BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2.3.2 Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
2.3.3 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan (Oswari E, 1993)
2.4 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut
mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka
tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan
posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya
yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya
(Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang
berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur,
7
maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat
persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh
karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur
dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga
terjadi pemendekkan tulang dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya
gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).
8
FRAKTUR HUMERUS
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
9
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal
2.6 Komplikasi
Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi :
2.6.1 Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala
Syok neurogenik
Kerusakan organ syaraf
2.6.2 Early complication
Kerusakan arteri
Infeksi
Sindrom kompartemen
Nekrosa vaskuler
Syok hipovolemik
2.6.3 Late complication
a. Mal union adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.
Komplikasi dapat dicegah dengan melakukan analisa yang cermat sewaktu
10
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase
(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang
meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama
dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi
infeksi.
3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
12
2.8 Pengkajian
Pengkajian adalah pemeriksaan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan keperawatan klien baik fisik,
mental, social, dan lingkungan (Effendy, 1995).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan
yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
13
8. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini
perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih
mendalam.
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatatadalah tanda-
tanda, seperti:
a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
1) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
3) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
4) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
17
5) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
6) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
8) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru
a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
18
11) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
12) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB..
c. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu
Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem
muskuloskeletal adalah:
1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
b) Fistulae.
c) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
d) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
e) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
19
9. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
adalah sebagai berikut:
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
tulang
20
8. Lakukan kompres dingin selama Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
fase akut (24-48 jam pertama)
sesuai keperluan.
c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam
disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi dengan kriteria: klien tidak
mengeluh kesemutan, CRT kurang dari 2 detik.klien dapat melakukan
ROM
3. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk
tekanan bebat/spalk yang terlalu perlunya penyesuaian keketatan bebat/spalk.
ketat.
d. Risiko infeksi b/d ketidak adekuatan buffer pertahanan tubuh (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan asuhan keperawatan selama 5 X 24 jam
infeksi tidak terjadi dengan kriteria; Suhu 36 -37 ° C, tidak adanya pus
pada luka, leukosit 6.000 – 10.000 mm3
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda vital Peningkatan suhu tubuh, HR, menunjukan
tanda infeksi
2. Lakukan perawatan luka sesuai Luka merupakan port the entry, Mencegah
protocol infeksi sekunder dan mempercepat
penyembuhan luka.
3. Kolaborasi pemberian antibiotika Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
digunakan secara profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi.
4. Anjurkan klien untuk makan TKTP Konsumsi protein bahan dasar pembentukan
antibodi serta mempercepat penyembuhan
luka
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Anggota TNI
Status Marital : Kawin
Agama : Islam
Tanggal masuk : 05 Oktober 2016
Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2016
Ruang : Sakura
Diagnosa medis : Fraktur Humerus dextra 1/3 distal terbuka.
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh nyeri di daerah lengan kanan atas
26
2. Pola 5-6 gelas @ 250 ml. 1000- 4 gelas @ 250 ml. 800-1000
minum 1500 cc/ hari cc
Pantang minum kopi
2. Pola
Eliminasi
1. BAB Frekuensi 1x/ hari, Frekuensi 1x/ hari,
konsistensi lembek, tidak konsistensi lembek, tidak
nyeri saat BAB nyeri saat BAB
4. Personal
Mandi 2x/ har pakai sabun Mandi di lap 1x/hari pakai
Hygiene
Gosok gigi 2x/ hari pakai sabun
R: 16x/ menit
S: 36,8ºC
N: 80x/menit
BB: 50 Kg
TB 160 Kg
c. Mata
Posisi simetris, sudut mata sejajar dengan spina, konjungtiva bulbar bening dan
bersih, konjungtiva palpebra ananemis, sclera anicterik, lensa mata bening.
Fungsi penglihatan baik (bisa membaca koran).
d. Telinga
Eksterna: ukuran dan bentuk simetris tidak ada nodul dan tidak ada nyeri
palpasi.
Interna: Mukosa warna pink, ada serumen warna coklat konsistensi coklat.
Fungsi pendengaran baik dibuktikan dengan tes bisik, mampu menjawab sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan.
e. Hidung
Eksterna: ukuran dan bentuk simetris, kokoh, tidak ada massa dan tidak ada
nyeri palpasi.
Interna: Mukosa hidung warna pink, lembab, tidak ada secret tidak ada nodul
dan tidak ada massa.
g. Dada
Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta dada, tidak ada lesi, respirasi tidak
menggunakan otot-otot asesoris pernafasan. Taktil premitus kanan dan kiri
teraba sama, tidak ada lesi.
