Anda di halaman 1dari 122

MODUL KEPERAWATAN

KOMUNITAS I
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26


Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang
ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan
suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser
Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000, 00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf
f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).
Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.
Septi Ardianty, S.Kep., Ns., M.Kep.

MODUL KEPERAWATAN
KOMUNITAS I
Modul Keperawatan Komunitas I

Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., dan Septi Ardianty, S.Kep., Ns., M.Kep.

Editor:
Reski Aminah

Desainer:
Mifta Ardila

Sumber Gambar Kover:


Freepik.com

Sumber:
www.insancendekiamanidiri.co.id

Penata Letak:
Reski Aminah

Proofreader:
Tim ICM

Ukuran:
x, 110 hlm., 21 x 29.7 cm

ISBN:

Cetakan Pertama:
Maret 2022

Hak Cipta 2022, pada Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.,
dan Septi Ardianty, S.Kep., Ns., M.Kep.
Isi diluar tanggung jawab penerbit dan percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Anggota IKAPI: 020/SBA/20

PENERBIT INSAN CENDEKIA MANDIRI


(Grup Penerbit PT INSAN CENDEKIA MANDIRI)

Perumahan Gardena Maisa 2, Blok A03, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Kabupaten
Solok, Provinsi Sumatra Barat-Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
E-mail: insancendekiamandirigroup@gmail.com
Daftar Isi

Prakata....................................................................................................................................... ix
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Deskripsi — 1
B. Prasyarat — 1
C. Panduan Belajar — 1
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS ....................................................... 3
A. Pengertian Kesehatan — 3
B. Karakteristik dan Perilaku Sehat — 5
C. Kesehatan Komunitas — 10
Informasi Pendukung Belajar — 12
Latihan-Latihan — 12
Lembar Kerja — 13
Evaluasi — 13
Feedback Evaluasi — 13
EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN ..................................................................... 15
A. Sejarah Epidemiologi — 15
B. Definisi Epidemiologi — 18
C. Ruang Lingkup Epidemiologi — 21
D. Kegunaan Epidemiologi — 23
E. Pendekatan Khusus Epidemiologi terhadap Masalah Kesehatan — 24
F. Prinsip-Prinsip epidemiologi — 25
G. Prosedur Epidemiologi — 25
H. Ukuran-Ukuran Epidemiologi — 26
I. Istilah dalam Efidemiologi — 28
Informasi Pendukung Belajar — 29
Latihan-Latihan — 29
Lembar Kerja — 29
Evaluasi — 30
Feedback Evaluasi — 30
KEPENDUDUKAN (DEMOGRAFI) ................................................................................... 31
A. Demografi — 31
B. Tujuan Mempelajari Demografi — 31
C. Variabel Utama Demografi — 32
D. Ruang Lingkup Demografi — 32
E. Sumber Data Demografi — 32

v
F. Ukuran-Ukuran Demografi — 33
G. Piramida Penduduk — 33
Informasi Pendukung Belajar — 35
Latihan-Latihan — 36
Lembar Kerja — 36
Evaluasi — 37
Feedback Evaluasi — 37
KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN ........................................................................................ 39
A. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas — 39
B. Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat — 39
C. Definisi Komunitas — 40
D. Definisi Keperawatan Komunitas — 40
E. Tujuan Keperawatan Komunitas — 41
F. Sasaran Keperawatan Komunitas — 41
G. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas — 42
H. Prinsip Keperawatan Komunitas — 42
I. Falsafah Keperawatan Komunitas — 42
J. Perbedaan Pelayanan Kep. Klinis dan Komunitas — 45
K. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas — 45
L. Asumsi Dasar Keperawatan Komunitas — 46
M. Keyakinan Keperawatan Komunitas — 46
N. Teori Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas — 47
Informasi Pendukung Belajar — 50
Latihan-Latihan — 51
Lembar Kerja — 51
Evaluasi — 52
Feedback Evaluasi — 52
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ..................................................................... 53
A. Peran, Fungsi, dan Etika Keperawatan Komunitas — 53
B. Proses Keperawatan Komunitas — 57
Informasi Pendukung Belajar — 64
Latihan-Latihan — 64
Lembar Kerja — 64
Evaluasi — 65
Feedback Evaluasi — 65
PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN ATAU KEBIJAKAN DALAM
MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN UTAMA DI INDONESIA .............. 67
A. Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia — 67
B. Sistem Kesehatan Nasional — 72
C. MDGs (Millennium Development Goals) — 79
D. Pemberantasan Penyakit Menular (Tuberkulosis) — 83
E. Puskesmas — 86

vi Modul Keperawatan Komunitas I


F. PHN (Public Health Nursing) atau Perawatan Kesehatan Masyarakat — 88
Informasi Pendukung Belajar — 93
Latihan-Latihan — 94
Lembar Kerja — 94
Evaluasi — 95
Feedback Evaluasi — 95
TREND DAN ISSUE DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ..... 97
A. Definisi Trend dan Issue — 97
B. Trend dan Issue dalam Keperawatan Komunitas — 98
Informasi Pendukung Belajar — 105
Latihan-Latihan — 105
Lembar Kerja — 106
Evaluasi — 106
Feedback Evaluasi — 107
TENTANG PENULIS ......................................................................................................109

Daftar Isi vii


viii Modul Keperawatan Komunitas I
Prakata

Alhamdulillah syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Modul Keperawatan
Komunitas I” ini.
Materi pada modul ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi dosen dan
mahasiswa pada mata kuliah Keperawatan Komunitas I dengan lingkup materi:
Pengantar dan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Epidemiologi, Kependudukan,
Komunitas Sebagai Klien, Asuhan Keperawatan Komunitas, Program Kesehatan
Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan, Issue dan Trend Keperawatan
Komunitas.
Modul bahan ajar Keperawatan Komunitas I ini diharapkan juga dapat menjadi
pedoman bagi dosen dan mahasiswa dalam aktivitas pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan komunitas I.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan modul bahan ajar ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan dan saran bagi kami
demi kesempurnaan buku ini di kemudian hari. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan sumbang saran
pada penyusunan modul bahan ajar ini, semoga bernilai ibadah untuk kita semua. Amin

Palembang, Maret 2022

Yudi Abdul Majid

ix
x Modul Keperawatan Komunitas I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul bahan ajar Komunitas I ini merupakan modul teori pada mata kuliah
Keperawatan Komunitas I di Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Keperawatan yang berisikan informasi, panduan, dan latihan-latihan. Modul ini
membahas Pengantar dan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Epidemiologi dan
Kependudukan, Komunitas Sebagai Klien, Asuhan Keperawatan Komunitas, Program
Kesehatan Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan, Isu, dan Tren
Keperawatan Komunitas.

B. Prasyarat
Tidak ada mata kuliah prasyarat mengikuti perkulihan komunitas I
C. Panduan Belajar
Secara rinci, materi yang akan anda pelajari pada mata kuliah Metodologi penelitian
adalah sebagai berikut:
No CP Materi Waktu
1 Mahasiswa mampu a. Pertemuan pertama dosen
Menjelaskan pengantar memulai dengan memberi salam
kesehatan komunitas dan membuka pelajaran dengan
bacaan basmallah, melakukan
personal introduction singkat dan
dosen menjelaskan tentang Visi
dan Misi Prodi S1 Keperawatan
b. Pengantar kesehatan komunitas
dan konsep dasar keperawatan
komunitas

2 Mahasiswa mampu a. Dasar-dasar epidemiologi dan


menjelaskan kependudukan
epidemiologi dan b. Dasar-dasar epidemiologi
kependudukan 1) Pengertian
2) Konsep pendekatan
epidemiologi
3) Rantai penularan penyakit dan
pencegahan
4) Ukuran-ukuran epidemiologi
3 Mahasiswa mampu Kependudukan/demografi
menjelaskan konsep a. Pengertian demografi
kependudukan/demografi b. Ukuran deskriptif demografi
c. Morbilitas dan mortalitas
d. Insiden

1
e. Prevalensi

4 Mahasiswa mampu a. Komunitas sebagai klien


menjelaskan konsep b. Teori dan Model Konseptual
dasar keperawatan dalam Keperawatan Komunitas
komunitas

5 Mahasiswa mampu Asuhan keperawatan komunitas


merencanakan asuhan a. Pengkajian
keperawatan komunitas b. Diagnosa keperawatan
dalam rentang sehat- c. Intervensi keperawatan
sakit d. Implementasi keperawatan
e. Evaluasi dan
f. Dokumentasi keperawatan

6 Mahasiswa mampu a. Program-program kesehatan/


menguraikan program- kebijakan dalam menanggulangi
program masalah kesehatan utama di
kesehatan/kebijakan Indonesia
dalam menanggulangi b. Sistem pelayanan kesehatan (PHN
masalah kesehatan utama dan puskesmas)
di Indonesia
7 Mahasiswa mampu Issue dan trend dalam pelayanan
menjelaskan isu dan keperawatan komunitas
kecenderungan dalam
keperawatan komunitas

2 Modul Keperawatan Komunitas I


TOPIK 1

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

Aspek Keterampilan Umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang pengantar dan konsep
dasar keperawatan komunitas.

AYO MEMBACA

A. Pengertian Kesehatan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai―suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan‖
Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan,
mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya
sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
bahwa yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

3
Pengertian kesehatan menurut para ahli
1. Perkins (1938)
Sehat adalah keadaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh
dan berbagai factor yang mempengaruhinya.
2. WHO (1947)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan sosial, tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan.
3. White (1977)
Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai
keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
4. Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resources)
yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care action) merupakan
pengetahuan keterampilan dan sikap. Self care action merupakan perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan, dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
5. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 Kesehatan sebagai ketahanan
jasmaniah, ruhaniyah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang
wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta
mengembangkannya.
Meskipun seseorang dari fisiknya terlihat sehat, tetapi belum tentu mentalnya
juga sama-sama sehat. Dalam hal ini orang yang sakit mental bukan hanya orang gila,
karena ada banyak sekali gangguan mental yang dapat dialami oleh siapa pun.
Pengertian kesehatan yang menyeluruh ini masih belum diperhatikan oleh orang tua
maupun para masyarakat, sehingga menganggap bahwa orang yang sakit jiwa pasti
orang gila. Pada kenyataannya, kasus sakit jiwa prevalensinya hanya beberapa persen
saja, sedangkan gangguan jiwa tipe lainnya masih sangat bermacam-macam, sehingga
jika kita stress maka rambut kepada kita akan mudah rontok dan patah. Untuk menjaga
agar tidak rontok dan patah atau bahkan bisa menyebabkan botak kita barus merawat
rambut kepala secara alami.
Pengertian kesehatan tubuh seharusnya tidak hanya dipahami saja tetapi
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, karena terdapat semboyan mensana in
corpore sano, yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jadi,
semboyan tersebut mengindikasikan bahwa tubuh yang sehat jiwanya juga akan
menjadi kuat. Ada banyak kasus juga penyakit fisik disebabkan karena tekanan dan
pikiran yang stress, jadi antara kesehatan tubuh dan mental ternyata saling terkait satu
sama lain.
Cara menjaga kesehatan tubuh agar tercipta pengertian kesehatan tubuh yang
benar-benar nyata adalah dengan menerapkan hidup sehat dan teratur. Hidup sehat
harus dimulai dari yang kecil, sekarang juga, dan dari diri sendiri. Apapun yang kita
makan akan sangat berpengaruh terhadap tubuh, karena sari-sari makanan kita yang
sudah dicerna akan disalurkan ke dalam tubuh melalui aliran darah, jadi memilih

4 Modul Keperawatan Komunitas I


makanan haruslah yang sehat mengacu pada pengertian kesehatan yang
sesungguhnya.
B. Karakteristik dan Perilaku Sehat
1. Definisi
Menurut Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan
menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap
terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Hal ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang
menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan
menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang
penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. Dan atau
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap
penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait
dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktik kesehatan
Praktik kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit
menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan
atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku
kesehatan. Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang
menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku
kesehatan sebagai: perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum
menunjukkan gejala (asymptomatic stage).
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan,
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan
adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati
(observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 5


dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini
mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan
lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau
terkena masalah kesehatan. Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan,
motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk
pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah
raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa
dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup:
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit.
Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan
penyakit
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.
2) Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah
malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha
mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau
pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari
penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa
pemulihan.
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat–obat.
c. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktik terhadap makanan serta unsur–unsur yang terkandung di dalamnya,
pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
d. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku
ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.
2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

6 Modul Keperawatan Komunitas I


2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan
atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self-
treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini
mencakup:
1) Menu seimbang
2) Olahraga teratur
3) Tidak merokok
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
5) Istirahat yang cukup
6) Mengendalikan stress
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit
dan sebagainya,
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Perilaku ini mencakup:
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan
kesehatan).
3. Perubahan Perilaku Sehat
Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan determinan kesehatan yang
menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku (behavior change).
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan
kesehatan, sekurang-kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni
a. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan)
b. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengembangan perilaku
sehat).

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 7


c. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan
norma/nilai kesehatan (perilaku sehat). Dengan mempertahankan perilaku
sehat yang sudah ada.
Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang mengubah perilaku
mereka:
a. Faktor sosial
Factor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain
struktur sosial, pranata–pranata sosial dan permasalahan–permasalahan sosial
yang lain. Pada faktor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik
yang maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan
sebaliknya bila seseorang berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang
tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang baik juga. Dukungan sosial
(keluarga, teman) mendorong perubaha perubahan sehat. Contohnya konsumsi
alkohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
b. Faktor kepribadian
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah perilaku
itu sendiri (kepribadian) yang di mana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan
pengalaman mencoba mengubah perilaku yang serupa. Contohnya yang
berhubungan adalah rasa kehati-hatian, membatasi porsi pemakaian internet
pada waktu–waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan membantu
individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan (habit) yang
dapat mengubah perilaku.
c. Faktor emosi
Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan–harapan yang
dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang
mendorong melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang
ada orang yang langsung mengubah perilakunya. Kadang-kadang orang mengubah
perilakunya karena tekanan dari masyarakat lingkungannya, atau karena yang
bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya
perubahan ini tidak semena-mena dapat tercapai dan harus benar-benar teruji, ada
5 tingkatan perubahan perilaku:
a. Prekontemplasi
1) Belum ada niat perubahan perilaku.
b. Kontemplasi
1) Individu sadar adanya masalahnya.
2) Secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.
3) Akan tetapi belum siap berkomitmen untuk berubah.
c. Persiapan
1) Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.
2) Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.

8 Modul Keperawatan Komunitas I


d. Tindakan
1) Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak
mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat.
e. Pemeliharaan
1) Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan (6
bulan dilihat kembali).
2) Mungkin berlangsung lama.
4. Hubungan Kesehatan dengan Perilaku
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hubungan kesehatan dengan perilaku
sangatlah erat san saling berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin
dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan
mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep
hidup sehat seperti tingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus
dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.
5. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan
lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekadar covert behavior tapi juga
covert behavior. Di dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan
perilaku yang sesuai dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha
yang konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku
bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian:
a. Menggunakan kekuatan atau kekuasaan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan-peraturan
atau undang-undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini
menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung
lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba atau
penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
b. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan,
cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran
masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai
pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu
lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 9


c. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua di mana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal
ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut
aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Apapun
cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang
mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujudkan perubahan yang
langgeng.
C. Kesehatan Komunitas
1. Definisi Komunitas
a. Komunitas adalah suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, rasa saling mengenal dan
interaksi antara anggota masyarakat satu dengan yang lainnya (WHO, 1974).
b. Sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya
(Spradley, 1985).
c. Suatu kesatuan masyarakat yang menempati suatu wilayah dan berinteraksi
menurut sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas
(Koentjaraningrat, 1990).
d. Komunitas artinya sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan.
2. Definisi Keperawatan Komunitas
a. Suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk
(American Nurses Association, 1973).
b. Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi
masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan kepada orang lain (WHO, 1974).
c. Suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan
tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih baik (Dep Kes RI, 1986).
Rapat kerja keperawatan komunitas tahun 1990 mendefinisikan keperawatan
komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok serta

10 Modul Keperawatan Komunitas I


masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan sehingga dapat
meningkatkan upaya kesehatan secara mandiri.
3. Tahap Pencegahan Keperawatan Komunitas (Tujuan dan Strategi)
a. Prevensi primer
Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko
tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita.
Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan
faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan
yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi
kesehatan.
b. Prevensi sekunder
Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan
sejak awal penyakit. Dalam mengelola, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun.
Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran
penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan
sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak
pengelolaan.
c. Prevensi tersier
Apabila sudah muncul penyulit menahun, maka perawat komunitas harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan atau komplikasi lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan memelihara stabilitas
klien (Allender & Spradley, 2005).
4. Bentuk Intervensi Keperawatan yang Dapat Dilakukan oleh Perawat
Komunitas
a. Observasi
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan. Observasi dilakukan
sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus
selama melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi antar
keluarga, tetangga dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada.
b. Terapi modalitas
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada
dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi
sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004).

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 11


c. Terapi modalitas yang diterapkan pada masyarakat yaitu manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan
peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
d. Terapi komplementer (Complementary and Alternative Medicine atau CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau
memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman,
2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Seperti terapi
akupresur dapat dipergunakan untuk memperbaiki kualitas tidur dan tekanan
darah pada lansia (Majid, 2016)
e. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala
penyakit, sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab
penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang
diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).

Informasi Pendukung Belajar

1. Akbar M A. 2019. Buku Ajar Konsep Dasar Dalam Keperawatan Komunitas.


Yogyakarta. Deepublish.
2. Widiyawati W. 2020. Keperawatan Komunitas II. Malang. Literasi Nusantara.
3. Indram I M. 2021. Pengantar Kesehatan Komunitas. Klaten. Tahta Media Group.
4. Hapsara. 2018. Penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press.
5. Yudi A. M., Puji S. R 2016. Terapi Akupresur Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman
Serta Mampu Menurunkan Tekanan darah Lansia. Volume 1 Nomor 1 Januari 2016.
Jurnal Aisyah STIKes Aisyah Pringsewu Lampung. ISSN 2502-4825.

Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dari modul dan sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini.
1. Jelaskan pengertian komunitas?
2. Jelaskan pengertian sehat dan sakit?
3. Jelaskan Karakteristik Perilaku sehat?
4. Jelaskan apa yang dimaksud asuhan keperawatan komunitas?

12 Modul Keperawatan Komunitas I


Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN PENGAMPU TIM PENGAJAR:
Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat deskripsi dengan melihat jurnal terkait
Membuat makalah tentang konsep dasar keperawatan komunitas
JUDUL TUGAS
Deskripsi Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA


Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan komunitas
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah konsep dasar keperawatan komunitas
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang konsep dasar keperawatan komunitas

Evaluasi

Indikator, Kriteria, dan Bobot Penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 1?

Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 13


Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 1?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

14 Modul Keperawatan Komunitas I


TOPIK 2

EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN


Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi kependudukan

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang epidemiologi dan
kependudukan

AYO MEMBACA

A. Sejarah Epidemiologi
Secara harfiah, epidemiologi berasal dari kata epi (permukaan, di atas, menimpa),
demo (orang, populasi, manusia) dan ologi (ilmu tentang). Dari sana maka epidemiologi
di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan
atau kematian dalam populasi manusia.
Dalam sejarahnya, epidemiologi dikembangkan dengan menggunakan epidemi
penyakit menular sebagai suatu model studi. Saat ini, epidemiologi sudah terbukti
efektif dalam mengembangkan hubungan sebab-akibat pada kondisi-kondisi non-
infeksius seperti penyalahgunaan obat, bunuh diri, kecelakaan, lalu lintas, keracunan
zat kimia, kanker dan penyakit jantung.
Epidemiologi digunakan untuk menentukan kebutuhan akan program-program
pengendalian penyakit, mengembangkan program pencegahan dan kegiatan layanan
kesehatan, serta menetapkan pola penyakit endemis, epidemi dan pandemik.
Endemi Keberadaan suatu penyakit yang terus-menerus di dalam populasi
atau wilayah tertentu

15
Epidemi Wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari sumber
tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyarakat atau wilayah
yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkiraan.
Kejadian luar biasa atau peningkatan secara tajam dari kasus baru
yang mempengaruhi kelompok tertentu biasanya dari sumber
tunggal
Pandemik Epidemi yang menyebar luas melintasi batas negara, benua, atau
populasi yang besar dan bahkan kemungkinan seluruh dunia.

