Anda di halaman 1dari 14

RESUME PERILAKU ABNORMAL

DISUSUN OLEH:
NAMA:SITI HALIMAH
NIM :021.01.3828

PROGRAM STUDI SEKOLAHTINGGI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM (STIKES MATARAM)
TA.2021/2022

1
1.Pengertian Perilaku Abnormal
Perilaku Abnormal adalah ilmu jiwa yang mempelajari tingkah atau perilaku
yang maladatif atau abnormalitas. Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku
abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya
mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit
mental), ataupun insanity. Psikologi abnormal kadang-kadang disebut juga
psikopatologi. Dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan istilah Abnormal
Psychology.
Singgih Dirgagunarsa mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi
sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan
kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan. Psikologi abnormal
merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola
perilaku abnormal dan cara menolong orang – orang yang mengalaminya.
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang baik
penampilan dari dalam maupun penampilan dari luar. Perilaku abnormal juga
merupakan perilaku spesifik, phobia, atau pola – pola perilaku yang lebih mendalam,
misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah –
masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan – gangguan yang
gejala – gejalanya bersifat akut dan temporer, seperti intoksinasi (peracunan obat –
obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup
seseorang.

A. Model – Model Perilaku Abnormal


Model – model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model –
model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan
biopsikososial.
1. Perspektif Biologi
2. Perspektif Psikologis

2
3. Perspektif Sosiokultural
4. Perspektif Biopisikososial
2.Penyebab Perilaku Abnormal
1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak
akan muncul. Kondisi yang harus dipenuhi agar suatu gangguan dapat muncul,
meskipun dalam kenyataan gangguan tersebut tidak atau belum muncul. Contoh
dalam bidang psikologi adalah kecemasan yang terjadi ketika seorang anak masih
kecil. Ini merupakan penyebab primer yang harus ada untuk terjadinya suatu
gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku.
2. Penyebab yang Menyiapkan (Predisposing Cause)
Keadaan sebelum munculnya suatu gangguan yang merintis kemungkinan
terjadinya sesuatu gangguan dimasa yang akan datang. Misalnya sifat tertutup dapat
merupakan predisposisi gangguan perilaku menghindar di kemudian hari.
3. Penyebab Pencetus (Preciptating Cause)
Peristiwa yang sebenarnya tidak terlalu parah namun seolah – olah merupakan
sebab timbulnya perilaku abnormal.
4. Penyebab Yang Menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku
maladaptif yang sudah terjadi.
5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab
akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering
menjadi sumber penyebab sebagai abnormalitasjelas.

3.Penyebab Perilaku Abnormal Menurut Sumber Asalnya


1. Faktor Biologis

3
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat
perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti
kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis
lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku,
mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
2. Faktor – Faktor Psikososial
a) Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa
mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit
disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak
–kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b) Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua,
berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.
Ada beberapa kemungkinan sebab misalnya:
1) Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan.
2) Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang
tua di rumah.
c) Hubungan Orang Tua – Anak Yang Patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini
hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah
atau gangguan tertentu pada anak.
d) Struktur Keluarga Yang Patogenik
1) Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung
diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola
komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan
perilaku pada sebagian anggotanya. .
e) Stress Berat

4
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan
ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri.
2) Konflik nilai.
3) Tekanan kehidupan modern.

3. Faktor – Faktor Sosiokultural


Meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang
dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam individu dan selanjutnya melahirkan
berbagai bentuk gangguan seperti :
a) Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan,
b) Terpaksa menjalani peran social yang berpotensi menimbulkan gangguan,
seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c) Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan
tertentu seperti berdasarkan agama, ras, suku dll.

4.Faktor Abnormalitas
Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989)
sebagai berikut:
A. Faktor Keturunan ( Hereditas )
1. Idiopathy ( Penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh )
2. Psikosis ( Penyakit mental yang parah )
3. Neurosis ( Penyakit saraf )
4. Ideocy ( Ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah )
5. Psikosis sifilitik

B. Faktor Sebelum Lahir ( Prenatal )


1. Kekurangan Nutrisi
2. Infeksi

5
3. Luka
4. Keracunan
5. Menderita Penyakit
6. Menderita Psikosis
7. Trauma Pada Kandungan

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Abnormal


A. Faktor – Faktor Biologis

B. Faktor – Faktor Psikologis


Teori pembelajaran yang melibatkan modelling dan pengondisian operant
memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenai perkembangan dan berlanjutnya
masalah tingkah laku. Anak – anak dapat mempelajari agresivitas orang tua.
berperilaku agresif. Anak juga dapat meniriu tindakan agresif dari berbagai sumber
lain seperti televisi. Karena agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif,
meskipun tidak menyenangkan, kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu
setelah ditiru, tindakan agresif kemungkinan akan dipertahankan. Berbagai
karakteristik pola asuh seperti disiplin keras dan tidak konsisten dan kurangnya
pengawasan secara konsisten dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak –
anak.

