Anda di halaman 1dari 32

RETINOBLASTOMA

DISUSUN OLEH : Kelompok 7

NAMA ANGGOTA :

1. Ahmad Firman Efendi 21120007


2. Febri Ayuningsih 21120017
3. Nabila Malahati 21120029
4. Reka Tamara Dwiputri 21120039
5. Tiara Melani Mauliddia 21120052

DOSEN PENGAMPUH :Marwan Riki Ginanjar, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN INSTITUT ILMU


KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kekehadirat-Nya, karena berkat
rahmat nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Dan kami sadar akan keterbatasan kami, oleh karena itu mohon kritikan-
nya jika di dapati ada kesalahan kata. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, 18 Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1


DAFTAR ISI .......................................................................................................2
BAB I ..................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..............................................................................................3
A. Latar Belakang ........................................................................................3
B. Tujuan ......................................................................................................4
C. Manfaat ....................................................................................................4
BAB II ................................................................................................................5
PEMBAHASAN ................................................................................................5
A. Pengertian ...............................................................................................5
B. Etiologi ....................................................................................................5
C. Anatomi dan patofisiologi .......................................................................6
D. Patofisiologi ...........................................................................................9
E. Tanda dan gejala......................................................................................11
F. Klasifikasi ...............................................................................................11
G. Pemeriksaan diagnostik ..........................................................................12
H. Penatalaksanaan ......................................................................................12
I. Prognosis .................................................................................................16
J. Komplikasi .............................................................................................16
BAB III ...............................................................................................................18
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................18
A. Pengkajian ................................................................................................18
B. Diagnosa ..................................................................................................20
C. Intervensi .................................................................................................21
BAB IV ...............................................................................................................29
PENUTUP ..........................................................................................................29
A. Kesimpulan ..............................................................................................29
B. Saran ........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................31

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi
sampai umur lima tahun.Retinoblastoma merupakan salah satu bentuk
keganasan /malignansi pada retina bola mata yang biasanya terjadi sebelum
anak berusia 5 tahun. Angka kejadiannya sekitar 1 dari 20.000 anak. (Nina
Astika,2010)
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak.Penyakit ini tidak hanya
menyebabkan kebutaan ,melainkan juga kematian.Di Negara
berkembang ,upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh
para orang tua.Salah satu penyebabnya adalah pengetahuan yang masih minim
mengenai penyakit kanker pada anak.(wordpress,2008)
Retinoblastoma adalah suatu keganasan yang menyerang retina
mata .Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak dan jarang pada orang
dewasa.(medicalera,2009)
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neurotina(sel
kerucut batang)atau sel glia yang bersifat ganas.Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak,terutamapada usia di bawah lima
tahun.Tumor berasal dari jaringan embrional.Dapat terjadi unilateral(70%) dan
bilateral(30%).Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh ke dalam vitreus (endofitik) dan tumbuh
menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara
spontan.Sering terjadi perubahan degeneratif,diikuti nekrosis dan kalsifikasi.
Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan
retiniblastoma.Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.(azhyanha,2010)
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas dan rekan-rekan

3
mahasiswa keperawatan yang mana di negara Indonesia masih kurang di
perhatikan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma.

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini
adalah :
1. Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan menganalisa
askep pada pasien dengan otitis media dan mastoiditis yang telah didapat
dari materi.
2. Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun
berdiskusi dalam perkuliahan.
3. Dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pembelajaran.
4. Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan paham
akan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien retinoblastoma, sehinggga
didunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien
retinoblastoma dengan tepat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. (Mansjoer A. 2000).
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi
sampai 5 tahun. (Sidarta Ilyas, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral,
13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai
kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien
dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Ganong William F.1998).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma
adalah penyakit tumor ganas dalam bola mata pada anak usia kurang dari 5
tahun.

B. Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom, bisa karena mutasi atau
diturunkan. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki
saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari
orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan / nervus
optikus).

