Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANAK AUTISME

OLEH KELOMPOK 3 :
Dwi Astaningsih (20003059) absen 16
Deliza Febrianty (20003057) absen 15
Indrika Fepiana (20003018) absen 03
Rosy Mahersa (20003143) absen 23
Riska Purnama Syahri (20003032) absen 10

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Kasiyati.M.Pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
tugas Anak Autisme ini. Tanpa pertolongannya mungkin saya tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda
tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Tugas Makalah Anak Autisme yang berjudul “Identifikasi Anak Autisme” ini saya
dapatkan dari berbagai sumber.

Semoga tugas makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan penulis mohon kritik dan saran. Terima kasih.

Padang, 27 September 2021

Penulis
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………………………

Kata Pengantar………………………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C. Tujuan……………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Gejala Anak Autisme ……………………………………………………………..


B. Identifikasi Anak Autisme…….………………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………

Daftar Rujukan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gejala-gejala yang terlihat pada anak yang menderita autis adalah diare atau
sembelit yang susah diatur, sakit pada bagian perut, adanya gas dankembung, buang air
besar yang berbau busuk dan bewarna lebih muda, dan kesulitan tidur setiap malam yang
disebabkan oleh saluran usus yang mengalami gangguan sepanjang malam akibat asam
lambung naik dan membakar esopaghus, yaitu tempat dilaluinya makanan menuju perut.
Gejala autis disebabkan beberapa faktor yaitu genetik, infeksi virus rubella atau galovirus
saat dalam kandungan, faktor makanan seperti makanan yang mengandung gluten dan
kasein, gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan pada system limbik, kondisi ibu
yang merokok pada saat hamil, serta pencemaran terhadap logam berat terutama timbal.
Identifikasi merupakan pelaksanaan asesmen untuk mengetahui kondisi anak autis, baik
masalah maupun potensi yang dimilikinya.

B. Rumusan masalah
1. Mengetahui Gejala Anak Autisme
2. Mengetahui Identifikasi Anak Autisme

C. Tujuan
1. Menambah wawasan gejala Anak Autisme
2. Memenuhi tugas anak autism
BAB II
PEMBAHASAN

1. Gejala Anak Autisme

Gejala-gejala yang terlihat pada anak yang menderita autis adalah diare atau
sembelit yang susah diatur, sakit pada bagian perut, adanya gas dankembung, buang air
besar yang berbau busuk dan bewarna lebih muda, dan kesulitan tidur setiap malam yang
disebabkan oleh saluran usus yang mengalami gangguan sepanjang malam akibat asam
lambung naik dan membakar esopaghus, yaitu tempat dilaluinya makanan menuju perut
(Yuliana & Emilia E 2006).
Menurut Acocella (1996) dalam Lubis MU (2009), ada banyak tingkah laku yang
tercakup dalam autis dan ada 4 gejala yang selalu muncul,yaitu:

1. Isolasi sosial
Banyak anak autis yang menarik diri dari segala kontak sosial kedalam suatu keadaan
yang disebut extreme autistic aloness. Hal ini akan semakin terlihat pada anak yang
lebih besar, akan bertingkah laku seakan-akan orang lain tidak pernah ada.

2. Kelemahan kognitif
Anak autis sebagian besar (±70%) mengalami retardasimental (IQ<70) tetapi anak
autis sedikit lebih baik,contohnya dalam hal yang berkaitan dengan kemampuan
sensori motorik. Terapi yang dijalankan anak autis meningkatkan hubungan sosial
mereka tapi tidak menunjukkan pengaruh apapun pada retardasimental yang dialami.
Oleh karena itu,retar dasimental pada anak autis,terutama sekali disebabkan oleh
masalah kognitif dan bukan pengaruh penarikan diri dari lingkungan sosial.
3. Kekurangan dalam bahasa
Lebih dari setengah autis tidak dapat berbicara,yang lainnya hanya mengoceh,
merengek, menjerit atau menunjukkan ecolalia, yaitu menirukan apa yang dikatakan
orang lain.Beberapa anak autis mengulang potongan lagu, iklan TV, atau potongan
kata yang terdengar tanpa tujuan. Beberapa anak autis menggunakan kata ganti
dengan cara yang aneh. Menyebut diri mereka sendiri sebagai orang kedua “kamu”
atau orang ketiga “dia”. Intinya anak autis tidak dapat berkomunikasi dua arah
(resiprok) dan tidak dapat terlibat dalam pembicaraan normal

