Anda di halaman 1dari 7

D.

Gangguan Abnormal Psychology

Penyebab psikologi abnormal tidak hanya memiliki satu penyebab saja, tetapi memiliki banyak
penyebab dan saling berkaitan. Penyebab gangguan psikologis sangatlah kompleks diantaranya dari
faktor nature (biologis) atau nurture (lingkungan). Beberapa pertimbangan dalam menentukan
penyebab gangguan yakni (Duran & Barlow, 2006):

1. Kontribusi genetik

Model diatesis stres

Dalam pembahasan mengenai kontribusi gen terdapat istilah diathesis-stress model yang artinya
individu mewarisi banyak gen, berbagai kecenderungan untuk mengekspresikan sifat atau perilaku
tertentu yang dapat diaktifkan melalui kondisi stress.

Diatesis sendiri memiliki makna yakni kondisi yang membuat seseorang rentan untuk mengembangkan
gangguan tertentu. Misalnya seorang anak memiliki orang tua yang ketika stres cenderung untuk marah-
marah maka sang anak bisa memiliki kecenderungan yang sama dengan orang tuanya.

Model gen lingkungan resiprokal

Model ini berarti bahwa orang memiliki kecenderungan genetik untuk menciptakan faktor risiko
lingkungan yang meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan itu. Tienari et al (1994) menemukan
bahwa anak dari orangtua yang menderita skizofrenia yang diadopsi waktu bayi ada kecenderungan
mengembangkan gangguan psikiatrik termasuk skizofrenia jika diadopsi oleh keluarga disfungsional.
Namun jika keluarga fungsional dan pola asuh baik maka tidak mengembangkan gangguan itu.

Catatan penting : Interaksi antara gen dan lingkungan berperan penting dalam gangguan psikologis.

2. Peran system saraf

Pakar psikopatologi merumuskan teori mengenai peran aktivitas neurotransmitter yang mempengaruhi
kepribadian. Contoh : orang yang impulsive mungkin memiliki aktivitas serotonin rendah. Perlu diketahui
bahwa serotonin berfungsi untuk mengatur perilaku, mood, dan proses berpikir.
3. Proses perilaku dan kognitif

Learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari)

Teori Seligman menyebutkan bahwa orang menjadi gelisah dan depresi ketika mereka membuat atribusi
bahwa mereka tidak memiliki control atas stress yang terjadi dalam hidupnya (baik yang mereka lakukan
maupun tidak).

Modelling

Belajar melalui observasi dan imitasi(meniru) perilaku orang lain. Eskperimen bandura mengenai bobo
doll eskperimen menemukan bahwa anak yang diperlihatkan perilaku agresif dari model maka
cenderung merespon dengan Tindakan agresif pula.

4. Pengaruh emosional

Terdapat istilah fight or flight response adalah reaksi biologis terhadap stres yang mengancam yang
mengarahkan sumber daya pada tubuh (aliran darah, pernafasan) untuk melawan (fight) atau menjauhi
(flight) ancaman. Misalnya ketika sedang dimarahi oleh orang lain, kita punya pilihan untuk memarahi
orang tersebut juga (fight) atau mendiamkan orang tersebut (flight).

Catatan penting: mood dan emosi berbeda, mood (suasana perasaan) adalah periode emosi yang
bertahan lama, sedangkan emosi adalah keadaan perasaan dan Tindakan yang dipicu oleh kejadian yang
disertai dengan respon fisiologis.

5. Pengaruh sosial dan interpersonal

Grant, Patterson dan yager (1988) menemukan bahwa orang lansia yang memiliki dukungan sosial kecil
dari keluarga menunjukkan tingkat depresi tinggi dan kualitas hidup yang kurang memuaskan.
Pentingnya dukungan sosial bagi kesejahteraan mental seseorang. Mencari dan memilih didalam
lingkungan yang baik akan membuatmu lebih bahagia.
6. Faktor perkembangan

Dalam perjalanan hidup terdapat banyak fase perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa
hingga lanjut usia. Setiap perubahan menuju dari fase berikutnya tentunya mengalami pergejolakan.
Ada banyak masa-masa krisis kehidupan selama kita hidup dan tentunya jika kita mampu
menghadapinya dan mampu melewatinya kita akan menjadi manusia yang bertumbuh. Namun, jika kita
tidak mampu menetapkan pilihan yang bijak selama fase kehidupan kita, maka ada kerentanan
gangguan psikologis.