30
j. Ginjal
Tidak ada nyeri ketok, tidak ada pembesaran ginjal dan BAK tidak ada
kelainan.
k. Ekstremitas
Atas: Tangan kiri : bahu bisa elevasi, depresi, siku bisa fleksi dan ekstensi
lengan bawah bisa supinasi dan pronasi, pergelangan tangan bisa ekstensi,
fleksi, hiperekstensi, radial fleksi, ulnar fleksi, jari bisa fleksi dan
ekstensi, kekuatan tonus otot +5, tidak nyeri akral hangat, caffilery reffil
< 2 detik, tidak tampak sianosis, tidak ada oedema pada lengan kiri,
turgor kulit baik(< 2 detik).
Tangan kanan : bahu tidak bisa elevasi, depresi, siku tidak bisa fleksi dan
ekstensi, lengan bawah tidak bisa supinasi dan pronasi, pergelangan
tangan bisa ekstensi, fleksi, hiperekstensi, radial fleksi, ulnar fleksi, jari
bisa fleksi dan ekstensi, kekuatan otot +2, akral hangat, caffilery reffil < 2
detik, tidak tampak sianosis, oedema pada lengan kanan atas, turgor kulit
baik(< 2 detik).
Bawah: Pangkal paha bisa abduksi, adduksi, rotasi dalam dan luar, lutut bisa
fleksi dan ekstensi, kekuatan otot +5, tidak ada nyeri akral hangat, tidak
31
tampak sianosis, caffilery reffil < 2 detik, tidak tampak oedema, turgor
kulit baik (< 2 detik).
l. Punggung
Bentuk simetris, tidak ada dekubitus, tidak ada kelainan tulang belakang, dan
tidak ada nyeri tekan.
m. Genitalia
Tidak ada nyeri tekan pada blass, pola berkemih teratur, kebersihan genetalia
cukup.
8. Rektum
Tidak ada hemoroid, tidak ada masa, tidak ada nyeri saat BAB.
10. Pemeriksaan Penunjang
NO. TANGGAL JENIS HASIL NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
1. 05-10-2016 Laboratorium :
Hb 14,1 % 14-18 gr %
Leukosit 8000 /mm3 4000-10000/mm3
Hematokrit 43 % 40-48 %
Trombosit 254000 150.000-390.000/mm3
2. 05-10-2016 Radiologi :
Fraktur communitive inter condelais os. Humerus dextra.
11. Penatalaksanaan
a. Cefotaxim 2 x 1 gram
b. Ketorolac 2 x 1 amp
c. Ranitidin 1 x 1 amp
32
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji ulang tanda-tanda Pada klien dengan fraktur dapat terjadi
nyaman ; nyeri b/d asuhan keperawatan selama 3 vital kerusakan vaskuler, perdarahan.
terputusnya X 24 jam nyeri berkurang Penurunan TD tanda dari pre syok,
kontinuitas jaringan dengan kriteria: skala nyeri 2, peningkatan PR, terjadi kerusakan
tulang Ditandai klien tidak mengeluh nyeri, jaringan/cidera sel, nyeri yang hebat
dengan: klien tampak rileks. dapat menyebabkan syok neuogenic,
DS : Klien mengeluh TD: 110/70 mmHG data dasar pemberian intervensi
nyeri pada lengan R: 16x/ menit
kanan atas dengan S: 36-37ºC 2.Kaji tingkat nyeri Pada klien fraktur terjadi kerusakan
skala 8. N: 80x/menit jaringan/cidera sel, nyeri yang hebat
DO : Klien tampak dapat menyebabkan syok neurogenic,
meringis kesakitan, membantu menentukan intervensi,
lengan kanan atas memberikan dasar atau perbandingan
tampak bengkak, evaluasi terhadap terafi.
TD: 130/90 mmHG 3.Pertahankan imobilasasi Mengurangi nyeri dan mencegah
R: 16x/ menit bagian yang sakit dengan malformasi.
S: 36,8ºC tirah baring, gips, bebat
N: 80x/menit dan atau traksi
35
kebutuhan pengobatan proses penyakit dan tindakan 2. Kaji kesiapan klien Efektivitas proses pembelajaran
b/d kurang terpajan yang akan dilakukan dengan mengikuti program dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
atau salah interpretasi kriteria: klien dapat mengulang pembelajaran. mental klien untuk mengikuti program
terhadap informasi, materi yang telah dibahas, lebih pembelajaran.
keterbatasan kognitif, kooferatif terhadap tindakan
kurang yang akan dilakukan 3. Diskusikan metode Meningkatkan partisipasi dan
akurat/lengkapnya mobilitas dan ambulasi kemandirian klien dalam perencanaan
informasi yang ada sesuai program terapi dan pelaksanaan program terapi fisik.
ditandai dengan fisik.