5
C. Anatomi dan Fisiologi
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan
segera dihantarkan ke otak.
Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya.
struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi
Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor
aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau
kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi
mata, dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu
sendiri. Berikut Struktur mata beserta fisiologisnya:
• Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna
putih dan relatif kuat.
• Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
bagian luar sklera.
• Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan
cahaya.
• Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan
vitreus berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola
mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
• Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari
retina ke otak.

6
• Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan
bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
• Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan
retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah
cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah
pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk
akan lebih banyak, jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk
menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang
membuka dan menutup iris.Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah
bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada
objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi
lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka
otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya
untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk
memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan
akhirnya ke korteks penglihatan.Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan
pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang
memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan
gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi
gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.Saraf optikus
menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang

7
berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak
bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior
sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai
iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan
normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil
masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran
yang terletak ujung iris.
2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,
berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja
sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.
Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya,
yaitu :
• Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke
otak
• Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
• Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara
bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin,
bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga
memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk.

8
Adapun struktur pelindung mata, meliputi:
• Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan
air mata.
• Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak
mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing,
angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata
membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika
tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata.
Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak
tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis
(konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
• Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata
dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier
(penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan
berminyak yang mencegah penguapan air mata.
• Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam
hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung
kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga
kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-
partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi
yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

D. Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina.Tumor terdiri dari
sel-selganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit.Jika

9
timbul dalam lapisan inti nterna, tumor itu tumbuh ke dalam (endofitik)
mengisi rongga kaca dan tumbuh kearah luar (exofitik) menembus koroid,
sklera dan ke N. Optikus.
Retinoblastoma ada 2, yaitu :
1. Tumor endofitik mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggal dalam retina
tetapi khasmempunyai fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti interna,
tumor itu tumbuh kedalam dan mengisi ruang vitreus. Pertumbuhan
endofitik ini mudah dilihat denganoftalmoskop.
2. Tumor eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan ke
N. Optikus, diagnosis lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam koroid
biasanya terjadi padatumor yang masif dan mungkin menunjukkan
peningkatan kemungkinan metastasishematogen. Perluasan tumor melalui
lamina kribosa dan sepanjang saraf mata dapatmenyebabkan keterlibatan
susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf mata meningkatkan resiko
penyakit metastase.
Karena tumor ini jarang mengalami metastasis sebelum terdeteksi, masalah
utama dalamdiagnosis biasanya adalah penyelamatan ( preservasi) penglihatan
yang bermanfaat.
Retinoblastoma yang tidak ditangani dengan baik akan berkembang didalam
mata danakan mengakibatkan lepasnya lapisan retina, nekrosis dan menginvasi
nervus optikus dan kesistem saraf pusat. Metastase biasanya terjadi dalam 12
bulan. Metastase tersering terjadi secara langsung ke sistem saraf pusat melalui
nervus optikus. Tumor juga bisa menyebar ke ruangansubarachnoid ke nervus
optikus kontralateral atau melalui cairan serebrospinal ke sistem saraf pusat,
dan juga secara hematogen ke paru-paru, tulang. Hampir semua pasien
meninggaldisebabkan perluasan intrakranial danmetastase tumor yang terjadi
dalam dua tahun. Faktor yang menyebabkan prognosis yang buruk adalah
diagnosa tumor yang lambat, tumor yang besar, dan umur lebih tua, hasil
pemeriksaan yang menunjukan terkenanya nervus optikus, danperluasan
extraocular.

10
E. Tanda dan Gejala
a. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat
warna iris yang tidak normal.
b. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
c. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
d. Tajam penglihatan sangat menurun.
e. Nyeri.
f. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah diatasnya.
g. Bisa terjadi kebutaan

F. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
a) Menurut Reese-Ellsworth, retinobalastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator.
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator.
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil.
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd.
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
5. Golongan V

11
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina.
b. Penyebaran ke vitreous.
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan
eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita
disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I Intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan
biopsi.
b. Nervous optikus.

