Anda di halaman 1dari 7

HASIL NOTULENSI DISKUSI

RETARDASI MENTAL, AUTISME, ADHD

KELAS b

Hari/ Tanggal : Kamis, 24 Desember 2020

Pukul : 12.30

Moderator : Maya Permatasari

Notulen : Tyan Lassanova Fazrin Nugraha

Pertanyaan :

RETARDASI MENTAL

1. Bagaimana cara mengetahui tingkat keparahan retradasi mental selain dilihat dari nilai IQ?
(Dewi Asmara)
2. Gejala apa saja yang sering muncul pada anak yang terkena penyakit retardasi mental ?
(Ellysa Amanda)
3. Bagaimana patofisiologi dari retardasi mental? (Tyan Lassanova)
4. Apa komplikasi dari retardasi mental? Penatalaksanaan apa yang bisa dilakukan untuk
menghadapi komplikasi tsb? (Farah Nabila)
5. Bagaimana cara menghadapi anak retardasi mental? (Regi Bayu)

Jawaban :

1. Ariani Sukmadiwanti menjawab Dewi Asmara


Selain dari IQ adalah perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka
menghindarkan diri dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau
kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak
menentu sebab akibatnya, selalu ketakutan, serta sikap suka bermusuhan.
2. Maya Permatasari menjawab Ellysa Amanda

Gejalanya:

1) Kesulitan berbicara.
2) Lambat dalam mempelajari hal-hal penting, seperti berpakaian dan makan.
3) Kesulitan dalam pengendalian emosi, seperti mudah marah.
4) Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil.
5) Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah.
6) Daya ingat yang buruk. Nilai IQ pasien juga dapat menunjukkan tingkat keparahan
kondisi yang diderita.

Berikut tingkat keparahan kondisi berdasarkan nilai IQ:

1) Ringan − nilai IQ sekitar 50-69.


2) Sedang − nilai IQ sekitar 35-49.
3) Berat − nilai IQ sekitar 20-34.
4) Sangat berat − nilai IQ di bawah 20. Pasien yang tergolong sangat berat dapat
menunjukan gejala lain, seperti kejang, gangguan penglihatan, gangguan
pengendalian gerak tubuh, atau gangguan pendengaran.
3. Rianty Damayanti menjawab Tyan Lassanova
Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ di
bawah rata-rata orang normal dan kemampuan untuk melakukan keterampilan sehari-hari
yang buruk. Retardasi mental juga dikenal dengan nama gangguan intelektual. Terjadinya
gangguan pada kondisi atau perkembangan otak menjadi penyebab seseorang menderita
retardasi mental. Butuh waktu dan keterlibatan banyak pihak untuk Patofisiologi retardasi
mental berhubungan dengan disfungsi otak, yang biasanya disebabkan oleh
perkembangan otak yang abnormal atau jejas otak karena penyebab genetik atau
lingkungan. Faktor genetik akan menyebabkan perkembangan otak yang abnormal atau
terhambat, dan sering kali disertai dengan malformasi fisik yang spesifik untuk sindrom
tertentu. Faktor-faktor lingkungan bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak pada
masa prenatal maupun perinatal. Selain itu, faktor lingkungan juga bisa menyebabkan
perkembangan otak yang semula baik menjadi terhambat. dengan kondisinya.
4. Hafsah Syamsidar menjawab Regi Bayu
Disini ada beberapa ciri yang harus kita hadapi untuk anak yang retardasi mental yaitu:
1) Pelajari segala hal yang berhubungan dengan retardasi mental.
2) Dorong kemandirian Si Kecil.
3) Libatkan anak dalam kegiatan kelompok.
4) Tetap terlibat.
5) Kenali orang tua lain dari anak-anak dengan retardasi mental.
5. Sinta Juliani menjawab Farah Nabila
Komplikasinya yaitu :
1) Paralisis serebral
2) Gangguan kejang
3) Masalah masalah prilaku psikiatrik dll

Tatalaksanannya :

1) Pengobatan
2) Terapi bermain
Menambahkan:

1. Ariani Sukmadiwanti menambahkan jawaban Rianty Damayanti


Patofisiologi dari Faktor Prenatal sehingga menyebabkan kelainan sistem kerja organ
didalaam tubuh, seperti :
1) Gizi
2) Mekanis
3) Toksin
4) Radiasi
5) Infeksi
6) Stress
7) Imunitas , sehingga menyebabkan Kerusakan pada fungsi otak:
Hemisfer kanan : keterlambatan perkembangan motorik kassar dan halus
Hemisfer kiri : keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif
Penurunan fungsi intelektual secara umum dan akhirnya mengalami Gangguan
perilaku adaptif social.
2. Hafsah Syamsidar menambahkan jawaban Rianty Damayanti
Beberapa ciri retardasi mental yang paling parah di antaranya:
1) Sama sekali tidak bisa mengikuti instruksi yang diberikan
2) Mengalami kelumpuhan, pada beberapa kasus
3) Tidak bisa menahan buang air
4) Hanya bisa berkomunikasi nonverbal sangat dasar (seperti menunjuk atau
menggelengkan kepala)
5) Tidak bisa hidup mandiri
6) Perlu diawasi terus-menerus oleh keluarga maupun tim dokter
7) Memiliki nilai IQ kurang dari 20