Sejarah epidemiologi dibagi ke dalam empat periode:


1. Periode Kuno
Epidemiologi pertama kali diutarakan oleh Hippocrates lebih dari 2000 tahun yang
lalu (460-375 sebelum masehi) ia menyatakan bahwa faktor-faktor lingkungan
dapat mempengaruhi kejadian penyakit.
Hipocrates juga dikenal sebagai seorang higienis karena tulisannya yang
berjudul: Air, Water, and Places. Dalam tulisan itu ia mengemukakan bahwa: Barang
siapa yang ingin mempelajari ilmu kedokteran, harus memperhatikan keadaan
musim dan akibatnya, memperhatikan dan mempelajari tentang angin, udara,
kedudukan kota, tenggelam dan terbitnya matahari, kebiasaan makan dan minum,
pakaian, gizi, air yang digunakan penduduk, keadaan tanah, kebiasaan hidup dan
lain-lain. Hipocrates juga menyatakan bahwa epidemi merupakan suatu kejadian
massal sehingga dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hipocrates adalah
ahli epidemiologi pertama di dunia.
2. Masa Pertengahan
Pengertian penyakit menular telah dikenal sejak abad pertengahan berupa upaya
pengisolasian penderita Lepra yang dilakukan oleh pihak gereja.
a. Konsep tentang penularan penyakit diawali oleh Fracastorius (1483-1553)
dengan teori de contagione yaitu penularan penyakit yang terjadi melalui jasad
renik yang sangat kecil dan tidak nampak.
b. Tahun 1793, terjadi yellow fever di Phidelphia menyebabkan kematian 4.044
jiwa. Benyamin Rush melakukan penelusuran kasus yellow fever sampai ke
pelabuhan tempat kapal tiba dari pelabuhan beriklim tropis. Asumsi awal
disebabkan karena kopi yang membusuk di gudang, ternyata disebabkan oleh
virus yang di bawa oleh nyamuk yellow fever, Aedes Aegyptus (Mayor Walter
Reed, AL USA).
c. Antonio Van Leewenhoek (1632-1723) Leewenhoek adalah seorang warga
negara belanda, dilahirkan di Delft, Oktober 24 1632 dan meninggal pada tanggal
24 Agustus 1723. Dia adalah ilmuwan yang menemukan mikroskop, penemu
bakteri dan parasit (1674) penemu spermatozoa (1677). Penemu bakteri telah
membuka tabir suatu penyakit yang akan sangat berguna untuk analisis
epidemiologi selanjutnya.

16 Modul Keperawatan Komunitas I


d. Eksperimen oleh James Lind pada tahun 1747 terhadap pelaut yang menderita
scorbut yang menyimpulkan bahwa scorbut disebabkan karena kekurangan zat
yang terdapat dalam buah segar yang belakangan terbukti sebagai Vitamin C atau
Ascorbic acid.
3. Abad ke-18
Pada abad ini mulai terjadi peningkatan derajat kesehatan yang didukung dengan
berkembangnya penelitian-penelitian ke arah penyakit-penyakit menular.
a. Dalam dunia keperawatan, pada tahun 1820-1910 lahir tokoh yang dikenal
sebagai simbol keperawatan dunia yaitu Florence Nightingale. Florence
Nightingale mengemukakan konsep perawatan dengan memperhatikan
lingkungan sekitar klien. Florence berkeyakinan jika lingkungan diperbaiki maka
masa perawatan dapat dipersingkat.
b. Robert Koch, Koch berperan memperkenalkan tuberkulin pada tahun 1809, yang
dianggap sebagai cara pengobatan penyakit tuberkulosis. Konsep tes
Tuberkulosis dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi tbc sebagai
perangkat diagnosis tbc pada anak-anak
c. William Farr (1839) Orang pertama menganalisa statistik kematian untuk
mengevaluasi masalah kesehatan. Ia juga yang mengembangkan beberapa
metode penting dalam epidemiologi seperti definisi populasi metode penting
dalam epidemiologi seperti definisi populasi berisiko, populasi pembanding.
Dalam analisa epidemiologisnya terhadap kolera Farr melakukan:
1) Pengamatan kematian yang terjadi di berbagai institusi seperti penjara,
industri tambang dll serta membandingkannya dengan kematian yang terjadi
di masyarakat umum.
2) Menggunakan metode statistik yang mendemonstrasikan adanya hubungan
antara insidensi dan distribusi kolera dengan pencemaran air minum dari
sungai Thames.
Farr juga memperkenalkan istilah population at risk yang berarti
kelompok penduduk yang mempunyai risiko untuk terkena kolera yaitu seluruh
penduduk yang menggunakan air sungai Thames. Metode analisa yang digunakan
oleh William Farr ini merupakan prinsip dasar epidemiologi modern saat ini.
d. John Snow (1854), Pertama mengembangkan metode investigasi wabah yang
dapat mengantarkan penyelidikan ke arah penyebab. Ia menyelidiki dan
menganalisa kejadian kematian karena wabah kolera dengan langkah-langkah
mengembangkan metode investigasi, menyusun hipotesis, dan membuktikan
hipotesis tersebut.
John Snow melakukan pengamatan epidemiologis kolera yang terjadi pada
waktu itu dengan hasil:
a. Ada hubungan antara air minum dengan insidensi penyakit kolera.
b. Pada epidemi yang terjadi pada 2 september 1854 Snow menarik kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan insidensi kolera dengan perbedaan sumber air
minum yang digunakan masyarakat.

Epidemiologi dan Kependudukan 17


Dalam penelitian tersebut Snow juga mengumpulkan data tentang kebiasaan
hidup masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kebudayaan,
hygiene perorangan, keadaan perumahan dll.
Dari analisa data tersebut disimpulkan bahwa kasus kolera yang fatal banyak
terjadi pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi rendah disertai hygiene
perorangan yang buruk karena kebanyakan kasus kolera yang terjadi pada
penduduk miskin dengan perumahan jelek, berjubel, dan semua kegiatan hidup
dilakukan dalam satu kamar.
4. Abad ke-19: Epidemiologi Modern
a. Cikal bakal epidemiologi modern dimulai pada tahun 1948 dimulai dari John
Snow menemukan bahwa ada asosiasi antara sumber air minum dan kematian.
Kejadian kolera di london berhubungan dengan kontaminasi pada penyaluran air
minum dengan membandingkan distrik-distrik penyaluran air yang berbeda-
beda. John Snow menemukan distrik yang sumber air minum dari perusahan
Southwark lebih banyak kejadian kolera dibandingkan dengan Lambeth.
b. Dool dan Hill, 1950, Dua nama yang berkaitan dengan cerita hubungan merokok
dengan kanker paru. Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian
yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru.
Keduanya adalah pelopor penelitian dalam bidang epidemiologi Klinik.
c. Pada tahun 1961, Goldberger mengadakan eksperimen pada manusia terhadap
penyakit Pellagra yang disimpulkan bahwa pellagra bukan disebabkan infeksi
melainkan karena kekurangan vitamin yang belakangan dikenal sebagai vitamin
B kompleks
d. Tahun 1960-1970 berkembang cepat dan metode khusus untuk mempelajari
penyakit kronik dan baru (emerging)
e. Tahun 1990an spesialisasi di epidemiologi misalnya nutritional, environmental,
occupational epidemiology.
f. Lebih lanjut epidemiologi tidak hanya terfokus pada study penyakit kronis tapi
juga pada penyakit emerging dan re-emerging seperti ebola, HIV-AIDS. TBC, DHF,
West Nile, SARS Mad-Cow dll. Lebih luas lagi para ahli epidemiologi diminta
peran sertanya dalam kaitannya seperti surveillance penyakit, proteksi makanan
& supplay air, bioterorism dan lain-lain.
Dalam epidemiologi modern, telah dipandang determinan penyakit secara
holistik, oleh sebab itu telah digunakan beberapa pendekatan di antaranya: Statistik
berhubungan dengan keadaan yang mempengaruhi higiene dan kesehatan,
epidemiologi penyakit infeksi, epidemiologi penyakit kronis dan eko-epidemiologi
B. Definisi Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3
kata dasar yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk dan
kata terakhir adalah logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah: ―ilmu yang mempelajari

18 Modul Keperawatan Komunitas I


tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinan masalah kesehatan
pada sekelompok orang atau masyarakat serta determinannya (faktor-faktor yang
mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit
tidak menular, penyakit degeneratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.
1. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami
perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam
batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar
epidemiologi, beberapa di antaranya adalah:
a. Greenwood (1934)
Mengatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk. Kelebihannya
adalah adanya penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah kepada
distribusi suatu penyakit.
b. Brian Mac Mahon (1970)
Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit
pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai
menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari
suatu penyakit.
c. Wade Hampton Frost (1972)
Mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena
massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural
history) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian
epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi atau
mengenai masyarakat.
d. Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989)
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada
populasi manusia.
e. Gary D. Friedman (1974)
Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
f. Abdel R. Omran (1974)
Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya
serta akibat–akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
g. Barbara Valanis
Epidemiology is term derived from the greek languang (epid = upon; demos =
people;logos = science).

Epidemiologi dan Kependudukan 19


h. Last (1988)
Epidemiology is study of the distribution and determinants of health–related states
or events in specified population and the application of this study to control of
problems.
i. Elizabeth Barrett
Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.
j. Hirsch (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis–jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan
mengaitkan dengan kondisi eksternal
k. Judith S. Mausner; Anita K. Bahn
Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in
groups of people and with the factors which influence their distribution.
l. Robert H. Fletcher (1991)
Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan
determinan penyakit dalam populasi.
m. Lewis H. Rohf; Beatrice J. Selwyn
Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of
events ofmedical concern in subgroup of population, where the population has been
subdivided according to some characteristic believed to influence of the event.
n. Lilienfeld (1977)
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan
dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan
populasi.
o. Moris (1964)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.
2. Epidemiologi Ditinjau Dari Berbagai Aspek
a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisa data kesehatan, sosial-ekonomi,
dan trend yang terjadi untuk mengidentifikasi dan menginterpretasi perubahan-
perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau
kelompok penduduk tertentu.
b. Aspek klinik
Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk mendeteksi
secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui
penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal
terjadinya epidemi.
c. Aspek praktis
Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan
penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau
masyarakat umum.

20 Modul Keperawatan Komunitas I


d. Aspek administrasi
Epidemiologi secara administrasi berarti suatu usaha mengetahui keadaan
masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Pengertian Epidemiologi Menurut WHO
Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang berkaitan dengan kejadian
di populasi dan aplikasi dari studi untuk pemecahan masalah kesehatan
C. Ruang Lingkup Epidemiologi
Ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan di atas termasuk berbagai masalah
yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan
maupun dengan berbagai bidang kehidupan sosial, telah mendorong perkembangan
epidemiologi dalam berbagai bidang.
1. Epidemiologi Penyakit Menular
Bentuk ini telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi
berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang
gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi survei yang pada mulanya hanya
ditujukan pada pengamatan penyakit menular secara saksama, ternyata telah
memberikan hasil yang cukup berarti dalam menanggulangi berbagai masalah
penyakit menular dan juga penyakit tidak menular.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Pada saat ini, sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor yang
memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular
seperti kanker, penyakit sistemik, serta berbagai penyakit menahun lainnya,
termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-
obatan tertentu. Bidang ini banyak di gunakan terutama dengan meningkatnya
masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat
kemajuan dalam berbagai bidang terutama bidang industri yang banyak
mempengaruhi keadaan lingkungan termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun
lingkungan sosial budaya.
3. Epidemiologi Klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang di kembangkan
oleh para klinik yang bertujuan untuk membekali para klinik atau dokter tentang
cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan
epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering
menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara
individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit dan cara
mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik untuk
mengetahui serta menganalisis suatu penyakit, cara penularan dan sifat
penyebarannya dalam masyarakat.
Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinis tersebut, merupakan data
informasi yang sangat berguna dalam analisis epidemiologi, tetapi harus pula

Epidemiologi dan Kependudukan 21


diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi
merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki metode pendekatan serta cara
penerapannya secara khusus. Dengan demikian, maka sewajar-nyalah apabila
setiap dokter yang akan bertugas, dibekali pengetahuan dan keterampilan khusus
tentang cara pendekatan epidemiologi. Dewasa ini para dokter yang bekerja di
puskesmas cukup banyak dibebani dengan tugas ganda yakni selain sebagai klinis,
mereka juga harus berfungsi sebagai pelaksana usaha kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Tugas utamanya sebagai seorang dokter akan terganggu dengan
berbagai tugas lain yang membutuhkan waktu dan tenaga, sehingga tidak jarang
dijumpai pelayanan penderita yang sangat bersifat kuratif saja. Para penderita akan
terperangkap dalam suatu lingkaran setan, yakni mereka secara individu akan
sembuh setelah pengobatan, tetapi kemudian mereka kembali ke lingkungan yang
sama dengan kemungkinan untuk menjadi sakit lagi.
4. Epidemiologi Kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan system
pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang ber-
kaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai
perubahan demografis yang terjadi di dalam masyarakat. Sistem pendekatan
epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam
berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa,
yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan
rakyat, kesempatan kerja dan ketenagaan kerja, transportasi, kesehatan, pertanian,
dan kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang
dilayani. Dalam hal ini, peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk
digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam menyusun
perencanaan yang baik. Juga sedang di kembangkan epidemiologi system
reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dan
kependudukan.
5. Epidemiologi Pengolahan Pelayanan Kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam meng-
analisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta
penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
Untuk pendekatan epidemiologi dalam bidang manajemen dewasa ini semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan industri medis yang disertai
perkembangan dalam sistem manajemen kesehatan dan ekonomi kesehatan
termasuk system asuransi kesehatan.
Dalam alam kemajuan industri medis cukup banyak menyerap modal dan
tenaga kerja, maka peranan epidemiologi manajemen dalam menganalisis biaya
pengobatan dan biaya pelayanan kesehatan lainnya merupakan hal yang cukup
penting. Para ahli epidemiologi bersama dengan ahli perencanaan yang pada
umumnya berorientasi pada hasil luaran suatu proses, dapat merupakan tim yang

22 Modul Keperawatan Komunitas I


serasi dalam menyusun suatu rencana pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
System pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak
digunakan oleh para perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk analisis
situasi, penentuan prioritas, maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan
kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran yang khusus.
6. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Occupational and environmental epidemiology merupakan salah satu bagian
epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja
akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat kimiawi,
biologis, maupun sosial budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini
sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan serta kesehatan pekerja untuk
menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Merupakan salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang
lebih banyak mengarah ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan social
masyarakat menurut suatu cara pendekatan mulai epidemiologi sosial yang
berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini
gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja,
tetapi telah merupakan masalah sosial masyarakat.
8. Epidemiologi Gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat di mana
masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat.
Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai dengan survei lans gizi
lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat
dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas
pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Dari berbagai contoh ruang lingkup penggunaan epidemiologi di atas lebih
memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha
pendekatan analisis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang bertalian
dengan bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan
kehidupan masyarakat.
D. Kegunaan Epidemiologi
1. Membantu dalam Pekerjaan Administrasi Kesehatan
Data yang diperoleh dari pekerjaan epidemiologi akan dapat digunakan untuk
dalam perencanaan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan program

Epidemiologi dan Kependudukan 23


penanggulangan penyakit, monitoring atau pengawasan pelayanan kesehatan dan
evaluasi daripada pelayanan kesehatan yang dilakukan.
2. Untuk Menjelaskan Penyebab dari Suatu Masalah
Pekerjaan epidemiologi akan dapat menjelaskan mengapa terjadi suatu masalah
kesehatan. Dengan mengetahui penyebab dari suatu masalah kesehatan maka akan
disusun langkah-langkah penanggulangan masalah tersebut agar tidak meluas atau
mengurangi dapat yang diakibatkan oleh masalah atau kejadian wabah atau
penyakit. Dan penanggulangannya dapat bersifat preventif atau kurat
3. Untuk Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit
Pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan alamiah suatu penyakit penting
artinya untuk menggambarkan perjalanan suatu penyakit, terutama yang berkaitan
dengan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan keadaan waktu, tempat
dan orang. Dengan mengetahui perkembangan penyakit tersebut maka akan dapat
dilakukan berbagai upaya untuk mencegah atau menghentikan perjalanan penyakit
tersebut.
4. Untuk Menerangkan Suatu Keadaan Masalah Kesehatan
Pekerjaan epidemiologi dapat menerangkan keadaan dari suatu masalah kesehatan,
terutama yang berkaitan dengan keadaan waktu terjadinya suatu masalah
kesehatan, tempat terjadinya masalah tersebut serta orang atau masyarakat yang
terserang penyakit dan keadaan masalah kesehatan yang telah kita kenal adalah
epidemi, endemi, pandemi dan sporadis
5. Untuk Penelitian dan Pengembangan Program Pemberantasan Penyakit dan
Penanggulangan Masalah Kesehatan
Dengan mengetahui hubungan kausal antara dan faktor-faktor penyebab risiko
yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi analitik, maka dapat direncanakan
program penanggulangan masalah kesehatan secara keseluruhan.
6. Untuk Memperoleh Keterangan dalam Mengklasifikasikan Penyakit
Pekerjaan epidemiologi baik dilihat dari keadaan waktu, tempat, dan orang yang
terserang suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diperoleh dari suatu
penelitian akan sangat berguna dalam mengklasifikasi penyakit.
7. Untuk Penyusunan Program Pencegahan Penyakit
Dengan ditemukannya faktor-faktor risiko dalam terjadinya penyakit, sebagai hasil
penelitian deskriptif dan hubungan kausal antara faktor-faktor yang dapat
menimbulkan penyakit dari penelitian analitik, maka dapatlah ditentukan langkah-
langkah dalam pencegahan penyakit, baik yang bersifat pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
E. Pendekatan Khusus Epidemiologi terhadap Masalah Kesehatan
Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekatan
khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang
lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut di atas dapat meliputi 6 E
yakni

24 Modul Keperawatan Komunitas I


1. Etiologi
Berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Misalnya: etiologi dari malaria adalah
parasit dan plasmodium.
2. Efikasi (efficacy)
Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan. Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu
intervensi, misalnya efikasi vaksinasi. Hal ini merupakan kemujaraban teoritis dari
suatu obat yang dapat dilakukan dengan melakukan uji klinik (clinical trial).
3. Efektivitas (effectiveness)
Besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengobatan atau
intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan lainnya.
Efektivitas ini ditujukan untuk mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam
berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang sangat berbeda-beda. Untuk
pengobatan maka hal ini berkaitan dengan kemujaraban praktis, kenyataan khasiat
obat di klinik.
4. Efisiensi (efficiency)
Sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang diberikan. Efisiensi ini ditujukan untuk mengetahui kegunaan
dan hasil yang diperoleh berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya yang
dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau
Program kesehatan masyarakat. Evaluasi melihat dan member nilai keberhasilan
program seutuhnya.
6. Edukasi (education)
Intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai
bagian dari upaya pencegahan penyakit. Edukasi merupakan salah satu bentuk
intervensi andalan kesehatan masyarakat yang perlu diarahkan secara tepat oleh
epidemiologi
F. Prinsip-Prinsip epidemiologi
1. Mempelajari sekelompok manusia/masyarakat untuk mengalami masalah
kesehatan.
2. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok
manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi mutlak dan rasio.
3. Menunjukkan kepada banyaknya masalah-masalah kesehatan yang diperinci
menurut keadaan-keadaan tertentu, di antaranya keadaan waktu, tempat, orang
yang mengalami masalah kesehatan.
4. Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji masalah-
masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah tersebut
G. Prosedur Epidemiologi
1. Tentukan adanya suatu wabah.

Epidemiologi dan Kependudukan 25


2. Gambarkan ciri-ciri wabah.
3. Rumuskan hipotesa.
4. Tes hipotesa.
5. Sarankan dan tetapkan tindakan penanggulangan.
6. Siapkan dan sebarkan laporan epidemik nilai prosedur penyelidikan.
H. Ukuran-Ukuran Epidemiologi
Ada tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi, yaitu
1. Ukuran Frekuensi Penyakit
Mengukur kejadian penyakit, cacat, atau kematian pada populasi. Ukuran ini
merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati
diukur menggunakan prevalens dan insidens.
2. Ukuran dari Akibat Pemaparan
Mengukur keeratan hubungan statistic antara faktor tertentu dan kejadian penyakit
yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan antara pemaparan
dan akibat diukur menggunakan relative risk atau odds ratio.
3. Ukuran dari Potensi Dampak
Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap kejadian suatu
penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan dalam attributable risk
percent dan population attributable risk. Ukuran ini berguna untuk meramalkan
efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi intervensi pada populasi
tertentu.
Sebelum membahas ukuran frekuensi penyakit sebaiknya dipahami terlebih
dahulu ukuran dasar dari epidemiologi. Ada dua komponen ukuran dasar yaitu
a. Pembilang (nominator) X
Frekuensi atau jumlah kasus yang diamati (subjek pengamatan yang mengalami
kejadian atau akibat yang tidak diinginkan).
b. Penyebut (denominator) Y
Jumlah populasi yang berisiko, yaitu sekelompok individu yang mempunyai
peluang untuk mengalami kasus yang diamati:

Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan


salah satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.
1. Proporsi
Distribusi proporsi adalah suatu persen (yakni, proporsi dari jumlah peristiwa-
peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori (atau sub
sekelompok) dari kelompok itu. Rumus yang dipakai dalam menghitung proporsi
adalah:

Persen =X/Y x K

26 Modul Keperawatan Komunitas I


X: Banyaknya peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang terjadi dalam kategori
tertentu atau subkelompok dari kelompok yang lebih besar.