C. Pengaruh Lingkungan
1. Orang Tua
Sikap orangtua terhadap anak mereka merupakan faktor yang sangat penting bagi
kepribadian anak itu. Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian dapat
menimbulkan kebingungan pada anak.
2. Saudara – Saudara
Rasa iri hati terhadap saudara adalah normal, biasanya lebih nyata pada anak
pertama dan lebih besar antara anak – anak dengan jenis kelamin yang sama.

6
Perasaan ini akan bertambah keras bila orangtua memperlakukan anak – anak tidak
sama.
3. Teman – Teman Seusia
Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap agresi dan antisocial anak –
anak memfokuskan pada dua bidang yaitu Penerimaan atau penolakan dari teman –
teman seusia. Penolakan menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku
agresif, bahkan dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahap dan
Afiliasi dengan teman – teman seusia yang berperilaku menyimpang. Pergaulan
dengan teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan kemungkinan perilaku
nakal pada anak.

D. Faktor – Faktor Sosiologis


Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan
keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku kriminal sebagai
suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang berkontribusi
Kombinasi perilaku antisosial anak yang timbul di usia dini dan rendahnya status
sosioekonomi keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan di usia muda karena
tindakan criminal
Gangguan perilaku lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosio-
ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini mungkin terjadi karena orangtua mereka terlalu
sibuk dengan kegiatan sosial (pada kalangan atas) atau sibuk dengan mencari nafkah
(pada kalangan bawah) sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi
dengan baik dengan anak-anak mereka.

5.Karakteristik Perilaku Abnormal


A. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan
karakteristik perilaku yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata –
rata. Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang

7
menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun
kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku
abnormal. Salah satu aspek perilaku abnormal adalah perilaku tersebut jarang
ditemukan. Perkataan yang mengungkapkan bahwa seseorang dianggap normal
adalah orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata – rata pola trait atau perilaku
tertentu.
B. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma – norma yang berlaku di masyarakat, ekspektasi
kultural tentang benar – salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama
maupun kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakat, misalkan dalam berpakaian,
berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerap
kali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa
dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal. Perilaku tersebut melanggar norma
sosial atau mengancam atau mencemaskan mereka yang mengamatinya.

C. Personal Distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress.
Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan
suatu rasa bersalah atau kecemasan.
D. Disabilitas atau Disfungsi Perilaku
Disabilitas yaitu ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam
hidup (seperti hubungan kerja atau pribadi), karena abnormalitas.

E. Yang Tidak Diharapkan ( Unexpectedness )


Tidak semua distress atau diabilitas masuk dalam bidang psikologi abnormal.
Distress seringkali dianggap abnormal bila hal tersebut merupakan respons yang tidak
diharapkan terhadap stressor lingkungan.

8
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang
ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya,
yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi
respons yang tidak diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang
dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai dengan kriteria diatas. Dimana harus
terdapat semua kriteria yang sesuai agar dapat digolongkan sebagai perilaku
abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu kriteria,
juga akan sesuai untuk kriteria yang lainnya.

Jenis - Jenis Perilaku Abnormal


A. Gangguan Kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang bila menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Persaan ini merupakan reaksi yang normal terhadap stress.
Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang
dapat diatasi dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan
dimana rasa cemas merupakan gejala utama(kecemasan merata dan gangguan panik)
atau kecemasan dialami bila individu berupaya mengendalikan perilaku maladaptif
tertentunya ( fobia dan obsesi kompulsif ).
1. Kecemasan Merata ( Generalized Anxiety )
Selalu merasa bersalah/khawatir, cenderung memberikan respon yang berlebihan
pada stress yang ringan. Setiap hari hidup dalam ketegangan. Terus menerus
mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sult sekali
berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
2. Gangguan Panik ( Panic Attacks )
Keadaan tiba – tiba yang penuh dengan keprihatinan atau teror akut yang meluap
– luap. Pada saat serangan panik individu merasa yakin bahwa sesuatu yang
mengerikan akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan gejala seperti jantung berdebar
– debar, kehabisan nafas, berkeringat, otot – otot bergetar, kepusingan, dan rasa
muak. Semua ini akibat dari aktifnya bagian simpatetik sistem saraf otonomik.