G. Pemeriksaan Diagnostik
• Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
• Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas
padaretina.
• Elektro-okulogram (EOG)
• Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perb
edaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya
gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.

H. Penatalaksanaan
Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu

12
setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun,
apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri
wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun,
jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif
mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior,
atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi
karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau
teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor
sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan
intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien
retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi
merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan
eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional
yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan
imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara
dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan
lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi.
Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti
enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita,
yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting
adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang
makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya
digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju
dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT,
tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah

13
kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi
sekunder.

4. Kryo atau fotokoagulasi


Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan
dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang
beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan
unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang
diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan
untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon.
Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan
menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan
komplikasi jangka panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan
kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan
untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara
lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular,
tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke
mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang
tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16
atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai
terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian
yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan
pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga
karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan

14
dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada
gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting
untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi
adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor
risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor
undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi
ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak
tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid,
teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir
ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir
menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular
dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan
mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi
kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh
pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini
biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada
retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap
kemoterapi.
Semua tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan
penglihatan
yang memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi primer retino
blastoma unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu,
alternatif seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.
• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai
prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotok
oagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk
mempertahankan visus.

15
• Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan v
isus nol, dilakukan enuklasi.
• Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di
rongga orbita dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien
retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama
osteosarkoma.

I. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler.
Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular pada saat pemeriksaan
pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena
infiltrasi sel tumor.

J. Komplikasi
Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai prognosis
yang baik. Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang masih
intraukolar dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi
sitostatikdan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus. Pada tumor
intraokular yang sudah mencapai seluruh vetreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga
orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien
harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma
bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
(Mansjoer A. 2000).
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia
setengah baya atau lebih tua.

16
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola
mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan
menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang
tidak bisa melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada
katarak yang umumnya dapa diatasi.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana
perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang dialami.
Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.
2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun
bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata
tersebut sebelum meminta pertolongan.
3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom,
protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma.
4. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh
penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor
yang bermetastase.
6. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya
akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan
penderita.
7. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien.

18
8. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di
bawah 5 tahun.
9. Riwayat Psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang
dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang
dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
11. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata
sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam
penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan
dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI
maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma
didapatkan:
- Leukokoria
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
- Hipopion
Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
- Hifema
Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
- Uveitis

19
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan
gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik,
dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak
dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata
meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Praoperasi
1. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari
neoplasma yang berasal dari neuroretina.
2. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
3. Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya
hidup
4. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik
yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas
yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan
perawatan tindak lanjut.
5. Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani
b. Post operasi
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
pembedahan
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan
kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan mata

20
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
6. Perubahan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan citra tubuh
dan perubahan penglihatan.

C. intervensi
1.Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari
neoplasma yang berasal dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan
kekuatan panca indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun
pasif
- Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis
dan perawatan.

INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya Orientasi dapat memberikan ingatan
atau memori pad aotak sehingga bisa
membawa perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang Pengetahuan dan pengalaman akan
penyakitnya menambah wawasan dan fungsi kerja
sama dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, Mencegah bertamabh parahnya lapisan
meng- saraf retina yang terlepas .
hentakkan
kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
Ajarkan klien dan stimulasi klien Panca indera ke enam merupakan

21
dalam menggunakan panca indera ke kepekaan dalam menggunakan feeling
enam dalam berbuat dan bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan
untuk mengatasi masalah yang salah satu dari beberapa tindakan
berhubungan dengan penyakitnya
seperti pembedahan. Kemoterapi dan
lainnya.