Jumlah peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang terjadi dalam semua
Y:
kategori dari kelompok data tersebut.

K: K sama dengan 100

Interpretasi dari proporsi adalah: dari jumlah frekuensi di mana suatu jenis
peristiwa tertentu terjadi, kejadiannya dinyatakan dalam persen dari berbagai
subkelompok utama
2. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap
peristiwa lainnya. Misalnya, jumlah anak sekolah kelas 6 yang telah diimunisasi
dibandingkan dengan jumlah anak sekolah kelas 6 yang tidak diimunisasi pada
sekolah tertentu. Rumus rasio adalah

Persen =X/Y X k

x = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu

y = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut
tertentu, tetapi dalam hal berbeda atributnya dengan anggota x.

k=1

Populasi dab masa jedah (atau titik waktu) dari data yang dipakai haruslah
tertentu atau khusus, persis untuk angka atau rate. Rasio dapat dihitung untuk
angka hanya sebagai banyaknya peristiwa. Umumnya nilai x dan y dibagi oleh nilai
x maupun nilai y sehingga salah satu nomor dalam ratio menjadi sama dengan 1, 0.
Misalnya, jika suatu kelompok 20 orang menderita penyakit tertentu dan 2 mati
karenanya maka rasio terhadap kematian lebih tepat dinyatakan bukan 20:2, tetapi
angka ini dibagi 2 menjadi 10:1 (10 kasus:1 mati. Interpretasinya adalah bahwa
pada episode ini dalam 10 kasus ada 1 orang yang mati (atau 10 kali banyaknya
kasus dari kematian).
3. Rate
Rumus untuk ketiga ukuran di atas sebenarnya mempunyai bentuk dasar yang sama
Rate (atau rasio atau proporsi) = ((X/Y) x k; yang biasa dibaca: X kali k dibagi Y; atau
X bayi Y kali k
Persen =X/Y X k (Angka/yang diharapkan)

Epidemiologi dan Kependudukan 27


I. Istilah dalam Efidemiologi
Tabel 1
Agen Suatu kesatuan biologi, fisik dan kimiawi yang menyebabkan penyakit

Antibodi Suatu globulin yang terdapat dalam cairan jaringan dan serum darah,
diproduksi sebagai reaksi atas rangsangan suatu antigen spesifik dan
mempunyai kemampuan untuk bergabung dengan antigen tersebut
untuk menetralisir atau memusnahkannya

Antigen Bagianatauprodukdarisuatuagenbiologiyangmampu
merangsang formasi antibody spesifik

Antigenisitas Kemampuan agen untuk memproduksi reaksi imunologis sistemik


atau local dalam diri seorang penjamu

Endemic Keadaan di mana penyakit atau penyebab penyakit tertentu secara


terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area
geografis tertentu

Epidemic Epidemic yang luas, mengenai beberapa negara atau kontinen


Pandemic Epidemic yang luas, mengenai beberapa negara atau kontinen
Sporadic Jarang terjadi, terjadi sekali-sekali, tidak tersebar luas
Patogenitas Kemampuan untuk menimbulkan penyakit menimbulkan perubahan
patologis
Virulensi Derajat patogenitas suatu mikroorganisme, diukur dengan derajat
kecepatan menimbulkan penyakit atau fatalitas

Inefektivitas Daya kuman menyebabkan infeksi


Vektor Organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya
dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.

Reservoir Setiap orang, binatang, serangga, tanaman, tanah atau zat lain di mana
agen infektif biasanya hidup dan berkembang biak. Agen menular
tergantung pada reservoir untuk kelangsungan hidupnya

Insidensi Kasus baru yang muncul dari suatu populasi penduduk tertentu
Prevalensi Seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok
orang. Prevalensi dihitung dengan membagi jumlah orang yang
memiliki penyakit atau kondisi dengan jumlah total orang dalam
kelompok

28 Modul Keperawatan Komunitas I


Informasi Pendukung Belajar

1. Budiarto, Eko. (2003). Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC
2. Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta

Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke evaluasi materi
berikut.
1. Sebutkan definisi epidemiologi?
2. Jelaskan ruang lingkup epidemiologi?
3. Jelaskan kegunaan epidemiologi?
4. Jelaskan pendekatan khusus epidemiologi?
5. Jelaskan prinsip-prinsip epidemiologi?
6. Jelaskan prosedur epidemiologi?
7. Jelaskan ukuran-ukuran epidemiologi

Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat deskripsi dengan melihat referensi dan jurnal terkait tentang epidemiologi
Membuat makalah tentang epidemiologi dan kependudukan

JUDUL TUGAS
Deskripsi pengertian epidemiologi dan kependudukan

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA

Epidemiologi dan Kependudukan 29


Mahasiswa mampu memahami konsep epidemiologi dan kependudukan
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan konsep epidemiologi dan kependudukan
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah konsep epidemiologi dan kependudukan
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang konsep epidemiologi dan kependudukan

Evaluasi

Indikator, kriteria, dan bobot penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 2?
Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 2?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

30 Modul Keperawatan Komunitas I


TOPIK 3

KEPENDUDUKAN (DEMOGRAFI)
Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kependudukan (demografi)

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang kependudukan


(Demografi)

AYO MEMBACA

A. Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata demos dan grafein.
Demos artinya rakyat dan grafein artinya menulis. Jadi demografi dapat kita
definisikan sebagai tulisan-tulisan tentang rakyat atau penduduk atau biasa disebut
dengan ilmu kependudukan.
Demografi adalah Ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika
tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk beserta perubahannya sepanjang
masa dengan melihat lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), perkawinan, penyebaran (migrasi), dan mobilitas sosial.
Demografi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jumlah,
persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-
sebab perubahan tersebut.
B. Tujuan Mempelajari Demografi
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam satu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya, dan penyebarannya.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam aspek-aspek sosial.
4. Memperkirakan pertumbuhan penduduk di masa akan datang dan kemungkinan
konsekuensinya.

31
C. Variabel Utama Demografi
Terdapat 3 variabel utama demografi meliputi:
1. Kelahiran.
2. Kematian.
3. Migrasi.
D. Ruang Lingkup Demografi
1. Kuantitatif dan kualitatif.
2. Unsur-unsur demografi.
3. Teknik menghitung data kependudukan.
4. Data demografi, pengukuran.
5. Interdisiplin science (ekonomi, geografi, psycologi, politik dll).
E. Sumber Data Demografi
1. Sensus Penduduk
a. Sensus penduduk dilakukan setiap 10 tahun sekali (periodik).
b. Cakupan nasional.
c. Tiga kata kunci sensus penduduk: semua orang, wilayah tertentu, dan waktu
tertentu.
d. Penduduk dicatat berdasarkan tempat di mana berada pada saat pencatatan
(Defacto).
e. Penduduk dicatat berdasarkan tempat biasanya bertempat tinggal (Dejure).
2. Registrasi Penduduk
a. Disebut registrasi vital karena mencatat kejadian-kejadian penting (vital) dalam
hidup manusia: kelahiran (akta kelahiran), kematian, Perkawinan (akta nikah),
perceraian, perpindahan dan lain sebagainya.
b. Cakupan nasional.
c. Dilakukan secara kontinyu atau terus menerus.
d. Semua kejadian demografis tercakup.
3. Survei Penduduk
a. Survei mirip dengan sensus, bedanya adalah survei difokuskan pada topik-topik
tertentu, misalnya survey upah, survey angkatan kerja, survei industri, survei
sosial ekonomi dll.
b. Pencacahan dilakukan pada sampel, bukan seluruh penduduk, untuk waktu
pelaksanaan menyesuaikan kebutuhan, namun ada juga survey yang dilakukan
secara periodik misalnya Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei sosial
Ekonomi (SUSENAS), Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
c. Dilaksanakan untuk topik khusus.
d. Tidak periodik.

32 Modul Keperawatan Komunitas I


F. Ukuran-Ukuran Demografi
1. Rate
Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit
tertentu dalam populasi dan waktu tertentu. Perbandingan antara kejadian dengan
jumlah penduduk yang memiliki risiko kejadian tersebut.
Contoh: Morbidity Rate, Mortality Rate

2. Rasio atau ratio


3. Perbandingan antara pembilang/nomerator dan penyebut denominator pada suatu
waktu yang digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.

4. Proporsi
Perbandingan antara pembilang (numerator/X) dengan penyebut (denominator/Y)
di mana numerator termasuk bagian dari denominator dengan satuan %

5. Rata-rata
Ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai
pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.
6. Frekuensi
Ukuran yang menunjukkan berapa kali aktivitas atau suatu kegiatan dilaksanakan
pada periode waktu tertentu.
7. Cakupan
Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu target kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.
G. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk perlu diketahui untuk berbagai hal antara lain:
1. Untuk mengetahui sumber daya manusia yg tersedia atas dasar usia maupun jenis
kelamin.

Kependudukan (Demografi) 33
2. Untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kependudukan.
3. Untuk studi komparatif antar daerah.
4. Untuk mengetahui proses demografi.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam
bentuk grafik yang disebut dengan Piramida yaitu grafik batang dengan ketentuan:
1. Sumbu vertikal untuk interval usia
2. Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk dalam %
3. Sebelah kiri untuk penduduk laki-laki, sebelah kanan penduduk perempuan
4. Dasar sumbu vertikal untuk usia termudah semakin ke atas semakin tua
5. Puncak piramida untuk penduduk tertua
6. Komposisi penduduk menurut umur dengan interval 5 tahun (0-4, 5-9, 10-14, 15-
19, 20-24, … 70-74, 75+)

Berbagai bentuk piramida:

Berbagai bentuk piramida:


1. Bentuk Limas (expansive)
Menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa
maunpun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi
Ciri-ciri piramida expansive (limas):
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda.
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit.
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi.

34 Modul Keperawatan Komunitas I


d. Pertumbuhan penduduk tinggi.
2. Piramida Bentuk Granat (Stasioner)
Bentuk granat (Stationer). Menunjukkan jumlah usia muda hampir sama dengan
usia dewasa.
Ciri-ciri piramida bentuk stasioner (tetap)
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama.
b. Tingkat kelahiran rendah.
c. Tingkat kematian rendah.
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat.
3. Piramida Constructive
Bentuk batu nisan (construktive) menunjukkan jumlah penduduk tua lebih besar
dari pada usia mudah, Jumlah penduduk mengalami penurunan. Contohnya negara-
negara yang baru dilanda perang
Ciri-ciri piramida bentuk contruktif
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua.
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit.
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dg tingkat kematian.
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang.
Hubungan piramida penduduk dengan ilmu kesehatan:
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit
untuk masalah kesehatan dalam masyarakat di suatu wilayah.
2. Dapat menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan &
pengambilan keputusan dalam menanganinya.
3. Membantu melakukan evaluasi program kesehatan yang dianggap tidak berhasil
maka dapat dihentikan dan dirubah dengan program lain setelah mengetahui
penyebab yang sebenarnya.
4. Untuk mengembangkan metodologi dalam menganalisis keadaan suatu penyakit.

Informasi Pendukung Belajar

1. Mc. Murray, A. (1993). Community health nursing: Primary health care in practice.
Melbourne: Churchill Livingstone.
2. Pender, N.J. (1987). Health promotion in nursing practice. (2nd Ed.). Norwalk:
Appleton & Lange.
3. Stanhope, M & Lancaster, J. (1995). Community health nursing: Process and
practice for promoting health. St. Louois: Mosby Year Book.

Kependudukan (Demografi) 35
Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke evaluasi materi
berikut.
1. Jelaskan definisi kependudukan atau demografi.
2. Jelaskan apa saja ukuran-ukuran demografi (kependudukan).
3. Jelaskan bentuk piramida dalam keperawatan.

Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat Deskripsi Dengan Melihat referensi dan Jurnal Terkait Tentang Komunitas
Sebagai Klien
Membuat makalah tentang komunitas sebagai klien
JUDUL TUGAS
Deskripsi pengertian kependudukan (Demografi)

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kependudukan (demografi)
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan konsep komunitas sebagai klien
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah Kependudukan (Demografi)
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang konsep kependudukan (Demografi)

36 Modul Keperawatan Komunitas I


Evaluasi

Indikator, kriteria dan bobot penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 3?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 3?


Sangat baik Baik Cukup Kurang

Kependudukan (Demografi) 37
38 Modul Keperawatan Komunitas I
TOPIK 4

KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN


Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar mahasiswa mampu menjelaskan komunitas sebagai klien

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang komunitas sebagai klien

AYO MEMBACA

A. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan keperawatan komunitas tidak lepas dari dua orang tokoh Yunani
Asclepius dan Hegeia. Terdapat perbedaan penanganan masalah oleh kedua tokoh ini
di mana, Asclepius melakukan penanganan masalah kesehatan pada masyarakat
setelah terjadinya masalah atau penyakit tersebut terjadi, sedangkan Hegeia
melakukan penangan masalah kesehatan melalui pengaturan pola hidup seimbang,
pengaturan pola makanan, istirahat yang cukup, olahraga, dan upaya lain untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan sebelum masalah tersebut terjadi.
Perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan dari dua orang toko
tersebut hingga saat ini muncul dua pendekatan penanganan masalah kesehatan di
masyarakat yaitu
1. Pendekatan pertama cenderung menunggu terjadinya masalah kesehatan atau
terjadinya penyakit (curatif).
2. Aliran kedua lebih cenderung mengupayakan pada pencegahan penyakit (preventif)
dan peningkatan kesehatan (health promotion) sebelum terjadinya penyakit.
B. Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat
1. Sebelum Ilmu Pengetahuan (prescientific period)
Hal ini dapat dilihat dari sejarah kebudayaan di dunia (Bangsa Babilonia, Mesir,
Yunani dan Romawi). Sebelum mengenal ilmu pengetahuan sudah dibangun tempat
pembuangan kotoran, pencatatan, dan pelaporan adanya binatang peliharaan yang

39
menimbulkan bau atau bahaya, dilakukannya supervisi pada tempat penjualan
makanan dan minuman, tempat prostitusi.
Upaya kesehatan yang dilakukan pada periode ini antara lain:
a. Sanitasi lingkungan dan higiene.
b. Pembuangan kotoran manusia.
c. Pengadaan air minum bersih.
d. Pembuangan sampah.
e. Ventilasi rumah yang sehat.
2. Periode Ilmu Pengetahuan (scientific period)
Penanganan masalah kesehatan tidak hanya melihat dari aspek fisik saja tetapi
sudah komprehensif dan multisektoral. Pada periode ini telah ditemukan berbagai
macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit.
Upaya kesehatan yang dilakukan:
a. Vaksinasi
b. Sterilisasi
c. Penyelidikan kesehatan masyarakat (sanitasi buruk, pembuangan kotoran
manusia, sumber air, air limbah, makanan yang dijual di pasar, sosial ekonomi
masyarakat, lama waktu kerja, penghasilan yang tidak mencakup kebutuhan
hidup).
d. Upaya kesehatan masyarakat semakin berkembang seiring dengan peningkatan
ilmu dan teknologi.
C. Definisi Komunitas
1. Komunitas adalah suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, rasa saling mengenal dan interaksi
antara anggota masyarakat satu dengan yang lainnya (WHO, 1974).
2. Sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya
(Spradley, 1985).
3. Suatu kesatuan masyarakat yang menempati suatu wilayah dan berinteraksi
menurut sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas
(Koentjaraningrat, 1990)
4. Komunitas artinya sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan.
D. Definisi Keperawatan Komunitas
1. Suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk (American
Nurses Association, 1973).
2. Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah
kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan
kepada orang lain (WHO, 1974).

40 Modul Keperawatan Komunitas I


3. Suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan
tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih baik (Dep Kes RI, 1986).
4. Rapat Kerja Keperawatan Komunitas tahun 1990 mendefinisikan keperawatan
komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan sehingga dapat
meningkatkan upaya kesehatan secara mandiri.
E. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
melalui upaya:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, kelurga,
kelompok dan masyarakat.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan
permasalahan dan isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
Secara spesifik individu, kelurga, kelompok dan masyarakat mampu:
mengidentifikasi masalah kesehatan menetapkan masalah, merencanakan dan
melaksanakan upaya pemecahan masalah dan mengevaluasi hasilnya, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara kesehatan
secara mandiri.
F. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat baik secara individu,
keluarga, kelompok, khususnya orang-orang yang berisiko tinggi mengalami masalah
kesehatan di masyarakat. Contohnya:
1. Kelompok dengan kebutuhan khusus sebagai akibat pertumbuhan dan
perkembangan antara lain:
a. Kelompok bumil.
b. Kelompok ibu bersalin.
c. Kelompok ibu nifas.
d. Kelompok bayi.
e. Kelompok balita.
f. Kelompok anak usia sekolah.
g. Kelompok lansia.
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta askep
a. Kelompok penderita penyakit kusta.
b. Kelompok TB paru.

Komunitas sebagai Klien 41


c. Kelompok penyakit kelamin.
d. Kelompok penderita HIV/AIDS.
3. Kelompok yang berisiko tinggi terkena penyakit
a. Penyalahgunaan obat dan narkotika.
b. Wanita Tuna Susila (WTS).
c. Pekerja Seks Komersial (PSK).
G. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
1. Proses kelompok (group proses).
2. Pendidikan kesehatan (health promotion).
3. Kerja sama (partnership).
H. Prinsip Keperawatan Komunitas
1. Kemanfaatan
Memberikan manfaat untuk masyarakat.
2. Otonomi
Masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif terbaik
yang disediakan.
3. Keadilan
I. Falsafah Keperawatan Komunitas
Merupakan pandangan mendasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan
yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Falsafah keperawatan
komunitas berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 komponen
dasar yaitu Manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan.
Bagan 1

1. Individu
Manusia 2. Keluarga
3. Kelompok/Masyarakat

Keperawatan Kesehatan

3 Level Pencegahan Sehat - Sakit

Lingkungan

Bio, Psikososial, Kultural,


Spiritual

42 Modul Keperawatan Komunitas I


1. Manusia
Manusia sebagai klien adalah makhluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
utuh dan unik, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan
rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Artinya ketika terjadi masalah kesehatan tidak cukup
hanya dengan memberi obat saja namun perlu diselidiki dan upaya baik dari aspek
fisik, metal, maupun sosial. Sehingga sangat perlu memahami hierarki kebutuhan
manusia menurut Abraham Maslow.
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi,
social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga: unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Dep. Kes, 1988). Alasan keluarga sebagai
fokus pelayanan.
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri.
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Begitu juga dalam upaya
merawat anggota keluarga sakit.
c. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat: Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu identitas
bersama:
Ciri-ciri:
1) Interaksi antar warga
2) Diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas
3) Suatu komunitas dalam kurun waktu tertentu
4) Identitas yang kuat mengikat semua warga
d. Komunitas sebagai klien
Klien pada wilayah tertentu yang memiliki nilai, keyakinan, minat relatif sama
dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Klien dengan perhatian khusus pada
kasus risiko tinggi, daerah terpencil, konflik, rawan, kumuh
2. Lingkungan
a. Lingkungan merupakan komponen dari paradigma keperawatan yang
mempunyai implikasi besar terhadap kelangsungan hidup/kesehatan
masyarakat.

Komunitas sebagai Klien 43


b. Lingkungan di sini meliputi: Lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi klien (komunitas) mencakup lingkungan biologis, psikologis,
sosial, kultural & spiritual.
c. Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) dapat digunakan model segitiga
agen-hospes-lingkungan yang dikemukakan oleh Leavell tahun 1965.

HOST AGENT

LINGKUNGAN

Gambar 1

Model ekologi (ecologic model) atau segitiga epidemiologi (Host–Agent–


Environment) ketika terjadi gangguan keseimbangan dari interaksi tersebut host
akan dirugikan atau sakit. Kondisi ini terjadi ketika lingkungan memberikan
kesempatan agent untuk berkembang, begitu juga ketika daya tahan host menurun
akan menjadi faktor terjadinya masalah kesehatan.
3. Keperawatan
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
4. Kesehatan
a. Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan
efektif (Parson).
b. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreativitas,
konstruktif dan produktif (Paplau).
c. Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan
1) Keturunan.
2) Perilaku.
3) Pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan.