AUTISME

1. Di etiologi autisme ada faktor keluarga dan faktor genetik, nah jelaskan apakah kedua faktor
ini saling berkaitan atau tidak dalam etiologi autisme ini? (Tika Sari)
2. Pada umur berapa biasanya gejala autisme bisa dideteksi? (Sari Damayanti)
3. Jika penyakit autisme ini melakukan terapi. Apakah kemungkinan suatu saat akan bisa
berinteraksi sosial dengan baik ? Jika tidak, apakah ada hambatan saat melakukan terapi?
Sebutkan hambatan tersebut! (Mutia Kansha)
4. Sebagai seorang yg awam bagaimana kita dapat menemukan gejala autism? (Sinta
Anggraeni)

Jawaban :
1. Tyan Lassanova menjawab Tika Sari
Gen yang diwariskan orangtua adalah salah satu faktor utama yang membuat seseorang
lebih berisiko mengalami autisme. Namun, ada beberapa gen dalam tubuh yang dipercaya
menyebabkan autisme. Dalam beberapa kasus, autisme bisa berkaitan dengan gangguan
genetik seperti sindrom fragile X atau sklerosis tuberous. Sindrom fragile X adalah
kondisi genetik yang dapat menyebabkan masalah perkembangan, terutama gangguan
kognitif. Anak yang mewariskan gen ini umumnya mengalami keterlambatan
perkembangan bicara, kecemasan, perilaku hiperaktif dan impulsif.
2. Ellysa Amanda menjawab Sari Damayanti
Sejak anak berusia 18 hingga 36 bulan. ,hal tersebut sudah terlihat dari awal, yakni 1
tahun pertama kehidupannya. *Nah, anak dengan autisme sering* kali terlambat
perkembangan bahasanya dan ada gangguan perilaku di atas. Misalnya, ia punyai minat
yang berulang pada sesuatu. Ia sangat suka dengan tokoh-tokoh tertentu. Lalu, apa yang
membedakannya dengan anak lain? Anak dengan autisme akan benar fixated atau hanya
mengarahkan pandangannya pada tokoh tersebut.” Vera menambahkan, fungsi-fungsi
sensomotor merupakan hasil pengembangan dari refleks-refleks yang dimiliki anak. Nah,
refleks plus pola tidur dan bangun pada bayi usia 0 hingga 6 atau 8 bulan dipengaruhi
oleh susunan saraf pusat.
3. Dewi Asmara menjawab Mutia Kansha
Ketika seseorang sudah menjalankan terapi autisme, itu sangat mungkin untuk bisa
berinteraksi dengan baik selagi terapinya betul-betul sudah dijalankan dan pasti ada
perubahan walaupun harus dengan perlahan-lahan. Tetapi terapi autisme ini memang
mempunyai hambatan yaitu hambatan dalam berkomunikasi dengan therapist karena
respont yang minim, sulit memusatkan perhatian, rendahnya frekuensi komunikasi, dan
echolalia yaitu sebuah kondisi dimana penyandang autisme menirukan berulang-ulang
kata yang didengar ataupun diingat meskipun tidak mengetahui maknanya.
4. Farah Nabila menjawab Sinta Anggraeni
Sekitar 25–30 persen anak dengan autisme kehilangan kemampuan berbicara, meski
mereka mampu berbicara saat kecil. Sedangkan 40 persen anak dengan autisme, tak
berbicara sama sekali. Selain itu, ciri-ciri autisme terkait komunikasi dan interaksi sosial
yaitu :
1) Tidak Merespon bila Namanya Disebut. Anak yang normal akan merespon bila
namanya disebut. hanya sedikit anak yang mengidap autis akan merespon bila
namanya disebut.
2) Tidak Merespon Emosi. Anak yang normal sangat sensitif dengan emosi orang lain.
Sedangkan anak dengan autisme, lebih kecil kemungkinannya untuk tersenyum ketika
menanggapi senyuman orang lain.
3) Tidak Meniru Kebiasaan Orang Lain. Anak dengan autisme tidak suka meniru. Anak
dengan kondisi normal cenderung meniru ketika seseorang tersenyum, atau
melambaikan tangan.
4) Tidak Suka Bermain yang “Berpura-Pura”. Anak perempuan berumur dua atau tiga
tahun biasanya suka mengasuh boneka miliknya atau berperan sebagai seorang “ibu”.
Sedangkan anak dengan autisme, hanya fokus pada boneka tersebut.