4. Tingkah laku stereotif


Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terus-menerus
tanpa tujuan yang jelas. Seperti berputar-putar,berjingkat-jingkat dan lain
sebagainya.Gerakan yang dilakukan berulang-ulang ini disebabkan adanya kerusakan
fisik, misalnya adanya gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan
menarik-narik rambut dan menggigit jari. Walaupun sering menangis kesakitan akibat
perbuatan sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang aneh ini sangat kuat
dalam diri mereka. Anak autis juga hanya tertarik pada bagian - bagian tertentu dari
sebuah objek, misalnya pada roda mainan mobil-mobilan. Anak autis juga menyukai
keadaan lingkungan dan kebiasaan yang monoton. (Maisaroh, 2018)

Anak autis mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang:

1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal maupun non verbal


Meliputi: perkembangan bahasa yang lambat atau sama sekali tidak ada, tidak
menggunakan bahasa atau isyarat tubuh, jarang memulai komunikasi, tampak tidak
mengerti arti kata atau kata yang diucapkan kadang tidak sesuai artinya, mengoceh
tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain,
senang meniru dan membeo, sebagian dari anak ini tidak bicara (non verbal) atau
sedikit bicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.

2. Gangguan pada bidang interaksi sosial


Meliputi: suka menyendiri, tidak ada kontak mata atau menghindar untuk bertatapan,
tidak tertarik untuk bermain bersama teman, tidak ada empati, bila dipanggil tidak
menoleh, kurang responsif terhadap isyarat sosial sebaya dan suka menyendiri, tak
dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, kurangnya hubungan emosional dan
sosial yang timbal balik.

3. Gangguan pada bidang perilaku


Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif), lari atau jalan
bolak-balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang, tidak suka pada perubahan, cuek
dengan lingkungan, asyik dengan dunia fantasi sendiri, semaunya sendiri, agresif atau
menyakiti diri sendiri maupun orang lain, suka mengamuk tanpa jelas, kelekatan pada
benda, Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda tertentu.
4. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi
Sering marah-marah tanpa sebab (tertawa-tawa, menangis tanpa alasan,
tenterpantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya, kadang suka merusak, menyerang, tidak mengerti perasaan orang lain.

5. Gangguan pada bidang persepsi sensoris


Sangat sensitive terhadap sentuhan (tidak suka dipeluk), bila mendengar suara keras
langsung menutup telinga, senang mencium-cium (menjilati mainan atau benda
lainnya), tidak sensitive terhadap rasa sakit dan rasa takut.(Afrizal, 2011)
2. Identifikasi Anak Autisme

Identifikasi merupakan pelaksanaan asesmen untuk mengetahui kondisi anak


autis, baik masalah maupun potensi yang dimilikinya. Langkah-langkah identifikasi ini
adalah :
1. Menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang nampak pada
siswa) dengan menggunakan instrumen identifikasi.
2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak untuk menemukan anak yang tergolong
anak dengan gangguan emosi dan perilaku dan mencatat temuan berdasarkan gejala
emosi dan perilaku, kemudian memisahkannya dengan siswa biasa.
3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah untuk saran-saran
penyelesaian dan tindak lanjut.
4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference) mengenai temuan identifikasi
untuk mendapat tanggapan mengenai langkah-langkah setelah proses ini. Pertemuan
ini dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah dan melibatkan dewan guru, orang tua
siswa, tenaga profesional yang terkait, dan guru pendamping khusus.
5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus secara lengkap dengan perencanaan
program untuk anak yang teridentifikasi.

Hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa adanya


perbandingan antara kemampuan berbahasa aktif atau ekpresif dengan kemampuan pasif
atau reseptif. Hasilny Ray masih mengalami kendala pada kelancaran, artikulasi
pengucapan kurang jelas. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari kemampuan secara
pasif dan aktif. Kemampuan beberapa kata yang mengandung huruf dan akhiran l, n, m, r,
t, ng, berbicara dengan kata-kata pendek, belum dapat mengadakan dialog atau
berkomunikasi, belum dapat memberikan informasi. Hasil tersebut dapat menjawab
penelitian bahwa kemampuan berbahasa ray dalam mengucapkan keinginannya dengan
kalimat yang tidak utuh, belum dapat menulis secara mandiri, dan belum dapat membuat
karangan bebas atau karangan dengan tema yang ditentukan.