9
3. Fobia
Berbeda dengan gangguan kecemasn merata, gangguan fobia mengandung
ketakutan yang spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat
terhadap suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat
berbahaya, disebut orang yang fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa
ketakutanya itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa
serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan
menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya tidak
didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat
mengganggu kehidupan sehari – hari individu tersebut. Bagaimana fobia dapat
berkembang, yaitu:
a. Teori Belajar
b. Pengamatan
c. Diberi Imbalan
4. Gangguan obsesi kompulsif
B. Gangguan Afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang
yang terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar)
yang parah atau dapat berganti – ganti antara saat – saat. Perubahan suasana hati
semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebu tperlu dirumah
sakitkan.
1. Episode manik
a. Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias dan
percaya diri. Terus berbicara, berpindah – pindah kegiatan tanpa
memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat rencana – rencana
besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik
bersifat mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian
daripada kegembiraan.

10
b. Episode manik ringan (hipomania)orangnya penuh energi ,antusias dan
percaya diri. Terus berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa
memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat rencana-rencana besar
tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat
mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada
kegembiraan.
2. Gangguan Manik Depresi Individu yang mengalami manik dan mengalami
depresi secara berganti-ganti dalam suatu episode yang bersamaan. Kondisi
ini disebut sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu kutub
perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik
depresif jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan
afeksi lainnya karena gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih
muda,lebih mungkin terjadi dalam keluarga,memberi respons pada beberapa
pengobatan terapis yang berbeda, dan mudah terjadi lagi bila tidak diobati.
3. Skisofrenia
Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara tiba – tiba, ditandai dengan
kerancuan yang intens dan kekacauan emosi. Kasus ini timbul dengan segera yang
disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang memiliki gaya hidup yang:
Cenderung menyendiri, Suka bekerja sendiri dan Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skisofrenia :
a. Kekacauan Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu tersebut
menanggapi begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil
makna.Pembicaraan para penderita ini tidak relevan, tidak ada ujung
pangkalnya.
b. Kekacauan Persepsi
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi
penderita tersebut. Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu
keseluruhan.

11
c. Kekacauan Afektif
Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal.
Namun ekspresi emosi yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan
kekacauan dalam hatinya dan dapat tiba-tiba sangat marah. Kadang-kadang
penderita mengukapkan perasan yang tidak relevan dengan situasi/pikiran
yang diungkapkan.
d. Delusi dan Halusinasi
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang
menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum
adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran
dan tindakan orang tersebut. Macam-macam delusi yaitu :
i. Delusi penganiayaan = Paranoid.
ii. Delusi kehebatan = Orang tersebut kuat dan penting.
iii. Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
iv. Halusinasi Auditorik = Suara – suara.
v. Halusinasi Visual = Melihat mahluk – mahluk aneh, malaikat
vi. HalusinasiSensorik = Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.

C. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku mal adaptif yang sudah kuno.
Sebelumnya kita telah menjabarkan sifat-sifat kepriadian sebagai cara-cara yang tetap
dalam menghayati atau berhubungan dengan lingkungan atau berpikir tentang dirinya
sendiri. Bila sifat-sifat kepribadian menjadi tidak luwes dan bersifat maladaptif,
sehingga mengganggu kemampuan individu berfungsi, maka sifat-sifat tersebut
merupakan gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang
tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi stress atau memecahkan masalah.
Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa remaja dan dapat berlangsung
sepanjang hidup.
Penyembuhan Perilaku Abnormal

12
Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa
gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau
fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal
meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.
A. Kemoterapi ( Chemotherapy )
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai
penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.
Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu
ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia. Beberapa
tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat –
obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
B. Terapi Elektrokonvulsif ( Electroconvulsive Therapy )
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal
Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu
adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan
kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien
yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
C. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf
dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan
untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang
mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap
serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area
hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi
proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan,
serta halusinasi dan delusi.

13
14

Anda mungkin juga menyukai