Anda di halaman 1dari 9

ANXIETAS PADA ANAK

1. PENDAHULUAN Anak sebetulnya telah mengalami kecemasan sejak bulanbulan pertama dari kehidupan, hahkan menurut beberapa sarjana, bayi sebelum lahir sudah mengalami kecemasan. Akan tetapi manifestasi dari kecemasan ini sering kali tidak dimengerti oleh orang dewasa.

Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik. Kecemasan dialami oleh setiap anak dalam setiap fase perkembangannya. Oleh sebab itu gangguan mental emosionil pada anak lebih sering terdapat daripada orang dewasa serta variasinya juga lebih banyak.

Anxietas merupakan gangguan yang umum pada anak-anak dan dapat menyebabkan gangguan substansial pada pergaulan di sekolah, keluarga dan sosial. Gangguan ansietas pada anak dapat menjadi faktor terjadinya ansietas dan depresi pada masa dewasa. Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari.Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur. Gangguan ini biasanya muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan usia 20-an dan dua kali lebih banyak dijumpai pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.

Walau angka prevalensinya tinggi, (10-20%), namun ansietas pada anak jarang terdeteksi dan tidak mendapat terapi. Para ahli berpendaopat bahwa bila ansietas pada anak dapat ditangani dengan baik, maka akan memberikan dampak yang penting terhadap kesehatan masyarakat. Terapi yang selama ini diberikan diantaranya adalah terapi perilaku kognitif dan terapi dengan menggunakan obat-

obatan golongan SSRIs (selective serotonin-reuptake inhibitors). Namun hingga kini, penelitian acak terkontrol yang membandingkan efek terapi perilaku kognitif dengan terapi SSRIs dan perbandingan gabungan keduanya dengan terapi control masih sangat kurang.

2.

DEFINISI Gangguan Anxietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada

tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. Kecemasan adalah bentuk dasar dari semua affek atau dengan perkataan lain semua jenis affek adalah derivat dari kecemasan. Hal ini lebih nyata pada affek yang negatif (seperti : kemarahan, kebencian, kesedihan) daripada affek yang positif (seperti: kegembiraan, rasa sayang). Defensi ego terhadap kecemasan dapat dikerahkan terhadap jenis-jenis affek lainnya juga. Menurut Jersild, kecemasan adalah respons terhadap ancaman pada dirinya , pada ego atau pada harga dirinya. Beberapa sarjana membedakan kecemasan dan ketakutan, yakni ; Kecemasan : adalah respons terhadap bahaya yang tidak tampak (tak ada obyek luar) dan respons ini jauh tak sebanding dengan ancaman realistik dari bahaya tersebut (bahaya subyektit). Ketakutan : adalah respons terhadap bahaya yang tampak (ada obyek luar) dan respons ini sebanding dengan bahaya realistik dari obyek ini terhadap dirinya sendiri (bahaya obyektif).

Menurut Freud teori kecemasan yakni : a) ID/Impulse anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak b) Saparation anxiety : pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih saying orangtuanya c) Cstration anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan pembentukan impuls seksual d) Super Ego anxiety : pada fase ahkir pembentukan super ego yaitu pre pubertas

3.

EPIDEMIOLOGI Para ahli berpendapat bahwa bila ansietas pada anak dapat ditangani dengan

baik, maka akan memberikan dampak yang penting terhadap kesehatan masyarakat. Gangguan ansietas pada anak dapat mejadi faktor terjadinya ansietas dan depresi pada masa dewasa. Walau angka prevalensinya tinggi, (10-20%), namun ansietas pada anak jarang terdeteksi dan tidak mendapat terapi.

Studi epidemiologi melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada anak dan remaja bervariasi yaitu berkisar antara 2.6% sampai 41.2%.3 Diagnostic Interview Schedule for Children (DISC) dan Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik. Pada umur 25 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Kecemasan akan dua kali lebih sering terjadi pada anak-anak yang mengalami trauma kelahiran daripada anak-anak yang proses kelahirannya normal. Kemudian kecemasan akan enam kali lebih sering terjadi pada anak yang berasal dari keluarga yang "broken home" daripada keluarga yang normal.

4.

ETIOLOGI Lingkungan anak terdiri dari lingkungan yang memuaskan dan lingkungan

yang mengancam anak. Lingkungan dapat memberikan kesenangan dan mengurangi ketegangan pada anak, tetapi dapat juga mempunyai kekuatan untuk menghasilkan nyeri dan menambah ketegangan.