E. Faktor-faktor Tingkah Laku Abnormal Psycology

1. Penyebab Primer ( Primary Cause ). Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa
kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang
system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau
kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya
penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin
menyerang seseorang.

2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause ). Kondisi yang mendahului dan


membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu
di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin
menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang –
orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik

3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause ). Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang
tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang
menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya.
Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah
bisnis pakaiannya bangkrut.

4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause ). Kondisi yang cenderung


mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya
perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan
yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
(Dyah Kusbiantari dalam http: //kusbiantari.blogspot.com / 2012 diakses tanggal 16 November
2012).

5. Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat
sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber
penyebab sebagai abnormalitas.
B. Menurut Sumber Asalnya

1. Faktor Biologis adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat
perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen,
kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh.
Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan
terhadap stress.

Ini dapat dihubungkan kewarisan genetis atau gangguan fungsi fisik, menurut Dr. Tobin
komponen rutin dalam setiap evaluasi penilaian sampai sejauh mana masalah yang
kelihatannya disebabkan secara emosiobnal dapat dijelaskan dalm kerangka determinal
biologis.[4]

2. Faktor Psikologis adalah gangguan yang umumnya muncul sebagai akibat pengalaman
gaya hidup yang bermasalah. Pengalaman hidup tersebut bersifat interpersonal kejadian-
kejadian yang terjadi karena interaksi dengan orang lain. Namun, orang juga memiliki
pengalaman intra psikis, pengalaman yang terjadi di dalam fikiran dan perasaan. Masaalah-
masalah emosional dapat mubncul dari persepsi yang terdistorsi dan cara berfikir yang salah.
[5]

3. Faktor Sosio Kultural, istilah ini mengacu pada berbagai lingkaran pengaruh sosial jalan
hidup seseorang. Abnormalitas dapat pula disebabkan oleh kejadian-kejadian pada selah satu
atau keseluruhan konteks sosial tersebut.[6]

4. Faktor – faktor psikososial

a. Trauma Di Masa Kanak-kanak. Trauma Psikologis adalah pengalaman yang


menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis
yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak
cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.

b. Deprivasi Parental. Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang
tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.

c. Hubungan orang tua – anak yang patogenik. Hubungan patogenik adalah hubungan yang
tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan
masalah atau gangguan tertentu pada anak.

d. Struktur keluarga yang patogenik. Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi
yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola
komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian
anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya.
e. Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena
berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .

f. Stress berat. Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis.

F. Ciri-ciri tingkah laku Abnormal

Kriteria umum yang digunakan adalah:[7]

Perilaku yang tidak biasa. Perilaku yang tidak biasa sering dikatakan abnormal. Hanya sedikit dari kita
yang menyatakan melihat ataupun mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial. Setiap masyarakat
memiliki norma-norma (Standar) yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam
tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya mungkin akan dipandang sebagai abnormal
dalam budaya lainnya.

Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas. Sistem sensori dan kognitif yang memungkinkan
seseorang untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar. Namun
melihat sesuatu ataupun mendengar suara yant tidak ada objeknya akan disebut sebagai halusinasi,
dimana dalam budaya sering dianggap sebagai tanda-tanda yang mendasari suatu gangguan.

Orang-orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan. Kondisi stress personal yang
diakibatkan oleh gangguan emosi, seperti kecemasan, ketakutan, atau depresi, dapat dianggap
abnormal. Namun kecemasan dan depresi terkadang merupakan respon yang sesuai dengan situasi
tertentu.[7] Gangguan emosi dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang, sehingga seseorang yang
menggunakan pikiran akan tetapi tidak bisa mengendalikan, maka bisa berakibat stress, Emosi ini
menghalangi seseorang karena tindakan-tindakan yang dilakukannya tersebut pada umumnya
merupakan tindakan fisik, dalam era sekrang tindakan fisik jarang untuk memecahkan suatu persoalan.
[8]

Perilaku mal adaptif atau self-defeating. Perilaku yang menghasilkan ketidakbahagiaan dan bukan
pemenuhan diri dapat dianggap sebagai abnormal. Perilaku yang membatasi kemampuan kita untuk
berfungsi dalam peran yang diharapkan atau untuk beradaptasi dengan lingkungan juga dapat disebut
sebagai abnormal.