44 Modul Keperawatan Komunitas I


J. Perbedaan Pelayanan Kep. Klinis dan Komunitas
Tabel 1
Aspek Perbedaan
Klinik Komunitas
Tempat kegiatan 1. Klinik 1.Puskesmas
2. Bangsal Perawatan 2.Rumah
3.Sekolah
4.Panti
5.Perusahaan
Tipe klien 1. Orang sakit 1.Orang sehat
2. Meninggal 2.Sakit
3.Meninggal
Ruang lingkup 1. Kuratif atau pencegahan 1.Promotif atau peningkatan
pelayanan 2. Rehabilitatif atau kesehatan
pemulihan 2.Preventif atau pencegahan
3.Kuratif atau pengobatan
4.Rehabilitatif atau pemulihan
5.Resosiasi atau pengembalian
fungsi sosial pada masyarakat
Fokus perhatian Rasa aman selama sakit Peningkatan kesehatan Pencegahan
penyakit
Sasaran pelayanan Individu Masyarakat (Individu, Keluarga,
Kelompok, Khusus, Masyarakat)

Kontak atau Jarak Petugas kesehatan Hubungan petugas kesehatan


hubungan dengan dengan pasien atau sasaran dengan pasien atau sasaran bersifat
sasaran cenderung jauh kemitraan

Sifat Tindakan Bersifat reaktif artinya Bersifat proaktif artinya tidak


menunggu masalah datang menunggu masalah, tetapi mencari
masalah
Penanganan Dalam menangani Dalam menangani klien atau pasien
Masalah pasien/klien cenderung pendekatan secara holistik
melihat kepada sistem
Biologis/fisiologis

K. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


1. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan:
a. Penyuluhan kesehatan.
b. Peningkatan gizi.
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan.
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
e. Olahraga.

Komunitas sebagai Klien 45


f. Rekreasi.
g. Pendidikan seks.
2. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas, dan kunjungan
rumah
c. Pemberian vitamin A, Iodium
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan:
e. Perawatan orang sakit di rumah
f. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas atau rumah sakit
4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat di rumah atau kelompok-kelompok
yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang
b. Fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC dll
5. Resosialitatif
Adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena
penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita
tuna susila.
L. Asumsi Dasar Keperawatan Komunitas
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, merupakan komponen sistem
pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, di mana hasil pendidikan
dan penelitian melandasi praktik.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer, sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan ditatanan kesehatan utama.
M. Keyakinan Keperawatan Komunitas
Keyakinan yang mendasari praktik keperawatan komunitas di antaranya:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua
orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerimaan pelayanan (komunitas)
3. Antara pemberi pelayanan (perawat) dan penerima (komunitas) perlu terjalin kerja
sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik bersifat mendukung
maupun menghambat untuk itu perlu diantisipasi.

46 Modul Keperawatan Komunitas I


5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
N. Teori Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model Konseptual Betty Neuman (1972)

Core: Kom adalah:


kumpulan agregat (individu, keluarga, klp/kom) di suatu wilayah:

Garis pertahanan
Sehat: Psikologis Fleksibel
Prevensi Primer Sosial
Garis pertahanan Normal
Biologis
Ancaman: Core
Prevensi Sekunder Garis pertahanan Resisten
Spiritual Kultural
Nyata/Aktual:
Prevensi Tersier

1. Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stres


(sumber masalah kesehatan) dengan memperkuat garis pertahanan diri baik yang
bersifat fleksibel, normal maupun yang resisten.
2. Intervensi ditujukan pada ketiga garis pertahanan tersebut sesuai dengan tiga level
prevensi.
3. Model ini menganalisa interaksi dari empat variabel yang menunjang komunitas:
fisiologi, psikologis, sosial kultural dan perkembangan spiritual.
4. Adapun yang menjadi data ini dan sub-sistem yang mempengaruhi komunitas
menurut Betty Neuman adalah:
a. Core/inti adalah data demografi kelompok/komunitas (usia, pendidikan, jk,
pekerjaan, agama, nilai & keyakinan, sejarah timbulnya kelompok/komunitas.
b. Delapan subsistem: perumahan, pendidikan, kemanan dan keselamatan, politik
dan kebijakan, pelayanan kesehatan, sistem komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
5. Asumsi konsep utama Neuman:
a. Manusia Merupakan sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan
merupakan satu kesatuan dari variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan
perkembangan spiritual.
b. Lingkungan meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh dari
sistem sekitar klien.
c. Sehat: suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan dan terjadinya keseimbangan yang
dinamis dari variabel (fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan perkembangan
spiritual) pada tiga garis pertahanan fleksibel, normal, dan resisten.
d. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan dari 4 variabel
tersebut dengan yang berfokus pada empat intervensi:

Komunitas sebagai Klien 47


1) Intervensi bersifat promosi: bila terjadi gangguan pada pertahanan fleksibel
2) (Penkes, mendemonstrasikan keterampilan dasar untuk peningkatan
kesehatan di rumah seperti manajemen mengatasi stress dan relaksasi)
3) Intervensi bersifat prevensi jika yang terganggu pada pertahanan normal
4) (Deteksi dini tumbang, imunisasi, konseling pra-nikah)
5) Intervensi yang bersifat kuratif dan rehabilitatif apabila garis pertahanan
resisten terganggu. (Melakukan intervensi prosedur keperawatan tertentu,
memberikan konseling, melakukan kerja sama lintas program dan sektoral,
melakukan rujukan keperawatan atau ke RS bila diperlukan)
Model Self Care: Dorothea Orem (1971)
1. Keperawatan mandiri (self care) suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan
dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
2. Orem berpendapat bahwa asuhan keperawatan dibutuhkan jika seseorang dewasa
tidak mampu melaksanakan perawatan diri secara memadai untuk
mempertahankan kehidupan, memelihara kesehatan, pulih dari penyakit atau
cedera, atau mengatasi efek penyakit atau cedera.
3. Model konseptual keperawatan mandiri (self care) didasari oleh 6 pasal berikut ini:
a. Keperawatan mandiri didasarkan pada tindakan di mana manusia mampu
melaksanakannya.
b. Didasarkan pada kesengajaan dan pengambilan keputusan sebagai pedoman
tindakan.
c. Setiap orang menghendaki keperawatan mandiri dan menjadi kebutuhan dasar
manusia.
d. Orang dewasa mempunyai hak dan tanggung jawab untuk merawat diri sendiri
dan orang lain untuk memelihara kesehatan mereka agar hidup sehat.
e. Keperawatan mandiri adalah perubahan tingkah laku secara lambat dan terus
menerus didukung dari pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal.
f. Keperawatan mandiri akan meningkatkan harga diri seseorang, sehingga
mempengaruhi konsep diri.
4. Orem mengemukakan beberapa kebutuhan
a. Kebutuhan akan udara (oksigen).
b. Air.
c. Makanan.
d. Proses eliminasi.
e. Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
f. Keseimbangan antara aktivitas individual dengan interaksi sosial.
g. Pencegahan risiko pada kehidupan dan keadaan sehat manusia.
h. Perkembangan dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan dan
keinginan manusia.
5. Teori sistem keperawatan mandiri merupakan teori yang mengambarkan
bagaimana memenuhi kebutuhan perawatan diri penderita oleh perawat atau

48 Modul Keperawatan Komunitas I


penderita sendiri berdasarkan kemampuannya. Sehingga dikategorikan kedalam 3
kategori bantuan:
a. Bantuan maksimal atau penuh
Bantuan secara menyeluruh dibutuhkan klien contoh klien koma, fraktur
vertebrata.
b. Bantun sebagian
Contoh Klien pasca operasi abdomen
Bantuan minimal atau pendukung dan edukatif (supportive educative).
Klien memerlukan bantuan belajar sehingga dapat melakukan perawatan
mandiri.
Model Sistem: Imogene M. King (1971)
1. Imogene King mengembangkan model proses transaksi pada sistem yang saling
mempengaruhi yang disebut sebagai teori pencapaian tujuan.
2. Merupakan model konsep dari teori keperawatan dengan menggunakan sistem
terbuka dalam hubungan yang konstan dengan lingkungan.
3. Sistem tersebut meliputi sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial
yang saling berhubungan, Sistem Personal merupakan sistem terbuka yang meliputi
persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang waktu individu,
dan lingkungan. Sistem Interpersonal merupakan hub antara perawat & klien
sistem sosial manusia sebagai makhluk sosial, hidup bersama dan saling
berinteraksi.
Model Adaptasi: Calista Roy (1976)
1. Model konseptual adaptasi adalah bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku
maladaptif.
2. Penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat
yang dipandang sebagai holistic adaptic system‖ yang selalu beradaptasi secara
keseluruhan.
3. Tujuan dari aplikasi model adaptasi pada keperawatan komunitas adalah untuk
mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif pada
komunitas.
4. Sistem adaptasi memiliki 4 konsep fungsi sebagai bahan kajian:
a. Fungsi biologis atau fisiologis. Komponen sistem adaptasi antara lain kebutuhan
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera,
cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
b. Konsep diri. Bagaimana individu mengenal pola-pola interaksi sosial saat
berhubungan dengan orang lain
c. Fungsi peran. Merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran individu dalam mengenal pola-pola interaksi sosial saat
berhubungan dengan orang lain.
d. Interdependen. Merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola kasih
sayang dan cinta yang terjadi melalui hubungan secara interpersonal, baik pada
tingkat individu maupun kelompok.

Komunitas sebagai Klien 49


Manusia sebagai Kesatuan Rogers
1. Kerangka konsepnya dikenal science of unitary human being (ilmu tentang manusia
sebagai kesatuan).
2. Rogers: Keperawatan adalah ilmu humanistik dan humanitarian yang diarahkan
untuk menjelaskan dan menggambarkan tentang manusia dalam kesatuan yang
sinergis.
3. Rogers: Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan-ilmu yang mempelajari
tentang manusia yang tidak dapat disederhanakan lagi.
Model Lingkungan Florence Nightingale (1859)
1. Kesehatan dilihat dari fungsi interaksi antara: keperawatan, manusia, dan
lingkungan.
2. Model konsep Florence Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan.
3. Asuhan keperawatan dilakukan dengan pemberian udara yang bersih dan segar,
penerangan yang tepat, kenyamanan lingkungan, mengatur kebersihan, keamanan
dan keselamatan, pemberian nutrisi yang adekuat dengan pelaksanaannya mandiri
tanpa bergantung pada profesi lain.
4. Keperawatan berkontribusi secara langsung atau tidak langsung untuk
mempertahankan kesehatan manusia melalui manajemen: manusia-lingkungan.
Evolusi Teori Keperawatan Komunitas
1. Teori keperawatan komunitas semakin berkembang sejalan dengan penelitian dan
praktik keperawatan komunitas.
2. Thorne dan rekan (1989) menyatakan bahwa perkembangan teori keperawatan
akan terbantu dengan menyatukan definisi konsep metaparadigma.
3. Penjelasan berbagai konsep dari masing-masing ilmuwan akan lebih efektif jika
dikombinasikan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan komunitas dengan
tujuan membantu individu, keluarga, komunitas dan atau masyarakat untuk
meningkatkan, memelihara dan memulihkan kesehatan, mengurangi dan
memperbaiki efek penyakit.

Informasi Pendukung Belajar

1. Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. (2000). Community as partner. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company.
2. Mc. Murray, A. (1993). Community health nursing: Primary health care in practice.
Melbourne: Churchill Livingstone.
3. Pender, N.J. (1987). Health promotion in nursing practice. (2nd Ed.). Norwalk:
Appleton & Lange.
4. Stanhope, M & Lancaster, J. (1995). Community health nursing: Process and practice
for promoting health. St. Louois: Mosby Year Book.

50 Modul Keperawatan Komunitas I


Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke Evaluasi materi
berikut.
1. Jelaskan definisi keperawatan komunitas?
2. Jelaskan tujuan keperawatan komunitas?
3. Jelaskan strategi intervensi?
4. Jelaskan ruang lingkup keperawatan komunitas?
5. Jelaskan perbedaan keperawatan komunitas dan klinis?
6. Jelaskan keyakinan dan asumsi keperawatan komunitas?
7. Jelaskan teori model konseptual dalam keperawatan komunitas?

Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat Deskripsi Dengan Melihat referensi dan Jurnal Terkait Tentang
Komunitas Sebagai Klien
Membuat makalah tentang komunitas sebagai klien
JUDUL TUGAS
Deskripsi pengertian komunitas sebagai klien

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA


Mahasiswa mampu memahami konsep komunitas sebagai klien
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan konsep komunitas sebagai klien
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah konsep komunitas sebagai klien
BENTUK DAN FORMAT LUARAN

Komunitas sebagai Klien 51


Pemahaman tentang konsep komunitas sebagai klien.

Evaluasi

Indikator, kriteria, dan bobot penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 3?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 3?


Sangat baik Baik Cukup Kurang

52 Modul Keperawatan Komunitas I


TOPIK 5
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan komunitas

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang asuhan keperawatan


komunitas

AYO MEMBACA

A. Peran, Fungsi, dan Etika Keperawatan Komunitas


Peran Perawat
1. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kozier dan Barbara, 1995).
2. Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola
pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, sebagai pendidik, peneliti, serta
pengembangan keperawatan (Lokakarya Nasional, 1983).

53
Pemberi asuhan
keperawatan

Advokat

Konselor

Edukator
Peran Perawat
Kolaborator

Koordinator
Pembawa
Perubahan

Elemen Peran Perawat Profesional Konsultan


(Doheny, 1987)

3. Pemberi Perawatan (care giver)


Pemberi asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
4. Pembela Klien (Advocate)
Bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien.
5. Konselor (Counsellor)
Konseling adalah proses membantu klien menyadari dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapinya.
6. Edukator (Educator)
Membantu klien dalam meningkatkan pengetahuan, kesehatannya, gejala penyakit,
sehingga terjadi perubahan perilaku klien.
7. Kolaborator (Collaborator)
Kolaborasi kerja tim.
8. Koordinator (Coordinator)
Peran untuk mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah
sesuai dengan kebutuhan klien.
9. Pembawa Perubahan (Change Agent)
Membuat suatu perubahan dengan perencanaan, kerja sama dan perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
10. Konsultan (Consultant)
Perawat sebagai orang yang menjadi tempat untuk berkonsultasi.

54 Modul Keperawatan Komunitas I


Peran Perawat Komunitas
Banyak peran yang dapat dijalankan oleh perawat, beberapa peran yang sering
dilaksanakan oleh perawat antara lain:
1. Pelaksana pelayanan keperawatan (care giver)
2. Pendidik (edukator)
3. Koordinator pelayanan kesehatan
4. Pembaharu (innovator)
5. Pengorganisasi pelayanan kesehatan (organizer)
6. Panutan (role model)
7. Fasilitator
8. Pengelola (manager)
9. Peran Pada Individu dan Keluarga
Sebagai pelaksana kesehatan, sebagai pendidik, sebagai administrator, sebagai
konselor, sebagai peneliti.
10. Peran Manajerial
Tugas manajer yang berperan sebagai manajerial: pengambil keputusan, pemikul
tanggung jawab, mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan, pemikir
konseptual, Bekerja sama dengan dan melalui orang lain, Mediator, politikus dan
diplomat.
11. Peran Konsultan
Merupakan suatu interaksi interpersonal untuk membuat perubahan perilaku yang
konstruktif. Tujuannya untuk merangsang klien agar lebih bertanggung jawab,
merasa lebih aman, dan membimbing perilaku yang konstruktif.
12. Peran Advokator
Berkaitan dengan legal aspek, bukan pemberi layanan hukum. Ex. Ketika terjadi
kerusakan lingkungan, apa dampaknya terhadap kesehatan, penyelesaian apa yang
perlu dilakukan masyarakat.
13. Peran dalam bidang kesehatan kerja
Pelayanan kesehatan langsung dan pengelolaan layanan kesehatan.
a. Karakteristik demografi & geografi
b. Karakteristik pekerjaan
c. Interaksi antara pekerjaan dan layanan pekerjaan
d. Elemen epidemiologi (host, agent, dan environment)
14. Perawat Kesehatan Masyarakat Sekolah
Peran perawat disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Usia prasekolah (4-
6 th), usia sekolah (6-12 th), adolescent (13-19 th).
15. Peran perawat kesehatan di rumah.
Fungsi Perawat Komunitas
Suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran perawat, fungsi dapat
berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain, terdiri dari:
1. Fungsi Independen
perawat melaksanakan peran secara mandiri

Asuhan Keperawatan Komunitas 55


2. Fungsi Dependen
Peran yang dilaksanakan dari instruksi tim kesehatan lain
3. Fungsi Interdependen
Peran perawat berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan
Kenyataan saat ini dalam menjalankan peran dan fungsinya belum sesuai dengan
harapan. Yaitu sebagai perawat yang mampu mandiri dan profesional dalam
tatanan praktik keperawatan secara langsung kepada masyarakat. Untuk itu
perawat perlu memahami fungsi dan kompetensinya (Lokakarya Nasional
Keperawatan 1983).
a. Fungsi I
Pengkajian, kompetensi perawat: pengumpulan data, menganalisis dan
menginterpretasikan untuk mengetahui kebutuhan, diagnosis dan sumber daya
atau potensial yang ada.
b. Fungsi II
Merencanakan, kompetensi mengembangkan rencana tindakan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis dan kebutuhan.
c. Fungsi III
Melaksanakan perencanaan.
d. Fungsi IV
Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
e. Fungsi V
Mendokumentasikan proses keperawatan.
f. Fungsi VI
Mengidentifikasi hal yang perlu diteliti/dipelajari.
g. Fungsi VII
Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan.
h. Fungsi VIII
Bekerja sama dengan profesi lain dalam memberikan pelayanan kesehatan
i. Fungsi IX
Mengelola perawatan klien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan
kegiatan perawatan.
j. Fungsi X
Mengelola institusi pendidikan keperawatan.
k. Fungsi XI
Berperan dalam merumuskan kebijakan perencanaan pelaksanaan perawatan
kesehatan.
Etika Keperawatan Komunitas
1. Etik (ethics) berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti adat, kebiasaan, perilaku,
atau karakter.
2. Etik adalah ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.
3. Etika adalah ilmu tentang perilaku yang berhubungan dengan apa yang baik dan
tidak baik dengan kewajiban moral. Prinsip benar dan salah dalam suatu tindakan

56 Modul Keperawatan Komunitas I


didasarkan perilaku yang bersumber pada moral sanksi yang diberikan, bukan
sanksi hukum tetapi sanksi moral.
4. Tujuan etika pada profesi keperawatan
a. Membangun kepercayaan klien pada perawat.
b. Menciptakan kepercayaan sesama perawat.
c. Menciptakan kepercayaan masyarakat pada profesi keperawatan.
5. Fungsi kode etik dalam sistem pelayanan kesehatan dan praktik keperawatan
a. Etika berhubungan dengan standar profesi u/ melindungi perawat dan klien.
b. Kode etik sebagai alat menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut.
c. Kode etik merupakan pedoman dalam melaksanakan tindakan & harus diterima
sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional.
d. Kode etik memberi kerangka pikir pada anggota profesi untuk membuat
keputusan.
e. Ana, 1976 Kode etik keperawatan berfungsi sebagai kerangka pikir perawat
untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab kepada masyarakat, anggota
tim kesehatan lain dan profesi.
6. Prinsip etika dalam keperawatan komunitas
Prinsip etika dalam keperawatan komunitas meliputi prinsip kebaikan
(beneficence), prinsip otonomi (autonomy), kerahasiaan (confidentiality), kejujuran
(veracity), keadilan (justice).
B. Proses Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu proses yang kompleks, dengan
pendekatan yang sistemik, prinsip penyelesaian masalah dengan memberikan
berbagai alternatif pemecahan masalah dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
Tahapan proses keperawatan berdasarkan Teori Newman kelompok atau
komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan yang terdiri dari lima tahapan:
Pengkajian
1. Pengkajian komunitas merupakan suatu proses, merupakan upaya untuk dapat
mengenal masyarakat.
2. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga
masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan.
3. Perawat mencari, mengambil, mengidentifikasi informasi secara terus menerus
terhadap semua komponen yang ada pada suatu komunitas.
4. Metode yang dapat digunakan dalam rangka pengumpulan data di komunitas:
a. Interview.
b. Observasi.
c. Analisa data sekunder.