22
2.Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
-Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : Untuk mengetahui sampai sejauh mana
ringan,sedang,berat,panic tingkat kecemasan klien sehingga memu-
dahkan penanganan/pemberian askep se-
lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman Agar klien tidak terlalu memikirkan
hati penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai Agar klien mengetahui/memahami
prosedur perawatan,perjalanan bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
penyakit & progno-sisnya.
Berikan/tempatkan alat pemanggil Agar klien merasa aman dan terlindungi
yang mudah dijangkau oleh klien saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat Untuk mengetahui cara mana yang
menurunkan ansietas. efektif untuk menurunkan/mengurangi
ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat Agar klien dengan senang hati
menurunkan melakukan aktivitas karena sesuai
kecemasan/ketegangan. dengan keinginan-nya dan tidak
bertentangan dengan prog-ram
perawatan.

23
3.Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya
hidup
Tujuan :
Konsep diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria :
1. Konsep diri yang diekspresikan klien nonverbal dan verbal yang konstruktif
2. Reaksi terhadap perubahan gaya hidup ke arah positif
3. Klien mau menerima keadaannya dan pasrah
INTERVENSI RASIONAL
Dorong klien untuk mengungkapkan Interaksi yang mencobat
perasaannya meningkatkan konsep diri dimulai
dengan mengkaji tentang apa yang
dirasakan klien tentang penyakit dan
pembedahan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi Hal ini membantu klien untuk
tingkat mekanisme koping yang mengubah fokus dari perubahan
dimiliki penampila ke semua aspek yang
positif yang menunjang konsep diri.
Berikan support sistem (keluarga, Mempertahankan kotrak sosial
teman dekat dan lainlain) kekuatan moral klien dalam
mengahdapi masalahnya.
Ajarkan klien untuk beradaptasi Meminimalkan perubahan yang ada ke
terhadap perubahan penampilannya. arah konstruktif.

4.Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik


yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas
yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan
perawatan tindak lanjut.
Tujuan :

24
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang
direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan
situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak
tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala
dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
-Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang
diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan
kekambuhan atau komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang Agar diketahui penyebab yg
menghalangi penata laksanaan program mengha-langi sehingga dpt segera
terapeutik yg efektif. diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Agar klien mampu melakukan
aktifitas sendiri/dengan bantuan
orang lain tanpa mengganggu
program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan Agar klien mampu dan mau
kemampuan diri klien yang positif. melakukan/ melaksanakan program
perawatan yang dianjurkan tanpa
mengurangi peran ser-tanya dalam
pengobatan/ perawatan diri-nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, Klien mengerti dan menyadari
aturan pengobatan/perawatan,efek sam- bahwa penyakitnya memerlukan
ping prognosis penyakitnya. suatu tindakan & perlakuan yang
tidak menyenangkan.

25
5.Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani
Tujuan :
Klien tidak takut dalam menjalani operasinya
Kriteria :
- Klien akan mengekspesikan kekawatirannya mengenai operasi yang akan
dijalani selama dialog (banyak informasi yang dicari klien)
- Klien mau dan bekerja sama dalam tindakan operasi setelah mengerti ntentang
prosedur pembedahan , risiko serta manfaatnya.
- Klien tenang dan tidak gelisah
- Tensi 130/80 mmHg, nadi normal (60-80 menit/detik)

INTERVENSI RASIONAL
Ciptakan suasana lingkungan yang Mengungkapkan perasaan dan
kondusif dan saling percaya kekawatiran meningkatkan
kewaspadaan diri klien dan
membantu klien dalam
mengidentifikasi masalah.
Dengarkan dengan aktif dan validasi Validasi memberi keyakinan
ketakutan klien meningkatkanharga diri dan
membantu mengurangi ansietas.
Sajikan informasi dengan Stimulasi simultan berbagai indera
menggunakan metode model anatami meningkatkan proses belajar
atau contoh protesis mengajar.
Diskusikan tentang perawatan Infromasi tentang apa yang akan
preoperatif (premedikasi, sedasi, infus dihadapi dapat mengurangi
cairan ) kecemasan, sehingga memungkinkan
klien mau berpartisipasi
jelaskan aktivitas yang diperbolehkan Informasi dapat meningkatkan
setelah operasi (berbaring, ambulasi, kepatuhan dan memfasilitasi proses
latihan nafas dalam) perencanaan pulang.