Perilaku berbahaya. Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat
dikatakan abnormal.
G. Kapan sesuatu di katakan Abnormal Psychology

Perilaku abnormal yang khas adalah perilaku yang dianggap kriminal, menyimpang atau berbahaya bagi
diri sendiri atau orang lain. Pikiran dan perasaan yang tidak normal juga dapat dianggap tidak normal,
seperti yang menyebabkan gangguan makan yang serius atau menyakiti diri sendiri. Agar psikologi
abnormal dapat didiagnosis, perlu dilakukan serangkaian tes, dimulai dengan pengamatan perilaku.
Psikologi abnormal American Psychological Association menerbitkan panduan referensi untuk psikologi
abnormal, yang dikenal sebagai psikologi abnormal: Definisi Internasional. Manual referensi ini
mendefinisikan psikologi abnormal sebagai “respons abnormal terhadap rangsangan eksternal yang
mungkin berbeda secara signifikan dari norma-norma yang diamati di lingkungan orang tersebut”.
Perilaku yang dianggap abnormal dibagi menjadi dua kategori utama. Kategori ini termasuk gangguan
mental dan kondisi kesehatan mental lainnya. Gangguan mental termasuk depresi dan skizofrenia.
Kondisi kesehatan mental lainnya termasuk gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan, gangguan makan dan gangguan obsesif-kompulsif. Perilaku abnormal adalah perilaku yang
menyimpang dari norma yang diamati di lingkungan normal masyarakat tetapi dianggap oleh para ahli
dapat diterima atau bahkan diperlukan dalam keadaan tertentu. Perilaku abnormal dapat mencakup
pikiran dan perasaan abnormal, bertindak dengan cara yang di luar perilaku normal, atau respons
abnormal terhadap faktor lingkungan seperti tekanan, trauma, atau pelecehan. Psikolog percaya bahwa
psikologi abnormal dihasilkan dari pandangan yang menyimpang tentang realitas yang menyebabkan
penderitaan dan dapat menyebabkan pola perilaku dan perasaan maladaptif yang meningkatkan
penderitaan dan melemahkan. Ketika psikologi abnormal menjadi masalah, seringkali dapat
mengakibatkan penyakit mental yang parah atau bahkan bunuh diri. Orang yang menderita gangguan
mental dan mengalami psikologi abnormal sering menyalahkan diri sendiri atas perilaku mereka. Mereka
percaya bahwa mereka pasti telah melakukan sesuatu yang salah untuk menerima hasil ini. Jika Anda
adalah korban dari jenis perilaku psikologis ini, Anda berhak untuk merasa seperti itu. Tidak seorang pun
pantas untuk disalahkan atau dihakimi atas sesuatu yang dilakukan atau sedang dilakukan orang lain.
Meskipun penting untuk percaya bahwa mungkin ada alasan untuk perilaku Anda, tidak sah untuk
menyalahkan diri sendiri atau membuat diri Anda merasa bersalah atas sesuatu yang dilakukan atau
dilakukan orang lain. Psikologi abnormal telah terbukti mengakibatkan orang yang menderita gangguan
mental ini menjadi depresi berat.

H. Mencegah perilaku abnormal

1. Hindari konflik batin yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan

2. Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa, hati nurani yaitu dengan kejujuran, tidak iri
dengki dan tidak berfikir negatif

3. Upayakan segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat

4. Dalam kehidupan berusaha melatih, membiasakan dan menegakkan disiplin dalam segala hal

5 Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme pertahanan diri dan
pelarian negatif
6. Berani dan mampu mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi dengan kemauan dan usaha konkrit dan
rasional

Anda mungkin juga menyukai