Yang dilihat dalam identifikasi :


1. Karakteristik
Adapun karakteristik atau ciri2 anak sbb:
a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara, tetapi kemudian
sirna
b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain kadang-kadang anak
berperilaku yang menyakiti diri sendiri
c. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi orang lain atas
perbuatannya
d. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar dipahami.
Misalnya dalam bercerita kembali dan soal berhitung yang menggunakan kalimat
e. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti perkalian,
kalender dan lagu-lagu
f. Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar (visual
learners)
g. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya, seperti sukar bekerja
sama dalam kelompok anak sebayanya, bermain peran dan sebagainya.
h. Kesulitan mengekspresikan perasaannya, seperti: suka marah, mudah frustrasi bila
tidak dimengerti dan dapat menimbulkan tantrum (ekspresi emosi dalam bentuk
fisik atau marah yang tidak terkendali).
i. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan
tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV.

Pada dasarnya tidak semua gejala tersebut ada pada individu autis.
Gejalanya dapat beranekaragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak autis
yang benar-benar sama dalam semua tingkah lakunya. Sedangkan perbandingan
laki-laki : perempuan adalah sekitar 4 : 1, dan terdapat pada semua lapisan
masyarakat, etnik/ras, tingkat sosio-ekonomi serta geografi. Jika seorang anak
memperlihatkan beberapa gejala di atas segera hubungi psikolog
klinis/perkembangan, dokter ahli perkembangan anak, psikiater anak atau
neuropediatris, pedagog khusus anak autis dan gangguan perkembangan yang
akan membuat suatu assessment/pengkajian yang diikuti dengan pelaksanaan
diagnosa. Jika terdiagnosa dini, maka anak autis dapat ditangani segera melalui
proses pembelajaran yang terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka
peluang perubahan ke arah perilaku normal.

2. Gambaran unik anak autism


Anak atau individu autis mempunyai gambaran unik tersendiri. Karakteristik
tersebut meliputi kecenderungan:

a. Selektif berlebihan terhadap rangsangan (stimulation of overselectivity): yaitu


kemampuan terbatas dalam menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan.
b. Kurangnya motivasi: tidak hanya karena mereka sering menarik diri dan asyik
dengan dunianya sendiri, mereka juga cenderung tidak termotivasi untuk
menjelajahi lingkungan baru, untuk memperluas lingkup perhatian mereka.
c. Respons stimulatori diri: Jika diberi kesempatan, banyak penyandang autis yang
menghabiskan sebagian waktu bangun/terjaganya pada aktivitas non produktif
tersebut. Perilaku tersebut selain mengganggu integrasi sosial, juga mengganggu
proses belajar. Oleh sebab itu, menurunkan perilaku stimulasi diri dan
menggantikannya dengan respons yang lebih produktif sering merupakan prioritas
tujuan pendidikan bagi penyandang autis.
d. Respons unik terhadap imbalan (reinforcement) dan konsekuensi lainnya: Ini
merupakan karakteristik dari individu autis, sehingga imbalan amat
individualistik, kadang juga sukar diidentifikasi. Anak autis belajar paling efektif
pada kondisi imbalan langsung. Supaya memperoleh imbalan langsung, seorang
anak harus secara benar berespons pada suatu rangkaian perilaku. Sebagai contoh,
jika anak sedang diajar membedakan warna, dengan membuka tutup dari kotak
warna yang berisi makanan kesukaannya. Imbalan yang tak langsung, yaitu jika
guru memberi perintah untuk membuka kotak berwarna tertentu kemudian
memberikan anak imbalan makanan.
3. Gambaran perilaku anak autism
Perilaku adalah segala sesuatu yang orang kerjakan atau katakan, jadi perilaku
adalah apa saja yang kita dapat lihat, rasakan atau dengar ketika seseorang melakukan
kegiatan tertentu dan juga apa yang kita sendiri katakan dan kerjakan. Banyak
perilaku autistik yang berbeda daripada perilaku normal, perbedaannya yaitu adanya
perilaku yang berkelebihan (excessive), dan atau adanya perilaku yang berkekurangan
(deficient) yang mungkin sampai pada tingkat yang hampir tidak ada.