Apakah penyebab timbulnya kecemasan pada anak? Freud5 mengutarakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada anak terutama karena 2 keadaan : 1. Kehilangan orang yang dicintai, yakni keadaan dimana anak ditinggal sendiri atau dipisahkan dari ibu yang dicintainya (separation anxiety)

2.

Konflik yang tak terselesaikan antara kebutuhan untuk pemuasan instinktual dan keadaan lingkungan melarang pemuasan ini.

anak bila seorang anak terus menerus membentuk defens (pertahanan) melawan lingkungan yang tak dapat dipercaya, tak adil dan kejam terhadap dirinya. Terhadap lingkungan ini anak tak mempunyai kekuatan untuk mengubahnya, ini menghalangi tumbuhnya kepercayaan pada diri sendiri.

Penyebab kecemasan menurut wong (2002) yaitu : 1. 2. 3. Perpisahan dengan keluarga Berada dilingkungan yang asing Ketakutan akan prosedur-prosedur tindakan yang akan dilakukan Teori Sullivan menekankan konsep "emphathy", yakni konsep hubungan antara individu antara ibu dan anak. Bila orang tua mengalami kecemasan maka pada anak juga timbul kecemasan karena adanya komunikasi antara keduanya.

Banyak pandangan dan teori yang diajukan. Tapi secara singkat dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni : 1. Pandangan ahli konstitusi yang menerangkan sebab kecemasan dianggap sebagai ekspressi langsung dari pola konstitusi anak yang telah ditetapkan sebelum lahir.
2.

Pandangan ahli psikoanalisa menganggap kecemasan terjadi akibat hasil konflik antara dorongan instinktual yang ingin mencari kepuasan dengan kekuatan repressi untuk menghambat dorongan ini.

3.

Teori belajar (learning theory) mengungkapkan bahwa kecemasan dipandang sebagai pola belajar conditioning dengan adaptasi yang salah serta didasarkan pada pembentukan conditioned reflex.

4.

Pandangan ahli kultural dimana gejala kecemasan dipandang sebagai ekspressi langsung dari pengaruh sosiokultural.

5.

PATOGENESIS Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmmiter

Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan penghambatan neurotransmmiter di otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ionion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban. Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan.

6.

DIAGNOSIS Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik.

Anak biasanya bereaksi terhadap stress dengan cara regresi; ia sering khawatir bila berada dalam situasi yang baru, ragu-ragu dan mau menurut saja. Ia sering ketakutan, takut gelap, orang asing, Guntur binatang dan terhadap apa saja. Ia sering mengalami insomnia, mimpi-mimpi buruk, eneuresis dan preokupasi mengenai kesehatan badaniah. Bila tidak diobati ia menjadi heroic dan cenderung pada nerosa fobik dan hipokondrik.

Gejala-gejala anxietas terdiri atas 2 komponen, yaitu komponen psikis/mental dan komponen fisik. Gejala psikis berupa anxietas atau kecemasan

itu sendiri seperti was-was, komponen fisik merupakan manifestasi dari keterjagaan yang berlebihan (hyperarousal syndrome): jantung berdebar,napas cepat, mulut kering,keluhan lambung (maag), tangan dan kaki terasa dingin dan ketegangan otot. Kecemasan pada anak lebih meresap dan tidak begitu bergantung pada keadaan tertentu.

Widodo S, mengungkapkan bentuk kecemasan pada anak sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. Menjadi impulsive dan distruktif Nervous movement, misalnya sering gugup Sulit tidur atau tidur lrbih lama dari biasanya Tangan berkeringat Peningkatan detak jantung dan nafas Muak/mual Sakit kepala Sakit perut.

Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari. Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur.

7.

PENATALAKSANAAN Kecemasan diperlukan dalam kehidupan anak, asal dalam taraf ringan.

Tidak mungkin dalam kehidupan ini, kita mencegah terjadinya kecemasan pada anak. Lebih muda usia anak, lebih tidak matang ego anak, lebih sedikit kemampuan anak untuk mengatasi kecemasan yang dialami. Lebih tua anak, terutama pada permulaan masa dewasa, ego telah berkembang lebih matang, maka lebih mudah mereka mengatasi kecemasan secara realitas.