26
POST OPERASI
1.Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- Lokasi nyeri minimal
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dlam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang
menghilangkan rasa nyerinya nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab Informasi mengurangi ansietas yang
dan cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien
noninvasif dan nonfarmakologis untuk mendapatkan rasa kontrol
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi terhadap nyeri.
dan relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.

2.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan


kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
Tujuan :
Infeksi tak terjadi
Kriteria :

27
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan :
- Kemirahan periorbital
- Drainase baik
- Suhu dalam batas normal
- Nilai laboratorium Sel Darah Putih normal
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan Penyembuhan luka : Nutrisi dan hidrasi yang optimal
- diit seimbang meningkatkan kesehatan umum.
- menjaga kebersihan luka Mempercepat kesemubuhan luka.
Tindakan untuk mencegah regangan Regangan pad ajahitan dapat
pad ajahitan menimbulkan gangguan, emmbuat
jalan masuk mikroorganisme.
Tindakan perawatan luka aseptik dan Teknik aseptik menimimalkan
antiseptik masuknya mikroorganisme dan
mengurangi risiko infeksi.
Terapi antibiotika Anti kuman atau babteri berspektrum
luas.

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter
yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan
perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera
diobati.Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan
seperti :
a. Pertumbuhan endofilik: Terjadi saat menembus internal limiting
membrane kearah korpus vitreous dan memiliki gambaran massa
berwarna putih sampai krim.
b. Pertumbuhan eksofitik: Terjadi pada celah subretina.Berhubung
denganakumulasi cairan subretinal dan terjadi sobekan pada retina.
c. Pertumbuhan infiltrasi difus: Jarang terjadi hanya 1.5% dari
seluruhretinoblastoma.Retinoblastoma terdiri daripada tiga stadium
yaitu:
- Stadium tenang : Pupil melebar. Di pupil tampak reflek kuning yangdisebut
“amourotic cat’s eye”. Hal inilah yang menarik perhatian orangtuanya untuk
kemudian berobat.
- Stadium glaukoma : Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkantekanan
intraokuler meninggi, glaucoma sekunder yang disertai denganrasa sakit yang
sangat.

29
- Stadium esktra okuler : Tumor menjadi lebih besar, bola mata
membesar,menyebabkan eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai
keluar dari rongga orbita, disertai nekrose diatasnya.Tatalaksana retinoblastoma
untuk pengawasan tumor dan pertahankannya sebisamungkin. Jika kanker tidak
memberikan respon terhadap pengobatan mungkin perlu diangkat. Beberapa
tindakan yang dilakukan adalah:Golongan I dan II dengan pengobatan lokal
(radiasi, cryotherapy, fotokoagulasilaser). Kadang-kadang digabung dengan
kemoterapi.Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera.
Mata tidak terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapiPrognosis
retinoblastoma baik jika dilakukan terapi yang teapt. Angkakesembuhannya
hamper 90% jika nervus optikus tidak terlibat dan enukleasidilakukan sebelum
tumor melewati lamina kribosa. Angka ketahanan hidup jadi 60% jika tumor
meluas melewati lamina kribosa.

B. Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang seringterjadi
pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting untuk
mengetahui kelainan pada bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya
komplikasi.Oleh karena itu sangat penting untuk menangani kelainan ini secara
tepat untuk mendapat prognosis yang baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

• Doenges Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta :


EGC
• Ganong William F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC
• Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3.
FKUI : Jakarta
• Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
• Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Ed. 2. Jakarta : EGC
• (2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8.
Jakarta : EGC
• Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi. EGC Jakarta
• Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta :
Yayasan Essentia Media.
• Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta : FKUI Jakarta.
• Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI Jakarta.
• Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
• Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai