PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Penyakit (gangguan) Mental Anak
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Penyakit (gangguan) Mental Anak
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental Anak
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Neurotransmitters membantu sel saraf berkomunikasi satu sama lain. Apabila
zat ini tidak seimbang atau tidak bekerja dengan normal, komunikasi antar saraf tidak
berjalan dengan baik sehingga menyebabkan gangguan. Lingkungan dan faktor
psikologis seorang anak juga memberikan sumbangan terhadap kondisi mental
seseorang. Kekerasan dalam keluarga, kehilangan orang tua, serta kurangnya kasih
sayang dapat menyebabkan gangguan mental pada seorang anak.
3
2.4 Jenis-Jenis Gangguan Mental pada Anak
1. Gangguan Kecemasan (Anxiety)
Setiap orang memiliki ketakutan dan kecemasan, dan ketakutan tidak pernah
lebih diperbesar, selama masa kanak-kanak. Dari monster di bawah tempat tidur,
dengan guru baru di sekolah, itu adalah normal bagi seorang anak untuk memiliki
ketakutan dan fobia. Tapi ketika seorang anak takut sesuatu, atau ketakutannya mulai
mengganggu perilakunya, teman dan kehidupan keluarga, ada sesuatu yang salah.
Ketakutan berbeda dengan berkeringat dingin dan menangis tersedu-sedu, atau
mendapatkan mimpi buruk berulang. Sementara sebagian besar ketakutan di masa
kanak-kanak memudar, mereka yang bertahan bisa menghantui anak hingga dewasa,
dan dapat menyebabkan depresi dan kecenderungan bunuh diri. Gangguan kecemasan
adalah salah satu gangguan mental yang paling umum yang dapat mempengaruhi
anak-anak, dengan tingkat prevalensi 10-20%. Gangguan kecemasan dapat
mengambil banyak bentuk, seperti :
- Takut pada fobia spesifik atau karena takut suatu benda (hewan,
kegelapan, sekolah dll)
- Kecemasan dalam setiap situasi, rasa takut yang tidak masuk akal dan
tidak realistis
- Kecemasan sosial, di mana anak sangat gelisah dan gugup di ditengah
orang lain
- Gangguan obsesif kompulsif
- Serangan panic
- Merasa khawatir
- Gangguan stres pasca-trauma
2. Skizofrenia
Gangguan ini tidak terbatas pada orang dewasa. Pada rata-rata 1 anak dari
40.000 anak-anak, memiliki skizofrenia. Ini sangat jarang terjadi pada anak-anak,
usia umum untuk timbulnya adalah akhir masa remaja. Anak-anak dengan
skizofrenia, menunjukkan beberapa pola perilaku berikut :
- Berbicara berulang kali untuk diri sendiri
- Menghindari kontak sosial
- Berbicara dan melihat hal-hal yang tidak ada
- Paranoia
- Masalah dengan retensi memori dan penalaran
- Depresi dan kurangnya emosi
4
- Tidak bisa memperhatikan dan pola bicara yang ngawur
Sulit untuk mendiagnosa gangguan mental pada anak dengan tepat, dan
skizofrenia merupakan salah satu gangguan tersebut, karena sering salah didiagnosis
sebagai autisme, atau kepribadian bipolar.
4. Gangguan Perilaku
Gangguan perilaku yang mengganggu adalah salah satu gangguan mental
yang paling umum ditemukan pada anak-anak. Sedangkan perilaku manusia
bervariasi dalam emosi dan ekspresi, ada yang mempunyai perilaku karakter yang
harus diikuti. Anak-anak dengan gangguan ini, tampaknya suka menyebabkan
masalah, dan benci untuk mengikuti aturan. Beberapa tanda-tanda perilaku destruktif
umum dikenali, adalah :
Akan mencuri menggunakan kekerasan atau diam-diam, sering untuk sedikit
atau iseng
- Kebiasaan memulai kebakaran
- Drop out sekolah, atau gagal untuk muncul di pekerjaan
- Secara fisik kejam terhadap hewan dan manusia
- Kuat dan agresif dengan segala cara, terutama dalam hubungan
- Suka memulai perkelahian
- Menggunakan senjata dalam perkelahian, dan mencoba untuk melukai
- Melakukan kekerasan dalam aktivitas seksual
- Menghancurkan properti orang lain atau benda
- Suka berbohong di setiap bidang kehidupan
5
- Bisa tidak atau tidak akan mengikuti hukum dan aturan di daerah
manapun
Seorang anak yang menunjukkan minimal 3 dari tanda-tanda perilaku di atas
dalam 6 bulan, sangat mungkin menderita gangguan perilaku. Perilaku semacam ini
sulit didiagnosis pada anak-anak yang lebih kecil, tetapi sifat kejam dan merusak
sudah jelas bisa terjadi bahkan dalam anak usia muda.
6
pikiran tentang kematian. Seorang anak yang menderita depresi, tidak memiliki nilai
diri atau kepercayaan diri.
Gangguan mood lainnya adalah manik-depresif atau gangguan bipolar. Fluktuasi
suasana hati dan tingkat emosional adalah tanda utama. Seorang anak mungkin
gembira satu menit, dan sangat sangat tertekan setelah beberapa waktu, sering
dijelaskan. Sebuah gangguan bipolar sangat destruktif bagi anak dan orang-orang di
sekitar dia / dia. Hal ini serius dapat mempengaruhi kinerja, hubungan keluarga dan
teman-teman akademik.
7
untuk anak-anak yang menderita penyakit mental, bukanlah kasus yang harus
dicemaskan. Seperti halnya penyakit lain, pengobatan dan bantuan yang tepat,
penyakit dapat dikendalikan atau disembuhkan.
2.5 Mengatasi Penyakit (gangguan) Mental Anak
Gangguan mental merupakan salah satu hal yang patut diperhatikan. Hal ini
dikarenakan masyarakat masih rentan terhadap gangguan ini. Banyaknya faktor
kehidupan yang menjadi penyebabnyanya. Gangguan mental atau penyakit kejiwaan
adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau
kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal
manusia.
Penyakit mental dan fisik tidaklah sama. Biasanya, seseorang yang mengalami
gangguan mental akan terlihat baik-baik saja secara fisik, namun tidak secara psikis.
Dan sayangnya tidak banyak orang yang mengetahui cara memperlakukan orang
dengan gangguan mental dengan benar.
Dengan perlakuan yang salah sering kali membuat penderita gangguan mental
semakin terpuruk dan menderita. Hal ini dikarenakan orang-orang yang mereka kenal
tidak dapat memehami keadaannya. Akibatnya mereka akan mengasingkan diri dari
lingkungan.
Mungkin diantara kita ada yang kerabatnya terkena gangguan mental. Dan
tidak jarang banyak yang masih memberikan perlakuan yang salah kepada orang yang
terkena gangguan mental. Nyatanya perlakuan yang salah akan membuat kondisi
gangguan mental lebih parah.
8
Oleh karena itu, berikut adalah beberapa cara memperlakukan orang dengan
gangguan mental yang perlu Anda ketahui:
1. Hargai Mereka
Terkadang, salah satu hal yang paling dibutuhkan oleh orang yang mengalami
gangguan mental adalah didengar. Sayangnya, tidak semua orang mampu memahami
dan menghargai mereka. Padahal, ketika mereka dihargai dan didengar, pikiran dan
perasaan mereka akan lebih mudah membaik. (Baca juga mengenai makanan untuk
kesehatan mental).
Anda akan ikut serta dalam halusinasi mereka hanya untuk membuat mereka merasa
“nyaman”. Padahal, Anda lebih baik tidak ikut dalam halusinasi mereka –jangan
sampai Anda berpura-pura bahwa Anda juga mengalami hal yang mereka
halusinasikan.
3. Jangan Berbohong
Anda mungkin pernah berasumsi bahwa seseorang yang memiliki ganguan mental
bukanlah orang yang cerdas. Padahal, penyakit gangguan mental tidak ada
hubungannya dengan tinkat kecerdasan seseorang. Jangan pernah berbohong kepada
mereka, karena hal tersebut justru akan membuat mereka tidak akan percaya Anda.
9
5. Perhatikan Ucapan Anda
Ketika berhadapan dengan seseorang yang mengalami gangguan mental, mungkin
Anda akan merasa bingung tentang bagaimana cara merespon setiap ucapan dan
perbuatan mereka. Apapun yang mereka katakan dan lakukan, usahakan untuk Anda
tidak diam karena diam bukanlah pilihan terbaik untuk memperlakukan mereka.
10
Berbagai kondisi tersebut membuat para penderita semakin merasa terisolasi sehingga
para penderita merasa tidak layak untuk hidup dan memilih untuk melukai diri sendiri
bahkan bunuh diri. Sebagai sesama manusia sebaiknya kita menyadari dan mampu
menerima bahwa para penderita juga merupakan seorang yang layak untuk
mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai.
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah perilaku yang umumnya muncul
karena kelainan mental yang bukan bagian dari perkembangan normal manusia.
Padahal, orang yang memiliki penyakit mental tidak boleh untuk dibiarkan sendiri
karena akan semakin membuat mereka menderita.
Sama halnya dengan penyakit fisik, mereka perlu mendapatkan perhatian dan
perawatan yang tepat. Dengan perlakuan yang tepat dengan tidak menyinggung,
mengejek, atau menjauhinya maka mereka akan merasa lebih baik karena mereka
menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Perlakuan yang baik pasti akan membantu
dalam masa pemulihan mereka.
11
2.6 Pencegahan Penyakit (gangguan) Mental Anak
Perilaku buruk anak pada usia dewasa misalnya gampang marah, egois,
ataupun suka kekerasan, diperkirakan sangat berhubungan kondisi gangguan mental
pada masa anak-anak. Contoh ganggaun mental pada masa anak anak misalnya :
Gangguan kecemasan (anxiety didorder), kesulitan untuk fokus pada suatu hal, atau
sulit berkonsentrasi, gangguan makan (eating disorder), gangguan mood (mood
disorder), depresi, schizophrenia.
Gangguan tersebut ternyata dipengatuhi oleh pola asuh pada anak, yaitu dipengaruhi
secara nyata pada pemberian ASI atau tidak ketika anak itu masih bayi atau ketika
masih kecil.
Profesor sven Silburn, seorang peneliti dari Menzies School of Health Research di
Darwin, mengatkan bahwa terdapat bukti yang menunjukkan hubungan antara
menyusui dengan kesehatan mental seseorang.
Hal ini diperkuat dalam sebuah penelitian yang untuk mengentahui hubungan antara
Pengaruh pemberian ASI pada anak terhadap kondisi metal saat dewasa. Penelitian
ini dilakukan dengan dilakukan selama 14 tahun pada anak yang mendapatkan ASI
dan tidak mendapatkan ASI. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa
semakin pendek periode pemberian ASI, maka semakin besar kemungkinan gangguan
mental yang akan dialami anak menjelang masa remaja.
Jika anak saat bayi diberikan ASI, maka tubuh anak saat bayi itu akan mendapat
serotonin, apakah serotonin itu? Serotonin adalah zat antistres yang banyak dibentuk
dalam 2 tahun pertama kehidupan seorang bayi.
Serotonin atau zat antistres ini akan masuk ke dalam tubuh yang membuat anak
menjadi tidak mudah marah, dapat menghindari stres dan depresi dan juga dapat
mengurangi kemungkinan terkena gangguan mental saat dewasa nanti. Maka
sebaliknya sikap orang dewasa yang mudah marah, gampang stres, gampang depresi
12
serta gampang terkena gangguan mental bisa jadi salah satu faktornya kurangnya
asupan serotonin saat bayi alias tidak mendapatkan ASI.
Orang yang mendapatkan ASI saat masih bayi juga cenderung akan memiliki perilaku
yang lebih baik, terhindar dari sifat kekerasan, kelalaian, meningkatkan kecerdasan
serta menghindari sifat egois. Ini dikarenakan saat disusui anak mendapat perhatian
yang cukup dari orangtuanya, sehingga anak tak perlu mencari-cari perhatian dengan
melakukan perilaku yang buruk.
Karena efek negatif jika tidak diberikan ASI pada bayi akan terbawa hingga dewasa,
peneliti menyarankan agar ibu menyusui anaknya secara eksklusif sebab anak yang
mendapatkan ASI akan memiliki perilaku yang lebih baik.
