman 5. Anjurkan untuk menghindari rangsang cahaya berlebihan 6. Ajarkan mempertahankan tirah baring total selama fase akut . 7. Kolaborasi pemberian terapi : Fenitoin (dilantin)

Orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang, demam harus menginstruksikan metode untuk mengontrol demam . Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat di cegah Melindungi klien bila kejang terjadi

Klien sering mengalami pekak rangsang terhadap cahaya . Mengurangi resiko jatuh atau terluka jika vertigo. Terapi medikasi untuk menurunkan respon kejang berulang.

Diagnosa Keperawatan
Tambahan

Sumber buku KMB


`

Pola nafas tidak efektif

THANKS

Anda mungkin juga menyukai