DS : Klien 4. Ajarkan tanda/gejala Meningkatkan kewaspadaan klien
mengatakan cemas klinis yang memerlukan untuk mengenali tanda/gejala dini yang
akan penyakitnya evaluasi medik (nyeri memerulukan intervensi lebih lanjut.
bertambah parah berat, demam, perubahan
DO: klien tampak sensasi kulit distal
cemas cedera)
Klien selalu bertanya 5. Persiapkan klien untuk Upaya pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengatasi masalah
tentang penyakitnya mengikuti terapi
sesuai kondisi klien.
pembedahan bila
diperlukan
37
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakkan 1. Kaji tanda-tanda vital Peningkatan suhu tubuh, HR,
terhadap infeksi asuhan keperawatan selama 5 menunjukan tanda infeksi
berhubungan dengan X 24 jam infeksi tidak terjadi 2. Lakukan perawatan luka Luka merupakan port the entry,
ketidak adekuatan dengan kriteria; Suhu 36 -37 ° sesuai protocol Mencegah infeksi sekunderdan
buffer pertahanan C, tidak adanya pus pada luka, mempercepat penyembuhan luka.
tubuh (kerusakan leukosit 6.000 – 10.000 mm3
kulit, trauma jaringan 3. Anjurkan makan TKTP Konsumsi protein bahan dasar
lunak, prosedur sesuai kebutuhan pembentukan antibodi serta
invasif/traksi tulang) mempercepat penyembuhan luka
ditandai dengan:
DS: Klien 4. Kolaborasi pemberian Antibiotika spektrum luas atau spesifik
mengatakan setelah antibiotika dapat digunakan secara profilaksis,
kecelakaan adanya mencegah atau mengatasi infeksi.
patah tulang dan luka 5. Analisa hasil pemeriksaan Leukositosis biasanya terjadi pada
DO: adanya patah laboratorium (Hitung proses infeksi, anemia dan peningkatan
tulang terbuka darah lengkap, LED, LED dapat terjadi pada osteomielitis.
Kultur dan sensitivitas Kultur untuk mengidentifikasi
luka/serum/tulang) organisme penyebab infeksi
38
15. Implementasi
No Tanggal DP Implementasi Paraf
2.
43
44
BAB IV
PEMBAHASAN
5.4 Implementasi
Pada tahap ini semua tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
ada serta penulis tidak menemukan hambatan.
5.5 Evaluasi
Pada tahap ini masalah keperawatan belum tercapai disebabkan klien dirujuk ke
RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada hari senin tanggal tanggal 08 Oktober 2016,
dengan alasan dekat dengan keluuarganya.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pada tahap pengkajian pelaksanaannya sebagian besar didapatkan data
sesuai dengan teori.
5.1.2 Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan analisa data terdiri dari tiga
komponen yaitu : problem, etiologi dan symptom, dengan diagnosa
keperawatan yaitu : Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, Risiko infeksi b/d ketidak adekuatan buffer
pertahanan tubuh (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur
invasif/traksi tulang), Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang
ada.
5.1.3 Pelaksanaan rencana keperawatan sesuai dengan teori yang ada.
5.1.4 Pada tahap evaluasi masalah keperawatan belum tercapai disebabkan klien
dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada hari senin tanggal tanggal 08
Oktober 2016, dengan alasan dekat dengan keluuarganya.
5.2 Saran
5.2.1 Rumah sakit
Selama pelaksanaan Asuhan keperawatn pada klien Tn.A untuk instrument
perawatan luka telah memenuhi standar minimal tetapi diharapkan ada
penambahan.
5.2.2 Fakultas Ilmu Kesehatan UMC
Diharapkan lebih melengkapi referensi perpustakaan sebagai penunjang
proses belajar mengajar bagi mahasiswa.
47
DAFTAR PUSTAKA
Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran. Bandung
McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, 2000, Nursing Outcome Classificatian (NOC),
Second Ed, New York, Mosby.
_________, 2005, Nursing Intervention Classificatian (NIC), Second Ed, New York,
Mosby.
Apley, A. Graham ,Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,
1995.
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing ProcessApproach,
4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta,
1999.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI,
Jakarta, 2000.