Sedangkan pada susu formula cenderung mengandung zat mangan (Mn) yang tinggi,
zat ini bisa membuat anak menjadi cepat stres dan marah. Jika hal ini terus berlanjut,
maka ada kemungkinan saat dewasa anak memiliki perilaku yang buruk. Penelitian
lain juga disampaikan dalam pertemuan tahunan American Public Health Association,
dalam penelitian itu menemukan bahwa orangtua yang memberikan ASI saat masih
bayi cenderung jarang melaporkan adanya masalah perilaku pada anaknya.
“Ini merupakan temuan awal, tapi hal ini sudah menunjukkan jika orangtua tidak
menyusui anaknya akan berpengaruh pada perilaku selama masa anak-anak ataupun
jika sudah dewasa,” kata Dr Katherine Hobbs Knutson, seperti dikutip dari
HealthDay.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan orang yang mengonsumsi ASI saat masih
bayi memiliki kemungkinan gangguan perilaku 37 persen lebih rendah dibandingkan
dengan orang yang tidak mendapatkan ASI.
ASI sebaiknya menjadi satu-satunya pilihan bagi bayi baru lahir hingga berusia 6
bulan, tapi akan lebih baik lagi jika ASI tetap diberikan hingga bayi berusia 2 tahun.
13
Sehingga membuat ikatan emosional antara ibu dan anaknya menjadi lebih kuat, hal
ini juga yang membuat perilaku anak yang diberik ASI lebih baik daripada anak yang
tidak mendapatkan ASI sama sekali. Bagi anda para orang tua, khususnya ibu, dengan
membaca sedikit wacana di atas saya rasa anda bisa menentukan dan
mempertimbangkan, memberikan ASI atau susu formula yang sudah banyak beredar
di pasaran.
d. Berfikir positif dengan memandang segala sesuatu dari aspek positif atau
hikmahnya
14
- Geneplasties yaitu dengan mengadakan perubahan pada diri sendiri dan
pada lingkungan, sepanjang hal tersebut memungkinkan.
g. Melakukan rekreasi dan olahraga ringan agar secara fisik maupun mental
seseorang merasa lebih segar dan enak.
i. Berdoa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga seseorang
akan merasa tenang, tentram dan damai.
- Pelihara fisik anda dengan gizi yang memadai dan berolahraga yang teratur.
15
j. Masuk perkumpulan social
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini ialah sebagai
berikut:
1. Bahwa gangguan mental adalah penyakit atau kondisi yang
mempengaruhi pikiran manusia, yang ditandai dengan perilaku tak
menentu, suasana hati mudah berubah, perasaan dan pikiran. Interaksi
sosial seseorang dan fungsi dalam bidang apapun, dapat
dikompromikan oleh penyakit tersebut.
2. Gangguan mental yang paling umum adalah gangguan ansietas dan
depresi Dimana seseorang mengalami perasaan ketegangan, ketakutan,
atau kesedihan yang kuat dalam waktu bersamaan, gangguan mental
timbul ketika perasaan ini menjadi begitu mengganggu dan luar biasa,
bahwa seseorang memiliki kesulitan besar mengatasinya pada kegiatan
hari-hari, seperti bekerja, menikmati waktu luang, dan
mempertahankan hubungan.
3. Orang yang menderita salah satu dari gangguan mental yang berat
bermanifestasi dengan berbagai gejala yang dapat mencakup
kecemasan yang tidak beralasan, gangguan pikiran dan persepsi,
disregulasi suasana hati, dan disfungsi kognitif.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
17
Faradz SMH. Retardasi Mental Pendekatan Seluler Dan Molekuler,
Eprints.undip.ac.id, 2004.
Nur H. Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional, Jurnal
Pendidikan Karakter, 2013.
Prasetyo M. Kesehatan Mental Dalam Keluarga, FIP UNNES, Semarang, 2000.
Salmiah S. Retardasi Mental, 2010.
Sularyo TS, M Kadim. Retardasi Mental, Saripediatri.or.id, 2000.
Yustinus OFM Semium. Kesehatan Mental 2, 2006.
18