Dalam perkembangannya anak harus belajar mengatasi rasa cemas atau takut baik yang bersifat sesungguhnya maupun yang bersifat khayal. Anak umumnya sukar mengutarakan rasa takut dan cemas. Ia harus belajar mengetahui lebih dahulu semua bahaya yang mengancam dan kemudian mempersiapkannya. Mempersiapkan mengatasi bahaya yang menimbulkan kecemasan ini disebut Anticipatory Anxiety. Dengan menggunakan Anticipatory Anxiety maka ego dapat belajar mengurangi kecemasan atau mengatasi bahaya yang mengancam dan akhirnya ego anak berkembang lebih matang.

Jadi mempersiapkan anak berulang-ulang menghadapi bahaya di alam sadar, akan menambah kemampuan anak mengatasi kecemasan. Sebaliknya bila anak tak pernah dipersiapkan untuk menghadapi bahaya yang menimbulkan kecemasan maka setiap kecemasan yang timbul akan selalu direpressi (ditekan dialam tidak sadar). Ini akan mengundang terjadinya neurosis. Karena itu sangat penting kita mempersiapkan anak untuk menghadapi dan mencegahnya agar kecemasan ini tidak bertambah berat bahkan diharapkan kecemasan ini dapat diatasi anak.

Para ahli berpendapat bahwa bila ansietas pada anak dapat ditangani dengan baik, maka akan memberikan dampak yang penting terhadap kesehatan masyarakat. Terapi yang selama ini diberikan diantaranya adalah terapi perilaku kognitif dan terapi dengan menggunakan obat-obatan golongan SSRIs (selective serotonin-reuptake inhibitors). Namun hingga kini, penelitian acak terkontrol yang membandingkan efek terapi perilaku kognitif dengan terapi SSRIs dan perbandingan gabungan keduanya dengan terapi kontrol masih sangat kurang.

dr. John Walkup dan rekan melakukan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine tahun 2008, dalam studi ini dilibatkan kurang lebih 500 anak dengan gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh (generalized anxiety disorder) atau ketakutan terhadap sosial. Anak-anak ini secara acak diberikan terapi perilaku kognitif (14 sesi), sertraline (dengan dosis awal 25 mg sehari yang ditingkatkan hingga 200 mg sehari pada

minggu ke-8), terapi kombinasi perilaku kognitif dengan sertraline atau diberikan plasebo. Perbaikan gejala ansietas diukur menggunakan Clinical Global ImpressionImprovement scale. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada minggu ke-12, anak-anak yang mendapatkan terapi, baik terapi perilaku kognitif, terapi sertraline, maupun terapi gabungan memperbaiki gejala ansietes lebih baik dibandingkan dengan plasebo, dengan perbaikan yang paling tinggi pada kelompok yang diberikan terapi gabungan.

Para ahli berpendapat bahwa terapi perilaku kognitif dan sertraline, dan juga dalam kombinasi dapat menjadi terapi yang efektif untuk gangguan ansietas pada anak-anak. Selain itu terapi kombinasi memperlihatkan hasil yang lebih baik. Baik terapi perlilaku kognitif, terapi sertraline maupun terapi gabungan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat keluarga pasien, ketersediaan pengobatan, biaya dan waktu.

8.

PROGNOSIS Prognosisnya baik, terutama bila seluruh keluarga dilibatkan dalam

pengobatan. Prognosisnya menjadi lebih baik bila kecemasan itu timbul pada akhir masa kanak-kanak dan bila anak itu sebelumnya secara relative stabil dan tenang.

DAFTAR PUSTAKA
1. YYA. Kombinasi Sertraline dan Terapi Perilaku Kognitif Memperbaiki Gejala Ansietas pada Anak-Anak. 01 november 2010. Available from http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=20845 2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi 2 : Psikiatri anak. Surabaya:Airlangga university press;2009. Hal.515-17. 3. Anonim. Gangguan ansietas dan gangguan depresi berhubungan dengan sakit perut berulang. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31237/5/Chapter%20I.pdf 4. Anonim. Kecemasan pada anak usia sekolah akibat hospitalisasi. 2006. Available from : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdlyulikurnia-5171-3-bab2.pdf 5. Fauzan PY. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan. 29 januari 2012. Available from : http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/01/faktorfaktor-yang-mempengaruhi.html 6. Warsiki EG, Soeharjono L. Kecemasan pada anak remaja.1983. Available from: http://15_KecemasanPadaAnakRemaja.pdf 7. Andry, Dewi YP. Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan. 07 juli 2007. Available from : http://mki.idionline.org/index.php?upage=mki.mki_dl&smod.pdf 8. Sumardiono. Kecemasan dan minat belajar anak TK. 26 November 2011. Available from : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgpaud_047159_chapter2.p df

Anda mungkin juga menyukai