Asuhan Keperawatan Komunitas 57


d. Windshield survey.
e. Angket.
5. Pengkajian meliputi
Pengkajian data dasar merupakan pengkajian inti komunitas meliputi:
a. Riwayat kesehatan yang ada
Bagaimana terjadinya risiko penyakit, jenis penyakit yang sering ada, mengenai
siapa saja, berapa lama, di daerah mana, bagaimana upaya masyarakat,
bagaimana program yang ada.
b. Konsep diri
Bagaimana persepsi anggota terhadap kelompok/masyarakat itu sendiri,
bagaimana koping masyarakat terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi.
c. Kultur
Bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri, bagaimana nilai/keyakinan
masyarakat, adakah tradisi khusus, bagaimana mengartikan sehat-sakit.
d. Support
Hal yang dikaji adakah dukungan dari profesi, masyarakat, bagaimana bentuk
dukungan yang ada
e. Statistik
Hal yang dikaji meliputi distribusi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
penghasilan, pekerjaan, suku, mortalitas, morbiditas dan lain-lain.
f. Data lingkungan fisik (masyarakat maupun lingkungan)
Melakukan pemeriksaan pada masyarakat dengan berkeliling wilayah
melakukan observasi sekilas (windshield survey).
6. Pengkajian data masyarakat meliputi interaksi 8 subsistem yang terdiri dari:
a. Lingkungan fisik
Bagaimana bentuk rumah, kondisinya, halaman, pembuangan sampah, MCK,
sumber air, Map/denah daerah, batas wilayah, bagaimana lingkungan sekitarnya,
kondisinya, geografisnya, kepadatan (luas daerah atau jumlah penduduk),
bagaimana kualitas udara, tumbuh-tumbuhan-binatang peliharaan, keindahan
alam, kondisi air.
b. Pelayanan kesehatan atau sosial
Apakah ada pusat pelayanan umum, jenisnya, bagaimana karakteristik
pemakainya, statistiknya, adekuatkah, dapat dicapai, diterima, bagaimana tingkat
kepercayaan pengguna jasa.
c. Ekonomi
Bagaimana tingkat perekonomiannya, sejauh mana mempengaruhi tingkat
kesehatan, berapa jumlah pengangguran, persentase masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan, pendapatan perbulan, kemampuan daya beli
masyarakat terutama kesehatan, apakah terdapat tempat industri, pertokoan,
lapangan kerja, kemanan warga berbelanja.

58 Modul Keperawatan Komunitas I


d. Keamanan & transportasi
Bagaimana keadaan keamanan masyarakat, pelayanan keamanan, tingkat
kriminalitas, jenis transportasi yang ada, bagaimana situasi jalannya, apakah
dekat dengan pelayanan kesehatan bagaimana mencapainya.
e. Politik dan pemerintahan
Bagaimana struktur organisasi di masyarakat, aktif tidak, formal atau non formal,
jenis keyakinan atau nilai terhadap politik kelompok tertentu, apakah ada peran
serta partai politik dalam yankes, adakah toma, toga, tempat berkumpul.
f. Komunikasi
Bagaimana masyarakat memperoleh informasi, apakah ada papan informasi,
jenis perkumpulan atau pertemuan yang ada, alat komunikasi,
g. Pendidikan
Persentase masyarakat yang sekolah, apa saja pendidikan yang tersedia di
masyarakat, apakah masyarakat memerlukan pengetahuan khusus, tersedia
sarana pendidikan khusus, siapakah pengguna, bagaimana karakteristiknya.
h. Rekreasi
Bagaimana persepsi masyarakat tentang rekreasi, tempat yang sering digunakan,
fasilitas rekreasi yang ada, apakah terjangkau oleh komunitas, di mana anak-anak
bermain.
Pengkajian Persepsi
1. Warga masyarakat bagaimana perasaan warga terhadap masyarakat, apakah yang
mereka anggap sebagai kekuatan masyarakat, apa yang mereka anggap sebagai
masalah masyarakat, ajukan pertanyaan kepada warga dari berbagai kelompok
yang berbeda, & buat catatan tentang siapa & apa jawabnya
2. Persepsi anda: pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat, apakah
kekuatannya, masalah & potensial masalah apa yang anda dapat identifikasi.
Melakukan pengkajian (penyebaran instrumen pengkajian) oleh pokjakes dan
puskesmas. Dari hasil pengkajian tersebut kemudian ditabulasikan, disortir apabila
ada data yang dianggap kurang baik atau tidak dibutuhkan, dikelompokkan dalam
bagian tersendiri menurut permasalahan yang ada, kemudian disajikan (berbentuk
grafik, tabel, diagram) serta dianalisa permasalahannya berdasarkan data yang ada.
Analisa Data
1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada dan dirasakan oleh masyarakat.
2. Menetapkan kebutuhan masyarakat.
3. Menetapkan kekuatan masyarakat.
4. Mengidentifikasi pola respon sehat sakit masyarakat.
5. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
Hasil sebagai dasar membuat diagnosa keperawatan, prioritas serta perencanaan
melalui Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Pada musyawarah masyarakat tersebut
ditampilkan semua masalah yang ditemukan berdasarkan hasil pengkajian. Kemudian
disepakati bersama dengan masyarakat dan dibuat dalam rumuskan diagnosa
keperawatan komunitas.

Asuhan Keperawatan Komunitas 59


Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan komunitas merupakan respon masyarakat terhadap
masalah kesehatan (aktual atau risiko) yang dapat diantisipasi perawat,
menggambarkan masalah, respon, kondisi, mengidentifikasi faktor etiologi serta
karakteristik tanda dan gejala (ANA). Menurut Mueke (1984): rumusan diagnosa
keperawatan komunitas terdiri dari masalah (aktual atau risiko), karakteristik
populasi serta karakteristik lingkungan.
2. Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah & status
kesehatan masyarakat baik yang aktual maupun yang mungkin terjadi. Diagnosa
keperawatan mengandung komponen utama:
a. Problem (kesenjangan dari keadaan normal), etiologi (penyebab masalah
kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan yang meliputi: Perilaku individu, keluarga, masyarakat, lingkungan
fisik-biologis-psikologis & sosial, interaksi perilaku & lingkungan)
b. Sign atau symptom (informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa,
serangkaian petunjuk timbulnya masalah).
c. Example: Risiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada
anak di desa Suka Cita b.d belum diterimanya program imunisasi secara lengkap
oleh masyarakat yang dimanifestasikan dengan:
1) Cakupan imunisasi baru 20%, angka DO imunisasi 20%.
2) Lebih dari 50% anak belum terimunisasi lengkap.
3) Hanya ada 1 posyandu di desa yang jadwalnya selalu berubah-ubah.
4) Jumlah balita 500 orang.
5) Kurangnya tenaga kader, hanya 2 orang yang aktif.
6) 75% dari orang tua yang anaknya tidak diimunisasi mengatakan tidak tahu
manfaat imunisasi & tidak mau membawa anaknya ke posyandu
7) 20% orang tua yang mempunyai anak yang tidak diimunisasi mempunyai
pengalaman jelek saat diimunisasi (panas).
Contoh diagnosa keperawatan
1. Risiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (Diare, ISPA, DBD) di
Desa Suka Cita RW Y berhubungan dengan kurangnya kepedulian masyarakat
terhadap kebersihan lingkungan, terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
2. Risiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW III Desa Suka Cita
berhubungan dengan tidak adanya pembinaan pada usia lanjut, tidak adanya wadah
pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usia, kurangnya informasi tentang
kesehatan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan jumlah usia: 200 orang (30 %),
rematik 52, 8%, hipertensi 32, 4%, DM 5, 2%.
Perencanaan
1. Langkah awal dari perencanaan adalah pemrioritasan diagnosa keperawatan,
merumuskan tujuan jangka panjang, merumuskan tujuan jangka pendek,
menetapkan rencana intervensi dan rencana evaluasi.

60 Modul Keperawatan Komunitas I


2. Penapisan masalah
Untuk menetapkan prioritas masalah keperawatan perlu dilakukan penapisan
dengan menggunakan berapa kriteria sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan peran perawat kesehatan masyarakat
Sejauh mana peran perawat CHN dalam membantu mengatasi masalah tersebut.
b. Risiko terjadi
Bagaimana masih tersebut berisiko untuk menjadi masalah lain yang lebih besar,
dilihat dari host, agent dan environment.
c. Risiko parah
Bagaimana masalah tersebut bisa menjadi lebih parah, bagaimana dengan
dampak yang ditimbulkan, severity, kompleksitasnya masalah tersebut bila tidak
diatasi.
d. Kemungkinan untuk dilakukan penkes
Sejauh mana potensi untuk dilakukan pendidikan kesehatan dalam upaya
mengatasi masalah tersebut.
e. Minat masyarakat
Apakah masyarakat berminat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
f. Kesesuaian dengan program pemerintah
Apakah ada andil dari pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut, adakah
program yang sama untuk puskesmas dalam mengatasi masalah yang sama.
g. Kemungkinan untuk diselesaikan/diatasi
Bagaimana cara masyarakat/petugas kesehatan mengatasi masalah tersebut,
bagaimana kemungkinannya untuk dapat diatasi.
h. Ketersediaan sumber: Tempat.
i. Ketersediaan sumber: Dana.
j. Ketersediaan sumber: Waktu.
k. Ketersediaan sumber: Fasilitas.
l. Ketersediaan sumber: Petugas (Adakah petugas untuk mengatasi masalah
tersebut, bagaimana kemampuannya dan kesiapan petugas dalam mengatasi
masalah tersebut).
3. Skoring
Skor untuk masing-masing kriteria 1-5:
a. Sangat rendah.
b. Rendah.
c. Cukup.
d. Tinggi
e. Sangat tinggi.
Setelah skor terhitung semuanya lalu dijumlah total sehingga akan terlihat
masalah mana yang mempunyai nilai total terbesar, maka itulah prioritas utamanya.
4. Rencana tindakan
Setelah penapisan masalah langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana
tindakan yang terdiri dari: tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, strategi
intervensi, rencana evaluasi.

Asuhan Keperawatan Komunitas 61


Merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berfokus pada masyarakat.
b. Jelas & singkat.
c. Dapat diukur & diobservasi.
d. Realistik.
e. Ada target waktu.
f. Melibatkan peran serta masyarakat.
5. Tujuan jangka panjang
Menetapkan tujuan jangka panjang adalah hasil akhir yang diharapkan atau
merupakan target akhir dari semua kegiatan dari serangkaian proses pemecahan
satu masalah keperawatan (1 diagnosa), terdiri dari indikator yang sangat luas &
cenderung abstrak yang pada dasarnya diharapkan terjadi perubahan
(pengetahuan, keterampilan, sikap) dari masyarakat.
Example: di akhir bulan April 2008 cakupan imunisasi pada balita di desa Suka
Cita naik dari 50% menjadi 80%.
6. Tujuan jangka pendek
Hasil yang diharapkan dari setiap kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu,
merupakan penjabaran dari tujuan jangka panjang terdiri dari indikator yang
spesifik (SMART).
Example: Setelah mengikuti penyuluhan di posyandu selama 100 menit, ibu-
ibu yang mempunyai balita mampu: menjelaskan manfaat imunisasi, menjelaskan
cara perawatan anak yang mendapatkan imunisasi.
7. Menetapkan strategi intervensi
a. Merencanakan:
1) Kegiatan apa yang akan dilaksanakan.
2) Kapan kegiatan itu dilaksanakan.
3) Bagaimana cara pelaksanaan kegiatan tersebut.
4) Siapa yang akan melakukannya.
5) Berapa banyak kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Memperhatikan:
1) Program yang ada termasuk program yang telah lalu.
2) Organisasi yang ada.
3) Situasi & kondisi di masyarakat.
4) Sumber-sumber yang ada.
c. Menetapkan: kegiatan atau aktivitas utama dalam setiap tujuan sehingga masalah
dapat teratasi.
8. Merumuskan rencana evaluasi
a. Kriteria: tanda atau indikator yang mengukur pencapaian tujuan atau tolok ukur
dari suatu kegiatan tertentu.
Ex: Terjadi peningkatan cakupan imunisasi balita di Desa Suka Cita Palembang
b. Standar: tingkat performan (penampilan atau kinerja) yang diterima, sesuai
dengan tolok ukur yang ada.
Ex: Imunisasi BCG meningkat dari 25 % menjadi 80%.

62 Modul Keperawatan Komunitas I


Implementasi
1. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan semua rencana yang telah disusun.
Dalam melaksanakan rencana yang sudah dibuat perlu diperhatikan:
a. Keterlibatan petugas kesehatan non keperawatan, masyarakat dalam rangka alih
peran.
b. Keterpaduan sumber yang ada (kekuatan, tenaga, biaya, waktu, lokasi, sarana)
dengan pelayanan kesehatan maupun sektor lain.
c. Terselenggaranya rujukan (medis maupun kesehatan)
2. Pada dasarnya implementasi keperawatan komunitas bertujuan
Meningkatkan, mempertahankan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit dan
rehabilitasi Perawat bertanggungjawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang meliputi:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat & meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
3. Prinsip umum dalam implementasi keperawatan komunitas
a. Inovatif.
b. Integrated.
c. Mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu,
keluarga, kelompok & masyarakat berdasarkan asas kemitraan.
d. Rasional.
e. Mampu & mandiri.
f. Berdasarkan respon masyarakat.
g. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
h. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta
lingkungannya.
i. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan & pencegahan penyakit
j. Mempertimbangkan keb kesehatan & perawatan masyarakat secara essential
Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan
sehari-hari & tingkat kemajuan kesehatan masyarakat kom dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya.

Asuhan Keperawatan Komunitas 63


Informasi Pendukung Belajar

1. Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. (2000). Community as partner. Philadelphia:
J.B. Lippincott Company.
2. Freeman, R., & Heirinch, J. (1981). Community nursing practice. Philadelphia:
W.B. Saunders.
3. Mc. Murray, A. (1993). Community health nursing: Primary health care in practice.
Melbourne: Churchill Livingstone.
4. Pender, N.J. (1987). Health promotion in nursing practice. (2nd Ed.). Norwalk:
Appleton & Lange.
5. Stanhope, M & Lancaster, J. (1995). Community health nursing: Process and practice
for promoting health. St. Louois: Mosby Year Book.

Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke Evaluasi materi
berikut.
1. Jelaskan peran fungsi etika keperawatan komunitas.
2. Jelaskan proses keperawatan komunitas.
3. Jelaskan standar praktik dalam keperawatan komunitas.
4. Jelaskan program evaluasi: definisi, tujuan, manfaat, tahapan, metode/alat.
5. Jelaskan proses belajar mengajar di komunitas.
6. Jelaskan terapi tradisional di komunitas.

Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat deskripsi dengan melihat referensi dan jurnal tentang asuhan komunitas
Membuat makalah tentang asuhan keperawatan komunitas

64 Modul Keperawatan Komunitas I


JUDUL TUGAS
Asuhan keperawatan komunitas

CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA


Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan komunitas
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan konsep asuhan keperawatan komunitas
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah asuhan keperawatan komunitas
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang konsep asuhan keperawatan komunitas

Evaluasi

Indikator, kriteria, dan bobot penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 4?
Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 4?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

Asuhan Keperawatan Komunitas 65


66 Modul Keperawatan Komunitas I
TOPIK 6

PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN ATAU


KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI
MASALAH KESEHATAN UTAMA DI
INDONESIA

Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar mahasiswa mampu menjelaskan program dan kebijakan dalam
menanggulangi masalah kesehatan utama di Indonesia

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang program dan kebijakan
dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di Indonesia.

AYO MEMBACA

A. Konsep Pembangunan Kesehatan di Indonesia


Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan
nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD
tahun 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib, dan damai.
Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan antara
lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri serta berkualitas. Data

67
UNDP urutan ke 106 dari 176 negara. Tingkat pendidikan, pendapatan serta kesehatan
penduduk Indonesia memang belum memuaskan.
Menyadari bahwa tercapainya tujuan pembangunan nasional merupakan
kehendak dari seluruh rakyat Indonesia, dan dalam rangka menghadapi makin
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia harus dilakukan. Dalam hal ini peranan keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat menentukan.
Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan program
pendidikan tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan
penduduk. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan
melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor kesehatan
semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari pelbagai
sektor. Upaya untuk menjadikan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
sebagai salah satu misi serta strategi yang baru harus dapat dijadikan komitmen semua
pihak, di samping menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lama menjadi
Paradigma Sehat.
1. Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, sedangkan landasan
konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Dasar-dasar pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai kebenaran
dan aturan pokok sebagai landasan untuk berfikir atau bertindak dalam
pembangunan kesehatan. Nilai dasar ini merupakan landasan dalam penyusunan
visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan
kesehatan secara nasional yang meliputi:
a. Perikemanusiaan
Setiap upaya kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai,
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur dan memegang teguh
etika profesi.
b. Adil dan merata
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang
perbedaan suku, golongan, agama dan status sosial ekonominya.
c. Pemberdayaan dan kemandirian
Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran
serta masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan

68 Modul Keperawatan Komunitas I


pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan
kepribadian bangsa.
d. Pengutamaan dan manfaat
Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan
IPTEK harus lebih mengutamakan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Selain itu, upaya kesehatan harus
dilaksanakan pula secara profesional, berhasil guna dan berdaya guna dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi daerah. Upaya kesehatan diarahkan
agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Visi Pembangunan Kesehatan
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai: Indonesia
Sehat 2020.
3. Misi Pembangunan Kesehatan
a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras
serta kontribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya.
Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Oleh karena
itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
b. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu tanggung jawab
sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat.
c. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan
pemerintah, melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran serta aktif
segenap anggota masyarakat dan pelbagai potensi swasta.

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 69


d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya mengandung makna bahwa tugas utama sektor kesehatan
adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya,
yakni setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia, tanpa meninggalkan
upaya penyembuhan penyakit dan atau pemulihan kesehatan.
Untuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraan upaya kesehatan yang
harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan preventif yang didukung
oleh upaya kuratif dan atau rehabilitatif.
Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat diperlukan pula terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh
karena itu tugas-tugas penyehatan lingkungan harus pula lebih diprioritaskan.
4. Arah Pembangunan Kesehatan
a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah
memperhitungkan dengan saksama berbagai dampak positif maupun negatif
setiap kegiatan terhadap kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit di samping penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan perhatian
khusus kepada penduduk miskin, anak-anak dan para lanjut usia yang telantar,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Prioritas diberikan pula kepada daerah
terpencil, pemukiman baru, wilayah perbatasan, dan daerah kantong-kantong
keluarga miskin.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, profesionalisme, desentralisasi dan jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat dengan memperhatikan berbagai
tantangan yang ada saat ini dan di masa depan antara lain krisis ekonomi,
perubahan dinamika kependudukan, perubahan ekologi, dan lingkungan,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi dan demokratisasi.
d. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan
melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan
sehat, pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil dan berdaya guna, serta
didukung oleh sistem pengamatan, informasi dan manajemen yang andal.
Peningkatan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan perlu
dilakukan untuk menunjang pembangunan kesehatan dan memberikan
perlindungan hukum kepada masyarakat serta kepada pelaku kesehatan.
e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.
Penelitian dan pengembangan kesehatan perlu terus ditingkatkan untuk
mendukung peningkatan kualitas upaya kesehatan. Pengadaan obat dan alat

70 Modul Keperawatan Komunitas I


kesehatan yang aman dan terjangkau oleh masyarakat ditingkatkan melalui
pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan yang makin maju didukung
oleh industri bahan baku obat yang andal dan pengembangan obat asli Indonesia.
Pembiayaan kesehatan ditingkatkan, baik yang bersumber dari pemerintah
maupun masyarakat yang dikelola secara berhasil guna dan berdaya guna serta
dapat dipertanggungjawabkan.
f. Untuk menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan diperlukan tenaga
yang mempunyai sikap nasional, etis, dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu
dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Tenaga
kesehatan dan tenaga penunjang ditingkatkan kualitas, kemampuan serta
persebarannya agar merata dan dapat mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di setiap tingkatan khususnya dalam mendukung
pelaksanaan otonomi di kab. kota
5. Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
6. Sasaran Pembangunan Kesehatan
a. Sasaran pembangunan kesehatan adalah: Kerja sama lintas sektoral
Meningkatnya secara bermakna kerja sama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan, kontribusi positif sektor lain terhadap kesehatan, upaya
penanggulangan dampak negatif pembangunan terhadap kesehatan, serta
membaiknya perilaku dan lingkungan hidup yang kondusif bagi terwujudnya
masyarakat sehat.
b. Kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
Meningkatnya secara bermakna kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
memperbaiki keadaan kesehatannya, serta menjangkau pelayanan kesehatan
yang layak sesuai dengan kebutuhan. Meningkatnya secara bermakna upaya
kesehatan yang bersumber daya swasta serta jumlah anggota masyarakat yang
memanfaatkan upaya kesehatan swasta.
c. Perilaku hidup sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang memperoleh
imunisasi lengkap, jumlah bayi yang memperoleh ASI eksklusif, jumlah anak
balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) peserta
KB, jumlah penduduk dengan makanan dengan gizi seimbang, jumlah penduduk
buang air besar di jamban saniter, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih,
jumlah permukiman bebas vektor dan rodent, jumlah rumah yang memenuhi

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 71


syarat kesehatan, jumlah penduduk berolahraga dan istirahat teratur, jumlah
keluarga dengan komunikasi internal dan eksternal, jumlah keluarga yang
menjalankan ajaran agama dengan baik, jumlah penduduk yang tidak merokok
dan tidak meminum minuman keras atau obat zat adiktif, jumlah penduduk yang
tidak berhubungan seks diluar nikah serta jumlah penduduk yang menjadi
peserta JPKM.
d. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasan sehat, tempat-tempat
umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan
sehat, sarana sanitasi, sarana air minum, sarana pembuangan limbah, lingkungan
sosial termasuk pergaulan sehat dan keamanan lingkungan, serta berbagai
standar dan peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya
lingkungan sehat.
e. Upaya kesehatan
Meningkatnya secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam
pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, pemanfaatan pelayanan
promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien, dan
ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
f. Manajemen pembangunan kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan,
kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan,
kepemimpinan dan manajemen kesehatan, serta peraturan perundang-
undangan yang mendukung pembangunan kesehatan.
g. Derajat kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya angka
kematian bayi dan ibu, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit penting,
menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan, meningkatnya status gizi
masyarakat dan menurunnya angka fertilitas.
B. Sistem Kesehatan Nasional
1. Pengertian SKN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya
sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk
masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Dengan demikian, pada
hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya

72 Modul Keperawatan Komunitas I


Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan.
2. Landasan SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan
adalah bagian dari Pembangunan Nasional. Dengan demikian, landasan SKN adalah
sama dengan landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik landasan
tersebut adalah:
a. Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
1) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.
2) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang.
3) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
4) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
5) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
3. Prinsip Dasar SKN
Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari
falsafah dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir
dan bertindak dalam penyelenggaraan SKN. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi:
a. Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai,
digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah
bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk
tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 73


b. Hak asasi manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah
salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan
status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
c. Adil dan merata
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan
upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
secara adil dan merata, baik geografis maupun ekonomis.
d. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan
pemerintah berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan
pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian
bangsa dan semangat solidaritas sosial dan gotong royong.
e. Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan
kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis
dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta, dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta serta kerja sama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-
guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
f. Pengutamaan dan manfaat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan
kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupun golongan. Upaya
kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
secara berhasil-guna dan berdayaguna, dengan mengutamakan upaya kesehatan
yang mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta
lingkungannya.
g. Tata ke pemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka (transparent), rasional/profesional, serta bertanggung jawab
dan bertanggung gugat (accountable).

74 Modul Keperawatan Komunitas I


4. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna
dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
5. Kedudukan SKN
a. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan
berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
b. Kedudukan SKN terhadap sistem nasional lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya
menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari
berbagai sektor lain terkait yang terwujud dengan berbagai sistem nasional
tersebut, seperti:
1) sistem pendidikan nasional,
2) sistem perekonomian nasional
3) sistem ketahanan pangan nasional
4) sistem hankamnas, dan
5) sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong
kebijakan dan upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan
kesehatan. Dalam arti sistem-sistem nasional tersebut berkontribusi positif
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
c. Kedudukan SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan SKN
merupakan suprasistem dari SKD. SKD menguraikan secara spesifik unsur-unsur
upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
manajemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD
merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di daerah.
6. Kedudukan SKN terhadap Berbagai Sistem Kemasyarakatan Termasuk
Swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem
nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai
sistem kemasyarakatan. Di pihak lain, berbagai sistem kemasyarakatan merupakan
bagian integral yang membentuk SKN. Dalam kaitan ini SKN merupakan bagian dari

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 75


sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan. Sebaliknya sistem nilai dan budaya yang hidup di
masyarakat harus mendapat perhatian dalam SKN. Keberhasilan pembangunan
kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam kaitan ini potensi swasta
merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan
perlu digalang kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan dengan
berbagai potensi swasta. SKN harus dapat mewarnai potensi swasta sehingga
sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
7. Subsistem SKN
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya
kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun
seluruh potensi Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan
tersebut memerlukan dukungan dana, sumber daya manusia, sumber daya obat dan
perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN. Dukungan dana sangat berpengaruh
terhadap pembiayaan kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja
SKN. Mengingat kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan
merupakan subsistem kedua SKN.
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Oleh karenanya sumber daya manusia kesehatan juga
sangat penting dalam meningkatkan kinerja SKN dan merupakan subsistem ketiga
dari SKN. Sumber daya kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja
SKN adalah sumber daya obat dan perbekalan kesehatan.
Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena
menyangkut aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan dan
keterjangkauan bagi konsumen kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan
kesehatan merupakan subsistem keempat dari SKN. Selanjutnya, SKN akan
berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
termasuk swasta bukan semata-mata sebagai objek pembangunan kesehatan,
melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan
kesehatan. Oleh karenanya, pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting,
agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan itu, pemberdayaan masyarakat
merupakan subsistem kelima SKN.
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan
adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Berhasil atau tidaknya pembangunan kesehatan ditentukan oleh manajemen
kesehatan. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan subsistem keenam

76 Modul Keperawatan Komunitas I


SKN. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem,
yakni
a. Subsistem upaya kesehatan.
b. Subsistem pembiayaan kesehatan.
c. Subsistem sumber daya manusia kesehatan.
d. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan.
e. Subsistem pemberdayaan masyarakat.
f. Subsistem manajemen kesehatan.
8. Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain
saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat istiadat tertentu yang bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental dan social, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau
kelemahan.
Ciri-ciri masyarakat sehat:
a. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.
b. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan
kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit (health prevention),
penyembuhan (curative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative health)
terutama untuk ibu dan anak.
c. Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup.
d. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status social ekonomi masyarakat.
e. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab
dan penyakit.
9. Indicator Yang Berhubungan dengan Derajat Kesehatan Masyarakat.
a. Life span
Lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat atau dapat juga di pandang
sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
b. Disease or infirmity
Keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
c. Discomfort or illness
Keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan, maupun
social dari dirinya.
d. Disability or incapacity
Ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peran sosialnya karena sakit.
e. Participation in health care
Kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga
dirinya agar selalu dalam keadaan sehat.

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 77


f. Health behavior
Perilaku nyata dari anggota masyarakat yang secara langsung berkaitan dengan
kesehatan.
g. Ecologic behavior
Perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya terhadap spesies lain,
sumber daya alam, dan ekosistem.
h. Sosial behavior
Perilaku anggota masyarakat terhadap sesame, keluarga, komunitas dan
bangsanya.
i. Interpersonal relationship
Kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
10. Reserve or Positive Health
Daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota
masyarakat dalam menghadapi tekanan–tekanan somatic, kejiwaan, dan social.
11. External Satisfaction
Rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya. Meliputi:
rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi dan sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
12. Internal Satisfaction
Kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

Indikator derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat dilihat dari:


1. Usia harapan hidup (life expectancy).
2. Angka kematian bayi (infant mortality) dan balita menurun.
3. Angka kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate).
4. Tingkat kecerdasan penduduk.
5. Bayi lahir.
6. Angka kesakitan (morbiditas).

Indikator yang berhubungan dengan upaya kesehatan


1. Angka cakupan imunisasi.
2. Angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3. Angka cakupan penyediaan air bersih.

Indikator yang menyatakan derajat kesehatan masyarakat sehat menurut WHO


1. Indikator yang berhubungan dengan keadaan status kesehatan masyarakat, yang
meliputi:
a. Indicator komprehensif, yaitu angka kematian kasar atau CDR (Crude Date Rate)
menurun, rasio angka kematian (mortalitas) proporsional menurun dan usia
harapan hidup meningkat (life expectancy rate).
b. Indicator spesifik, yaitu angka kematian ibu dan anak menurun, angka kematian
karena penyakit menular menurun serta angka kelahiran menurun.
2. Indikator pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang.

78 Modul Keperawatan Komunitas I


b. Distribusi tenaga kesehatan merata.
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain.
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan di antaranya rumah sakit,
puskesmas, rumah bersalin, poliklinik dan pelayanan kesehatan lainnya.
C. MDGs (Millennium Development Goals)
1. Definisi
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi tujuan pembangunan milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan
global, dideklarasikan konferensi tingkat tinggi milenium oleh 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar
hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan
Bangsa -angsa Nomor 55/2 Tanggal 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United
Nations Millennium Development Goals).
Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk
mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional
dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar
tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan
pembangunan. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai
sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan
yaitu
a. menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
b. mencapai pendidikan dasar untuk semua,
c. mendorong kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan,
d. menurunkan angka kematian anak,
e. meningkatkan kesehatan ibu,
f. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya,
g. memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan
h. membangun kemitraan global untuk pembangunan.
2. MDGs di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatanganan tujuan
pembangunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan
Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang mesti dicapai dalam
jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun
2015. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas
pencapaian minimum. Hal ini berarti Indonesia harus berusaha mencapai target-
target yang telah ditentukan pada kesepakatan tersebut pada 2015 mendatang.
Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerja sama serta
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (nasional dan
lokal), kaum akademika, media, sektor swasta, komunitas donor, dan masyarakat
sipil.

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 79


a. Mengentaskan kemiskinan ekstrem dan kelaparan
Pada tahun 1990, 15,1% penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrem.
Jumlahnya saat itu mencapai 27 juta orang. Saat ini proporsinya sekitar 7,5% atau
hampir 17 juta orang. Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras,
Indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga
setengahnya pada 2015, jika tingkat pendapatan masyarakatnya meningkat
terutama pada masyarakat miskin. Tingkat pendapatan masyarakat miskin di
Indonesia akan meningkat dengan peningkatan kesempatan kerja dan
pengembangan usaha.
Dalam usaha penanggulangan kemiskinan dan pengangguran yang
dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
kebijakan pemerintah mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2005-2009, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan
(SNPK). Dan salah satu upaya yang ditempuh untuk menanggulangi kemiskinan
adalah usaha Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri).
b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Target MDGs kedua adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua pada 2015.
Ini artinya bahwa semua anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, akan
dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Pemerintah Indonesia berkomitmen
untuk memenuhi target ini dengan mencanangkan Program Wajib Belajar 9
tahun. Kebijakan ini terbukti telah meningkatkan akses untuk pendidikan SD.
Akan tetapi, masih banyak anak usia sekolah di pelosok negeri yang belum dapat
menyelesaikan SD-nya. Bahkan di perdesaan, tingkat putus sekolah dapat
mencapai 8,5%. Kualitas pendidikan di Indonesia selama ini masih perlu
ditingkatkan dan manajemen pendidikan juga kurang baik.
Untuk meningkatkan tingkat pendidikan di Indonesia, pemerintah
mendukung program wajib belajar 9 tahun melalui program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Tahun 2009, dana BOS diberikan selama 12 bulan
untuk periode Januari–Desember 2009 dengan total: SD/SDLB di kota sebesar
Rp400.000, -/siswa/tahun sedangkan di kabupaten Rp297.000, -/siswa/tahun.
Dengan program BOS, diharapkan pendidikan dasar di Indonesia dapat
terjangkau bagi semua.
c. Mendukung kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
Pada pasal 27 UUD 1945 telah dijamin kesetaraan hak bagi seluruh penduduk
Indonesia–laki-laki maupun perempuan sehingga Indonesia telah mencapai
kemajuan dalam mengatasi persoalan kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan. Program Wajib belajar 9 tahun telah membawa dampak positif
dalam pengurangan kesenjangan dalam dunia pendidikan. Rasio antara
partisipasi murid laki-laki dan perempuan, baik partisipasi bersih maupun kotor,
sudah hampir mencapai 100% di seluruh tingkat pendidikan. Akan tetapi,
keberhasilan ini masih perlu ditingkatkan, terutama untuk kelompok usia yang
lebih tua. Masih terdapat kesenjangan dan anggapan yang salah dalam konteks

80 Modul Keperawatan Komunitas I


peranan dan gender di masyarakat. Persepsi yang salah ini hampir terjadi di
semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan (kesempatan dan kesetaraan
imbalan) hingga di bidang politik. Proporsi perempuan dalam pekerjaan non-
pertanian relatif stagnan, begitu pula dengan keterwakilan perempuan di
parlemen, yang masing-masing masih berkisar pada 33% dan 11%.
d. Mengurangi tingkat kematian anak
Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan oleh MDGs (MDGs menargetkan
angka kematian bayi dan balita 65/1000 kelahiran hidup) yaitu, Angka Kematian
Balita (AKBA) menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi
46/1000 kelahiran hidup pada tahun 2000; Angka Kematian Bayi (AKB)
menurun dari 68/1000 kelahiran menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun
1999. Pada umumnya kematian bayi dan balita disebabkan oleh infeksi
pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare. Selain penyebab utama,
beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningitis),
typhus dan encephalitis juga menjadi penyebab kematian.
Indonesia sedang mencanangkan Program Nasional Anak Indonesia yang
menjadikan isu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting.
Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah
gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, dari mulai pemerintah,
sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Bersama-sama, kelompok
ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan bayi dan balita.
Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses dan
kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari Target
keempat MDG adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu
tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat
untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita
karena UU No. 23 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak
memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial
menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka.
e. Meningkatkan Kesehatan ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 400/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1990 menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka
tersebut masih jauh dari target Nasional pada tahun 2015 yaitu 124/100.000
kelahiran. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan (28% dari total kematian
ibu); ekslampia/gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan (13% dari
total kematian ibu); partus lama dan infeksi (9% dari total kematian ibu); aborsi
yang tidak aman (11% dari total kematian ibu); sepsis, penyebab lain kematian
ibu karena kebersihan dan hygiene yang buruk pada saat persalinan atau karena
penyakit akibat hubungan seks yang tidak terobati (10% dari total kematian ibu).
Komplikasi persalinan menurun apabila persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih di lingkungan yang hygiene dengan sarana yang memadai.
Menurut data Susenas terjadi peningkatan proporsi kelahiran yang ditolong oleh
tenaga kesehatan dari 41% pada tahun 1990 menjadi 68% pada tahun 2003.

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 81


Sedangkan target Nasional pada tahun 2010 adalah 90%. Selain itu, angka
pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur juga menjadi indikator
peningkatan kesehatan ibu. Angka pemakaian kontrasepsi pada usia subur
dilaporkan meningkat dari 50% pada tahun 1990 menjadi 54% pada tahun 2002.
f. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Penurunan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya mendapat
perhatian yang besar dalam MDGs bidang kesehatan. Di Indonesia, sampai akhir
September 2003, tercatat 1239 kasus AIDS dan 2685 kasus HIV positif. Para ahli
memperkirakan hingga saat ini terdapat 90.000-130.000 orang Indonesia yang
hidup dengan HIV. Pola penyebarannya lewat hubungan seksual dan Napza
suntik. Di Jakarta terjadi peningkatan infeksi HIV pada pengguna Napza suntik
dari 15% pada tahun 1999 menjadi 47,9 pada 2002. Selain itu, Di Jakarta Utara
menunjukkan prevalensi HIV dikalangan ibu hamil mengalami peningkatan dari
1,5 % pada tahun 2000 menjadi 2,7 pada tahun 2001.
Selain HIV/AIDS, Malaria juga menjadi penyakit yang harus berantas.
Hampir separuh dari penduduk Indonesia tinggal di daerah endemic malaria.
Rata-rata prevalensi malaria diperkirakan 850/100.000 penduduk, dengan
angka tertinggi di Gorontalo, NTT, dan Papua. Angka kematian spesifik karena
malaria diperkirakan 10/100.000 penduduk.
Kemudian, Indonesia menempati urutan ke tiga kasus Tuberkulosis (TB).
Penyakit TB merupakan penyakit kronik, melemahkan tubuh dan sangat
menular. Penyembuhan memerlukan diagnosis akurat melalui pemeriksaan
mikroskopis, pengobatan jangka panjang dengan konsumsi obat anti Tb yang
rutin. Dilaporkan dalam 100.000 penduduk terdapat 271 yang menderita TB
dengan 122 di antaranya BTA positif. Angka Kematian Spesifik karena TB adalah
68/100.000 penduduk. Pada tahun 2001 penderita yang menyelesaikan
pengobatan lengkap dan sembuh adalah 85,7 %. Namun, kelangsungan berobat
pada penderita TB tidak hanya ditentukan oleh kepatuhan berobat, tetapi juga
ketersediaan obat yang tidak terputus di fasilitas kesehatan. Survey pada tahun
2000 terhadap stok obat anti TB di fasilitas kesehatan menunjukkan angka
kehabisan stok bervariasi antara 2-8%.
g. Memastikan kelestarian lingkungan
Di Indonesia ancaman terhadap hutan hujan semakin menjadi-jadi, apalagi pada
era desentralisasi dan otonomi daerah lebih banyak lagi hutan yang di
eksploitasi, pembalakan liar semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung
sudah tidak diperdulikan lagi. Penyebab utamanya adalah lemahnya supremasi
hukum dan kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai tujuan
pembangunan jangka panjang dan perlindungan biosfer.
Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumber daya alam dan
lingkungan merupakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini
dapat membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat
yang hidup di daerah perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya
perlindungan terhadap lingkungan. Hal ini tidak tertutup harus diketahui juga

82 Modul Keperawatan Komunitas I


oleh kaum bisnis dan masyarakat kota yang semakin tidak peduli akan
lingkungan. Selain itu, kualitas air yang sampai ke masyarakat dan
didistribusikan oleh PDAM sebagian ternyata tidak memenuhi persyaratan air
minum aman yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Masalah ini
disebabkan oleh kualitas jaringan distribusi dan perawatan yang tidak baik yang
menyebabkan terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu, promosi lingkungan juga
harus disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan dan kebersihan,
sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat
berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada.
Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses masyarakat secara umum
terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak
menjadi prioritas utama pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan
legislative maupun sektor swasta. Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran
yang disediakan untuk sanitasi. Oleh karena itu, kampanye mengenai pentingnya
sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan, dan badan
legislatif, termasuk juga kepada masyarakat. Diperlukan investasi dan prioritisasi
yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan
sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia. Mengembangkan Kemitraan
untuk Pembangunan Tujuan kedelapan berisikan aksi yang harus dilakukan oleh
negara maju kepada negara berkembang untuk mencapai Tujuan 1-7 MDGs.
Konsensus Monterrey yang merupakan hasil dari Konferensi Internasional
tentang Pembiayaan untuk Pembangunan tahun 2002, dipandang sebagai unsur
kunci tujuan delapan MDGs. Konsensus tersebut berintikan kebebasan
perdagangan, aliran dana swasta, utang, mobilisasi sumber daya domestic dan
hibah untuk pembangunan. Faktanya, investasi dalam bidang kesehatan publik
adalah investasi yang non-profit, hibah menjadi penting, terutama di sektor
kesehatan.
D. Pemberantasan Penyakit Menular (Tuberkulosis)
1. Identifikasi
Penyakit yang disebabkan oleh mikrobakterium ini merupakan penyebab utama
kecacatan dan kematian hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia. Infeksi
awal biasanya berlangsung tanpa gejala; tes tuberkulin akan memberikan hasil yang
positif 2–10 minggu kemudian. Lesi awal pada paru umumya akan sembuh dengan
sendirinya tanpa meninggalkan gejala sisa walaupun sangat jarang terjadi
klasifikasi pada kelenjar limfa paru dan kelenjar limfa trakeobronkial. Hampir 90–
95% mereka yang mengalami infeksi awal akan memasuki fase laten dengan risiko
terjadi reaktivasi seumur hidup mereka. Pemberian kemoterapi preventif yang
sempurna dapat mengurangi risiko terjadinya TB klinis seumur hidup sebesar 95%
dan kemoterapi preventif ini sangat efektif pada penderita HIV/AIDS. Hanya 5%
dari orang normal dam 50% penderita HIV/AIDS yang terinfeksi TB akan
berkembang menjadi TB paru klinis atau menjadi TB ekstrapulmoner. Akibat serius