Behavioral excesse (Perilaku yang berkelebihan) misalnya mengamuk (tantrum)


dan perilaku stimulasi diri. Jika intensitas dan frekuensi perilaku yang berlebihan itu
muncul, maka perilaku-perilaku tersebut merupakan masalah di rumah, dan
mengganggu ketika orang tua membawa anak ke tempat-tempat umum. Mengamuk
(tantrum), sebagai contoh, mungkin terjadi bahkan jika kemauan kecil tidak dituruti
pada beberapa anak. Meminta/menyuruh mereka berjalan dengan tenang di
Supermarket, duduk di restoran, atau berdiri di barisan pada loket penjualan karcis
mungkin menghasilkan jeritan, tendangan, gigitan dan cakaran. Pada kasus- kasus
yang lebih ekstrim, tantrum mungkin terjadi menjadi sedemikian hebat sehingga
perilakuperilaku tersebut juga mengganggu proses belajar. (Hidayat, 2000)

Beberapa data mengenai bagaimana mengetahui taraf berat ringan gejala


penyandang autis dapat digunakan Childhood Autism Rating Scale (CARS). CARS
adalah alat tes tambah. Pengukuran selain diambil dari catatan medik, observasi di dalam
kelas dan laporan dari orangtua (Azwandi, Yosfan. 2005:52-56). CARS terdiri dari 14
butir seperti tersebut dibawah ini:
1. Relasi (hubungan) dengan orang lain yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan
orang lain dalam berbagai situasi.
2. Imitas (meniru) yaitu bagaimana anak menirukan kata atau suara dan perilaku,
apakah harus dorongan, paksaan atau sama sekali tidak pernah meniru.
3. Respon emosional, yaitu bagaimana reaksi anak terhadap situasi yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Seperti: diberi mainan kesukaanya.
4. Penggunaan badan / tubuh baik untuk gerakan koordinasi maupun gerakan-gerakan
yang lain. Seperti: jinjit.
5. Penggunaan benda-benda (obyek) yaitu minat anak terhadap mainan atau benda lain
serta bagaimana anak menggunakannya.
6. Adaptasi terhadap perubahan, yaitu kesulitan adaptsi terhadap perubahan hal-hal
yang telah rutin atau berpola, dan kesulitan mengubah suatu aktivitas ke aktivitas
lain.
7. Respon visual, yaitu pola-pola perhatian visual yang tidak lazim. Seperti:
menghindari kontak mata.
8. Respon mendengarkan, yaitu perilaku mendengarkan yang tidak biasanya atau
respon sesuatu yang tidak lazim terhadap bunyi-bunyian termasuk reaksi anak
terhadap suara orang dan jenis-jenis suara lain.
9. Respon kecap, mencium (membau) dan raba, yaitu bagaimana respon anak terhadap
rangsang kecap, bau dan raba.
10. Ketakutan dan kegelisahan, yaitu rasa takut yang tidak wajar dan tidak semestinya.
11. Komunikasi verbal (kata).
12. Komunikasi non verbal, yaitu komunikasi dengan penggunaan ekspresi mimik muka,
sikap tubuh dan gerak tubuh, serta respon anak terhadap komunikasi non verbal dari
orang lain.
13. Derajat aktivitas, yaitu seberapa banyak anak bergerak baik dalam situasi yang
dibatasi maupun yang tidak dibatasi, apakah aktivitasnya berlebihan atau tampak
lesu.

14. Derajat dan konsistensi respon intelektual. (Ii et al., 2002)


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gejala-gejala yang terlihat pada anak yang menderita autis adalah diare atau
sembelit yang susah diatur, sakit pada bagian perut, adanya gas dankembung, buang air
besar yang berbau busuk. Gangguan lainnya misalnya gangguan komunikasi, bahasa daln
lain-lainnya sering menjadi tanda anak autism. Melakukan identikasi merupakan salah
satu cara tepat untuk mengetahui sejauh dan seberat apakah ke autisme an suatu anak dan
kemudian dapat di sesuaikan dengan tingakatan hambatannya.
B. Saran
Kami mengucapkan terimaksih kepada para pembaca, dan kami berharap makalah
kami dapat membantu pembaca dalam memahami materi yang kami bahas. Setelah
membaca Makalah kami ini,kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah kami kedepannya
Daftar Pustaka
Afrizal, hendrik sudarmoko &. (2011). Penyesuaian Diri Orang tua terhadap perilaku Anak
Autisme. 1–13.

Hidayat. (2000). Identifikasi dan asesmen anak autis & layanan pendidikannya. Universitas
Pendidikan Indonesia, 1–12.

Ii, B. A. B., Autis, A. P., & Autis, P. P. (2002). Lobus Parientalis. 14–49.

Maisaroh, F. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diet Autisme Dengan
Frekuensi Konsumsi Gluten Dan Casein Pada Anak Autis Di Yayasan Talenta Semarang.
Unimus, 7–27. http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/2712

Anda mungkin juga menyukai