Menambahkan:

1. Regi Bayu menambahkan jawaban Farah Nabila


Sinyal pertama dari autisme dapat dilihat pada usia awal 6-9 bulan. beberapa tanda awal
adalah:
1) Cara yang tidak biasa dalam berkomunikasi dengan orang orang sekitar
2) Tidak berinteraksi secar sosial
3) Suka/tidak suka bermain dengan mainan atau bermain dengan cara tertentu
4) Terbatas/ tidak ada kontak mata
5) Toleransi duduk rendah
6) Mengulangi suara yang sama
2. Farah Nabila menambahkan jawaban Tyan Lassanova
Iya saling berkaitan karena Autisme cenderung terjadi dalam keluarga dan kemungkinan
besar merupakan sesuatu yang diwariskan dari orangtua ke anaknya. Misalnya, jika salah
satu orangtua punya autisme, anaknya akan berpotensi mengalami autisme juga. Jika
anak didiagnosis autisme, adiknya juga punya peluang lebih besar mengidap autisme. Hal
ini karena gen yang diwariskan orangtua adalah salah satu faktor utama yang membuat
seseorang lebih berisiko mengalami gangguan ini. Namun, para ilmuwan masih bekerja
keras untuk menemukan dengan pasti gen apa yang bertanggung jawab menjadi
penyebab autis pada anak.
3. Farah Nabila menambahkan jawaban Ellysa Amanda
Gejala autisme sebenarnya sudah terlihat dari awal, yakni 1 tahun pertama kehidupannya.
Nah, anak dengan autisme sering kali terlambat perkembangan bahasanya dan ada
gangguan perilaku di atas. Misalnya, pada saat bayi 6 bulan diajak bermain, biasanya
mereka akan merespon dengan senyuman, namun biasanya jika anak yang mengalami
autisme mereka akan nelihat kita dengan datar lalu mereka akan asik bermain dengan
dunia mereka sendiri, lalu jika bayi lain mengoceh dalam usia 6 bulan, namun anak yg
mengalami autisme biasanya tidak mengoceh
4. Ariani Sukmadiwanti menambahkan jawaban Dewi Asmara
Memang tidak bisa sembuh total tetapi dengan adanya terapi anak yang mengalami
autisme setidaknya bisa mengenal dan membuka diri secara perlahan, dan butuh waktu
untuk membujuk dan membuat anak bersikap seperti layaknya orang normal. dan untuk
hambatan tentu saja banyak hambatan yang terjadi yang paling utama anak kan susah
berkomunikasi jadi kita harus ekstra sabar dan ikhlas menghadapinya, menggunakan
teknik yang membantu anak untuk bisa memfokuskan dan berinteraksi dengan baik
ADHD

1. Pada penderita ADHD apakah terus akan berkelanjutan sampai lajut usia? Jika iya/tidak
jelaskan! (Ariani Sukmadiwanti)
2. Pada usia berapa biasanya ADHD terjadi? Dan bagaimana pencegahan supaya anak tidak
mengalami ADHD? (Maya Permatasari)
3. Apakah ADHD bisa sembuh dengan cara bagaimana? (Sinta Juliani)
4. Apakah ada pengobatan lain selain melakukan terapi pada anak penderita ADHD tersebut?
(Rianty Damayanti)

Jawaban :

1. Tika Sari menjawab Ariani Sukmadiwanti


Tergantung dari penderitanya apakah mampu beradaptasi dengan kondisinya dan
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal kembali atau tidak. Karena ADHD ini tidak
akan sembuh tapi bisa dipulihkan. Kalaupun pasien diberikan intervensi berupa obat dan
terapi, maka diharapkan anak tetap dilatih untuk beraktivitas.
2. Sinta Anggraeni menjawab Maya Permatasari
Biasanya gejalanya terjadi pada anak dibawah 12 tahun dan gejala mulai terlihat pada
anak usia 3tahun. Untuk pencegahan sendiri itu tidak ada pencegahan yang spesifik.
Namun sebagai langkah preventif untuk membantu mengurangi risiko ADHD pada anak,
bisa mempraktikkan beberapa hal ini:
1) Selalu lindungi anak dari paparan racun berbahaya, termasuk asap rokok dan polusi
dari asap kendaraan. 
2) Selama masa kehamilan, hindari apa pun yang dapat membahayakan proses
perkembangan janin. Tidak minum alkohol, merokok, atau mengonsumsi obat-obatan
terlarang.
3. Mutia Kansha menjawab Sinta Juliani
Anak dengan ADHD tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Tetapi kita bisa menangani
gejala dengan cara :
1) Mengonsumsi obat-obat an yang dianjurkan dokter
2) Terapi psikologis
3) Bantuan atau suport dari orang tua dan kerabat terdekat. Cara tersebut agar anak
dengan ADHD bisa menjalankan aktivitas dengan normal.
4. Sari Damayanti menjawab Rianty Damayanti
Pengobatan untuk anak adhd selain terapi,orang tua yang mempunyai adhd dapat
menerapkan pola hidup sehat pada anak yaitu :
1) Membiasakan pola makan yang sehat dengan makanan bergizi.
2) Ajak anak untuk berkomunikasi dan bercerita.
3) Rencanakan hari anak dengan aktivitas bermutu.
4) Seimbangkan waktu istirahat dan aktivitas fisik anak.
5) Berikan anak instruksi yang jelas saat memintanya melakukan sesuatu.
6) Jauhkan benda tajam dan benda yang mudah pecah dari jangkauan anak

Anda mungkin juga menyukai