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 83


infeksi TB awal lebih sering terjadi pada bayi, dewasa muda dan pada orang dengan
kelainan imunitas.
2. Penyebab Penyakit
Penyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini termasuk M.
tuberculosis, dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang
berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit
dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan
kultur. Analisis genetic sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat
membantu identifikasi non kultur
3. Distribusi Penyakit
Tersebar di seluruh dunia. Pada awalnya di Negara industri penyakit tuberkulosis
menunjukkan kecenderungan yang menurun baik mortalitas maupun
morbiditasnya selama beberapa tahun, namun di akhir tahun 1980 an jumlah kasus
yang dilaporkan mencapai grafik mendatar (plateau) dan kemudian meningkat di
daerah dengan populasi yang prevalensi HIV yang tinggi dan di daerah yang dihuni
oleh penduduk yang datang dari daerah dengan prevalensi TB tinggi. Mortalitas dan
morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada
laki-laki. Morbiditas TBC lebih tinggi di antara penduduk miskin dan daerah
perkotaan jika dibandingkan dengan pedesaan.
4. Reservoir
Umumnya manusia berperan sebagai reservoir, jarang sekali primata, di beberapa
daerah terjadi infeksi yang menyerang ternak seperti sapi, babi dan mamalia lain
Cara Penyebaran Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam
percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu
mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Petugas kesehatan dapat tertulari
pada waktu mereka melakukan autopsi, bronkoskopi atau pada waktu mereka
melakukan intubasi. TB laring sangat menular.
Kontak jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertulari,
infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang.
TB bovinum penularannya dapat terjadi jika orang terpajan dengan sapi yang
menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak dipasteurisasi atau karena
mengkonsumsi produk susu yang tidak diolah dengan sempurna. Penularan lewat
udara juga terjadi kepada petani dan peternak TB ekstra pulmoner (selain TB
laring) biasanya tidak menular, kecuali dari sinus keluar discharge.
5. Masa Inkubasi
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau
reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 2–10 minggu. Risiko
menjadi TB paru dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya
terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur
hidup. Infeksi HIV meningkatkan risiko terhadap infeksi TB dan memperpendek
masa inkubasi

84 Modul Keperawatan Komunitas I


6. Masa Penularan
Secara teoritis seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB di
dalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak
sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun tahun.
Tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut: -Jumlah basil TB
yang dikeluarkan -Virulensi dari basil TB -Terpajangnya hasil TB dengan sinar ultra
violet -Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat
bernyanyi. -Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu autopsi,
inkubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi. Pemberian OAT yang efektif
mencegah terjadinya penularan dalam beberapa minggu paling tidak dalam
lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular.
7. Cara-cara Pemberantasan
a. Cara-cara pencegahan
1) Temukan semua penderita TB dan berikan segera pengobatan yang tepat.
Sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita.
2) Sediakan fasilitas medis yang memadai seperti laboratorium dan alat rontgen
agar dapat melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka
3) Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang car-cara penularan dan cara-cara
pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini.
4) Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko
terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.
5) Program pemberantasan TB harus ada di seluruh fasilitas kesehatan dan
difasilitasi, di mana penderita HIV atau penderita imunosupresi lainnya
ditangani (seperti di Rumah Sakit, tempat rehabilitasi, pemakai Napza, panti
asuhan anak telantar).
6) Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup
efektif untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis
7) Sediakan fasilitas perawatan penderita dan fasilitas pelayanan diluar institusi
untuk penderita yang mendapatkan pengobatan dengan sistem (DOPT/DOTS)
dan sediakan juga fasilitas pemeriksaan dan pengobatan preventif untuk
kontak.
8) Terhadap mereka yang diketahui terkena infeksi HIV segara dilakukan tes
Mantoux menggunakan PPD kekuatan sedang.
9) Pemberian imunisasi BCG terhadap mereka yang tidak terinfeksi TB (tes
tuberkulin negatif), lebih dari 90% akan memberikan hasil tes tuberkulin
positif.
b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
1) Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan
penderita TB atau yang diduga menderita TB.
2) Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan
dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin
3) Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktik menjaga kebersihan rumah harus
dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 85


untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya). Dekontaminasi
udara dengan cara ventilasi yang baik dan bisa ditambahkan dengan sinar UV.
4) Karantina: Tidak diperlukan.
5) Penanganan kontak. Di AS terapi preventif selama 3 bulan bila skin tes negatif
harus diulang lagi, imunisasi BCG diperlukan bila ada kontak dengan
penderita. Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD
direkomendasikan untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil
negatif harus diulang 2-3 bulan kemudian.
6) Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat
efektif dalam pengobatan TBC.
c. Tindakan penanggulangan wabah
Tingkatkan kewaspadaan dini untuk menemukan dan mengobati penderita TBC
baru yang tertulari oleh penderita yang tidak jelas. Lakukan penyelidikan intensif
untuk menemukan dan mengobati sumber penularan.
d. Tindakan internasional
Tindakan yang dianjurkan bagi imigran yang datang dari negara-negara dengan
prevalensi TBC tinggi adalah melakukan skrining dengan foto thorax, tes PPD,
pemeriksaan BTA dan kultur terhadap orang dengan tes PPD positif yang disertai
gejala klinis. Manfaatkan pusat-pusat kerja sama WHO.
E. Puskesmas
1. Definisi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan
jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai
tutup usia (Effendi, 2009).
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

86 Modul Keperawatan Komunitas I


3. Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana
yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota
besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas
dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi
sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu, puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat Pusat pelayanan
kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab men-
yelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggungjawab puskesmas meliputi:
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 87


kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis
materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.
4. Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam
bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi,
2009).
Upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah
dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan
yang ada serta kemampuan puskesmas.
5. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas (Basic Six)
a. Upaya promosi kesehatan.
b. Upaya kesehatan lingkungan.
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat.
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
f. Upaya pengobatan.
F. PHN (Public Health Nursing) atau Perawatan Kesehatan Masyarakat
Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat
dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh
tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan kelompok (Depkes RI,
1996).
Rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat di Cibulan tanggal 2-5 April
1989 menetapkan bahwa perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang dalam
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan

88 Modul Keperawatan Komunitas I


pelayanan promotif dan preventif sccara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes RI, 1993).
Definisi lain perawatan kesehatan masyarakat adalah bidang khusus dari
keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat, dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan rnasyarakat baik yang sehat
maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dan
resosialitatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat secara terorganisir bersama
tim kesehatan lain untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi selama memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki
menggunakan proses keperawatan sesuai dengan kemampuan untuk meningkatkan
taraf hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat
kesehatan seoptimal mungkin dan diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Effendy, 1998).
Tujuan perawatan kesehatan masyarakat secara umum adalah meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang
mereka miliki dan tujuan khususnya yaitu I mengidentifikasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi, menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan
prioritas masalah, merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah keperawatan
yang mereka hadapi, penilaian hasil kesehatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan, mendorong dan meningkatkan paflisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan, meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care), menanamkan perilaku sehat melalui upaya
pendidikan kesehatan, tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan, menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka
kematian bayi, ibu dan balita serta tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Effcndy, 1998). Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya (Depkes RI, 1993). Menurut Effendy tahun 1998 yang dimaksud individu
adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan karena ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh
sesuatu hal dan sebab maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial. Sedangkan pengertian keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang
berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, di mana satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Pengertian kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 89


kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk di dalamnya adalah:
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti ibu hamil, bayi baru lahir. Anak balita,
anak usia sekolah, dan usia lanjut.
2. Kelompok khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan
keperawatan, di antaranya penderita penyakit menular TBC, lepra, AIDS, dan lain-
lain. Penderita dengan penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, jantung
koroner, cacat fisik, gangguan mental, dan lain-lain.
3. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit di antaranya: wanita tuna
susila,
4. kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika, kelompok pekerja tertentu dan lain-
lain.
5. Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitasi, di antaranya panti wreda, panti asuhan,
pusat-pusat rehabilitasi dan penitipan anak balita.
Sedangkan pengertian masyarakat adalah masyarakat dalam wilayah tertentu
yang mernpunyai masalah kesehatan, misalnya masyarakat di daerah endemis suatu
penyakit seperti endemis malaria, diare, DHF, dan lain-lain, masyarakat dengan di
daerah dengan lingkungan kehidupan yang buruk, misalnya daerah kumuh perkotaan;
masyarakat di daerah yang mempunyai masalah kesehatan yang menonjol
dibandingkan dengan daerah sekitarnya, seperti daerah AKB tinggi; masyarakat di
daerah yang mempunyai kesenjangan pelayanan kesehatan lebih tinggi dari daerah
sekitarnya, seperti cakupan ANC rendah, cakupan imunisasi rendah dan lain-lain.
selama masyarakat di daerah pemukiman baru yang diperkirakan akan mengalami
hambatan dalam melaksanakan adaptasi kehidupannya, seperti masyarakat di daerah
transmigrasi, pemukiman kembali masyarakat terasing dan lain-lain (Effendy, 1 998).
Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat melibatkan berbagai program
atau sektor lain, oleh karena itu perawatan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh
semua tenaga kesehatan secara koordinatif, termasuk di dalamnya adalah tenaga
medis, perawat, dan bidan sedia dimungkinkan tenaga kesehatan lain seperti tenaga
sanitasi dan tenaga gizi (Depkes RI, 1997).
Metodologi yang digunakan dalam melaksanakan keperawatan kesehatan
masyarakat melalui beberapa tahapan kegiatan yang disebut proses keperawatan
sebagai suatu pendekatan ilmiah dalam bidang keperawatan, di mana sejak dulu
keperawatan telah dilaksanakan oleh perawat dan bidan, namun dewasa ini perlu lebih
meningkatkan mutu pelayanan dan mutu tenaga keperawatan (Depkes RI, 1990).
Ruang lingkup praktik keperawatan kesehatan masyarakat meliputi upaya-
upaya peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan atau preventif, pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan atau kuratif pemulihan kesehatan atau rehabilitatif dan
mengembalikan serta memfasilitasikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok-
kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya atau resosialitatif
(Effendy, 1998). Ruang lingkup kegiatannya dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan di
dalam gedung puskesmas dan di luar gedung puskesmas. Di dalam gedung puskesmas

90 Modul Keperawatan Komunitas I


meliputi pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan di ruang rawat
jalan puskesmas atau puskesmas pembantu dan ruang rawat inap puskesmas,
termasuk pemeliharaan ruangan, peralatan, dan lingkungannya. Kegiatan di luar
gedung puskesmas meliputi pembinaan kesehatan terhadap sasaran perawatan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas melalui daerah binaan
keperawatan, pembinaan kesehatan kelompok khusus baik kelompok masyarakat
yang terikat dalam suatu institusi maupun kelompok masyarakat khusus non institusi,
pembinaan kesehatan pada keluarga rawan sesuai dengan kriteria, pelayanan
keperawatan tindak lanjut di rumah termasuk pembinaan terhadap keluarganya,
sehingga kesinambungan pelayanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit atau
institusi sarana kesehatan dapat terlaksana pelayanan keperawatan terhadap kasus
risiko tinggi di rumah termasuk pembinaan terhadap keluarganya (Depkes. RI, 1993).
Menurut Dep. Kes dan Kes. Sos, (2001) Puskesmas diberi wewenang untuk mengelola
sendiri semua keuangan yang tersedia dan diperoleh dari pemerintah daerah atau
kota, dari masyarakat dalam bentuk JPKM, askes, dana sehat, dan lain-lain, dari
retribusi kunjungan pasien, swasta/lembaga swadaya masyarakat, pemerintah pusat
dan bantuan dalam bentuk grant atau pinjaman luar negeri dengan tata cara
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan serta kemampuan sumber daya yang
tersedia di Puskesmas.
Perawat dan Keperawatan
Profesi keperawatan tumbuh dan berkembang karena adanya kebutuhan masyarakat,
maka sesuai dengan pandangan profesi kebutuhan ini Wajib dipenuhi oleh profesi
yang bertanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan (Hermawan, 2000).
Perawat adalah orang yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan memperoleh ilmu itu melalui
pendidikan keperawatan (UU RI No. 23 Tahun 1992). Perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program
pendidikannya telah disahkan oleh pemerintah.
Perawat professional/perawat teregistrasi adalah perawat yang mengikuti
pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi keperawatan, sekurang-
kurangnya D III Keperawatan/Perawat professional pemula (Munas PPNI, 1999).
Seiring dengan perkembangan keperawatan di dunia maka dunia keperawatan
di Indonesia juga mengalami perkembangan. Keperawatan di Indonesia sedang dalam
penumbuhan awal menuju profesionalisme yaitu sejak Lokakarya Nasional tentang
keperawatan tahun 1983. Pada kesempatan itu disepakati secara nasional bahwa
Keperawatan merupakan pendidikan profesi.
Keperawatan adalah pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari
pelayanan bi0-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditujukan kepada individu,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Sedangkan pelayanan keperawatan diberikan akibat adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan
untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 91


pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
atau PHC sesuai dengan Wewenang, tanggung jawab dan kode etik keperawatan
(Hennawan, 2000).
Ruang lingkup keperawatan menurut Mitchel, (1977) adalah membantu individu
untuk bereaksi secara positif dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari termasuk
dalam menghadapi kematian dan masalah kesehatan atau penyakit, baik yang nyata
maupun yang mungkin akan timbul serta penanganannya.
Peran Perawat Kesehatan Masyarakat
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukannya dalam suatu sistem, sedangkan perawat adalah tenaga
profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan.
Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang mempunyai
Wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Mengingat akan kewenangan tersebut perawat mempunyai kewajiban serta
tanggung jawab dalam mengemban dan melaksanakan tugasnya. Tim kesehatan atau
masyarakat menurut tingkah laku perawat seperti yang mereka harapkan berdasarkan
ukuran-ukuran tingkah laku perawat yang baik. Pelaksana penilaiannya dilakukan oleh
orang lain mengingat tingkah laku merupakan kegiatan yang berinteraksi dengan
orang lain (Depkes RI, 1997)
Peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat di antaranya
sebagai: pelaksana pelayanan keperawatan/provider of nursing care, pendidik atau
health educator, pengamat kesehatan atau health monitor, koordinator pelayanan
kesehatan atau coordinator of service, pembaharu atau inovator, pengorganisir
pelayanan kesehatan atau organisator, panutan atau role model, tempat beflanya atau
fasilitator, pengelola atau manager (Effendy, 1998).
Sedangkan peran perawat kesehatan masyarakat di antaranya adalah sebagai
pengelola perawatan kesehatan masyarakat yang dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
koordinator perkesmas dan penanggung jawab daerah binaan, sebagai pelaksana
perkesmas dan pendidik. Fungsi dan tugas perawat tidak terlepas dari perannya
karena fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Sedangkan tugas adalah kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memenuhi
fungsinya. Dapat dikatakan bahwa tugas adalah perincian dari fungsi yang hams
dilakukan sehubungan dengan hak, Wewenang dan tanggung jawabnya. Perawatan
mempunyai peran dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat sesuai
dengan perannya (Depkes RI, 1993)
Sebagai koordinator perkesmas perawat mempunyai tugas yaitu mempelajari
juklak dan juknis perkesmas, mendata tentang tenaga keperawatan dan non
keperawatan puskesmas, mempelajari input dari penyusunan POA puskesmas
terpadu, membuat rekapitulasi data sasaran yang telah mendapatkan pelayanan
perkesmas dari semua petugas pelaksana. Koordinator perkesmas harus memantau
dan memberikan bimbingan penerapan proses keperawatan kepada penanggung
jawab daerah binaan dan pelaksana lainnya, merekapitulasi semua hasil pencapaian
dan menyerahkan kepada petugas SPZTP setiap bulan, memantau hasil yang dicapai

92 Modul Keperawatan Komunitas I


kegiatan perkesmas dan kegiatan yang terkait di setiap daerah binaan sena
membahasnya pada rapat bulanan perkesmas juga melakukan konsultasi dan rujukan
dalam pelaksanaan kegiatan perkesmas kepada kepala perkesmas serta dalam
pelaksanaan perkesmas merangkap sebagai penanggung jawab daerah binaan atau
pelaksana perkesmas (Depkes RI, 1993).
Sebagai penanggung jawab daerah binaan keperawatan memiliki tugas di
antaranya mempelajari juklak dan juknis perkesmas, mendata sasaran daerah binaan,
menemukan prioritas yang harus segera dilayani dengan memperhatikan prioritas
masalah kesehatan yang perlu ditanggulangi dan menerapkan proses kegiatan kepada
sasaran serta melakukan koordinasi dengan pelaksanaan kegiatan lainnya. Tugas lain
yang harus dilakukan sebagai penanggung jawab daerah binaan keperawatan yaitu
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan perkesmas di daerah binaan,
melakukan konsultasi dan rujukan kepada koordinator dan kepala puskesmas serta
melaporkan hasil kegiatan kepada koordinator perkesmas (Depkes RI, 1993).
Sebagai pelaksana perkesmas dalam melaksanakan perawatan kesehatan
masyarakat mempunyai tugas mengumpulkan data sasaran, melaksanakan proses
keperawatan kepada sasaran, memadukan proses keperawatan dengan kegiatan
perkesmas lainnya yang menjadi tanggung jawabnya. Di samping itu, perawat harus
melakukan konsultasi dan rujukan kepada penanggung jawab daerah binaan serta
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada penggung jawab daerah binaan atau
koordinator perkesmas (Depkes RI, 1993).
Perawat kesehatan masyarakat juga berperan sebagai pendidik di mana tugasnya
memberikan bimbingan dan pengajaran tentang perkesmas kepada tenaga
keperawatan lain. Sebagai pendidik perawat harus rnemberikan bimbingan dan
pengajaran tentang perkesmas pula kepada siswa perawat dalam rangka praktek
lapangan (Depkes RI, 1993).

Informasi Pendukung Belajar

1. Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. (2000). Community as partner. Philadelphia: J. B.
Lippincott Company
2. Freeman, R., & Heirinch, J. (1981). Community nursing practice. Philadelphia: W.
B. Saunders
3. Mc. Murray, A. (1993). Community health nursing: Primary health care in practice.
Melbourne: Churchill Livingstone
4. Suratun.2015. Penatalaksanaan Tindakan Batuk Efektif Pada Pasien TB Paru
Di Rumah Sakit Khusus Paru Palembang Tahun 2010. Vol 3 No 2 (2015): Masker
Medika. ISSN 2301-8631

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 93


Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke Evaluasi materi
berikut.
1. Jelaskan konsep pembangunan kesehatan di Indonesia?
2. Jelaskan sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan era otonomi daerah?
3. Jelaskan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman
(Tuberkulosis, AIDS, ISPA dan lain-lain)?
4. Jelaskan program pembinaan kesehatan komunitas (gizi masyarakat, program, dan
pengembangan kota sehat dan lain-lain)?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan puskesmas?
6. Jelaskan apa itu PHN?

Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep
BENTUK TUGAS
Membuat deskripsi dengan melihat referensi dan jurnal program dan kebijakan
dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di Indonesia
JUDUL TUGAS
Program dan kebijakan dalam menanggulangi masalah kesehatan utama di Indonesia
CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA
Mahasiswa mampu memahami program dan kebijakan dalam menanggulangi
masalah kesehatan utama di Indonesia
DESKRIPSI TUGAS
Deskripsikan program dan kebijakan dalam menanggulangi masalah kesehatan
utama di Indonesia
METODE PENGERJAAN TUGAS

94 Modul Keperawatan Komunitas I


1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3.Membuat deskripsi atau makalah program dan kebijakan dalam menanggulangi
masalah kesehatan utama di Indonesia
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang program dan kebijakan dalam menanggulangi masalah
kesehatan utama di Indonesia

Evaluasi

Indikator, Kriteria, dan Bobot Penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 5?
Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 5?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

Program-Program Kesehatan atau Kebijakan dalam Menanggulangi Masalah Kesehatan… 95


96 Modul Keperawatan Komunitas I
TOPIK 7

TREND DAN ISSUE DALAM PELAYANAN


KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kompetensi Dasar
Aspek Pengetahuan
Agar mahasiswa mampu menjelaskan issue dan trend dalam pelayanan
keperawatan komunitas

Aspek Keterampilan umum


Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
Mampu merencanakan asuhan keperawatan komunitas dalam rentang sehat-sakit
Mampu dan menguasai proses pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

Asalamualaikum, mari kita mulai dengan bahasan tentang issue dan trend dalam
pelayanan keperawatan komunitas

AYO MEMBACA

A. Definisi Trend dan Issue


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
(Muharamiatul, 2012).
Sedangkan issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).
Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat
juga dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang
terlintas, desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok
persoalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah Masalah yang
dikedepankan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah:
Masalah yang dikedepankan untuk ditangani atau kabar angin yang tidak jelas asal
usulnya dan tidak terjamin kebenarannya.

97
Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi
atau akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita
hangat. Jadi, isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan
untuk ditangani dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh:
1. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga
informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan
cepat diketahui oleh masyarakat,
2. perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah
berkembang,
3. sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
B. Trend dan Issue dalam Keperawatan Komunitas
1. Penggunaan Teknologi dalam Askep Komunitas
a. Definisi telenursing
Telenursing didefinisikan sebagai praktik keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).
Telenursing adalah pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien
dengan lokasi yang jauh. Telenursing menunjukkan penggunaan teknologi
komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan pasien. Telenursing
dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi di bidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak
jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain: 1) mengurangi
waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2) mempersingkat
hari rawat dan mengurangi biaya perawatan, 3) membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan, 4) memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di
daerah yang terisolasi, 5) berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik
yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan
kesehatan, dan 6) mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang
terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti:
konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999).
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan di mana ada jarak secara fisik yang jauh
antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non
medis seperti telediagnosis, telekonsultasi, dan telemonitoring.
b. Manfaat telenursing
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu

98 Modul Keperawatan Komunitas I


1) Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktik, rumah sakit
dan nursing home).
2) Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
3) Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu rawat
inap di rumah sakit.
4) Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan
monitoring yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak.
Telenursing dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa
memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5) Dapat menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
6) Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang
pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset
keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga
digunakan di kampus dengan video conference, pembelajaran online dan
Multimedia Distance Learning. Saat ini sangat sering diterapkan oleh institusi
pendidikan karena tidak semua rumah sakit dapat menerima praktikan
mahasiswa untuk berpraktik di rumah sakit karena dengan berbagai
pertimbangan saat pandemi Covid-19 ini.
7) Pelaksanaan telenursing dalam layanan klinis di Indonesia masih belum
berjalan dengan maksimal karena berbagai keterbatasan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan
telenursing dari pemerintah. Untuk menyiasati keterbatasan pelaksanaan
telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat
telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan/keperawatan.
Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat
darurat dan home care. Praktik telenursing memperlihatkan banyak
kesempatan dalam meningkatkan akses keperawatan, biaya dan outcomes.
Namun peningkatan penggunaan teknologi dan efek dehumanizing akan
mempengaruhi hubungan nurse/client dan kualitas perawatan. Untuk tetap
mempertahankan nursing-client center, teknologi seharusnya tidak
menggantikan perawatan. Tetapi sebagai alat untuk memperluas dan
meningkatkan penerimaan perawatan (ANA, 1996). Hubungan perawat klien
tidak dapat digantikan dengan teknologi. Tetapi pemberian asuhan
keperawatan tanpa sentuhan langsung dari tangan perawat atau
menggunakan komunikasi teleconference, menurut penulis dapat dikatakan
sebagai asuhan keperawatan yang legal. Karena dalam system telenursing,
perawat menggunakan pengetahuan, keterampilan, pertimbangan dan
pemikiran kritis yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu keperawatan, yang
meliputi penggunaan ilmu keperawatan, pemikiran kritis, dan pengambilan

Trend dan Issue dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas 99


keputusan. Jadi jelas bahwa telenursing merupakan bentuk asuhan
keperawatan yang legal.
Salah satu bentuk layanan klinis dari telenursing, seperti home care. Home
care di Indonesia belum banyak menggunakan system telenursing, akan tetapi
masih bersifat home visit, artinya perawat mendatangi rumah-rumah pasien
untuk dilakukan perawatan secara langsung tidak menggunakan teknologi
canggih. Media yang digunakan masih sebatas penggunaan media telepon
sebagai call center. Asuhan keperawatan model home care sebenarnya bisa
dikatakan sebagai asuhan keperawatan telenursing walaupun sangat sederhana.
Setidaknya organisasi profesi dapat segera membangun konsep pengembangan
layanan perawatan jarak jauh dengan mengembangkan home care yang sudah
mulai berjalan dengan meningkatkan cakupan layanan ke daerah-daerah dan
pada akhirnya benar-benar bisa mengembangkan layanan melalui penggunaan
fasilitas teknologi yang lebih canggih.
c. Hasil penelitian pemanfaatan telenursing
1) Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care
(Ameen, Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas
telenursing di bidang manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang
digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre dan post
intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan
kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas
dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah
intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-
saran dapat menjadi manfaat besar bagi perawat komunitas dalam
meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktik perawatan ulkus kaki. Ini
akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia
yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
2) Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah
perawat, terutama petugas kesehatan yang bertugas di daerah-daerah
terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat karena kondisi
geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini mengenai pelayanan
keperawatan. Di sini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai
sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan
gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang bertugas di daerah terpencil.
Dalam teleducation dapat diterapkan empat domain pembelajaran, yaitu 1)
pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap
(attitudes).

100 Modul Keperawatan Komunitas I


3) Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical
prostatectomy: a randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen,
Christensen, & Borre, 2011).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam
insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap
peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut,
prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga waktu rawat
menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi terhadap
pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan
perawatan secara mandiri melalui bantuan telenursing. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang
dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman
dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi. Penelitian ini merupakan
uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95 pasien baik intervensi atau
standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah TC tambahan 3 hari
pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang
diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan
medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan
perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa
aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki
kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga
pemberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien
cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan
kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah
pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur
standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan kesadaran dalam praktik klinis
sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
4) Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance,
Part 1 (Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam
model pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas
hidup pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah
salah satu contoh. Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari
dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga
pemberi asuhan keperawatan di daerah terpencil sekarang dapat menerima
bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-
ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang
mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan,
sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya
meningkatkan hasil yang diharapkan.
5) A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, e-ICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah
diterapkan dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari
40 sistem perawatan kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di

Trend dan Issue dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas 101


beberapa tim perawatan tetap belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru
ini, sedangkan yang lain tetap skeptis meskipun rasio biaya perawatan yang
bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan berbagai
program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih
diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.
Konsep tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk
memperoleh kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk
mengendalikan atau mengganggu, tetapi untuk mendukung dan
meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga, tim ICU dan
tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi,
dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat
meningkatkan perawatan pasien.
6) Nu! RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with
traumatic brain injury and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam
artikel ini dijelaskan Ketersediaan lingkungan virtual di Web untuk
mengembangkan aplikasi baru realitas virtual dalam beberapa bidang,
termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Di sini disajikan aplikasi virtual
reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak traumatis
dan stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D, meningkatkan
kemungkinan untuk membuat latihan tele-rehabilitasi ditujukan pada
pemulihan dari penyakit neurologis. Sistem, yang disebut Nu! RehaVR ini,
telah dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas yang dilakukan pada sistem
tele-rehabilitasi, Nu! Reha (Nu! Reha adalah merek dagang dari produk virtual
web ini. Sistem ini dirancang untuk memungkinkan pemantauan dan penilaian
kegiatan pasien oleh staf medis di rumah sakit menggunakan fasilitas
komunikasi sistem tele-rehabilitasi.
7) Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health
implementation. Chronic Respiratory Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009).
Kemajuan terbaru dalam teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan
kontak dengan pasien di rumah melalui e-Health layanan. Artikel ini
memberikan wawasan tentang seni e-Health dan telemedicine untuk
penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang telemedicine
dirangkum sebagai tele home care, teleconsulting antara dokter umum dan
spesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat ini prioritas Uni Eropa adalah
Inisiatif pada Telemediciene (TM) untuk manajemen penyakit kronis seperti
pemantauan kesehatan di rumah dan Visi masa depan untuk Eropa 2020
didasarkan pada pengembangan pelayanan terpadu telemedicine, meskipun
masih ada pro dan kontra. Kualitas, akses dan efisiensi adalah isu-isu kunci
utama untuk keberhasilan e-Health dan implementasi telemedicine. Teknologi
sebenarnya adalah sumber daya manusia yang tersedia ke dalam organisasi.
Untuk e-Health dan telemedicine agar lebih berkembang, maka akan
diperlukan riset yang lebih luas lagi, seperti efektivitas biaya, manfaatnya

102 Modul Keperawatan Komunitas I


terhadap perbaikan kualitas hidup pasien dan dampak pada kualitas
kesehatan masyarakat.
8) Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam
artikel ini dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfaatan
telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis maupun efektivitasnya
boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus dikeluarkan relatif
rendah, kemudian dari segi efektivitasnya pasien tidak perlu datang ke tempat
pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi
melalui telemediciene maupun telenursing pasien sudah dapat terlayani.
Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak
mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari penerapan
metode ini. Oleh sebab itu, sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas
kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas
tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode telenursing yang
digunakan.
2. Pandemi Covid-19
Penyakit Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona.
Virus ini dapat menginfeksi manusia maupun hewan dan bersifat menular serta
menyebar ke seluruh dunia dengan cepat. Pertama kali ditemukan di Provinsi
Wuhan China kemudian menyebar hampir ke seluruh negara dan dinyatakan
sebagai pandemi global pada 11 maret 2020. Masa inkubasi dari virus ini sangat
bervariasi yaitu antara 2-14 hari.
Peran perawat sangat penting dalam upaya penatalaksanaan dan pencegahan
serta respons atas Covid-19. Perawat menyediakan asuhan keperawatan di garis
terdepan, dan sebagian besar peran mereka berhubungan dengan pasien yang
terinfeksi kasus Covid-19 kompleks, yang membutuhkan rawat ianp di rumah sakit.
Melalui peran edukator, perawat juga memainkan peran penting dalam
memberikan pendidikan kesehatan di masyarakat tentang pencegahan dan
pengurangan penyakit, serta penyebaran informasi yang salah seputar wabah di
masyarakat.
Keunikan dari pekerjaan yang dihadapi oleh perawat baik di lahan komunitas
maupun klinis, memunculkan beberapa risiko yang dihadapi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan selama wabah Covid-19. Berdasarkan hal
tersebut sangat penting bagi seorang perawat melindungi diri mereka sendiri
selama pengelolaan wabah Covid-19 dengan pengendalian infeksi yang
menggunakan standar protokol kesehatan, serta ketersediaan alat pelindung diri
(APD) yang standar dan memadai di tempat kerja perawat.
Fasilitas kesehatan yang mempekerjakan perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, harus memastikan ketersediaan dan penggunaan perlengkapan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai, memberikan informasi terbaru tentang standar
yang tepat. Selain itu koordinasi lintas sektoral dengan badan penanggulangan
bencana dan pemerintah baik setempat maupun nasional juga sangat penting untuk
dilakukan.

Trend dan Issue dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas 103


Bidang akademik dan organisasi, pemimpin dan pendidik dalam keperawatan
harus memberikan pendidikan kepada perawat tentang masalah keperawatan
harus memberikan pendidikan kepada perawat tentang masalah wabah Covid-19
terkini beserta faktor risiko, sesuai bidang kekhususan dalam keperawatan
(misalnya manajemen keperawatan, keperawatan jiwa, pediatrik, maternitas,
medikal bedah, gawat darurat dan komunitas termasuk di dalamnya keperawatan
di setting panti jompo, sekolah, tempat ibadah dan keluarga). Perawat juga harus
mengadvokasi respons kebijakan lokal, provinsi dan nasional untuk wabah Covid-
19 ini dan mendukung kesiapsiagaan lokal dan upaya pencegahan wabah penyakit
Covid-19. Pandemi ini merupakan tantangan umum yang dihadapi masyarakat di
era globalisasi. Saat ini berbagai sumber daya, pengalaman, dan pendidikan adalah
satu-satunya kesempatan kita untuk menang dalam menghadapi wabah ini. Karena
strategi yang paling tepat untuk menghadapi pandemi ini adalah kerja sama yang
baik antar profesi dan kerja sama lintas sektoral dengan melibatkan peran aktif
semua lapisan masyarakat.
3. Keperawatan Komunitas di Masa Mendatang
Saat ini, permasalahan kesehatan yang dihadapi komunitas cukup kompleks.
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang mengancam jiwa
(emerging diseases) seperti HIV/AIDS, SARS, serta penyakit-penyakit menular
(reemerging diseases) seperti tuberkulosis, malaria, dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Sementara itu, untuk penyakit–penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi angka
kesakitan. Selain penyakit, krisis dalam komunitas seperti bencana dan terjadinya
kekerasan juga menjadi fokus perhatian kesehatan komunitas. Oleh karena itu, di
masa mendatang dapat diprediksi bahwa kebutuhan akan pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas yang berkualitas akan semakin meningkat. Pada akhirnya,
kemampuan perawat kesehatan komunitas untuk menangkap peluang dan
merespons terhadap perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan
dasar yang kuat bagi perkembangan keperawatan komunitas. Kompetensi
komunitas, perawatan kesehatan di rumah, perawat puskesmas di komunitas,
kepemimpinan, penggunaan sistem informasi atau teknologi komunikasi diprediksi
menjadi fokus dari sistem kesehatan komunitas di masa mendatang.

104 Modul Keperawatan Komunitas I


Informasi Pendukung Belajar

1. Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on community
nurses' knowledge of venous leg ulcer care. Journal of Advanced Nursing, 50(6),
583-594.
2. Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues. Cambridge
Quarterly of Healthcare Ethics, 10(2), 137-146.
3. Binks, S., & Benger, J. (2007). Tele-education in emergency care. Emergency
Medicine Journal, 24(11), 782-784.
4. Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). Nu!RehaVR: virtual reality in neuro
telerehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke. Virtual Reality,
14(2), 131-141.
5. Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU. Critical Care
Nurse, 30(4), 46-56.
6. Jensen, B. T., Kristensen, S. A., Christensen, S. V., & Borre, M. (2011). Efficacy of
telenursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study. International Journal of Urological Nursing, 5(3),
123-130.
7. Martina, P., Adventina D.H., Deborah S.S.F. dkk (2020). Keperawatan Komunitas.
Yayasan Kita Menulis,
8. Rufo, R. (2011). Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1. Critical Care Nursing Quarterly, 34(3), 177-181.
9. Vitacca, M., Mazzù, M., & Scalvini, S. (2009). Socio-technical and organizational
challenges to wider e-Health implementation. Chronic Respiratory Disease, 6(2), 91-
97.
10. Susanti, S.S., Rachmalia., M.P. (2021). Book Chapter: Advances In Community and
Disaster Nursing; Pencegahan dan Penatalaksanaan Keperawatan Covid-19. Syiah
Kuala University Press.

Latihan-Latihan

Setelah membaca materi dan membuka dari sumber lain, mari kita coba melatih
pemahaman kita dengan mengerjakan latihan di bawah ini, jika saudara sudah
memahami dan dapat menjawab pertanyaan silahkan melanjutkan ke Evaluasi materi
berikut.
1. Jelaskan Issue dalam keperawatan komunitas?
2. Jelaskan Trend dalam keperawatan komunitas?

Trend dan Issue dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas 105


Lembar Kerja

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I
KODE KPM 1505, 2 SKS, SEMESTER V
DOSEN TIM PENGAJAR:
PENGAMPU Yudi Abdul Majid S.Kep.Ns.M.Kep
Septi Ardianty, S.Kep.Ns.M.Kep

BENTUK TUGAS
Membuat deskripsi dengan melihat referensi dan jurnal issue dan trend dalam
pelayanan keperawatan komunitas
JUDUL TUGAS
Issue dan trend dalam pelayanan keperawatan komunitas
CAPAIAN PEMBELAJARAN MAHASISWA
Mahasiswa mampu memahami issue dan trend dalam pelayanan keperawatan
komunitas
DESKRIPSI TUGAS
issue dan trend dalam pelayanan keperawatan komunitas
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Mencari literatur
2. Mencari jurnal terkait
3. Membuat deskripsi atau makalah issue dan trend dalam pelayanan keperawatan
komunitas
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
Pemahaman tentang issue dan trend dalam pelayanan keperawatan komunitas

Evaluasi

Indikator, Kriteria, dan Bobot Penilaian


1. Ketepatan sistematika penulisan (bobot 20)
2. Ketepatan tata tulis (Bobot 20)
3. Konsistensi dalam penggunaan istilah (Bobot 30)
4. Kesinambungan narasi satu dengan narasi lainnya (Bobot 30)

106 Modul Keperawatan Komunitas I


Feedback Evaluasi

Penilaian hasil belajar


1. Menurut saudara apakah materi yang disediakan memenuhi kompetensi dasar
topik 6?
Sangat baik Baik Cukup Kurang

2. Menurut saudara bagaimana media yang digunakan untuk pembelajaran topik 6?


Sangat baik Baik Cukup Kurang

Trend dan Issue dalam Pelayanan Keperawatan Komunitas 107


108 Modul Keperawatan Komunitas I
TENTANG PENULIS

Yudi Abdul Majid, anak kedua dari 3 bersaudara


lahir di Ujanmas Kabupaten Ogan Komering Ulu
Provinsi Sumatra Selatan 03 Februari 1983.
Bertempat tinggal di Komplek Sasana Patra Tegal
Binangun Palembang. Riwayat pendidikan diawali
dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Departemen
Kesehatan Baturaja OKU (2002), melanjutkan
Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang
(2007), kemudian lulus Magister Keperawatan di
UNPAD Bandung (2014).
Penulis bekerja sebagai dosen tetap di
Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi (IKesT) Muhammadiyah
Palembang sejak tahun 2010. Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) di IKesT Muhammadiyah Palembang.
Pengalaman mengajar pada Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) sebagai
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Komunitas, Keperawatan Keluarga, Keperawatan
Gerontik dan Promosi Kesehatan. Pengalaman berorganisasi sebagai anggota Divisi
Bidang Penelitian dan Sistem informasi pada Dewan Pengurus di PPNI kota Palembang,
Aktif sebagai sekretaris Dewan Pengurus Komisariat PPNI IKesT Muhammadiyah
Palembang sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang. Forum Keperawatan Gerontik
Ikatan Persatuan Perawat Komunitas Indonesia (IPKKI) Wilayah Sumatera Selatan.
Penulis selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guna
mendukung pelaksana tridarma seorang dosen, dengan membuat buku modul, buku
ajar, mengikuti penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat, serta mengikuti
pelatihan–pelatihan di bidang kesehatan.

109
Septi Ardianty, putri kedua dari tiga bersaudara lahir
di Palembang Sumatra Selatan Tanggal 13 September
1982 bertempat tinggal di Jalan Kartowinangun Lr.
Marzuki Nomor 876 Kelurahan Talang Betutu
Kecamatan Sukarami Palembang Sumatera Selatan,
Riwayat pendidikan lulus SPK (Sekolah Perawat
Kesehatan) DepKes Palembang tahun 2000,
menyelesaikan sarjana Keperawatan dan Profesi Ners
STIK Bina Husada Tahun (2006), selanjutnya lulus
Magister Keperawatan Konsentrasi Keperawatan
Komunitas di Universitas Padjadjaran (UNPAD)
Bandung (2014)
Penulis memiliki pengalaman berkerja klinik sebagai staff perawat di Rumah
sakit Saudi Arabi dari tahun 2007-2010, dan saat ini penulis berkerja sebagai dosen
tetap di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi (IKesT) Muhammadiyah Palembang
sejak tahun 2010, penulis juga pernah menjabat struktural saat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Palembang (STIKes Muhammadiyah Palembang) menjadi
pengelola program profesi Ners tahun 2010-2012, pernah menjadi kepala Unit Asrama
tahun 2014-2015, menjadi kepala bagian Kemahasiswaan dan Al-Islam
Kemummammadiyah tahun 2015-2017, dan di IkesT Muhammadiyah Palembang
menjadi kepala bagian Administrasi Akademik kemahasiswaan tahun 2020-2021 dan
saat ini menjabat kepala bagian administrasi umum dan kepegawaian.
Pengalaman mengajar penulis di Program Studi ilmu Keperawatan sebagai
pengampuh mata kuliah keperawatan Komunitas, Keluarga dan gerontik di tahap
akademik dan program profesi Ners. Pengalaman organisasi saat ini sebagai ketua
bidan pelayanan Komisariat PPNI STIKes Muhammadiyah Palembang dari tahun 2016
sampai dengan sekarang dan sekretaris I Ikatan Persatuan Perawat Komunitas
Indonesia (IPKKI) Wilayah Sumatera Selatan. Penulis juga memiliki kemampuan
sebagai trainer dan terapis hypnoterapi tersertifikasi dari Lembaga IBH Center sejak
tahun 2015.
Penulis tetap berkomitmen meningkatkan kemampuan skill dan kemampuan
dengan melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, selain itu penulis juga aktif
dalam menulis jurnal melalui hibah penelitian dan pengabdian masyarakat IKesT
Muhammadiyah.

110 Modul Keperawatan Komunitas I

Anda mungkin juga menyukai